Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL SKRIPSI

REKOMENDASI RENCANGAN SALURAN TERBUKA PADA


SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PT. HARMARK
INDONESIA, KECAMATAN KOKAP, KABUPATEN
KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWAH
YOGYAKRTA

Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik


Program Studi S1 Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Oleh :

AINUL SAPUTRA
NIM : 710017203

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

REKOMENDASI RENCANGAN SALURAN TERBUKA PADA


SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PT. HARMARK
INDONESIA, KECAMATAN KOKAP, KABUPATEN
KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWAH
YOGYAKRTA

Oleh :
AINUL SAPUTRA
NIM: 710017203

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(A.A. Inung Arie Adnyano, S.T., M.T.) (Bayurohman Pangacela Putra, S.T, M.T.)
NIK: 1973 0248 NIK : 1973 0296

ii
LEMBAR PENGESAHAN

REKOMENDASI RENCANGAN SALURAN TERBUKA PADA


SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PT. HARMARK
INDONESIA, KECAMATAN KOKAP, KABUPATEN
KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWAH
YOGYAKRTA

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji


Program Studi S1 Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Pada Tanggal
Oleh : AINUL SAPUTRA/710017203
Diterima Guna Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik

Susunan Tim Penguji :

A.A. Inung Arie Adnyano, S.T., M.T


Ketua Tim Penguji ……………………………

Bayurohman Pangacela Putra, S.T,M.T..


Anggota Tim Penguji ……………………………

Anggota Tim Penguji ……………………………

Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Teknologi Mineral Ketua Program Studi Teknik Pertambangan

(Dr. Ir. Setyo Pambudi, M.T.) (Bayurohman Pangacella Putra, S.T., M.T.)
NIK : 1973 0058 NIK : 1973 0296

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................vii
BAB 1 . PENDHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Batasan Masalah..................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitan..................................................................................2
1.5 Metode Penelitian................................................................................2
1.6 Manfaat Penelitian...............................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................7
2.1. Siklus Hidrologi..................................................................................7
2.2. Pengertian Sistem Penyaliran Tambang.............................................7
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang.....11
2.3.1.Curah Hujan...............................................................................11
2.3.2. Periode Ulang Hujan................................................................14
2.3.3. Intensitas Curah Hujan.............................................................14
2.3.4. Daerah Tangkapan Hujan.........................................................16
2.3.5. Air Limpasan............................................................................16
2.3.6. Air Hujan..................................................................................18
2.3.7. Aliran Air Tanah.......................................................................19
2.3.8. Debit Air Tambang...................................................................19
2.3.9. Sumuran....................................................................................19
2.3.10. Sistem Pemompaan.................................................................20
BAB III ...........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Diagram Alir Penelitian ........................................................ 6


Gambar 2.1. Metode Siemens..................................................................... 8
Gambar 2.2. Metode Elektro....................................................................... 9
Gambar 2.3. Small Pipe With Vaccum Pumo Drainage .............................9
Gambar 2.4. Open Sump System.................................................................10
Gambar 2.5. Sistem Adit.............................................................................11
Gambar 2.6 Sketsa Pompa Reciprocating pump........................................20
Gambar 2.7. Sketsa Pompa Sentifugal........................................................21
Gambar 2.8. Sketsa Pompa Aksial..............................................................21

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Periode Ulang Hujan Rencana ........................................................14


Tabel 2.2. Keadaan Curah Hujan dan Intesitas Curah Hujan ..........................15
Tabel 2.3. Koifisien Limpasan Daerah Tambang.............................................17
Tabel 2.4.Harga Koifisien Limpasan Gautama................................................17
Tabel 2.5. Koifisien Kerugian Dari Berbagai Katup........................................24
Tabel 3.1. Rencana Kegiatan Penyusunan Tugas Akhir II Tahun 2021...........26

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. Harmak Indonesia merupakan salah satu perusahaaan pertambangan
yang melakukan penambagan komoditas batu andesit, perusahaan ini aktif
beroprasi di Daerah Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. System penambangan yang digunakan adalah sistem
penambangan terbuka dengan metode kuari. Dengan sistem penambangan terbuka
tentunya banyak faktor yang harus di perhatikan, diantaranya adalah masalah
genangan air. Metode tambang terbuka tentunya akan menyebabkan terbentuknya
cekungan yang luas sehingga sangat potensial untuk menjadi daerah tampungan
air, baik yang berasal dari air limpasan permukaan maupun air tanah. Pada saat
kondisi cuaca yang ekstrim berupa curah hujan yang tinggi maka air yang berasal
dari air limpasan akan menggenangi lantai dasar pit dan berpotensi menjadi salah
satu penyebab berlumpurnya front penambangan dan menyebabkan terhentinya
proses produksi untuk sementara waktu.
Sistem penyaliran tambang adalah suatu upaya yang diterapkan pada
kegiatan penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengalirkan air
yang masuk ke bukaan tambang. Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah
terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang
berlebihan, terutama pada musim hujan (Syarifudin et All 2017). Dengan adanya
sistem penyaliran tambang yang baik maka kegiatan produksi akan berjalan
dengan lancar begitupun sebaliknya. Pada lokasi penambangan PT. Harmak
Indonesia, sistem penyaliran tambang dilakaukan dengan memanfaatkan saluran
terbuka, namun perencanaan sistem penyaliran yang dilakukan masih kurang baik,
sehingga seringkali masalah genangan air muncul pada waktu-waktu tertentu.
Genangan air muncul di beberpapa titik pada lokasi tambang, seperti area jalan
angkut dan front penambangan. Munculnya genangan air dapat menghambat laju

1
produksi yang sedang dijalankan, oleh karena itu penelitian ini berfokus untuk
membahas mengenai perencanaan sistem penyaliran tambang dengan saluran
terbuka pada lokasi penambangan PT. Harmak Indonesia agar dapat memberikan
rekomendasi pada perusahaan terkait sistem penyaliran tambang yang dilakukan
agar genangan air yang sering timbul sebelumnya dapat diminimalisir.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yaitu:
1. Bagaimana Implementasi Sistem Penyaliran Tambang di PT. Harmark
Indonesia ?
2. Faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam Perencanaan Sistem Penyaliran
Tambang PT. Harmark Indonesia ?
3. Bagaimana Evaluasi dan Rekomendasi terkait Sistem Penyaliran Tambang PT.
Harmark Indonesia ?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Analisa Sistem Penyaliran Tambang menggunakan Data Lapangan dan
Software.
2. Analisa Permasalahan yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang PT.
HarmarK Indonesia.
3. Mengkaji kembali Metode dan Parameter Sistem Penyaliran Tambang PT.
Harmark Indonesia.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisa Implementasi Sistem Penyaliran Tambang di PT. Harmark
Indonesia.
2. Untuk mengetahui Faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam Perencanaan
Sistem Penyaliran Tambang PT. Harmark Indonesia.
3. Untuk mengevaluasi dan memberikan rekomendasi terkait Sistem Penyaliran
Tambang PT. Harmark Indonesia.

2
1.5 Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penilitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Akademis yaitu:
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta pengalaman bagi penulis dan
pembaca mengenai produktivitas alat muat dan alat angkut beserta hal yang
mempengaruhinya.
2. Manfaat Praktis yaitu:
a. Memberikan pengetahuan dan bahan referensi tentang bagaimana
implementasi sistem penyaliran tambang yang diterapkan oleh PT. Harmark
Indonesia.
b. Mampu memberi masukan dan bahan pertimbangan kepada PT. Harmark
Indonesia guna meningkatkan proses penyaliran tambang yang telah
direncanakan.

1.6 Metode Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian ini, metode penelitian yang digunakan oleh
penulis adalah:
1. Studi literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka penunjang yang
berasal dari:
a. Perpustakaan
b. Penelitian yang pernah dilakukan oleh perusahaan
c. Peta-peta, grafik, serta tabel dari materi yang bersangkutan
d. Pengaksesan bahan referensi dari internet
2. Penelitian di Lapangan
a. Observasi dan pengamatan secara langsung dilapangan serta mencari
data-data pendukung.
b. Menentukan titik dan batas lokasi pengamatan agar penelitian tidak
meluas, tidak keluar dari permasalahan yang ada, serta data yang diambil
dapat dimanfaatkan secara efektif.

3
c. Mencocokan data-data yang telah ada dan disesuaikan dengan
pengambilan data tambahan di lapangan
3. Pengambilan data
Pengambilan data langsung di lapangan dipakai sebagai salah satu bahan
untuk mengetahui permasalahan yang ada sehingga dapat diambil suatu solusi
yang tepat.
Data-data yang diambil antara lain:
a. Data Primer
Yaitu data yang diambil dengan melakukan pengambilan secara langsung di
lapangan, meliputi pengamatan dan wawancara. Adapun data-data primer
yang harus diambil lagsung di lapangan adalah :
 Data geometri saluran terbuka
 Data dimensi settling pond
 Material dinding saluran terbuka

 Foto Dokumentasi
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diambil berasal dari literature penelitian terdahulu, serta
arsip-arsip penunjang yang diperoleh dari PT. Harmark Indonesia.
 Profil Perusahaan
 Peta lokasi dan kesampaian daerah
 Data stratigrafi
 Peta layout penambangan
 Data curah hujan
4. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul baik dari studi literatur maupun dari pengambilan
data di lapangan dikelompokan berdasarkan jenis dan kegunaannya. Data-data
tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan suatu kesimpulan
pertama/sementara. Kemudian dilakukan pengecekan kembali atau diteliti ulang
apakah kesimpulan tersebut cukup baik
5. Kesimpulan

4
Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan sementara.
Kemudian kesimpulan sementara ini akan diolah lebih lanjut pada bagian
pembahasan. Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil
pengolahan data dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini merupakan
hasil akhir untuk direkomendasikan dari semua masalah yang dibahas.

5
METODE PENELITIAN

STUDI LITERATUR
STUDI LITERATUR
PENGAMBILAN
PENGAMBILAN
DATA

DATA PRIMER DATA SEKUNDER


 Data geometri saluran terbuka  Profil Perusahaan
 Data dimensi settling pond  Peta lokasi dan kesampaian daerah
 Material dinding saluran terbuka  Data stratigrafi
 Foto Dokumentasi  Peta layout penambangan
 Data curah hujan

PENGOLAHAN DATA
a. Penentuan DTH
b. Penentuan Koefisien Limpasan
c. Penentuan Curah Hujan Rencana

ANALISIS DATA
a. Analisis Debit Air tanah, air limpasan dan air hujan
b. Ketersesuaian Dimensi Sump terhadapa debit air tambang

PEMBAHASAN
Rekomendasi Rencangan Saluran Terbuka Pada Sistem Penyaliran Tambang Pt. Harmark
Indonesia, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewah
Yogyakrta

KESIMPULAN DAN

Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi adalah sebuah proses pergerakan air dari bumi ke armosfer
dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara kontinyu (Triadmodjo, 2008).
Selain berlangsung secara kontinyu, siklus hidrologi juga merupakan siklus
yang bersifat konstan pada sembarang daerah (Wisler dan Brater, 1959). Siklus
hidrologi dimulai dengan terjadinya penguapan air ke udara. Air yang
menguap tersebut kemudian mengalami proses kodensasi (penggumpalan) di
udara yang kemudian membentuk gumpalan – umpalan yang dikenal dengan
istilah awan (Triadmodjo, 2008).
Awan yang terbentuk kemudian jatuh kembali ke bumi dalam bentuk hujan
atau salju yang disebabkan oleh adanya perubahan iklim dan cuaca. Butiran
– butiran air tersebut sebagian ada yang langsung masuk ke permukaan
tanah (infiltrasi), dan sebagian mengalir sebagai aliran permukaan. Aliran
permukaan yang mengalir kemudian masuk ke dalam tampungan – tampungan
seperti danau, waduk, dan cekungan tanah lain dan selanjutnya terulang kembali
rangkaian siklus hidrologi.
2.2. Pengertian Sistem Penyaliran Tambang
Pengertian dari sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang
diterapkan pada daerah penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau
mengeluarkan air yang masuk ke daerah penambangan. Upaya ini dimaksudkan
untuk mencegah terganggunya aktivitas penambangan akibat adanya air dalam
jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hujan. Selain itu, sistem penyaliran
tambang ini juga dimaksudkan untuk memperlambat kerusakan alat serta
mempertahankan kondisi kerja yang aman, sehingga alat-alat mekanis yang
digunakan pada daerah tersebut dapat beraktifitas dengan optimal.
Sumber air yang masuk ke lokasi penambangan, dapat berasal dari air
permukaan tanah maupun air bawah tanah. Air permukaan tanah merupakan air

7
yang terdapat dan mengalir di permukaan tanah. Jenis air ini meliputi, air
limpasan permukaan, air sungai, rawa atau danau yang terdapat di daerah tersebut,
air buangan (limbah), dan mata air. Sedangkan air bawah tanah merupakan air
yang terdapat dan mengalir di bawah permukaan tanah. Jenis air ini meliputi air
tanah.
Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :

1. Mine Drainage
Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah penambangan. Hal
ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang berasal dari
sumber air permukaan. Beberapa metode penyaliran mine drainage :
a. Metode Siemens
Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor kemudian ke
dalam lubang bor dimaksudkan pipa dan disetiap bawah pipa tersebut diberi
lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga air
tanah terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang
ke luar daerah penambangan.

8
Gambar 2.1. Metode Siemens (Gautama, 1999)

b. Metode Elektro Osmosis


Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bilamana elemen-
elemen dialiri arus listrik maka air akan terurai, H + pada katoda (disumur
besar) dinetralisir menjadi air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan
pompa.

Gambar 2.2. Metode Elektro Osmosis (Gautama, 1999)

c. Small Pipe With Vacuum Pump


Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang impermeable (jumlah air
sedikit) dengan membuat lubang bor. Kemudian di masukan pipa yang ujung
bawahnya diberi lubang-lubang antara pipa isap dengan dinding. Lubang bor
diberi kerikil-kerikil kasar (berfungsi sebagai penyaring kotoran) dengan
diameter kerikil lebih besar dari diameter lubang. Di bagian atas antara pipa
dan lubang bor di sumbat supaya saat ada isapan pompa, rongga antara pipa
lubang bor kedap udara sehingga air akan terserap ke dalam lubang bor.

9
Gambar 2.3. Small Pipe With Vaccum Pump Drainage (Gautama, 1999)

1. Mine Dewatering
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah
penambangan. Upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari air
hujan.
Beberapa metode penyaliran mine dewatering adalah sebagai berikut:
a. Sistem Sumuran Terbuka (Open Sump System)
Sistem ini dilakukan dengan cara air yang masuk kedalam tambang
dikumpulkan ke suatu sumuran (sump) yang dibuat didasar tambang
kemudian dari sumuran tersebut dipompa dan dialirkan dengan pipa untuk
dikeluarkan dari tambang. Sistem ini pada umumnya banyak digunakan pada
tambang terbuka.

Gambar 2.4. Open Sump System (Gautama, 1999)


a. Sistem Paritan
Penyaliran dengan cara paritan ini merupakan cara yang paling mudah, yaitu
dengan pembuatan paritan (saluran) pada lokasi penambangan. Pembuatan
parit ini bertujuan untuk menampung air limpasan yang menuju lokasi

10
penambangan. Air limpasan akan masuk ke saluran–saluran yang kemudian di
alirkan ke suatu kolam penampung atau di buang langsung ke tempat
pembuangan dengan memanfaatkan gaya gravitasi.

b. Sistem Adit
Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang terbuka
yang mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang di buat dari tempat
kerja menembus ke shaft yang di buat disisi bukit untuk pembuangan air yang
masuk ke dalam tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal,
disebabkan oleh biaya pembuatan saluran horisontal tersebut dan shaft.

Gambar 2.5. Sistem Adit (Gautama, 1999)

2.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang


Faktor – faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan rancangan
sistem penyaliran pada tambang terbuka adalah sebagai berikut :
2.3.1.Curah Hujan
Hujan merupakan uap air yang terangkat ke atmosfer yang kemudian
terkondensasi di atmosfer dan jatuh dalam bentuk tetesan air. Hujan termasuk hal

11
yang harus diperhatikan di dalam tambang, terutama untuk tambang terbuka di
Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki musim kemarau dan hujan,
sehingga Indonesia mempunyai curah hujan yang sangat tinggi. Air hujan yang
jatuh ke area tambang, termasuk ke dalam air limpasan, dimana juga ditampung
pada sumuran (sump), maupun kolam pengendapan (settling pond) yang
selanjutnya akan.
dikeluarkan melalui pompa ke luar area tambang. Curah hujan adalah jumlah atau
volume air hujan yang jatuh pada satu satuan luas, dinyatakan dalam satuan 1 mm.
Satuan ini mempunyai arti yaitu pada setiap luasan 1 m2, air hujan yang jatuh
adalah 1 liter. Pengamatan curah hujan dilakukan oleh alat penakar hujan.
Pengolahan data curah hujan dimaksudkan untuk mendapat data curah hujan
yang siap pakai untuk suatu perencanaan sistem penyaliran tambang. Pengolahan
data curah hujan ini dapat menggunakan metode Gumbel, yaitu suatu metode
yang didasarkan atas distribusi normal.
Persamaan Gumbel adalah sebagai berikut :
S
Xt = X + (Yr – Yn).........................................................................................
Sn
(2.1)

Keterangan :

Xt = Hujan harian maksimum (mm)


X = Curah hujan rata-rata (mm)
S = Standar deviasi nilai
curah hujan
Sn = Standar deviasi dari reduksi varian, tergantung d
ri jumlah data (n)
Yr = Nilai reduksi varian dari variabel yang diharapkan terjadi pada PUH
Yn = Nilai rata dari reduksi varian, tergantung pada jumlah data (n)

Rumus untuk mencari standar devisiasi sebagai berikut :

a. Hujan harian maksimum dengan periode ulangan


ΣXi
X rata – rata = .........................................................................................
n
(2.2)

12
Keterangan :
Σxi = Jumlah curah hujan harian maksimum (mm)
n = Jumlah data
b. Standar deviasi nilai curah hujan

S = √ Σ¿ ¿ ¿.................................................................................................(2.3)

Keterangan :
X = Jumlah nilai x
X = Jumlah rata – rata
n = Jumlah data
c. Standar deviasi dari reduksi varian
Sn = √ Σ¿ ¿ ¿ …………………..............................................................(2.4)
Keterangan :
yn = Jumlah nilai y
___
Yn = Jumlah rata – rata
n = Jumlah data
d. Nilai reduksi varian dari variabel yang diharapkan terjadi pada PUH
( T −1 )
Yr = -log [-log T ].................................................................................
(2.5)
Keterangan:

T = Periode ulang tahun

e. Nilai rata dari reduksi varian, tergantung pada jumlah data (n)
n−m )
Yn = -log [-log
{( n+1 } ...........................................................................
(2.6)
Keterangan :
n = Jumlah sampel
m = Urut sampel (1,2,3,…)

13
Perumusan metode Gumbel di atas, hanya harga curah hujan rata-rata dan
standar deviasi nilai curah hujan yang diperoleh dari hasil pengolahan data.
Sedangkan harga-harga selain itu diperoleh dari tabel tetapan dalam hubungannya
dengan jumlah data dan periode ulang hujan.

2.3.2. Periode Ulang Hujan (PUH)


Periode ulang hujan adalah periode (tahun) suatu hujan dengan tinggi
intensitas yang sama kemungkinan dapat terjadi lagi. Kemungkinan terjadinya
adalah satu kali dalam batas periode (tahun) ulang yang ditetapkan. Berikut adalah
tabel PUH berdasarkan kondisi yang ada :

Tabel 2.1 Periode Ulang Hujan Rencana (rudy S. Gautama, 1999)

Kondisi PUH
Daerah terbuka 0,5
Sarana tambang 2-5
Lereng tambang dan penimbunan 5-10
Sumura utama 10-25
Penyaliran keliling tambang 25
Pemindahan aliran sungai 100

Hubungan antara periode ulang hujan dengan faktor resiko adalah sebagai
berikut :

TL
1
Pt =1− 1− ( Tt ) ..........................................................................................(2.7)
Keterangan :
Pt = Resiko Hidrologi
Tt = Periode Ulang
TL = Umur tambang

14
2.1.3. Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan per satuan waktu yang
relative singkat. Intensitas curah hujan biasanya dinotasikan dengan huruf “I”
dengan satuan mm/jam, yang berarti besarnya curah hujan dalam waktu satu jam
adalah sekian mm.
Perhitungan intensitas curah hujan satu jam dilakukan dengan menggunakan
rumus Mononobe sebagai berikut :

R 24 24
I =
24 t[ ] 2/3
.......................................................................................................

(2.8)

Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Waktu konsentrasi hujan (jam)
R24 = Curah hujan rencana (mm)

Sx
R24 = Rx + ( ) ( Yt – Yn).................................................................................
Sn
(2.9)

Keterangan :

Rx = Nilai rata-rata x
Sx = Standar deviasi
Sn = Standar deviasi reduksi
Yn = Reduced mean
Yt = Nilai reduksi varian
Tabel 2.2 Keadaan Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan
(Suryono S. Dan Takeda, K, 1993)
Intensitas curah Kondisi
Keadaan curah
hujan (mm/jam)
hujan
1 jam 24 jam
Hujan sangat ringan <5 <5 Tanah agak basah
Tanah menjadi basah semua, tetapi
Hujan ringan 1–5 5 – 20
sulit membuat puddle

15
Dapat dibuat puddle, bunyi hujan
Hujan normal 5 – 10 20 – 50
terdengar
Air tergenang diseluruh permukaan
Hujan lebat 10 – 20 50 – 100 tanah dan bunyi keras kedengaran
dari genangan
Hujan seperti ditumpahkan,
Hujan sangat lebat > 20 >100 sehingga saluran dan drainase
meluap

2.1.4. Daerah Tangkapan Hujan

Daerah tangkapan hujan adalah luas permukaan yang apabila terjadi hujan,
maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju ke
titik pengaliran. Air yang jatuh kepermukaan sebagian meresap kedalam tanah,
sebagian ditahan oleh tumbuhan dan sebagian lagi akan mengisi sungai, paritan,
permukaan bumi, kemudian mengalir ketempat yang lebih rendah. Semua air yang
mengalir dipermukaan belum tentu menjadi sumber air dari suatu sistem
penyaliran. Kondisi ini tergantung dari daerah tangkapan hujan dan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain kondisi topografi, rapat tidaknya vegetasi dll.
Daerah tangkapan hujan merupakan suatu daerah yang dapat mengakibatkan air
limpasan permukaan mengalir kesuatu tempat (daerah penambangan) yang lebih
rendah. Penentuan luas daerah tangkapan hujan berdasarkan peta topografi daerah
yang akan diteliti.
Daerah tangkapan hujan ini dibatasi oleh pegunungan dan bukit-bukit yang
diperkirakan akan mengumpulkan air hujan sementara. Setelah daerah tangkapan
hujan ditentukan, maka diukur luasnya pada peta kontur, yaitu dengan
menarik
hubungan dari titik-titik yang tertinggi disekeliling tambang membentuk poligon
tertutup, dengan melihat kemungkinan arah mengalirnya air, maka luas dihitung
dengan menggunakan komputer (misal : Program Autocad, Minescape).

2.1.5. Air Limpasan

Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas
permukaan tanah menuju sungai, danau atau laut. Aliran itu terjadi karena curah
hujan yang mencapai permukaan bumi tidak dapat terinfiltrasi, baik yang

16
disebabkan karena intensitas curah hujan atau faktor lain misalnya kelerengan,
bentuk dan kekompakan permukaan tanah serta vegetasi.
Beberepa faktor yang berpengaruh pada air limpasan :
- Curah hujan : Curah hujan, intensitas curah hujan dan frekunsi hujan
- Tanah : Jenis dan bentuk toprografi
- Tutupan : Kepadatan, jenis dan macam vegetasi.
- Luas daerah aliran

a. Koefisien Limpasan

Koefisien limpasan adalah salah satu penentu ketelitian hasil perhitungan


merupakan parameter yang menggambarkan hubungan curah hujan dan air
limpasan, yaitu memperkirakan jumlah air hujan yang mengalir menjadi limpasan
langsung dipermukaan. Koefsien limpasan dipengaruhi oleh factor-factor tutupan
tanah, kemiringan dan lamanya hujan. Berapa perkiraan koefsien limpasan terlihat
pada tabel 8.3
Koefisien limpasan di daerah penambangan menurut Hartono (2011),
dipengaruhi oleh macam permukaan dan luas daerah tangkapan hujan, dimana tiap
permukaan (surface) mempunyai koefisien limpasan masing-masing. Untuk
perhitungan koefisien limpasan (C) digunakan rumus:

CiAi
C= ......................................................................................................(2.11)
A1

Keterangan:
C = Koefisien limpasan
Ci = Koefisien masing-masing permukaan
Ai = Luas daerah masing-masing permukaan

Tabel 2.3 Koefsien Limpasan Daerah Tambang (Sagoya, 1999)

Macam Limpasan Koefsien Limpasan


Lapisan batubara (coal seam ) 1,00
Jalan pengankutan (haul road) 0,90
Dasar pit dan Jenjang (pit floor and bench) 0,75

17
Lapisan tanah penutup (fresh overburden) 0.65
Lapisan tanah penutup yang telah ditanami 0,55
(revegetated overburden)
Hutan (natural rain forest) 0,50

Tabel 2.4 Harga Koefsien Limpasan Gautama (1999)


Kemiringan Tutupan Koefsien Limpasan
Sawah, Rawa 0,2
<3% Hutan, Perkebunan 0,3
Perumahan dengan kebun 0,4
Hutan, Perkebunan 0,4
Perumahan 0,5
3 % - 15 %
Tumbuhan yang jarang 0,6
Tanpa tumbuhan, daerah penimbunan 0,7
Hutan 0,6
Perumahan, kebun 0,7
> 15 %
Tumbuhan jarang 0,8
Tanpa tumbuhan, daerah tambang 0,9

b. Debit Air Limpasan

Penentuan debit air limpasan Untuk memperkirakan debit air limpasan


maksimal digunakan rumus rasional yaitu :
Q = 0,278 x C x I x A.......................................................................................(2.12)

Keterangan :
Q = debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)

Pengaruh rumus ini, mengasumsikan bahwa hujan merata diseluruh daerah


tangkapan hujan, dengan lama waktu (durasi) sama dengan waktu konsesntrasi
(tc)

18
2.1.6. Air Hujan
Untuk menghitung air hujan yang langsung masuk kedalam Sump digunakan
rumus yaitu :
Qair hujan = (Luas bukaan tambang x (Curah hujan rencana)..............................(2.13)
2.1.7. Aliran Air Tanah

Batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan air tanah disebut dengan
akuifer. Cara mendapatkan air tanah secara alami adalah dengan mengambil air
tanah yang muncul di permukaan sebagai mata air atau keluarnya air tanah
sebagai akibat aktivitas buatan manusia (Dake, 1983 : 213) Semua tanah dan
batuan yang bersifat porous memudahkan air mengalir melalui pori-pori yang
saling berhubungan diantara partikel-partikel atau butiran-butiran tanah tersebut.
Suatu akuifer dapat merembes atau bocor melalui sesar atau kekar batuan
kemudian naik ke permukaan tanah.

2.1.8. Debit Air Tambang

Debit air tambang adalah total debit air yang masuk ke lokasi tambang,
sehingga dapat mengetahui lama waktu dari pemompaan. Debit air tambang dapat
dihitung sebagai berikut.
Qair tambang=(Qlimpasan+Qair Hujan+Qair tanah)..................................(2.14)

Keterangan :

Qair tambang = Debit air tambang (m³/detik)


Qlimpasan = Debit limpasan (m³/detik)
Qair tanah = Debit air tanah (m/detik)
Qair hujan = Debit air hujan (m/detik)

2.1.9. Sumuran

Sumuran tambang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air


dan lumpur sebelum dipompa ke luar tambang. Sumuran tambang dibedakan
menjadi dua macam yaitu sumuran tambang permanen dan sementara. Sumuran
tambang permanen adalah sumuran yang berfungsi selama penambangan

19
berlangsung, dan umumnya tidak berpindah tempat. Sedang sumuran sementara
berfungsi dalam rentang waktu tertentu dan sering berpindah tempat.
Dalam menentukan luasan sumuran yang di perlukan adalah dengan cara
menghitung volume air yang masuk kedalam tambang dikurangi dengan volume
air yang akan dipompa keluar dari tambang.

2.1.10. Sistem Pemompaan


a. Pompa

Pompa berfungsi untuk mengeluarkan air dari lokasi tambang. Sesuai dengan
prinsip kerjanya, jenis – jenis pompa antara lain :
1. Reciprocating Pump

Bekerja berdasarkan torak maju mundur secara horizontal di dalam silinder.


Keuntungan jenis ini adalah efisien untuk kapasitas kecil dan umumnya dapat
mengatasi kebutuhan energi (julang) yang tinggi. Kerugiannya adalah beban
yang berat serta perlu perawatan yang teliti. Pompa jenis ini kurang sesuai untuk
air berlumpur karena katup pompa akan cepat rusak. Oleh karena itu jenis pompa
ini kurang sesuai untuk digunakan di tambang.

(Sumber : https://www.gopracticals.com/civil/hydraulics/efficiency-reciprocating-pump/
Gambar 2.6 Sketsa pompa Reciprocating pump
2. Centrifugal Pump

Pompa ini bekerja berdasarkan putaran impeller di dalam pompa. Air yang
masuk akan diputar oleh impeller, akibat gaya sentrifugal yang terjadi, air akan
dilemparkan dengan kuat ke arah lubang pengeluaran pompa. Pompa 35 jenis ini

20
banyak digunakan di tambang, karena dapat melayani air berlumpur,
kapasitasnya besar, dan perawatannya lebih mudah.

3. Axial Pump

Pada pompa aksial, zat cair mengalir pada arah aksial (sejajar poros) melalui
kipas. Umumnya bentuk kipas menyerupai baling – baling kapal. Pompa ini dapat
beroperasi secara 35ertical maupun horizontal. Jenis pompa ini digunakan untuk
julang yang rendah.

Gambar 2.7 Sketsa Pompa Sentifugal (Teknik area 2020)

21
Gambar 2.8 Sketsa Pompa Aksial (taufikur rokhman 2016)
b. Pipa

Pipa berfungsi sebagai sarana untuk mengeluarkan zat cair dari suatu tempat
menuju tempat lainnya. Zat cair yang mengalir dalam pipa akan mengalami
gesekan pada dinding sebelah dalam pipa. Besar kecilnya gesekan yang terjadi
dipengaruhi oleh jenis zat cair yang mengalir dan macam pipa yang digunakan.
Pipa adalah saluran tertutup yang digunakan untuk mengalirkan fluida. Pipa untuk
keperluan pemompaan biasanya terbuat dari baja, tetapi untuk tambang yang tidak
terlalu dalam dapat mengunakan pipa HDPE (High Density Polyethylene). HDPE
(High Density Polyethylene) adalah polimer termoplastik yang terbuat dari proses
pemanasan minyak bumi. Sifatnya keras, tahan terhadap suhu tinggi, dan dapat
dibentuk menjadi beragam benda tanpa kehilangan kekuatannya. Lapisan HDPE
cenderung terlihat buram setelah diproses, dan dapat di daur ulang. Pada dasarnya
bahan apapun yang digunakan harus memperhatikan kemampuan pipa untuk
menekan cairan di dalamnya. Sistem perpipaan akan sangat berhubungan erat
dengan daya serta head pompa yang dibutuhkan. Hal ini terjadi karena sistem
perpipaan tidak akan terlepas dari adanya gaya gesekan pada pipa, belokan,
pencabangan, bentuk katup, serta perlengkapan pipa lainnya.

22
c. Head pompa

Energi yang harus disediakan untuk mengalirkan sejumlah air seperti yang
telah direncanakan. Head pompa terdiri dari :

H = Hs + Hp1 + Hp2 + Hp3 + Hp4.........................................................................(3.15)


[ ]
2g

Keterangan :

H = Head total pompa (m)


Hs = Head statis pompa (m)
Hv = Head kecepatan (m/s)
Hf1 = Head gesekan (m)
Hfs = Head belokan dan sambungan pada pipa (m)
Hf2 = Head katup isap (m)

Perhitungan berbagai julang pada pemompaan :

1) Head statis (hs)

HS = h2 – h1.................................................................................................(2.16)

Keterangan :
h1 = Elevasi sisi isap (m)
h2 = Elevasi sisi keluar (m)
2) Velocity Head (Hv)
V2
Hv= ....................................................................................................(2.17)
2g
Keterangan :

v2 = Kecepatan aliran fluida (air) dalam pipa (m/detik)


g = Gaya gravitasi (9,8 m/detik2)
3) Head loss merupakan kerugian karena gesekan dan belokan pipa, maka
besarnya tergantung dari jenis pipa yang digunakan. Head loss terdiri atas :

23
a. Friction loss (Hf), yaitu kerugian karena gesekan.
L x v2
Hf 1= λ ....................................................................................(2.18)
D x2 g

Keterangan :
Hf1 = Friction loss (m)

λ = 0,020 + 0,0005/D

L = Panjang pipa (m)

D = Diameter pipa (m)

b. Shock loss (Hfs), yaitu kerugian karena belokan dan sambungan pada
pipa.
v2
Hfs=K ........................................................................................(2.19)
2g

Keterangan :

Hfs = Shock loss (m)

v = kecepatan aliran dalam pipa (m/s)

g = percepatan gravitasi bumi (m/detik2)

k = Koefsien tahanan yang besarnya tergantung jenis sambungan dan


sudut belokan

3,5 0,5
D θ
[
k = 0,131+1,874
2R ( )]( ) x
90
............................................(2.20)

Keterangan :
R = Jari-jari lengkung belokan (m)
θ = Sudut belokan pipa

D
R=
1 ............................................................................................
tan θ
2
(2.21)

Keterangan :

24
D = Diameter dalam pipa (m)
θ = Sudut belokan pipa

4) Head katup isap (Hf2)

Hf2 = f {V2 g² }................................................................................................


(2.22)

Keterangan :
F = Koefisien kerugian pada katup isap (Tabel 8.4)
v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
g = Percepatan gravitasi bumi (9,8 m/detik²)

Tabel 2.5 Koefisien Kerugian dari Berbagai Katup (Sularso dan Tahara H., 1991)

DIAMETER (mm)
JENIS KATUP
100 1,5 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000
0,1
Katup sorong 0,14
2
Katup kupu-
0,6 – 0,16 (bervariasi menurut kontruksi dan diameter)
kupu
Katup putar 0,09- 0,026 (bervariasi menurut diameter)
Katup cegah 1,1 0,9 0,9
1,2 1,1 1 0,96 0,92 0,9 0,88
jenis ayun 5 8 4
Katup cegah
1,1
tutup cepat jenis 1,2 1,1 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4
5
tekanan
Katup cegah
1,3
jenis angkat 1,44 1,34 1,3 1,2
9
bebas
Katup cegah
tutup-cepat 7,3 6,6 5,9 5,3 4,6
jenis pegas
Katup kepak 0,5
Katup Isap 1,9 1,7
1,97 1,84 1,72
saringan 1 8
Katup pintu 0,4
Reducer     0,03              

25
BAB III
JADWAL PENELITIAN

Peneltian ini akan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan,
dengan lokasi :
Nama Perusahaan : PT. HARMARK INDONESIA

Tabel 3.1. Rencana Kegiatan Pengyusunan Tugas Akhir II Tahun 2021

2021
April Mei Juni Juli
N
Kegiatan MINGGU
o
I II I I II I I II I I II I
I I I V I I I V I I I V I I I V
penelitian dan
1 pengambilan data                                
bimbingan proposal
2 skripsi                                
Agustus September Oktober November
I II I I II I I II I
  I I I V I I I V I I I V  
bimbingan proposal
3 skripsi                                
sidang proposal
4 skripsi                                
bimbingan draft
5 skripsi                                
6 kolokium                                
7 pendadaran                                
8 revisi                                
9 penjilidan                                
10 yudisium                                
11 wisuda                                

26
DAFTAR PUSTAKA

Gautama R.S., 1999. Sistem Penyaliran Tambang, Institut Teknologi


Bandung, Kota Bandung
Harto, Sri, 1993, Mengenal Dasar-dasar Hidrologi Terapan, Keluarga
Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hydrologic Engineering Center, 2002, HEC-RAS River Analysis System
(User’s Manual), US Army Corps of Engineers, Davis, CA.
Soewarno, 1995, Hidrologi (Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data)
Jilid I, Nova, Bandung.
Sosrodarsono, Suyono, dan Takeda, Kensaku, 1993, Hidrologi Untuk
Pengairan, Pradnya Paramitha, Jakarta.
Syarifuddin, Sri Widodo, Arif Nurwaskito. Kajian Sistem Penyaliran Pada
Tambang Terbuka Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan
Selatan. Universitas Muslim Indonesia, Makasar

27

Anda mungkin juga menyukai