NUR HIKMAH
NIM. D621 16 001
ii
ABSTRAK
Nikel merupakan salah satu unsur yang ada dalam jumlah kecil pada kerak
bumi. Kadar nikel pada kerak bumi sekitar 10-100 ppm. Endapan nikel yang terdapat di
Indonesia umumnya berupa nikel laterit. Endapan nikel laterit adalah hasil pelapukan
batuan ultramafik secara kimiawi. Penambangan nikel laterit telah banyak dilakukan
oleh perusahaan - perusahaan pertambangan di Indonesia, PT Sinar Jaya Sultra Utama
merupakan salah satu perusahaan pertambangan nikel di kawasan Sulawesi Tenggara.
Kondisi yang dialami dalam proses penambangan nikel laterit di PT Sinar Jaya Sultra
Utama adalah kadar bijih pada endapan nikel laterit yang tidak homogen sehingga
dilakukan pengambilan sampel pada sampel produksi dan sampel barging. Kegiatan
kerja praktik ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan pengendalian kualitas bijih pada
proses barging di PT Sinar Jaya Sultra Utama dengan tujuan agar kualitas dan kadar
bijih yang akan dikirim terus terjaga. Kegiatan pengendalian kualitas bijih yang
dilakukan di PT Sinar Jaya Sultra Utama yang meliputi kegiatan pengambilan sampel
pada saat barging, kegiatan preparasi sampel, dan kegiatan analisis kandungan unsur
pada sampel bijih nikel laterit. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk
penelitian pada kerja praktik ini terdiri dari dua jenis, yaitu observasi dan pengambilan
data dari dokumen perusahaan, yang dianalisis sehingga menghasilkan nilai deviasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kadar Ni rata-rata sampel produksi untuk
tongkang GW2505 dan tongkang GW2507 1,86% sedangkan kadar Ni rata-rata sampel
barging untuk tongkang GW2505 1,84% dan tongkang GW2507 1,91% sehingga
perbedaan kadar yang didapatkan untuk tongkang GW2505 0,02% dan tongkang
GW2507 0,05% adanya perbedaan kadar dapat menjadi evaluasi terhadap
pelaksanaan (Standar Operasional Prosedur) SOP di lapangan, serta proses preparasi
sampel di sample house.
iii
ABSTRACT
Nickel is one of the elements present in small quantities in the earth's crust. Nickel
levels in the earth's crust is around 10-100 ppm. Nickel deposits found in Indonesia are
generally in the form of laterite nickel. Laterite nickel deposits are chemical weathering
of ultramafic rocks. Mining of laterite nickel has been carried out by many mining
companies in Indonesia, PT Sinar Jaya Sultra Utama is one of the nickel mining
companies in the Southeast Sulawesi region. The conditions experienced in the laterite
nickel mining process at PT Sinar Jaya Sultra Utama are ore content in non-
homogeneous laterite nickel deposits so sampling is carried out on production samples
and barging samples. This practical work activity aims to determine the quality control
activities of the ore in the barging process at PT Sinar Jaya Sultra Utama with the aim
that the quality and grade of ore to be sent continues to be maintained. Ore quality
control activities carried out at PT Sinar Jaya Sultra Utama include sampling at barging,
sample preparation activities, and element content analysis activities on laterite nickel
ore samples. Data collection methods used for research on this practical work consists
of two types, namely observation and data retrieval from company documents, which
are analyzed to produce a deviation value. The results showed that the average Ni
content of production samples for GW2505 barges and GW2507 barges was 1.86%
while the average Ni content of barging samples for GW2505 barges was 1.84% and
GW2507 barges were 1.91% so that different levels were obtained for barge GW2505
0.02% and barge GW2507 0.05% difference in levels can be an evaluation of the
implementation of (Standard Operating Procedure) SOP in the field, as well as the
process of sample preparation in the sample house.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan kerja praktik serta laporan ini dengan judul
“Pengendalian Kualitas Bijih Nikel pada Proses Barging di PT Sinar Jaya Sultra Utama,
Site Waturambaha”.
Laporan ini berisi tentang kegiatan lapangan selama kerja praktik dan data-data
kadar nikel laterit dalam proses barging yang dilaksanakan oleh PT Sinar Jaya Sultra
Utama.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materi sehingga
laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan banyak terimah kasih
kepada:
1. Bapak alm H.Fatahuddin dan Hj.Rohani selaku Orang tua yang selalu
menyelesaikan kegiatan kerja praktik ini serta penyusunan laporan dengan baik
3. Bapak Muh Ihsan, ST, selaku Kepala Teknik Tambang PT Sinar Jaya Sultra
4. Bapak Sabarman Bebet, selaku kepala divisi Quality Control yang telah
v
5. Kakak Algiyul Belo Patiung, ST, selaku pembimbing teknis penulis selama
6. Kakanda Muh Zulfikar, ST, yang telah memberikan arahan dan bimbingan
7. Kakak Wahdania, A.Md, selaku teman kamar yang selalu mewarnai hari-hari
8. Seluruh karyawan PT Sinar Jaya Sultra Utama yang telah banyak membantu
9. Yunita Sri Sutarni Dapo, Reski Fausi Amanda, Halilintar Rangga Swara, yang
penulis.
kerja praktik dan dalam penyusunan laporan sehingga kritik dan saran sangat penulis
laporan kerja praktik ini. Akhir kata, semoga laporan kerja praktik ini dapat bermanfaat
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... ii
ABSTRAK............................................................................................................ iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
vii
BAB IV DISKUSI ............................................................................................... 31
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 2 Kegiatan Hauling Material Menggunakan Dump Truck Hino 500 JD 260 22
Gambar 3. 5 Proses Pengambilan Sampel dari Material Ore yang Diangkut ke Vessel 25
Gambar 3. 9 Kegiatan Analisis Kadar Ni dan Fe Menggunakan XRF Tipe Epsilon 3 ..... 30
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 4 Data Kadar Ni dan Fe Sampel Produksi untuk Tongkang GW2505 ............ 33
Tabel 4. 5 Data Kadar Ni dan Fe Sampel Produksi untuk Tongkang GW2507 ............ 34
Tabel 4. 6 Data Kadar Ni dan Fe Sampel Barging untuk Tongkang GW2505 ............. 35
Tabel 4. 7 Data Kadar Ni dan Fe Sampel Barging untuk Tongkang GW2507 ............. 36
x
BAB I
PENDAHULUAN
Nikel (Ni) merupakan logam yang keras dan tahan korosi, serta cukup reaktif
terhadap asam dan lambat bereaksi terhadap udara pada suhu dan tekanan normal.
Logam ini cukup stabil dan tidak dapat bereaksi terhadap oksida sehingga sering
digunakan sebagai koin dan pelapis dan sifatnya paduan. Dalam dunia industri, nikel
adalah salah satu logam yang paling penting dan banyak memiliki aplikasi; 62% dari
logam nikel digunakan untuk baja tahan karat, 13% sebagai superalloy dan paduan
tanpa besi karena sifatnya yang tahan korosi dan suhu tinggi (Astuti, 2011).
1,576 MT atau sekitar 15% dari cadangan nikel di dunia. Nikel laterit terbentuk pada
proses pelapukan kimia yang lama dari batuan ultramafik yang mengandung mineral
dan serpentinit. Serpentin merupakan produk paling umum dari alterasi olivin karena
pengaruh larutan hidrotermal pada suhu antara 200oC hingga 500oC (Dalvi et al, 2004).
Kabupaten Konawe Utara dengan luasan IUP ± 301 Ha yang terdiri dari 8 blok.
Kondisi yang dialami dalam proses penambangan nikel laterit di PT Sinar Jaya
Sultra Utama adalah kadar bijih pada endapan nikel laterit yang tidak homogen
sehingga dilakukan pengambilan sampel pada sampel produksi dan sampel barging.
1
Kegiatan pengambilan sampel dilakukan untuk mengetahui kadar nikel laterit, agar
pengiriman nikel dapat sesuai dengan kontrak yang telah disepakati dengan buyer.
Kegiatan kerja praktik ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan pengendalian kualitas
bijih pada proses barging di PT Sinar Jaya Sultra Utama dengan tujuan agar kualitas
dan kadar bijih yang akan dikirim terus terjaga. Oleh karena itu, kerja praktik ini
Sinar Jaya Sultra Utama yang meliputi kegiatan pengambilan sampel pada saat
barging, kegiatan preparasi sampel, dan kegiatan analisis kandungan unsur pada
Rumusan masalah dalam kegiatan kerja praktik PT Sinar Jaya Sultra Utama
barging?
Tujuan kegiatan kerja praktik pada PT Sinar Jaya Sultra Utama adalah sebagai
berikut:
2
1.4 Tahapan Kegiatan Penambangan
Penambangan bijih nikel laterit yang diterapkan di PT Sinar Jaya Sultra Utama
dilakukan secara tambang terbuka (Open Cut Mining), dimana sistem penambangan
memotong sisi bukit yang dimulai dari atas puncak gunung menurun ke bawah pada
sisinya. Hal ini dilakukan untuk membuat jenjang. Kegiatan penambangan pada PT
Sinar Jaya Sultra Utama dilakukan dibeberapa pit seperti Pit A, Pit B1, Pit B2, dsb.
Tahapan penambangan yang dilakukan pada PT Sinar Jaya Sultra Utama adalah
sebagai berikut:
a. Land clearing
3
kegiatan land clearing dengan menggunakan alat-alat mekanis seperti Excavator
Volvo PC300 dan Hitachi PC300 yang digunakan untuk menebang pepohonan
sedangkan Dozer D85ESS, Excavator Volvo PC300 dan Hitachi PC300 digunakan
b. Overburden Stripping
(disposal area) gambar 1.2 menunjukkan disposal area yang terdapat pada
perusahaan, lapisan tanah penutup juga diangkut ke nursery, dimana lapisan top
soil yang telah diambil akan digunakan pada tahapan reklamasi. Hal ini
kegiatan penambangan.
4
c. Ore Getting
Kegiatan ore getting yang ditunjukkan dengan gambar 1.3 dilakukan pada
beberapa pit yang ada pada PT Sinar Jaya Sultra Utama dikontrol oleh divisi
produksi. Divisi Produksi bertugas mengatur ore getting, ore loading, dan loading
dengan satuan kerja stockpile (divisi Quality Control) dalam hal mengatur lokasi
tempat mengangkut ore yang telah dilakukan ore getting dan siap untuk
dihauling. Alat mekanis yang digunakan dalam ore getting yaitu excavator
Komatsu PC200, Hitachi PC300, Volvo PC300 dan Volvo PC200, ore loading
dilakukan oleh excavator back hoe Komatsu PC200, Hitachi PC300, Volvo PC300,
dan Volvo PC200. Ore yang telah didapatkan akan diangkut dengan dump truck
5
d. Hauling (Pengangkutan)
Ore yang telah didapatkan pada saat ore getting akan diangkut menuju
telah diangkut ke stockpile akan diambil untuk dianalisis lebih lanjut oleh divisi
e. Preparasi Sampel
analisis lebih lanjut dengan menggunakan alat X-Ray Fluorescence. Sampel yang
akan dianalisis kadarnya dipreparasi terlebih dahulu untuk direduksi, baik jumlah
maupun ukuran butir dari sampel tersebut sampai dengan ukuran butir 150 mesh
6
yang representatif dari sampel itu sendiri. Pada gambar 1.5 menunjukkan proses
f. Reklamasi
kegiatan reklamasi yang dilakukan pada PT Sinar Jaya Sultra Utama dengan
menanam berbagai pepohonan seperti sengon, kaliandra dan cemara. Berikut ini
adalah Gambar 1.6 yang menunjukkan lahan reklamasi pada PT Sinar Jaya Sultra
Utama.
7
Gambar 1. 6 Lahan Reklamasi pada PT Sinar Jaya Sultra Utama
8
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Pulau Sulawesi yang mempunyai luas sekitar 172.000 km2 (Van Bemmelen,
1949), dikelilingi oleh laut yang cukup dalam. Sebagian besar daratannya dibentuk
Pulau Sulawesi berbentuk huruf “K” dengan empat lengan yaitu Lengan Timur
bagian tengah Sulawesi yang merupakan pengunungan dan dibentuk oleh batuan
gunung api. Di ujung Timur Lengan Utara terdapat beberapa pengunungan api aktif,
diantaranya adalah Gunung Lokon, Gunung Soputan, dan Gunung Sempu. Rangkaian
gunung aktif ini menerus sampai ke Sangihe. Lengan Timur merupakan rangkaian
pegunungan yang dibentuk oleh batuan Ofiolit. Pertemuan antara Lengan Timur dan
bagian Tengah Sulawesi disusun oleh batuan Malihan, sementara Lengan Tenggara di
yang aktif bertabrakan. Akibat tektonik aktif ini, pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya
dipotong oleh sesar regional yang masih aktif. Kenampakan morfologi dikawasan ini
9
merupakan cerminan sistem sesar regional yang memotong pulau ini serta batuan
penyusun pada bagian Tengah Sulawesi, Lengan Tenggara, dan Lengan Selatan
dipotong oleh sesar regional yang umumnya berarah timur-laut baratdaya. Sesar yang
masih aktif sampai sekarang pada umumnya merupakan sesar geser mengiri.
Lengan Tenggara Sulawesi dibagi menjadi tiga bagian yaitu, Ujung Utara,
bagian Tengah, dan ujung Selatan. Ujung Utara dimulai dari Palopo sampai Teluktolo
dan dibentuk oleh batuan Ofiolit. Bagian Tengah yang merupakan bagian paling lebar
(sampai 162,5 km), didominasi oleh batuan Malihan dan batuan Sedimen
Mesozoikum. Ujung Selatan Lengan Tenggara merupakan bagian yang relatif lebih
landai dan didominasi oleh batuan Sedimen Tersier (Van Bemmelen, 1945).
Tangke Lembuke yang merupakan morfologi tanah yang sangat kasar dengan
Mangkuka yaitu 2970 mdpl. Berdasarkan relief, ketinggian, batuan penyususn dan
stadia wilayah,
morfologi yaitu satuan perbukitan tinggi, satuan perbukitan rendah, dan satuan karst.
ketinggian 500 mdpl dengan morfologi kasar. Batuan penyusun morfologi ini
10
Satuan perbukitan rendah menempati luas di Utara Kendari dan Ujung Selatan
Lengan Tenggara Sulawesi. Satuan ini terdiri dari bukit kecil dan rendah dengan
C. Satuan Karst
Satuan karst dicirikan dengan perbukitan kecil dan sungai di bawah permukaan
tanah. Sebagain besar batuan penyusun satuan morfologi didominasi oleh batu
Lembar Lasusua-Kendari dapat dibedakan dalam dua Lajur Geologi yaitu Lajur Tinondu
dan Lajur Hialu. Lajur Tinondu dicirikan oleh batuan endapan paparan benua dan Lajur
Hialu oleh endapan kerak samudera/ofiolit. Secara garis besar kedua mandala ini
batuan penyusun daerah penelitian diurutkan dari termuda yaitu sebagai berikut:
A. Aluvium (Qa)
Alluvium (Qa) terdiri atas lumpur, lempung, pasir kerikil dan kerakal. Satuan ini
merupakan endapan sungai, rawa, dan endapan pantai. Umur satuan ini adalah
Halosen.
11
Batuan Ofilot (Ku) terdiri atas Harzburgit, Dunit, Serpentinit, Gabro, dan
Di atas batuan malihan itu secara tak selaras menindih batuan Sedimen
Keduanya diperkirakan berumur Trias Akhir hingga Jura Awal. Formasi Meluhu
tersusun dari batusabak, fillit, dan kuarsit serta sisipan batugamping hablur.
Pada Neogen tak selaras di atas kedua madala yang saling bersentuhan itu,
hingga Pliosen yang terdiri dari Formasi Eemoiko dan Formasi Boepinang.
12
Formasi Eemoiko dibentuk oleh batugamping koral, kalkarenit, batupasir
napal pasiran, dan batupasir. Secara tak selaras kedua formasi ini tertindih oleh
formasi Alangga dan Formasi Buara yang saling menjemari. Formasi Alangga
berumur Pliosen, terbentuk oleh konglomerat dan batupasir yang belum padat.
pantai yang berumur Resen. Satuan batuan termuda yaitu endapan sungai,
didominasi oleh batuan beku ultramafik berupa peridotit (dunit dan lerzolit),
ke Barat dari beberapa kepingan benua. Akibat dorongan ke arah Barat dari kepingan
Benua Banggai-Sula, terbentuklah sesar geser Mengiri, diantaranya sistem sesar Palu-
koro yang berhubungan dengan beberapa sesar di bagian Timur Sulawesi termasuk
13
sesar matano, sesar lawanopo, dan sesar kolaka. Struktur geologi yang berkembang
di lembar Lasusua adalah sesar, lipatan dan kekar. Sesar dan kelurusan umumnya
berarah Baratlaut-Tenggara searah dengan sesar Lasolo yang merupakan sesar geser
Mengiri yang aktif hingga kini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya dengan sesar
Sorong yang aktif kembali pada kala Oligosen merupakan salah satu kawasan yang
masih mendapat pengaruh oleh sesar Lasolo dan sesar Matarombeo yang berarah
Tenggara-Barat Laut.
berupa sesar mendatar sinistral dan sesar naik sesar Palu-Koro memotong Sulawesi
bagian Barat dan Tengah, menerus ke bagian utara hingga ke Palung Sulawesi Utara
yang merupakan batas tepi benua di Laut Sulawesi. Jalur Sesar Palu-Koro merupakan
sesar medatar sinistral dengan pergeseran lebih dari 750 km (Sukamto, 1975), arah
gerak sesuai dengan jalur Sesar Matano dan jalur Sesar Sorong. Sesar Sadang yang
terletak di bagian barat dan sejajar dengan Sesar Palu berada pada lengan Selatan
Sulawesi, lembah Sungai Sadang dan Sungai Masupu yang sistemnya dikontrol oleh
dengan sesar Palu-Koro dan pola sesar sungkupnya memperlihatkan arah yang
memotong Sulawesi Tengah dan melalui Danau Matano merupakan kelanjutan dari
sesar Palu ke arah Timur yang kemudian berlanjut dengan prisma akresi Tolo di Laut
Banda Utara. Sistem sesar Lawanopo berarah barat laut-Tenggara melewati Teluk
Bone dan Sulawesi Tenggara. Sesar ini kemungkinan berperan dalam pembukaan
14
Teluk Bone, seperti pembukaan yang terjadi di daratan Sulawesi Tenggara yang
mintakat benua Sulawesi Tenggara pada Lengan Tenggara Sulawesi dengan metamorf
Sulawesi Tengah.
Sesar naik Batui terletak pada bagian timur Lengan Timur Sulawesi merupakan
pompangeo diduga telah beberapa kali mengalami masa perlipatan. Perlipatan tua
berarah Baratlaut-Tenggara atau Barat-Timur. Serta ada pula yang berarah hampir
glaukofan dan serpentin yang tersekiskan dalam kompleks ultramafic. Secara umum
perdaunan terlipat dan pada jalur sesar mengalami gejala kink banding. Belahan
umumnya berupa belahan bidang sumbu dan di beberapa tempat berupa belahan
retak (fracture cleavage). Belahan retak umumnya dijumpai dalam batupasir malih
dan batugamping malih. Secara umum bidang belahan berarah sejajar atau hampir
sejajar dengan bidang perlapisan; oleh karenanya belahan ini digolongkan sebagai
Kekar dijumpai hampir pada semua batuan, terutama batuan beku (kompeks
ultramafik dan mafik), batuan sedimen malih mesozoikum, dan batuan malihan
15
Samudera Pasifik, Lempeng Benua Australia dan Lempeng Benua Eurasia saling
Bertumbuk.
terbuka (open pit), dengan luasan IUP ± 301 Ha yang terdiri dari 8 blok. Namun saat
ini PT Sinar Jaya Sultra Utama telah melakukan kegiatan penambangan pada pit A
dengan luasan 23 Ha yang terdapat di blok A, Blok B dengan luasan 18 Ha dan Blok C
dengan luasan 29 Ha. Berikut ditunjukkan pada gambar 2.1 peta izin pinjam pakai
16
2.4 Struktur Organisasi Perusahaan
PT Sinar Jaya Sultra Utama site Waturambaha dipimpin oleh Kepala Teknik
Tambang yang dibantu oleh Wakil Kepala Teknik Tambang dalam menjalankan
tugasnya. Selain dibantu oleh Wakil Kepala Teknik Tambang, Kepala Teknik Tambang
(KTT) juga dibantu oleh Mine Manager dan Exploration Manager. Mine Manager
Department, Health Safety and Enviromental (HSE), HRGA, Logistic and Finance
Department, dan Engineering Department. Berikut ini gambar 2.2 yang menunjukkan
17
2.5 Visi dan Misi Perusahaan
rangka memperoleh manfaat ekonomi dan manfaat sosial yang optimal dengan tetap
sehingga fungsi dan daya dukung lingkungan setelah berakhirnya masa penambangan
dapat dipulihkan kembali atau dapat dialihkan untuk diperuntukan yang bermanfaat.
Untuk mencapai sinergi antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan serta
untuk memenuhi aspek legal penambangan bijih nikel, maka diperlukan suatu studi
Kepulauan, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Perjalanan dari Kota
Makassar menuju daerah ini dapat ditempuh melalui jalur udara menuju Kota Kendari
dengan waktu tempuh ±55 menit. Dari Kota Kendari menuju kantor PT Sinar Jaya
Sultra Utama sekitar 20 menit, kemudian kantor pusat menuju site Waturambaha PT
Sinar Jaya Sultra Utama ditempuh dengan menggunakan transportasi darat selama ±7
18
BAB III
Secara geografis lokasi kerja praktik berada pada 3o 22’ 47.3’’ LS dan 122o 20’
3.46’’ BT sedangkan secara administratif kegiatan kerja praktik yang dilaksanakan pada
praktik dimulai pada tanggal 17 Desember 2019 – 20 Januari 2020, waktu aktivitas
kerja praktik dimulai pada pukul 7.00 – 17.00 WITA. Kegiatan kerja praktik dilakukan
di divisi Quality Control. Kegiatan kerja praktik dilaksanakan pada beberapa tempat di
b. Lokasi Penambangan
1. Pit B1
2. Pit B2
3. Pit D1
e. Stockpile
f. Nursery
g. Jetty
19
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian pada kerja praktik
3.2.1 Observasi
dibantu dengan alat yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan pencatatan dapat
ditulis pada lembaran kertas atau menggunakan media rekam elektronik. Metode ini
3.2.2 Dokumen
dokumen-dokumen dari divisi yang berkaitan untuk melengkapi data yang diperlukan
pada penelitian ini. Metode dokumen ini yang akan memberikan data sekunder.
pada bagian barging dan preparasi sampel pada PT Sinar Jaya Sultra Utama. Selain itu,
pengamatan terhadap kegiatan survey lapangan, dan pemberian materi dan arahan.
Kegiatan produksi pada PT Sinar Jaya Sultra Utama diawali dengan proses ore
getting, proses ore getting merupakan proses pengambilan ore menggunakan alat
mekanis berupa excavator back hoe dengan tipe Komatsu PC200, Hitachi PC200 dan
Volvo PC200. Ore yang telah diambil menggunakan excavator lalu diangkut
20
a. Loading (Pemuatan)
Setelah melakukan ore getting maka dilanjutkan dengan memuat ore ke dalam
dalam pemuatan ore tipe Komatsu PC300, Hitachi PC300 dan Volvo PC300.
b. Hauling (Pengangkutan)
Alat mekanis yang digunakan untuk mengangkut material adalah dump truck
dengan kapasitas ±18 ton tipe Hino 500 JD 260. Ore yang diangkut oleh dump
21
Gambar 3. 2 Kegiatan Hauling Material Menggunakan Dump Truck Hino 500 JD 260
Ore yang telah diambil dari ore getting lalu diangkut ke stockpile/stockyard
dilakukan pada PT Sinar Jaya Sultra Utama dengan mengambil material dari 3 titik
yang berbeda yaitu pinggir kiri, pinggir kanan dan tengah menggunakan sekop.
Sampel yang diambil pada tumpukan yaitu sebanyak 50 karung sampel, pengambilan
sampel yang dilakukan terdiri atas 50 karung untuk satu lot, yang merupakan
perwakilan untuk setiap tumpukan (dome) ore nikel. Setiap pengambilan 1 karung
sampel dilakukan tiap dua kali dumping dump truck. Berikut ini gambar 3.3 yang
laboratorium.
22
Gambar 3. 3 Pengambilan Sampel Produksi di Stockpile
a. Preparasi Sampel
memperkecil ukuran material yang akan dianalisis, preparasi sampel dilakukan oleh
divisi Quality Control, dalam proses preparasi sampel produksi yang dilakukan, sampel
Preparasi sampel merupakan tahapan yang sangat penting dalam pengolahan bahan
galian, yang bertujuan menghasilkan partikel yang sesuai dengan kebutuhan (ukuran
maupun bentuk). Dalam tahap preparasi sampel kegiatan yang dilakukan meliputi
mereduksi ukuran sampel, mematriks sampel, mengayak sampel, mixing sampel, dan
mengoven sampel.
23
b. Analisis Kadar
Analisis kadar merupakan tahapan kegiatan yang sangat penting, kegiatan ini
dalam analisis suatu unsur. Alat analisis ini akan menembakkan gelombang X-Ray
sampel. Lama waktu pembacaan tergantung pada banyak sampel yang akan dianalisis
kadarnya serta banyaknya unsur yang ingin dideteksi pada sampel. Alat X-Ray
Fluorescence yang digunakan dengan tipe Epsilon 3, Niton, dan Bruker S2 Puma.
Berikut ini gambar 3.4 yang merupakan salah satu alat XRF yang digunakan untuk
3.3.3 Barging
vessel untuk dikirim ke buyer baik pengiriman domestik dan ekspor. Proses
sesuai kontrak dengan buyer berdasarkan kadar nikel yang diinginkan. Proses
24
pengiriman ore diatur oleh divisi Quality Control berdasarkan persediaan ore yang
berada di stockpile/stockyard dengan melihat hasil dari analisis kadar sampel produksi
yang dilakukan di laboratorium dengan menyesuaikan kadar akan dikirim untuk buyer.
Ore yang akan dikirim akan diangkut ke vessel menggunakan dump truck.
independent dalam hal ini PT Carsurin yang selanjutnya akan dilakukan pengujian
Gambar 3. 5 Proses Pengambilan Sampel dari Material Ore yang Diangkut ke Vessel
dengan cara mengambil material yang berada pada dump truck yang akan masuk ke
Pengambilan sampel terdiri atas 50 increment menggunakan sekop 125D dimana 100
ritase dump truck untuk 1 sublot sampel, pengambilan sampel sebanyak ½ increment
25
tiap satu kali dump truck melewati tempat pengambilan sampel. Setelah melalui proses
pengambilan sampel dump truck akan langsung masuk ke vessel. Proses dumping
material ore didalam vessel dibantu dengan excavator PC 200, yang dapat dilihat pada
gambar 3.6.
Sampel yang telah diperoleh pada saat barging akan dipreparasi terlebih
dahulu untuk direduksi, baik jumlah maupun ukuran butir dari sampel tersebut
sampai dengan ukuran butir 150 mesh yang representatif dari sampel itu sendiri.
1. Sampel dari setiap karung digabungkan, sampel dipisahkan antara batu dan
26
3. Material yang telah dikecilkan ukurannya menggunakan hammer atau jaw
crusher lalu dimixing dengan material yang telah lolos screening -20 mm
menggunakan scoop.
papan kayu.
5. Sampel yang terdapat pada tiap cell diambil menggunakan scoop 20 D lalu
di split menjadi dua, dimana sampel tersebut akan di preparasi lebih oleh
yang tidak lolos ayakan akan dilakukan pengecilan ukuran material dengan
7. Sampel yang telah lolos ayakan -10 mm dimixing, lalu dimatriks 4x5
menggunakan papan kayu. Sampel yang terdapat pada tiap cell diambil
menggunakan hammer.
9. Material yang telah lolos ayakan akan dimixing dan dimatriks 4x5. Material
10. Memasukkan talang yang telah berisi sampel kedalam oven listrik dengan
27
12. Sampel yang telah di pullverizer kemudian diayak menggunakan ayakan
13. Sampel yang telah lolos ayakan 150 mesh akan dimixing menggunakan
14. Melakukan matriks 4x5 pada sampel yang telah dimixing dengan
mengunakan penggaris
scop 1D.
28
sebelum dianalisis sampel yang telah dipreparasi akan ditimbang sebanyak 10 gram,
sampel tersebut kemudian dioven dengan suhu 105-110oC selama 10 menit dan
membentuk sampel menjadi pellet dengan menggunakan press pellet. Gambar 3.8
XRF yang terdapat di Laboratorium yaitu dengan tipe Epsilon 3, Niton, dan Bruker S2
29
Gambar 3. 9 Kegiatan Analisis Kadar Ni dan Fe Menggunakan XRF Tipe Epsilon 3
mendeteksi kandungan unsur dalam sampel, analisis kandungan unsur yang dilakukan
pada sampel bijih nikel laterit meliputi kadar Ni, Fe, MgO, dan SiO2. Data kadar yang
dihasilkan dari analisis sampel digunakan sebagai acuan dalam proses pengisian
vessel. Apabila kadar bijih nikel yang terdapat dalam suatu dome tidak sesuai dengan
permintaan buyer maka perlu dilakukan pencampuran atau blending bijih nikel dengan
kualitas yang berbeda untuk mecapai bijih nikel hasil blending yang sesuai dengan
spesifikasi pabrik pengolahan. Data kandungan sampel tersebut juga dapat digunakan
30
BAB IV
DISKUSI
stock ore yang ada pada stockpile/stockyard sesuai kadar dan tonase serta
disesuaikan dengan kadar dan tonase yang telah disetujui dengan buyer (kontrak).
tongkang GW2505 dan GW2507 berasal dari beberapa stockpile. Lokasi pengambilan
ore dan tonase yang diambil pada tiap stockpile untuk barging tongkang GW2505 dan
GW2507 dapat dilihat pada tabel 4.2 dan 4.3. Tonase material yang diambil pada tiap
Dimana:
Material
Dimana:
Kapasitas Bucket normal untuk excavator Hitachi PC300 sebesar 2,8 ton
31
Tabel 4. 1 Nilai Bucket Fill Factor
Excavating Conditions Bucket Fill Factor
Mudah Tanah lempungan, lempung, tanah lunak 1.1 - 1.2
Sedang Tanah pasir dan tanah kering 1.0 - 1.1
Agak Sulit Tanah berpasir dengan Bongkahan 0.8 - 0.9
Sullit Material Hasil Peledakan 0.7 - 0.8
Material
= 3,5 ton
Dalam perhitungan tonase, kapasitas bucket yang digunakan yaitu 3,5 ton
32
Tabel 4. 3 Lokasi dan Tonase Barging GW2507
Jumlah Tonase
Lokasi Kode Dome Ritase
Bucket (Ton)
Sty 2 S2-2/11/19 145 5 2537,5
didapatkan data kadar pada tabel 4.4 dan tabel 4.5, sedangkan kadar rata-rata sampel
∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-rata =
∑Tonase
33
Sty 13 S13-16,17,51/12/19 1,69 27,19
Berikut ini perhitungan kadar Ni dan Fe sampel produksi untuk Tongkang GW2505:
∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-rata Ni = ∑Tonase
10006,33
= 5372,5
= 1,86 %
∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-Rata Fe = ∑Tonase
140486,7
= 5372,5
= 26,14 %
Berikut ini perhitungan kadar Ni dan Fe sampel produksi untuk Tongkang GW2507:
∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-rata Ni = ∑Tonase
9289,35
= 4970
= 1,86 %
34
∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-Rata Fe = ∑Tonase
127489,6
= 4970
= 25,65 %
menggunakan alat XRF tipe Bruker untuk kegiatan barging tongkang GW2505 dan
GW2507 didapatkan data kadar pada tabel 4.6 dan 4.7 yaitu:
SL 1 1,79 22,23
SL 2 1,83 20,03
SL 3 1,92 23,11
Berikut ini perhitungan kadar Ni dan Fe sampel produksi untuk Tongkang GW2507:
∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-rata Ni = ∑Tonase
9930,2
= 5372.5
= 1,84 %
∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-Rata Fe = ∑Tonase
117228,5
=
5372,5
= 21,82 %
35
Tabel 4. 7 Data Kadar Ni dan Fe Sampel Barging untuk Tongkang GW2507
Kadar (%)
Sampel
Ni Fe
SL 1 1,94 17,97
SL 2 1,90 27,45
SL 3 1,91 25,50
Berikut ini perhitungan kadar Ni dan Fe sampel produksi untuk Tongkang GW2507:
∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-rata Ni = ∑Tonase
9527,7
=
4970
= 1,91 %
∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-Rata Fe = ∑Tonase
116970
= 4970
= 23,53 %
Deviasi kadar merupakan selisih nilai kandungan bijih pada beberapa tahapan
kadar pada data kadar yang ingin diketahui deviasinya. Deviasi kadar menunjukkan
nilai deviasi kadar nikel pada sampel produksi dan sampel barging yang diperoleh
dengan rumus:
Deviasi= |Kadar rata − rata sampel 𝑏𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛𝑔 – Kadar rata − rata sampel produksi|
Besarnya perbedaan kadar dari sampel produksi dan sampel barging yang
didapatkan pada pengambilan sampel, dapat dilihat dari data kadar rata-rata tiap
36
Q= Q2-Q1
Dimana:
Sehingga:
= 1,84-1,86
= 0,02% (-)
= 1,91 – 1,86
= 0,05% (+)
dan sampel barging didapatkan persentase perubahan kadar pada tongkang GW2505
sebesar 0,02% sedangkan untuk tongkang GW2507 sebesar 0,05%, namun adanya
perbedaan kadar ini sudah dapat ditoleransi dikarenakan tidak melebihi dari batas
toleransi yang ditetapkan sebesar 0,05%. Namun adanya perbedaan kadar material
dari sampel produksi dan sampel barging dikarenakan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi.
sampel barging adalah tidak homogennya material hasil ore getting dan proses
pengambilan sampel yang dilakukan pada pengambilan sampel produksi dan barging.
Pengotoran disebabkan karena adanya material yang tidak berharga ikut tercampur
37
dalam ore, karena penyebaran ore saprolit yang tidak merata pada areal penambangan
ini, maka biasanya terjadi pula kehilangan bijih pada saat ore getting.
Material yang terdapat di alam memang bersifat tidak homogen namun salah
satu upaya agar material yang didapatkan dapat bersifat homogen adalah dengan cara
ore yang telah didapatkan pada ore getting yang tidak homogen ini sebaiknya di
mixing terlebih dahulu dengan excavator agar ore yang di hauling ke stockpile dan
diambil sampelnya akan lebih bersifat homogen. Peran penting pengawas di pit dan
keterampilan operator pada proses ore getting sangat mempengaruhi hasil dari ore
Hal yang harus diperhatikan dalam analisis kadar bijih nikel yang akan
harus sesuai dengan SOP yang diterapkan oleh perusahaan. Dalam proses
pengambilan sampel untuk sampel produksi dilakukan dengan mengambil tiga titik
pengambilan sedangkan untuk sampel barging, sampel yang diambil hanya pada satu
Pengambilan sampel yang dilakukan pada tiga titik yang berbeda oleh sampler
di lapangan tidak sesuai dengan SOP yang diterapkan oleh perusahaan dikarenakan
pengambilan sampel bukan pada titik saat dumping dumpt truck. Sedangkan
increment dari setiap dump truck yang lewat dalam pelaksanaanya tidak sesuai dengan
pada tiap dump truck namun disampling per dua dump truck untuk 1 increment.
Seharusnya ini menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dikarenakan hal tersebut
dapat mempengaruhi kadar yang akan didapatkan karena kadar yang didapatkan bisa
saja tinggi ataupun rendah dan tidak sesuai SOP yang ditetapkan.
38
Standarisasi pengambilan sampel yang telah ditetapkan haruslah menjadi
perhatian penting bagi sampler pada saat di lapangan. Untuk mendapatkan sampel
yang sesuai dengan standarisasi yang telah ada maka haruslah memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
dijadikan sampel
c. Memperhatikan lokasi jatuhnya material yang berasal dari dumping dump truck.
d. Peranan pengawas dan kru sampel disetiap lokasi kerja agar semakin
hasil dari analisis yang dilakukan di laboratorium, perbedaan kadar dapat terjadi
apabila kegiatan preparasi tidak dilakukan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan
oleh perusahaan. Hal-hal yang berpengaruh terhadap adanya perbedaan kadar adalah
penggunaan alat yang tidak sesuai dengan SOP, dan tidak dilakukannya pembersihan
alat. Pada saat di lapangan, terkadang tidak dilakukan pengayakan -20mm, -10mm,
dan -3mm menggunakan alat, namun kru preparasi mengira-ngira hasil ayakan
tersebut dan langsung mereduksi ukuran material, sebaiknya ini menjadi perhatian
penting karena proses mengayak dapat mempengaruhi hasil analisis yang akan
dilakukan di laboratorium.
39
dekomposisi dengan material lainnya. Sebaiknya sebelum menggunakan alat terlebih
40
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, W. 2011. Ekstraksi Nikel dari Bijih Nikel Laterit Pomalaa dengan Metode
Bioleaching Menggunakan Konsorsium Jamur. Bandung: Institut Teknik
Bandung.
Bemmelen, R. W. Van. 1949. The Geology of Indonesia, Vol. 1 A, Government Printing
Office, The Hauge.
Dalvi D.A, W. G. B., Robert C. Osborne. 2004. The Past and the Future of Nickel
Laterites Paper presented at the British Library Conference Proceedings, Hobart.
Hamilton, W. 1979. Tectonics of Indonesian Region, US Geological Survey Profesional
Paper. 345p.
Rusmana, E dan Sukarna, D. 1985. Tinjauaan Stratigrafi Lengan Tenggara Sulawesi
Dibandingkan dengan Daerah Sekitarnya. Proceeding of Indonesia Association
Geologist, 14th Annual Convention, h.61-70.
Simandjuntak, T. O., Rusmana, E., Supandjono, J. B dan Koswara, A. 1993. Peta
Geologi Lembar Penelitian Sulawesi Tenggara. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.
Sukamto, R. 1975. The Structure of Sulawesi in the Light of Plate Tectonics. Paper
Presented in the Regional Conference of Geology and Mineral Resources:
Jakarta.
Sukandarumidi. 1999. Bahan Galian Industri. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. 51pp.
41
1