Anda di halaman 1dari 4

Gasifikasi dan Likuifaksi Batubara

Sebenarnya ini adalah tugas Kimia Dasar dari dosen, tapi kalo dilihat dan dibaca-baca, bagus juga
buat tambahan pengetahuan kita, makanya aku pos ini ringkasan tentang pemanfaatan batubara.

Batubara adalah salah satu bahan baku tambang yang bisa digunakan sebagai sumber energi
setelah diolah melalui proses-proses tertentu. Batubara termasuk sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui, seperti halnya minyak bumi. Namun cadangan batubara dunia tersebar merata dan
sangat melimpah, terutama di negara Cina, Amerika Serikat, Jepang, dan Afrika Selatan. Indonesia
juga termasuk negara yang mempunyai cadangan batubara yang cukup banyak.
Secara umum, alasan penggunaan batubara sebagai sumber energi yang layak dikembangkan
adalah
1. Cadangan batubara sangat banyak dan tersebar luas diseluruh dunia, baik di negara maju maupun
negara berkembang, termasuk Indonesia yang merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan
batubara yang cukup besar, yaitu sekitar 123.5 milyar ton (70% merupakan batubara muda dan 30%
sisanya adalah batubara kualitas tinggi)
2. Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang stabil, harga yang
lebih murah dibandingkan dengan minyak dan gas
3. Batubara aman untuk ditransportasikan, disimpan, ditumpuk di sekitar tambang, pembangkit listrik,
atau lokasi sementara, serta kualitasnya tidak banyak terpengaruh oleh cuaca maupun hujan.
Berdasarkan pengolahannya, batubara dapat digolongkan sebagai sumber energi langsung,
sumber energi tidak langsung (dengan diubah ke bentuk atau fasa lain dulu), dan non energi. Nah,
yang akan dibahas kali ini adalah pemanfaatan batubara sebagai sumber energi tidak langsung, yaitu
melalui gasifikasi dan likuifaksi.
1. Gasifikasi Batubara
Gasifikasi adalah suatu teknologi proses yang mengubah batubara dari bahan bakar padat
menjadi bahan bakar gas. Pada proses tersebut terjadi pemecahan rantai karbon batubara ke bentuk
unsur atau senyawa kimia lain. Batubara dipanaskan dan diberi oksigen di dalam reaktor sehingga
menghasilkan gas batubara berupa campuran gas-gas hidrogen, karbon monoksida, nitrogen, serta
unsur gas lainnya. Gasifikasi batubara merupakan teknologi terbaik serta paling bersih dalam
mengonversi batubara menjadi gas-gas yang dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik.
Gasifikasi umumnya terdiri dari empat proses, yaitu pengeringan, pirolisis, oksidasi, dan
reduksi. Pada proses gasifikasi, ada suatu proses yang tidak kalah penting yaitu proses desulfurisasi
yang mana sebagai penghilang hidrogen sulfur (gas beracun).
Proses gasifikasi memerlukan seperangkat alat reaktor yang dinamakan gasifier. Pada gasifier
tipe Gasifikasi Unggun Tetap (Fixed Bed Gasification), kontak yang terjadi saat pencampuran antara
gas dan padatan sangat kuat sehingga perbedaan zona pengeringan, pirolisis, oksidasi, dan reduksi
tidak dapat dibedakan. Salah satu cara untuk mengetahui proses yang berlangsung pada gasifier jenis
ini adalah dengan mengetahui rentang temperatur masing-masing proses, yaitu
Pengeringan : T > 150 C
Pirolisis/ Devolatilisasi : 150 < T < 550 C
Oksidasi : 70 < T < 550 C
Reduksi : 50 < T < 120 C
Proses pengeringan, pirolisis, dan reduksi bersifat menyerap panas (endotermik), sedangkan
proses oksidasi bersifat melepas panas (eksotermik). Pada pengeringan, kandungan air pada bahan
bakar padat diuapkan oleh panas yang diserap dari proses oksidasi. Pada pirolisis, pemisahan volatile
matters (uap air, cairan organik, dan gas yang tidak terkondensasi) dari arang atau padatan karbon
bahan bakar juga menggunakan panas yang diserap dari proses oksidasi. Pembakaran mengoksidasi
kandungan karbon dan hidrogen yang terdapat pada bahan bakar dengan reaksi eksotermik, sedangkan
gasifikasi mereduksi hasil pembakaran menjadi gas bakar dengan reaksi endotermik.
Dalam kaitannya dengan gasifikasi batubara, ada teknologi yang sekarang dikembangkan,
yaitu IGCC (Integrated Gasification Combined Cycle). Dalam penerapan teknologi ini, gas hasil
gasifikasi batubara mengalami proses pembersihan sulfur dan nitrogen. Gas yang sudah bersih ini
dibakar di ruang bakar kemudian gas hasil pembakaran disalurkan ke dalam turbin gas untuk
menggerakkan generator. Gas buang dari turbin gas dimanfaatkan dengan menggunakan HRSG (Heat
Recovery Steam Generator) untuk membangkitkan uap. Uap dari HRSG digunakan untuk
menggerakkan turbin uap yang akan menggerakkan generator.
Kelebihan teknologi IGCC ini adalah emisi SO2, NOX, CO2 serta debu dapat dikurangi
dengan mudah, limbah cair serta luas tanah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak, produk sampingan
yang dihasilkan merupakan komoditi yang mempunyai nilai jual, seperti sulfur dan tar.
Efisiensi pembangkit listrik dengan menggunakan teknologi IGCC ini lebih tinggi 5 - 10 %
dibandingkan PLTU batubara konvensional. Di samping itu, Coal gasifier tidak mengeluarkan
polutan sehingga ramah lingkungan.
2. Likuifaksi Batubara
Likuifaksi Batubara adalah suatu teknologi proses yang mengubah batubara menjadi bahan
bakar cair sintetis. Batubara yang berupa padatan diubah menjadi bentuk cair dengan cara
mereaksikannya dengan hidrogen pada temperatur dan tekanan tinggi.
Proses likuifaksi batubara secara umum diklasifikasikan menjadi Indirect Liquefaction
Process dan Direct Liquefaction Process.
a. Indirect Liquefaction Process/ Indirect Coal Liquefaction (ICL)
Prinsipnya secara sederhana yaitu mengubah batubara ke dalam bentuk gas terlebih dahulu
untuk kemudian membentuk Syngas (campuran gas CO dan H2). Syngas kemudian dikondensasikan
oleh katalis (proses Fischer-Tropsch) untuk menghasilkan produk ultra bersih yang memiliki kualitas
tinggi.
b. Direct Liquefaction Process/ direct coal liquefaction (DCL)
Proses ini dilakukan dengan cara menghaluskan ukuran butir batubara, kemudian mencampur
batubara ini dengan pelarut, campuran ini dinamakan slurry. Slurry dimasukkan ke dalam reaktor
bertekanan tinggi bersama hidrogen dengan menggunakan pompa. Kemudian, slurry diberi tekanan
100-300 atm di dalam sebuah reaktor dan dipanaskan hingga suhu mencapai 400-480 C.
Secara kimiawi, proses ini akan mengubah bentuk hidrokarbon batubara dari kompleks
menjadi rantai panjang seperti pada minyak. Atau dengan kata lain, batubara terkonversi menjadi
liquid melalui pemutusan ikatan C-C dan C-heteroatom secara termolitik atau hidrolitik (thermolytic
and hydrolytic cleavage), sehingga melepaskan molekul-molekul CO2, H2S, NH3, dan H2O. Untuk
itu rantai atau cincin aromatik hidrokarbonnya harus dipotong dengan cara dekomposisi panas pada
temperatur tinggi (thermal decomposition). Setelah dipotong, masing-masing potongan pada rantai
hidrokarbon tadi akan menjadi bebas dan sangat aktif (free-radical). Supaya radikal bebas itu tidak
bergabung dengan radikal bebas lainnya (terjadi reaksi repolimerisasi) membentuk material dengan
berat molekul tinggi dan insoluble, perlu adanya pengikat atau stabilisator, biasanya berupa gas
hidrogen. Hidrogen bisa didapat melalui tiga cara, yaitu transfer hidrogen dari pelarut, reaksi dengan
fresh hidrogen (penyusunan kembali terhadap hidrogen yang ada di dalam batubara), dan
menggunakan katalis yang dapat menjembatani reaksi antara gas hidrogen dan slurry.
Negara yang telah mengembangkan teknologi Direct Liquefaction Process adalah Jepang,
Amerka Serikat dan Jerman. Bagi Indonesia, teknik konversi likuifaksi batubara secara langsung
(Direct Liquefaction Process) dinilai lebih menguntungkan untuk saat ini. Selain prosesnya yang lebih
sederhana, likuifaksi relatif lebih murah dan lebih bersih dibanding teknik gasifikasi. Teknik ini juga
cocok untuk batubara peringkat rendah (lignit), yang banyak terdapat di Indonesia.
Likuifaksi batubara memiliki sejumlah manfaat :
a. Mengurangi ketergantungan pada impor minyak serta meningkatkan keamanan energi
b. Batubara cair dapat digunakan untuk transportasi, memasak, pembangkit listrik stasioner, dan di
industri kimia
c. Batubara yang diturunkan adalah bahan bakar bebas sulfur, rendah partikulat, dan rendah oksida
nitrogen
d. Bahan bakar cair dari batubara merupakan bahan bakar olahan yang ultra bersih, dapat mengurangi
risiko kesehatan dari polusi udara dalam ruangan.
Di samping itu, terdapat efek lain penggunaan batubara cair :
a. Meningkatkan dampak negatif dari penambangan batubara
Penyebaran skala besar pabrik batubara cair dapat menyebabkan peningkatan yang signifikan
dari penambangan batubara. Penambangan batubara akan memberikan dampak negatif yang
berbahaya. Penambangan ini dapat menyebabkan limbah yang beracun dan bersifat asam serta akan
mengontaminasi air tanah. Selain dapat meningkatkan efek berbahaya terhadap lingkungan,
peningkatan produksi batubara juga dapat menimbulkan dampak negatif pada orang-orang yang
tinggal dan bekerja di sekitar daerah penambangan.
b. Menimbulkan efek global warming sebesar hampir dua kali lipat per gallon bahan bakar
Produksi batubara cair membutuhkan batubara dan energi dalam jumlah yang besar. Proses ini
juga dinilai tidak efisien. Faktanya, 1 ton batubara hanya dapat dikonversi menjadi 2-3 barel bensin.
Proses konversi yang tidak efisien, sifat batubara yang kotor, dan kebutuhan energi dalam jumlah
yang besar tersebut menyebabkan batubara cair menghasilkan hampir dua kali lipat emisi penyebab
global warming dibandingkan dengan bensin biasa. Walaupun karbon yang terlepas selama produksi
ditangkap dan disimpan, batubara cair akan tetap melepaskan 4 hingga 8 persen polusi global
warming lebih banyak dibandingkan dengan bensin biasa.

Anda mungkin juga menyukai