Anda di halaman 1dari 5

Dasar Teori Tambahan Batubara merupakan mineral bahan bakar yang terbentuk sebagai suatu cebakan sedimenter yang

berasal dari penimbunan dan pengendapan hancuran bahan berselulosa yang bersal dari tumbuhtumbuhan. Bahan ini terpadatkan dan berubah karena adanya proses tekanan dan panas. Bentuk awal dari hasil penimbunan dan pemadatan ini adalah berupa gambut yang setelah mengalami tekanan dan panas akan berubah berturut-turut peat, lignit, sub-bittuminus, bittuminus, dan antrasit tergantung dari besarnya tekanan dan pemanasan yang dialami. Preparasi sampel batubara adalah mempersiapkan cuplikan sampel yang mewakili seluruh sampel asal untukl keperluan analisis. Sampel batubara yang akan dipreparasi ini berasal dari gross sampel yang telah disampling dengan jumlah tertentu sesuai untuk keperluan analisis. Preparasi sampel mencakup beberapa pengerjaan yang terdiri dari pengeringan, pengecilan ukuran butir, pengadukan sampel dan pembagian sampel. Pengeringan sampel dilakukan untuk mendapatkan kondisi

tertentu sehingga dapat dilakukan penggerusan dan pembagian sampel tanpa kehilangan berat dan terkotori. Pengecilan ukuran butir dilakukan dengan cara pemecahan dan penggerusan bongkahan batubara sampai ukuran tertentu yang menjamin tidak akan merubah kualitas batubara tersebut. Pengadukan sampel dilakukan dengan cara mengaduk sampel untuk mendapatkan sampel yang homogen. Pembagian sampel dilakukan dengan cara mengurangi berat sampel dengan menggunakan alat pembagi sampel tanpa merubah ukuran butir sehingga diperoleh sampel yang mewakili seluruh sampel awal. Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang

mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank).Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang. .Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian. Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut telah dikenai pengaruh-pengaruh synsedimentary dan post-sedimentary. Akibat pengaruh-pengaruh tersebut dihasilkanlah batubara dengan tingkat (rank) dan kerumitan struktur yang bervariasi.Lingkungan pengendapan batubara dapat mengontrol penyebaran lateral, ketebalan, komposisi, dan kualitas batubara. Untuk pembentukan suatu endapan yag berarti diperlukan suatu susunan pengendapan dimana terjadi produktifitas organik tinggi dan penimbunan secara perlahan-lahan namun terus menerus terjadi dalam kondisi reduksi tinggi dimana terdapat sirukulasi air yang cepat sehingga oksigen tidak ada dan zat organik dapat terawetkan. Kondisi demikian dapat terjadi diantaranya di lingkungan paralik (pantai) dan limnik (rawa-rawa). Ketergerusan batubara merupakan sifat fisik yang mencakup sifatsifat lain seperti kekuatan, kekerasan dan kuat pecah. Nilai ketergerusan Hardgrove adalah angka yang menunjukan kemudahan batubara untuk digerus. Makin tinggi nilai ketergerusan batubara, makin mudah batubara itu digerus. Batubara yang paling mudah digerus adalah bituminus low

volatile dan medium volatile bila dibandingkan dengan batubara bituminus jenis high volatile, subbitiminus dan antrasit. Sifat fisik batubara perlu diketahui untuk pegelolaan dan pengolahan. Pengelolaan adalah perlakuan batubara dari diambil dari alam sampai jadi bahan/ barang yang siap jadi. Pengelolahan adalah prosesyang berada dalam pengelolaan, bagaimana mengolah batubara tersebut sampai jadi produk akhir. Batubara yang mengandung sedikit volatile (abu terbang) adalah batubara yang mudah digerus. Sifat fisik batubara berpengaruh teerhadap pemanfaatan batubara itu sendiri,semakin teridentifikasi sifat fisik batubara tersebut semakin mudah pengelolahan Hardgroove Grindability Index (HGI) merupakan parameter yang menyatakan tingkat kemudahan batubara untuk digerus. Semakin tinggi nilai HGI, maka akan semakin mudah batubara tersebut untuk digerus. Parameter HGI ini dapat juga dipakai untuk menyatakan tingkat kekerasan batubara. Semakin rendah nilai HGI maka akan semakin keras batubara tersebut. A. Pengertian HARDGROVE GRINDABILITY INDEX (HGI) HGI merupakan salah satu sifat fisik dari batubara yang menyatakan kemudahan batubara untuk di pulverise sampai ukuran 200 mesh atau 75 micron. Cara pengujian HGI ialah dengan menggunakan mesin Wallace Hardgrove. Sampel batubara yang sudah digerus pada ukuran partikel tertentu akan dimasukan kedalam mesin Wallace Hardgrove. Selanjutnya digerus dengan menggunakan bola baja pada putaran (revolusi) tertentu. B. Acuan Standar dalam HARDGROVE GRINDABILITY INDEX (HGI)

HGI mengunakan Acuan Standar sesuai ISO 5074 : 1994 dan ASTM D409-08. ISO merupakan International Standard, yaitu standar yang diproduksi oleh BSI Group yang didirikan di bawah Royal Charte dan yang secara resmi ditunjuk sebagai Badan Standar Nasional (NSB) untuk negara Inggris dan merupakan standar konsensus formal. Salah satu tujuan BSI, yaitu mengatur standar mutu barang dan jasa, mempersiapkan dan mempromosikan adopsi umum Inggris Standar, dan mengubah standar tersebut sebagai pengalaman dan kondisi yang membutuhkan. Sedangkan ASTM merupakan American Standard for Testing American, yaitu suatu Standarisasi Internasional yang dapat meningkatkan kualitas produk pengujian karena ASTM telah memberikan metode pengujian, spesifikasi, panduan dan praktek-praktek yang mendukung industri. C. Prinsip HARDGROVE GRINDABILITY INDEX (HGI) Metode ini digunakan untuk menentukan nilai Grindability Index (HGI) batubara dengan menggunakan mesin Wallace Hardgrove atau menguji kekerasan batubara. Sampel batubara yang telah dipreparasi dengan distribusi ukuran khusus, dipaparkan pada kondisi tertentu. Grindability Index dihitung dari hasil analisa ayakan terhadap hasil pemaparan yang kemudian dibandingkan dengan data kalibrasi dari satu set sampel acuan yang telah disertifikasi. D. Cara Menganalisa HARDGROVE GRINDABILITY INDEX (HGI) 1. Gunakan Lembar Kerja FML yang telah disediakan. 2. Sekurang-kurangnya 1,2 kg sampel batubara dengan Ukuran Terbesar 4,75 mm dikeringkan (air dried) hingga massanya konstan, sebagaimana prosedur Air Drying dan catat % kering yang hilang (Air Dry Loss). 3. Pilah sampel yang telah Air Dry, sehingga didapat sebanyak 1.0 0.1 kg, kemudian catat massanya.

4. Ukur sampel pada ukuran 1.18 dan 0.6 mm kedalam porsi 200 g, gunakan penggoyang ayakan Rotap sebanyak dua periode. Timbang dan catat masa dari fraksi +1.18.-1.18+0.6 dan -0.6 mm. 5. Bersihkan penggiling HGI (Coffe Mill) dan setel pada penyetel 7. 6. Masukkan fraksi +1.18 mm ke dalam penggiling HGI (Coffe Mill) sehingga laju pengisian kurang lebih sama dengan laju pengeluaran. 7. Ukur sampel yang telah dihancurkan pada 1.18 dan 0.6 mm. Gabungkan fraksi -1.18+0.6 dan -0.6 mm dengan fraksi repektif dari langkah 3. 8. Ulangi langkah 7 dan 8 pada penyetelan 5 dan 3. 9. Jika terdapat sisa materi sample +1.18 mm, maka geruslah menggunakan mortar dan tumpukkan hingga dapat lolos 1.18 mm. 10. Timbang dan catat masa dari fraksi -1.18+0.6 dan 0.6 mm. Hitung persentase +0.6 mm, jika kurang dari 50%, maka informasikan kepada Supervisor Laboratorium. 11. Pilah fraksi -1.18+0.6 mm untuk mendapatkan Sub-Sampel sebanyak 120 gr. 12. Hilangkan debu Sub-Sampel pada 0.6 mm selama 5 menit 1 detik, menggunakan Pengoyang ayakan Ro-Tap dan pengatur waktu. 13. Hilangkan debu Sub-Sampel pada 0.6 mm selama 5 menit 1 detik, menggunakan Pengoyang ayakan Ro-Tap dan pengatur waktu. Timbang fraksi 0.6 mm dan -0.6 mm, dan catat massa-nya. Buang fraksi -0.6 mm. Pilih fraksi +0.6 mm menjadi sampel Pengujian dengan berat masing-masing 50 g. Catat massa sampel (M1).

Anda mungkin juga menyukai