Anda di halaman 1dari 29

BAB IV

RENCANA PENAMBANGAN

4.1 SISTEM/METODE DAN TATA CARA

Pemilihan sistem atau metode penambangan sebuah bahan galian sangat


dipengaruhi oleh pola keterdapatan endapan itu sendiri, atau dengan kata lain
model geologi endapan tersebut, termasuk distribusi kualitas endapan.
Endapan bauksit yang terdapat di lokasi konsesi merupakan endapan laterit
yang membentang relatif datar dan dekat dengan permukaan tanah yang
cenderung bergelombang. Namun demikian, kualitas endapan terdistribusi merata
pada beberapa bagian konsesi, khususnya pada daerah dengan ketinggian sedang
dengan bentuk permukaan bergelombang. Sedangkan pada bagian konsesi yang
lain pada daerah dataran tinggi yaitu pegunungan maupun dataran rendah yang
membentuk rawa, hanya sedikit ditemukan endapan bauksit dengan kadar yang
tidak terlalu baik, sehingga diduga tidak ekonomis untuk ditambang. Dengan
model geologi dan distribusi kualitas endapan bauksit seperti ini maka dipilih
sistem penambangan terbuka dengan metode open pit secara selektif (selective
open pit mining), yang difokuskan pada daerah-daerah endapan dengan batas
kadar minimum T-Al2O3 yang telah ditentukan oleh perusahaan, yaitu 38% dan RSiO2 maksimum 6%.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 1

Proses penambangan bauksit dimulai dari pembersihan lahan (land


clearing) dan pengupasan lapisan tanah penutup. Lapisan tanah penutup pertama
kali dikupas dengan luasan bukaan 25m x 25m dengan menggunakan bulldozer
yang kemudian ditimbunkan ke daerah sekitar yang memiliki elevasi lebih rendah
dan tidak mengandung bauksit. Setelah terekspos, bijih bauksit digali
menggunakan excavator

dan dimuat ke dump truck untuk diangkut ke unit

pencucian bauksit (bauxite washing plant) yang berjarak sekitar 1-2 km dari front
penambangan. Pada unit pencucian bijih bauksit dimasukkan ke dalam instalasi
pencucian yang bertujuan untuk memisahkan bijih bauksit dari unsur lain seperti
pasir atau lempung kotor (gambar 4.1).
Persiapan

Pengupasan Tanah Pucuk dan Lapisan Penutup

Penambangan Bijih

Pencucian

Stockpile

Penumpukan di center point


Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit
PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 2

Gambar 4.1
Diagram Alir Tata Cara Penambangan Bauksit PT. Borneo Edo International

Penambangan pada bukaan selanjutnya dilakukan dengan cara yang


hampir sama, hanya saja lapisan tanah penutup pada blok ini ditimbunkan pada
blok sebelumnya yang telah ditambang, atau lebih dikenal dengan istilah back
filling. Proses ini terus berlangsung terus menerus dengan cara yang sama sampai
endapan bauksit pada blok yang sama habis ditambang.
Mengingat distribusi endapan bauksit yang tidak terdapat pada seluruh
lokasi konsesi, maka penambangan dilakukan secara selektif pada blok-blok
penambangan yang telah ditentukan. Luas dan dimensi masing-masing blok
berbeda tergantung kepada jumlah dan distribusi endapan yang ada pada daerah
tersebut. Pembagian blok penambangan direncanakan pada peta eksplorasi dengan
skala 1 : 1000. Hal ini bertujuan untuk memperkirakan kadar minimal bauksit
yang boleh ditambang serta memperkirakan jumlah tonase bauksit tercuci yang
akan diperoleh nantinya. Dengan sistem ini juga memungkinkan untuk dilakukan
pencampuran (blending) antar-grade bauksit sehingga dapat meningkatkan jumlah

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 3

bauksit yang dapat ditambang dan memperpanjang umur tambang, namun hasil
tetap bisa memenuhi persyaratan pabrik.

4.2 TAHAPAN KEGIATAN PENAMBANGAN

Kegiatan penambangan yang dilaksanakan PT. Borneo Edo International


merupakan kegiatan penambangan konvensional dengan menggunakan kombinasi
backhoe dengan dump truck serta dibantu dengan bulldozer. Metode ini
mempunyai selektifitas dan fleksibilitas yang tinggi, sehingga diharapkan dapat
memberikan perolehan ore recovery yang tinggi.

4.2.1

Tahap Persiapan
Tahap persiapan dalam usaha penambangan bauksit yang akan dilakukan

oleh PT. Borneo Edo International dimaksudkan mempersiapkan sarana dan


prasarana yang diperlukan untuk menunjang kelancaran operasi penambangan,
meliputi:
a.

Pembebasan lahan dan ganti rugi tanam tumbuh


Kegiatan ini dilakukan pada seluruh areal rencana tambang dan areal
prasarana

penunjangnya.

Pembebasan

lahan

dilakukan

berdasarkan

kesepakatan dan musyawarah antara penduduk dengan perusahaan,


disaksikan oleh Kepala Desa dan aparat pemerintah setempat.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 4

b.

Pembuatan tempat pencucian


Pencucian bauksit yang dilakukan PT. Borneo Edo International bertujuan
untuk memisahkan bijih dari pengotornya. Unit pencucian akan dibangun di
lokasi tambang dengan jarak paling jauh 2 km dari front kerja dan dekat
dengan sumber air, dengan pertimbangan:
o

Biaya pembangunan unit pencucian lebih murah di lokasi tambang


dibandingkan dengan di pelabuhan.

c.

Mudah mendapatkan air yang dipergunakan dalam proses pencucian.

Menghemat biaya transportasi.

Mudah melakukan penanganan tailing.

Mudah melakukan pengawasan.

Pembuatan Stockpile di center point


Stockpile atau tempat penimbunan bauksit dibuat di lokasi center point
dengan jarak relatif dari front penambangan. Jarak terdekat center point dari
unit pencucian yang dirancang adalah sekitar 3,5 km dan jarak terjauh
sekitar 16 km. Stockpile dengan kapasitas yang lebih kecil juga dibuat di
lokasi unit pencucian sebagai tempat penampungan sementara bauksit
tercuci sebelum diangkut oleh dump truck ke lokasi center point.

d.

Pembuatan prasarana transportasi tambang yang menghubungkan:


O Front kerja dengan unit pencucian.
o Unit pencucian dengan center point.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 5

o Jalan tambang dari lokasi kantor dan lokasi perumahan karyawan ke


lokasi tambang.

4.2.2

Tahap Operasi Produksi


Tahap operasi penambangan bauksit akan mencakup beberapa kegiatan

antara lain meliputi:


a. Tahap Pembersihan Lokasi Tambang dari Tanam Tumbuh
Kegiatan pembersihan rencana lokasi pit yang akan ditambang, dilakukan
dengan beberapa pekerjaan, meliputi:

o Pembabatan dan pembersihan semak perdu.


o Pekerjaan membersihkan tanam tumbuh dilokasi rencana pit, baik berupa
pohon besar dan semak belukar, dilakukan dengan menggunakan peralatan
yang sederhana dibantu dengan bulldozer yang menjalankan fungsi galidorong dengan memanfaatkan blade dan daya dorong yang besar.
o Penebangan pohon dan pemotongan kayu.
o Kegiatan dimulai dengan penebangan dan pemotongan pohon besar serta
pemotongan dan pengumpulan kayu besar dan kecil. Kayu hasil
pemotongan yang berdiameter lebih dari 20 cm dimanfaatkan untuk
keperluan pembuatan bangunan kantor, base camp, bengkel dan gudang.
Sedangkan kayu yang berdiameter kurang dari 20 cm dimanfaatkan
sebagai kayu bakar oleh masyarakat. Pembersihan lokasi pit dilakukan

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 6

bertahap sesuai dengan rencana. Peralatan yang digunakan dalam


penebasan tanam tumbuh antara lain alat potong seperti parang, kapak dan
chain saw, sedangkan untuk pengumpulan kayu yang besar dan semak
dibantu dengan bulldozer.

b. Operasi Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil)


Operasi pengupasan lapisan tanah pucuk (top soil) yang banyak
mengandung bahan organik hasil pelapukan dan menyuburkan tanah, dilakukan
secara khusus agar tidak tercampur dengan tanah/batuan lain yang tidak subur.
Lapisan tanah pucuk didorong dan dikumpulkan pada lokasi tertentu
dengan bulldozer, kemudian dimuat menggunakan backhoe diangkut dengan
dump truck ke tempat penimbunan tanah pucuk, yang telah disediakan dekat
lokasi tambang dan diatur dengan jarak 100-300 meter dari rencana pit dan tanah
pucuk ini nantinya akan dimanfaatkan pada saat melakukan reklamasi.
Tempat penimbunan tanah pucuk disediakan dekat dengan areal tambang
dimaksudkan agar tanah pucuk tersebut mudah dikembalikan setelah lubang bekas
bukaan tambang ditimbun kembali, sehingga lahan bekas tambang tersebut dapat
dimanfaatkan oleh penduduk sebagai tempat usaha baru.

c. Pengupasan Lapisan Tanah (Batuan) Penutup


Tahap pengupasan lapisan tanah penutup (overburden) dikerjakan sampai
permukaan endapan bauksit yang akan ditambang menjadi terbuka sehingga bebas

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 7

dari gangguan. Pengupasan material penutup dilakukan dengan menggunakan


bulldozer untuk didorong ke daerah lokasi penimbunan.
Lokasi penimbunan lapisan penutup ada 2 (dua) macam yaitu:
o Penimbunan di luar rencana bukan tambang yang ditempatkan di areal
yang memiliki elevasi yang lebih rendah (out side dumping). Tanah
penutup yang ditimbun pada lokasi ini merupakan hasil pengupasan
bukaan tambang pertama.
o Setelah mencapai jarak aman, lapisan penutup pada pengupasan blok
berikutnya ditimbun didalam bekas bukaan blok sebelumnya (back filled).

4.2.3

Penanganan Bauksit

a. Penambangan
Operasi penambangan bauksit dilakukan dengan menggunakan excavator
PC300 SE-7 dibantu dengan bulldozer, kemudian langsung dimuat ke dump truck
ADT Volvo A35E dengan kapasitas 33 ton (setara).

b. Pengangkutan
Operasi pengangkutan bauksit PT. Borneo Edo International dibagi
menjadi dua segmen, yaitu:
1. Pengangkutan ROM bauksit ke lokasi unit pencucian
Pengangkutan bauksit dari pit menuju temporary stockpile di lokasi unit
pencucian berjarak maksimal 2 km dengan menggunakan dump truck ADT
Volvo A35E dengan kapasitas 33 ton (setara).
Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit
PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 8

2. Pengangkutan bauksit dari unit pencucian ke center point.


Pengangkutan produk bauksit dari lokasi unit pencucian ke center point
menggunakan trukHino FM 260 JD dengan kapasitas 30 ton (setara)
dengan jarak maksimum 16 km.

4.2.4

Penanganan Air Tambang


Operasi penambangan bauksit yang direncanakan menggunakan metoda

tambang terbuka dapat mengakibatkan terjadinya permukaan kerja yang lebih


rendah akibat penggalian, baik penggalian lapisan penutup maupun penggalian
bauksit sendiri. Keadaan ini membuat operasi penambangan dapat dihadapkan
dengan masalah air, baik airtanah maupun air hujan. Jika lokasi tambang
tergenang air, maka alat-alat berat akan sulit beroperasi, kemantapan lereng di
dalam tambang juga akan terganggu bila lereng selalu dalam keadaan basah.
Penanganan terhadap air yang masuk kedalam tambang dilakukan dengan
membuat beberapa saluran penyaliran di dalam areal tambang ataupun di luar
areal tambang, dan saluran penyaliran yang direncanakan adalah sebagai berikut:
a. Saluran Penyaliran Sekeliling Tambang
Saluran penyaliran yang dibuat di sekeliling (di luar area) tambang
berfungsi untuk mencegah air yang berasal dari luar tambang masuk ke dalam pit.
Dalam pembuatan saluran ini harus diperhatikan keadaan topografi di sekitar
tambang dan pola drainage di sekitar lokasi tambang, agar dapat ditentukan

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 9

daerah penampungan secara tepat atau aliran dapat dibuat sesuai dengan pola
aliran drainage setempat.

b. Saluran Penyaliran di atas Lereng Tambang


Saluran penyaliran yang dibuat di atas lereng penambangan berfungsi
untuk mengalirkan air yang berada diatas jenjang, baik yang berasal dari
rembesan airtanah maupun berasal dari air hujan agar tidak terjadi genangan air
diatas jenjang yang akan dapat mempengaruhi kemantapan lereng. Saluran di atas
lereng ini dibuat sedapat mungkin menuju ujung jenjang untuk dikeluarkan dari
areal tambang melalui saluran penyaliran di sekeliling tambang. Akan tetapi bila
tidak memungkinkan, maka saluran di atas jenjang ini dibuat menuju lantai
tambang.

c. Saluran Penyaliran Lantai Tambang


Saluran penyaliran yang dibuat di lantai tambang ini berfungsi untuk
mengalirkan air yang masuk ke lantai tambang, baik berasal dari rembesan
airtanah, dari air hujan maupun yang berasal dari lereng penambangan. Dengan
pembuatan saluran penyaliran ini akan dapat menghindari terjadinya genangan air
di permukaan kerja, sehingga tidak menganggu operasi peralatan penambangan.
Selain pembuatan saluran- saluran penyaliran tersebut, di lantai tambang harus
dibuat sumuran (sump) untuk menampung air yang masuk ke dalam tambang,
untuk kemudian dipompa keluar dari tambang.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 10

Hal yang menjadi pertimbangan dalam pembuatan saluran penyaliran air


tersebut adalah sebagai berikut:
O Debit air yang direncanakan dapat dialirkan dari tambang.
O Kecepatan aliran air pada saluran penyaliran cukup, agar supaya tidak
terjadi pendangkalan.
O Kemudahan pembuatan saluran tersebut menggunakan peralatan tambang
yang ada.
Pada proyek penambangan bauksit PT. Borneo Edo International dipilih
saluran penyaliran dengan bentuk trapesium. Dalam menentukan dimensi saluran
bentuk trapesium diketahui bahwa luas penampang basah saluran (A), jari - jari
hidrolik (R), kedalaman aliran air (d), lebar dasar saluran (b), panjang sisi
samping saluran dari dasar ke permukaan (a), lebar permukaan saluran (t), sudut
kemiringan saluran () dan harga kemiringan dinding saluran (z), mempunyai
hubungan yang dapat dinyatakan dengan persamaan:

= b . d + z . d2

= d/2

= b + (2z . d)

b/d

= 2 {(z2 + 1)0,5 - z}

= d/sin

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 11

t
l
d
ah

Sumber: Rudi Sayoga Gautama, 1999


Gambar 4.2
Penampang Saluran Terbuka Bentuk Trapesium
Bentuk penampang saluran yang paling sering digunakan dan umum
dipakai adalah bentuk trapesium karena lebih mudah dalam pembuatan dan
perawatannya, serta lebih efisien karena stabilitas kemiringan dindingnya dapat
disesuaikan menurut kondisi daerah (gambar 4.2). Untuk perhitungan dimensi
saluran terbuka bentuk trapesium akan memiliki dimensi yang optimum dengan
sudut kemiringan dinding saluran 60, maka:
z

= 1/tg = 1/tg 60 = 0,577

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 12

= 1,15 d

Perhitungan

kapasitas

penyaliran

suatu

saluran

terbuka

dapat

menggunakan rumus Manning sebagai berikut:


Q = 1/n. S1/2. R2/3. A
Keterangan:
Q

= debit (m3/detik)

= jari-jari hidrolik (m)

= gradien/kemiringandasarsaluran (%)

= luas penampang saluran (m2)

= koefisien kekasaran Manning yang menunjukkan kekasaran dinding

saluran (tabel IV.1)


Tabel IV.1
Koefisien Kekasaran Saluran Menurut Manning

Tipe dinding saluran

Semen

0,010 0,014

Beton

0,011 0,016

Bata

0,012 0,020

Besi

0,013 0,017

Tanah

0,020 0,030

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 13

Gravel

0,022 0,035

Tanah yang ditanami

0,025 0,040

Sumber : Rudi Sayoga Gautama, 1999


Dimensi saluran penyaliran dalam bentuk trapesium ini akan ditentukan
kemudian pada kajian hidrologi dan hidrogeologi.

4.3 RENCANA PRODUKSI

Ada beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan rencana


penambangan bauksit PT. Borneo Edo International, diantaranya adalah sebagai
berikut:
o Waktu Kerja
Waktu kerja yang dimaksud disini adalah waktu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan penambangan, seperti penggalian, pemuatan,
pengangkutan, maupun penimbunan. Waktu kerja yang digunakan adalah 8
jam/shift dan 2 shift/hari. Jam kerja efektif dapat dilihat pada tabel IV.2
Sifat Fisik Material

Sifat fisik material untuk lapisan bauksit dan lapisan penutup bauksit
adalah sebagai berikut:
-

Bobot isi lapisan penutup = 2,1 ton/bcm

Bobot isi bauksit insitu

= 1,7 ton/bcm

Bobot isi bauksit loose

= 1,281 ton/bcm

Bobot isi bauksit tercuci

= 1,8 ton/bcm

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 14

o Efisiensi dan Ketersediaan Alat


Efisiensi kerja dalam perhitungan peralatan adalah 75 %
-

Efisiensi waktu

Ketersediaan alat = 86%

Efisiensi kerja

= (50 menit/60 menit) x 100%= 90%

= 90% x 86%= 77,4 %

PT. Borneo Edo International menargetkan produksi bauksit tercuci


sebanyak 2.500.000 Wmt/tahun atau konstan setiap tahunnya dengan faktor
konkresi 50%. Dengan menganggap densitas bauksit tercuci adalah 1,8 dan looses
penambangan, pemuatan, pengangkutan dan pencucian adalah 7%, maka total
bijih bauksit yang harus ditambang adalah:
Total

= ( 2.500.000 50% ) + ( 5.000.000 x 7% )


= 5.350.000 Wmt/tahun.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 15

Tabel IV.2
Rencana Kerja Penambangan Bauksit PT. Borneo Edo International

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 16

Dengan waktu kerja selama 300 hari kerja dalam 1 tahun, maka tonase
bijih bauksit yang harus ditambang setiap harinya adalah:
Tonase perhari = (5.350.000/300) = 17.833 Wmt/hari.
Berdasarkan hasil eksplorasi yang dilakukan oleh perusahaan sampai tahun
2010 diketahui ketebalan endapan bauksit rata-rata adalah 3,36 meter dengan
ketebalan lapisan penutup rata-rata adalah 3,48 meter. Dengan demikian nisbah
pengupasan (stripping ratio/SR) rata-rata dalam penambangan ini adalah:

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 17

SR

= 3,48/(3,36 x 1,8) = 3,48/6,048


= 0,58: 1 bcm/ton
Artinya, perusahaan harus mengupas 0,58 bcm lapisan penutup untuk

mendapatkan 1 ton bijih bauksit insitu pada cut of grade T-Al2O3 minimum 38%
dan R-SiO2 maksimum 6%.

4.4 PERALATAN (JENIS, JUMLAH DAN KAPASITAS)

Beberapa hal sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan spesifikasi


teknis peralatan tambang yang akan dipergunakan dalam operasi penambangan
bauksit di wilayah konsesi IUP PT. Borneo Edo International, adalah sebagai
berikut:
1) Karakteristik endapan bauksit serta lapisan tanah dan batuan penutup.
2) Kondisi topografi dan morfologi daerah penambangan.
3) Kondisi prasarana jalan, pelabuhan, jembatan, dll.
4) Metoda penambangan.
5) Keekonomian.
6) Dukungan teknis yang mencakup pelayanan purna jual (after sales service)
dari perusahaan yang menyediakan peralatan.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 18

Secara sederhana, metode pemilihan peralatan penambangan dapat dilihat


pada gambar 4.3.

Alat Penambangan
Selain dasar pertimbangan pemilihan tersebut di atas, pemilihan alat
penambangan utama juga harus memperhitungkan pula tingkat produksi bauksit,
jumlah lapisan penutup, jarak angkut material (bauksit dan lapisan penutup) serta
kapasitas dari peralatan tambang yang akan dipilih. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, maka telah ditentukan jenis peralatan tambang seperti terlihat pada tabel
IV.3. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa alat penambangan utama adalah
excavator, dump truck, bulldozer dan wheel loader.

Rencana Produksi

Karakteristik endapan

Karakteristik lapisan penutup


Metode Penambangan

Pemilihan jenis peralatan berdasarkan jenis pekerjaan

Penentuan Produktivitas, Kapasitas, dan Jumlah tiap unit alat

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 19

Gambar 4.3
Metode Pemilihan Perlatan Penambangan

a. Excavator
Alat ini berdasarkan fungsi utamanya merupakan alat gali-muat. Pada
operasi penambangan PT. Borneo Edo International. Excavator

ini berjenis

hydraullic excavator loading rear dump truck yang berfungsi untuk:


1) Melakukan penggalian, pemuatan, dan pemindahan bauksit pada front
tambang.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 20

2) Membuat saluran drainase tambang.


3) Melakukan penggalian tailing yang mengendap pada lokasi kolam
pengendapan.

Tabel IV.3
Jenis dan Tipe Peralatan Tambang

KEGIATAN

NAMA ALAT

A. PERALATAN DI LOKASI TAMBANG


1. PENGGALIAN DAN PEMINDAHAN TANAH PENUTUP
- Overburden Dozing
Komatsu D85EX-15
2. PENANGANAN BAUKSIT
- Pemuatan Bauksit
Komatsu PC300 SE-7
- Pengangkutan Bauksit
ADT Volvo A35E
B. PERALATAN DI UNIT PENCUCIAN
- Penanganan ROM
Komatsu WA 350-5
- Penanganan Bauksit Tercuci
Komatsu WA 350-5
- Genset
Mitsubishi 100 KW
- Penerangan
Yanmar 250 W
C. TRANSPORT BAUKSIT KE CENTER POINT
- Pengangkutan Bauksit Tercuci Hino FM 260 JD
D. PERALATAN PENDUKUNG TAMBANG
- Motor grader
CAT 16-H
- Compactor
CAT CS-533D
- Fuel truck
HINO
- Lube truck
HINO
- Water truck
HINO
- Crane truck
Mitsubishi PS 125
- Pump
multiflo
Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit
PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 21

- Lighting
E. KENDARAAN
- Jeep 4 WD
- Pick Up 4 WD
- Ambulance

Yanmar 250 W
Mitsubishi
Ford

b. Dump Truck
Terdapat dua jenis dump truck yang dipergunakan dalam operasi
penambangan bauksit PT. Borneo Edo International, yaitu articulated dump truck
yang berfungsi untuk mengangkut bauksit dari tambang ke unit pencucian, serta
off-highway dump truck, yang dipergunakan untuk mengangkut bauksit tercuci
dari unit pencucian ke center point.
c. Wheel Loader
Fungsi utamanya adalah sebagai alat muat, namun kadang dapat berfungsi
sebagai alat dorong. Pada operasi penambangan, alat ini berfungsi sebagai berikut:
1) Melakukan pengangkutan dan penggalian jarak pendek di lokasi stockpile,
atau keatas dump truck dan ke hopper.
2) Melakukan pendorongan bauksit di stockpile agar lebih tertata rapi.
Kemampuan alat ini untuk melakukan pekerjaan diatas didukung oleh halhal dibawah ini:

Daya angkut bucket yang besar.

Kemampuan mobilitas yang tinggi.

Kemampuan untuk melakukan digging dan dumping


yang cepat.

Memiliki daya dorong yang besar.

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 22

Dalam operasi penambangan bijih bauksit PT. Borneo Edo International,


jumlah dan jenis peralatan tambang utama relatif sama untuk setiap tahunnya. Hal
ini selain disebabkan oleh tingkat produksi bauksit yang direncakan relatif
konstan setiap tahunnya, juga karena jarak masing-masing front penambangan ke
unit pencucian yang dirancang relatif sama pada setiap blok penambangan, yaitu
maksimal 2 km. Perbedaan jumlah peralatan pada proyek ini hanyalah pada
jumlah dump truck yang dipergunakan untuk mengangkut bauksit tercuci dari unit
pencucian ke center point mengingat jarak blok penambangan yang satu dengan
center point berbeda dengan jarak blok penambangan lainnya. Semakin jauh jarak
antara unit pencucian dengan center point, maka jumlah dump truck yang
digunakan akan semakin banyak pula (tabel IV.4).
Tabel IV.4
Jenis dan Jumlah Peralatan Tambang Pertahun

Studi Kelayakan Pertambangan Bauksit


PT. Borneo Edo International Kalimantan Barat

IV - 23

4.5

JADWAL RENCANA PRODUKSI DAN UMUR TAMBANG

Rencana operasi penambangan pada lokasi konsesi akan dibagi dalam 4


blok penambangan menyesuaikan dengan distribusi endapan bijih bauksit. Uruturutan penambangan akan mengikutkan pola pembagian blok ini mulai dari blok I
sampai dengan blok IV. Namun demikian, penambangan setiap blok setelah blok I
akan dilakukan secara paralel dengan penambangan tahun terakhir blok
sebelumnya tanpa perlu menunggu bijih habis ditambang terlebih dahulu, untuk
menjaga keberlangsungan produksi bauksit tercuci seperti yang direncanakan oleh

perusahaan. Tonase dan umur tambang pada masing-masing blok penambangan


dan total umur tambang keseluruhan dapat dilihat pada tabel IV.5.

Tabel IV.5
Tonase dan Umur Tambang Pada Masing-Masing Blok

Luas Areal
Blok
I
II
III
IV
Total

Umur
Volume Bijih

Potensial
(m2)
7,692,292.2314
6,740,029.6673
8,460,562.9789
3,652,935.2270
26,545,820.1046

(m3)
25,846,101.8975
22,646,499.6821
28,427,491.6091
12,273,862.3627
89,193,955.5515

Tonase
(WMT)
46,522,983.4155
40,763,699.4278
51,169,484.8964
22,092,952.2529
160,549,119.9926

Tambang
(Tahun)
8.70
7.62
9.56
4.13
30.01

Dengan tonase bauksit insitu sebesar 160,5 juta Wmt dan rencana produksi
bauksit tercuci 2.500.000 Wmt bauksit tercuci setiap tahunnya, dimana faktor
konkresi adalah sebesar 50% dan looses penambangan, pengangkutan, dan
pencucian diasumsikan sebesar 7%, maka target produksi bauksit tertambang PT.
Borneo Edo International adalah 5.350.000 WMT pertahun. Dengan demikian
umur tambang proyek ini adalah selama 30 tahun.

Umur Tambang : 160.549.119 .9926 wmt 5.350 .000

wmt
=30,01 30 tah un
tah un

Tonase bauksit insitu yang diperhitungkan pada operasi penambangan ini


jumlahnya sedikit lebih rendah dibanding dengan data sumberdaya hasil

eksplorasi. Hal ini disebabkan karena ada beberapa bagian endapan yang tidak
diproyeksikan untuk ditambang mengingat distribusinya yang terletak terpisah
dengan endapan lainnya dengan jumlah yang jauh lebih sedikit, sehingga diduga
tidak ekonomis untuk ditambang.

4.6 RENCANA PENANGANAN/PERLAKUAN BAHAN GALIAN YANG


BELUM TERPASARKAN

Walaupun penambangan dirancang sedemikian rupa untuk memenuhi


persyaratan pabrik, namun tidak menutup kemungkinan bijih bauksit yang telah
ditambang tidak terjual seluruhnya. Hal ini dapat disebabkan oleh meningkatnya
persyaratan bijih yang diterima oleh standar pabrik atau harga komoditi yang
menurun. Akibatnya tetap dimungkinkan adanya bijih yang telah ditambang dan
dicuci tidak dapat disalurkan ke pabrik.
Menghadapi

keadaan

ini,

perusahaan

dapat

melakukan

proses

pencampuran (blending) bauksit kadar rendah dengan kadar tinggi untuk dapat
memenuhi persyaratan minimal yang diinginkan pabrik, baik kadar tinggi yang
berasal dari tambang sendiri maupun yang berasal dari tambang milik perusahaan
lain. Hal lain yang juga dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
melakukan pemisahan dan penumpukan sementara bahan galian yang belum
terpasarkan ini sambil menunggu pembangunan pabrik peleburan bijih bauksit
selesai didirikan di daerah yang tidak terlalu jauh dari lokasi, sehingga dapat
memotong biaya transportasi. Target pemisahan dan penumpukan ini akan

berakhir pada tahun 2014 mengingat adanya kebijakan untuk melakukan


pengolahan mineral secara domestik yang turut mendorong pembangunan pabrikpabrik peleburan bijih. Dengan demikian maka diharapkan seluruh bauksit yang
telah ditambang dapat disalurkan ke pabrik sesuai dengan persyaratan yang
diinginkan.

4.7 RENCANA

PENANGANAN/PERLAKUAN

SISA

CADANGAN

PADA PASCA TAMBANG

Metode penambangan secara selektif dengan cut of grade tertentu jelas


menyisakan endapan bahan galian yang tidak tertambang. Hal ini bisa disebabkan
karena distribusinya yang terpisah dalam jumlah yang sangat sedikit sehingga
diduga tidak menguntungkan untuk ditambang atapun karena kualitasnya yang
berada di bawah cut of grade.
Bahan galian yang tidak tertambang akan ditinggalkan begitu saja seperti
keadaan semula tanpa diberi perlakuan khusus. Hal ini dilakukan baik untuk
menghemat biaya operasional dengan mencegah pengeluaran biaya yang tidak
perlu, juga untuk mencegah dampak lingkungan yang mungkin timbul akibat
aktifitas penambangan yang tidak perlu.
Meskipun demikian, potensi bahan galian yang belum tertambang, apapun
alasannya mengapa belum ditambang, akan diarsipkan secara khusus oleh
perusahaan agar kemudian dapat ditinjau ulang kelayakannya di kemudian hari

sekiranya terjadi perubahan teknologi penambangan maupun harga komoditi di


pasaran.

Anda mungkin juga menyukai