Anda di halaman 1dari 51

HALAMAN PENGESAHAN

NUR HIKMAH
NIM. D621 16 001

PENGENDALIAN KUALITAS BIJIH NIKEL PADA PROSES BARGING DI PT SINAR JAYA


SULTRA UTAMA, SITE WATURAMBAHA

ii
ABSTRAK

Nikel merupakan salah satu unsur yang ada dalam jumlah kecil pada kerak
bumi. Kadar nikel pada kerak bumi sekitar 10-100 ppm. Endapan nikel yang terdapat di
Indonesia umumnya berupa nikel laterit. Endapan nikel laterit adalah hasil pelapukan
batuan ultramafik secara kimiawi. Penambangan nikel laterit telah banyak dilakukan
oleh perusahaan - perusahaan pertambangan di Indonesia, PT Sinar Jaya Sultra Utama
merupakan salah satu perusahaan pertambangan nikel di kawasan Sulawesi Tenggara.
Kondisi yang dialami dalam proses penambangan nikel laterit di PT Sinar Jaya Sultra
Utama adalah kadar bijih pada endapan nikel laterit yang tidak homogen sehingga
dilakukan pengambilan sampel pada sampel produksi dan sampel barging. Kegiatan
kerja praktik ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan pengendalian kualitas bijih pada
proses barging di PT Sinar Jaya Sultra Utama dengan tujuan agar kualitas dan kadar
bijih yang akan dikirim terus terjaga. Kegiatan pengendalian kualitas bijih yang
dilakukan di PT Sinar Jaya Sultra Utama yang meliputi kegiatan pengambilan sampel
pada saat barging, kegiatan preparasi sampel, dan kegiatan analisis kandungan unsur
pada sampel bijih nikel laterit. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk
penelitian pada kerja praktik ini terdiri dari dua jenis, yaitu observasi dan pengambilan
data dari dokumen perusahaan, yang dianalisis sehingga menghasilkan nilai deviasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kadar Ni rata-rata sampel produksi untuk
tongkang GW2505 dan tongkang GW2507 1,86% sedangkan kadar Ni rata-rata sampel
barging untuk tongkang GW2505 1,84% dan tongkang GW2507 1,91% sehingga
perbedaan kadar yang didapatkan untuk tongkang GW2505 0,02% dan tongkang
GW2507 0,05% adanya perbedaan kadar dapat menjadi evaluasi terhadap
pelaksanaan (Standar Operasional Prosedur) SOP di lapangan, serta proses preparasi
sampel di sample house.

Kata Kunci: Nikel, Kualitas, Kadar, Deviasi

iii
ABSTRACT

Nickel is one of the elements present in small quantities in the earth's crust. Nickel
levels in the earth's crust is around 10-100 ppm. Nickel deposits found in Indonesia are
generally in the form of laterite nickel. Laterite nickel deposits are chemical weathering
of ultramafic rocks. Mining of laterite nickel has been carried out by many mining
companies in Indonesia, PT Sinar Jaya Sultra Utama is one of the nickel mining
companies in the Southeast Sulawesi region. The conditions experienced in the laterite
nickel mining process at PT Sinar Jaya Sultra Utama are ore content in non-
homogeneous laterite nickel deposits so sampling is carried out on production samples
and barging samples. This practical work activity aims to determine the quality control
activities of the ore in the barging process at PT Sinar Jaya Sultra Utama with the aim
that the quality and grade of ore to be sent continues to be maintained. Ore quality
control activities carried out at PT Sinar Jaya Sultra Utama include sampling at barging,
sample preparation activities, and element content analysis activities on laterite nickel
ore samples. Data collection methods used for research on this practical work consists
of two types, namely observation and data retrieval from company documents, which
are analyzed to produce a deviation value. The results showed that the average Ni
content of production samples for GW2505 barges and GW2507 barges was 1.86%
while the average Ni content of barging samples for GW2505 barges was 1.84% and
GW2507 barges were 1.91% so that different levels were obtained for barge GW2505
0.02% and barge GW2507 0.05% difference in levels can be an evaluation of the
implementation of (Standard Operating Procedure) SOP in the field, as well as the
process of sample preparation in the sample house.

Keywords: Nickel, Quality, Grade, Deviation

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan kerja praktik serta laporan ini dengan judul

“Pengendalian Kualitas Bijih Nikel pada Proses Barging di PT Sinar Jaya Sultra Utama,

Site Waturambaha”.

Laporan ini berisi tentang kegiatan lapangan selama kerja praktik dan data-data

kadar nikel laterit dalam proses barging yang dilaksanakan oleh PT Sinar Jaya Sultra

Utama.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada berbagai pihak yang telah

memberikan dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materi sehingga

laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan banyak terimah kasih

kepada:

1. Bapak alm H.Fatahuddin dan Hj.Rohani selaku Orang tua yang selalu

memberikan dukungan dan doa kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan kegiatan kerja praktik ini serta penyusunan laporan dengan baik

tanpa hambatan apapun.

2. Bapak Dr Sufriadin, ST., MT, selaku dosen pembimbing penulis.

3. Bapak Muh Ihsan, ST, selaku Kepala Teknik Tambang PT Sinar Jaya Sultra

Utama yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat

melakukan kegiatan kerja praktik.

4. Bapak Sabarman Bebet, selaku kepala divisi Quality Control yang telah

memberikan arahan dan bimbingan selama kegiatan kerja praktik di PT Sinar

Jaya Sultra Utama.

v
5. Kakak Algiyul Belo Patiung, ST, selaku pembimbing teknis penulis selama

melaksanakan kegiatan kerja praktik di PT Sinar Jaya Sultra Utama.

6. Kakanda Muh Zulfikar, ST, yang telah memberikan arahan dan bimbingan

selama kegiatan kerja praktik di PT Sinar Jaya Sultra Utama.

7. Kakak Wahdania, A.Md, selaku teman kamar yang selalu mewarnai hari-hari

penulis selama di site.

8. Seluruh karyawan PT Sinar Jaya Sultra Utama yang telah banyak membantu

penulis selama kegiatan kerja praktik.

9. Yunita Sri Sutarni Dapo, Reski Fausi Amanda, Halilintar Rangga Swara, yang

telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis selama

kegiatan kerja praktik.

10. Rekan-rekan seperjuangan Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin

angkatan 2016 (ROCKBOLT’16) yang telah memberikan dukungan kepada

penulis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan selama kegiatan

kerja praktik dan dalam penyusunan laporan sehingga kritik dan saran sangat penulis

harapkan guna menutupi kekurangan dan keterbatasan penulis dalam penyusunan

laporan kerja praktik ini. Akhir kata, semoga laporan kerja praktik ini dapat bermanfaat

bagi penulis dan semua pembaca.

Gowa, Januari 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... ii

ABSTRAK............................................................................................................ iii

ABSTRACT .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .............................................................................................. v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan Kerja Praktik ...................................................................................... 2

1.4 Tahapan Kegiatan Penambangan .................................................................... 3

BAB II PROFIL PERUSAHAAN ............................................................................. 9

2.1 Geologi Regional ........................................................................................... 9

2.2 Struktur Geologi Regional ............................................................................. 13

2.3 Profil Perusahaan......................................................................................... 16

2.4 Struktur Organisasi Perusahaan .................................................................... 17

2.5 Visi dan Misi Perusahaan .............................................................................. 18

2.6 Letak dan Kesampaian Daerah ...................................................................... 18

BAB III AKTIVITAS KERJA PRAKTIK ................................................................ 19

3.1 Lokasi dan Waktu Kerja Praktik ..................................................................... 19

3.2 Metode Pengumpulan Data........................................................................... 20

3.3 Kegiatan Kerja Praktik .................................................................................. 20

vii
BAB IV DISKUSI ............................................................................................... 31

4.1 Perhitungan Tonase ..................................................................................... 31

4.2 Perhitungan Kadar Ni dan Fe ........................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 41

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Proses Pembuatan Jalan Tambang....................................................... 3

Gambar 1. 2 Disposal Area ..................................................................................... 4

Gambar 1. 3 Kegiatan Ore Getting .......................................................................... 5

Gambar 1. 4 Kegiatan Hauling Ore Menuju Stockpile/Stockyard................................. 6

Gambar 1. 5 Proses sieving pada Kegiatan Preparasi Sampel .................................... 7

Gambar 1. 6 Lahan Reklamasi pada PT Sinar Jaya Sultra Utama............................... 8

Gambar 2. 1 Peta IPPKH PT Sinar Jaya Sultra Utama.............................................. 16

Gambar 2. 2 Struktur Organisasi Perusahaan ......................................................... 17

Gambar 3. 1 Proses Loading (Pemuatan) Menggunakan Excavator PC 300 ............... 21

Gambar 3. 2 Kegiatan Hauling Material Menggunakan Dump Truck Hino 500 JD 260 22

Gambar 3. 3 Pengambilan Sampel Produksi di Stockpile ......................................... 23

Gambar 3. 4 Alat XRF Tipe Epsilon 3 ..................................................................... 24

Gambar 3. 5 Proses Pengambilan Sampel dari Material Ore yang Diangkut ke Vessel 25

Gambar 3. 6 Proses Dumping Ore pada Vessel ...................................................... 26

Gambar 3. 7 Kegiatan Preparasi Sampel ................................................................ 28

Gambar 3. 8 Kegiatan sebelum Analisis Kadar Ni dan Fe ......................................... 29

Gambar 3. 9 Kegiatan Analisis Kadar Ni dan Fe Menggunakan XRF Tipe Epsilon 3 ..... 30

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Nilai Bucket Fill Factor .......................................................................... 32

Tabel 4. 2 Lokasi dan Tonase Barging GW2505...................................................... 32

Tabel 4. 3 Lokasi dan Tonase Barging GW2507...................................................... 33

Tabel 4. 4 Data Kadar Ni dan Fe Sampel Produksi untuk Tongkang GW2505 ............ 33

Tabel 4. 5 Data Kadar Ni dan Fe Sampel Produksi untuk Tongkang GW2507 ............ 34

Tabel 4. 6 Data Kadar Ni dan Fe Sampel Barging untuk Tongkang GW2505 ............. 35

Tabel 4. 7 Data Kadar Ni dan Fe Sampel Barging untuk Tongkang GW2507 ............. 36

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nikel (Ni) merupakan logam yang keras dan tahan korosi, serta cukup reaktif

terhadap asam dan lambat bereaksi terhadap udara pada suhu dan tekanan normal.

Logam ini cukup stabil dan tidak dapat bereaksi terhadap oksida sehingga sering

digunakan sebagai koin dan pelapis dan sifatnya paduan. Dalam dunia industri, nikel

adalah salah satu logam yang paling penting dan banyak memiliki aplikasi; 62% dari

logam nikel digunakan untuk baja tahan karat, 13% sebagai superalloy dan paduan

tanpa besi karena sifatnya yang tahan korosi dan suhu tinggi (Astuti, 2011).

Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan nikel laterit sebesar

1,576 MT atau sekitar 15% dari cadangan nikel di dunia. Nikel laterit terbentuk pada

proses pelapukan kimia yang lama dari batuan ultramafik yang mengandung mineral

ferro-magnesian. Batuan ultramafik terdiri dari dunit, peridotit, piroksinit, hornblendit,

dan serpentinit. Serpentin merupakan produk paling umum dari alterasi olivin karena

pengaruh larutan hidrotermal pada suhu antara 200oC hingga 500oC (Dalvi et al, 2004).

Penambangan nikel laterit telah banyak dilakukan oleh perusahaan -

perusahaan pertambangan di Indonesia, PT Sinar Jaya Sultra Utama merupakan salah

satu perusahaan pertambangan nikel di kawasan Sulawesi Tenggara yang terletak di

Kabupaten Konawe Utara dengan luasan IUP ± 301 Ha yang terdiri dari 8 blok.

Kondisi yang dialami dalam proses penambangan nikel laterit di PT Sinar Jaya

Sultra Utama adalah kadar bijih pada endapan nikel laterit yang tidak homogen

sehingga dilakukan pengambilan sampel pada sampel produksi dan sampel barging.

1
Kegiatan pengambilan sampel dilakukan untuk mengetahui kadar nikel laterit, agar

pengiriman nikel dapat sesuai dengan kontrak yang telah disepakati dengan buyer.

Kegiatan kerja praktik ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan pengendalian kualitas

bijih pada proses barging di PT Sinar Jaya Sultra Utama dengan tujuan agar kualitas

dan kadar bijih yang akan dikirim terus terjaga. Oleh karena itu, kerja praktik ini

dilakukan untuk mengetahui kegiatan pengendalian kualitas bijih yang dilakukan di PT

Sinar Jaya Sultra Utama yang meliputi kegiatan pengambilan sampel pada saat

barging, kegiatan preparasi sampel, dan kegiatan analisis kandungan unsur pada

sampel bijih nikel laterit.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam kegiatan kerja praktik PT Sinar Jaya Sultra Utama

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tahapan kegiatan barging nikel laterit yang dilakukan di PT Sinar

Jaya Sultra Utama?

2. Bagaimana analisis perubahan kadar sampel produksi terhadap sampel

barging?

1.3 Tujuan Kerja Praktik

Tujuan kegiatan kerja praktik pada PT Sinar Jaya Sultra Utama adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui tahapan kegiatan barging nikel laterit yang dilakukan di PT Sinar

Jaya Sultra Utama.

2. Mengetahui perubahan kadar sampel produksi terhadap sampel barging.

2
1.4 Tahapan Kegiatan Penambangan

Penambangan bijih nikel laterit yang diterapkan di PT Sinar Jaya Sultra Utama

dilakukan secara tambang terbuka (Open Cut Mining), dimana sistem penambangan

memotong sisi bukit yang dimulai dari atas puncak gunung menurun ke bawah pada

sisinya. Hal ini dilakukan untuk membuat jenjang. Kegiatan penambangan pada PT

Sinar Jaya Sultra Utama dilakukan dibeberapa pit seperti Pit A, Pit B1, Pit B2, dsb.

Tahapan penambangan yang dilakukan pada PT Sinar Jaya Sultra Utama adalah

sebagai berikut:

a. Land clearing

Gambar 1. 1 Proses Pembuatan Jalan Tambang

Kegiatan ini merupakan langkah awal dalam kegiatan penambangan. Land

clearing dilakukan untuk pembersihan lahan yang disertai dengan pembabatan

pepohonan pada daerah yang akan ditambang gambar 1.1 menunjukkan

3
kegiatan land clearing dengan menggunakan alat-alat mekanis seperti Excavator

Volvo PC300 dan Hitachi PC300 yang digunakan untuk menebang pepohonan

sedangkan Dozer D85ESS, Excavator Volvo PC300 dan Hitachi PC300 digunakan

dalam pembuatan jalan tambang.

b. Overburden Stripping

Tahap selanjutnya setelah land clearing adalah pengupasan lapisan tanah

penutup. Pada proses pengupasan lapisan tanah penutup, material tersebut

dibuang ke daerah bekas penambangan atau diangkut ke tempat pembuangan

(disposal area) gambar 1.2 menunjukkan disposal area yang terdapat pada

perusahaan, lapisan tanah penutup juga diangkut ke nursery, dimana lapisan top

soil yang telah diambil akan digunakan pada tahapan reklamasi. Hal ini

dimaksudkan untuk mencegah timbulnya dampak negatif yang diakibatkan oleh

kegiatan penambangan.

Gambar 1. 2 Disposal Area

4
c. Ore Getting

Kegiatan ore getting yang ditunjukkan dengan gambar 1.3 dilakukan pada

beberapa pit yang ada pada PT Sinar Jaya Sultra Utama dikontrol oleh divisi

produksi. Divisi Produksi bertugas mengatur ore getting, ore loading, dan loading

point. Selanjutnya grade control (divisi produksi) akan melakukan koordinasi

dengan satuan kerja stockpile (divisi Quality Control) dalam hal mengatur lokasi

tempat mengangkut ore yang telah dilakukan ore getting dan siap untuk

dihauling. Alat mekanis yang digunakan dalam ore getting yaitu excavator

Komatsu PC200, Hitachi PC300, Volvo PC300 dan Volvo PC200, ore loading

dilakukan oleh excavator back hoe Komatsu PC200, Hitachi PC300, Volvo PC300,

dan Volvo PC200. Ore yang telah didapatkan akan diangkut dengan dump truck

Hino 500 FM260 JD 10 menuju stockpile/stockyard.

Gambar 1. 3 Kegiatan Ore Getting

5
d. Hauling (Pengangkutan)

Ore yang telah didapatkan pada saat ore getting akan diangkut menuju

stockpile/stockyard maupun ke tongkang menggunakan Hino 500 FM260 JD,

gambar 1.4 menunjukkan kegiatan hauling menuju stockpile/stockyard. Ore yang

telah diangkut ke stockpile akan diambil untuk dianalisis lebih lanjut oleh divisi

Quality Control agar kadar dari nikel tersebut dapat diketahui.

Gambar 1. 4 Kegiatan Hauling Ore Menuju Stockpile/Stockyard

e. Preparasi Sampel

Preparasi sampel adalah kegiatan mempersiapkan sampel sebelum dilakukan

analisis lebih lanjut dengan menggunakan alat X-Ray Fluorescence. Sampel yang

akan dianalisis kadarnya dipreparasi terlebih dahulu untuk direduksi, baik jumlah

maupun ukuran butir dari sampel tersebut sampai dengan ukuran butir 150 mesh

6
yang representatif dari sampel itu sendiri. Pada gambar 1.5 menunjukkan proses

sieving untuk mendapatkan ukuran butir 150 mesh.

Gambar 1. 5 Proses sieving pada Kegiatan Preparasi Sampel

f. Reklamasi

Reklamasi merupakan kegiatan yang harus dilakukan pasca tambang,

kegiatan reklamasi yang dilakukan pada PT Sinar Jaya Sultra Utama dengan

menanam berbagai pepohonan seperti sengon, kaliandra dan cemara. Berikut ini

adalah Gambar 1.6 yang menunjukkan lahan reklamasi pada PT Sinar Jaya Sultra

Utama.

7
Gambar 1. 6 Lahan Reklamasi pada PT Sinar Jaya Sultra Utama

8
BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Geologi Regional

2.1.1 Geomorfologi Regional

Pulau Sulawesi yang mempunyai luas sekitar 172.000 km2 (Van Bemmelen,

1949), dikelilingi oleh laut yang cukup dalam. Sebagian besar daratannya dibentuk

oleh pengunungan yang ketinggiannya mencapai 3.440 m (Gunung Latimojong).

Pulau Sulawesi berbentuk huruf “K” dengan empat lengan yaitu Lengan Timur

memanjang timur laut-baratdaya, Lengan Utara memanjang barat-timur dengan

ujung baratnya membelok ke arah utara-selatan, Lengan Tenggara memanjang barat

laut-tenggara, dan Lengan Selatan membujur utara-selatan. Ke-empat lengan

tersebut bertemu pada bagian tengah Sulawesi.

Sebagian besar Lengan Utara bersambung dengan Lengan Selatan melalui

bagian tengah Sulawesi yang merupakan pengunungan dan dibentuk oleh batuan

gunung api. Di ujung Timur Lengan Utara terdapat beberapa pengunungan api aktif,

diantaranya adalah Gunung Lokon, Gunung Soputan, dan Gunung Sempu. Rangkaian

gunung aktif ini menerus sampai ke Sangihe. Lengan Timur merupakan rangkaian

pegunungan yang dibentuk oleh batuan Ofiolit. Pertemuan antara Lengan Timur dan

bagian Tengah Sulawesi disusun oleh batuan Malihan, sementara Lengan Tenggara di

bentuk oleh batuan Malihan dan Batuan Ofiolit.

Pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya merupakan pertemuan tiga lempeng

yang aktif bertabrakan. Akibat tektonik aktif ini, pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya

dipotong oleh sesar regional yang masih aktif. Kenampakan morfologi dikawasan ini

9
merupakan cerminan sistem sesar regional yang memotong pulau ini serta batuan

penyusun pada bagian Tengah Sulawesi, Lengan Tenggara, dan Lengan Selatan

dipotong oleh sesar regional yang umumnya berarah timur-laut baratdaya. Sesar yang

masih aktif sampai sekarang pada umumnya merupakan sesar geser mengiri.

Lengan Tenggara Sulawesi dibagi menjadi tiga bagian yaitu, Ujung Utara,

bagian Tengah, dan ujung Selatan. Ujung Utara dimulai dari Palopo sampai Teluktolo

dan dibentuk oleh batuan Ofiolit. Bagian Tengah yang merupakan bagian paling lebar

(sampai 162,5 km), didominasi oleh batuan Malihan dan batuan Sedimen

Mesozoikum. Ujung Selatan Lengan Tenggara merupakan bagian yang relatif lebih

landai dan didominasi oleh batuan Sedimen Tersier (Van Bemmelen, 1945).

Morfologi bagian tengah Lengan Tenggara Sulawesi didominasi oleh

pegunungan yang umumnya memanjang hampir sejajar berarah barat-tenggara.

Pegunungan tersebut diantaranya adalah pegunungan Mangkuka, pegunungan

Tangke Lembuke yang merupakan morfologi tanah yang sangat kasar dengan

kemiringan lereng yang tajam. Puncak tertinggi pada rangkaiaan pegunungan

Mangkuka yaitu 2970 mdpl. Berdasarkan relief, ketinggian, batuan penyususn dan

stadia wilayah,

Kabupaten Konawe Utara secara umum dikelompokkan dalam tiga satuan

morfologi yaitu satuan perbukitan tinggi, satuan perbukitan rendah, dan satuan karst.

A. Satuan Perbukitan Tinggi

Satuan perbukitan tinggi menempati bagian Selatan Lengan Tenggara,

terutama di Selatan Kendari yang terdiri dari bukit-bukit yang mencapai

ketinggian 500 mdpl dengan morfologi kasar. Batuan penyusun morfologi ini

berupa batuan Klastika Mezozoikum dan Tersier.

B. Satuan Perbukitan Rendah

10
Satuan perbukitan rendah menempati luas di Utara Kendari dan Ujung Selatan

Lengan Tenggara Sulawesi. Satuan ini terdiri dari bukit kecil dan rendah dengan

morfologi yang bergelombang. Batuan penyusun satuan ini adalah batuan

Sedimen Klastika dan Mezozoikum.

C. Satuan Karst

Satuan karst dicirikan dengan perbukitan kecil dan sungai di bawah permukaan

tanah. Sebagain besar batuan penyusun satuan morfologi didominasi oleh batu

Gamping dan Mezozoikum.

2.1.2 Stratigrafi Regional

Batuan-batuan yang tersingkap di Lembar ini berumur mulai dari Paleozoikum

sampai Kuarter. Berdasarkan himpunan batuan dan pencirinya, geologi pra-tersier di

Lembar Lasusua-Kendari dapat dibedakan dalam dua Lajur Geologi yaitu Lajur Tinondu

dan Lajur Hialu. Lajur Tinondu dicirikan oleh batuan endapan paparan benua dan Lajur

Hialu oleh endapan kerak samudera/ofiolit. Secara garis besar kedua mandala ini

dibatasi oleh sesar Lasolo (Rusmana et. al, 1985).

Stratigrafi daerah penelitian termasuk dalam Lembar Lasusua-Kendari. Formasi

batuan penyusun daerah penelitian diurutkan dari termuda yaitu sebagai berikut:

A. Aluvium (Qa)

Alluvium (Qa) terdiri atas lumpur, lempung, pasir kerikil dan kerakal. Satuan ini

merupakan endapan sungai, rawa, dan endapan pantai. Umur satuan ini adalah

Halosen.

B. Formasi Pandua (Tmpp)

Formasi pandua (Tmpp) terdiri atas konglomerat, batulempung dan batupasir.

Formasi ini berumur Pliosen.

C. Batuan Ofiolit (Ku)

11
Batuan Ofilot (Ku) terdiri atas Harzburgit, Dunit, Serpentinit, Gabro, dan

Peridotit. Satuan ini diperkirakan berumur kapur.

Berdasarkan himpunan batuan, struktur dan umur batuan, terdapat 4 kelompok

batuan yang terdiri atas:

1. Batuan Malihan Kompleks Mekongga

Batuan malihan berderajat rendah (Low Grade metamorphic) ini merupakan

batuan alas di Lengan Tenggara Sulawesi. Batuan malihan kompleks Mekongga

ini diperkirakan berumur Permo-Karbon dan termasuk batuan metamorf fasies

epidot-amfibolit. Batuan malihan ini terjadi karena adanya proses burial

metamorphism. Batuan penyusunnya berupa sekis mika, sekis kuarsa, sekis

klorit, sekis mika-amfibol, sekis-grafit dan genes.

2. Batuan Sedimen Mesozoikum

Di atas batuan malihan itu secara tak selaras menindih batuan Sedimen

Klastika, yaitu Formasi Meluhu dan Sedimen Karbonat Formasi Laonti.

Keduanya diperkirakan berumur Trias Akhir hingga Jura Awal. Formasi Meluhu

tersusun dari batusabak, fillit, dan kuarsit serta sisipan batugamping hablur.

Formasi Laonti terdiri atas batugamping hablur bersisipan fillit di bagian

bawahnya dan setempat sisipan kalsilutit rijangan.

3. Kelompok Mollasa Sulawesi

Pada Neogen tak selaras di atas kedua madala yang saling bersentuhan itu,

diendapkan kelompok Molasa Sulawesi. Batuan jenis Mollasa yang tertua di

daerah penelitian adalah Formasi Langkowala yang diperkirakan berumur akhir

Miosen Tengah. Formasi ini terdiri dari batupasir konglomerat. Formasi

Langkowala mempunyai anggota konglomerat yang keduanya berhubungan

menjemari. Di atasnya menindih secara selaras batuan berumur Miosen akhir

hingga Pliosen yang terdiri dari Formasi Eemoiko dan Formasi Boepinang.

12
Formasi Eemoiko dibentuk oleh batugamping koral, kalkarenit, batupasir

gampingan dan napal. Formasi Boepinang terdiri atas batulempung pasiran,

napal pasiran, dan batupasir. Secara tak selaras kedua formasi ini tertindih oleh

formasi Alangga dan Formasi Buara yang saling menjemari. Formasi Alangga

berumur Pliosen, terbentuk oleh konglomerat dan batupasir yang belum padat.

Formasi Buara dibangun oleh terumbu koral, setempat terdapat lensa

konglomerat dan batupasir yang belum padat. Formasi ini masih

memperlihatkan hubungan yang menerus dengan pertumbuhan terumbu pada

pantai yang berumur Resen. Satuan batuan termuda yaitu endapan sungai,

rawa, dan kolovium.

4. Kelompok Batuan Ultramafik (Ku)

Pengelompokan atau pembagian satuan litologi didasarkan oleh perbedaan

kenampakan fisik baik secara megaskopis maupun mikroskopis, dimana litologi

pada daerah penelitian merupakan satuan dunit-peridotit, satuan peridotit

merupakan basement dari Mandala Geologi Sulawesi Timur yang berumur

Kapur Awal (Simandjuntak et al., 1993). Satuan dunit-peridotit yang merupakan

bagian dari ofiolit Sulawesi Timur, menempati sebagian besar daerah

perbukitan yang mencakup daerah penelitian. Secara megaskopis satuan ini

didominasi oleh batuan beku ultramafik berupa peridotit (dunit dan lerzolit),

piroksen dan sebagian kecil serpentinit yang tersebar.

2.2 Struktur Geologi Regional

Pada umumnya struktur geologi regional sangat berhubungan dengan gerakan

ke Barat dari beberapa kepingan benua. Akibat dorongan ke arah Barat dari kepingan

Benua Banggai-Sula, terbentuklah sesar geser Mengiri, diantaranya sistem sesar Palu-

koro yang berhubungan dengan beberapa sesar di bagian Timur Sulawesi termasuk

13
sesar matano, sesar lawanopo, dan sesar kolaka. Struktur geologi yang berkembang

di lembar Lasusua adalah sesar, lipatan dan kekar. Sesar dan kelurusan umumnya

berarah Baratlaut-Tenggara searah dengan sesar Lasolo yang merupakan sesar geser

Mengiri yang aktif hingga kini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya dengan sesar

Sorong yang aktif kembali pada kala Oligosen merupakan salah satu kawasan yang

masih mendapat pengaruh oleh sesar Lasolo dan sesar Matarombeo yang berarah

Tenggara-Barat Laut.

Struktur geologi di Sulawesi didominasi oleh arah Baratlaut-Tenggara yang

berupa sesar mendatar sinistral dan sesar naik sesar Palu-Koro memotong Sulawesi

bagian Barat dan Tengah, menerus ke bagian utara hingga ke Palung Sulawesi Utara

yang merupakan batas tepi benua di Laut Sulawesi. Jalur Sesar Palu-Koro merupakan

sesar medatar sinistral dengan pergeseran lebih dari 750 km (Sukamto, 1975), arah

gerak sesuai dengan jalur Sesar Matano dan jalur Sesar Sorong. Sesar Sadang yang

terletak di bagian barat dan sejajar dengan Sesar Palu berada pada lengan Selatan

Sulawesi, lembah Sungai Sadang dan Sungai Masupu yang sistemnya dikontrol oleh

sesar mendatar (Hamilton, 1979).

Sesar Gorontalo merupakan sesar mendatar dekstral yang berlawanan arah

dengan sesar Palu-Koro dan pola sesar sungkupnya memperlihatkan arah yang

konsekuen terhadap platform Banggai-Sula sehingga memberikan gambaran adanya

kemungkinan kompresi mendatar yang disebabkan oleh dorongan platform Banggai-

Sula Kearah Barat.

Sesar Matano merupakan sesar mendatar sinistral berarah barat laut-timur

memotong Sulawesi Tengah dan melalui Danau Matano merupakan kelanjutan dari

sesar Palu ke arah Timur yang kemudian berlanjut dengan prisma akresi Tolo di Laut

Banda Utara. Sistem sesar Lawanopo berarah barat laut-Tenggara melewati Teluk

Bone dan Sulawesi Tenggara. Sesar ini kemungkinan berperan dalam pembukaan

14
Teluk Bone, seperti pembukaan yang terjadi di daratan Sulawesi Tenggara yang

merupakan zona sesar mendatar sinistral Neogen. Sesar Lawanopo memisahkan

mintakat benua Sulawesi Tenggara pada Lengan Tenggara Sulawesi dengan metamorf

Sulawesi Tengah.

Sesar naik Batui terletak pada bagian timur Lengan Timur Sulawesi merupakan

hasil dari tumbuhan platform Banggai-Sula dengan Sulawesi yang menyebabkan

pergeseran secara oblique sehingga cekungan Gorontalo menjadi terangkat. Kompleks

pompangeo diduga telah beberapa kali mengalami masa perlipatan. Perlipatan tua

diperkirakan berarah utara-selatan atau baratdaya-timurlaut, sedangkan lipatan muda

berarah Baratlaut-Tenggara atau Barat-Timur. Serta ada pula yang berarah hampir

sama dengan lipatan tua.

Perdaunan atau foliasi umumnya berkembang baik dalam satuan batuan

malihan kompleks Pompangeo dan di beberapa tempat dalam amfibolit, sekis

glaukofan dan serpentin yang tersekiskan dalam kompleks ultramafic. Secara umum

perdaunan berarah barat-timur dan Baratlaut-Tenggara. Di beberapa tempat

perdaunan terlipat dan pada jalur sesar mengalami gejala kink banding. Belahan

umumnya berupa belahan bidang sumbu dan di beberapa tempat berupa belahan

retak (fracture cleavage). Belahan retak umumnya dijumpai dalam batupasir malih

dan batugamping malih. Secara umum bidang belahan berarah sejajar atau hampir

sejajar dengan bidang perlapisan; oleh karenanya belahan ini digolongkan sebagai

berjajar bidang sumbu.

Kekar dijumpai hampir pada semua batuan, terutama batuan beku (kompeks

ultramafik dan mafik), batuan sedimen malih mesozoikum, dan batuan malihan

(kompleks pompangeo). Dalam batuan Neogen kekar kurang berkembang. Sejarah

pengendapan batuan di daerah Sulawesi Tenggara diduga sangat erat hubungannya

dengan perkembangan tektonik daerah Indonesia bagian Timur, tempat lempeng

15
Samudera Pasifik, Lempeng Benua Australia dan Lempeng Benua Eurasia saling

Bertumbuk.

2.3 Profil Perusahaan

PT Sinar Jaya Sultra Utama (SJSU) merupakan salah satu perusahaan

pertambangan nikel di kawasan Indonesia yang menerapkan sitem penambangan

terbuka (open pit), dengan luasan IUP ± 301 Ha yang terdiri dari 8 blok. Namun saat

ini PT Sinar Jaya Sultra Utama telah melakukan kegiatan penambangan pada pit A

dengan luasan 23 Ha yang terdapat di blok A, Blok B dengan luasan 18 Ha dan Blok C

dengan luasan 29 Ha. Berikut ditunjukkan pada gambar 2.1 peta izin pinjam pakai

kawasan hutan PT Sinar Jaya Sultra Utama.

Gambar 2. 1 Peta IPPKH PT Sinar Jaya Sultra Utama

16
2.4 Struktur Organisasi Perusahaan

PT Sinar Jaya Sultra Utama site Waturambaha dipimpin oleh Kepala Teknik

Tambang yang dibantu oleh Wakil Kepala Teknik Tambang dalam menjalankan

tugasnya. Selain dibantu oleh Wakil Kepala Teknik Tambang, Kepala Teknik Tambang

(KTT) juga dibantu oleh Mine Manager dan Exploration Manager. Mine Manager

membawahi beberapa divisi yang diantaranya adalah shipping department, QAQC

(Quality Assurance and Quality Control), Production Department, Heavy Equipment

Department, Health Safety and Enviromental (HSE), HRGA, Logistic and Finance

Department, dan Engineering Department. Berikut ini gambar 2.2 yang menunjukkan

struktur organisasi perusahaan.

Gambar 2. 2 Struktur Organisasi Perusahaan

17
2.5 Visi dan Misi Perusahaan

Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, PT Sinar Jaya Sultra Utama akan

berusaha dengan sungguh-sungguh melakukan sinergi antara kepentingan ekonomi

(profit), kepentingan lingkungan dan kepentingan sosial (social responsibility) dalam

rangka memperoleh manfaat ekonomi dan manfaat sosial yang optimal dengan tetap

menjaga keseimbangan lingkungan, maka perlu dikembangkan suatu sistem

penambangan yang pada setiap tahap kegiatannya direncanakan dengan matang,

sehingga fungsi dan daya dukung lingkungan setelah berakhirnya masa penambangan

dapat dipulihkan kembali atau dapat dialihkan untuk diperuntukan yang bermanfaat.

Untuk mencapai sinergi antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan serta

untuk memenuhi aspek legal penambangan bijih nikel, maka diperlukan suatu studi

mendalam mengenai tingkat kelayakan usaha penambangan nikel yang akan

dilaksanakan oleh PT Sinar Jaya Sultra Utama.

2.6 Letak dan Kesampaian Daerah

PT Sinar Jaya Sultra Utama terletak di Desa Waturambaha, Kecamatan Lasolo

Kepulauan, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Perjalanan dari Kota

Makassar menuju daerah ini dapat ditempuh melalui jalur udara menuju Kota Kendari

dengan waktu tempuh ±55 menit. Dari Kota Kendari menuju kantor PT Sinar Jaya

Sultra Utama sekitar 20 menit, kemudian kantor pusat menuju site Waturambaha PT

Sinar Jaya Sultra Utama ditempuh dengan menggunakan transportasi darat selama ±7

jam yang memiliki medan yang cukup berat.

18
BAB III

AKTIVITAS KERJA PRAKTIK

3.1 Lokasi dan Waktu Kerja Praktik

Secara geografis lokasi kerja praktik berada pada 3o 22’ 47.3’’ LS dan 122o 20’

3.46’’ BT sedangkan secara administratif kegiatan kerja praktik yang dilaksanakan pada

PT Sinar Jaya Sultra Utama terletak di Desa Waturambaha, Kecamatan Lasolo

Kepulauan, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Kegiatan kerja

praktik dimulai pada tanggal 17 Desember 2019 – 20 Januari 2020, waktu aktivitas

kerja praktik dimulai pada pukul 7.00 – 17.00 WITA. Kegiatan kerja praktik dilakukan

di divisi Quality Control. Kegiatan kerja praktik dilaksanakan pada beberapa tempat di

wilayah penambangan PT Sinar Jaya Sultra Utama meliputi:

a. Site Office PT Sinar Jaya Sultra Utama

b. Lokasi Penambangan

1. Pit B1

2. Pit B2

3. Pit D1

c. Laboratorium PT Sinar Jaya Sultra Utama

d. Sample House (Preparasi)

e. Stockpile

f. Nursery

g. Jetty

19
3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian pada kerja praktik

ini terdiri dari dua jenis yaitu:

3.2.1 Observasi

Metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan cara

mengamati daerah penelitian dengan melibatkan pancaindra. Pengumpulan data dapat

dibantu dengan alat yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan pencatatan dapat

ditulis pada lembaran kertas atau menggunakan media rekam elektronik. Metode ini

yang menghasilkan jenis data primer.

3.2.2 Dokumen

Pengumpulan data dengan metode ini yaitu pengambilan data melalui

dokumen-dokumen dari divisi yang berkaitan untuk melengkapi data yang diperlukan

pada penelitian ini. Metode dokumen ini yang akan memberikan data sekunder.

3.3 Kegiatan Kerja Praktik

Kegiatan kerja praktik secara umum meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan

pada bagian barging dan preparasi sampel pada PT Sinar Jaya Sultra Utama. Selain itu,

kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan adalah observasi lapangan, kegiatan produksi,

pengamatan terhadap kegiatan survey lapangan, dan pemberian materi dan arahan.

3.3.1 Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi pada PT Sinar Jaya Sultra Utama diawali dengan proses ore

getting, proses ore getting merupakan proses pengambilan ore menggunakan alat

mekanis berupa excavator back hoe dengan tipe Komatsu PC200, Hitachi PC200 dan

Volvo PC200. Ore yang telah diambil menggunakan excavator lalu diangkut

menggunakan dump truck.

20
a. Loading (Pemuatan)

Gambar 3. 1 Proses Loading (Pemuatan) Menggunakan Excavator PC 300

Setelah melakukan ore getting maka dilanjutkan dengan memuat ore ke dalam

alat angkut dump truck, menggunakan excavator. Excavator yang digunakan

dalam pemuatan ore tipe Komatsu PC300, Hitachi PC300 dan Volvo PC300.

Gambar 3.1 menunjukkan proses pemuatan dumptruck setelah ore getting.

b. Hauling (Pengangkutan)

Alat mekanis yang digunakan untuk mengangkut material adalah dump truck

dengan kapasitas ±18 ton tipe Hino 500 JD 260. Ore yang diangkut oleh dump

truck akan langsung dibawa ke tempat penumpukan ore (stockpile/stockyard)

berdasarkan koordinasi antara divisi produksi dan divisi quality control.

21
Gambar 3. 2 Kegiatan Hauling Material Menggunakan Dump Truck Hino 500 JD 260

3.3.2 Pengambilan dan Preparasi Sampel Produksi

Ore yang telah diambil dari ore getting lalu diangkut ke stockpile/stockyard

selanjutkan akan dilakukan pengambilan sampel produksi. Pengambilan sampel yang

dilakukan pada PT Sinar Jaya Sultra Utama dengan mengambil material dari 3 titik

yang berbeda yaitu pinggir kiri, pinggir kanan dan tengah menggunakan sekop.

Sampel yang diambil pada tumpukan yaitu sebanyak 50 karung sampel, pengambilan

sampel yang dilakukan terdiri atas 50 karung untuk satu lot, yang merupakan

perwakilan untuk setiap tumpukan (dome) ore nikel. Setiap pengambilan 1 karung

sampel dilakukan tiap dua kali dumping dump truck. Berikut ini gambar 3.3 yang

menunjukkan proses pengambilan sampel produksi untuk dianalisis lebih lanjut di

laboratorium.

22
Gambar 3. 3 Pengambilan Sampel Produksi di Stockpile

a. Preparasi Sampel

Preparasi sampel produksi merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan untuk

memperkecil ukuran material yang akan dianalisis, preparasi sampel dilakukan oleh

divisi Quality Control, dalam proses preparasi sampel produksi yang dilakukan, sampel

yang telah diambil pada stockpile/stockyard akan dibawa ke tempat preparasi.

Preparasi sampel merupakan tahapan yang sangat penting dalam pengolahan bahan

galian, yang bertujuan menghasilkan partikel yang sesuai dengan kebutuhan (ukuran

maupun bentuk). Dalam tahap preparasi sampel kegiatan yang dilakukan meliputi

mereduksi ukuran sampel, mematriks sampel, mengayak sampel, mixing sampel, dan

mengoven sampel.

23
b. Analisis Kadar

Analisis kadar merupakan tahapan kegiatan yang sangat penting, kegiatan ini

dilakukan di Laboratorium menggunakan alat X-Ray Fluorescence, alat ini digunakan

dalam analisis suatu unsur. Alat analisis ini akan menembakkan gelombang X-Ray

Fluorescence ke permukaan sampel kemudian mendeteksi kandungan unsur dalam

sampel. Lama waktu pembacaan tergantung pada banyak sampel yang akan dianalisis

kadarnya serta banyaknya unsur yang ingin dideteksi pada sampel. Alat X-Ray

Fluorescence yang digunakan dengan tipe Epsilon 3, Niton, dan Bruker S2 Puma.

Berikut ini gambar 3.4 yang merupakan salah satu alat XRF yang digunakan untuk

analisis, alat XRF tersebut merupakan XRF tipe Epsilon 3.

Gambar 3. 4 Alat XRF Tipe Epsilon 3

3.3.3 Barging

Barging merupakan kegiatan pengisian material ore hasil produksi kedalam

vessel untuk dikirim ke buyer baik pengiriman domestik dan ekspor. Proses

pengangkutan ore hasil produksi yang berada di stockpile/stockyard akan diangkut

sesuai kontrak dengan buyer berdasarkan kadar nikel yang diinginkan. Proses

24
pengiriman ore diatur oleh divisi Quality Control berdasarkan persediaan ore yang

berada di stockpile/stockyard dengan melihat hasil dari analisis kadar sampel produksi

yang dilakukan di laboratorium dengan menyesuaikan kadar akan dikirim untuk buyer.

Ore yang akan dikirim akan diangkut ke vessel menggunakan dump truck.

Sebelum masuk ke vessel dilakukan pengambilan sampel oleh pihak surveyor

independent dalam hal ini PT Carsurin yang selanjutnya akan dilakukan pengujian

kadar nikel kembali. PT Carsurin merupakan perusahaan surveyor independent yang

dikontrak oleh PT Sinar Jaya Sultra Utama.

Gambar 3. 5 Proses Pengambilan Sampel dari Material Ore yang Diangkut ke Vessel

Proses pengambilan sampel barging yang dilakukan PT Carsurin, dilakukan

dengan cara mengambil material yang berada pada dump truck yang akan masuk ke

vessel kegiatan pengambilan material tersebut ditunjukkan oleh gambar 3.5.

Pengambilan sampel terdiri atas 50 increment menggunakan sekop 125D dimana 100

ritase dump truck untuk 1 sublot sampel, pengambilan sampel sebanyak ½ increment

25
tiap satu kali dump truck melewati tempat pengambilan sampel. Setelah melalui proses

pengambilan sampel dump truck akan langsung masuk ke vessel. Proses dumping

material ore didalam vessel dibantu dengan excavator PC 200, yang dapat dilihat pada

gambar 3.6.

Gambar 3. 6 Proses Dumping Ore pada Vessel

Sampel yang telah diperoleh pada saat barging akan dipreparasi terlebih

dahulu untuk direduksi, baik jumlah maupun ukuran butir dari sampel tersebut

sampai dengan ukuran butir 150 mesh yang representatif dari sampel itu sendiri.

Proses preparasi sampel yang dilakukan oleh PT Carsurin menggunakan

Japanese Industrial Standard (JIS). SOP pengerjaan sampel sebagai berikut:

1. Sampel dari setiap karung digabungkan, sampel dipisahkan antara batu dan

tanah dan diayak menggunakan screening – 20mm.

2. Melakukan pengecilan ukuran material yang tidak lolos screening -20 mm

dengan menggunakan hammer atau jaw crusher.

26
3. Material yang telah dikecilkan ukurannya menggunakan hammer atau jaw

crusher lalu dimixing dengan material yang telah lolos screening -20 mm

menggunakan scoop.

4. Sampel yang telah lolos screening – 20 mm, dimatriks 4x5 menggunakan

papan kayu.

5. Sampel yang terdapat pada tiap cell diambil menggunakan scoop 20 D lalu

di split menjadi dua, dimana sampel tersebut akan di preparasi lebih oleh

pihak PT Carsurin maupun PT Sinar Jaya Sultra Utama.

6. Mengayak sampel menggunakan screening -10 mm. Jika terdapat material

yang tidak lolos ayakan akan dilakukan pengecilan ukuran material dengan

menggunakan hammer atau jaw crusher.

7. Sampel yang telah lolos ayakan -10 mm dimixing, lalu dimatriks 4x5

menggunakan papan kayu. Sampel yang terdapat pada tiap cell diambil

menggunakan scoop 10 D lalu ditempatkan secara terpisah. Sedangkan sisa

sampel ditempatkan pada penampungan (reminder sample).

8. Mengayak sampel yang telah diambil menggunakan screening -3mm,

sampel yang tidak lolos ayakan akan dilakukan pengecilan ukuran

menggunakan hammer.

9. Material yang telah lolos ayakan akan dimixing dan dimatriks 4x5. Material

kemudian diambil pada tiap cellnya menggunakan scoop 5 D, lalu material

diambil dan diletakkan dalam talang.

10. Memasukkan talang yang telah berisi sampel kedalam oven listrik dengan

suhu 105oC-110oC selama 3-4 jam.

11. Sampel yang telah mengalami proses pengovenan akan dihaluskan

menggunakan pullverizer dengan durasi selama 5 menit.

27
12. Sampel yang telah di pullverizer kemudian diayak menggunakan ayakan

dengan ukuran 150 mesh.

13. Sampel yang telah lolos ayakan 150 mesh akan dimixing menggunakan

toples dengan durasi mixing selama 5 menit.

14. Melakukan matriks 4x5 pada sampel yang telah dimixing dengan

mengunakan penggaris

15. Memasukkan sampel pada 2 kantong plastik cetik masing-masing diisi 20

scop 1D.

Sampel yang telah dipreparasi menghasilkan sampel dalam bentuk pulp,

yang kemudian sampel tersebut akan dibawa ke laboratorium untuk

dianalisis kandungan kadar Ni dan Fe menggunakan alat XRF.

Gambar 3. 7 Kegiatan Preparasi Sampel

Analisis kadar merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan setelah preparasi

sampel, kegiatan ini dilakukan di Laboratorium menggunakan alat X-Ray Fluorescence,

28
sebelum dianalisis sampel yang telah dipreparasi akan ditimbang sebanyak 10 gram,

sampel tersebut kemudian dioven dengan suhu 105-110oC selama 10 menit dan

membentuk sampel menjadi pellet dengan menggunakan press pellet. Gambar 3.8

menunjukkan kegiatan sebelum dilakukannya analisis kadar Ni dan Fe pada sampel.

Gambar 3. 8 Kegiatan sebelum Analisis Kadar Ni dan Fe

Setelah sampel berbentuk pellet, sampel tersebut dianalisis menggunakan alat

XRF yang terdapat di Laboratorium yaitu dengan tipe Epsilon 3, Niton, dan Bruker S2

Puma. Kegiatan analisis sampel dapat ditunjukkan dengan gambar 3.9.

29
Gambar 3. 9 Kegiatan Analisis Kadar Ni dan Fe Menggunakan XRF Tipe Epsilon 3

XRF bekerja pada panjang gelombang-dispersif spektroskopi. XRF akan

mendeteksi kandungan unsur dalam sampel, analisis kandungan unsur yang dilakukan

pada sampel bijih nikel laterit meliputi kadar Ni, Fe, MgO, dan SiO2. Data kadar yang

dihasilkan dari analisis sampel digunakan sebagai acuan dalam proses pengisian

vessel. Apabila kadar bijih nikel yang terdapat dalam suatu dome tidak sesuai dengan

permintaan buyer maka perlu dilakukan pencampuran atau blending bijih nikel dengan

kualitas yang berbeda untuk mecapai bijih nikel hasil blending yang sesuai dengan

spesifikasi pabrik pengolahan. Data kandungan sampel tersebut juga dapat digunakan

untuk menghitung rata-rata kadar Ni yang dihasilkan.

30
BAB IV

DISKUSI

4.1 Perhitungan Tonase

Perencanaan barging baik pengiriman domestik maupun ekspor dilakukan oleh

divisi Quality Control. Perencanaan penjualan disusun sedemikian rupa berdasarkan

stock ore yang ada pada stockpile/stockyard sesuai kadar dan tonase serta

disesuaikan dengan kadar dan tonase yang telah disetujui dengan buyer (kontrak).

Berdasarkan rencana produksi yang dilakukan untuk pengiriman ore menggunakan

tongkang GW2505 dan GW2507 berasal dari beberapa stockpile. Lokasi pengambilan

ore dan tonase yang diambil pada tiap stockpile untuk barging tongkang GW2505 dan

GW2507 dapat dilihat pada tabel 4.2 dan 4.3. Tonase material yang diambil pada tiap

lokasi pengambilan ore dapat dihitung dengan cara:

Tonase = n Bucket x Kapasitas Bucket x n Ritase

Dimana:

n Bucket : Jumlah bucket yang dimuat per ritase

n Ritase : Jumlah keseluruhan rit pada saat pengisian vessel

Kapasitas Bucket : Kapasitas bucket yang digunakan pada saat loading,

dimana kapasitas bucket dapat dihitung dengan cara:

Kapasitas Bucket = Kapasitas Normal Bucket x Bucket Fill Factor x Density

Material

Dimana:

Kapasitas Bucket normal untuk excavator Hitachi PC300 sebesar 2,8 ton

Bucket fill factor dapat dilihat pada tabel 4.1

31
Tabel 4. 1 Nilai Bucket Fill Factor
Excavating Conditions Bucket Fill Factor
Mudah Tanah lempungan, lempung, tanah lunak 1.1 - 1.2
Sedang Tanah pasir dan tanah kering 1.0 - 1.1
Agak Sulit Tanah berpasir dengan Bongkahan 0.8 - 0.9
Sullit Material Hasil Peledakan 0.7 - 0.8

Density material : Nikel 1,59

Jadi kapasitas bucket untuk excavator Hitachi PC 300 yaitu :

Kapasitas Bucket = Kapasitas Normal Bucket x Bucket Fill Factor x Density

Material

= 2,8 ton x 1,2 x 1,59

= 3,5 ton

Dalam perhitungan tonase, kapasitas bucket yang digunakan yaitu 3,5 ton

untuk excavator Hitachi PC 300

Tabel 4. 2 Lokasi dan Tonase Barging GW2505


Jumlah Tonase
Lokasi Kode Dome Ritase
Bucket (Ton)
Sty 14 S14-19/10/19 54 5 945

Sty 14 S14-25,27/11/19 41 5 717,5

Sty 14 S14-22/11/19 12 5 210

Sty 14 S14-55/10/19 52 5 910

Sty 13 S13-30/12/19 63 5 1102,5

Sty 13 S13-16,17,51/12/19 85 5 1487,5

Total 307 5372,5

32
Tabel 4. 3 Lokasi dan Tonase Barging GW2507
Jumlah Tonase
Lokasi Kode Dome Ritase
Bucket (Ton)
Sty 2 S2-2/11/19 145 5 2537,5

Sty 14 S14-25,27/11/19 31 5 542,5

Sty 14 S14-9/12/19 101 5 1767,5

Sty 13 S13-16,17,15/12/19 7 5 122,5

Total 284 4970

4.2 Perhitungan Kadar Ni dan Fe

4.2.1 Kadar Ni dan Fe Sampel Produksi

Berdasarkan analisis kadar yang telah dilakukan pada beberapa

stockpile/stockyard khususnya untuk kegiatan barging tongkang GW2505 dan GW2507

didapatkan data kadar pada tabel 4.4 dan tabel 4.5, sedangkan kadar rata-rata sampel

dapat diperoleh dengan rumus:

∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-rata =
∑Tonase

Tabel 4. 4 Data Kadar Ni dan Fe Sampel Produksi untuk Tongkang GW2505


Kadar (%)
Lokasi Kode Dome
Ni Fe

Sty 14 S14-19/10/19 1,85 32,21

Sty 14 S14-25,27/11/19 2,01 30,49

Sty 14 S14-22/11/19 1,89 32,79

Sty 14 S14-55/10/19 2,05 21,80

Sty 13 S13-30/12/19 1,85 19,05

33
Sty 13 S13-16,17,51/12/19 1,69 27,19

Kadar Rata-rata 1,86 26,14

Berikut ini perhitungan kadar Ni dan Fe sampel produksi untuk Tongkang GW2505:
∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-rata Ni = ∑Tonase

10006,33
= 5372,5

= 1,86 %

∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-Rata Fe = ∑Tonase

140486,7
= 5372,5

= 26,14 %

Tabel 4. 5 Data Kadar Ni dan Fe Sampel Produksi untuk Tongkang GW2507


Kadar (%)
Lokasi Kode Dome
Ni Fe

Sty 2 S2-2/11/19 1,84 30,67

Sty 14 S14-25,27/11/19 2,01 32,79

Sty 14 S14-9/12/19 1,88 16,15

Sty 13 S13-16,17,51/12/19 1,69 27,19

Kadar Rata-rata 1,86 25,65

Berikut ini perhitungan kadar Ni dan Fe sampel produksi untuk Tongkang GW2507:

∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-rata Ni = ∑Tonase

9289,35
= 4970

= 1,86 %

34
∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-Rata Fe = ∑Tonase

127489,6
= 4970

= 25,65 %

4.2.2 Kadar Ni dan Fe Sampel Barging

Berdasarkan analisis kadar yang telah dilakukan pada laboratorium

menggunakan alat XRF tipe Bruker untuk kegiatan barging tongkang GW2505 dan

GW2507 didapatkan data kadar pada tabel 4.6 dan 4.7 yaitu:

Tabel 4. 6 Data Kadar Ni dan Fe Sampel Barging untuk Tongkang GW2505


Kadar (%)
Sampel
Ni Fe

SL 1 1,79 22,23

SL 2 1,83 20,03

SL 3 1,92 23,11

Kadar Rata-rata 1,84 21,82

Berikut ini perhitungan kadar Ni dan Fe sampel produksi untuk Tongkang GW2507:

∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-rata Ni = ∑Tonase

9930,2
= 5372.5

= 1,84 %

∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-Rata Fe = ∑Tonase

117228,5
=
5372,5

= 21,82 %

35
Tabel 4. 7 Data Kadar Ni dan Fe Sampel Barging untuk Tongkang GW2507
Kadar (%)
Sampel
Ni Fe

SL 1 1,94 17,97

SL 2 1,90 27,45

SL 3 1,91 25,50

Kadar Rata-rata 1,91 23,53

Berikut ini perhitungan kadar Ni dan Fe sampel produksi untuk Tongkang GW2507:

∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-rata Ni = ∑Tonase

9527,7
=
4970

= 1,91 %

∑ (Kadar x Tonase)
Kadar Rata-Rata Fe = ∑Tonase

116970
= 4970

= 23,53 %

4.2.4 Deviasi Kadar

Deviasi kadar merupakan selisih nilai kandungan bijih pada beberapa tahapan

penambangan tertentu. Deviasi kadar dapat dihitung dengan menggunakan selisih

kadar pada data kadar yang ingin diketahui deviasinya. Deviasi kadar menunjukkan

nilai deviasi kadar nikel pada sampel produksi dan sampel barging yang diperoleh

dengan rumus:

Deviasi= |Kadar rata − rata sampel 𝑏𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛𝑔 – Kadar rata − rata sampel produksi|

Besarnya perbedaan kadar dari sampel produksi dan sampel barging yang

didapatkan pada pengambilan sampel, dapat dilihat dari data kadar rata-rata tiap

metode pengambilan sampel. Perubahan kadar dapat dihitung dengan cara:

36
Q= Q2-Q1

Dimana:

Q = Persentase perbedaan kadar

Q1 = Kadar rata-rata sampel produksi

Q2 = Kadar rata-rata sampel barging

Sehingga:

Q untuk Tongkang GW2505 = Q2-Q1

= 1,84-1,86

= 0,02% (-)

Q untuk Tongkang GW2507 = Q2-Q1

= 1,91 – 1,86

= 0,05% (+)

4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Kadar

Berdasarkan perhitungan mengenai perubahan kadar pada sampel produksi

dan sampel barging didapatkan persentase perubahan kadar pada tongkang GW2505

sebesar 0,02% sedangkan untuk tongkang GW2507 sebesar 0,05%, namun adanya

perbedaan kadar ini sudah dapat ditoleransi dikarenakan tidak melebihi dari batas

toleransi yang ditetapkan sebesar 0,05%. Namun adanya perbedaan kadar material

dari sampel produksi dan sampel barging dikarenakan adanya beberapa faktor yang

mempengaruhi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar pada sampel produksi dan

sampel barging adalah tidak homogennya material hasil ore getting dan proses

pengambilan sampel yang dilakukan pada pengambilan sampel produksi dan barging.

Material yang didapatkan pada ore getting bercampur dengan waste.

Pengotoran disebabkan karena adanya material yang tidak berharga ikut tercampur

37
dalam ore, karena penyebaran ore saprolit yang tidak merata pada areal penambangan

ini, maka biasanya terjadi pula kehilangan bijih pada saat ore getting.

Material yang terdapat di alam memang bersifat tidak homogen namun salah

satu upaya agar material yang didapatkan dapat bersifat homogen adalah dengan cara

ore yang telah didapatkan pada ore getting yang tidak homogen ini sebaiknya di

mixing terlebih dahulu dengan excavator agar ore yang di hauling ke stockpile dan

diambil sampelnya akan lebih bersifat homogen. Peran penting pengawas di pit dan

keterampilan operator pada proses ore getting sangat mempengaruhi hasil dari ore

getting sehingga material yang dihasilkan dapat lebih homogen.

Hal yang harus diperhatikan dalam analisis kadar bijih nikel yang akan

ditambang adalah cara pengambilan sampel. Pengambilan sampel yang dilakukan

harus sesuai dengan SOP yang diterapkan oleh perusahaan. Dalam proses

pengambilan sampel untuk sampel produksi dilakukan dengan mengambil tiga titik

pengambilan sedangkan untuk sampel barging, sampel yang diambil hanya pada satu

titik pengambilan sampel dari atas dump truck.

Pengambilan sampel yang dilakukan pada tiga titik yang berbeda oleh sampler

di lapangan tidak sesuai dengan SOP yang diterapkan oleh perusahaan dikarenakan

pengambilan sampel bukan pada titik saat dumping dumpt truck. Sedangkan

pengambilan sampel barging yang seharusnya dilakukan dengan mengambil ½

increment dari setiap dump truck yang lewat dalam pelaksanaanya tidak sesuai dengan

SOP. Berdasarkan pengamatan penulis penyemplingan sampel barging tidak diambil

pada tiap dump truck namun disampling per dua dump truck untuk 1 increment.

Seharusnya ini menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dikarenakan hal tersebut

dapat mempengaruhi kadar yang akan didapatkan karena kadar yang didapatkan bisa

saja tinggi ataupun rendah dan tidak sesuai SOP yang ditetapkan.

38
Standarisasi pengambilan sampel yang telah ditetapkan haruslah menjadi

perhatian penting bagi sampler pada saat di lapangan. Untuk mendapatkan sampel

yang sesuai dengan standarisasi yang telah ada maka haruslah memperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

a. Mempersiapkan sarana pendataan dan pengambilan sampel seperti sekop

increment, kantong, label, dan lain sebagainya.

b. Tidak dibenarkan memilih-milih sampel yang harus dimasukkan ke sekop untuk

dijadikan sampel

c. Memperhatikan lokasi jatuhnya material yang berasal dari dumping dump truck.

d. Peranan pengawas dan kru sampel disetiap lokasi kerja agar semakin

ditingkatkan dengan memperhatikan dan menerapkan dengan sungguh-

sungguh SOP yang telah ditentukan oleh perusahaan.

Proses preparasi sampel merupakan proses mereduksi ukuran butir material

sebelum dilakukan analisis di laboratorium. Preparasi sampel sangat mempengaruhi

hasil dari analisis yang dilakukan di laboratorium, perbedaan kadar dapat terjadi

apabila kegiatan preparasi tidak dilakukan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan

oleh perusahaan. Hal-hal yang berpengaruh terhadap adanya perbedaan kadar adalah

penggunaan alat yang tidak sesuai dengan SOP, dan tidak dilakukannya pembersihan

alat. Pada saat di lapangan, terkadang tidak dilakukan pengayakan -20mm, -10mm,

dan -3mm menggunakan alat, namun kru preparasi mengira-ngira hasil ayakan

tersebut dan langsung mereduksi ukuran material, sebaiknya ini menjadi perhatian

penting karena proses mengayak dapat mempengaruhi hasil analisis yang akan

dilakukan di laboratorium.

Pembersihan alat dilakukan untuk menghindari terjadinya perbedaan kadar

pada saat menggunakan alat, yang bertujuan untuk menghindari terjadinya

39
dekomposisi dengan material lainnya. Sebaiknya sebelum menggunakan alat terlebih

dahulu dibersihkan menggunakan compressor kemudian dicuci dan dikeringkan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, W. 2011. Ekstraksi Nikel dari Bijih Nikel Laterit Pomalaa dengan Metode
Bioleaching Menggunakan Konsorsium Jamur. Bandung: Institut Teknik
Bandung.
Bemmelen, R. W. Van. 1949. The Geology of Indonesia, Vol. 1 A, Government Printing
Office, The Hauge.
Dalvi D.A, W. G. B., Robert C. Osborne. 2004. The Past and the Future of Nickel
Laterites Paper presented at the British Library Conference Proceedings, Hobart.
Hamilton, W. 1979. Tectonics of Indonesian Region, US Geological Survey Profesional
Paper. 345p.
Rusmana, E dan Sukarna, D. 1985. Tinjauaan Stratigrafi Lengan Tenggara Sulawesi
Dibandingkan dengan Daerah Sekitarnya. Proceeding of Indonesia Association
Geologist, 14th Annual Convention, h.61-70.
Simandjuntak, T. O., Rusmana, E., Supandjono, J. B dan Koswara, A. 1993. Peta
Geologi Lembar Penelitian Sulawesi Tenggara. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.
Sukamto, R. 1975. The Structure of Sulawesi in the Light of Plate Tectonics. Paper
Presented in the Regional Conference of Geology and Mineral Resources:
Jakarta.
Sukandarumidi. 1999. Bahan Galian Industri. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. 51pp.

41
1

Anda mungkin juga menyukai