PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
EXCEL IMANUELLA MANURUNG
112170074
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
ANALISIS MANAJEMEN PENIMBUNAN BIJIH NIKEL PADA
ROM STOCKPILE DI PT. WEDA BAY NICKEL KABUPATEN
HALMAHERA TENGAH MALUKU UTARA
Oleh :
Disetujui untuk
Program Sarjana
Program Studi Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Tanggal : September 2021
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
memutuskan kebijakan mengenai kegiatan penimbunan dan penanganan nikel dalam usaha
ke arah perbaikan.
2
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 2.1
Roof type Stockpile (Chevron Method)
3
b. Areal Stockpile
Material yang akan dicampur ditumpahkan selapis demi selapis secara horizontal
dimana setiap lapisannya diratakan terlebih dulu baru kemudian ditumpahkan
lapisan berikutnya diatasnya, demikian seterusnya.
Gambar 2.2
Areal Stockpile
c. Axial Stockpile
Lapisan material yang ditumpahkan disusun secara longitudinal dilakukandengan
menggeser posisi curahan lebih tinggi dan menyamping.
Gambar 2.3
Axial Stockpile
d. Continous Stockpile
Hampir sama dengan metode axial stockpile tetapi ukuran materialtumpukan
yang ditumpahkan relatif sama tinggi dan sejajar ke samping.
4
Gambar 2.4
Continous Stockpile
e. Alternative Stockpile
Material blending ditumpahkan pada dua tempat dalam jarak tertentu, lapisan
selanjutnya ditumpahkan secara bergantian sehingga bertemu di tengah.
Gambar 2.5
Alternative Stockpile
5
yang berlainan. Setelah dua apron feeder penuh maka AF 1 dibuka dengan aliran
tertentu, setelah nikel sampaidi AF 2, AF 2 dibuka sesuai dengan proporsi yang
ditentukan.
Keterangan:
AF : Apron Feeder
Gambar 2.6.
Metode Curah Langsung
b. Metode Dua Conveyor
Dengan Metode ini harus disiapkan dua lahan untuk dua kualitas atau lebih yang
berbeda sebagai bahan blending. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
1) Kecepatan conveyer 1 dan conveyer 2 harus sama
2) AF 1 dan AF 2 harus dikonsruksi seperti metode curahan langsung
3) Curahan dari conveyer 1 dan conveyer 2 harus bertabrakan pada saat posisi
curahan masih agak lurus.
Keterangan:
AF : Apron Feeder
BC : Belt Conveyor
Gambar 2.7
Metode Dua Conveyor
6
2.1.4. Teori Pencampuran
Pencampuran atau blending adalah penggabungan secara bersamaan dan terus
menerus dalam waktu tertentu dari dua atau lebih material, yang dianggap mempunyai
komposisi yang konstan (parameter kualitas konstan) dan terkontrol proporsinya. Secara
teoritis parameter kualitas campurannya dapat dideteksi dengan persamaan sebagai berikut
(Charles G. Schofield, 1978) :
𝐾1 . 𝑋1 + 𝐾2 . 𝑋2 + ... + 𝐾𝑛 . 𝑋𝑛
Kc =
𝑋𝑐
Xc = X1 + X2 + … + Xn
Keterangan :
Kc = Kualitas nikel campuran
Xc = Berat total nikel campuran
K1,K2,…,Kn = Kualitas dari masing-masing nikel yang akan dicampur
X1,X2,…,Xn = Berat dari masing-masing nikel yang akan dicampur
2.1.5. Program Linier
Program linier adalah salah satu teknis analisis dari kelompok teknis riset operasi
yang memberikan model matematis dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-
sumber daya yang terbatas secara optimal. Tujuannya adalahuntuk menentukan alternative
yang lebih baik dari langkah-langkah kebijaksanaan. Lebih lanjut tentang alokasi sumber
yang terbatas guna mencapai sasaran yang diinginkan secara optimal. Model dasar program
linear dapat dirumuskan sebagai berikut (Pangestu Subagyo, 1999) :
Memaksimalkan atau meminimalkan fungsi objektif :
Z = ∑ 𝑛𝑖=1 𝐶𝑗 .𝑋𝑗 untuk j = 1,2,3,…,n
Dimana :
Z = nilai yang dioptimalkan (maksimum atau minimum)
Cj = parameter yang dijadikan kriteria optimasi
7
Xj = peubah pengambilan kegiatan yang ingin dicari
I = nomor setiap macam sumber atau fasilitas yang tersedia
J = nomor setiap macam kegiatan yang menggunakan sumber/fasilitas
yang tersedia
aij = banyaknya sumber i yang diperlukan
bi = banyaknya sumber i yang tersedia
m = macam batasan-batasan sumber atau fasilitas yang tersedia
n = macam kegiatan-kegiatan yang menggunakan sumber atau
fasilitas yang tersedia
Keseluruhan simbol-simbol di atas selanjutnya disusun ke dalam bentuktabel standar
program linier seperti pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Data Untuk Model Program Linier
: : : : : :
M am1 am2 am3 ……………. anm bm
ΔZ C1 C2 C3 ……………. Cn
pertambahan
unit
Tingkat X1 X2 X3 ……………. Xn
kegiatan
Bentuk atau model program linier seperti dalam perumusan, merupakan bentuk standar
bagi masalah-masalah program linier yang akan dipakai selanjutnya. Dengan kata lain bila
setiap masalah dapat diformulasikan secara matematis mengikuti model perumusan yang
telah ada, maka masalah tersebut dapat dipecahkan dengan teknik program linier.
8
Terminologi umum untuk model program linier yang diuraikan dalam tabel dapat
diringkas sebagai berikut :
a. Fungsi yang akan dimaksimumkan
C1X1 + C2X2 + C3X3 + … + CnXn ……… disebut fungsi tujuan (objective
function)
b. Fungsi-fungsi batasan dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu :
1) fungsi batasan fungsional, yaitu fungsi-fungsi batasan sebanyak myaitu:
ai1X1 + ai2X2 + ai3X3 + … + aimXn
2) fungsi batasan non-negatif (non negative constraints) yaitu fungsi- fungsi
batasan yang dinyatakan dengan Xi ≥ 0
c. Variabel-variabel Xj disebut sebagai decision variables
d. aij, bi, dan Cj yaitu masukan-masukan (input) konstan, disebut sebagai
parameter model
Beberapa pengertian dasar yang digunakan dalam program Linear untukmembicarakan
metode simpleks adalah sebagai berikut:
a. Penyelesaian (solution) adalah jawaban akhir suatu masalah.
b. Feasible solution adalah penyelesaian yang tidak melanggar batasan-batasan
yang ada.
c. Not Feasible Solution berarti tidak ada daerah feasible.
d. Optimum Solution adalah feasible solution yang mempunyai nilai tujuan (nilai
dua dalam fungsi tujuan) yang optimum atau teknik (maksimum atau minimum).
e. Multiple Optimal Solution berarti terdapatnya beberapa alternative optimal dalam
suatu masalah.
f. Boundary Equation terjadi apabila suatu batasan dengan tanda “sama dengan”.
g. Corner Point Feasible Solution adalah feasible solution yang terletak pada sudut
(perpotongan) antara dua garis.
h. No Optimal Solution terjadi apabila suatu masalah tidak mempunyai jawaban atau
penyelesian optimal.
2.1.6. Metode Simplek
Metode Simplek adalah suatu metode dalam suatu analisis permasalahan program
linier yang mendasarkan pada perhitungan aljabar matrik. Program ini mempunyai
prosedur aljabar yang bersifat iteratif yaitu bergerak bertahap dimulai dari daerah yang
9
layak menuju ke daerah yang paling optimum. Ada 3 unsur dasar model pemrograman,
yaitu :
a. Variabel Keputusan
Fungsi matematis yang akan mempengaruhi nilai tujuan yang akan dicapai,
ditentukan terlebih dahulu sebelum merumuskan fungsi tujuan dan kendala-
kendala yang ingin dicari dan dapat memberi nilai yang paling baik.
b. Fungsi Tujuan
Fungsi matematis yang harus dimaksimalkan terhadap kendala yang ada dan
menunjukkan tujuan yang hendak dicapai.
c. Fungsi Kendala
Fungsi matematis yang menjadi kendala untuk memaksimalkan fungsi tujuan dan
mewakili kendala-kendala yang harus dihadapi dalam suatu persoalan.
Dalam teori ini permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan suatu algoritma yang
disebut simplek tabel. Disebut demikian karena kombinasi variabel keputusan yang
optimal dicari dengan menggunakan tabel-tabel.
Langkah – langkah dalam permodelan metode simplek sebagai berikut :
a. Merubah fungsi tujuan dan batasan-batasan :
1) Fungsi tujuan dirubah menjadi fungsi implisit, semua CjXij digeser ke kiri.
2) Semua batasan mempunyai tanda ketidaksamaan harus dirubah menjadi
kesamaan. Caranya dengan menambahkan variabel slack Xn+1; Xn+2;
Xn+3;…; Xn+mj
10
d. Memilih baris kunci (BK)
Baris kunci adalah baris yang mempunyai indeks positif dengan angka terkecil.
Fungsi dari baris kunci yaitu untuk merubah nilai baris dalam tabel. Untuk itu
terlebih dahulu menghitung indek tiap-tiap baris dengancara membagi nilai-nilai
kolom bn atau nilai kanan (NK) dengan nilai yang sebaris pada kolom kunci.
Apabila terdapat lebih dari satu baris yang mempunyai nilai indek positif terkecil
yang angkanya sama, maka dapat dipilih salah satu diantaranya menjadi baris
kunci. Nilai yang masuk dalam kolom kunci dan juga termasuk dalam baris kunci
disebut angka kunci.
e. Merubah nilai-nilai baris kunci
Nilai baris kunci dirubah dengan cara membaginya dengan angka kunci. Kemudian
dengan mengganti variabel baris pada baris tersebut dengan variabel kegiatan
yang terdapat di bagian atas kolom kunci.
f. Merubah nilai-nilai selain pada BK
Nilai-nilai baris selain baris kunci dapat dirubah dengan nilai sebagai berikut:
Bb = Bl – (koefisien Kk x nilai baru BK) Dengan :
Bb = baris baru Bl = baris lama Kk = kolom kunci BK =baris kunci
g. Pencapaian hasil maksimum
Ulangi langkah-langkah perbaikan pada langkah ketiga sampai terakhir diatas
untuk memperbaiki tabel-tabel yang telah dirubah nilainya. Jika masih ada
variabel pada fungsi tujuan yang mempunyai koefisien negatif maka
penyempurnaan masih perlu diteruskan. Perubahan baru berhenti apabila seluruh
variabel pada fungsi tujuan tidak ada yang mempunyai nilai negatif.
Tabel 3.2
Permodelan Simplek Dalam Bentuk Simbol
VD Z X1 X2 X3 Xn Xn+1 Xn+2 Xn+m NK
.. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
11
.. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
Keterangan:
VD : variabel dasar
Z : nilai yang dioptimalkan (maksimum atau minimum)
Xn : batasan (constrain)
Ketentuan-ketentuan tambahan :
Jika masalah yang dihadapi menghasilkan dua kolom kunci, dua baris kunci dan
“multiple solution” (penyelesaian berganda). Hal ini dibicarakan satu- persatu :
a. Terdapat lebih dari satu kolom bernilai negatif dengan angka terbesar Apabila pada
baris fungsi tujuan terdapat lebih dari satu kolom yang mempunyai nilai negatif
yang angkanya terbesar, maka ada dua kolom yang bisa terpilih menjadi kolom
kunci. Untuk mengatasi hal tersebut kita bisa memilih salah satu di antara dua
angka tersebut secara bebas. Dengan memilih angka tersebut secara bebas, akan
menghasilkan keputusan yang sama.
b. Dua baris atau lebih mempunyai indeks positif terkecil
Jika ada dua baris atau lebih yang mempunyai nilai positif terkecil, maka ada
beberapa baris yang dapat terpilih sebagai baris kunci. Untuk mengatasimasalah
ini dapat dipilih baris kunci secara bebas di antara keduanya.
c. Kenaikan nilai Z tidak terbatas
Nilai Z (tujuan) suatu permasalahan dapat ditambah terus bila ada sedikitnya satu
kegiatan yang tidak ada batasannya. Apabila ditemukan hal- hal semacam ini, maka
perhitungan berdasarkan metode simpleks tidak dapat dilanjutkan, cukup
disebutkan bahwa “kenaikan nilai Z dapat tidak atas.” Hal ini juga dapat
disebabkan karena kesalahan dalam formulasi, maka perlu diteliti ulang formulasi
masalahnya.
d. Multiple optimal solutions
Seperti diuraikan di atas, paling tidak ada 2 alternatif optimal yang mempunyai nilai Z
sama. Di dalam metode simpleks tabel, apabila baris fungsi tujuan pada tabel terakhir
(optimal) terdapat paling tidak satu kolomvariabel dasar yang mempunyai nilai 0 maka
permasalahan tersebut bersifat multiple solutions. Dengan kata lain masalah tersebut akan
menghasilkan paling tidak 2 alternatif yang mempunyai nilai Z sama.
12
Mengingat perhitungan dengan menggunakan metode linier ini bersifat iteratif
(perhitungan berulang), maka untuk mempermudah perhitungan digunakan perangkat
lunak komputer linier programming. Program linier yang digunakan adalah QM
(Quantitative Methods), yaitu pengoptimalan yang interaksinya bersifat linier yang
memiliki ukuran matriks maksimum 500 kolom (jumlah maksimum variabel keputusan)
dan 500 baris (jumlah maksimum fungsi kendala dan fungsi tujuan).
13
b. Data sekunder, seperti :
1) Data curah hujan
2) Peta lokasi dan kesampaian daerah
3) Rencana produksi perusahaan
4) Spesifikasi peralatan pencampuran yang digunakan
14
BAB III
RENCANA PENYELESAIAN PENELITIAN
15
Tabel 3.1.
Rencana Pelaksanaan Penelitian Tugas Akhir
Kegiatan Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Orientasi
Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahana Data
Analisis Data
Pembuatan Draft
16
2.3. Geologi Daerah Penambangan
2.4. Iklim dan Curah Hujan
2.5. Tahapan Kegiatan Penambangan
2.6. Kualitas dan Cadangan Bijih Nikel
2.7. Situasi ROM Stockpile
2.8. Pemasaran
III. DASAR TEORI
3.1. Parameter Kadar Bijih Nikel
3.2. Klasifikasi Nikel
3.3. Efek Potensial Penimbunan Bijih Nikel
3.4. Syarat Teknis PEnimbunan
IV. HASIL PENGAMATAN
4.1. Parameter Kualitas Nikel
4.2. Target Produksi Bijih Nikel
4.3. Kondisi ROM Stockpile Bijih Nikel
4.4. Pengambilan Conto Material
4.5. Pencampuran Aktual
4.6. Efek Penimbunan
V. PEMBAHASAN
5.1. Rancangan Teknis “ROM Stockpile”
5.2. Penimbunan dan Pembongkaran Bijih Nikel
5.3. Pencampuran
5.4. Pencegahan Efek Penimbunan
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
18
[12] Schofield Charles G, 1978, “Homogenization/Blending System
Design And Control For Mineral Processing”, 1st Edition,Trans
Tech Publication, Clausthere Zellerfeld Federal Republic of
Company
[13] Yanto Indonesianto, 2009, “Pemindahan Tanah Mekanis”, Teknik
Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta.
19