Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Penggunaan energi besar-besaran telah membuat manusia mengalami krisis


energi. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan terhadap bahan bakar fosil seperti
minyak bumi dan gas alam yang sangat tinggi. Sebagaimana kita ketahui, bahan bakar
fosil merupakan sumber daya alam yang tidak dapat kita perbarui. Untuk mengatasi
krisis energi masa depan, beberapa alternatif sumber energi mulai dikembangkan, salah
satunya adalah energi biomassa.

Biomassa mengandung energi tersimpan dalam jumlah cukup banyak. Biomassa


sangatlah menguntungkan bagi kita semua. Selain menjaga kelestarian minyak bumi
serta bahan-bahan yang tak dapat diperbaharui lainnya, dengan kita menggunakan
energi dan produksi biomassa, kita juga dapat turut andil dalam pelestarian lingkungan.

Penggunaan energi biomassa dapat dijadikan jalan keluar dari terbatasnya energi
yang tidak dapat diperbaharui. Untuk itu, energi biomassa sejak tahun-tahun
sebelumnya sudah banyak diteliti untuk menggantikan kelangkaan energi bahan bakar
yang tidak terbarukan. Indonesia dengan potensi alam yang sangat melimpah
sebenarnya berpotensi untuk menghasilkan energi biomassa yang beragam untuk
keperluan manusia. Pengelolaan dari bahan-bahan penghasil energi biomassa ini
sebenarnya akan lebih menghemat pengeluaran negara dengan manajemen pengelolaan
yang baik. Untuk itu, energi biomassa perlu diketahui oleh semua lapisan masyarakat
untuk mengembangkan energi terbarukan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian biomassa sekam padi ?

2. Apakah Pengertian Gasifikasi?

2. Bagaimana Tahapan Proses Gasifikasi ?

4. Jenis – Jenis reaktor apa yang digunakan dalam proses gasifikasi ?

1
5. Apakah keuntungan dan kekurangan Gasifikasi?

6. Apakah Pengertian Gasifikasi Sekam Padi ?

7. Bagaimana Gas hasil gasifikasi?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui biomassa Sekam Padi

2. Untuk Mengetahui Pengertian Gasifikasi

2. Untuk Mengetahui Tahapan Proses Gasifikasi

4. Untuk Mengetahui Jenis – Jenis reaktor apa yang digunakan dalam proses gasifikasi

5. Untuk Mengetahui keuntungan dan kekurangan Gasifikasi

6. Untuk Mengetahui Gasifikasi Sekam Padi

7. Untuk Mengetahui Gas Hasil Gasifikasi

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biomassa Sekam Padi

Biomassa adalah material yang berasal dari makhluk hidup yang terbarukan dalam
jangka waktu yang relatif pendek yakni kurang dari 100 tahun [6]. Karbon penyusun
biomassa berasal dari karbon, jika tumbuhan yang digunakan ditanam kembali dalam
jumlah yang sama, maka karbon dioksida yang dihasilkan dianggap tidak memberikan
dampak emisi gas rumah kaca karena tidak mempengaruhi jumlah karbon dioksida di
atmosfer, sehingga disebut karbon dioksida netral.

Karbon penyusun biomassa berasal dari karbon dioksida di atmosfer. Karbon


diserap oleh tumbuhan dan diolah melalui proses fotosintesis, kemudian dilepaskan
dalam bentuk karbon dioksida di antaranya dengan respirasi dan degradasi tumbuhan.
Siklus ini diperkirakan berlangsung setiap 350 tahun. Jika tumbuhan yang digunakan
sebagai bahan bakar ditanam kembali dalam jumlah yang sama, maka karbon dioksida
yang dihasilkan dianggap tidak mempengaruhi jumlah karbon dioksida di atmosfer,
sehingga disebut karbon dioksida netral . Di samping itu, biomassa merupakan bahan
bakar yang relatif bersih, karena mengandung sulfur dalam jumlah kecil dibandingkan
dengan bahan bakar fosil.

Sekam padi memiliki komposisi elementer yang tidak jauh berbeda dengan biomassa
(limbah organik) lain. Jika digunakan sebagai umpan gasifikasi, sekam padi memiliki
keunggulan karena ukurannya seragam dan kadar airnya cukup rendah. Namun sekam padi
memiliki kadar abu yang cukup tinggi, yaitu mencapai 19,52% dan titik leleh abu yang
rendah, sedangkan lelehan abu dapat merusak bahan-bahan tahan panas. Sekam padi juga
memiliki rapat massa yang rendah, yaitu 122 kg/m 3, dan rapat massa padatan sebesar 500
kg/m3. Meskipun demikian, sekam padi masih dapat digunakan sebagai umpan gasifikasi,
meskipun memerlukan perlakuan khusus, misalnya dengan menghindari penggunaan
gasifikasi slagging atau menggunakan desain open core gasifier . Hasil analisis proksimat
dan ultimat untuk sekam padi ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis proksimat dan ultimat sekam padi

Komponen % Massa
Analisis proksimat, dasar kering
udara
Volatil 57,06
Karbon tetap 15,58
Abu 19,52

3
Air 7,84
Analisis ultimat, dasar bebas air
Karbon 34,92
Hidrogen 5,59
Nitrogen 0,34
Sulfur 0,08
Oksigen 39,55
Abu 19,52
LHV, kJ/kg 14.807

Pada pembakaran maupun gasifikasi sekam padi dihasilkan limbah padat berupa arang
dan abu sekam. Kedua jenis limbah ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Arang
sekam dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air limbah.

Berikut ini akan dibahas lebih detail teknologi pembakaran dan gasifikasi biomasa.
Walaupun demikian masih terdapat beberapa teknologi lain pemanfaatan biomasa sebagai
sumber energi seperti peletisasi, pulverised biomass, briket, pirolisis dan
liquification,karbonisasi, dan lainnya

2.2 Teknologi Gasifikasi

a. Gasifikasi
Gasifikasi merupakan proses konversi bahan bakar padat (misalnya biomassa, batubara)
menjadi produk gas dengan menggunakan udara/O 2/H2O/CO2, atau campurannya dengan
nisbah reaktan antara 20–70% dari kebutuhan stokiometrinya. Produk gas tersebut dikenal
sebagai gas produser yang terdiri dari gas-gas mempan bakar (CO, H 2, dan CH4) dan gas-
gas tidak mempan bakar (CO 2 dan N2). Gas-gas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi. Selain gas-gas tersebut, gas produser juga mengandung tar dan kontaminan
yang lain.

Proses gasifikasi terdiri dari beberapa tahap, yaitu proses pengeringan, pirolisis,
oksidasi, dan reduksi. Tahap-tahap gasifikasi secara skematik ditampilkan dalam Gambar 1.

4
Gambar 1. Tahap-tahap proses gasifikasi

1.Pengeringan, merupakan proses penguapan uap air yang terjadi pada temperatur 100 –
250 oC.

2.Pirolisis, yaitu dekomposisi termal umpan padat menghasilkan gas yang dapat terbakar
(H2, CO, CH4, hidrokarbon lain), gas yang tidak terbakar (CO 2, H2O), tar, minyak, dan arang.
Tahap ini berlangsung pada temperatur antara 250-500 oC.

3.Oksidasi, juga sering disebut pembakaran, adalah tahap di mana terjadi reaksi antara
biomassa, arang dan hasil-hasil pirolisis dengan oksigen dari media penggasifikasi. Reaksi
ini sangat eksoterm, sehingga panas yang dihasilkannya dapat memenuhi kebutuhan proses
pengeringan, pirolisis, dan reduksi. Umumnya, temperatur pembakaran mencapai 1200 oC.

4.Reduksi, yaitu tahap berlangsungnya reaksi kesetimbangan antara CO 2 hasil tahap


oksidasi dengan arang yang dihasilkan tahap pirolisis. Reaksi ini bersifat endoterm, dengan
panas yang dibutuhkan diperoleh dari tahap oksidasi, yang dapat berlangsung pada
temperatur di atas 800 – 1000 oC.

a.Proses Pengeringan (Drying)

Reaksi ini terletak pada bagian atas reaktor dan merupakan zona dengan
temperatur paling rendah di dalam reaktor yaitu di bawah 150 oC. Proses pengeringan
ini sangat penting dilakukan agar pengapian pada burner dapat terjadi lebih cepat dan
lebih stabil. Pada reaksi ini, bahan bakar yang mengandung air akan dihilangkan dengan

5
cara diuapkan dan dibutuhkan energi sekitar 2260 kJ untuk melakukan proses tersebut
sehingga cukup menyita waktu operasi.

Menurut Kurniawan (2012), penelitian yang telah dilakukannya menunjukan


bahwa pengeringan manual oleh sinar matahari berperan penting dalam mempercepat
proses pengeringan didalam reaktor oleh panas reaksi pembakaran (oksidasi).
Penjemuran dengan sinar matahari pada suhu diatas 32 0C selama dua jam dapat
mempercepat waktu pengeringan di dalam reaktor hingga 30% atau kurang dari 25
menit. Jika dibandingkan dengan penjemuran pada suhu 30 0C yang mencapai 25-40
menit untuk proses pengeringan saja.

b.Pirolisis
Pirolisis atau devolatilisasi disebut juga sebagai gasifikasi parsial. Suatu
rangkaian proses fisik dan kimia terjadi selama proses pirolisis yang dimulai secara
lambat pada T < 350 °C dan terjadi secara cepat pada T > 700 °C. Ketika suhu pada
zona pirolisis rendah maka akan dihasilkan banyak arang dan sedikit cairan
(air,hidrokarbon dan tar). Komposisi produk yang tersusun merupakan fungsi
temperatur, tekanan, dan komposisi gas selama pirolisis berlangsung. Proses pirolisis
dimulai pada temperatur sekitar 230 °C, ketika komponen yang tidak stabil secara
termal, seperti lignin pada biomassa dan volatile matters pada batubara, pecah dan
menguap bersamaan dengan komponen lainnya. Produk cair yang menguap
mengandung tar dan PAH (polyaromatic hydrocarbon). Produk pirolisis umumnya
terdiri dari tiga jenis, yaitu gas ringan (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar, dan arang.

c. Reduksi (Gasifikasi)

Reduksi atau gasifikasi melibatkan suatu rangkaian reaksi endotermik yang


disokong oleh panas yang diproduksi dari reaksi pembakaran. Reduksi terjadi pada suhu
> 800 0C dan menghasilkan gas mampu bakar (syngas) berupa H2, CO, dan CH4. Reaksi
berikut ini merupakan empat reaksi yang umum telibat pada gasifikasi.

 Water-gas reaction

6
Water-gas reaction merupakan reaksi oksidasi parsial karbon oleh kukus yang
dapat berasal dari bahan bakar padat itu sendiri (hasil pirolisis) maupun dari
sumber yang berbeda, seperti uap air yang dicampur dengan udara dan uap yang
diproduksi dari penguapan air. Reaksi yang terjadi pada water-gas reaction
adalah:

C + H2O ----> H2 + CO – 131.38 kJ/kg mol

Pada beberapa gasifier, kukus dipasok sebagai medium penggasifikasi dengan


atau tanpa udara/oksigen.

 Boudouard reaction

Boudouard reaction merupakan reaksi antara karbondioksida yang terdapat di


dalam gasifier dengan arang untuk menghasilkan CO. Reaksi yang terjadi pada
Boudouard reaction adalah:

CO2 + C ----> 2CO – 172.58 kJ/mol

 Shift conversion

Shift conversion merupakan reaksi reduksi karbonmonoksida oleh kukus untuk


memproduksi hidrogen. Reaksi ini dikenal sebagai water-gas shift yang
menghasilkan peningkatan perbandingan hidrogen terhadap karbonmonoksida
pada gas produser. Reaksi ini digunakan pada pembuatan gas sintetik. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:

CO + H2O ---> CO2 + H2 – 41.98 kJ/mol

 Methanation
Methanation merupakan reaksi pembentukan gas methan. Reaksi yang terjadi pada
methanation adalah:

C + 2H2 ----> CH4 + 74.90 kJ/mol

7
Pembentukan methan dipilih terutama ketika produk gasifikasi akan
ppdigunakan sebagai bahan baku indsutri kimia. Reaksi ini juga dipilih pada
aplikasi IGCC (Integrated Gasification Combined-Cycle) yang mengacu pada
nilai kalor methan yang tinggi.

d. Oksidasi (Pembakaran)

Oksidasi atau pembakaran arang merupakan reaksi terpenting yang terjadi di


dalam gasifier. Proses ini menyediakan seluruh energi panas yang dibutuhkan pada
reaksi endotermik. Oksigen yang dipasok ke dalam gasifier bereaksi dengan substansi
yang mudah terbakar. Hasil reaksi tersebut adalah CO 2 dan H2O yang secara berurutan
direduksi ketika kontak dengan arang yang diproduksi pada pirolisis. Reaksi yang
terjadi pada proses pembakaran adalah:

Ada tiga elemen penting untuk melakukan reaksi pembakaran ini, yaitu panas
(heat), bahan bakar (fuel), dan udara (oxygen). Reaksi pembakaran hanya akan terjadi
jika ketiga elemen tersebut tersedia. Didalam udara tidak hanya terkandung oksigen
( O2) saja, tapi juga terdapat nitrogen (N2) dengan berbandingan 21% dan 79%. Nitrogen
ini jika terikat dengan O2 akan menjadi polutan yaitu NO2yang bisa menjadi racun dan
mencemari udara. Disamping menjadi polutan, N 2 juga dapat menyerap panas pada
proses pembakaran sehingga bisa menurunkan efisiensi pembakaran. Dalam
perhitungan neraca massa dan energi jumlah nitrogen yang masuk sama dengan yang
keluar dan sedikit membentuk NO2 atau dengan kata lain gas ini hanya lewat dalam
proses dan mengurangi efisiensi pembakaran.

2.3 Reaktor gasifikasi biomassa

Gasifier unggun tetap (Fixed bed gasifier) menggunakan sejumlah bahan padat
dimana udara dan gas dapat lewat baik ke atas maupun ke bawah. Jenis ini merupakan
tipe yang paling sederhana dan hanya digunakan untuk aplikasi dalam skala kecil. Yang
termasuk dari jenis ini adalah up, down dan cross draft gasifier. Down-draft gasifier
(Gambar 1) dikembangkan untuk merubah bahan bakar volatile (kayu, biomassa)
menjadi gas dengan kandungan tar rendah. Up-draft gasifier (Gambar 1) umum

8
digunakan untuk gasifikasi batubara dan bahan bakar non-volatil seperti arang batu-
bara. Namun demikian, karena tingginya kandungan tar-nya (5-20%) membuatnya
tidak praktis untuk bahan bakar motor. Kros-draft gasifier (Crossdraft gasifier)
merupakan gasifier yang paling sederhana dan paling ringan (Gambar 1). Sedangkan
gasifier unggun terfluidakan (fluidized bed gasifier) lebih umum digunakan untuk skala
besar dan gasifier yang menggunakan partikel yang relatif kecil. Dalam hal ini udara
dialirkan dengan kecepatan tinggi sehingga bisa mengangkat partikel padatan. Gasifier
suspensi partikel (suspended particle gasifier) menggerakkan suspensi menuju tungku
panas, menyebabkan terjadinya pirolisa, pembakaran dan reduksi. Tipe ini hanya
digunakan untuk gasifiksi skala besar. Untuk selanjutnya hanya akan dijelaskan lebih
rinci mengenai gasifier unggun tetap (kros, up dan down-draft) .

Gambar 1 Jenis-jenis gasifier unggun tetap

a. Cross-draft gasifier

Pada tipe cross-draft (Gambar 2) ini, udara masuk melalui beberapa aliran sirkulasi,
dan mengalir sepanjang unggun dari bahan baku dan kokas (char). Hal ini menghasilkan
temperatur yang sangat tinggi pada volume yang sangat kecil sehingga menghasilkan
gas tar yang rendah, sehingga memudahkan pengaturan yang cepat bagian pembakaran
gas hasil gasifikasi. Bahan bakar beserta abu berguna sebagai isolator sepanjang dinding
konstruksi gasifier, sehingga mild-steel dapat digunakan sebagai material konstruksi
kecuali tempat saluran masuknya udara dan grate-nya yang memerlukan bahan lain,
refraktori atau pendingin. Saluran berpendingin udara atau air cukup umum digunakan.

9
Pencapaian temperatur yang tinggi memerlukan bahan bakar dengan kadar abu rendah
untuk mencegah penyumbatan.
Gasifier tipe crossdraft hanya digunakan untuk kandungan bahan bakar dengan
kandungan tar rendah. Beberapa yang berhasil menemukan adanya biomassa yang tidak
terpirolisa, dan memerlukan pengaturan jarak antara saluran masuk udara dan grate.
Bahan baku yang tidak tersortir dengan baik cenderung menyebabkan bridging, dan
chanelling sehingga menyumbat inti ruang pembakaran yang memicu produksi tar yang
tinggi. Ukuran bahan baku juga sangat penting untuk pengoperasian yang baik [7].

Gambar 2. 8 Cross-draft gasifier

b. Down-draft gasifier

Bagian atas dari silinder gasifier (Gambar 3) diisi bahan bakar yang selama operasi,
diposisikan tertutup. Di bagian bawah, terdapat saringan dan saluran udara untuk
mengalirkan udara ke biomassa yang siap di gasifikasi. Biasanya saluran udara
dihubungkan dengan distributor udara biasanya fan atau blower. Distributor ini juga
terhubung dengan udara luar untuk menyediakan udara yang cukup untuk pembakaran.
Biasanya juga terdapat lubang untuk pembakaran awal dalam memulai proses
gasifikasi. Selama operasi, udara yang masuk membakar dan mempirolisa sebagian
bahan bakar, sebagian besar tar dan minyak, dan sebagian arang yang mengisi gasifier.
Sebagian besar padatan dikonversi menjadi biomassa di zona pembakaran ini karena
biomassa mengandung sekitar 80% senyawa volatil. Dibawah zona oksidasi merupakan
zona reduksi, yang merupakan bagian inti gasifier (Gambar 3). Gas CO2 dan H2O yang
dihasilkan di zona pirolisis dan pembakaran mengalir melalui arang ini dimana terjadi

10
reduksi parsial membentuk gas CO dan H2. Proses ini menyebabkan pendinginan gas
karena sebagian panas dirubah menjadi energi kimia. Proses ini menghilangkan
sebagian besar arang/kokas dan meningkatkan kualitas dari syn-gas. Umumnya gasifier
dilengkapi grate yang bisa di getar-getarkan untuk membersihkan gasifier dari
penyumbatan oleh abu [7].

Gambar 3 Down-
draft gaisifier

c. Up-draft gasifier
Tipe ini
(Gambar 4) telah
umum digunakan
untuk bahan bakar
batubara sejak 150
tahun yang lalu. Selama pengoperasian, biomassa diumpankan di bagian atas sementara
udara masuk melalui grate yang umumnya di selubungi oleh abu. Grate berada dibagian
bawah gasifier, dimana udara bereaksi dengan biomassa menghasilkan CO2 yang sangat
panas dan H2O. Sebaliknya, CO2 dan H2O bereaksi kembali dengan kokas
menghasilkan CO dan H2. Temperatur dibagian grate harus dibatasi dengan
menambahkan kukus atau resirkulasi gas keluaran untuk mencegah rusaknya grate dan
penyumbatan akibat tingginya temperatur ketika karbon bereaksi dengan udara. Gas
panas yang naik mempirolisa biomasa diatasnya kemudian mendingin sepanjang proses.
Biasanya 5-20 persen tar dan minyak terbentuk pada suhu yang terlalu rendah dan
terbawa pada aliran gas produk. Panas yang tersisa juga mengeringkan biomassa yang
masuk sehingga hampir tidak ada energi yang hilang dari gas. Up-draft gasifier terbtas
digunakan hingga kapasitas 10 giga joule/jam.m2 dibatasi oleh stabilitas unggun atau
fluidisasi, pengerakan atau pemanasan berlebih yang menurunkan efesiensi [7].

11
Gambar 4 Up-draft
gasifier

2.4 Biomassa
sebagai Umpan
Gasifikasi

Dengan unsur
utama karbon, hidrogen dan oksigen. hampir semua jenis biomassa dapat dipakai
sebagai umpan gasifikasi. Tetapi agar prosesnya berjalan lancar, ada persyaratan teknis
yang perlu diperhatikan:

a. kadar air biomassa tidak lebih dari 30%

b. bentuk partikel mendekati bulat atau kubus, bukan panjang atau pipih

c. ukuran partikel antara 0,5 - 5,0 cm

d. tidak banyak mengandung zat-zat anorganik

e. rapat massanya di atas 400 kg/m2

Untuk memenuhi persyaratan tersebut di atas, kadang-kadang diperlukan


pengolahan awal seperti: pengeringan. pemotongan atau pemampatan. Di samping itu
biomassa harus tersedia dalam jumlah yang cukup secara kontinyu, nilai ekonomisnya
rendah atau tidak ada manfaat lainnva. Kayu, batok kelapa, tongkol jagung dan batok
sawit merupakan biomassa yang mendekati persyaratan tersebut diatas Sekam padi.
serbuk gergaji, sabut kelapa. kulit kopi danl lain-lainnya adalah contoh biomassa yang
perlu penanganan khusus untuk proses gasifikasi.

12
2.5 Gasifikasi Sekam padi

Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari
dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses
penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau
limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan
untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau
bahan bakar (Pakpahan,2006).

Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari
bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk menekan biaya pengeluaran
untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani. Penggunaan Bahan Bakar Minyak yang

harganya terus meningkat akan berpengaruh terhadap biaya rumah tangga yang harus
dikeluarkan setiap harinya. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam
sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5% data bobot awal
gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem
lingkungan (Pakpahan,2006).

Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur kimia


penting seperti dapat dilihat pada tabel 1. Dengan komposisi kandungan kimiaseperti
tersebut pada tabel 1, sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya:
(a) sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia furfural yang
dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri kimia,

(b) sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan, terutama kandungan silika
(SiO2) yang dapat digunakan untuk campuran pada pembuatan semen portland, bahan
isolasi, husk-board dan campuran pada industri bata merah,

(c) sebagai sumber energi panas pada berbagai keperluan manusia, kadar selulosa yang
cukup tinggi dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil. Sekam memiliki

kerapatan jenis (bulk density)1 125 kg/m3, dengan nilai kalori 1 kg sekam sebesar 3300
k. Kalori (Pakpahan,2006).

Tabel 1. Komposisi Kimiawi Sekam

Komponen Persentase Kandungan (%)


A. Menurut Suharno (1979)

13
1. Kadar air 9,02
2. Protein Kasar 3,03
3. Lemak 1,18
4. Serat kasar 35,68
5. Abu 17,71
6. Karbohidrat kasar 33,71
B. Menurut DTC-IPB
1. Karbon (zat 1,33
arang)
2. Hidrogen 1,54
3. Silika 33,64

1) Gasifikasi Sekam Padi Menggunakan reactor gasifikasi jenis down-draft

Potensi limbah pertanian/kehutanan sebagai biomassa, khususnya sekam padi


yang cukup besar, harus dicarikan teknologi untuk dapat memanfaatkan limbah tersebut
sebagai sumber energi (alternatif). Gambar 3 merupakan alur konversi sekam padi atas
dasar pengalaman yang telah dilakukan. Uraian singkat sebagai berikut; sekam padi
yang terbebas dari beras dimanfaatkan sebagai umpan gasifier (jenis open core down
draft gasifier). Gas hasil gasifikasi yang dihasilkan digunakan sebagai bahan bakar
motor diesel untuk keperluan penggilingan gabah (Affendi,dkk,2010).

Gambar 1 alur konversi sekam padi Menjadi energi Listrik

Pemilihan reactor gasifikasi jenis down-draft didasarkan pada rendahnya kandungan tar
yang dihasilkan dibandingkan jenis updraft. Hal ini dikarenakan bahwa kandungan tar
hasil pirolisis terbawa bersama gas dan kemudian masuk ke dalam proses oksidasi

14
parsial yang mencapai suhu hingga 900⁰C, dimana pada suhu tersebut kandungan tar
dimungkinkan dapat terurai menjadi senyawa yang lebih ringan. Gas hasil gasifikasi
sistem downdraft ini setelah direfinery dan didinginkan dapat langsung dimasukkan ke
dalam motor diesel yang dapat dioperasikan secara dual fuel (Affendi,dkk,2010).

Sekam padi tersusun atas dua bagian, berupa bahan-bahan organik dengan porsi
70%-85% berat atas dasar kering dan anorganik (mineral), komponen utama lain berupa
lignin dan selulosa. Analisa proksimasi sekam padi volatile matte 57,3% – 71,3%, abu
12,9% – 28,1%, karbon tetap 12,7% – 26,7%, kadar air 10,46% dan nilai kalor kcal/kg
[Affendi, M, 2008].

Dari Gas hasil gasifikasi terutama terdiri dari gas-gas mempan bakar yaitu CO,
H2, dan CH4 dan gas-gas tidak mempan bakar CO2, dan N2. Komposisi gas ini sangat
tergantung pada komposisi unsur dalam biomassa. bentuk dan partikel biomassa, serta
kondisi-kondisi proses gasifikasi. Sebagai ilustrasi komposisi gas hasil gasifikasi sekam
padi bentuk jarum ukuran 1 cm adalah CO 20,1%, H2 11,3%, CH4 1,8%, CO2 % , N2
55,4% dan panas pembakaran 4350 kJ/. Gas ini dapat diumpankan ke dalam motor
bakar torak maupun sebagai bahan bakar untuk pemanas (Susanto H., 2005).

Proses gasifikasi (jenis open core down draft gasifier) yang diawali dengan
penyalaan sekam padi di bagian unggun reaktor. Proses gasifikasi berlangsung
bersamaan dengan beroperasinya mesin diesel. Aliran udara untuk gasifikasi terjadi
karena adanya hisapan pada sistem venturi gas buang (knalpot) mesin diesel. Bila
proses gasifikasi beroperasi dengan baik, maka gas hasil gasifikasi sekam dialirkan ke
mesin diesel melalui inlet udaranya yang diatur dengan damper. Pengaturan damper di
bagian inlet udara mesin diesel divariasikan beberapa perlakuan (dengan istilah cekikan,
yaitu menghambat aliran udara masuk sebagian dan sebagian lainnya dialirkan gas hasil
gasifikasi), sebagai berikut (Affendi,dkk,2010) :

Cekikan I : Rasio gas hasil gasifikasi dengan udara, ± 50%

Cekikan II : Rasio gas hasil gasifikasi dengan udara, ± 70

Cekikan III : Rasio gas hasil gasifikasi dengan udara, ± 80%

2) Gasifikasi Sekam Padi pada Updraft Circulating Fluidized Bed Gasifier

15
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap. Pertama, mendisain alat penelitian
gasifikasi (gasifier) jenis updraft circulating fluidized bed gasifier berdasarkan
penelitian pendahuluan yang sudah dilaksanakan. Bahan bakar sekam padi terlebih
dahulu diujikan karakteristiknya berdasarkan uji proximate dan ultimate. Setelah
karakteristik diketahui, kemudian dihitung dimensi gasifier beserta komponen
pendukungnya. Selanjutnya, mulai pembuatan gasifier dan disebut sebagai gasifier UJI
dan instalasi alat ukur. Pemanas awal udara dipasang pada saluran pipa blower yang
kemudian dimodifikasi pada dinding gasifer sebagai heat exchanger dinding (HED)
(Anis,dkk, 2010).

2.6 Gas Hasil Gasifikasi

Gas hasil gasifikasi terutama terdiri dari gas-gas mempan bakar yaitu CO, H2, dan
CH4 dan gas-gas tidak mempan bakar CO2, dan N2. Komposisi gas ini sangat
tergantung pada komposisi unsur dalam biomassa, bentuk dan partikel biomassa, serta
kondisi-kondisi proses gasifikasi. Sebagai ilustrasi, komposisi gas hasil gasifikasi
beberapa biomassa di ITB disajikan dalam Tabel I. Dengan panas pembakaran antara
3000 - 5000 Watt, gas ini dapat diumpankan ke dalam motor bakar torak maupun
sebagaI bahan bakar untuk pemanas.

A. Gas Hasil sebagai Umpan Motor

Motor bensin maupun motor diesel dapat digabungkan dengan perangkat gasifikasi
untuk memanfaatkan gas hasil. Untuk maksud ini, gas hasil dialirkan ke dalam aliran
udara masuk motor, dengan sambungan pipa silang atau sistem injeksi. Sambungan
silang sangat sederhana dan murah sesuai untuk kapasitas rendah. Sedangkan sistem
injektor agak rumit pembuatanya tetapi dapat memberikan pencampuran gas-udara yang
lebih baik, dan sesuai untuk kapasilas tinggi.

Disamping panas pembakarannya, gas hasil harus memenuhi persyaratan-persyaratan


berikut ini agar tidak mengurangi performansi dan umur motor:

a. kandungan tar tidak lebih dari 100 mg/m3

16
b. kandungan abu maksimum 50 mg/m3

c. ukuran debu tidak lebih dan 10 mikrometer

d. temperatur gas di bawah 40oC

Dalam motor bensin, seluruh kebutuhan bensin dapat digantikan dengan gas. Daya
motor dapat diatur dengan pengaturan laju alir campuran gas-udara dengan komposisi
tetap. Karena kecepatan pembakaran gas kurang daripada kecepatan pembakaran
bensin. maka waktu pengapian busi harus diajukan, kira-kira 15 derajat lebih atas.

Dalam motor diesel, tidak seluruh kebutuhan solar dapat digantikan. Karena sedikit
solar tetap diperlukan untuk sarana pengapian. Operasi ini disebut sebagai sistem bahan
bakar ganda. Dalam praktek, komposisi bahan bakar ganda ini kira-kira 20% solar dan
80% gas. Pengaturan daya motor dapat dilakukan dengan pengaturan laju alir gas,
sementara laju alir solar diatur pada kebutuhan minimum untuk sarana pengapian.

Daya maksimum yang dapat dihasilkan oleh motor bensin maupun motor diesel
dengan bahan bakar gas turun sampai kira-kira 70% dari daya aslinya. Motor untuk
penggunaan gas hasil gasifikasi sebaiknya dipilih yang mempunyai kecepatan nominal
1500 putaran permenit. Berdasarkan pengalaman di ITB, satu liter bensin atau solar
dapat digantikan dcngan 7,5 m2 gas dari gasifikasi 4 kg kayu atau 6 kg sekam.

B. Gas Hasil sabagai Umpan Burner

Gas hasil biomassa tergolong gas bahan bakar berkualitas rendah (dibandingkan
dengan panas pembakaran gas alam 32000kJ/m3). Gas hasil gasifikasi dapat digunakan
untuk motor diesel, motor bensin, atau alat pemanasan dan pengeringan. Gasifikasi
biomassa dapat mengurangi ketergantungan akan bahan bakar minyak di tempat-tempat
terpencil.

Tabel 1. Komposisi gas hasil

17
2.7
Keuntungan
dan
Kekurangan
Gasifikasi

Keuntungan gasifikasi antara lain: lebih bersih, karena pembakaran lebih


sempurna sehingga emisi polutan lebih rendah. Selain itu lebih mudah pengaturan laju
pembakarannya. Sedangkan kekurangan sistem gasifikasi dibanding pembakaran
langsung yaitu peralatan lebih rumit dan lebih mahal serta memerlukan ketrampilan
yang lebih tinggi.Sedangkan kekurangan sistem gasifikasi dibanding pembakaran
langsung yaitu peralatan lebih rumit dan lebih mahal serta memerlukan ketrampilan
yang lebih tinggi (Cahyono, 2012).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1.Gasifikasi merupakan proses pembakaran bahan-bakar padat dalam wadah


gasifier untuk menghasilkan bahan-bakar gas (syngas). Pembakaran bahan
bakar gas (syngas) lebih mudah dalam pengontrolan laju atau suhu
pembakaran dibanding pembakaran bahan bakar padat.

2. Proses gasifikasi berlangsung dengan empat tahapan dasar yaitu pyrolysis,


combustion, boudouard reaction, dan gasification processes

3. Mekanisme Gasifikasi melewati 4 zona yaitu zona pengeringan, zona


devolatisasi, zona pirolisis, dan zona pendinginan

18
4. Faktor yang Mempengaruhi Proses Gasifikasi, meliputi Suhu Bed, Tekanan
Bed, Tinggi Bed , Kecepatan fluidisasi , Rasio Kesetaraan , Kadar air dari
bahan, Ukuran partikel, Rasio udara dan uap, dan Ada Tidaknya Katalis.

5. Reaktor Gasifikasi yang sering digunakan adalah Reaktor Gasifikasi Tipe


Downdraft, Reaktor Gasifikasi Tipe Inverted Downdraft , Reaktor Gasifikasi
Tipe Updraft, Reaktor Gasifikasi Tipe crossdraft, dan Reaktor Gasifikasi Tipe
Fluidized Bed

6. Keuntungan gasifikasi antara lain: lebih bersih, karena pembakaran lebih


sempurna sehingga emisi polutan lebih rendah. Selain itu lebih mudah
pengaturan laju pembakarannya. Sedangkan kekurangan sistem gasifikasi
dibanding pembakaran langsung yaitu peralatan lebih rumit dan lebih mahal
serta memerlukan ketrampilan yang lebih tinggi.Sedangkan kekurangan
sistem gasifikasi dibanding pembakaran langsung yaitu peralatan lebih rumit
dan lebih mahal serta memerlukan ketrampilan yang lebih tinggi.

7. Gasifikasi sekam padi merupakan proses merubah sekam padi menjadi gas
yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar.

8. Konversi sekam padi melalui proses gasifikasi menghasilkan gas hasil


gasifikasi untuk substitusi BBM solar pada mesin Diesel-Genset
menghasilkan listrik untuk menggerakkan mesin-mesin Dryer dan Huller di
pabrik penggilingan beras.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/28545735/bioenergi_gasifikasi_biomassa_sekam_padi ᄃ
diakses pada 11 Oktober 2018.

http://eprints.ums.ac.id/42396/28/naskah%20publikasi.pdf ᄃ diakses pada 11 Oktober


2018.

digilib.itb.ac.id/files/disk1/618/jbptitbpp-gdl-rizaazhari-30855-4-2008ta-3.pdf diakses
pada 11 Oktober 2018.

Purnomo, R.H., Kuncoro, E.A. and Wahyuni, D., 2014. Rancang Bangun dan Uji
Teknik Kompor Berbahan Bakar Limbah Biomasa pertanian. Buana sains, 14(2),
pp.71-78.

20
Agung, W., Pranolo, S.H., Noorochadi, G. and Ratna, M., 2010. Perancangan dan uji-
Kinerja Reaktor Gasifikasi Sekam Padi Skala Kecil. Perancangan dan Uji-Kinerja
Reaktor Gasifikasi Sekam Padi Skala Kecil, 9(1), pp.29-33.

http://digilib.unila.ac.id/6848/13/bab%20ii%20tinjauan%20pustaka.pdf ᄃ diakses pada


11 oktober 2018

Barlin, B. and Nainggolan, M.P., 2012. Studi performa tungku pembakaran biomassa
berbahan bakar limbah sekam padi.

http://g-energi.blogspot.com/2015/05/gasifikasi-biomassa.html diakses pada 11 oktober


2018

http://arie-kogamamel.blogspot.com/2011/07/jenis-jenis-gasifier-biomassa.html diakses
pada 11 oktober 2018

http://esptk.fti.itb.ac.id/herri/index.html diakses pada 11 oktober 2018

http://eprints.polsri.ac.id/911/3/BAB%20II.pdf#page=13&zoom=auto,-82,382 diakses
pada 11 oktober 2018

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jbat/article/download/6054/5624 ᄃ

http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/sitekin/article/viewFile/3924/pdf ᄃ

http://eprints.polsri.ac.id/918/3/BAB%20II.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai