Anda di halaman 1dari 9

2.2.

3 Analisa HGI
Arif I. H., dkk (2012) HGI adalah suatu tolok ukur secara
laboratorium darimudah atau sulitnya batubara digerus atau di pulverizing .
ASTM merupakan metode uji bakuuntuk ketergilingan batubara dengan
mesin Wallace Hardgrove atau menguji kekerasan batubara. Sampel
batubara yang telah dipreparasi dengan distribusi ukuran khusus, dipaparkan
pada kondisi tertentu. Grindability Index dihitung dari hasil analisa ayakan
terhadap hasil pemaparan yang kemudian dibandingkan dengan data
kalibrasi dari satu set sampel acuan yang telah disertifikasi. Nilai HGI
menunjukan niali kekerasan batubara. Nilai HGI berbanding terbalik dengan
kekerasan batubara. Semakin tinggi nilai HGI , maka batubara tersebut
semakin lunak. Dan sebaliknya, jika nilai HGI batubara tersebut semakin
rendah maka batubara tersebut semakin keras.
BAB IV
DASAR TEORI

4.1.Definisi Batubara
Dalam mendefinisikan batubara,harus ditinjau dari beberapa aspek yaitu
sifat fisik,asal kejadian dan pemanfaatannya.Gambaran menengnai pengertian
batubara secara umum oleh beberapa penulis dapat diuraikan sebagai berikut :

Menurut Sukandarrumidi (1995) batubara merupakan batuan sedimen


yang mudah terbakar,berasal dari tumbuhan dan mengalami proses kimia serta
fisika sejak terendapkan yang menyebabkan terjadinya penambahan kandungan
karbon Batubara secara geokimia terbentuk karena proses pembatubaraan yang
terjadi akibat kenaikan temperatur, tekanan dan waktu sehingga persentase unsur
karbon dalam bahan asal pembentuk batubara cenderung meningkat. Namun
sebaliknya kandungan unsur hidrogen dan oksigen dalam batubara menjadi
berkurang. Proses pembatubaraan ini akan menghasilkan batubara dengan
berbagai peringkat yang sesuai dengan tingkat kematangan bahan organiknya
(Taylor et al., 1998).

1
Thiessen(1947) mendefinisikan batubara adalah suatu benda padat yang
kompleks,terdiri dari berbagai macam unsur yang mewakilibanyak konponen
kimia,dimana hanya sedikit dari komponen kimia tersebut yang dapat
diketahui.Menurut Diesel (1922) dalam Kuncoro (1996),menyatakan enam
parameter yang mengendalikan pembentukan batubara,yaitu adanya sumber
vegetasi,posisi muk air tanah,penurunan yang terjadi bersamaan dengan
pengendapan,penurunan yangterjadi setelah pengendapan ,kendali lingkungan
geotektonik endapanbatubara dan lingkungan terbentuknya batubara..

4.2. Peringkat (Rank) Batubara


Menurut Sukandarrumidi (2008), secara umum batubara dapat dibagi
menjadi 5 peringkat (dari tingkatan tertinggi ke tingkatan terendah), yaitu antara
lain: (1) antracite, bituminous coal, subbituminous coal, lignite dan peat
(gambut). Penggolongan tersebut dibagi berdasarkan kandungan relatif antara
unsur C danH2O yang terdapat dalam batubara, dimana semua peringkat
tersebut terbentuk akibat aktifitas fisika dan kimia dan tidak ada batasan yang
jelas untuk setiap peringkat. Pada peringkat antracite, kandungan unsur C nya
tertinggi dibandingkan peringkat batubara yang lain, namun kandungan H2O
nya terendah. Kandungan unsur C akan bertambah seiring meningkatnya
peringkat batubara dan diikuti dengan pelepasan unsur H2O. Maka secara
Analogi, peat merupakan peringkat batubara yang memiliki kandungan terendah
unsur C dan tertinggi kandungan unsur H2O dan antracite adalah kebalikannya.
Peringkat batubara dipengaruhi oleh (Cook, 2008) :

1. Suhu, faktor utama dalam pembentukan peringkat batubara


2. Tekanan
3. Waktu
4. Katalis dan efek dari sumber yang terdapat dalam batubara, baik
itu material organik atau material anorganik, umumnya mineral
lempung Untuk pembagian unsur yang terdapat di dalam peringkat
batubara..
Kandungan air dalam batubara, umum disebut sebagai moisture atau
kelembaban. Kandungan moisture pada batubara dapat dibagi menjadi 2 macam
yaitu free moisture (kelembaban bebas) dan inherent moisture (kelembaban
bawaan). Kelembaban bebas adalah kelembaban yang disebabkan oleh adanya
kandungan air mekanika yang menempel pada permukaan batubara dan
kelembaban bawaan adalah kandungan air yang yang berasal dari senyawa
batubara yang terdapat dalam batubara. Total moisture (kelembaban total) adalah
fungsi dari penjumlahan kelembaban bebas dan kelembaban bawaan.

4.3. Analisis Kualitas Batubara

Kualitas batubara berperan penting dalam menentukan kelas


batubara. Terdapat lima unsur utama pembentuk batubara, yaitu Karbon
(C), Hidrogen (H), Sulfur (S), Nitrogen (N), Oksigen (O2), dan fosfor.
Penentuan kualitas batubara dapat diperoleh dengan cara mengetahui
parameter kualitas pada batubara. Hal ini dapat diketahui menggunakan
analisis kimia dan pengujian laboratorium terhadap sampel batubara. Analisis
kualitas batubara terdiri dari dua jenis, yaitu analisis ultimat dan analisis
proksimat.
Analisis ultimat adalah analisis sederhana yang digunakan untuk
mengetahui unsur-unsur pembentuk batubara dengan hanya
memperhatikan unsur kimia pembentuk yang penting dan mengabaikan
keberadaan senyawa kompleks yang ada di dalam batubara.Salah satu
senyawa yang umum dijumpai pada endapan batubara adalah sulfur.
Beberapa jenis sulfur yang umum dijumpai pada batubara, yaitu:
 Pirit (FeS2), dijumpai berupa bentukan makrodeposit,
seperti lensa, urat, dan rekahan (joint).
 Sulfur organik, secara kimia terikat dalam
endapan batubara dengan jumlah antara 20 – 80%.
 Sulfur sulfat, umumnya dijumpai berupa kalsium sulfat dan
besi sulfat dengan jumlah relatif kecil.

Analisis proksimat digunakan untuk menentukan kelas (rank) batubara.


Analisis ini memiliki empat parameter utama yang digunakan, yaitu:
1. Kadar air (moisture), yaitu kandungan air yang terdapat pada
batubara. Kadar air sendiri dapat dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu:
a) Kadar air bebas (free surface moisture), yaitu air
yang menempel pada permukaan batubara yang berasal
dari air hujan dan juga air semprotan yang mana
akan mudah menguap dalam kondisi laboratorium
b) Kadar air bawaan (inherent moisture), yaitu air yang
terdapat pada rongga (pori) dan mineral yang terdapat
dalam batubara. Air ini dapat dihilangkan dengan suhu

pemanasan 1050-1100C
c) Kadar air total (total moisture), merupakan jumlah dari
kadar air bebas ditambah dengan kadar air bawaan.
2. Kadar abu (ash), yaitu kandungan bahan inorganik yang
tertinggal atau tidak terbakar sewaktu batubara dibakar pada suhu

8150C.
3. Zat terbang (volatile matter), yaitu komponen-komponen
dalambatubara yang dapat lepas atau menguap pada saat

dipanaskan di ruang hampa udara pada suhu 9000C. Zat


terbang ini meliputi zat terbang mineral (volatile mineral
matter) dan zat terbang organik (volatile organic matter).
4. Karbon tertambat (fixed carbon), merupakan jumlah karbon yang
tertambat pada batubara setelah kandungan-kandungan air,
abu, dan zat terbangnya dihilangkan.
4.4.Sifat Dan Karakteristik Lapisan Batubara
Batubara merupakan suatu campurn padatan yang heterogen dan terdapat
di alam dalam tingkat yang berbeda mulai dari lignit, subbituminem, bitumine dan
antrasit.

a. Sifat batubara jenis lignit


- Warna hitam, sangat rapuh

- Nilai kalori rendah, kandungan karbon sedikit

- Kandungan air tinggi

- Kandungan abu banyak

- Kandungan sulfur banyak

b. Sifat batubara jenis bitumine/subbitumnine


- Warna hitam mengkilap, kurang kompak

- Nilai kalori tinggi, kandungan karbon relatif tinggi

- Kandungan air sedikit

- Kandungan abu sedikit

- Kandungan sulfur sedikit

c. Sifat batubara jenis antrasit


- Warna hitam sangat mengkilap, kompak

- Nilai kalori sangat tinggi, kandungan karbon sangat tinggi

- Kandungan air sangat sedikit

- Kandungan abu sangat sedikit

- Kandungan sulfur sangat sedikit

Tabel 1.Tabel Klasifikasi dan sifat batubara (Patteisky & M. Teichmuller,1960)

Tingkat Batubara Megaskopis Mikrokopis Komposisi Kimia


Batubara coklat halus Coklat, tak Volume pori-pori 75-35% H2O < 4000
(Ligit B) mengkilap, besar, gelifikasi kcal/kg
sebagian berbau jarang, sel lumen
Biasanya <71- ca.
tanah terbuka (tekstinit)
71% C

ca. 53-49% VM3

Batubara coklat tak Coklat gelap Volume pori-pori 35 - 25% H2O


mengkilap (Lignit A) menuju hitam, tak lebih kecil,
4000-5500 kcal/kg2
mengkilap sampai gelifikasi lebih
sedikit terang kuatm sel lumen Bisanya >71 - ca.
terbuka (tekstinit) 71% C3
jarang
ca. 53 - 49% VM3

Batubara coklat Coklat terang - Gelifikasi Biasanya > 8 - 10%


terang (Sub- hitam terang (vitrinitisasi) H2O 5500 - 7000
bituminous) (hitam sedikit lengkap, mikrinit kcal/kg2
mengkilap) belum terbentuk
ca. 71-77% C3

ca. 49-4% VM3

Batubara hitam terang Hitam, terang Mikrinit terbentuk Biasanya < 8-10%
(Bituminous) (mengkilap) H2O

Biasanya >
7000kcal/kg2

Bisanya > 77% C3

Biasanya < 77 VM3

Data karakteristik lapisan pembawa batubaran diwujudkan berupa data


data karakter fisik Lapisan batubara.Data didapat dari pengamatan langsung
dialapangan.adapun parameternya adalah sebagai berikut :
1. Warna batubara bervariasi dari coklat hingga hitam.Warna batubara yang
hitam mengkilap penyusunya terdiri dari vitrain(kaya akan maseral
vitrinite yang bersal dari kayu dan serat kayu) berupa bituminous –
antrasit(High rank) dan clarain(kaya akan masseral vitrinite dan liptinite
berasal dari spora,kutikula,serbuksari dan getah ) berupa lignite(low rank)

2. Kilap kusam uumnya berderajat rendah (low rank),batubara berderajat


tinggi(high rank)umumnya mengkilap.

3. Gores,warna gores bervariasi dari hitam-coklat.lignit mempunyai gores


coklat ,sedangkan bituminous gores hitam sampai kecoklatan.

4. Pecahan memperlihatkan bentuk dari potongan batubara dalam sifat


memecahnya.antrasit atau high bituminous pecahannya concoidal dan
even,sedangakn bituminous dan lignite pecahnnya tidak teratur(Uneven).

5. Kekerasan berhubunagn dengan struktur batubara yaitu komposisi dan


jenisnya.Batubara kusam dan berkualitas rendah umumnya
keras,sedangkan batubara cerah dan berkualitas baik umumnya tidak keras
atau mudah pecah.

6. Pengotor atau parting Berupa lapisan tipis(bisa berupa


batupasir,batulanau,batulempung)didalam lapisan batubara,tebalnya
variasi mulai dari beberapa milimeter sampai beberapa centimeter

7. Cleat,Meruapakan rekahan didalam lapisan batubara ,Gambut tidak


menunjukkan sistem rekahan. Beberapa batubara peringkat rendah
mengandung proses perkembangan sistem rekahan lemah yang sama
dengan yang terjadi pada batuan sedimen. Dengan nilai sekitar 0,4%
pantulan vitrinit, menandakan batubara bersifat rapuh dan mulai
menunjukkan sistem rekahan. Sistem rekahan yang umum pada batubara
adalah yang berbentuk hampir orthogonal dan satu kesatuan (disebut face
cleat), dimana rekahan ini lebih menerus dibandingkan dengan rekahan
yang lain yang disebut butt cleat (Gambar 6) (Cook, 2008).
Gambar 1 Sistem Rekahan face dan Butt(Halliburton,2008)

4.5.Hardgrove Grindability Index (HGI)


HGI merupakan salah satu sifat fisik dari batubara yang menyatakan
kemudahan batubara untuk dipulverise sampai ukuran 200 mesh atau 75 micron.
HGI sangat penting bagi pengguna batubara di power plant yang menggunakan
pulverized coal. HGI tidak dapat dijadikan indikasi atau simulasi performance
dari suatu pulverizer atau milling secara langsung, karena performance milling
masih dipengaruhi oleh kondisi operasional Milling itu sendiri, seperti Mill
tention, Temperature primary air, setting classifier dan lain-lain. Namun
demikian, HGI dapat dijadikan pembanding untuk batubara yang satu dengan
lainnya mengenai kemudahannya untuk dimilling. Cara pengujian HGI ialah
dengan menggunakan mesin Wallace Hardgrove.Sampel batubara yang sudah
digerus pada ukuran partikel tertentu akan dimasukan kedalam mesin Wallace
Hardgrove. Selanjutnya digerus dengan menggunakan bola baja pada putaran
(revolusi) tertentu. Kinerja pulverizer atau mill dirancang pada nilai HGI tertentu.
Untuk HGI lebih rendah, mesin harus beroperasi lebih rendah dari nilai
standarnya untuk menghasilkan tingkat kehalusan yang sama.
Nilai HGI memiliki beberapa sifat yang menunjukan hubungan antara sifat
fisik batubara dengan kualitas yaitu sebagai berikut :
 Nilai HGI dari suatu batubara, ditentukan oleh organik batubara
seperti jenis maceral dan lain-lain.
 Secara umum semakin tinggi peringkat batubara, maka semakin
rendah HGI nya. Namun hal ini tidak terjadi pada bituminous yang
memiliki sifat cooking. Dimana untuk jenis batubara ini HGInya
tinggi sekali, bahkan bisa mencapai lebih dari 100.

 Nilai HGI juga dapat dipengaruhi oleh dilusi abu dari


penambangan. Secara umum penambahan abu dilusi dapat
menaikan nilai HGI.
 Nilai HGI juga dapat dipengaruhi oleh kandungan moisture

Anda mungkin juga menyukai