Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

MG-4211 PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN


BATUBARA

MODUL 2
ANALISIS PROKSIMAT
Oleh :
Achmad Rozan F /12517014/KELOMPOK 8

ASISTEN : MUHAMAD ADILKO/12516056

LABORATORIUM KONVERSI BATUBARA

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK METALURGI

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2019
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan komposisi batubara berdasarkan hasil percobaan analisis
proximate.
2. Menentukan hasil analisis proximat dan analisis ultimat batubara
dalam berbagai standar (ar, adb, db, dan daf).

II. DATA PERCOBAAN


Tabel 1. Data Percobaan

Berat awal
Uji Wadah Berat kosong wadah + Berat akhir
batubara

Crucible Al
VM + Tutup 23.39 24.39 23.97
Crucible Al

Moisture Crucible Al 5.55 6.55 6.51

Cawan
Ash 11 12 11.1
Alumunium

III. PENGOLAHAN DATA


Tabel 2. Proximate Analysis

Proximate Analysis (%w/w) Total


Basis
M Ash VM FC

As
21 8.23 31.27 39.5 100
Received

Air Dry 4 10 38 48 100

Dry 0 10.416 39.583 50 100

Dry Ash
0 0 44.186 55.814 100
Free
Dry
Mineral 0 0 44,48 56.52 100
Matter Free

Contoh perhitungan basis adb :


𝑀1−𝑀2
o IM = x 100%
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
6,55−6,51
IM = x 100% = 4
1

𝐴2−(𝐴1−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎)


o Ash = x 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
11,1−(12−1)
Ash = x 100% = 10
1

𝑉1−𝑉2
o VM = ( x 100%) – IM
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
24.39−23.97
VM = ( x 100%) – 4 = 38
1

o FC = 100% - TM – Ash – VM
FC = 100 – 4 – 10 – 38 = 48

Tabel 3. Ultimate Analysis

Ultimate Analysis (%w/w) Total


Basis
C H N S A O M (%)

As 33.579
21 0,8837 0,4418 7,3433 31,5594 21 100
Received 4

Air Dry 60 5 1 0,5 8,31 14,59 10,6 100

Dry 67,1141 5,5928 1,1186 0,5593 9,2953 16,3199 0 100

Dry Ash
73,9919 6,1660 1,2332 0,6166 0 17,9924 0 100
Free
IV. PEMBAHASAN

Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang
mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh
maseral dan mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification
(rank). Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa
parameter fisik maupun kimia pada batubara yang diantaranya berupa
analisis proksimat (Proximate Analysis) dan analisis ultimat (Ultimate
Analysis). Analisis Proksimat, dilakukan untuk menentukan jumlah air
(moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan
kadar abu (ash). Analisis Ultimat, dilakukan untuk menentukan unsur kimia
pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur
tambahan dan juga unsur jarang.
Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara
tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya
cadangan batubara di daerah penelitian. Parameter kualitas batubara yang
digunakan diantaranya adalah total moisture, proximate, total sulfur,
calorific value, hardgrove grindability index, ultimate analysis, ash fusion
temperature, ash analysis.
Total moisture dalam komersial sering dijadikan parameter penentu
berat cargo akhir, atau bahkan sebagai batasan Reject. Total Moisture juga
digunakan sebagai faktor dalam penentuan basis As Received, baik untuk
nilai kalori maupun untuk parameter lainnya. Semakin tinggi peringkat
batubara maka semakin kecil porositasnya atau semakin padat batubara
tersebut. Hal ini menyebabkan semakin kecil kandungan moisturenya
terutama inherent moisturenya.
Air dried moisture adalah moisture yang terkandung dalam batubara
setelah batubara tersebut dikering udarakan. Sifat-Sifat ADM diantaranya
adalah besar kecilnya nilai ADM dipengaruhi oleh peringkat batubara.
Semakin tinggi peringkat batubara, semakin rendah kandungan ADM nya.
Nilainya tergantung pada humuditas dan temperature ruangan dimana
moisture tersebut dianalisa. Nilainya tergantung juga pada preparasi sample
sebelum ADM dianalisa (Standar preparasi). ADM digunakan untuk
mengkonversi basis parameter analisa dari air dried basis ke basis lainnya.
Batubara sebenarnya tidak mengandung abu, melainkan
mengandung mineral matter. Namun sebagian mineral matter dianalisa dan
dinyatakan sebagai kadar Abu atau Ash Content. Mineral Matter atau ash
dalam batubara terdiri dari inherent dan extarneous. Inherent Ash ada dalam
batubara sejak pada masa pembentukan batubara dan keberadaan dalam
batubara terikat secara kimia dalam struktur molekul batubara Sedangkan
Extraneous Ash, berasal dari dilusi atau sumber abu lainnya yang berasal
dari luar batubara. Sifat – Sifat kadar Abu Kadar abu dalam batubara
tergantung pada banyaknya dan jenis mineral matter yang dikandung oleh
batubara baik yang berasal dari inherent atau dari extraneous. Kadar abu
relatif lebih stabil pada batubara yang sama. Oleh karena itu Ash sering
dijadikan parameter penentu dalam beberpa kalibrasi alat preparasi maupun
alat sampling. Semakin tinggi kadar abu pada jenis batubara yang sama,
semakin rendah nilai kalorinya. Kadar abu juga sering mempengaruhi nilai
HGI batubara. Kegunaan kadar Abu Kadar abu didalam penambangan
batubara dapat dijadikan penentu apakah penambangan tersebut bersih atau
tidak, yaitu dengan membandingkan kadar abu dari data geology atau
planning, dengan kadar abu dari batubara produksi. Kadar abu dalam
komersial sering dijadikan sebagai garansi spesifikasi atau bahkan sebagai
rejection limit.
Volatile matter/zat terbang, adalah bagian organik batubara yang
menguap ketika dipanaskan pada temperature tertentu. Volatile matter
biasanya berasal dari gugus hidrokarbon dengan rantai alifatik atau rantai
lurus. Yang mudah putus dengan pemanasan tanpa udara menjadi
hidrokarbon yang lebih sederhana seperti methana atau ethana. Sifat-Sifat
Volatile Matter Kadar Volatile Matter dalam batubara ditentukan oleh
peringkat batubara. Semakin tinggi peringkat suatu batubara akan semakin
rendah kadar volatile matternya. Volatile matter memiliki korelasi dengan
vitrinite reflectance, semakin rendah volatile matter, semakin tinggi vitrinite
reflectancenya Grafik Hubungan antara Volatile Matter dengan Vitrinite
Reflectance Kegunaan Volatile Matter Volatile Matter digunakan sebagai
parameter penentu dalam penentuan peringkat batubara. Volatile matter
dalam batubara dapat dijadikan sebagai indikasi reaktifitas batubara pada
saat dibakar.
Kandungan sulfur dalam batubara sangat bervariasi dan pada
umumnya bersifat heterogen sekalipun dalam satu seam batubara yang
sama. Baik heterogen secara vertikal maupun secara lateral. Namun
demikian ditemukan juga beberapa seam yang sama memiliki kandungan
sulfur yang relatif homogen. Sulfur dalam batubara thermal maupun
metalurgi tidak diinginkan, karena Sulfur dapat mempengaruhi sifat-sifat
pembakaran yang dapat menyebabkan slagging maupun mempengaruhi
kualitas product dari besi baja. Selain itu dapat berpengaruh terhadap
lingkungan karena emisi sulfur dapat menyebabkan hujan asam. Oleh
karena itu dalam komersial, Sulfur dijadikan batasan garansi kualitas,
bahkan dijadikan sebagai rejection limit. Namun demikian dalam beberapa
utilisasi batubara, Sulfur tidak menyebabkan masalah bahkan sulfur
membantu performance dari utilisasi tersebut.
Calorific value adalah energi yang dapat dihasilkan dari pembakaran
batubara. Nilai kalori batubara bergantung pada peringkat batubara.
Semakin tinggi peringkat batubara maka semakin tinggi nilai kalorinya.
Hardgrove grindability index (HGI) adalah salah satu sifat fisik
batubara yang menyatakan kemudahan batubara untuk dilakukan
pengecilan ukuran sampai ukuran 200 mesh atau 75 mikron. HGI dapat
dijadikan pembanding untuk batubara yang satu dengan yang lainnya
mengenai kemudahannya untuk dimilling. Semakin tinggi peringkat
batubara maka semakin rendah nilai HGI-nya. Namun berbeda dengan
bituminus yang memiliki sifat cooking yang menyebabkan memiliki nilai
HGI yang besar.
Pada utilisasi batubara, kandungan ultimate dgunakan sebagai dasar
perhitungan stoikiometri udara yang diperlukan untuk membakar batubara
secara sempurna. Sifat dari unsur-unsur pembentuk batubara mengiuti
peringkat batubara. Semakin tinggi peringkatnya maka semakin tinggi
karbonnya, semakin rendah hidrogen dan oksigennya.
Pada saat percobaan menentukan volatile matter, cawan yang
digunakan dimasukkan ke furnace dalam keadaan tertutup. Hal tersebut
dikarenakan agar volatile matter yang menguap ketika dipanaskan tidak
langsung menguap ke udara, tetapi akan menempel ditutup cawan atau
didinding cawan sehingga dapat diketahui berapa kadar volatile matter-nya.
Pada saat percobaan ash content test, dilakukan pemanasan bertahap. Hal
ini dikarenakan untuk memastikan bahwa sampel yang dipanaskan terbakar
sempurna disemua bagiannya. Pada saat percobaan inherent moisture
content test dan ash content test dilakukan pengecekan (digoyang-goyang)
pada hasil percobaannya. Hal tersebut bertujuan untuk memastikan semua
terbakar merata.
V. JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa perbedaan analisis proksimat dan analisis ultimat?
Analisis Proksimat, dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture),
zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu
(ash) sedangkan Analisis Ultimat, dilakukan untuk menentukan unsur
kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen,
sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.
2. Sebutkan penggunaan analisis proksimat dan analisis ultimat dalam
bidang metalurgi!
Dalam bidang metalurgi analisis proksimat digunakan untuk penentuan
batubara untuk bahan bakar, industri kokas, dan PLTU juga untuk
mengecek kualitasnya. Sedangkan analisis ultimate untuk memprediksi
unsur dalam batubara hasil pembakaran.
3. Sebutkan kondisi ketika basis pelaporan arb, adb, db, daf, dan dmmf
digunakan!
As received basis digunakan sebagai basis ketika batubara pada saat
diterima dari tambang, didasarkan pada kualitas batubara dengan
kandungan total moisture. Air dried basis digunakan ketika batubara
dari tambang telah diangin-anginkan dan sudah tidak mengandung
surface moisture. Dry basis digunakan ketika batubara dianggap sudah
tidak mengandung moisture (kering). Dry ash free digunakan ketika
batubara sudah tidak mengandung abu. Dry mineral matter free
digunakan ketika batubara sudah tidak mengandung mineral matter.

VI. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan komposisi batubara dengan
menggunakan analisis proksimat dalam basis adb adalah inherent
moisture 4%, ash content 10%, volatile matter 38%, dan fixed carbon
48%.
2. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil analisis proksimat dan
analisis ultimat batubara dalam berbagai standar (ar, adb, db, dan daf).
Hasil analisis proksimat dalam as received basis batubara megandung
3,29 IM, 17,71 SM, 8,23 Ash, 31,27 VM, 39,5 FC. Dalam air dry basis
batubara mengandung 4 IM, 10 Ash, 38 VM, dan 48 FC. Dalam dry
basis batubara mengandung 10,416 Ash, 39,583 VM, dan 50 FC. Dalam
dry ash free basis batubara mengandung 44,186 VM dan 55,814 FC.
Sedangkan untuk analisis ultimat terdapat pada tabel berikut :

Ultimate Analysis (%w/w) Total


Basis
C H N S A O M (%)

As
53,0201 6,7517 0,8837 0,4418 7,3433 31,5594 21 100
Received

Air Dry 60 5 1 0,5 8,31 14,59 10,6 100


Dry 67,1141 5,5928 1,1186 0,5593 9,2953 16,3199 0 100

Dry Ash
73,9919 6,1660 1,2332 0,6166 0 17,9924 0 100
Free

VII. SARAN
1. Menggunakan sampel yang lebih banyak, agar datanya lebih variatif.
2. Timbangan yang digunakan sebaiknya lebih tinggi tingkat
ketelitiannya.

VIII. LAMPIRAN
Foto-foto saat praktikum :

Gambar 1. Setting furnace Gambar 2. Furnace untuk ash


content test
Gambar 3. Volatile matter test Gambar 4. Crucible dikeluarkan

Gambar 5. Crucible hasil volatile matter test

Anda mungkin juga menyukai