Anda di halaman 1dari 87

TUGAS AKHIR

ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI UNTUK


PERENCANAAN OPTIMALISASI SUMP PADA
FRONT PENAMBANGAN LUBANG C1
PT. NUSA ALAM LESTARI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh


gelar Sarjana Teknik Pertambangan

Disususn Oleh :

FERI HIDAYAT
1410024427055

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2019
TUGAS AKHIR

ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI UNTUK


PERENCANAAN OPTIMALISASI SUMP PADA
FRONT PENAMBANGAN LUBANG C1
PT. NUSA ALAM LESTARI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh


gelar Sarjana Teknik Pertambangan

Disususn Oleh :

FERI HIDAYAT
1410024427055

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2019
TUGAS AKHIR

ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI UNTUK


PERENCANAAN OPTIMALISASI SUMP PADA
FRONT PENAMBANGAN LUBANG C1
PT. NUSA ALAM LESTARI

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang


untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Disusun Oleh:
FERI HIDAYAT
1410024427055

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Murad MS, MT Tri Ernita ST, MP


NIDN: 0007116308 NIDN. 1028027801

Ketua Program Studi Ketua STTIND Padang

Dr. Murad MS, MT Riko Ervil, MT


NIDN: 0007116308 NIDN: 1014057501
HYDOLOGY AND HYDROGEOLOGY ANALYSIS FOR SUMP
OPTIMIZATION PLANNING INFRONT MINING HOLE C1
PT. NUSA ALAM LESTARI

Name : Feri Hidayat


No. Student : 1410024427055
Advisor : Dr. Murad,MS.,MT
Co. Advisor : Tri Ernita,ST.,MP

ABSTRACK

Runoff enters the mine pit, causing flooding in the hole. Not only in the mine pit
but in the area of the sedimentation pond (sump) also flooded, caused by poor
planning and the amount of runoff during the rainy season in the rainy season.
This study aims to determine the potential for ground water entering the mining
sump of PT. Nusa Alam Lestari. Obtain runoff water discharge that enters the
mining sump PT. Nusa Alam Lestari.
Groundwater discharge that enters PT. Nusa Alam Lestari: At hole A, it is
obtained at 0.0223 m3 / minute. Groundwater discharge at branch hole B 0.0425
m3 / minute. Groundwater discharge in hole C 0.0154 m3 / sec. Groundwater
discharge in sump is 0.0050 m3 / minute. After calculating then each result of
groundwater discharge is added up and the total groundwater flow result is
0.0852 m3 / minute or 5.112 m3 / hour. Runoff water flowing into PT. Nusa Alam
Lestari at 0.063666 m3 / second.

Keywords: Groundwater, Runoff water


ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI UNTUK
PERENCANAAN OPTIMALISASI SUMP PADA
FRONT PENAMBANGAN LUBANG C1
PT. NUSA ALAM LESTARI

Nama : Feri Hidayat


NPM : 1410024427055
Pembimbing I : Dr. Murad,MS.,MT
Pembimbing II : Tri Ernita,ST.,MP

ABSTRACK

Air limpasan (run off) masuk kedalam lubang tambang hingga menyebabkan
terjadinya banjir pada lubang tersebut. Tidak hanya didalam lubang tambang
namun di areal kolam pengendapan (sump) juga mengalami kebanjiran,
disebabkan oleh rencana (planning) yang kurang baik dan besarnya debit curah
hujan limpasan pada musim penghujan pada wilayah tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Mendapatkan potensi air tanah yang
masuk pada sump penambangan PT. Nusa Alam Lestari. Mendapatkan debit air
limpasan yang masuk pada sump penambangan PT. Nusa Alam Lestari.
Debit air tanah yang masuk sump penambangan PT. Nusa Alam Lestari : Pada
lubang A didapat sebesar 0,0223 m3/menit. Debit air tanah pada lubang cabang B
0,0425 m3/menit. Debit air tanah pada lubang C 0,0154 m3/detik. Debit air tanah
pada sump sebesar 0,0050 m3/menit. Setelah dilakukan perhitungan kemudian
setiap hasil debit air tanah tersebut di jumlahkan dan di dapatkan hasil debit air
tanah total sebesar 0,0852 m3/menit atau 5,112 m3/jam. Debit air limpasan yang
masuk pada sump penambangan PT. Nusa Alam Lestari sebesar 0,063666
m3/detik.
Kata kunci : Air tanah, Air limpasan.
KATA PENGANTAR

‫ﺒﺴﻢﷲﺍﻠﺮﺤﻤﻦﺍﻠﺮﺤﻴﻢ‬
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan

proposal ini. Shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada Nabi besar

Muhammada SAW yang telah membawa umatnya ke zaman Modern saat ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Riko Ervil, MT selaku ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri

(STTIND) Padang

2. Bapak Dr. Murad MS, MT selaku ketua Prodi Teknik Pertambangan dan

sekaligus pembimbing I Tugas Akhir saya yang selalu sabar dan selalu

memberikan ilmunya yang sangat bermanfaat sehingga mendapatkan

Tugas Akhir yang paling baik.

3. Ibuk Tri Ernita, ST, MP. Selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir saya

yang selalu memberikan arahan terbaik, baik itu secara lisan maupun

secara tulisan, hingga mendapatkan hasil Tugas Akhir yang maksimal.

4. Kepada mama tercinta Isna, yang selalu memberikan saya yang terbaik,

dan bekerja keras untuk menguliahkan saya sampai sejauh ini, dan selalu

mendoakan saya setiap saat agar menjadi pribadi yang sukses dan

bijaksana.

5. Kepada papa tercinta Slamet Riadi, yang selalu menggajarkan saya

bagaimana menjadi seorang leleki sejati, tidak cengeng, dan mampu

iii
bertanggung jawab, serta menafkahi keluarga kecil saya hingga saya

seperti sekarang ini.

6. Kepada saudari Nahdiati Marwi yang selalu memberikan saya support

hingga saya melakukan bimbingan secara maksimal.

7. Kepada saudari Fausiah Reska Sismi dan Mira Wati, yang selalu

memberikan saya masukan berupa kritikan dan saran tentang penulisan

tugas akhir saya ini.

8. Kepada seluruh karyawan/karyawati STTIND Padang.

9. Rekan-rekan Mahasiswa STTIND Padang yang tidak bisa disebutkan

namanya satu persatu.

Penulis mengakui Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu penulis meminta saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari pembaca

semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, semoga Allah melimpahkan

rahmat-Nya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Mudah-mudahan penelitian ini dapat bermampaat bagi kita semua terutama bagi

penulis sendiri….. Aamiin.

Padang, September 2019

(Feri Hidayat)

iv
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR
RINGKASAN ................................................................................................. i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DATFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................. 4
1.3 Batasan Masalah ....................................................................... 4
1.4 Rumusan Masalah .................................................................... 4
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................... 4
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ..................................................... 6
2.1 Tinjauan Umum Perusahaan..................................................... 6
2.1.1 Profil PT. Nusa alam lestari(PT.NAL) ............................ 6
2.1.2 Iklim dan Curah Hujan .................................................... 7
2.1.3 Kondisi Geologi Regional ............................................... 7
1. Kondisi umum geologi regional .................................... 7
2. Stratigrafi ....................................................................... 8
3. Kondisi topografi .......................................................... 9
4. Genesha penyebaran batubara ....................................... 10
5. Kegiatan eksplorasi PT.NAL ........................................ 11
2.2 Landasan teori............................................................................ 12
2.2.1 Siklus hidrologi ............................................................... 12
v
1. Presipitasi ....................................................................... 13
2. infiltrasi........................................................................... 13
3. Evapotranspirasi ............................................................. 14
4. Limpasan (Run off) ........................................................ 14
2.2.2 Curah hujan ..................................................................... 15
2.2.3 Kajian Hidrologi .............................................................. 17
2.3 Sistem Penyaliran Tambang ...................................................... 19
2.3.1 Mine drainage ................................................................. 21
1. Metode Siemens ............................................................ 21
2.3.1.1 Metode Elektro Osmosis .................................... 21
2.3.1.2 Small Pipe with Vacuum Pump ......................... 21
2.3.1.3 Metode Pemompaan Dalam (Deep Weel Pump) 22
2.3.1.4 Metoda Pemotongan Atau Penggalian Air Tanah 22
2.3.1.5 Metode Kombinasi dengan Lubang Bukaan
Tambang Bawah Tanah..................................... 22
2.3.2 Mine dewatering .............................................................. 23
1. Membuat sump pada front tambang ............................. 23
2. Membuat Paritan .......................................................... 23
3. Sistem Adit ................................................................... 23
2.4 Air Bawah Tanah ....................................................................... 24
2.5 Air Tanah ................................................................................... 25
2.5.1 Air Metorik ..................................................................... 26
2.5.2 Air Juvenile ..................................................................... 27
2.5.3 Air Konat ......................................................................... 27
2.5.4 Saluran Tambang ............................................................. 28
2.5.5 Jenis Aliran ...................................................................... 28
2.5.6 Sumuran (Sump) ............................................................... 28
2.5.7 Akuifer ............................................................................... 29
2.5.8 Permeabilitas ...................................................................... 31
2.5.9 Pengujian Falling Head Test .............................................. 31

vi
1. Tujuan Percobaan ............................................................. 31
2.6 Kerangka konseptual ................................................................. 32
2.3.1 Input ................................................................................. 32
2.3.2 Proses ............................................................................... 32
2.3.3 Output .............................................................................. 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 34
3.1 Jenis Penelitian ......................................................................... 34
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 34
3.2.1 Tempat penelitian ............................................................ 34
3.2.2 Waktu penelitin ............................................................... 36
3.2.3 Rencana waktu penelitian ................................................ 36
3.3 Variabel Penelitian ................................................................... 37
3.4 Data jenis data dan Sumber Data ............................................... 38
3.4.1 Data dan jenis data........................................................... 38
3.4.2 Sumber data ..................................................................... 39
3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 39
3.6 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ..................................... 39
3.6.1 Teknik Pengolahan Data.................................................. 39
3.6.2 Teknik Analisa Data ........................................................ 42
3.7 Kerangka Metodologi ............................................................... 42
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ........................ 43
4.1 Pengumpulan Data.................................................................... 43
4.1.1 Koordinat dan Pengambilan Sampel ............................... 43
4.2 Pengolahan Data ....................................................................... 45
4.2.1 Kajian Hidrogeologi ........................................................ 45
4.2.2 Debit Air Tanah Pada Cabanga A ................................... 52
4.2.3 Debit Air Tanah Pada Cabanga B ................................... 52
4.2.2 Debit Air Tanah Pada Cabanga C ................................... 53
4.2.2 Debit Air Tanah Pada Sump ............................................ 52
4.3 Pompa ........................................................................................ 53

vii
4.3.1 Ketersediaan pompa dan Pemilihan Pompa .................... 53
4.3.2 Perhitungan Head total Pompa Rencana Lubang C1 ...... 54
4.3.3 Perhitungan Head total Pompa Rencana front seam C1 .. 55
4.4 Pemilihan Pompa ....................................................................... 56
4.4.1 Perencanaan Sump ........................................................... 56
4.4.1.1 Kebutuhan dan Kapasitas Rencana Volume sump
Lubang C1 .............................................................. 56
4.4.1.2 Penentuan Dimensi Sump ...................................... 57
4.4.1.3 Bentuk Perencanaan Rancangan Sistem Penyaliran
Tambang Batubara Bawah Tanah Seam C1 .......... 58
1) Rencana Dimensi Sump ..................................... 58
4.5 Kajian Hidrologi ........................................................................ 59
BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA ................................... 63
5.1 Permeabilitas Tanah .................................................................. 63
5.2 Debit Air Tanah ........................................................................ 63
5.2.1 Debit Air Tanah Pada Cabanga A ................................... 67
5.2.2 Debit Air Tanah Pada Cabanga B ................................... 67
5.2.3 Debit Air Tanah Pada Cabanga C ................................... 68
5.2.4 Debit Air Tanah Pada Sump ............................................ 68
5.3 Pompa ........................................................................................ 68
5.3.1 Perhitungan Head Total Pompa Rencana Lubang C1 ..... 68
5.3.2 Kebutuhan dan Kapasitas Rencana Volume sump
Lubang C1 ....................................................................... 68
5.3.3 Penentuan Dimensi Sump ................................................ 68
5.4 Debit Curah Hujan ..................................................................... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 70
6.1 Kesimpulan ................................................................................ 70
6.2 Saran .......................................................................................... 70

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Koefisien Limpasan Pada Berbagai Kondisi ................................. 15
Tabel 2.2 Derajat dan Intensitas Curah Hujan .............................................. 16
Tabel 2.3 Nilai Variabel Reduksi Gauss ....................................................... 18
Tabel 3.1 Kordinat Wilayah Kuasa Penambangan(KP) ............................... 35
Tabel 3.2 Rencana Waktu Penelitian ............................................................ 37
Tabel 4.1 Nilai Tingkat Permeabilitas Tanah ............................................... 49
Tabel 4.2 Pengukuran Debit Air Tanah pada Lubang A ............................... 50
Tabel 4.3 Pengukuran Debit Air Tanah pada Lubang B ............................... 50
Tabel 4.4 Pengukuran Debit Air Tanah pada Lubang C ............................... 51
Tabel 4.5 Pengukuran Debit Air Tanah pada sump ...................................... 51
Tabel 4.6 Dimensi Sump ............................................................................... 58
Tabel 4.7 Data Curah Hujan Maksimal......................................................... 59
Tabel 4.8 Pengolahan Data Curah Hujan Rancana ....................................... 59
Tabel 4.9 Curah Hujan Rancangan Harian .................................................. 62

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Peta Geologi ............................................................................. 8
Gambar 2.2 Peta Topografi .......................................................................... 9
Gambar 2.3 Daur Hidrologi.......................................................................... 13
Gambar 2.4 Bentuk Metode Mine Drainage ................................................ 22
Gambar 2.5 Bentuk Metode Mine Dewatering ............................................ 24
Gambar 2.6 Kerangka Konseptual ............................................................... 33
Gambar 3.1 Peta Lokasi Wilayah IUP PT.NAL .......................................... 36
Gambar 3.2 Dokumentasi Praktikum ........................................................... 40
Gambar 3.2 Kerangka Metodologi Penelitian .............................................. 43
Gambar 4.1 Kondisi Pengambilan Sampel ST-01 ....................................... 44
Gambar 4.2 Kondisi Pengambilan Sampel ST-02 ....................................... 45
Gambar 4.3 Kondisi Pengambilan Sampel ST-03 ....................................... 45

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai bahan galian
tambang yang melimpah, dapat kita lihat hampir di seluruh wilayah Indonesia kita
menemukan perusahaan pertambangan. Pertambangan, menurut Undang-Undang
Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU No.
4/2009) adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
Kegiatan pertambangan haruslah diperhatikan agar mendapatkan hasil
yang diharapkan perusahaan, oleh sebab itu permasalahan yang dialami
perusahaan untuk menghalangi target produksi harus diatasi, dengan adanya suatu
kegiatan pertambangan pada suatu daerah, maka daerah tersebut akan mengalami
perubahan yang sangat signifikan, baik itu perubahan di atas permukaan tanah
maupun di dalam permukaan tanah salah satunya dapat kita lihat di dalam
perusahaan batubara PT. Nusa Alam Lestari (PT. NAL).
PT. NAL merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang
pertambangan batubara. Tujuan utama PT. Nusa Alam Lestari adalah
mengembangkan dan menggunakan batubara sebagai bahan bakar pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU), serta memproduksi batubara secara maksimal. PT.
Nusa Alam Lestari melakukan aktivitas penambangan pada 3 blok yaitu Blok 1
(Sapan Dalam), Blok 2 (Bukit Tambun), Blok 3 (Tanah kuning). PT Nusa Alam
Lestari akan melakukan kegiatan penambangan pada Seam C1 blok timur yang
terdiri dari 1 lubang bukaan. Panjang lubang bukaan (shaft) yang direncanakan
untuk kegiatan penambangan sepanjang 180 m.
Pada kegiatan penambangan batubara di PT. Nusa Alam Lestari berkaitan
dengan kegiatan penambangan yang melakukan sistem penambangan dengan
1
2

metode tambang bawah tanah (Underground). Metode tambang bawah tanah


didasarkan pada penggalian yang berlanjut mengikuti arah endapan batubara
sampai batas yang diinginkan perusahaan telah terpenuhi. Dengan adanya
kegiatan penggalian yang berlangsung maka sangat banyak ditemukan potensi air
tanah pada lubang tambang, kemudian apabila terjadi musim hujan pada lokasi
penambangan, air limpasan (run off) masuk kedalam lubang tambang hingga
menyebabkan terjadinya banjir pada lubang tersebut. Tidak hanya didalam lubang
tambang namun di areal kolam pengendapan (sump) juga mengalami kebanjiran,
disebabkan oleh rencana (planning) yang kurang baik dan besarnya debit curah
hujan limpasan pada musim penghujan pada wilayah tersebut.
Untuk itu permasalahan air tersebut harus segera diatasi kemudian
melakukan perhitungan-perhitungan yang tepat baik itu perhitungan debit air
tanah maupun air limpasan, menerapkan sistem mine dewatering yang baik
dengan demikian kegiatan penambangan dapat berjalan lancer sesuai harapan.
Selain mengeluarkan air dari dalam front penambangan, pencegahan air
yang masuk ke dalam front juga harus dilakukan penanganan, oleh karena itu
masalah penyaliran tambang dan kondisi air tanah/batuan harus di ketahui agar
permasalahan tersebut bisa ditangani secara efektif. Melihat kondisi tersebut, maka
sangatlah penting untuk dilakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang
kondisi hidrogeologi dan hidrologi daerah tambang tersebut, kemudian
menerapkan sistem penyaliran tambang yang bagus untuk mengatasi
permasalahan genangan air yang telah terjadi pada front penambangan, dan
meminimalisir terjadinya masalah genangan air tersebut.
Menurut Aris Rinaldi menyatakan desain sump seringkali mengabaikan
peran air tanah. Hal ini sangat berdampak pada efisiensi desain sump dan jumlah
pompa yang akan di gunakan pada proses dewatering. Anton Yudi Umsini Putra
dan Ariyanto menyatakan dalam menunjang jalannya aktivitas penambangan,
maka harus di sesuaikan dengan sistem penyaliran tambangnya, sehingga berbagai
infrastruktur dibuat untuk mengendalikan air yang mengalir di area penambangan,
khususnya di dalam lubang bukaan. Sistem penanganan air di daerah ini lebih
diprhatikan karena berhubungan langsung dengan aktivitas penambangan yang
3

selalu bersifat mobile (bergerak) dan curah hujan yang tinggi, sehingga level debit
air yang keluar harus berimbang dengan debit air yang masuk ke dalam tambang.
Menurut Suyono, dkk, menyatakan lokasi bukaan tambang yang
direncanakan berdeketan dengan sungai besar, sehingga perlu diketahui kondisi
dan karakteristik air tanah di daerah tersebut. Selain itu, lokasi IUP tersebut
dikelilingi oleh beberapa sungai besar. Hal ini menyebabkan sering terjadi hujan
dengan intensitas curah hujan yang sangat besar. Hujan yang terjadi dalam kurun
waktu yang lama akan mengakibatkan debit air limpasan yang besar.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Analisis Hidrologi dan Hidrogeologi Untuk
perencanaan Optimalisasi sump pada front penambangan lubang C1 PT.
Nusa Alam Lestari

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat di identifikasi
beberapa masalah di antaranya:
1. Banyak di temukan potensi air tanah pada lubang tambang.
2. Air limpasan (run off) masuk kedalam lubang tambang hingga
menyebabkan terjadinya banjir pada lubang tambang.
3. Terjadinya banjir pada (sump).

1.3 Batasan Masalah


Dalam pelaksanaan penelitian perlu adanya pembatasan masalah, supaya
peneliti lebih terstruktur dan terorganisir, peneliti membatasi masalah pada
penelitian ini yang dibahas tentang potensi air tanah, air limpasan dan masalah
mine dewatering pada front PT. Nusa Alam Lestari.

1.4 Rumusan Masalah


4

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut:
1. Berapakah debit air tanah yang masuk ke dalam front penambangan pada
PT. Nusa Alam Lestari?
2. Berapakah debit air limpasan yang akan masuk ke dalam sump pada
penambangan PT. Nusa Alam Lestari?

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan uraian pada rumusan masalah maka dapat di tentukan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Mendapatkan debit air tanah yang masuk pada sump penambangan PT.
Nusa Alam Lestari.
2. Mendapatkan debit air limpasan yang masuk pada sump penambangan PT.
Nusa Alam Lestari.

1.6 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah, sebagai berikut:

1. Perusahaan Tambang
Dari hasil penelitian ini diharapkan jadi referensi dasar atau pedoman bagi
perusahaan dalam melaksanakan penerapan analisis hidrogeologi dan
hidrologi dalam proses dewatering sistem penyaliran tambang.
2. Penulis
Penulis dapat memperoleh dan mengaplikasikan ilmu yang didapat di
bangku perkuliahan ke dalam bentuk penelitian. Dan menambah wawasan
penulis khususnya di bidang kajian hidrogeologi dan hidrologi dalam
proses dewatering penyaliran tambang.
3. STTIND Padang
Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal dan
dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan
5

melakukan penelitian khususnya yang berhubungan dengan kajian


hidrogeologi dan hidrologi dalam proses dewatering penyaliran tambang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Perusahaan


2.1.1. Profil PT. Nusa Alam Lestari (PT. NAL)
PT. Nusa Alam Lestari (PT. NAL) adalah salah satu perusahaan yang
bergerak dalam bidang pertambangan batubara.Tujuan utama PT. Nusa Alam
Lestari adalah mengembangkan dan menggunakan batubara sebagai bahan bakar
pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Serta memproduksi dan memasarkan
batubara dengan cara harga terbaik dan berkembang harmonis bersama
lingkungan. Pada tahun 2004 PT. Nusa Alam Lestari memulai kegiatan
penambangan dengan eksplorasi lanjutan PT. Bukit Asam Persero Tbk. Pada
tahun 2006 PT. Nusa Alam Lestari Mendapatkan perizinan untuk melakukan
kegiatan penambangan dan bekerja sama dengan kontraktor PT. Arka Ananta
untuk melakukan kegiatan penambangan menggunakan metode tambang terbuka
(open pit). PT. Arka Ananta menggunakan metode open pit karena endapan
batubara dekat dengan permukaan tanah.
PT. Arka Ananta melakukan kegiatan penambangan tanpa melakukan
kegiatan peledakan sehingga menyebabkan produksi tidak maksimal, pada tahun
2008 PT. Nusa Alam Lestari mengambil alih langsung untuk melakukan kegiatan
penambangan dengan menggunakan kegiatan peledakan dan berakhir pada tahun
2011 dikarenakan sudah tidak ekonomis lagi dilakukan tambang terbuka. Dari
tahun 2011 PT. Nusa Alam Lestari melanjutkan kegiatan penambangan
menggunakan metode tambang bawah tanah dikarenakan masih banyak cadangan
batubara. Cadangan batubara yang terdapat pada PT. Nusa Alam Lestari terdapat
beberapa lapisan diantaranya lapisan batubara seam A1, akhir tahun 2013 seam
A1 ditinggalkan dan dilanjutkan dengan penambangan seam C1. Perencanaan
pada seam C1 ada 8 (delapan) lubang bukaan yang telah terealisasi pada bulan
Maret 2015.Tambang dalam PT. Nusa Alam Lestari dalam menjalankan dan
mencapai tujuannya dipimppin oleh Ir. H. M Fauzi yang di support oleh beberapa
6
7

dapertemen seperti survey, logistic, personalia umum, technical support, safety,


dan processing.

2.1.2 Iklim dan Curah Hujan


Daerah Lokasi PT. NAL beriklim tropis dengan suhu berkisar antara 22°C
sampai 33°C dan terbagi dalam dua musim yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Curah hujan di daerah PT. NAL 2359,48 mm/ tahun, sedangkan untuk
curah hujan tertinggi 617 mm pada bulan April dan terendah 23 mm pada bulan
Desember.
Dari data pos pengamatan curah hujan Kecamatan Talawi jumlah hari hujan
daerah penyelidikan untuk tahun 2000 adalah 188 hari, volume curah hujan
1.598,91 mm (rata-rata 385,43 mm) dengan lama hujan 125 jam. Musim hujan di
daerah penyelidikan berlangsung antara bulan November sampai April, sementara
suhu udara minimum dan maksimumnya adalah 25°C dan 32°C secara terperinci,
curah hujan dan banyaknya hari hujan yang mempengaruhi iklim.

2.1.3 Kondisi Geologi Regional


1. Kondisi Umum Geologi Regional
Endapan batubara terjadi pada kala oligosen diendapkan dalam cekungan
antara gunung (Inter Mountain Basin) yang dikenal dengan Cekungan Ombilin
dan mempunyai luas ± 800 km² yang berkembang sejak awal zaman tersier
memanjang pada arah barat – tenggara, searah dengan struktur geologi yang
banyak terdapat patahan ( fault ) dan lipatan (fold).
Lokasi penambangan batubara PT. NAL sekarang ini terletak dibagian
barat cekungan ombilin dan terdapat pada formasi batuan yang dikenal dengan
nama formasi sawah lunto. Secara umum lapisan tanah penutup batubara terdiri
dari batu lempung ( clay stone), batu pasir (sand stone), batu lanau (silt stone).
Nama Formasi Sawahlunto ini diusulkan oleh R.P. Koesoemadinata dan
Th. Matasak pada 1979. Formasi ini merupakan formasi yang paling penting
karena mengandung lapisan batubara. Formasi ini dicirikan oleh batu lanau, batu
lempung dan batubara yang berselingan satu sama lain Formasi Sawahlunto ini
8

terletak pada dua jalur yang terpisah yaitu jalur yang menjurus dari Sawahlunto
sampai Sawah Rasau dan dari Tanah Hitam terus ke timur dan kemudian ke arah
utara yang disebut Parambahan.
Formasi sawahlunto ini terletak pada dua jalur yang terpisah yaitu jalur
yang menjurus dari sawahlunto sampai sawah rasau dan dari tanah hitam terus
ketimur dan kemudian kearah utara yang disebut perambahan.

Sumber : PT. Nusa Alam Lestari


Gambar 2.1 Peta Geologi

2. Stratigrafi
Dari eksplorasi terdahulu, pada saat penambangan telah diketahui, terdapat
tiga lapisan (seam) batubara yang dapat di tambang dengan metode tambang
dalam. Lapisan tersebut adalah seamA1,seam C1, dan seam C2 dengan
kemiringan masing-masing 15°-30°.
a. Lapisan Batubara A1
Lapisan batubara seam A1 dengan metode tamda memiliki ketebalan rata rata
1,6m.
9

b. Lapisan Batubara C1 Lapisan batubara seam C1 merupakan lapisan batubara


dibawah seam A1 yang juga akan ditambang dengan metode tamda dengan
ketebalan rata-rata 2 m. Posisi lapisan seam C1 mencapai 30 – 35 m di bawah
seam A1.
c. Lapisan Batubara C2
Lapisan batubara seam C2 merupakan lapisan batubara terbawah ( di bawah
seam C1) dengan ketebalan rata-rata 2,4 m. Posisi lapisan seam C2 berada 4-12
m di bawah seam C1.

3. Kondisi Topografi
Secara garis besar keadaan kuasa pertambangan PT. Nusa Alam Lestari
(PT. NAL) adalah daerah pebukitan yang dilingkupi banyak pepohonan dan
semak dimana sebagian kecil digunakan masyarakat sebagai lahan pertanian
dengan ketinggian berkisar antara 278-569 meter diatas permukaan laut.

Sumber : PT. Nusa Alam Lestari

Gambar 2.2Peta Topografi

4. Geomorfologi
Bentang alam makro sebagai produk kegiatan tektonik global.Pegunungan
: Gunung api, Plateau, Kubah, Lipatan (fold), Patahan ( fault) dll. Dataran :
10

Dataran Pantai, Delta, Rawa, Danau, Banjir, Sungai dan sebagainya. Pantai :
Pantai Landai, Berlumpur, Berpasir, Terumbu, Karang, Terjal, Teluk, dan
sebagainya.
Dari Peta Topografi wilayah IUP PT. Nusa Alam Lestari, kita dapat
melihat dan mengetahui ketinggian dari wilayah tersebut, yang mana puncak
tertinggi yaitu 370 m, sedangkan puncak terendahnya yaitu 215 m.

5. Genesa dan Penyebaran Batubara


Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa
tumbuhan yang berwarna coklat sampai hitam yang selanjutnya terkena proses
fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun hingga mengakibatkan
pengkayaan kandungan C. Batubara berasal dari sisa tumbuhan yang terakumulasi
menjadi gambut yang kemudian tertimbun oleh sedimen, setelah pengendapan
terjadi peningkatan temperatur dan tekanan yang nantinya mengontrol kualitas
batubara.
Pembentukan tanaman menjadi gambut dan batubara melalui dua tahap,
yaitu tahap diaganesa gambut dan tahap pembatubaraan.Tahap diagenesa gambut
disebut juga dengan fase biokimia dengan melibatkan perubahan kimia dan
mikroba, sedangkan tahap pembatubaraan disebut juga dengan fase geokimia atau
tahap fisika-kimia yang melibatkan perubahan kimia dan fisika serta batubara dari
lignit sampai antracit.
Potensi batubara di Indonesia sangatlah melimpah, ada sekitar 18 provinsi
yang menyimpan potensi batubara, yaitu : Nanggroe Aceh Darussalam, Riau,
Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur,
semua provinsi di Kalimantan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Papua dan
Sumatera Barat.
Sebenarnya jika dimanfaatkan secara seksama maka batubara pun bisa
dijadikan sumber energi yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan seperti
keperluan industri, kegiatan rumahan dan sebagainya.Perlu kita ketahui bahwa
batubara merupakan bahan tambang yang sangat lama untuk terbarukan, perlu
jutaan tahun untuk mendapatkan batubara, jadi dalam menggunakan bahan
11

tambang yang tidak terbarukan secara cepat haruslah secara sedikit demi sedikit,
jangan digunakan secara berlebihan.

6. Kegiatan Eksplorasi PT. NAL


Setiap kegiatan eksplorasi dilakukan dengan memperhatikan kepentingan
dan saling keterkaitan untuk setiap elemen-elemen yang berorientasi data tersebut.
a. Pemetaan Topografi
Pemetaan topogarfi ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih
jelas mengenai situasi dan bentang alam di wilayah konsesi.Sistem pengukuran
dengan poligon basis dan rintisan, dimana peralatan yang dipakai antara lain :
1) 3 (tiga) unit To Biasa (rintisan)
2) 1 (satu) unit To Detik (rintisan)
3) 1 (satu) unit Theodolit Wild – T2 (basis)
4) 1 (satu) unit GPS Garmin XL – 45
Dari hasil pemetaan ini digambarkan dalam peta topografi dengan skala 1 :
1.000 yang selanjutnya dipergunakan sebagai peta dasar untuk menggambarkan
peta struktur kontur lapisan batubara dan peta isopach tanah penutup serta
perhitungan volumenya.
b. Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi bertujuan memberikan gambaran tentang kondisi
geologi daerah tersebut, meliputi arah dan penyebaran batubara, struktur geologi,
jenis batuan dan morfologi yang digambarkan peta-peta topografi pada skala 1 :
10.000. dalam pelaksanaan peta geologi ini dipergunakan peralatan-peralatan
sebagai berikut :
1) Kompas geologi
2) Kompas sunto (Azimuth dan Clino)
3) Palu geologo
4) Tali ukur (50 m)
5) Rol meter (5 m)
c. Pengeboran (Drilling)
12

Maksud dari pengeboran ini untuk mengetahui arah penyebaran ketebalan


batubara dan juga urutan stratigrafinya. Pengeboran dilakukan dengan kedalaman
antara 40 m sampai 250 m. Selama pemboran ini telah dipergunakan 3 jenis mesin
bor yaitu :
1) Long Year 34 untuk mencapai kedalaman 156 m
2) Long Year 38 untuk mencapai 219 m
3) Toho untuk mencapai kedalaman 50 m
Pemboran dilakukan dengan menggunakan pipa berdiameter HQ dan
dengan NQ dengan pemboran tegak lurus, dimana setiap unit bor ditargetkan
untuk menembus lapisan batubara pada kedalaman sesuai dengan kemampuan
maksimal masing-masing unit. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi
pada produktivitas program ini, mengingat kondisi lapisan dari batubara memiliki
kemiringan mencapai 30°. Jarak antara lubang bor sesuai dengan kondisi
geologi.Dimana jaraknya tidak tetap dan bervariasi antara 50 m – 1.000 m.
d. Pembuatan Parit Uji (Trenching) dan Sumur Uji (Test Pit)
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui jenis batuan, baik
yang berada di bawah maupun di atas lapisan batubara serta jenis material dan
pengotornya seperti batuan lempung lanau.Pada beberapa singkapan batubara
telah dilakukan parit uji dan sumur uji untuk pengambilan contoh serta analisa
laboratorium.Didalam tahap pekerjaan ini dipergunakan peralatan seperti
bulldozer dan excavator, disamping alat tradisional lainnya seperti cangkul,
limggis, belencong, dan lain-lain. Parit uji dan sumur uji yang telah dilaksanakan
selama kegiatan eksplorasi ini sebanyak 3 lokasi, dimana sumur uji dilaksanakan
sampai kedalaman mencapai kedalaman mencapai 8 m, sedangkan untuk parit uji
panjangnya mencapai hingga 30

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Siklus Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (cairan,
gas, padat) pada dalam dan diatas permukaan tanah.Termasuk di dalamnya adalah
penyebaran, daur dan prilakunya, sifat-sifat fisika dan kimianya, serta
13

hubungannya dengan unsur-unsur hidup dalam air itu sendiri. Daur hidrologi
merupakan proses kontinyu dimana air bergerak dari bumi ke atmosfir dan
kemudian kembali ke bumi lagi. Untuk lebih jelasnya daur hidrologi dapat dilihat
pada gambar 2.1 di bawah ini.

Sumber : Rusli Har,2015


Gambar 2.3 Daur Hidrologi

1. Presipitasi
Presipitasi adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan
bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu hujan di daerah tropis dan curah
hujan serta salju di daerah yang beriklim sedang.
2. Infiltrasi
Proses infiltrasi terjadi karena hujan yang jatuh di atas permukaan tanah
sebagian dan seluruhnya akan mengisi pori-pori tanah. Curah hujan yang
mencapai permukaan tanah akan bergerak sebagai air limpasan permukaan atau
sebagai infiltrasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah:
a. Faktor tanah, terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik tanah seperti
ukuran butir dan struktur tanah.
b. Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan.
c. Faktor lain, seperti kemiringan tanah, kelembaban tanah, dan suhu air.
3. Evapotranspirasi
14

Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari


permukaan tanah, air dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmaofir.merupakan
gabungan dari evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses penguapan dari
permukaan air yang terbuka. Transpirasi adalah proses penguapan pada tumbuh-
tumbuhan melalui sel-sel stomata. Faktor-faktor yang mempengaruhi
evapotranspirasi adalah:
a. Radiasi matahari, karena proses perubahan air dari wujud cair menjadi gas
memerlukan panas (penyinaran matahari secara langsung).
b. Angin yang berfungsi membawa uap air dari satu tempat ke tempat lain.
c. Suhu dan kelembaban relatif.
d. Jenis tumbuhan, karena evapotranspirasi dibatasi oleh persediaan kelembaban
air yang diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan serta ukuran stomata.
e. Jenis tanah, karena kadar kelembaban tanah membatasi persediaan air yang
diperlukan tumbuhan.
4. Limpasan (Run Off)
Limpasan (run off) adalah semua air yang mengalir akibat hujan yang
bergerak dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah tanpa
memperhatikan asal atau jalan yang ditempuh sebelum mencapai saluran.
Debit limpasan dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut ini.
Q  0,278C  I  A ......……..................................................(2.1)
Sumber: Rudy Sayoga, (1999, hal: 4-1).

Keterangan:
= Debit limpasan (m3/detik).
= Koefisien limpasan.
= Intensitas curah hujan (mm/jam).
= Luas catchment area (km2).
Kondisi koefisien limpasan pada berbagai kondisi dapat dilihat pada tabel
2.1 di bawah ini.
15

Tabel 2.1
Koefisien Limpasan Pada Berbagai Kondisi

No Kemiringan Tutupan Nilai (C)


 Sawah dan rawa 0,2
1 Datar, <3%  Hutan dan perkebunan 0,3
 Perumahan dengan 0,4
kebun
 Hutan dan perkebunan 0,4
2 Menengah  Perumahan 0,5
3% - 5%  Tumbuhan yang jarang 0,6
 Tanpa tumbuhan dan 0,7
daerah penimbunan

 Hutan 0,6
3 Curam,>15%  Perumahan dan kebun 0,7
 Tumbuhan yang jarang 0,8
 Tanpa tumbuhan dan 0,9 – 1
daerah tambang
Sumber: Rudy Sayoga, (1999, hal: 4-2)

2.2.2 Curah hujan


Curah Hujan adalah jumlah atau volume air hujan yang jatuh pada satu
satuan luas, dinyatakan dalam satuan mm. Sumber utama air permukaan pada
suatu tambang terbuka adalah air hujan. Pengamatan curah hujan dilakukan
dengan alat pengukur curah hujan.
Ada dua jenis alat pengukur curah hujan yaitu alat ukur manual dan
otomatis.Alat ini biasanya diletakan ditempat terbuka agar air hujan yang jatuh
tidak terhalangi oleh bangunan atau pepohonan. Data tersebut berguna pada saat
penentuan hujan rancangan. Analisa terhadap curah hujan ini dapat dilakukan dua
metode, yaitu:
16

1. Annual Series yaitu metode dengan mengambil satu data maksimum setiap
tahunnya yang berarti bahwa hanya besaran maksimum setiap tahun saja yang
dianggap berpengaruh dalam analisa data penelitian.
2. Partial Duration Series yaitu metode dengan menentukan lebih dahulu batas
awal tertentu curah hujan, selanjutnya data yang lebih besar dari batas bawah
tersebut diambil dan dijadikan data yang akan dianalisa.
a. Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan
dalam tinggi hujan atau volume hujan dalam satuan waktu.
Tinggi rendahnya nilai intensitas curah hujan, hujan dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa tingkatan yang dapat dilihat
pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Derajat dan Intensitas Curah Hujan


No Derajat Hujan Intensitas Kondisi
Curah Hujan
1. Hujan sangat Tanah agak basah atau
lemah < 0,02 dibasahi sedikit

2. Hujan lemah Tanah menjadi basah


0,02 - 0,05 semuanya

No Derajat Hujan Intensitas Kondisi


Curah Hujan

3. Hujan normal 0,05 - 0,25 Bunyi curah hujan terdengar

Air tergenang diseluruh


4. Hujan deras permukaan tanah dan
0,025 – 1,00 terdengar bunyi dari
genangan
17

5. Hujan sangat Hujan seperti ditumpahkan,


>1,00
deras seluruh drainase meluap
Sumber: Rudy Sayoga, (1999, hal:2-3).
2.2.3 Kajian Hidrologi
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
1. Penentuan curah hujan bulan rata-rata ( ̅ )

̅=

2. Penentuan rata-rata ( ̅ )
∑( )
̅ =

3. Harga simpangan baku (Si) dapat dihitung dengan rumus:

∑( ̅̅̅̅̅̅̅̅̅) ⁄
Si = * +

Keterangan:
n = Banyak data
4. Nilai koefisien kemiringan (Cs) dapat dihitung dengan rumus:

∑( ̅̅̅̅̅̅̅̅̅)
Cs =
( )( )

Keterangan:
Cs = Koefisien Kemiringan
5. Penentuan Koefisien Ketajaman (Ck)

∑( ̅̅̅̅̅̅̅̅̅)
Ck =
( )( )( )

6. Penentuan curah hujan rancangan dengan periode ulang 2 tahun dengan KT


= 0 maka:
YT2 = ̅ + KT x Si
Tabel 2.3. Nilai KT dari nilai Variabel Reduksi Gauss
18

No Periode Ulang Peluang KT

1 2 0,5 0

2 5 2 0,84

3 10 0,1 1,28

4 20 0,5 1,64

5 50 0,2 2,05

Sumber: Suripin (2004)


7. Harga tc dapat dicari dengan menggunakan rumus:

tc = 0,871 x ( )

8. Dalam menentukan intensitas curah hujan dapat dicari dengan rumus


berikut:

It = x( )

Keterangan:
It = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R = Curah hujan rancangan (mm/hari)
tc = Lama waktu konsentrasi (jam)
L = Panjang aliran (km)
H = Beda elevasi (km)
Ck = Koefisien Ketajaman
b. Daerah Tangkapan Hujan
Daerah tangkapan hujan (catchment area) adalah luasnya permukaan yang
apabila terjadinya hujan, maka air hujan tersbut akan mengalir ke daerah yang
lebih rendah menuju titik pengaliran. Air yang jatuh ke permukaan sebagian akan
meresap ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian ditahan oleh tumbuhan (intersepsi),
dan sebagian lagi akan mengisi liku-liku permukaan bumi dan akan mengalir ke
19

tempat yang lebih rendah. Daerah tangkapan hujan merupakan suatu daerah yang
dapat mengakibatkan air limpasan permukaan (run off) mengalir ke suatu daerah
penambangan yang lebih rendah.Dalam menentukan batasan catchment area
dapat dibatasi pada wilayah areal penambangan, sedangkan daerah di luar areal
penambangan tidak termasuk ke dalam catchment area.

2.3 Sistem Penyaliran Tambang


Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang diterapkan pada daerah
penambangan untuk mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air yang masuk
ke daerah penambangan.Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya
aktivitas penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan, terutama
pada musim hujan. Selain itu, system penyaliran tambang ini juga dimaksudkan
untuk memperlambat kerusakan alat serta mempertahankan kondisi kerja yang
aman, sehingga alat-alat mekanis yang digunakan pada daerah tersebut
mempunyai umur yang lama.

Pengertian penyaliran menurut Putra, Amton Yudi Umsini, Aryanto


(2010:218), adalah suatu usaha untuk mencegah, mengeringkan dan mengeluarkan
air yang menggenangi suatu daerah tertentu. Penirisan tambang adalah penirisan
yang diterapkan didaerah penambangan yang bertujuan untuk mencegah
masuknyaair atau mengeluarkan air yang telah masuk menggenangi daerah
penambangan yang dapat mengganggu aktivitas penambangan. Sistem penyaliran
yang ada dilokasi tambang bawah tanah (Underground Mining) dilaksanakan karena
akumulasi air di dalam tambang yang harus dikeluarkan. Tujuan penyaliran tambang
adalah mencegah terjadinya korosi pada peralatan tambang. Mencegah terjadinya
akumulasi (genangan) air di dalam tambang. Menciptakan kondisi kerja yang aman
dan nyaman di dalam tambang. Secara hidrologi air dibawah permukaan tanah dapat
dibedakan menjadi air pada daerah tak jenuh dan air pada daerah jenuh. Daerah tidak
jenuh air umumnya terdapat pada bagian teratas dari lapisan tanah dan dicirikan oleh
gabungan tiga fasa, yaitu: fase padat (material atau butiran padatan), fase cair ( air
adsorbsi, air kapiler dan air infiltrasi), fase gas.Daerah ini dipisahkan dari daerah
jenuh air oleh jaringan kapiler. Daerah jenuh merupakan bagian dibawah zona tak
20

jenuh. Air yang terdapat pada zona atau daerah jenuh inilah yang disebut
“GroundWater”.

Teknik penyaliran bisa bersifat pencegahan atau pengendalian air masuk


ke lokasi penambangan (Awang Suwandhi, 2004). Perusahaan cendrung
memutuskan teknik penyaliran dengan memepertimbangkan biaya yang dikeluarkan
tanpa mengurangi keselamatan kerja.Selain itu dalam pemilihan teknik penyaliran
harus memperhatikan prediksi cuaca ekstrim yang akan terjadi di front penambangan
agar mengurangi resiko bahaya akibat tingginya debit air limpasan. Penanganan
masalah air dalam suatu tambang dapat dibedakan menjadi dua jenis (Rudi Sayoga
Gautama, 1999:4-1) yaitu:

2.3.1 Mine Drainage


Mine drainage merupakan suatu upaya untuk mencegah masuk atau
mengalirnya air ke areal front kerja. Hal ini umum dilakukan untuk penanganan air
tanah dan air yang berasal dari sumber air permukaan. Beberapa metode mine
drainage seperti: metode siemens, metode pemompaan dalam (deep well pump),
metode elektro osmosis, small pipe with vacuum pump, metode
pemotongan/penggalian air tanah, metode kombinasi dengan lubang bukaan tambang
bawah tanah. Beberapa metode penyaliran tambang (mine drainage) adalah sebagai
berikut:

1. Metode Siemens
Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor kemudian
ke dalam lubang bor dimasukkan pipa dan disetiap bawah pipa tersebut diberi
lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam lapisan akuifer, sehingga air tanah
terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya dipompa ke atas dan dibuang ke luar
daerah penambangan.

2.3.1.1 Metode Elektro Osmosis


21

Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bilamana elemen-elemen
dialiri arus listrik maka air akan terurai, H+ pada katoda (disumur besar) dinetralisir
menjadi air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan pompa.

2.3.1.2 Small Pipe with Vacuum Pump


Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang impermiabel (jumlah air sedikit)
dengan membuat lubang bor. Kemudian dimasukkan pipa yang ujung bawahnya
diberi lubang-lubang. Antara pipa isap dengan dinding lubang bor diberi kerikil-
kerikil kasar (berfungsi sebagai penyaring kotoran) dengan diameter kerikil lebih
besar dari diameter lubang. Di bagian atas antara pipa dan lubang bor di sumbat
supaya saat ada isapan pompa, rongga antara pipa lubang bor kedap udara sehingga
air akan terserap ke dalam lubang bor.

2.3.1.3 Metode Pemompaan Dalam (DeepWellPump)


Metode ini digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas rendah
dan jenjang tinggi. Dalam metode ini dibuat lubang bor kemudian dimasukkan
pompa ke dalam lubang bor dan pompa akan bekerja secara otomatisjika tercelup
air. Kedalaman lubang bor 50 meter sampai 60 meter.

2.3.1.4 Metoda Pemotongan atau Penggalian Air Tanah


Metoda ini digunakan untuk mengatasi air tanah dimana lapisan akuifernya
terletakpada permukaan atau pada lapisan atas. Cara ini dilakukan dengan
menggali/memotong lapisan akuifer tersebut, sehinggaair tanah tidak menerus
kedalam pit, kemudian bekas galian diisi dengan material yang kedap air.

2.3.1.4 Metoda Kombinsi dengan Lubang Bukaan Tambang Bawah Tanah


Metoda ini dilakukan dengan membuat lubang bukaan tambang bawah tanah
secara mendatar, kemudian pada lubang bukaan mendatar tersebut dibuat lubang
bukaan secara vertical keatas menembus lapisan akuifer untuk menurunkan muka
airtanah. Air akan mengalir secara gravitasi sehingga tidak dibutuhkan pemompaan.
Untuk lebih jelasnya tentang keenam metoda mine drainage ini dapat dilihat pada
Gambar 6 berikut ini:
22

Sumber: Rudi Sayoga Gautama, 1999


Gambar 2.4 Bentuk-Bentuk Metode Mine Drainage

2.3.2 Mine Dewatering


Mine dewatering merupakan usaha yang dilakukan untuk mengeluarkan air
yang telah masuk ke dalam areal penambangan, terutama untuk penanganan air
hujan.Beberapa metode penyaliran tambang (mine dewatering) adalah sebagai
berikut:
1. 1. Membuat sump didalam front tambang (Pit)
Sistem ini diterapkan untuk membuang air tambang dari lokasi kerja.Air
tambang dikumpulkan pada sumuran (sump), kemudian dipompa keluar.
Pemasangan jumlah pompa tergantung pada kedalaman penggalian, dengan
kapasitas pompa menyesuaikan debit air yang masuk kedalam lokasi penambangan.

2. Membuat Paritan
Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang terbuka open cast
atau kuari. Parit dibuat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menujukolam
penampungan, langsung kesungai atau diarahkan keselokan (riool). Jumlah parit ini
disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga bisa lebih dari satu. Apabila parit harus
dibuat melalui lalu lintas tambang maka dapat dipasang gorong-gorong yang terbuat
dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur berdasarkan volume maksimum pada
saat musim penghujan deras dengan memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk
standar melintang dari parit umumnya trapesium.

3. Sistem Adit
23

Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang terbuka
yang mempunyai banyak jenjang. Saluran horizontal yang dibuat dari tempat kerja
menembus keshaft yang dibuat disisi bukit untuk pembuangan air yang masuk ke
dalam tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini biasanya mahal, disebabkan
oleh biaya pembuatan saluran horisontal tersebut dan shaft. Beberapa metode
penyaliran mine dewatering seperti: sistem kolam terbuka, sistem adit, cara
puritan dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini :

Sumber: Rudi Sayoga Gautama, 1999


Gambar 2.5 Bentuk-Bentuk Metode Mine Dewatering

2.4 Air Bawah Tanah


Secara umum, air tanah adalah air yang terdapat di bawah permukaan bumi.
Dalam menentukan dimensi lubang bukaan untuk kelancaran aktivitas pertambangan
bawah tanah, keterdapatan air tanah sangat mempengaruhi penentuan dimensi lubang
bukaan. Keberadaan air tanah merupakan suatu bagian dari siklus air yang terjadi di
sekitar daerah tersebut.
24

Menurut Putra, Anton Yudi Umsini, Aryanto (2010:218) Akumulasi air dan
kapasitas transport dari suatu formasi ditentukan oleh porositas. Porositas adalah
sebagai perbandingan volume pori- pori terhadap volume total. Ada dua jenis
porositas yaitu: Porositas primer, yaitu porositas yang telah ada pada waktu
pembentukan dan konsolidasi batuan. Porositas sekunder, yaitu porositas yang
dihasilkan dari tekanan tektonik yang menyebabkan retakan dan saluran-saluran
karena pelarutan yang membentuk jalur-jalur aliran. Porositas menentukan kapasitas
memuat atau mengantarkan air (permeable) dari suatu formasi batuan.Batuan
vulkanik mempunyai porositas primer yang sangat rendah, tetapi rekahan-rekahan
dan joint serta bidang-bidang perlapisan adalah saluran utama dari gerakan air pada
zona ini.

2.5 Air Tanah


Air tanah menyusun suatu bagian dari sistem sirkulasi air di bumi yang disebut
siklus hidrologi. Formasi yang menyimpan air dari kerak bumi bertindak sebagai
jalur pergerakan dan penyimpanan air. Air masuk dalam formasi ini dari permukaan
tanah kemudian bergerak perlahan dengan jarak yang bervariasi sampai akhirnya
muncul kembali kepermukaan tanah karenaaliran alamiah, atau disebabkan oleh
tumbuhan atau aktivitas manusia (Todd,1980). Siklus hidrogeologi tersebut
merupakan pergerakan air dari air permukaan, air tanah dan dari vegetasi ke
atmosfer dan kembali ke tanah melalui hujan.

Air tanah adalah air yang menempati pori-pori atau rekahan di dalam lapisan
tanah atau batuan dan dapat mengalir diantara pori-pori atau rekahan tersebut (Lilik
Eko Widodo,”Hidrologi, HidrogeologiSerta PenyaliranTambang”,2012;22) air yang
terdapat dibawah permukaan tanah, khususnya yang berada di dalam zona jenuh air.
Sedangkan air bawah tanah merupakan seluruh air yang terdapat di bawah
permukaan tanah, mulai dari zona tidak jenuh (unsaturated zone) hingga zona jenuh
air (saturated zone). Untuk mengetahui debit air tanah dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut (Soemarto,1995):
25

Keterangan:

Q = Debit Air Tanah(m3/jam)

t = Waktu Pengamatan Perubahan Air Sump (jam)

ħ =KenaikanPermukaan

L1= Luas Permukaan Air Diawal (m2)

L2= Luas Permukaan AirDiakhir(m2)

Namun perhitungan debit air tanah juga dapat dilakukan dengan cara
menghitung kecepatan dan luas dari sebuah puritan yang masuk atau sengaja
dialirkan ke dalam sump, dengan rumus berikut (Chow, 1997):

Keterangan :

Q = Debit Air Tanah (m³/s)

V = Kecepatan Aliran Air(m/s)

A = Luas Permukaan Paritan (kedalaman xlebar)

Air tanah lebih dari 98 % dari semua air di atas bumi tersembunyidi
bawah permukaan dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran. Dua persen
sisanya adalah apayang kita lihat di danau, sungai dan reservoir). Jumlah air tanah
yang besar memerankan peranan penting dalam sirkulasi air alami. Asal- muasal air
tanah juga dipergunakan sebagai konsep dalam mengggolongkan air tanah ke
dalam 4 macam yang jelas,yaitu:

2.5.1 Air Meteorik


Air ini berasal dari atmosfer dan mencapai mintakat kejenuhan baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan:

1. Secara langsung oleh infiltrasi padapermukaantanah.


2. Secara tidak langsung oleh perembesan influen (dimana kemiringan muka air
tanah menyusup di bawah arasair permukaan kebalikan dari efluen) dari danau,
26

sungai, saluran buatan danlautan.


3. Secara langsung dengan cara kondensasi uapair (dapatdiabaikan).

2.5.2 Air Juvenile


Air ini merupakan air baru yang ditambahkan pada tingkat kejenuhan dari
kerak bumi yang dalam. Air yang untuk sementara waktu telah dikeluarkan dari daur
hidrologi oleh pelapukan, namun ke daur lagi dengan proses-proses metamorfisme,
pemadatan atau proses- proses yang serupa. Selanjutnya air ini dibagi lagi menurut
sumber spesifiknya ke dalam:

1. Air magmatik.
2. Air gunung api dan air kosmik (yang dibawa oleh meteor).
3. Air diremajakan(rejuvenated).

2.5.3 Air Konat


Air yang dijebak pada beberapa batuan sedimen atau gunung pada saat asal mulanya.
Air tersebut biasanya sangat termineralisasi dan mempunyai salinitas yang lebih
tinggi dari pada airlaut. Menurut Todd (1980) keberadaan air tanah di bawah
permukaan tanah dapat dibagi menjadi zona aerasi dan zona jenuh. Zona aerasiter
diri ruangan atar butir yang ditempati sebagian dari air dan sebagian udara. Dalam
zona jenuh semua ruang antar butir diisi oleh air dibawah tekanan hidrostatik.
Kebanyakan dalam massa tanah di bumi,satu zona aerasi berada diatas satu zona
jenuh. Dalam zona aerasi (air vadose) terdapat tiga zona, yaitu: zona air tanah
permukaan, zona vadose intermediate dan zona kapiler. Dimana air yang berada
pada zona tak-jenuh disebut air gantung (vadose water). Air gantung yang terdapat
dekat permukaan hingga tersedia bagi akar tetumbuhan disebut air solum (solumn
water), dan yang tersimpan dalam ruang merambut (capillary zone) disebut air
merambut (capillary water).

Zona jenuh berasal dari bagian permukaan muka air tanah sampai dengan
batuan impermeabel. Tidak adanya lapisan impermeabel di atas muka air tanah,
membentuk permukaan zona jenuh, ini disebut sebagai permukaan tekanan
27

atmosfer dan terlihat pada muka air tanah dalam sumur di akifer bebas.
Sebenarnya kejenuhan melampui sedikit di atas muka air tanah akibat gaya
kapiler. Air yang berada di zona jenuh disebut dengan istilah airtanah.

2.5.4 Saluran Tambang


Saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas disebut
saluran terbuka.Menurut asalnya, saluran dapat digolongkan menjadi saluran
alami (natural) dan saluran buatan (artificial).Bentuk penampang saluran air
umumnya dipilih berdasarkan debit air, tipe material pembentuk saluran serta
kemudahan dalam pembuatanya.
Saluran air dengan penampang segi empat atau segi tiga umumnya untuk
debit kecil sedangkan untuk penampang trapesium untuk debit yang besar.Bentuk
penampang yang paling sering dan umum dipakai adalah bentuk trapesium, sebab
mudah dalam pembuatannya, murah, efisien dan mudah dalam perawatannya serta
stabilitas kemiringannya dapat disesuaikan menurut keadaan topografi dan
geologi.

2.5.5 Jenis Aliran


Menurut Kruseman dan de Ridder (2000), perhitungan untuk memperoleh
parameter hidraulik dibagi menjadi 2 jenis kondisi aliran aliran :
1. Kondisi Steady State Flow
Aliran air tanah dengan kondisi Steady State adalah aliran dengan kondisi
muka air tanah yang sudah stabil dan muka air tanah saat pemompaan
berlangsung sudah tidak berubah lagi berdasarkan waktu. Nama lain untuk kondisi
ini adalah Steady atau Equlibrium Radial Flow.

2. Kondisi Unsteady State Flow


Aliran air tanah dengan kondisi unsteady state adalah aliran dengan
kondisi muka air tanah yang belum stabil dan muka air tanah saat pemompaan
28

berlangsung masih berubah terhadap waktu. Kondisi aliran ini terjadi saat
pemompaan baru mulai dilakukan sampai kondisi aliran steady state terjadi.
Istilah lain untuk kondisi ini adalah Transient Flow, Radial Flow, atau Non-
equilibrium Radial Flow.

2.5.6 Sumuran (Sump)


Sump merupakan tempat yang dibuat untuk menampung air sebelum air
tersebut dikeluarkam dengan sistem pomompaan.Kolam penampung ini juga
dapat berfungsi sebagai tempat mengendapkan lumpur.
Berdasarkan tata letak kolam penampung (sump), sistem penyaliran
tambang dapat dibedakan menjadi:
1. Sistem penirisan terpusat
Pada sistem ini sump-sumpakan ditempatkan pada setiap jenjang atau
bench. Sistem pengaliran dilakukan dari jenjang paling atas menuju jenjang-
jenjang yang berada di bawahnya, sehingga akhirnya air akan terpusat pada main
sump untuk kemudian dipompakan keluar tambang.
2. Sistem penirisan tidak memusa
Sistem ini diterapkan untuk daerah tambang yang relatif dangkal dengan
keadaan geografis daerah luar tambang yang memungkinkan untuk mengalirkan
air secara langsung dari sump ke luar tambang.
Berdasarkan penempatannya, sumuran (sump) dapat dibedakan menjadi tiga
jenis di antaranya:
a. Travelling sump
Sump ini dibuat pada daerah front tambang.Tujuan dibuat sump ini adalah
untuk menanggulangi air permukaan.Penggunaan sump ini relatif singkat dan
selalu ditempatkan sesuai dengan kemajuan tambang.
b. Sump Jenjang
Penempatan sump ini adalah pada jenjang tambang dan biasanya dibagian
lereng tepi tambang.Sump ini disebut sebagai sump permanen karena dibuat untuk
jangka waktu yang cukup lama dan biasanya dibuat dari bahan kedap air dengan
29

tujuan untuk mencegah meresapnya air yang dapat menyebabkan longsornya


jenjang.
c. Main sump
Sump ini dibuat sebagai tempat penampungan air terakhir, pada umumnya
sump ini dibuat pada elevasi terendah dari dasar front tambang.

2.5.7 Akuifer
Akuifer merupakan suatu lapisan batuan atau tanah yang mampu
menyimpan dan mengalirkan air.Akuifer juga dapat diartikan sebagai suatu
formasi geologi atau batuan yang mengandung air dan bersifat permeable. Untuk
dapat berfungsi sebagai akuifer, suatu batuan haruslah berpori atau berongga yang
berhubungan satu sama lain, sehingga dapat menyimpan dan membiarkan air
bergerak dari rongga ke rongga.
Jenis-jenis akuifer secara umum dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu
(Satyawan, 2009 dalam Edward, 2011)
1. Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan (Unconfined Aquifer),
Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan merupakan lapisan di mana air
tanah dalam akuifer tertutup lapisan impermeable.Air tanah di dalam akuifer ini
disebut juga air tanah dangkal (umumnya kedalaman kurang dari 20 m) dan
dijumpai pada daerah endapan aluvial.Air tanah dalam akuifer bebas ini banyak
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan masih merupakan sumber utama air
bersih bagi sebagian besar penduduk dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari.
2. Akuifer semi bebas (Semi Unconfined Aquifer)
Akuifer semi bebas merupakan akuifer yang bagian bawahnya merupakan
lapisan kedap air sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir halus.
3.Akuifer semi tertekan (Leaky Aquifer)
Akuifer semi tertekan merupakan akuifer yang ditutupi oleh lapisan akuitar
(lapisan setengah kedap) di bagian atasnya dan dapat dijumpai pada daerah
vulkanik (daerah batu tuf).
4. Akuifer tertekan (Confined Aquifer)
30

Akuifer tertekan yaitu lapisan bawah air di mana air tanah terletak di bawah
lapisan kedap air (impermeable) dan merupakan air tanah dalam (umumnya
kedalaman lebih dari (40 m). Muka air tanah kedudukannya berada lebih tinggi
dari kedudukan bagian atas akuifer.Muka air tanah ini (dalam kedudukan ini
disebut pisometri) dapat berada di atas atau di bawah muka air tanah. Apabila
tinggi pisometri berada di atas muka tanah, maka air sumur yang menyadap
akuifer jenis ini akan mengalir secara bebas. Air tanah dalam kondisi ini disebut
artosis atau artesis.

2.5.8 Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang
memungkinkan aliran rembesan dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir
lewat rongga pori. Pori-pori tanah saling berhubungan antara satu dengan lainnya,
sehingga air dapat mengalir dari titik dengan tinggi energi ke titik dengan dengan
tinggi energi yang lebih rendah. Untuk tanah, permeabilitas digambarkan sebaga
sifat tanah yang mengalirkan air melalui rongga pori tanah. (Hardiyatmo, Hary
Christady. 2012).
Di dalam sifat tanah, sifat aliran mungkin laminer atau turbulen. Tahanan
terhadap aliran bergantung pada jenis tanah, ukuran butiran, bentuk butiran, rapat
massa, serta bentuk geometri rongga pori. Tempertur juga sangat memepengaruhi
tahanan aliran. Walalupun secara teoritis, semua jenis tanah mempunyai rongga
pori, dalam kenyataannya istilah untuk tanah yang mudah meloloskan air
(permeable) dimaksudkan untuk tanah yang memang benar-benar mempunyai
sifat meloloskan air. Sebaliknya, tanah disebut kedap air (impermeable), bila
tanah tersebut mempunyai kemampuan meloloskan air yang sangat
kecil.(Hardiyatmo, Hary Christady. 2012).
Tanah adalah granul struktur yang membentuk pori-pori yang saling
berhubungan.Kemampuan air untuk menembus tanah media dilambangkan
sebagai koefisien permeabilitas (k).Untuk menentukan koefisien permeabilitas,
yaitu metode dengan constant head dan falling head.
31

2.5.9Pengujian Falling Head Test


Uji permeabilitas dengan tinggi energi turun (falling head) cocok digunakan
untuk tanah berbutir halus, Tanah benda uji dimasukkan kedalam tabung, pipa
pengukur didirikan diatas benda uji.Air dituangkan melalui pipa pengukur dan
dibirakan mengalir melewati benda uji.

1. Tujuan Percobaan
Metode test ini meliputi prosedur untuk mendapatkan nilai koefisien K. Yaitu
Nilai-
nilai yang menyatakan kemudahan aliran air melalui contoh tanah Berbutir
halus.

2.6 Kerangka Konseptual


Dalam penelitian ini ada kerangka konseptual yang akan membantu penulis
dalam penyempurnaan tugas akhir ini yang meliputi:

2.6.1 Input
Input dalam kegiatan penelitian ini di peroleh dari sumber yaitu:
1. Data primer yaitu data- data yang di peroleh dari kegiatan lapangan yang
bersumber dari pengamatan langsung dan observasi di lapangan seperti,kondisi
tingkat hidrogeologi (keterdapatan air tanah/batuan), tingkat peremeabilitas tanah,
sampel tanah, titik kordinat pengambilan sampel tanah.
2. Data Sekunder yaitu data-data yang di ambil dari instansi perusahaan, peta
topografi, pota geologi, peta hidrogeologi data curah hujan 10 tahun terahir, dan
literatur dari buku-buku penunjang berbagai pihak yang menguasai bidang yang
berhubungan dengan penulisan penelitian ini.
2.6.2 Proses
Proses dilakukan dengan pengujian sampel tanah/batuan dengan metode
falling head test untuk mengetahui nilai permeabilitas tanah/batuan, melakuakan
perhitungan debit air tanah dengan data pompa dan menghitung debit air limpasan
dari data curah hujan 10 tahun terahir lokasi penelitian.
32

2.6.3 Output
Output atau hasil dari penelitian ini adalah mengetahuipotensi air tanah
dan debit air limpasan yang masuk pada kolam pengendapan, untuk optimalisasi
sump sistem penyaliran tambang.

Input Proses Output

Data terdiri dari: a. Melakukan a.Mendapatkan


Data Primer : pengujian potensi air tanah
a. Titik koordinat daerah permeabilitas pada yang masuk pada
penelitian sampel tanah kolam
b. Panjang lantai kerja dengan metode
pengendapan.
c. Luas area genangan air falling head test.
d. Elepasi genangan air b. Melakukan
e. Elepasi buang dan hisap perhitungan debit b.Mendapatkan
f. Debit aktual pompa air tanah dengan debit air
c. Sampel tanah data pompa. limpasan yang
1. Data sekunder: b. Mengambil data masuk pada
curah hujan
a. Data Curah hujan 10 kolam
maksimum dari data
tahun terakhir. curah hujan pengendapan.
b. beberapa peta yang di pertahun dan
Sumber : Data penulis
perlukan seperti peta geologi menggunakan
dan peta yang lain. Gambar 2.4 rumus mononobe.
Kerangka Konseptual
2.
3.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 JenisPenelitian
Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian terapan (applied
research). Penelitian terapan adalah penelitian yang bertujuan untuk hati-hati,
sistematik dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan digunakan
segera untuk keperluan tertentu. Hasil penelitian yang dilakukan tidak perlu
sebagai suatu penemuan baru, akan tetapi merupakan aplikasi yang baru dari
penelitian yang telah ada. Menurut Sutrisno hadi (1995), penelitian ini
digolongkan dalam penggolongan menurut pemakaiannya yaitu penelitian
penerapan yang lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian di lokasi penambangan Batubara PT. Nusa
Alam Lestari, Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto Provinsi Sumatra
Barat.
Secara administratif konsensi penambangan PT. Nusa Alam Lestari
termasuk dalam wilayah penambangan, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto,
Sumatera Barat . Jarak antara daerah penambangan dengan kota Padang ± 90 km
di sebelah timur Kota Padang, ditempuh dengan kendaraan roda empat pada jalan
lintas Sumatera melalui Padang ke Kota Solok dan dilanjutkan dengan waktu
tempuh ± 3-4 jam.
Penelitian dilakukan di daerah sump kecil pada tambang dalam dan pada
kolam pengendapan di luar penambangan .yang terdapat disekitar lokasi
penambangan PT. Nusa Alam Lestari yang dapat di capai oleh kendaraan roda dua
maupun roda empat.
Secara geografis wilayah penambangan PT. Nusa Alam Lestari terletak
pada koordinat 100°45’48” BT – 100°46’48” BT dan 00°36’45” LS - 00°37’12”
33
34

LS. Koordinat geografis batas wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi
produksi batubara dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3.1
Koordinat Batas Wilayah Kuasa Penambangan (KP)
No. Titik Bujur Timur Lintang Selatan
Koordinat (°) (') (") (°) (') (")
1 100 45 48,19 0 36 54,35
2 100 45 54,50 0 36 54,35
3 100 45 54,50 0 36 51,80
4 100 45 59,70 0 36 51,80
5 100 45 59,70 0 36 53,65
6 100 46 9,00 0 36 53,65
7 100 46 9,00 0 36 49,78
8 100 46 22,40 0 36 49,78
9 100 46 22,40 0 36 45,84
10 100 46 48,00 0 36 45,84
11 100 46 48,00 0 37 8,21
12 100 46 30,20 0 37 8,21
13 100 46 30,20 0 37 12,00
14 100 44 58,67 0 37 12,00
15 100 44 58,67 0 37 5,50
16 100 44 14,45 0 37 5,50
17 100 44 14,45 0 36 59,00
18 100 45 48,19 0 36 59,00
Sumber : PT. Nusa Alam Lestari
35

Berikut peta lokasi IUP batubara PT. Nusa Alam Lestari, Desa Salak,
Kecamatan Talawi dapat dilihat pada gambar.

` Sumber : PT. Nusa Alam Lestari


Gambar 3.1 Peta Lokasi Wilayah IUP PT. NAL

3.2.2 Waktu Penelitian


Waktu yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini yaitu
mulai bulan Maret 2019 sampai dengan selesai pengambilan data.

3.2.3 Rencana Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei 2019.
36

Tabel 3.1
RencanaWaktuPenelitian
Bulan
No Kegiatan Maret April Mei september
2019 2019 2019 2019
1. Bimbingan x x
Proposal

2. Seminar x
Proposal

3. Penelitian x

4. Bimbingan x x
Tugas
Akhir
5. Kompre x

3.3 Variabel Penelitian


1. Variabel bebas
Variabel bebas atau variabel penyebab adalah variabel yang menyebabkan
atau memengaruhi, yaitu fakto-faktor yang diukur, dimani pulasi, atau dipilih oleh
penelitian tuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau
diamati. Variabel bebas disebut juga variabel X, Dalam penelitian ini variabel
bebas adalah Optimalisasi Sump.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk
menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul atau tidak
muncul atau perubahan sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti. Variabel
37

terikat disebut juga variabel Y, dalam penelitian ini variabel terikat adalah potensi
debit air limpasan dan debit air tanah.

3.4 Data, Jenis Data dan Sumber Data


3.4.1 Data dan Jenis Data
Data yang dikumpulkan berupa:
1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan
atau pengukuran secara langsung dilapangan. Data primer dalam penelitian
ini adalah:
a. Titik koordinat daerah penelitian
b. Panjang lantai kerja
c. Luas area genangan air
d. Elepasi genangan air
e. Elepasi buang dan hisap
f. Debit aktual pompa
2. Data sekunder, yaitu merupakan data yang diperoleh dari data-data yang
sudah ada di PT. Nusa Alam Lestari, buku atau studi kepustakaan dan
beberapa literatur yang mendukung penelitian ini.
a. Peta kesampaian daerah
b. Peta topografi
c. Data curah hujan
d. Peta hidrogeologi
e. Peta geologi
f. Sudut belokan pipa
g. Spesifikasi pompa

3.4.2 Sumber Data


Sumber data yang didapatkan berasal dari pengamatan langsung di
lapangan atau pun studi kepustakaan serta dari arsip-arsip PT. Nusa Alam Lestari.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


38

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Studi Lapangan
Mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan melakukan pengamatan
langsung.
2. Studi Pustaka
Mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan membacabuku-buku literatur
yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas sehingga dapat digunakan
sebagai landasan dalam pencegahan masalah.

3.6 Teknik Pengolahan Dan Analisa Data


3.6.1 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara dan proses
untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan tujuan yang
sudah di tetepkan. Pada pengolahan data ini yang akan di bahas yaitu:
1. Mendapatkan potensi air tanah yang masuk pada kolam pengendapan
penambangan PT. Nusa Alam Lestari, adapun langakah-langkah yang akan
dilakukan antara lain:
a. Tujuan Percobaan
Metode test ini meliputi prosedur untuk mendapatkan nilai koefisien K.
yaitu nilai yang menyatakan kemudahan aliran air melalui contoh
tanah Berbutir halus.
b. Alat Dan Bahan
1. Tabung permeater yang terdiri dari :
1.1. Batu pori 2 buah
1.2. Siil dari karet 2 buah
1.3. Pegas (peer)
2. Pipa vertical (pisometer)
3. Gelas ukur
4. Timbangan
5. Alat pencatat wakt
39

6. Sample tanah

SS

Sumber: Dokumen Lab. STTIND


Gambar 3.2 Dokumentasi Praktikum
c. Langkah Kerja
1. Tanah yang dipakai dalam keadaan undisturbed sample atau tanah asli
2. Ambil contoh di lapangan yang sudah ditentukan dengan cetakan
(ring) permeabilitas.
3. Ratakan pada ujung dan pangkalnya dengan pisau
4. Masukkan contoh tanah dengan extruder ke dalam tabung permeameter
Yang sudah dilengkapi dengan porostone (batu pori) pada ujung dan
pangkalnya
5. Setelah itu ukur tinggi sampel lalu timbang (berat contoh + tabung saja)
6. Di atas batu pori diletakkan kertas filter, lalu contoh tanah di atasnya beri
lagi kertas filter baru batu pori, lalu kertas.
7. Kemudian tutup tabung permeameter sampai menekan pegas sehingga
Pegas memberi tekanan pada contoh tanah, selain itu juga untuk menjaga
tanah tetap pada tempatnya sewaktu tanah menjadi jenuh.
40

8. Air dialirkan pada pisometer, hilangkan gelembung-gelembung udaranya


9. Pembacaan pertama setelah contoh tanah jenuh, ukur tinggi air (Ho) dari
datum sampai tinggi mula-mula, catat waktunya (To).
10. Pembacaan kedua dari datum sampai tinggi setelah penurunan air (H1),
catat waktunya (T1).
d. Perhitungan
KT = a .L. 2,3 Log h1
A.Δt h2
kT = Koefisien Rembesan (cm/det)
a = Luas pipa (cm²)
L = Panjang contoh tanah (cm)
A = Luas contoh tanah
h1 = Tinggi air pada t1
h2 = Tinggi air pada t2
2. Mendapatkan debit air limpasan yang masuk pada kolam pengendapan
penambangan PT. Nusa Alam Lestari, adapun langkah-langkah yang
akan dilakukan antara lain:
a. Menghitung debit air limpasan dengan menggunakan rumus
Q= C x I x A
Keterangan:
= Debit limpasan (m3/detik).
= Koefisien limpasan.
= Intensitas curah hujan (mm/jam).
= Luas catchment area (km2).
b. Mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam perhitungan debit air
limpasan seperti data curah hujan, koefesien limpasan, intensitas curah hujan dan
luas catchment area.
c. Melakukan pengukuran debit air tanah
Pada pengukuran debit air tanah yang dilakukan pada lokasi sumber air yang
terbesar yaitu pada lubang cabang A, lubang cabang B, lubang cabang C dan sump
dengan cara melihat kenaikan permukaan air pada front kerja dan bak kontrol serta
41

luasan genangan air pada saat pompa sebelum dihidupkan dan pada saat setelah
pompa dinaikan. Pengukuran ketinggian muka air dilakukan menggunakan pita
ukur untuk mendapatkan elevasi awal dan elevasi akhir. Menentukan nilai dimensi
sump yang ideal untuk menampung genangan air tanah pada sistem penyaliran
di lokasi penambangan lubang Seam C1 Blok Timur Site Sapan Dalam pada
tambang PT Nusa Alam Lestari, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto.

Dimensi sump ditentukan berdasarkan debit air yang masuk ke bukaan


tambang.

d. Perhitungan head total dan kebutuhan pompa


a) Menghitung head total yang ada pada pompa berdasarkan
spesifikasi pompa untuk mengetahui kinerja maksimal pompa.
b) Untuk menentukan kebutuhan pompa dihitung berdasarkan inlet air
yang didapat dari pengukuran debit air dan dibagi dengan kinerja maksimal
pompa. Penentuan jumlah pompa berdasarkan volume air yang harus
dipompakan keluar dari sump.
3.6.2 Teknik Analisa Data
Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data maka
dilakukan anlisis data ini dapat menentukan hasil akhir dari penelitian yang di
lakukan, yaitu mendapatkan potensi airtanah dan air limpasan untuk optimalisasi
sump sistem penyaliran tambang pada front penambangan PT.Nusa Alam Lestari.
42

3.7 Kerangka Metodologi


Adapun langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan
penelitian di PT. Nusa Alam Lestari, antara lain:
Analisis Hidrologi dan Hidrogeologi Untuk perencanaan Optimalisasi sump
pada front penambangan lubang C1 PT. Nusa Alam Lestari

Identifikasi Masalah
1. Banyak ditemukan potensi air tanah yang menyebabkan terjadinya
genangan air dalam lubang tambang.
2. Beberapa sump kecil yang terdapat pada lubang tambang meluap
hingga keluar kepermukaan,
3. Kolam pengendapan yang dibuat di luar tambang masih sering
melimpah.

Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan potensi air tanah yang masuk pada kolam pengendapan
penambangan PT. Nusa Alam Lestari.
2. Mendapatkan debit air limpasan yang masuk pada kolam pengendapan
penambangan PT. Nusa Alam Lestari.

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


g. Titik koordinat daerah 1. Data Curah hujan 10 tahun
penelitian terakhir.
h. Panjang lantai kerja 2. Peta kesampaian daerah
i. Luas area genangan air 3. Peta topografi
j. Elepasi genangan air 4. Data curah hujan
k. Elepasi buang dan hisap 5. Peta hidrogeologi
l. Debit aktual pompa 6. Peta geologi
7. Sudut belokan pipa
43

Pengolahan Data
1. Data permeabilitas tanah
2. Data curah hujan

Analisa Data
1. Menghitung waktu konsentrasi aliran.
2. Menghitung debit curah hujan.

Hasil
1. Mendapatkan potensi air tanah
2. Mendapatkan debit air limpasan

Gambar 3.3 Kerangka Metodologi Penelitan


BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


Pengambilan data dilakukan pada 3 titik yang terdapat di lokasi PT. Nusa
Alam Lestari KecamatanTalawi Kota Sawahlunto.berupasampel tanah asli pada
lereng sump, denganjarak yang tidak ditentukan (random). Pengambilan sampel
ini diperlukan untuk mengetahui tingkat permeabilitas dari tiga sampel tanah
tersebut.
4.1.1 Koordinat dan pengambilan sampel
Sampel dan pengambilan sampel di lakukan di PT. Nusa Alam Lestari,
Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto.
1. ST-01
Sampel ST-01 merupakan titik sampel yang berada di daerah lubang
tambang PT. Nusa Alam Lestari, dengan titik kordinat 47 M 0696907 9931091
Kondisi sumur dan sampel ST-01 dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Kondisi Pengambilan Sampel ST-01


2. ST-02
Sampel ST-02 merupakan titik sampel yang berada di daerah lubang
tambang PT. Nusa Alam Lestari, dengan titik kordinat. Kondisi sumur dan sampel
ST-02 dapat di lihat pada Gambar 4.2

44
45

Gambar 4.2Kondisi Pengambilan Sampel ST-02


3. ST-03
Sampel ST-03 merupakan titik sampel yang berada di daerah lubang
tambang PT. Nusa Alam Lestari, dengan titik kordinat. Kondisi sumur dan sampel
ST-03 dapat di lihat pada Gambar 4.3

Gambar 4.3 Kondisi Pengambilan Sampel ST-03


46

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Potensi Air Tanah Yang Masuk Pada Kolam Pengendapaan Adalah
Sebagai Berikut:
a. Kajian Hidrogeologi
Berikut ini adalah proses pengolahan Sampel Tanah yang telah di lakukan
setelah pengujian permeabilitas Sampel Tanah di Labolatorium, menggunakan
alat falling head test
Pengujian sampel tanah ST-01
Diketahui : D = 8.3 cm
d = 1.3 cm
L = 3 cm
h1 = 33 cm
h2 = 25 cm
= 2.21 menit
= 2.22 menit
= 2.24 menit
Percobaan 1.Dengan nilai = 2.21 menit

KT = a .L. 2,3 Log h1


A.Δt h2

KT = 2,009 .3. 2,3 Log 33


54,078.132,2 25
= 2,341 x
= 0,0002341 cm/detik
= 0,842 cm/jam
Kategori = Lambat (slow)
Percobaan 2. Dengan nilai = 2.22 menit

KT = a .L. 2,3 Log h1


A.Δt h2
KT = 2,009 .3. 2,3 Log 33
54,078.133,3 25
47

= 2,320 x
= 0,0002320 cm/detik
= 0,835 cm/jam
Kategori = Lambat (slow)
Percobaan 3. Dengan nilai = 2.24 menit

KT = a .L. 2,3 Log h1


A.Δt h2
KT = 2,009 .3. 2,3 Log 33
54,078.134,4 25
= 2,229 x
= 0,0002229 cm/detik
= 0,827 cm/jam
Kategori = Lambat (slow)
Pengujian sampel tanah ST-02
Diketahui : D = 8.3 cm
d = 1.3 cm
L = 3 cm
h1 = 33 cm
h2 = 25 cm
= 4,04 menit
= 3,54 menit
= 4,04 menit
Percobaan 1. Dengan nilai = 4,04 menit

KT = a .L. 2,3 Log h1


A.Δt h2
KT = 2,009 .3. 2,3 Log 33
54,078.242,4 25
= 2,320 x
= 0,0002320 cm/detik
= 0,835 cm/jam
Kategori = Lambat (slow)
48

Percobaan 2. Dengan nilai = 3,54 menit

KT = a .L. 2,3 Log h1


A.Δt h2
KT = 2,009 .3. 2,3 Log 33
54,078.212,4 25
= 1,455 x
= 0,0001455 cm/detik
= 0,523 cm/jam
Kategori = Lambat (slow)
Percobaan 3. Dengan nilai = 4,04 menit

KT = a .L. 2,3 Log h1


A.Δt h2
KT = 2,009 .3. 2,3 Log 33
54,078.242,4 25
= 2,320 x
= 0,0002320 cm/detik
= 0,835 cm/jam
Kategori = Lambat (slow)
Pengujian sampel tanah ST- 03
Diketahui : D = 8.3 cm
d = 1.3 cm
L = 3 cm
h1 = 33 cm
h2 = 25 cm
= 2,34 menit
= 2,43 menit
= 3 menit
Percobaan 1. Dengan nilai = 2,34 menit

KT = a .L. 2,3 Log h1


A.Δt h2
49

KT = 2,009 .3. 2,3 Log 33


54,078.140,4 25
= 2,201 x
= 0,0002201 cm/detik
= 0,792 cm/jam
Kategori = Lambat (slow)
Percobaan 2. Dengan nilai = 2,43 menit

KT = a .L. 2,3 Log h1


A.Δt h2
KT = 2,009 .3. 2,3 Log 33
54,078.145,8 25
= 2,119 x
= 0,0002119 cm/detik
= 0,763 cm/jam
Kategori = Lambat (slow)
Percobaan 3. Dengan nilai = 3 menit

KT = a .L. 2,3 Log h1


A.Δt h2

KT = 2,009 .3. 2,3 Log 33


54,078.180 25
= 1,717 x
= 0,0001717 cm/detik
= 0,618 cm/jam
Kategori = Lambat (slow)
Dari pengolahan Sampel Tanah di atas penulis mendapatkan berapa besar
tingkat Permeabilitas dari setiap pengujian Sampel tanah yang di lakukan dapat di
lihat pada Tabel 4.1 Nilai tingkat permeabilitas tanah.
50

Tabel 4.1 : Nilai tingkat permeabilitas tanah


Kelas Permeabilitas (cm/jam) Nilai Kode
Cepat (rapid) > 25,4 1
Sedang sampai cepat (moderate to
rapid) 12,7 – 25,4 2
Sedang (moderate) 6,3 – 12,7 3
Sedang sampai lambat (moderate to
slow) 2,0 – 6,3 4
Lambat (slow) 0,5 – 2,0 5
Sangat lambat (very slow) < 0,5 6
Sumber : Arsyad (2010)
b. Pengukuran Debit Air Tanah
Dalam pengukuran debit air tanah yang di lakukan pada front
penambangan lubang C1 penulis melakukan pengukuran pada 4 titik lokasi
pengukuran air tanah yang mana dapat di lihat pada Gambar 4.1 dan penjelasan di
bawah ini.

Gambar 4.1 Sketsa Titik Pengukuran Debit Air Tanah pada


Lubang C1

Pengambilan sampel debit air tanah di lakukan dengan pengukuran


kenaikan permukaan air di front kejadian sebelum pompa dihidupkan dan
ketinggian permukaan genangan air pada setelah pompa di matikan kemudian
51

didapatkan rata-rata kenaikan air tersebut. Dengan menggunakan meteran untuk


mendapatkan elevasi awal dan elevasi akhir air. Pengukuran di lakukan sebanyak
10 kali dengan rentan waktu pompa di matikan selama 30 menit. Adapun luasan
awal di dapatkan pada permukaan air pada saat pompa dimatikan dan luasan akhir
didapatkan pada permukaan air pada saat pompa di matikan di hitung memakai
rumus luas persegi panjang karena genangan air berada disepanjang rantai kerja
lubang cabang dan sump.
Dibawah ini dapat dilihat nilai pengukuran debit air tanah yang di lakukan
dalam 10 kali pengukuran pada 4 lokasi titik pengukuran, yaitu di lihat sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Pengukuran Debit Air Tanah pada Lubang Cabang A
Elevasi muka Elepasi muka air Rata rata Luas Luas Akhir
N0 Air sebelum sebelum kenaikan Awal
kenaikan (m)
di pompa di pompa (m)2 (m)2
1 0,29 0,32 0,03 22,27 22,34
2 0,31 0,34 0,03 22,25 22,29
3 0,27 0,30 0,03 22,45 22,52
4 0,32 0,33 0,01 22,32 22,40
5 0,30 0,33 0,03 22,36 22,45
6 0,28 0,34 0,06 22,43 22,55
7 0,31 0,32 0,01 22,31 22,35
8 0,33 0,35 0,02 22,19 22,30
9 0,29 0,32 0,03 22,25 22,42
10 0,27 0,31 0,04 22,30 22,36
Rata-Rata 0,03 22,23 22,40

Tabel 4.3 Pengukuran Debit Air Tanah Pada Lubang Cabang B


Elevasi muka Elepasi muka Rata rata Luas Luas
N0 air air sebelum kenaikan(m) Awal Akhir
sebelum pompa di pompa (m)2 (m)2
1 0,29 0,35 0,06 20,26 20,35
2 0,31 0,37 0,06 21,28 21,34
3 0,27 0,33 0,06 22,22 22,30
4 0,32 0,35 0,03 21,19 21,25
5 0,30 0,36 0,06 20,24 21,29
6 0,28 0,37 0,09 22,18 20,27
7 0,31 0,35 0,04 22,39 22,45
52

8 0,33 0,38 0,05 22,28 22,37


9 0,29 0,35 0,06 21,20 22,28
10 0,27 0,34 0,07 21,25 22,32
Rata-Rata 0,06 21,24 21,32

Tabel 4.4 Pengukura Debit Air Tanah Pada Lubang Cabang C


Elevasi muka Elepasi muka Rata rata Luas Luas
N0 air sebelum air sebelum kenaikan(m) Awal Akhir
di pompa di pompa (m)2 (m)2
1 0,19 0,25 0,06 9,17 9,25
2 0,21 0,27 0,05 9,15 9,19
3 0,17 0,23 0,06 9,35 9,42
4 0,22 0,25 0,03 9,22 9,30
5 0,20 0,26 0,06 9,26 9,35
6 0,18 0,27 0,09 9,33 9,45
7 0,21 0,25 0,04 9,21 9,25
8 0,23 0,28 0,05 9,19 9,28
9 0,19 0,25 0,06 9,25 9,32
10 0,17 0,24 0,07 9,20 9,26
Rata-Rata 0,05 9,23 9,30

Tabel 4.5 Pengukuran Debit Air Tanah Pada sump


Elevasi muka Elepasi muka Rata rata Luas Luas
N0 air sebelum air sebelum kenaikan(m) Awal Akhir
di pompa di pompa (m)2 (m)2
1 1,22 1,28 0,06 2,14 2,28
2 1,38 1,47 0,09 2,25 2,34
3 1,35 1,43 0,08 2,54 2,63
4 1,39 1,45 0,06 2,36 2,42
5 1,24 1,31 0,07 2,57 2,65
6 1,37 1,43 0,06 2,48 2,57
7 1,23 1,39 0,06 2,62 2,74
8 1,38 1,46 0,08 2,45 2,53
9 1,32 1,38 0,06 2,52 2,66
10 1,25 1,32 0,07 2,78 2,04
Rata-Rata 0,07 2,07 2,28
Sumber: Pengolahan studi
Dari ke empat tabel di atas penulis dapat menentukan nilai dari rata-rata
kenaikan air(h), luas permukaan air pada saat pompa di hidupkan dan di
matikan(L1,L2), dan selisis waktu pompa di matikan sehingga dengan data
53

tersebut penulis dapat menghitung berapa besar debit air tanah per lokasi setiap
pengukuran, yang mana dapat di lihat sebagai berikut:

Debit air tanah dapat dihitung dengan menggunakan rumus:


ħ (L1 +L2 )
Q= 2

Keterangan:

Q : Debit air tanah (m3/menit)

ħ : Rata-rata kenaikan air (m)

L1 :Luas permukaan air pada saat pompa dimatikan (m2)

L2 :Luas permukaan ai pada saat pompa dimatikan (m2)

∆t : Selisih waktu pompa dimatikan

Sehingga debit air tanah dari ke empat sumber genangan terbesar yaitu:

a) Debit Air Tanah pada Lubang Cabang A


0,03 m (22,23 + 22,40 )

Debit Air Tanah(Q) = 2

30 menit
= 0,0223 m3/menit

Dari perhitungan diatas diperoleh debit air rata-rata pada titik pengukuran
Lubang Cabang A sebesar 0,0223 m3/menit.

b) Debit Air Tanah pada Lubang Cabang B


0,06 m (21,24 + 21,32 )

Debit Air Tanah(Q) = 2

30 menit
= 0,0425 m3/menit.
54

Dari perhitungan diatas diperoleh debit air rata-rata pada titik pengukuran
Lubang Cabang B sebesar 0.0425 m3/menit.

c) DebitAir Tanah pada Lubang Cabang C


0,05 m (9,23 + 9,30 )

Debit Air Tanah(Q) = 2

30 menit
= 0,0154 m3/menit.

Dari perhitungan diatas diperoleh debit air rata-rata pada titik pengukuran
Lubang Cabang C sebesar 0,0154 m3/menit.

d) Debit Air Tanah pada Sump


0,07 m (2,07 + 2,28 )

Debit Air Tanah(Q) = 2

30 menit
= 0,0050 m3/menit.

Dari perhitungan diatas diperoleh debit air rata-rata pada titik pengukuran
Sump sebesar 0,0050 m3/menit. Dari perhitungan diatas diperoleh debit air tanah
total pada 4 titik pengukuran yaitu sebesar 0,0852m3/menit atau 5,112 m3/jam.

b. Pompa
a) Ketersediaan Pompa dan Pemilihan Pompa
PT Nusa Alam Lestari memiliki ketersedian pompa sebanyak 1 unit pompa
Submer sible Airlux dengan menggunakan pipa Menggunakan pipa HDPE (High
Density Poly Ethnyl) berdiameter 1-2,5 inc Sistem pemompaan yang digunakan
sistem estafet yaitu mengalirkan air dari front menuju sump 1 kemudian dialirkan
lagi menuju sump selanjutnya sampai ke luar tambang. Untuk perhitungan-
perhitungan selanjutnyayang melibatkan pompa seperti merencakanan dimensi
55

sump, penulis mempertimbangkan ketersediaan pompa yang ada dan rencana


penambangan pompa oleh perusahaan jika dibutuhkan.

Dikarenakan nilat inltet lebih besar dari nilai outlet pada lubang C1
maka pompa yang ada sat ini tidak dapat bekerja secara optimal sehingga
dibutuhkan penambahan 1 unit pompa baru dengan merek pompa yang sama
yaitu pompa pompa Submersible Airlux dengan menggunakan pipa HDPE
(High Density Poly Ethnyl) berdiameter 1-2,5inc. Pipa jenis ini dikenal sebagai
pipa yang mudah dalam penanganannya beberapa keunggulan pipa HDPE di
banding pipa baja antara lain:

1) Pipa HDPE lebih elastic dan tidak mudah pecah


2) Pipa HDPE terbuat dari bahan pelastik, sehingga pipa tersebut
tahan karat.
Dari hasil pengukuran di peroleh data sebagai berikut:

a) Elevasi hisap (t1) = -150,6 mdpl


Elevasi buang (t2) = -158,6 mdpl

b) Diameter pipa sisi hidup = 1 inch = 0,0254 m


Diameter pipa sisi buang = 1,5 inch = 0,0381 m

c) Koefesien kekasaran pipa(C) =140 D pipa HDPE


d) Panjang pipa sisi buang (L) = 28 m
e) Panjang sisi hisap (L) =0m
f) Debit pemompaan (Q) =6 /jam
g) Grapitasi (g) =9,8m/
b) Perhitungan Head total pompa Rencana lubang C1
Dalam perhitungan Head total pompa dapat menggunakan

rumus (Sularso, 2006:26)

HT= Hs + Hf +Hsv +Hv +

Dimana HT adalah Head total pompa yang pompa yang yang


merupakan penjumlahan dari head statis dan keruguian- kerugian yang ada
56

pada kondisi yang direncanakan, seperti adanya belokan, sambungan katub


dan lain- lain.

1) Hs (Headstastis) yaitu yaitu perbedaan Elevasi pipa hisab dengan pipa


buang (m)
Hs = Elevasi pipa buang (H1) – Elevasi pipa hisap (H2)

Hs = -150.6 mdpl – (-158.6 mdpl)

Hs=8meter
1) Hf (Headfriction) yaitu kerugian energi akibat gesekan pada pipa (m).

Hf = x 54 m

Hf =17,07 detik
2) Hv(head velocity) merupakan head kecepatan keluar (m).

Kecepatan aliran pada pipa buang:


Q = A.V

( )

c) Perhitungan Head Total Pompa Rencana Front Seam C1


Dalam perhitunganhead total pompa dapat menggunakan rumus
(Sularso, 2006:26):
57

HT = Hs + Hf + Hv
HT = 8 meter + 17,07 meter + 0,0114 meter

= 25,08 meter

a. Pemilihan Pompa
Berdasarkan hasil analisa debit air tanah yang masuk ke sump dan
spesfikasi pompa yang digunakan, maka dapat ditenetukan jumlah pompa yang
dibutuhkan untuk mengeluarkan air yang masuk ke dalam tambang menuju ke
sump diluar tambang adalah 2 unit pompa Submersible Airlux yang memiliki total
head maksimal12 m dengan total head pompa aktual di lapangan 25,08 meter.

a) Perencanaan Sump
Sump berfungsi sebagai tempat penampungan air sementara dan lumpur
sebelum dipompa ke luar tambang.Volume sump didapat dari perhitungan air
yang akanmasuk ke dalam lubang tambang dan air limpasan, dengan adanya
sump air tidak akan menggenangi jalan tambang dan terakumulasi dalam satu
tempat. Jika air sudah terakumulasi dalam satu tempat, air akan mudah
dipompakan keluar tambang dan proses penambangan akan berjalan dengan
lancar.

Pada prinsipnya sump diletakkan pada lantai tambang (floor) yang


paling rendah, jenjang disekitarnya tidak mudah longsor, dan dekat dengan
settling pond.Sump akandiletakan dibagian dalam lubang penambangan. Air
tambang yang telah tertampung pada sump di dalam lubang tambang akan
dialirkan mengunakanpompa ke sump yang berada diluar lubang tambang.
Untuk menentukan dimensi sump yang sangat bergantung pada debit air tanah
yang akan dipompakan perhari, kapasitas pompa, volume dan waktu
pemompaan.

b) Kebutuhan dan Kapasitas Rencana Volume Sump lubang C1


Sump satu terletak di dalam lubang tambang.Volume sump yang optimum
dapat dicari dari selisih antara volume air yang masuk ke dalam sump dikurang
volume yang akan dikeluarkan dari pemompaan. Volume airtotal merupakan debit
58

air total dikalikan dengan 10 jam/hari untuk waktu pemompaannya. Sump


menampung air tanah dari genangan air. Pompa yang digunakan untuk
mengeluarkan air dari sump adalah pompa Submersible Airlux dengan debit pompa
sebesar 6 m3/jam (lampiran )

1. Debit air tanah yang digunakan dalam perhitungan adalah debit air tanah yang
berada pada lubang C1 tersebut. Debitairtanah = 5,112m3/jam
2. Debit pemompaan adalah debit pompa per unit dikali banyak unit yang
beroperasi pada sump. Unit yang beroperasi dan debit pompa pada sump lubang C1
adalah: Unit yang beroperasi = 1 unit Unit yangdirencakan
= 1 unit Debitpompa

= 6 m3/jam Debitpemompaan

= (1 x 6 m3/jam) + (1 x 6 m3/jam)

= 12 m3/jam

3. Volume air total merupakan debit air total (debit air tanah) Vol. Air Total
(m3/hari)
= Vol. Debit Air Tanah (m3/hari) x 24 jam
= 5,112 m3/jam x 24 jam
= 122,68 m3/hari
4. Volume pemompaan dapat dihitung menggunakan Persamaan berikutini.
Vol.Pemompaan (m3/hari) = Debit Pemompaan (m3/jam) x waktu operasi pompa
setiap harinya
= 12 m3/jam x 10jam
= 120 m3/hari

5. Volume sump yang harus dibuat adalah selisih antara volume air total yang
masuk dan volume pemompaan dapat dihitung menggunakan Persamaan berikutini.
Volume sump = Vol.Air total –Vol.Pemompaan

= 122,68 m3 - 120 m3

= 2,688 m3
59

c) Penentuan Dimensi Sump


Penentuan rencana dimensi sump yang dianalisa hanya pada perencanaan
sump lubang C1 pada kedalaman yang sudah teralisasi sepanjang 97 meter. Sump
yang berada pada lubang Seam C1 berbentuk segi empat dengan volume sump aktual
2,688 m3, sehingga dimensi sump dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut
ini. Panjang sisi Sump = 2 m

Lebar Sisi Sump =1m Kedalaman Sump = 2 m


Kedalaman basah = 1,81m Maka:

Volume Sump =pxlxt=2mx1x2m = 4 m3


Hasil perhitungan dimensi sump dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah
ini.Bentuk dan dimensi sump bisa di lihat pada Lampiran.

Tabel 4.6 Dimensi Sump


Sump4 Panjang (m) Lebar (m) Kedalaman (m) Volume (m )3
1 2 1 2 4

d) Bentuk Perencanaan Racangan Sistem Penyaliran Tambang Batubara


Bawah Tanah SeamC1
Adapun bentuk racangan ideal yang direncanakan pada Seam C1yaitu:
1) Rencana Dimensi Sump
Sump yang berada pada lubang Seam C1 direncanakan berbentuk segi empat
dengan dimensi sump dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut ini.

Panjang sisi Sump = 2 m Lebar Sisi Sump = 1m


Kedalaman Sump = 2 m Kedalam basah = 1,81m

Maka: Volume Sump = p x l x t =2mx1x2m = 4 m3

4.2 Debit Air Limpasan Yang Masuk Pada Kolam Pengendapan Adalah
Dengan Melakukan Kajian Hidrologi Sebagai Berikut :
a. Kajian Hidrologi
Tabel 4.7Data Curah Hujan Bulan Maksimum
No Tahun Curah Hujan Bulan (Xi) mm
1 2009 111
60

2 2010 71
3 2011 173
4 2012 222
5 2013 180
6 2014 221
7 2015 230
8 2016 53
9 2017 154
10 2018 109
∑ 1524
Sumber: Data BMKG
1. Penentuan curah hujan bulan rata-rata
∑ ∑
̅= = = 152,4 mm/bulan
Tabel 4.8 Pengolahan Data Curah Hujan Rancangan

CurahHujan (Log Xi - (Log Xi - (Log Xi -


No Tahun Log Xi
̅̅̅̅̅̅̅̅)2 ̅̅̅̅̅̅̅̅)3 ̅̅̅̅̅̅̅̅)4
(mm)

111 2,04532 0,018951 -0,002609 0,000359


1 2009
71 1,85126 0,110043 -0,036504 0,012109
2 2010
173 2,23805 0,003032 0,000167 0,000009
3 2011
222 2,34635 0,026689 0,004360 0,000712
4 2012
180 2,25527 0,005225 0,000378 0,000027
5 2013
221 2,34439 0,026052 0,004205 0,000679
6 2014
230 2,36173 0,031949 0,005711 0,001021
7 2015
53 1,72428 0,210414 -0,096519 0,044274
8 2016
61

154 2,18752 0,000021 0,000000 0,000000


9 2017
109 2,03743 0,021187 -0,003084 0,000449
10 2018

Jumlah 21,3916 0,453563 -0,123895 0,059640

Sumber: Analisa Data


2. Penentuan rata-rata ( ̅ )
∑( )
̅ =

= 2,139
3. Penentuan Standar Deviasi (Si)

∑( ̅̅̅̅̅̅̅̅̅) ⁄
Si =* +

=* +
= 0,224

4. Penentuan Skewness (Cs)


∑( ̅̅̅̅̅̅̅̅̅)
Cs =
( )( )
( )
=( )( )

= -1,351
5. Penentuan Koefisien Ketajaman (Ck)
∑( ̅̅̅̅̅̅̅̅̅)
Ck =
( )( )( )
( )
=( )( )( )

= 0,470
Dari perhitungan diatas diperoleh nilai Cs = -1,351 danCk = 0,470.
Dengan nilai tersebut jika mengacu pada table karakteristik distribusi frekuensi
maka akan lebih tepat diselesaikan dengan metode distribusi log normal.
62

6. Penentuan curah hujan rancangan dengan periode ulang 2 tahun dengan


KT=0 maka
YT2 = ̅ + KT x Si
= 2,139 + 0 x 0,224
= 2,363
R = 10 (2,363) = 230,675 mm/hari
Tabel 4.9 Curah Hujan Rancangan Harian (mm/hari)
PeriodeUlang KT Si YT2 R
T2 2,139 0 0,224 2,363 230,675
Sumber: Analisa Data
7. Penentuan Waktu Konsentrasi
L = 416,85 m
= 0,41685 km

H1 = 370 m
H0 = 305 m
H = H1 – H0
= 370 m – 305 m
= 65 m
= 0,065 km

tc = 0,871 x ( )

= 0,871 x( )

= 0,871 x( )

= 0,871 x( )
= 0,871 x 1,042566
= 0,908075 jam
8. Penentuan Intensitas Curah Hujan (It)

It = x( )
63


= x( )

= 9,6115 x 8,872779
= 85,280717 mm/jam
= 0,085280 m/jam
= 0,000024 m/detik
9. Penentuan Debit Limpasan (Q)
C = 0,9 (Daerah Tambang, Curam> 15%)
A1 = 4.982m2
A2 = 913 m2
Q1 = C x I x A1
= 0,9 x 0,000024 m/detik x 4.982m2
= 0,1076112 m3/detik
Q2 = C x I x A2
= 0,9 x 0,000024 m/detik x 913 m2
= 0,0197208 m3/detik

Q =

= 0,063666 m3/detik

Q.Total = Q Air Limpasan + Q Air Tanah


2
= 0,063666 m3/detik + 0,00142 m3/detik
2
= 0,032543 m3/detik
BAB V
ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA
5.1 Potensi Air Tanah
5.1.1 Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah didapatkan dengan melakukan pengujian sampel tanah
yang mana sampel tanah yang di ambil merupakan sampel tanah asli, yang di
ambil di 3 titik yang berada di lokasi PT. Nusa Alam Lestari. Sampel Tanah
Tarsebut di uji di Labolatorium Mekanika Tanah Kampus STTIND PADANG
dengan menggunakan alat Falling Head Tes.
Dengan alat Falling Haed Test ini kita bisa mendapatkan berapa besar
tingkat permeabilitas tanah yang di ambil di lapangan dengan menggunakan
perhitungan menggunakan rumus permeabilitas, Adapun data yang di perlukan
yaitu diameter pipa, kedalaman atau isi tanah pada alat (L), luas contoh tanah(A),
tinggi air pada t1 dan tinggi air pada t2 sehingga di dapatkan nilai koefesien
rembesannya(KT).Pengukuran nilai Permeabilitas di lakukan dengan 3 kali
percobaan dalam setiap sampel tanah jadi dalam percobaan ini peneliti melakukan
percobaan sebanyak 9 kali percobaan untuk mendapatkan hasil yang efektif.
Nilai yang di ambil dalam setiap percobaan adalah nilai h1 dan nilai h2
yaitu waktu efesiensi fluida berapa lama air dari ketinggian t1 sampai pada
ketinggian t2. Pada pengujian ST-01 maka di dapat waktu efesiensinya atau nilai
= 2,21 menit untuk percobaan 1, = 2,22 menit untuk percobaan 2,
= 2,24 menit untuk percobaan 3.
Pada pengujian ST-01 maka di dapat waktu efesiensinya atau nilai =
4,04 menit untuk percobaan 1, = 3,54 menit untuk percobaan 2, = 4,04
menit untuk percobaan 3. Selanjutnya dilanjutkan Pada pengujian ST-03 maka di
dapat waktu efesiensinya atau nilai = 2,34 menit untuk percobaan 1, =
2,43 menit untuk percobaan 2, = 3 menit untuk percobaan 3.
Selanjutnya setelah nilai waktu efesiensi nya didapatkan maka dilakukan
perhitunghan menggunakan rumus Koefesien Rembesan (KT). Setelah dilakukan
percobaan didapat lah nilai Koefesien Rembesan untuk setiap pengukuran ST-01
64
65

nilai Koefesien Rembesan percobaan 1 dengan waktu 0,0002341 cm/detik dan


0,842 cm/jam, dengan kategori lambat (slow), percobaan 2, dengan waktu
0,0002320 cm/detik dan 0,835 cm/jam dengan kategori lambat (slow), percobaan
3 dengan waktu 0,0002229 cm/detik dan 0,827 cm/jam dengan kategori lambat
(slow).
Pengukuran ST-02 nilai Koefesien Rembesan percobaan 1 dengan waktu
0,0001455 cm/detik dan 0,523 cm/jamdengan kategori lambat (slow), percobaan
2, dengan waktu 0,0002320 cm/detik dan 0,835 cm/jam dengan kategori lambat
(slow), percobaan 3 dengan waktu 0,0002320 cm/detik dan 0,835 cm/jam dengan
kategori lambat (slow).
Pengukuran ST-03 nilai Koefesien Rembesan percobaan 1 dengan waktu
0,0002201 cm/detik dan 0,792 cm/jamdengan kategori lambat (slow), percobaan
2, dengan waktu 0,0002119 cm/detik dan 0,763 cm/jam dengan kategori lambat
(slow), percobaan 3 dengan waktu 0,0001717 cm/detik dan 0,618 cm/jam dengan
kategori lambat (slow).
5.2 Debit Air Tanah
5.1.1 Debit Air Tanah Pada Lubang Cabang A
Untuk menentukan potensi debit air tanah dilakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus, Setelah data luas permukaan air pada saat pompa di
hidupkan dan luas permukaan air pada saat pompa dimatikan didapatkan
kemudian hasilnya dibagi dua dan di bagi lagi dengan waktu operasi pompa di
lakuakan, dalam perhitungan debit air tanah ini di dapatkan hasil atau nilai (Q)
nya sebesar 0,0223 / menit.

5.1.2 Debit Air Tanah Pada Lubang Cabang B


Untuk menentukan potensi debit air tanah dilakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus, Setelah data luas permukaan air pada saat pompa di
hidupkan dan luas permukaan air pada saat pompa dimatikan didapatkan
kemudian hasilnya dibagi dua dan di bagi lagi dengan waktu operasi pompa di
66

lakuakan, dalam perhitungan debit air tanah ini di dapatkan hasil atau nilai (Q)
nya sebesar 0,0425 / menit.
5.1.3 Debit Air Tanah Pada Lubang Cabang C
Untuk menentukan potensi debit air tanah dilakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus, Setelah data luas permukaan air pada saat pompa di
hidupkan dan luas permukaan air pada saat pompa dimatikan didapatkan
kemudian hasilnya dibagi dua dan di bagi lagi dengan waktu operasi pompa di
lakuakan, dalam perhitungan debit air tanah ini di dapatkan hasil atau nilai (Q)
nya sebesar 0,0154 / menit.
5.1.4 Debit Air Tanah Pada Sump
Untuk menentukan potensi debit air tanah dilakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus, Setelah data luas permukaan air pada saat pompa di
hidupkan dan luas permukaan air pada saat pompa dimatikan didapatkan
kemudian hasilnya dibagi dua dan di bagi lagi dengan waktu operasi pompa di
lakuakan, dalam perhitungan debit air tanah ini di dapatkan hasil atau nilai (Q)
nya sebesar 0,0050 / menit.
Dari perhitungan di atas diperoleh debit air rata- rata pada titik pengukuran
sump sebesar 0,0050 / menit. Dari perhitungan diatas diperoleh debit air tanah
total pada 4 titik pengukuran yaitu sebesar 0,0852 / menit atau 5,112 /jam.
5.3 Pompa
5.3.1 Perhitungan head Total Pompa Rencana lubang C1
Dalam menentukan hasil Head Total(HT) pompa dilakukan perhitungan
dengan menentukan nilai Head Statis(Hs), nilai Head friction(Hf), dan nilai Head
velocity (Hv) adapun nilai dari HS = 8 meter Hf = 17,07 meter dan Hv = 0,0114
meter maka di dapat kan nilai Head Total (HT) sebesar = 25,08 meter.
5.3.2 Kebutuhan dan Kapasitas Rencana Volume Sump Lubang C1
Volume sump yang harus dibuat adalah selisih antara volume air total
yang masuk dan volume pemompaan dapat di hitung melalui hasil volume air
total(122,68 ) dikurang dengan hasil volume pemompaaan(120 ) sehingga
didapat nilai nya sebesar 2,688
5.3.3 Penentuan Dimensi Sump
67

Penentuan rencana dimensi sump yang di analisa hanya hanya pada


perencanaan sump lubang C1 pada kedalaman yang telah teralisasi sepanjang 97
meter. Sump yang berada pada lubang seam C1 berbentuk segi empat dengan
volume sump actual 2,688 .
5.4 Debit Curah Hujan
Perhitungan debit curah hujan di lakukan dengan beberapa perhitungan
dengan menggunakan rumus- rumus dan diolah menggunakan data curah hujan
pada lokasi PT. Nusa Alam Lestari Kecamatan Talawi. Adapun perhitungan yang
di lakukan yaitu dimulai dengan perhitungan penentuan curah hujan bulan rata-
rata ( ̅ ) senilai 152,4 mm/bulan selanjutnya melakukan pengolahan data curah
hujan rancangan nilai rata-rata( ̅ ) yaitu senilai 2,139.
Selanjutnya meneruskan perhitungan dengan Penentuan Standar Deviasi
(Si) dimana hasil Penentuan Standar Devisi merupakan hasil dari jumlah
pengolahan nilai logaritma jumlah curah hujan dibagi dengan hasil nilai logaritma
dikurang dengan nilai rata-rata( ̅ ) dipangkat dua sehingga didapatkan nilainya
sebesar 0,224. Selanjutnya melakukan penentuan Skewness (Cs).
Penentuan hasil nilai Skewness (Cs) didapat dari banyak data curah hujan
pertahun sebanyak 10 data yaitu data curah hujan pertahun selama 10 tahun,
kemudian dikalikan dengan nilai jumlah pengolahan nilai logaritma jumlah curah
hujan dibagi dengan hasil nilai logaritma dikurang dengan nilai rata-rata( ̅ )
dipangkat tiga, sehingga didapatkan nilainya sebesar -1,351. Setelah itu
melakukan perhitungan Penentuan Koefisien Ketajaman (Ck).
Koefisien Ketajaman (Ck) didapat dari banyak data curah hujan pertahun
sebanyak 10 data yaitu data curah hujan pertahun selama 10 tahun, kemudian
dikalikan dengan nilai jumlah pengolahan nilai logaritma jumlah curah hujan
dibagi dengan hasil nilai perkalian nilai dari perkalian jumlah banayak data curah
hujan dikali 1,2 dan 3 dan dikalikan lagi dengan nilai Penentuan Standar Deviasi
(Si) sehingga di dapatkan nilai 0,470. Kemudian melakuakan Penentuan curah
hujan rancangan dengan periode ulang 2 tahun dengan nilai Faktor
Frekuensi(KT).
68

Maka nilai periode ulang 2 tahun (YT2) dicari sehingga didapat nilainya
sebanyak 2,363, nilai tersebut dikali dengan hasil nilai perkalian data curah hujan
selama 10 tahun untuk mendapatkan nilai curah hujan rancangan harian yaitu 10
(2,363)
= 230,675 mm/hari. Selanjutnya menentukan Waktu Konsentrasi. Waktu
Konsentrasi(tc) kita dapatkan nilainya dari pengolahan data dari peta, yaitu 0.871
dikalikan dengan hasil nilai panjang aliran (L) dibagi dengan beda elepasinya(H).
Sehingga di dapat nilai waktu konsentrasinya sebesar 0,908075 jam.
Penentuan nilai intensitas curah hujan didapatkan nilainya dengan
melakuakan perkalian dari hasil nilai curah hujan(R) harian dibagi 24 kemudin di
kali dengan 24 dikali nilai Waktu Konsentrasi(tc) sehingga didapat nilainya
sebesar 0,000024 m/detik.
Dari beberapa perhitungan yang dilakukan maka kita dapat menentukan
hasil dari debit curah hujan dengan melakukan perkalian nilai Koefesien
Limpasan(C) dengan nilai Intensitas Curah (I)Hujan dan dikalikan lagi dengan
nilai Luas catchment area(A), Sehingga didapatkan nilainya sebesar Q1 =
m3/detik dan Q2 = Sehingga di dapat hasil
nilai Q Total limpasannya yaitu 0,063666 m3/detik.
Selanjutnya untuk mendapatkan nilai Q.total yaitu dengan menjumlahkan
hasil Q Air limpasan(0,000064 m3/detik) dengan Q Air tanah(0,00142 m3/detik)
kemudian di bagi dua, untuk mendapatkan hasil nilai Q Total sebesar (0,000742
m3/detik).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan

Dari pengolahan data yang dilakukan maka di dapatkan kesimpulan


sebagai berikut Debit air tanah yang masuk sump penambangan PT. Nusa Alam
Lestari :
a. Pada lubang A didapat sebesar 0,0223 m3/menit.
b. Debit air tanah pada lubang cabang B 0,0425 m3/menit.
c. Debit air tanah pada lubang C 0,0154 m3/detik.
d. Debit air tanah pada sump sebesar 0,0050 m3/menit.
Setelah dilakukan perhitungan kemudian setiap hasil debit air tanah tersebut di
jumlahkan dan di dapatkan hasil debit air tanah total sebesar 0,0852 m3/menit atau
5,112 m3/jam.
2. Debit air limpasan yang masuk pada sump penambangan PT. Nusa Alam
Lestari sebesar 0,063666 m3/detik.

6.2 Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan antara antara lain sebagai berikut:
1. Diharapkan dengan adanya penelitian yang mengkaji tentang Hidrologi
dan Hidrogeologi ini bisa menjadi acuan bagi perusahaan untuk dapat
memperbaiki sistem penyaliran pada perusahaan PT. Nusa Alam Lestari.
2. Dengan penelitian yang penulis lakukan diharapkan adanya partisipasi dari
perusahaan untuk mendesain sisitem dewatering yang bagus untuk
mencegah terjadinya kebanjiran pada perusahaan PT. Nusa Alam Lestari.
3. Diharapkan dengan adanya penelitian ini Optimalisasi sump Pada
Perusahaan PT. Nusa Alam Lestari berjalan sesuai dengan apa yang di
harapkan oleh perusaahaan.

69
70

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Asdak, Chay, press, 2010. Buku Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai, Gadjah Mada unervisity

Ardi Gunawan, Yuliadi, Dudi Nasrudin Usman Proseding Penelitian SPeSIA


2015,
Studi Hidrologi dan Hidrogeologi Untuk Rencana Penambangan
Batubara PT Pacific Global Utama, Kecamatan Tanjung Agung,
kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan.

Aris Rinaldi, (PIT-PAAI) 16-17 November 2016, bandung, Analisis Keputusan


hidrogeologi : optimasi sump pada Tambang Terbuka Prosiding,
pertemuan Ilmiah Tahun Ke-1 Perhimpunan Ahli Airtanah
Indonesia.
A. Muri Yusuf. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: Universitas Negeri Padang
Press.

Andrika, Puja. 2016. Job Safety Analysis Pada Proses Penambangan Batubara Bawah
Tanah PT. Nusa Alam Lestari Sawahlunto Sumatera Barat.
Universitas Negeri Padang.

Anton, Y.U.P dan Aryanto. 2010. Kajian Teknis Optimalisasi Pompa Pada Sistem
Penyaliran Tambang Bawah Tanah di PT. Cibaliung Sumber Daya,
Provinsi Banten. Prosiding Seminar Rekaya Teknologi Industri dan
Informasi ke -10 2015. (ISSN: 1907-5995).

Awang, Suwandhi. 2004. Diklat Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang.


Bandung: Unisba.

Bambang, Triatmodjo. 2008. “Hidrologi Terapan”. Yogyakarta: Beta Offset.

BPS. 2015. PPSP “Gambaran Umum Kota Sawahlunto. Sawahlunto: Buku Putih
Saritasi.

Chandrika Raflesia. 2016. Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang di Blok B


Rawa Seribu PT. Mandala Karya Prima Job Site PT. Mandiri
Intiperkasa Kalimantan Utara. Universitas Negeri Padang.

Chow,VT. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka (Open Channel Hydraulics).


Jakarta: Erlangga.
71

Dian Kurnia. 2018. Evaluasi Kondisi Aktual Dan Perencanaan Ssitem Penyaliran
Tambsng Emas Di Pit Durian, Site Bakan PT. J Resources Bolaang
Mongodow, Kecamatan Lolayan, Kotamobagu, Sulawesi
Utara. Universitas Negeri Padang.

Fetter, C. W. 1994. “Applied Hydrogeology”. 3rd edition, New Jersey: Prentice- Hall,
Inc.

Frilisa Christiria,dkk. 2017. Rencana Penyaliran Tambang Pada Pit SMD-1 PT.
Kideco Jaya Agung Sub PT. Petrosea Tbk Kabupaten Paser,
Provinsi Kalimantan Timur. Universitas Mulawarman.

Hartono. 2013. “Modul Kuliah Sistem Penyaliran Tambang”. Yogyakarta: Program


Studi Teknik Pertambangan UPN.
Har, Rusli. 2015. Bahan Ajar Kuliah Hidrogeology. Universitas Negeri Padang:
Padang.

Hariana, Dwi. 2017. Evaluasi Sistem Dewatering Pada Tambang Emas Bawah
Tanah Ciurug L.450 Bagian Selatan Di Upbe Pongkor PT. Aneka
Tambang (Persero). Universitas Negeri Padang: Padang.

Irwandi Arif. 2014. Batubara Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kantjojo. 2009. Metodologi Penelitian. Kediri.

Kudela, Henryk. 2009. Hydraulic losses in pipes.

Lilik Eko Widodo. 2012. Hidrologi, Hidrogeologi Serta Penyaliran Tambang.


Bandung: Lab ITB.

Mandel, S. dan Zhiftan, Z.L,. 1981. Groundwater Resources. USA: Academic Press
Inc.

Nauli Fitri, dkk. 2014. Rancangan Sistem Penyaliran Pada tambang Batubara
Tambang Air Laya Tanjung Enim Sumatera Selatan. Mahasiswa
Program Magister Teknik Pertambangan UPN “Veteran” Yogyakarta.

Nico Febrianto. 2015. MIine Dewatering Pada Kegiatan Penambangan Di Pit C


Blok Selatan PT. Aman Toebillah Putra Lahat, Kecamatan Meapi
Barat, Sumatera Selatan. Universitas Negeri Padang.
72

Oktaviantono Pebri Amri, dkk. 2017. Perencanaan Sistem Penyaliran Pada


Tambang Terbuka PT Bara Prima Mandiri, Desa Malungai,
Kecamatan Gunung Bintang Awai Kabupaten Barito Selatan.
Universitas Lambung Mangkurat.

PT Nusa Alam Lestari. 2016. Laporan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya Izin
Usaha Pertambangan (IUP) PT Nusa Alam Lestari Periode Tahun
2016 s/d 2017. Sawahlunto.

Riko Ervil, Dkk, Padang, 2016, Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi,
Sekolah Tinggi Teknologi Industri STTIND Padang.

Rudi Sayoga Gautama. 1999. Diktat Kuliah Sistem Penyaliran Tambang. Bandung:
ITB.

Suyono, Indah Setyowati, Peter Eka Rosadi, Bagus Arief Wijaya, Volume, 1
Nomor. 2 Periode: Sept. 2015-Feb. 2016, Studi Hidrogeologi pada
Rencana Penambangan Batubara di Daerah Muara Bakah, IUP PT.
Duta Nurcahaya , Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah, Jurnal
Teknologi pertambangan.

Syarifuddin, SriWidodo, Arif Nurwaskito, vol.5, No. 2: Agustus 2017, Kajian


Sistem Penyaliran Tambang Terbuka Kabupaten Tanah Bumbu
Provinsi Kalimantan Selatan, Jurnal geomine.
Sari Uly Sibaranil dkk. 2016. Analisa Teknis Mine Dewarering Terhadap Rencana
Tiga Tahun Penambangan Hingga Tahun 2016 Di Pit Blok Barat PT
Muara Aalam Sejahtera Kabupaten Lahat. Jurusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya.
LAMPIRAN
TUGAS AKHIR

Anda mungkin juga menyukai