Oleh :
AINUL SAPUTRA
NIM : 710017203
Oleh :
AINUL SAPUTRA
NIM: 710017203
(A.A. Inung Arie Adnyano, S.T., M.T.) (Bayurohman Pangacela Putra, S.T, M.T.)
NIK: 1973 0248 NIK : 1973 0296
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Pada Tanggal
Oleh : AINUL SAPUTRA/710017203
Diterima Guna Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik
Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Teknologi Mineral Ketua Program Studi Teknik Pertambangan
(Dr. Ir. Setyo Pambudi, M.T.) (Bayurohman Pangacella Putra, S.T., M.T.)
NIK : 1973 0058 NIK : 1973 0296
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................vii
BAB 1 . PENDHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Batasan Masalah..................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitan..................................................................................2
1.5 Metode Penelitian................................................................................2
1.6 Manfaat Penelitian...............................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................7
2.1. Siklus Hidrologi..................................................................................7
2.2. Pengertian Sistem Penyaliran Tambang.............................................7
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang.....11
2.3.1.Curah Hujan...............................................................................11
2.3.2. Periode Ulang Hujan................................................................14
2.3.3. Intensitas Curah Hujan.............................................................14
2.3.4. Daerah Tangkapan Hujan.........................................................16
2.3.5. Air Limpasan............................................................................16
2.3.6. Air Hujan..................................................................................18
2.3.7. Aliran Air Tanah.......................................................................19
2.3.8. Debit Air Tambang...................................................................19
2.3.9. Sumuran....................................................................................19
2.3.10. Sistem Pemompaan.................................................................20
BAB III ...........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
produksi yang sedang dijalankan, oleh karena itu penelitian ini berfokus untuk
membahas mengenai perencanaan sistem penyaliran tambang dengan saluran
terbuka pada lokasi penambangan PT. Harmak Indonesia agar dapat memberikan
rekomendasi pada perusahaan terkait sistem penyaliran tambang yang dilakukan
agar genangan air yang sering timbul sebelumnya dapat diminimalisir.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yaitu:
1. Bagaimana Implementasi Sistem Penyaliran Tambang di PT. Harmark
Indonesia ?
2. Faktor apa saja yang harus diperhatikan dalam Perencanaan Sistem Penyaliran
Tambang PT. Harmark Indonesia ?
3. Bagaimana Evaluasi dan Rekomendasi terkait Sistem Penyaliran Tambang PT.
Harmark Indonesia ?
2
1.5 Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penilitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Akademis yaitu:
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta pengalaman bagi penulis dan
pembaca mengenai produktivitas alat muat dan alat angkut beserta hal yang
mempengaruhinya.
2. Manfaat Praktis yaitu:
a. Memberikan pengetahuan dan bahan referensi tentang bagaimana
implementasi sistem penyaliran tambang yang diterapkan oleh PT. Harmark
Indonesia.
b. Mampu memberi masukan dan bahan pertimbangan kepada PT. Harmark
Indonesia guna meningkatkan proses penyaliran tambang yang telah
direncanakan.
3
c. Mencocokan data-data yang telah ada dan disesuaikan dengan
pengambilan data tambahan di lapangan
3. Pengambilan data
Pengambilan data langsung di lapangan dipakai sebagai salah satu bahan
untuk mengetahui permasalahan yang ada sehingga dapat diambil suatu solusi
yang tepat.
Data-data yang diambil antara lain:
a. Data Primer
Yaitu data yang diambil dengan melakukan pengambilan secara langsung di
lapangan, meliputi pengamatan dan wawancara. Adapun data-data primer
yang harus diambil lagsung di lapangan adalah :
Data geometri saluran terbuka
Data dimensi settling pond
Material dinding saluran terbuka
Foto Dokumentasi
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diambil berasal dari literature penelitian terdahulu, serta
arsip-arsip penunjang yang diperoleh dari PT. Harmark Indonesia.
Profil Perusahaan
Peta lokasi dan kesampaian daerah
Data stratigrafi
Peta layout penambangan
Data curah hujan
4. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul baik dari studi literatur maupun dari pengambilan
data di lapangan dikelompokan berdasarkan jenis dan kegunaannya. Data-data
tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan suatu kesimpulan
pertama/sementara. Kemudian dilakukan pengecekan kembali atau diteliti ulang
apakah kesimpulan tersebut cukup baik
5. Kesimpulan
4
Dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan sementara.
Kemudian kesimpulan sementara ini akan diolah lebih lanjut pada bagian
pembahasan. Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil
pengolahan data dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini merupakan
hasil akhir untuk direkomendasikan dari semua masalah yang dibahas.
5
METODE PENELITIAN
STUDI LITERATUR
STUDI LITERATUR
PENGAMBILAN
PENGAMBILAN
DATA
PENGOLAHAN DATA
a. Penentuan DTH
b. Penentuan Koefisien Limpasan
c. Penentuan Curah Hujan Rencana
ANALISIS DATA
a. Analisis Debit Air tanah, air limpasan dan air hujan
b. Ketersesuaian Dimensi Sump terhadapa debit air tambang
PEMBAHASAN
Rekomendasi Rencangan Saluran Terbuka Pada Sistem Penyaliran Tambang Pt. Harmark
Indonesia, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewah
Yogyakrta
KESIMPULAN DAN
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
yang terdapat dan mengalir di permukaan tanah. Jenis air ini meliputi, air
limpasan permukaan, air sungai, rawa atau danau yang terdapat di daerah tersebut,
air buangan (limbah), dan mata air. Sedangkan air bawah tanah merupakan air
yang terdapat dan mengalir di bawah permukaan tanah. Jenis air ini meliputi air
tanah.
Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Mine Drainage
Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah penambangan. Hal
ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air yang berasal dari
sumber air permukaan. Beberapa metode penyaliran mine drainage :
a. Metode Siemens
Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor kemudian ke
dalam lubang bor dimaksudkan pipa dan disetiap bawah pipa tersebut diberi
lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga air
tanah terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang
ke luar daerah penambangan.
8
Gambar 2.1. Metode Siemens (Gautama, 1999)
9
Gambar 2.3. Small Pipe With Vaccum Pump Drainage (Gautama, 1999)
1. Mine Dewatering
Merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke daerah
penambangan. Upaya ini terutama untuk menangani air yang berasal dari air
hujan.
Beberapa metode penyaliran mine dewatering adalah sebagai berikut:
a. Sistem Sumuran Terbuka (Open Sump System)
Sistem ini dilakukan dengan cara air yang masuk kedalam tambang
dikumpulkan ke suatu sumuran (sump) yang dibuat didasar tambang
kemudian dari sumuran tersebut dipompa dan dialirkan dengan pipa untuk
dikeluarkan dari tambang. Sistem ini pada umumnya banyak digunakan pada
tambang terbuka.
10
penambangan. Air limpasan akan masuk ke saluran–saluran yang kemudian di
alirkan ke suatu kolam penampung atau di buang langsung ke tempat
pembuangan dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
b. Sistem Adit
Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang terbuka
yang mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang di buat dari tempat
kerja menembus ke shaft yang di buat disisi bukit untuk pembuangan air yang
masuk ke dalam tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal,
disebabkan oleh biaya pembuatan saluran horisontal tersebut dan shaft.
11
yang harus diperhatikan di dalam tambang, terutama untuk tambang terbuka di
Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki musim kemarau dan hujan,
sehingga Indonesia mempunyai curah hujan yang sangat tinggi. Air hujan yang
jatuh ke area tambang, termasuk ke dalam air limpasan, dimana juga ditampung
pada sumuran (sump), maupun kolam pengendapan (settling pond) yang
selanjutnya akan.
dikeluarkan melalui pompa ke luar area tambang. Curah hujan adalah jumlah atau
volume air hujan yang jatuh pada satu satuan luas, dinyatakan dalam satuan 1 mm.
Satuan ini mempunyai arti yaitu pada setiap luasan 1 m2, air hujan yang jatuh
adalah 1 liter. Pengamatan curah hujan dilakukan oleh alat penakar hujan.
Pengolahan data curah hujan dimaksudkan untuk mendapat data curah hujan
yang siap pakai untuk suatu perencanaan sistem penyaliran tambang. Pengolahan
data curah hujan ini dapat menggunakan metode Gumbel, yaitu suatu metode
yang didasarkan atas distribusi normal.
Persamaan Gumbel adalah sebagai berikut :
S
Xt = X + (Yr – Yn).........................................................................................
Sn
(2.1)
Keterangan :
12
Keterangan :
Σxi = Jumlah curah hujan harian maksimum (mm)
n = Jumlah data
b. Standar deviasi nilai curah hujan
S = √ Σ¿ ¿ ¿.................................................................................................(2.3)
Keterangan :
X = Jumlah nilai x
X = Jumlah rata – rata
n = Jumlah data
c. Standar deviasi dari reduksi varian
Sn = √ Σ¿ ¿ ¿ …………………..............................................................(2.4)
Keterangan :
yn = Jumlah nilai y
___
Yn = Jumlah rata – rata
n = Jumlah data
d. Nilai reduksi varian dari variabel yang diharapkan terjadi pada PUH
( T −1 )
Yr = -log [-log T ].................................................................................
(2.5)
Keterangan:
e. Nilai rata dari reduksi varian, tergantung pada jumlah data (n)
n−m )
Yn = -log [-log
{( n+1 } ...........................................................................
(2.6)
Keterangan :
n = Jumlah sampel
m = Urut sampel (1,2,3,…)
13
Perumusan metode Gumbel di atas, hanya harga curah hujan rata-rata dan
standar deviasi nilai curah hujan yang diperoleh dari hasil pengolahan data.
Sedangkan harga-harga selain itu diperoleh dari tabel tetapan dalam hubungannya
dengan jumlah data dan periode ulang hujan.
Kondisi PUH
Daerah terbuka 0,5
Sarana tambang 2-5
Lereng tambang dan penimbunan 5-10
Sumura utama 10-25
Penyaliran keliling tambang 25
Pemindahan aliran sungai 100
Hubungan antara periode ulang hujan dengan faktor resiko adalah sebagai
berikut :
TL
1
Pt =1− 1− ( Tt ) ..........................................................................................(2.7)
Keterangan :
Pt = Resiko Hidrologi
Tt = Periode Ulang
TL = Umur tambang
14
2.1.3. Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan per satuan waktu yang
relative singkat. Intensitas curah hujan biasanya dinotasikan dengan huruf “I”
dengan satuan mm/jam, yang berarti besarnya curah hujan dalam waktu satu jam
adalah sekian mm.
Perhitungan intensitas curah hujan satu jam dilakukan dengan menggunakan
rumus Mononobe sebagai berikut :
R 24 24
I =
24 t[ ] 2/3
.......................................................................................................
(2.8)
Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Waktu konsentrasi hujan (jam)
R24 = Curah hujan rencana (mm)
Sx
R24 = Rx + ( ) ( Yt – Yn).................................................................................
Sn
(2.9)
Keterangan :
Rx = Nilai rata-rata x
Sx = Standar deviasi
Sn = Standar deviasi reduksi
Yn = Reduced mean
Yt = Nilai reduksi varian
Tabel 2.2 Keadaan Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan
(Suryono S. Dan Takeda, K, 1993)
Intensitas curah Kondisi
Keadaan curah
hujan (mm/jam)
hujan
1 jam 24 jam
Hujan sangat ringan <5 <5 Tanah agak basah
Tanah menjadi basah semua, tetapi
Hujan ringan 1–5 5 – 20
sulit membuat puddle
15
Dapat dibuat puddle, bunyi hujan
Hujan normal 5 – 10 20 – 50
terdengar
Air tergenang diseluruh permukaan
Hujan lebat 10 – 20 50 – 100 tanah dan bunyi keras kedengaran
dari genangan
Hujan seperti ditumpahkan,
Hujan sangat lebat > 20 >100 sehingga saluran dan drainase
meluap
Daerah tangkapan hujan adalah luas permukaan yang apabila terjadi hujan,
maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju ke
titik pengaliran. Air yang jatuh kepermukaan sebagian meresap kedalam tanah,
sebagian ditahan oleh tumbuhan dan sebagian lagi akan mengisi sungai, paritan,
permukaan bumi, kemudian mengalir ketempat yang lebih rendah. Semua air yang
mengalir dipermukaan belum tentu menjadi sumber air dari suatu sistem
penyaliran. Kondisi ini tergantung dari daerah tangkapan hujan dan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain kondisi topografi, rapat tidaknya vegetasi dll.
Daerah tangkapan hujan merupakan suatu daerah yang dapat mengakibatkan air
limpasan permukaan mengalir kesuatu tempat (daerah penambangan) yang lebih
rendah. Penentuan luas daerah tangkapan hujan berdasarkan peta topografi daerah
yang akan diteliti.
Daerah tangkapan hujan ini dibatasi oleh pegunungan dan bukit-bukit yang
diperkirakan akan mengumpulkan air hujan sementara. Setelah daerah tangkapan
hujan ditentukan, maka diukur luasnya pada peta kontur, yaitu dengan
menarik
hubungan dari titik-titik yang tertinggi disekeliling tambang membentuk poligon
tertutup, dengan melihat kemungkinan arah mengalirnya air, maka luas dihitung
dengan menggunakan komputer (misal : Program Autocad, Minescape).
Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas
permukaan tanah menuju sungai, danau atau laut. Aliran itu terjadi karena curah
hujan yang mencapai permukaan bumi tidak dapat terinfiltrasi, baik yang
16
disebabkan karena intensitas curah hujan atau faktor lain misalnya kelerengan,
bentuk dan kekompakan permukaan tanah serta vegetasi.
Beberepa faktor yang berpengaruh pada air limpasan :
- Curah hujan : Curah hujan, intensitas curah hujan dan frekunsi hujan
- Tanah : Jenis dan bentuk toprografi
- Tutupan : Kepadatan, jenis dan macam vegetasi.
- Luas daerah aliran
a. Koefisien Limpasan
CiAi
C= ......................................................................................................(2.11)
A1
Keterangan:
C = Koefisien limpasan
Ci = Koefisien masing-masing permukaan
Ai = Luas daerah masing-masing permukaan
17
Lapisan tanah penutup (fresh overburden) 0.65
Lapisan tanah penutup yang telah ditanami 0,55
(revegetated overburden)
Hutan (natural rain forest) 0,50
Keterangan :
Q = debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)
18
2.1.6. Air Hujan
Untuk menghitung air hujan yang langsung masuk kedalam Sump digunakan
rumus yaitu :
Qair hujan = (Luas bukaan tambang x (Curah hujan rencana)..............................(2.13)
2.1.7. Aliran Air Tanah
Batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan air tanah disebut dengan
akuifer. Cara mendapatkan air tanah secara alami adalah dengan mengambil air
tanah yang muncul di permukaan sebagai mata air atau keluarnya air tanah
sebagai akibat aktivitas buatan manusia (Dake, 1983 : 213) Semua tanah dan
batuan yang bersifat porous memudahkan air mengalir melalui pori-pori yang
saling berhubungan diantara partikel-partikel atau butiran-butiran tanah tersebut.
Suatu akuifer dapat merembes atau bocor melalui sesar atau kekar batuan
kemudian naik ke permukaan tanah.
Debit air tambang adalah total debit air yang masuk ke lokasi tambang,
sehingga dapat mengetahui lama waktu dari pemompaan. Debit air tambang dapat
dihitung sebagai berikut.
Qair tambang=(Qlimpasan+Qair Hujan+Qair tanah)..................................(2.14)
Keterangan :
2.1.9. Sumuran
19
berlangsung, dan umumnya tidak berpindah tempat. Sedang sumuran sementara
berfungsi dalam rentang waktu tertentu dan sering berpindah tempat.
Dalam menentukan luasan sumuran yang di perlukan adalah dengan cara
menghitung volume air yang masuk kedalam tambang dikurangi dengan volume
air yang akan dipompa keluar dari tambang.
Pompa berfungsi untuk mengeluarkan air dari lokasi tambang. Sesuai dengan
prinsip kerjanya, jenis – jenis pompa antara lain :
1. Reciprocating Pump
(Sumber : https://www.gopracticals.com/civil/hydraulics/efficiency-reciprocating-pump/
Gambar 2.6 Sketsa pompa Reciprocating pump
2. Centrifugal Pump
Pompa ini bekerja berdasarkan putaran impeller di dalam pompa. Air yang
masuk akan diputar oleh impeller, akibat gaya sentrifugal yang terjadi, air akan
dilemparkan dengan kuat ke arah lubang pengeluaran pompa. Pompa 35 jenis ini
20
banyak digunakan di tambang, karena dapat melayani air berlumpur,
kapasitasnya besar, dan perawatannya lebih mudah.
3. Axial Pump
Pada pompa aksial, zat cair mengalir pada arah aksial (sejajar poros) melalui
kipas. Umumnya bentuk kipas menyerupai baling – baling kapal. Pompa ini dapat
beroperasi secara 35ertical maupun horizontal. Jenis pompa ini digunakan untuk
julang yang rendah.
21
Gambar 2.8 Sketsa Pompa Aksial (taufikur rokhman 2016)
b. Pipa
Pipa berfungsi sebagai sarana untuk mengeluarkan zat cair dari suatu tempat
menuju tempat lainnya. Zat cair yang mengalir dalam pipa akan mengalami
gesekan pada dinding sebelah dalam pipa. Besar kecilnya gesekan yang terjadi
dipengaruhi oleh jenis zat cair yang mengalir dan macam pipa yang digunakan.
Pipa adalah saluran tertutup yang digunakan untuk mengalirkan fluida. Pipa untuk
keperluan pemompaan biasanya terbuat dari baja, tetapi untuk tambang yang tidak
terlalu dalam dapat mengunakan pipa HDPE (High Density Polyethylene). HDPE
(High Density Polyethylene) adalah polimer termoplastik yang terbuat dari proses
pemanasan minyak bumi. Sifatnya keras, tahan terhadap suhu tinggi, dan dapat
dibentuk menjadi beragam benda tanpa kehilangan kekuatannya. Lapisan HDPE
cenderung terlihat buram setelah diproses, dan dapat di daur ulang. Pada dasarnya
bahan apapun yang digunakan harus memperhatikan kemampuan pipa untuk
menekan cairan di dalamnya. Sistem perpipaan akan sangat berhubungan erat
dengan daya serta head pompa yang dibutuhkan. Hal ini terjadi karena sistem
perpipaan tidak akan terlepas dari adanya gaya gesekan pada pipa, belokan,
pencabangan, bentuk katup, serta perlengkapan pipa lainnya.
22
c. Head pompa
Energi yang harus disediakan untuk mengalirkan sejumlah air seperti yang
telah direncanakan. Head pompa terdiri dari :
V²
[ ]
2g
Keterangan :
HS = h2 – h1.................................................................................................(2.16)
Keterangan :
h1 = Elevasi sisi isap (m)
h2 = Elevasi sisi keluar (m)
2) Velocity Head (Hv)
V2
Hv= ....................................................................................................(2.17)
2g
Keterangan :
23
a. Friction loss (Hf), yaitu kerugian karena gesekan.
L x v2
Hf 1= λ ....................................................................................(2.18)
D x2 g
Keterangan :
Hf1 = Friction loss (m)
λ = 0,020 + 0,0005/D
b. Shock loss (Hfs), yaitu kerugian karena belokan dan sambungan pada
pipa.
v2
Hfs=K ........................................................................................(2.19)
2g
Keterangan :
3,5 0,5
D θ
[
k = 0,131+1,874
2R ( )]( ) x
90
............................................(2.20)
Keterangan :
R = Jari-jari lengkung belokan (m)
θ = Sudut belokan pipa
D
R=
1 ............................................................................................
tan θ
2
(2.21)
Keterangan :
24
D = Diameter dalam pipa (m)
θ = Sudut belokan pipa
Keterangan :
F = Koefisien kerugian pada katup isap (Tabel 8.4)
v = Kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
g = Percepatan gravitasi bumi (9,8 m/detik²)
Tabel 2.5 Koefisien Kerugian dari Berbagai Katup (Sularso dan Tahara H., 1991)
DIAMETER (mm)
JENIS KATUP
100 1,5 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000
0,1
Katup sorong 0,14
2
Katup kupu-
0,6 – 0,16 (bervariasi menurut kontruksi dan diameter)
kupu
Katup putar 0,09- 0,026 (bervariasi menurut diameter)
Katup cegah 1,1 0,9 0,9
1,2 1,1 1 0,96 0,92 0,9 0,88
jenis ayun 5 8 4
Katup cegah
1,1
tutup cepat jenis 1,2 1,1 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4
5
tekanan
Katup cegah
1,3
jenis angkat 1,44 1,34 1,3 1,2
9
bebas
Katup cegah
tutup-cepat 7,3 6,6 5,9 5,3 4,6
jenis pegas
Katup kepak 0,5
Katup Isap 1,9 1,7
1,97 1,84 1,72
saringan 1 8
Katup pintu 0,4
Reducer 0,03
25
BAB III
JADWAL PENELITIAN
Peneltian ini akan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan,
dengan lokasi :
Nama Perusahaan : PT. HARMARK INDONESIA
2021
April Mei Juni Juli
N
Kegiatan MINGGU
o
I II I I II I I II I I II I
I I I V I I I V I I I V I I I V
penelitian dan
1 pengambilan data
bimbingan proposal
2 skripsi
Agustus September Oktober November
I II I I II I I II I
I I I V I I I V I I I V
bimbingan proposal
3 skripsi
sidang proposal
4 skripsi
bimbingan draft
5 skripsi
6 kolokium
7 pendadaran
8 revisi
9 penjilidan
10 yudisium
11 wisuda
26
DAFTAR PUSTAKA
27