Anda di halaman 1dari 187

ANALISA PERUBAHAN KIMIA AIR TANAH DAN

APLIKASINYA DALAM PENYALIRAN AIR TANAH


PADA TAMBANG BAWAH TANAH IOZ DAN DOZ
PT. FREEPORT INDONESIA

SKRIPSI

Oleh
SINATRIA SAROSA
NIM. 112980138

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2004
ANALISA PERUBAHAN KIMIA AIR TANAH DAN
APLIKASINYA DALAM PENYALIRAN AIR TANAH
PADA TAMBANG BAWAH TANAH IOZ DAN DOZ
PT. FREEPORT INDONESIA

SKRIPSI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Oleh
SINATRIA SAROSA
NIM. 112980138

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2004
ANALISA PERUBAHAN KIMIA AIR TANAH DAN
APLIKASINYA DALAM PENYALIRAN AIR TANAH
PADA TAMBANG BAWAH TANAH IOZ DAN DOZ
PT. FREEPORT INDONESIA

SKRIPSI

Oleh
SINATRIA SAROSA
NIM. 112980138

Disetujui untuk Jurusan Teknik Pertambangan


Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Tanggal : …………………………

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Hasywir Thaib Siri, MSc Ir. Budiarto, MT


I Did My Time
Realized I can never win. Sometimes feel like I have failed. Inside where do I begin. My mind
is laughing at me. Tell me why am I to blame. Aren't we suppose to be the same. That's why I
will never change. This thing that burning in me. I am the one who chose my path. I am the
one who couldn't last. I feel the life pulled from me. I feel the anger changing me. Sometimes I
can never tell. If I've got something after me. That's why I just beg and plead. For this curse
to leave me. Tell me why am I to blame. Aren't we suppose to be the same. That's why I will
never change. This thing that's burning in me. Betrayed…I feel so…Enslaved…I
really…Tried…I did my time. Oh God the anger's changing me…………………... (koRn)

Skripsi ini kupersembahkan untuk :


(Alm.) Iman Sarosa Sukardi dan Siti Supartini, yang kucintai
Mas Aji, Mbak Retno dan Mas Dea, yang kusayangi
Seseorang yang kelak akan mendampingiku
Komunitas Prayan dan Tambang 98
Rekan-rekan Mahasiswa Teknik Pertambangan
RINGKASAN

Pada industri pertambangan, tingginya curah hujan dapat menghambat


kegiatan operasional penambangan. Untuk itu perlu adanya sistem penyaliran
pada lokasi penambangan. Sistem penyaliran merupakan usaha yang dilakukan
untuk mencegah masuknya air atau untuk mengeluarkan air yang telah masuk
pada daerah penambangan. Sistem penyaliran harus memerlukan penanganan
yang baik, sehingga kegiatan operasional penambangan yang telah direncanakan
tidak terganggu serta produksi tambang dapat dipenuhi.
Sistem penyaliran yang digunakan di daerah IOZ dan DOZ adalah sistem
dewatering drill. Sistem penyaliran ini dilakukan dengan cara membuat lubang
bor pada litologi tertentu yang diperkirakan mempunyai kandungan air yang
besar. Air akan mengalir pada elevasi yang menurun melalui drainway dengan
memanfaatkan gravitasi.
Air masuk ke tambang IOZ dan DOZ dapat melalui infiltrasi dan
presipitasi langsung melalui cave material, permeabilitas sepanjang zona kontak
diorite/skarn/marble dan adanya spillover yang memotong crackline atau caveline
dari formasi Lower Kais. Total inflow selama tahun 2002 adalah sebesar
94.294,43 gpm dan total outflow sebesar 78.577 gpm. Berdasarkan water balance
(neraca air) maka terdapat penyimpanan air tanah (S) sebesar 15.717,43 gpm.
Dalam penelitian ini analisa kimia air tanah akan digunakan untuk
mengetahui penyebab terjadinya perubahan kimia air tanah di sekitar daerah
tambang dalam IOZ dan DOZ. Parameter utama yang dijadikan pertimbangan
adalah perubahan kandungan sulfat dalam air tanah yang berasal dari pelarutan
mineral anhydrite atau dari hasil oksidasi mineral sulfida. Analisa kandungan
kation-anion yang lain digunakan untuk menentukan ada tidaknya hubungan
antara aquifer yang satu dengan aquifer yang lain. Air tanah yang berhasil
dikeluarkan selanjutnya akan digunakan untuk kegiatan pengolahan di Mill.
Kualitas dan kuantitas air tanah yang berhasil dikeluarkan dapat digunakan dalam
proses pengolahan di Mill.
Berdasarkan hasil analisa ini dapat diketahui bahwa terdapat dua aliran
yang berbeda antara daerah di sebelah Barat lokasi penambangan dengan daerah
sebelah Timur lokasi penambangan. Secara lateral, aliran air di bagian Barat dan
bagian Timur lokasi penambangan mengalir dari arah Selatan daerah tambang ke
arah Barat dan arah Timur menuju arah Utara.
Aquifer yang berada di bagian Barat lokasi penambangan tidak memiliki
hubungan hidrolika dengan aquifer di sebelah Timur lokasi tambang. Hubungan
hidrolika formasi Kais dan formasi Faumai terjadi akibat adanya rekahan pada
bidang impermeable yang merupakan bagian bawah formasi Sirga.
Aliran yang mengalir pada formasi Faumai bersumber dari daerah Meren
Valley dan mengalir menuju formasi Waripi dan formasi Kais melalui bidang
rekahan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisa Perubahan
Kimia Air Tanah dan Aplikasinya Dalam Penyaliran Air Tanah Pada Tambang
Bawah Tanah IOZ dan DOZ PT. Freeport Indonesia”.
Adapun tujuan penyusunan Skripsi ini yaitu untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Jurusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.
Skripsi ini disusun berdasarkan studi literatur, penelitian – penelitian
terdahulu dan hasil pengamatan di lapangan, yang dilakukan di Departement
Central Engineering, bagian Hydrology dari tanggal 25 November 2002 sampai
dengan 25 Februari 2003.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Titus Pulunggono, selaku General Manager HRD PT. Freeport Indonesia.
2. Ir. Yuni Rusdinar, Msc, selaku Superintendent Hydrology.
3. Ir. Yogi Sasongko, selaku pembimbing lapangan.
4. Dr. Ir. H. Supranto, SU, Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
5. Dr. Ir. Sutanto, DEA, Dekan Fakultas Teknologi Mineral.
6. Ir. Singgih Saptono, MT, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan.
7. Ir. Hasywir Thaib Siri, MSc, selaku Dosen Pembimbing I.
8. Ir. Budiarto, MT, selaku Dosen Pembimbing II.
9. Semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Atas segala fasilitas, bimbingan, dukungan serta saran-saran yang telah diberikan
selama melaksanakan skripsi.
Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi perusahaan tempat
penulis melakukan penelitian, teman-teman mahasiswa Teknik Pertambangan dan
juga pembaca lainnya.

Yogyakarta, Maret 2004 Penulis

Sinatria Sarosa
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv
BAB
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3. Pembatasan Masalah ...................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.5. Metode Penelitian .......................................................................... 3
1.6. Hasil Yang Diharapkan .................................................................. 4
II. TINJAUAN UMUM ............................................................................... 5
2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah..................................................... 5
2.2. Geologi Regional ........................................................................... 8
2.3. Iklim dan Curah Hujan................................................................... 14
2.4. Cadangan Bijih............................................................................... 14
2.5. Cara Penambangan dan Pengolahan Bijih Tembaga ..................... 15

III. DASAR TEORI ...................................................................................... 22


3.1. Sirkulasi Air di Bumi ..................................................................... 22
3.2. Sumber-Sumber Air Permukaan dan Air Tanah .......................... 23
3.3. Aliran dan Penyebaran Air Tanah.................................................. 25
3.4. Sistem Penyaliran Tambang Bawah Tanah.................................... 25
3.5. Water Balance (Neraca Air)........................................................... 26
3.6. Kimia Air Tanah ............................................................................ 27

IV. KARAKTERISTIK DAERAH EESS................................................... 38

4.1. Geologi Daerah EESS .................................................................... 38


4.2. Iklim, Curah Hujan dan Daerah Tangkapan Hujan EESS ............. 40
4.3. Hidrogeologi Daerah EESS............................................................ 42

vii
V. SISTEM PENYALIRAN TAMBANG BAWAH TANAH DAN HASIL
KIMIA AIR TANAH DI IOZ DAN DOZ .............................................. 45

5.1. Sistem Penyaliran Tambang Bawah Tanah IOZ dan DOZ............ 45


5.2. Kualitas Air Permukaan Daerah EESS .......................................... 46
5.3. Geokimia Batuan Daerah IOZ dan DOZ ....................................... 49
5.4. Metode Analisa Kimia Air Tanah Daerah IOZ dan DOZ.............. 52
5.5. Pelaksanaan Pengambilan Air Tanah Daerah IOZ dan DOZ......... 52
5.6. Hasil Penelitian Kimia Air Tanah Daerah IOZ dan DOZ.............. 52

VI. PEMBAHASAN ..................................................................................... 61

6.1. Water Balance dan Fluktuasi Muka Air Tanah.............................. 61


6.2. Analisa Kualitas Air Permukaan Daerah EESS Terhadap
Perubahan Kimia Air Tanah .......................................................... 68
6.3. Analisa Geokimia Batuan Daerah IOZ dan DOZ Terhadap
Perubahan Kimia Air Tanah......................................................... 69
6.4. Analisa Kimia Air Tanah Daerah IOZ dan DOZ ........................... 72
6.5. Aplikasi Perubahan Kimia Air Tanah Untuk Menentukan Arah
Aliran Air Tanah Dalam Penyaliran Tambang .............................. 78
6.6. Aplikasi Perubahan Kimia Air Tanah Untuk Kegiatan Pengolahan
Bijih di Mill.................................................................................... 82

VII. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 86


7.1. Kesimpulan .................................................................................... 86
7.2. Saran............................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 90


LAMPIRAN..................................................................................................... 91

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah................................................... 6
2.2. Tata Letak Tambang Bawah Tanah IOZ dan DOZ.............................. 8
2.3. Stratigrafi Daerah Penelitian ................................................................ 11
2.4. Peta Geologi Daerah EESS .................................................................. 12
2.5. Level Undercut..................................................................................... 17
2.6. Level Extraction................................................................................... 18
2.7. Level Truck Haulage ........................................................................... 19
2.8. Level Exhaust....................................................................................... 20
2.9. Metode Block Caving........................................................................... 21
3.1. Sirkulasi Air (Siklus Hidrologi) ........................................................... 23
3.2. Reaksi Kinetik Vs Kesetimbangan Mineral......................................... 31
4.1. Grafik Curah Hujan Daerah Meren Valley .................................. 41
4.2. Grafik Curah Hujan Daerah Yellow Valley .......................................... 41
4.3. Grafik Curah Hujan Daerah Lower Subsidence................................... 42
4.4. Struktur Geologi Daerah EESS............................................................ 44
5.1. Grafik Perubahan pH ........................................................................... 53
5.2. Grafik Perubahan EC ........................................................................... 54
5.3. Grafik Perubahan Kandungan Sulfat ................................................... 55
5.4. Grafik Perubahan Kandungan Ca ........................................................ 56
5.5. Grafik Perubahan Kandungan Alkalinity............................................. 57
5.6. Grafik Perubahan Kandungan Cu ........................................................ 57
5.7. Grafik Perubahan Kandungan Fe ......................................................... 58
5.8. Grafik Perubahan Kandungan Potasium .............................................. 59
5.9. Grafik Perubahan Kandungan Mg ....................................................... 60
5.10. Grafik Perubahan Kandungan Sodium ................................................ 60
6.1. Peta Kontur Piezometer........................................................................ 65
A.1. Grafik Curah Hujan Daerah Meren Valley........................................... 95

ix
A.2. Grafik Curah Hujan Daerah Yellow Valley .......................................... 95
A.3. Grafik Curah Hujan Daerah Lower Subsidence................................... 96
H.1. Grafik Perubahan SO4 dan Ca.............................................................. 164
H.2. Grafik Perubahan Mg,Ca dan Alkalinity ............................................. 164
H.3. Grafik Perubahan SO4 dan Fe .............................................................. 164
I.1. Diagram Schoeller Tahun 2000 ........................................................... 165
I.2. Diagram Schoeller Tahun 2002 ........................................................... 165
J.1. Grafik Kandungan SO4 Vs Lokasi Tahun 2000................................... 166
J.2. Grafik Kandungan SO4 Vs Lokasi Tahun 2002................................... 167
J.3. Grafik Kandungan SO4 Rata-Rata Vs Lokasi ...................................... 168
L.1. Peta Lokasi Arah Pemboran IOZ dan DOZ ......................................... 170
M.1. Sayatan Geologi Daerah Tambang IOZ dan DOZ............................... 171

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1. Cadangan PT. Freeport Indonesia ...................................................... 15
3.1. Rata-Rata Konsentrasi Kation-Anion Dalam Sumber Air ................... 30
3.2. Contoh Sulfida Primer ......................................................................... 32
4.1. Curah Hujan Meren Valley, Yellow Valley dan Lower Subsidence ..... 40
5.1. Kimia Air Permukaan Daerah Meren Lake.......................................... 47
5.2. Kimia Air Permukaan Daerah Aliran Sungai Tsinga........................... 48
5.3. Kimia Air Permukaan Daerah Carstenz............................................... 49
6.1. Standar Kualitas Air di Perairan Umum .............................................. 82
6.2. Kualitas Air Tanah Tambang Bawah Tanah IOZ dan DOZ ................ 84
A.1. Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Pada Bulan Oktober 1998 –
Desember 2002 Di Daerah Meren Valley ............................................ 92
A.2. Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Pada Bulan Oktober 1998 –
Desember 2002 Di Daerah Yellow Valley............................................ 93
A.3. Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Pada Bulan Oktober 1998 –
Desember 2002 Di Daerah Lower Subsidence..................................... 94
B.1. Total Outflow Daerah EESS Tahun 2002 ............................................ 97
B.2. Outflow Stasiun GBT-3600-POR......................................................... 100
B.3. Outflow Stasiun GBT-3530-L .............................................................. 100
B.4. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~G#2....................................................... 100
B.5. Outflow Stasiun 3520/L GBT-2~G-09................................................. 101
B.6. Outflow Stasiun 3520/L IOZ~WVD .................................................... 101
B.7. Outflow Stasiun 3520/L Thwi&P-10 ................................................... 101
B.8. Outflow Stasiun 3520/L Stn-41 B ........................................................ 102
B.9. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~NWC .................................................... 102
B.10. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~WDN .................................................... 102
B.11. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~NVD ..................................................... 103
B.12. Outflow Stasiun 3370/L IOZ~CNIU.................................................... 103
B.13. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~WD ....................................................... 103

xi
B.14. Outflow Stasiun 3370/ West Drainage Drift-SWC .............................. 104
B.15. Outflow Stasiun 3370/L TE-IA-IZFA-Total ........................................ 104
B.16. Outflow Stasiun RB37.......................................................................... 104
B.17. Outflow Stasiun 3370/L South-IA........................................................ 105
B.18. Outflow Stasiun 3370/L IZFA.............................................................. 105
B.19. Outflow Stasiun X/C#10 ...................................................................... 105
B.20. Outflow Stasiun SC .............................................................................. 106
B.21. Outflow Stasiun 3388/L DE ................................................................. 106
B.22. Outflow Stasiun 3406/L DRD .............................................................. 106
B.23. Outflow Stasiun 110A .......................................................................... 107
B.24. Outflow Stasiun 2940/L~HF-1 (FAS).................................................. 107
B.25. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-07 ............................................. 107
B.26. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-09 ............................................. 108
B.27. Outflow Stasiun M-15 .......................................................................... 108
B.28. Outflow Stasiun M-16 .......................................................................... 108
B.29. Outflow Stasiun M-17 .......................................................................... 109
B.30. Outflow Stasiun M-18 .......................................................................... 109
B.31. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-14 ............................................. 109
B.32. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-19 ............................................. 110
B.33. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-21 ............................................. 110
B.34. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-22+Seep ................................... 110
B.35. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~Pipe..................................................... 111
B.36. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-23 ............................................. 111
B.37. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-24 ............................................. 111
B.38. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-25 ............................................. 112
B.39. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-26 ............................................. 112
B.40. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-27 ............................................. 112
B.41. Outflow Stasiun 3100/L Ramp A~DZ.................................................. 113
B.42. Outflow Stasiun DZRA 32-Ramp A..................................................... 113
B.43. Outflow Stasiun 3100/L DZVR............................................................ 113
B.44. Outflow Stasiun 3100/L Ramp A~DZ VR3&4 .................................... 114

xii
B.45. Outflow Stasiun 2940/L MLA~DZ-01................................................. 114
B.46. Outflow Stasiun 3079/L DZTH-24 ...................................................... 115
B.47. Outflow Stasiun 3079/L Haulage Truck~DZTH37-01 ........................ 115
B.48. Outflow Stasiun 3079/L Haulage Truck~DZTH32-02 ........................ 115
B.49. Water Balance Daerah EESS Tahun 2002........................................... 116
C.1. Piezometer G9-10 ................................................................................ 117
C.2. Piezometer G9-11 ................................................................................ 118
C.3. Piezometer DRD03-08 ......................................................................... 119
C.4. Piezometer DRD03-09 ......................................................................... 119
C.5. Piezomater TEW05-05......................................................................... 120
C.6. Piezometer VSW-31 ............................................................................ 120
C.7. Piezometer VSW-74 ............................................................................ 126
C.8. Piezometer GE-01-07........................................................................... 127
C.9. Piezometer VSW-58 ............................................................................ 128
C.10. Piezometer VSW-70 ............................................................................ 130
C.11. Piezometer VSW-70D.......................................................................... 131
C.12. Piezometer VSW-70S .......................................................................... 131
D.1. Koordinat Lubang Bor Dewatering IOZ dan DOZ.............................. 133
E.1. Geologi Unit di Daerah IOZ ................................................................ 134
E.2. Geologi Unit di Daerah DOZ............................................................... 136
F.1. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WD-04 .................................. 138
F.2. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WD-05 .................................. 139
F.3. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WDN-04 ............................... 140
F.4. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WDN-06 ............................... 141
F.5. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WDN-08 ............................... 142
F.6. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun CNIU-05............................... 143
F.7. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DRD-02-01........................... 144
F.8. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DRD-02-04........................... 145
F.9. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-09-03.......................... 146
F.10. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-09-04.......................... 147
F.11. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-23-02.......................... 148

xiii
F.12. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-23-03.......................... 149
F.13. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-01.......................... 150
F.14. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-02.......................... 151
F.15. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-04.......................... 152
G.1. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WD-04.............................................. 154
G.2. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WD-05.............................................. 154
G.3. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-04........................................... 155
G.4. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-06........................................... 155
G.5. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-08........................................... 156
G.6. Analisa Neraca Ion Lubang Bor CNIU-05 .......................................... 156
G.7. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DRD-02-01 ...................................... 157
G.8. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DRD-02-04 ...................................... 157
G.9. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-09-03 ..................................... 158
G.10. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-09-04 ..................................... 158
G.11. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-23-02 ..................................... 159
G.12. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-23-03 ..................................... 159
G.13. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-01 ..................................... 160
G.14. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-02 ..................................... 160
G.15. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-04 ..................................... 161
H.1. Perubahan Komposisi Kimia Air Tanah di Daerah IOZ
2000-2002 ............................................................................................ 162
H.2. Perubahan Komposisi Kimia Air Tanah di Daerah DOZ
2000-2002 ............................................................................................ 163
J.1. Kandungan SO4 Tahun 2000................................................................ 166
J.2. Kandungan SO4 Tahun 2002................................................................ 167
J.3. Kandungan SO4 Rata-Rata................................................................... 168
K.1. Koefisien Hidrostatis Masing-Masing Unit Batuan............................. 169

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
A. DATA CURAH HUJAN DAERAH PENELITIAN............................ 92
B. WATER BALANCE DAERAH EESS................................................ 97
C. WATER LEVEL DAERAH EESS...................................................... 117
D. KOORDINAT LUBANG BOR DEWATERING IOZ DAN DOZ..... 133
E. GEOLOGI UNIT PADA MASING-MASING STASIUN
LUBANG BOR.................................................................................... 134
F. HASIL ANALISA KIMIA AIR TANAH ........................................... 138
G. ANALISA NERACA ION................................................................... 153
H. ANALISA PERUBAHAN KOMPOSISI KIMIA AIR TANAH ........ 162
I. DIAGRAM SCHOELLER .................................................................. 165
J. PERUBAHAN KANDUNGAN SO4 PADA MASING-MASING
LUBANG BOR.................................................................................... 166
K. KOEFISIEN HIDROSTATIS MASING-MASING
UNIT BATUAN .................................................................................. 169
L. PETA LOKASI ARAH PEMBORAN IOZ DAN DOZ ...................... 170
M. SAYATAN GEOLOGI DAERAH TAMBANG IOZ DAN DOZ ...... 171

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai curah
hujan yang cukup tinggi. Pada industri pertambangan, tingginya curah hujan,
aliran permukaan (surface stream flow) dan air tanah (ground water) tersebut
dapat menghambat kegiatan operasional penambangan. Untuk itu perlu adanya
sistem penyaliran pada lokasi penambangan.
Penyaliran tambang adalah usaha yang dilakukan untuk mencegah
masuknya air atau untuk mengeluarkan air yang telah masuk dan menggenangi
daerah penambangan tersebut, sehingga tidak mempengaruhi atau mengganggu
aktifitas penambangan, mempercepat kerusakan peralatan dan akan menambah
kandungan air pada mineral atau batuan yang akan ditambang.
Di PT. Freeport Indonesia saat ini menggunakan 2 metode penambangan
yaitu tambang terbuka (open pit) dan tambang bawah tanah (block caving). Salah
satu masalah yang timbul di lokasi penambangan bawah tanah area kerja PT
Freeport Indonesia adalah sering terbentuknya lumpur basah sebagai akibat
pencampuran air dengan material halus yang ada di sekitar lokasi penambangan,
untuk itu perlu dilakukan sistem penyaliran tambang.
Sistem penyaliran di tambang bawah tanah Intermediate Ore Zone (IOZ)
dan Deep Ore Zone (DOZ) merupakan suatu sistem penyaliran yang komplek.
Alasan utama dari semua ini adalah kompleknya struktur geologi di daerah
penelitian dan adanya Karstified Limestone yang akan menentukan distribusi
aquifer-aquifer di daerah East Ertsberg Skarn System (EESS). Untuk mengkaji
sistem penyaliran pada IOZ dan DOZ dibutuhkan pemahaman tentang
hidrogeologi, geologi daerah regional (tektonik setting, stratigrafi dan struktur
geologi regional), geologi daerah penelitian (litologi dan struktur geologi daerah
penelitian), tipe-tipe aquifer, struktur – struktur geologi (faults, shear zones,
joints, fracture dan pengetahuan tentang kehadiran karst), kimia air dan lain-lain.

1
2

Salah satu usaha yang selama ini dilakukan adalah dengan melakukan
penyaliran di sekitar area tambang bawah tanah. Sistem penyaliran ini dilakukan
dengan cara membuat lubang bor yang ditargetkan ke litologi tertentu yang
diperkirakan mempunyai kandungan air yang besar.
Air yang dialirkan dari aquifer disalurkan ke dam-dam untuk selanjutnya
dipergunakan sebagai suplai air untuk kegiatan pemisahan bijih dari mineral
pengotor yang dilakukan di Mill. Dari segi kualitas, penggunaan air untuk
kegiatan Mill harus memperhatikan kualitas kimia dari air itu sendiri. Air yang
terlalu asam dapat mempengaruhi proses pemisahan mineral bijih dari
pengotornya, bahkan bisa mengurangi kadar bijih itu sendiri. Standar kualitas air
yang bisa digunakan untuk kegiatan pemisahan bijih pada proses pengolahan
adalah standar kualitas air golongan D (air untuk pertanian dan usaha perkotaan,
industri dan PLTA) sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/
Menkes/ SK/ VII/ 2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Masalah lain berkaitan dengan jumlah debit air yang mengalir harus benar-
benar bisa menutupi sebagian besar kebutuhan kegiatan Mill. Pada saat ini
kebutuhan air untuk pengolahan adalah 244.800 gpm selama satu tahun dan
diharapkan debit air yang keluar bisa menyuplai sebesar 30% dari total kebutuhan
air untuk pengolahan.

1.2. Perumusan Masalah


Adanya perubahan kimia air tanah yang terjadi di daerah penyaliran IOZ
dan DOZ akan dijadikan bahan penelitian ini, kemudian akan dianalisis untuk
mengetahui penyebab terjadinya perubahan kimia air tanah tersebut. Dari data
kimia yang ada juga dicoba untuk mengetahui hubungan hidrolika antara satu
aquifer dengan aquifer yang lain dan pada akhirnya dicoba untuk mengetahui
sumber alirannya.
Selain itu dari hasil analisa kimia air tanah dan perhitungan debit air yang
ada, dapat diketahui ada tidaknya perubahan kualitas kimia air tanah dan besarnya
cadangan air sehingga penggunaan air untuk kegiatan di Mill bisa dilakukan atau
tidak.
3

Dua masalah ini yang akhirnya menuntut adanya usaha untuk mengetahui
sumber aliran air, sehingga pada akhirnya bisa diperkirakan perubahan kualitas
kimianya dan juga bisa diketahui besarnya cadangan air yang ada.

1.3. Pembatasan Masalah


Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pengkajian terhadap sistem
penyaliran tambang bawah tanah di IOZ dan DOZ pada EESS guna menentukan
arah aliran air tanah.

1.4. Tujuan Penelitian


Penelitian ini ditujukan untuk mencari penyebab terjadinya perubahan
kimia air tanah serta melihat ada tidaknya hubungan hidrolika suatu aquifer
dengan aquifer yang lainnya. Analisa sifat kimia air tanah juga ditujukan untuk
mengetahui sumber dan arah aliran yang ada pada aquifer di sekitar daerah
penelitian.
Dua parameter yang dijadikan sebagai bahan penelitian penyebab
terjadinya perubahan kimia air tanah adalah :
1. Pengaruh litologi batuan terhadap perubahan kimia air tanah.
2. Pengaruh oksidasi mineral sulfida terhadap perubahan kimia air tanah.

1.5. Metode Penelitian


Penelitian dilakukan dengan studi pustaka kemudian dilanjutkan dengan
observasi lapangan dan melakukan analisis dari keduanya untuk mendapatkan
penyelesaian masalah yang baik.
Adapun urutan pekerjaan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur, brosur-brosur dan laporan penelitian perusahaan.
Mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang, yang diperoleh dari :
- Instansi yang terkait.
- Perpustakaan.
- Brosur-brosur, grafik, tabel dan informasi dari data perusahaan.
2. Pengamatan lapangan.
4

Dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap keadaan geologi


permukaan dan mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan dibahas. Mencocokkan dengan perumusan masalah,
yang bertujuan agar penelitian yang dilakukan tidak meluas.
3. Penentuan lokasi pengambilan data.
4. Pengambilan data primer (langsung dari lapangan) dan data sekunder (laporan
penelitiaan perusahaan).
5. Pengelompokan data.
6. Pengolahan data.
Pengolahan data dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan dan
penggambaran. Selanjutnya disajikan dalam bentuk grafik-grafik atau
rangkaian perhitungan dalam penyelesaian masalah yang ada.
7. Pengambilan kesimpulan.
Dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
permasalahan yang diteliti.

1.6. Hasil Yang Diharapkan


Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui sumber-sumber air tanah maupun daerah-daerah yang berpotensi
menyimpan air tanah di tambang dalam tanah IOZ dan DOZ .
2. Mengetahui hubungan hidrolika suatu aquifer dengan aquifer lainnya yang
bisa digunakan untuk memprediksi arah aliran air tanah dan daerah-daerah
yang memiliki debit air tanah yang besar.
3. Mengetahui sumber terjadinya perubahan kimia air tanah yang pada akhirnya
bisa dijadikan sarana untuk memperkirakan sifat kimia air tanah untuk waktu
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah


PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan tambang tembaga dan
emas di Indonesia yang luas wilayah kontrak karya seluas 10.000 Ha meliputi area
seluas 10 km x 10 km. Lokasi tambang tembaga dan emas ini terletak pada lokasi
04º03’30” - 04º11’30” Lintang Selatan dan 137º02’30”- 137º10’00” Bujur Timur,
Kecamatan Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Propinsi Papua (Gambar 2.1.).
Selain lokasi pertambangan, PT. Freeport Indonesia juga memiliki ijin
penggunaan area untuk prasarana proyek yang meliputi daerah seluas 1.630 km2
membujur dari Utara (sekitar wilayah kontrak kerja) ke Selatan (sekitar pelabuhan
Amamapare). Daerah ini merupakan daerah kegiatan operasi Freeport yang
meliputi sarana dan prasarana pelabuhan, pipa penyaluran konsentrat tembaga,
jalan angkutan, pipa penyaluran bahan bakar minyak, serta beberapa prasarana
penunjang lainnya.
Daerah pertambangan PT. Freeport Indonesia dapat dicapai dengan
menggunakan kendaraan darat atau dengan helikopter. Dari bandara udara Timika
menuju kota Tembagapura melalui jalan darat dapat ditempuh dengan
menggunakan bus / mobil kurang lebih sejauh 65 km selama 2 jam. Kota
Tembagapura merupakan daerah pemukiman bagi seluruh pekerja dan karyawan
Freeport, terletak kurang lebih pada ketinggian 1.980 m di atas permukaan air
laut.
Daerah penambangan PT. Freeport Indonesia secara garis besar dapat
dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu :
a. Highland
Daerah dataran tinggi dengan ketinggian antara 1.900 m – 3.850 m di atas
permukaan laut (dpl). Pada daerah ini terdapat lokasi tambang terbuka
Grasberg, tambang bawah tanah IOZ, DOZ, Deep Ore Mineralized (DOM),
Big Gossan, Amole, Kucing Liar, Mill Site dan tempat tinggal karyawan.

5
6

Gambar 2.1.
Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah
7

Tempat tinggal karyawan berada di Tembagapura pada ketinggian 1.980 m


dpl, Hiden Valley pada ketinggian 2.300 m dpl dan di Ridge Camp 2.400 m
dpl.
b. Lowland
Dataran rendah yang mencakup lokasi pelabuhan Amamapare (Portsite),
perumahan karyawan dan kantor administrasi di Kuala Kencana serta
beberapa lokasi pendukung lainnya.
Untuk dapat sampai pada area penambangan IOZ, DOZ, Grasberg, GBT,
DOM, Mill Level Adit (MLA), Amole, Kucing Liar, serta lokasi-lokasi aktifitas
penambangan lainnya, jika menggunakan jalan darat dapat ditempuh dengan
menggunakan fasilitas bus karyawan dari terminal bus Tembagapura (mile-68)
sampai ke tempat perhentian terakhir bus di mile-74 (Office Building 2 / Area
Crushing Plant) pada ketinggian 2.800 m di atas permukaan air laut dengan waktu
tempuh kurang lebih 45 menit.
Tambang bawah tanah IOZ memiliki ketinggian 3.370 m dpl sampai 3.540
m dpl dan merupakan lokasi penambangan yang ketiga setelah tambang bawah
tanah GBT area I dan GBT area II. Pada saat ini tambang bawah tanah pada area I
dan area II sudah tidak berproduksi lagi. Tambang bawah tanah IOZ terletak pada
152 meter di bawah GBT area II dan 170 meter di atas DOZ. Untuk dapat ke
lokasi IOZ dapat melewati jalan melalui level 3.530 GBT dengan jarak 2.500 m
dan dengan memakai jalur ramp A dan ramp B yang merupakan jalan keluar
masuk daerah IOZ berbentuk spiral. Ramp A digunakan sebagai jalan turun
sedangkan ramp B digunakan sebagai jalan naik menuju IOZ. Selain kedua jalur
di atas untuk menuju IOZ dapat juga melalui level 2.890 MLA dengan jarak 5.500
m.
Lokasi tambang DOZ merupakan bagian dari kegiatan penambangan di
GBT. Kegiatan penambangan di DOZ bisa dijangkau melalui MLA portal yang
berada di kawasan mile 74 dengan elevasi 2.940 atau melalui ventilation drifts
yang berada pada level 2.960 m.
8

Gambar 2.2.
Tata Letak Tambang Bawah Tanah IOZ dan DOZ

2.2. Geologi Regional


2.2.1. Tektonik Setting
Lokasi penambangan IOZ dan DOZ terletak pada daerah Irian Jaya Mobile
Belt yang merupakan bagian perbatasan antara lempeng Indo-Australia bagian
Utara dengan lempeng Pasifik bagian Barat-Barat Laut. Lempeng Indo-Australia
mengandung batuan klastik berumur mesozoic yang masuk ke dalam grup
Kembelangan serta mengandung batuan karbonat yang berumur Cenozoic yang
masuk ke dalam grup New Guinea Limestone.
2.2.2. Stratigrafi
Secara regional, stratigrafi di sekitar daerah penelitian bisa dibagi kedalam
empat kelompok besar yang terdiri dari kelompok Kembelangan, kelompok New
Guniea Limestone, kelompok Glacial Till dan kelompok Batuan Intrusi. (Gambar
2.3.).
a. Kelompok Kembelangan
Ahli geologi PT. Freeport Indonesia telah membagi kelompok Kembelangan
ini dalam empat formasi yang terdiri :
1. Formasi Kopai (Jkk) yang berumur jurassic serta memiliki ketebalan
sekitar 770 m, tersusun atas sandstone, siltstone dan black limestone.
9

2. Formasi Woniwagi (Jkkw) yang berumur cretaceous dengan ketebalan


sekitar 980 m, tersusun atas batupasir kuarsa yang berlapis selang-seling
dengan mudstone.
3. Formasi Piniya (Kkp) yang berumur cretaceous dengan ketebalan sekitar
600 m dan tersusun atas siltstone dan shale.
4. Formasi Ekmai yang berumur cretaceous dengan total ketebalan mencapai
700 m Batuan penyusun formasi ini dibagi menjadi tiga subkelompok
yang terdiri dari :
a. Lapisan paling bawah dengan tebal 600 m merupakan unit
glauconitic sandstone (Kke).
b. Lapisan tengah dengan tebal sekitar 100 m merupakan lapisan
calcareous shale (Kkel).
c. Lapisan paling atas merupakan lapisan yang tipis dengan ketebalan
hanya 4 m merupakan lapisan penciri berupa black calcareous shale
(Kkeh).
b. Kelompok New Guneia Limstone
Kelompok New Guinea Limestone terdiri dari empat formasi yang terurut dari
tua ke yang paling muda adalah sebagai berikut :
1. Formasi Waripi (Tw), berumur paleocene dengan ketebalan mencapai 300
m yang merupakan lapisan Mg dolomite dengan sisipan silt dan sand.
2. Formasi Faumai (Tf), berumur eocene dengan ketebalan antara 120 – 150
m dan terdiri dari lapisan massive limestone.
3. Formasi Sirga (Ts), berumur olegocene dengan ketebalan 30 – 50 m yang
tersusun oleh quartzone sandstone dengan semen berupa calcite, siltstone
dan sandy limestone.
4. Formasi Kais (Tk), berumur oligocene – pliocene dengan ketebalan
mencapai 1.100 m yang terdiri dari empat bagian yaitu :
a. Bagian tertua dengan ketebalan 300 – 350 m merupakan lapisan Mg
limestone (Tk1), 30 – 50 m dari bagian lapisan ini merupakan lapisan
yang sangat penting untuk penentuan unit hydrostratigrafi.
10

b. Bagian kedua (Tk2) merupakan lapisan limestone, shale dan


perulangan sandstone dengan ketebalan total lapisan mencapai 80 m.
c. Anggota dari bagian yang ketiga (Tk3) dengan ketebalan kurang lebih
200 m merupakan occasional inerbedded sandstone.
d. Bagian paling muda dari formasi ini (Tk4) dengan ketebalan sekitar
500 m merupakan lapisan limestone dengan sisipan interbedded
carbonaceous shale dan coal.
c. Kelompok Glaciatill,Peat dan Alluvium
Kelompok Glaciatill, Peat dan Alluvium merupakan kelompok batuan
yang tidak terkonsolidasi yang berumur pleistocene. Kelompok ini biasanya
hadir pada lapisan teratas dan menutupi sebagian besar permukaan perbukitan.
Endapan glaciatill paling besar terdapat di Carstenszewide. Di daerah ini juga
diketahui tebalnya endapan alluvial sekitar 100 m. Adanya sinkholes pada
daerah ini mencirikan bahwa daerah Carstenzewide merupakan bagian dari
sistem Karst Alpine. Ketebalan alluvial di daerah Carstenzewide juga bisa
dipakai sebagai acuan untuk memperkirakan ketebalan alluvial di daerah
Tsinga Valley.
d. Kelompok Batuan Intrusi
Ditinjau dari komposisi mineralogi batuannya, kelompok batuan
intrusi ini merupakan batuan jenis diorite sampai quartz diorite yang berumur
pliocene di sekitar daerah struktural pada litologi karbonat.
Dua buah intrusi primer yang ada di sekitar lokasi penelitian adalah Grasberg
Intrusive Complex (GIC) dan Ertsberg Diorite. Pada empat lokasi yaitu
Wanagon, South Wanagon, Idenberg dan Lembah Tembaga (Subsurface) juga
akan ditemukan tubuh batuan beku yang ukurannya relatif kecil dibanding
dengan batuan intrusi primer.
Tubuh batuan intrusi merupakan bagian yang kering kecuali pada
daerah-daerah yang tersesarkan dan daerah kontak dengan batuan karbonat
yaitu di sekitar skarn yang terkekarkan dan hornfels yang merupakan daerah
water-bearing untuk GBT dan IOZ.
11

Pada daerah intrusi vulkanik pengaruh hydrothermal akibat pemanasan


oleh magma akan menyebabkan besarnya porositas dan permeabilitas batuan
memiliki nilai yang lebih tinggi. Pengaruh hydrothermal ini tidak terjadi pada
daerah DOZ dikarenakan terjadinya pengendapan anhydrite yang mampu
menyumbat pori-pori batuan sehingga permeabilitas batuan lebih rendah
dibandingkan daerah lainnya.
Pada daerah yang berlitologi batuan intrusif, bagian yang paling
penting jika ditinjau secara hidrologi adalah bagian yang secara geoteknik
memiliki nilai RQD mendekati nol. Pada lokasi penelitian bagian yang seperti
ini biasanya disebut dengan Poker Chip Zone, yang merupakan bagian yang
hampir tidak memiliki kandungan anhydrite.

Gambar 2.3.
Stratigrafi Daerah Penelitian
12
13

2.2.3. Struktur Geologi Regional


Penentuan stratigrafi dan struktur pada daerah penelitian didasarkan pada
analisa geologi di daerah Erstberg bagian Timur dan pada coring yang dihasilkan
dari pengeboran ke arah Barat Laut daerah penelitian. Dari dua pertimbangan
tersebut diketahui beberapa daerah yang dimungkinkan merupakan daerah
struktural yang sangat penting peranannya dalam mengontrol aliran air tanah.
Tiga buah sesar yang diinterpretasikan sangat mempengaruhi aliran air
tanah untuk daerah IOZ – DOZ adalah Sesar-E, Sesar-Flat dan Sesar Northeast.
a. Sesar-E
Sesar-E kurang lebih memiliki arah 180o dengan kemiringan 40o ke
arah Barat. Sesar-E diperkirakan telah mempengaruhi pembentukan topografi
di daerah Yellow Valley dan juga telah menjadi aquifer yang penting bagi air
tanah untuk bisa masuk ke daerah IOZ dan DOZ. Empat kenyataan lapangan
yang menjadi bukti keberadaan Sesar-E adalah :
1. Banyaknya kekar dan sesar minor pada level 3.610.
2. Adanya pergeseran pada kontak marble dan skarn.
3. Adanya pergeseran pada kontak diorite dan skarn.
4. Adanya kenampakan topografi berupa topografi yang tidak menerus.
b. Flat-Sesar
Flat-Sesar diperkirakan berada di sebelah Barat Laut dari area IOZ
pada level 3.540. Sesar ini diperkirakan memiliki jurus 100o dengan
kemiringan 40o. Dua hal yang memperkuat dugaan keberadaan Flat –Sesar
adalah :
1. Adanya anomali kontak antara marble dan skarn.
2. Adanya breksiasi pada bagian footwall dimana terjadi kontak antara
marble dan skarn.
c. Sesar-Northeast
Lokasi sesar diperkirakan berada di sebelah Timur Laut dari area IOZ-
DOZ. Northeast sesar diperkirakan berupa sesar vertikal dengan arah 35o.
Northeast sesar diperkirakan berada pada perpotongan dua sesar lain dimana
14

East sesar berada di sebelah Tenggara dan Flat sesar berada di sebelah Barat
Laut dari Northeast sesar.
Dua bukti keberadaan Northeast sesar adalah adanya kontak vertikal
antara marble dan skarn pada level 3.450.

2.3. Iklim dan Intensitas Curah Hujan


Seperti halnya iklim di daerah lain di Indonesia, Papua mempunyai iklim
tropis dengan intensitas curah hujan yang cukup besar, terutama di kota
Tembagapura dan area penambangan PT. Freeport Indonesia yaitu antara 3.000
mm sampai 4.500 mm per tahun. Selain itu suhu udara cukup dingin terutama di
daerah pegunungan yaitu antara 30 C sampai 200 C. Hal ini berbeda dengan
kondisi di daerah Lowland (Porsite, Timika dan Kuala Kencana) yang
mempunyai suhu cukup panas yaitu sekitar 190 C sampai 380 C. Curah hujan rata-
rata di PT. Freeport Indonesia, mulai tahun 1998 sampai tahun 2002 dapat dilihat
pada lampiran A.

2.4. Cadangan Bijih


PT. Freeport Indonesia telah beroperasi di Papua selama 32 tahun dengan
produksi sekitar 332.927,26 ton bijih per hari, yaitu 18.000 ton bijih per hari dari
tambang bawah tanah Intermediate Ore Zone (IOZ) dan Deep Ore Zone (DOZ)
95.956,91 ton per hari. Produksi bijih rata-rata 192.752,76 ton per hari dari
tambang terbuka Grasberg. Untuk tambang bawah tanah Grasberg akan
dilaksanakan setelah tambang terbuka Grasberg selesai. Hal ini dilakukan karena
cadangan endapan bijih di Grasberg sudah tidak memungkinkan lagi ditambang
dengan sistem tambang terbuka, sehingga perlu dilakukan dengan sistem tambang
dalam.
Untuk area tambang Big Gossan, Kucing Liar, Amole dan DOM (Deep
Ore Mineralisazed) belum dilakukan produksi dan sesuai dengan hasil eksplorasi
di area tersebut mempunyai cadangan yang cukup besar. Selain kegiatan
penambangan, PT. Freeport Indonesia juga terus mencari lokasi endapan mineral
yang baru.
15

Tabel 2.1.
Cadangan Bijih PT. Freeport Indonesia

Tonnes Cu Au Ag
Lokasi Penambangan
(x 1000) (%) (gr/ton) (gr/ton)
DOM 31.000 1,67 0,42 9,63

IOZ 21.000 1,05 0,39 7,63


DOZ 185.000 1,16 0,83 5,21
Big Gossan 37.000 2,69 1,02 16,42
Kucing Liar 1.109.000 1,02 1,18 2,99
Grasberg Open Pit 691.000 1,08 0,77 3,15
Grasberg Underground 321.000 1,41 1,41 5,30
Total 2.395.000 1,13 1,05 3,85

2.5. Cara Penambangan dan Pengolahan Bijih Tembaga


2.5.1. Cara Penambangan Bijih Tembaga
Saat ini PT. Freeport Indonesia menerapkan dua teknik penambangan,
yaitu tambang terbuka atau open pit di tambang Grasberg dan teknik block caving
pada cadangan bawah tanah yang dikenal sebagai IOZ dan DOZ.
2.5.1.1.Metode Tambang Terbuka (Open Pit)
Kegiatan tambang terbuka yang diterapkan oleh PT. Freeport Indonesia
terletak pada ketinggian sekitar 3.500 meter sampai 4.200 meter di atas
permukaan laut. Pada saat ini tambang terbuka yang aktif adalah Grasberg Open
Pit dengan target produksi 200.000 ton/hari. Grasberg Open Pit sendiri terletak
pada ketinggian 4.000 m dari permukaan laut dan terletak disebelah Barat Laut
tambang Erstberg yang sudah tidak aktif lagi. Sistem tambang terbuka yang
diterapkan PT. Freeport Indonesia menggunakan metode jenjang yang memiliki
ketinggian 15 meter untuk tambang bijih dan ketinggian 15 sampai 17 meter
untuk waste, dengan sudut jenjang masing-masing 64 sampai 67 derajat dan sudut
keseluruhan jenjang sekitar 42 sampai 45 derajat.
16

Pembongkaran bijih dan batuan dilakukan dengan cara peledakan yang


sebelumnya dilakukan lebih dahulu pembuatan lubang ledak dengan mesin bor
putar berdiameter rata-rata 12,75 cm sampai 15 cm dan kedalaman mencapai 17
meter. Bahan peledak yang digunakan yaitu Ammonium Nitrate Fuel Oil
(ANFO) buatan Amerika. Setelah dilakukan peledakan, kemudian dilakukan
pemuatan dengan menggunakan shovel dan loader. Setelah pemuatan dilakukan
pengangkutan dengan menggunakan dump truck menuju instalasi crusher yang
berada di atas GBT.
Setelah dari instalasi crusher, bijih turun menuju area Ore Flow yang
berada di GBT Area I Upper Level Conveyor Area yang kemudian akan turun lagi
melalui Ore Pass # 6 sampai Ore Pass # 9 sampai menuju MLA Bottom Ore Bin
yang selanjutnya bijih akan diangkut keluar dengan belt conveyor menuju stock
pile yang berada di luar tambang bawah tanah.
2.5.1.2.Metode Tambang Bawah Tanah (Block Caving)
Sistem Penambangan pada tambang bawah tanah yang diterapkan oleh PT.
Freeport Indonesia menggunakan sistem Block Caving atau metode ambrukan
(Gambar 2.9.). Metode ini menggunakan beberapa level dimana badan bijih
dihancurkan atau diledakan pada level teratas (undercut). Karena gaya gravitasi,
sifat batuan dan beban dari bijih sendiri, ambrukan bijih akan turun dengan
sendirinya ke level di bawahnya (level produksi). Beberapa kegiatan pada metode
block caving sebagai berikut :
1. Level Undercut (3.146 L dan 3.136 L)
Level ini merupakan level ambrukan dengan undercutting sebagai kegiatan
utama yaitu pemboran dan peledakan pada daerah drill drift untuk membuat
gua pemula ambrukan. Jarak antara drill drift satu dengan yang drill drift
lainnya adalah 30 m dengan panjang bervariasi mengikuti badan bijih dan
posisinya sejajar terhadap panel drill drift di bawahnya (level produksi).
Ukuran lubang bukaan dari drill drift adalah 3,6 x 3, 6 meter (Gambar 2.5.).
Ukuran standar drift bermacam-macam sesuai dengan tujuan pembuatan dan
kondisi batuannya. Melalui drift ini para pekerja tambang mengoperasikan
mesin bor untuk membuat lubang-lubang bor untuk peledakan pada drift-drift
17

tersebut dengan jarak yang lebih rapat. Lubang-lubang bor dibuat dengan pola
menyebar menyerupai kipas (fan drilling) disepanjang drift-drift tadi. Lubang-
lubang bor tersebut kemudian diisi bahan peledak untuk meledakkan pillar-
pillar yang akan diruntuhkan. Peledakan menyebabkan rekahan alamiah pada
batuan dan setelah “atap” yang menahannya roboh, maka dengan beratnya
sendiri satu blok batuan horizontal (satu baris) akan runtuh dan mengisi ruang
kosong yang telah diledakkan atau disebut dengan drawbell. Batuan yang
telah dihancurkan turun dengan gaya gravitasi melalui drawbell ke drawpoint
yang berada di level produksi atau level extraction.

Gambar 2.5.
Level Undercut

2. Level Produksi atau Level Extraction (3.116 L dan 3.126 L)


Level produksi ini merupakan lubang bukaan yang berada tepat di bawah level
undercut, yang berfungsi sebagai tempat penarikan bijih hasil ambrukan
(broken ore) dari level undercut (Gambar 2.6.). Dua lubang bukaan penting
dalam level ini adalah :
● Panel
Yaitu lubang bukaan sebagai jalan angkut broken ore dari lubang bukaan
penarikan bijih (drawpoint) menuju lokasi penumpahan broken ore yang
dilengkapi dengan rock breaker atau pemecah batu untuk mereduksi
broken ore yang berukuran besar agar dapat lolos dari grizzly. Lantai,
18

dinding dan atap yang dianggap vital (stasiun rock breaker, ruang
perbaikan, ruang makan) dipasang spilt set, wire mesh, shotcrete dan
perkuatan dengan beton (concrete). Perkuatan tersebut dimaksudkan untuk
mengamankan segala aktivitas yang berada di level produksi dari bahaya
runtuhnya batuan.
● Drawpoint
Yaitu lubang – lubang penarikan bijih yang menyerong ke kiri dan ke
kanan pada setiap panel untuk tempat loading broken ore dari level
undercut dengan menggunakan alat LHD (Load-Haul-Dump). Drawpoint
yang dibuat terdiri dari dua macam yaitu single drawpoint yang hanya
terdiri dari satu lubang dari dari satu sisi panel dan double drawpoint yang
terdiri dari satu lubang yang menghubungkan dua panel. Tata letak
drawpoint dirancang agar tahan terhadap beban ambrukan broken ore.
Sudut antara panel dengan drawpoint dibuat 450 dengan jarak antara
drawpoint adalah 18 meter. Satu drawpoint mewakili satu blok untuk satu
caving atau gua.

Gambar 2.6.
Level Extraction

3. Level Truck Haulage (3.076 L)


Level ini merupakan level yang terletak di bawah level produksi berfungsi
sebagai jalan untuk alat angkut (Gambar 2.7.). Broken ore yang turun dari
19

level produksi, langsung jatuh ke bawah melalui raise setinggi 20 meter dan
ditampung pada tempat penampungan, kemudian broken ore diangkut dengan
menggunakan truk ke DOZ Crusher (Gyratory Crusher). Gyratory Crusher
akan mereduksi ukuran batuan dan selanjutnya diturunkan ke ore bin yang
berdiameter 10 meter dan diteruskan melalui ore pass yang berdiameter 3
meter ke feeder.

Gambar 2.7.
Level Truck Haulage

4. Level Exhaust atau Gallery (3.010 L)


Level ini merupakan level yang terletak diantara level pengangkutan dengan
level produksi, yang berfungsi untuk mengalirkan udara bersih ke level
undercut, level produksi dan level pengangkutan. Disamping itu juga
berfungsi untuk mengeluarkan udara kotor melalui sumuran vertikal (Bore
Hole # 3) sepanjang 800 meter yang langsung menuju ke permukaan tempat
kipas tambang dipasang (Gambar 2.8.).
5. Level Conveyor
Level conveyor merupakan level terbawah pada sistem block caving yang
merupakan area penempatan sabuk berjalan (belt conveyor) guna mengalirkan
bijih yang berasal dari level produksi, selanjutnya akan diangkut menuju stock
pile yang berada di luar tambang bawah tanah
20

Gambar 2.8.
Level Exhaust

2.5.2. Cara Pengolahan Bijih Tembaga


Bijih yang telah dihancurkan diangkut ke pabrik pengolahan melalui
rangkaian ban berjalan (belt conveyor) dan ore pass. Proses konsentrasi meliputi
berbagai teknik fisika, termasuk penghancuran, penggilingan dan pengapungan.
Gabungan teknik penghancuran digunakan, termasuk penggunaan mesin Semi
Autogenous Grinding (SAG) dan Ball Mill untuk menghancurkan bijih tambang
menjadi pasir yang sangat halus.
Selanjutnya diikuti dengan proses pengapungan, yang menggunakan re-
agent, bahan yang berbasis alkohol dan kapur, untuk memisahkan konsentrat yang
mengandung mineral tembaga, emas dan perak. Di mana mineral-mineral tersebut
mengapung ke permukaan dan diciduk permukaannya (skimmed-off) sebagai
produk akhir. Sisa dari batuan yang tidak memiliki nilai ekonomi akan
mengendap di bagian dasar sebagai tailing, yang dilepaskan melalui arus sungai
menuju daerah pengendapan di dataran rendah.
Konsentrat dalam bentuk bubur disalurkan dari pabrik pengolahan menuju
pabrik pengeringan di pelabuhan Amamapare, melalui pipa sepanjang 110 Km.
Konsentrat yang telah dikeringkan disimpan di pelabuhan Amamapare sebelum
dijual dan dikapalkan ke pabrik peleburan di seluruh dunia.
21

Gambar 2.9. Metode Block Caving


BAB III
DASAR TEORI

3.1. Sirkulasi Air di Bumi


Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km3 air : 97,5 %
adalah air laut, 1,75 % berbentuk es dan 0,73 % berada di daratan sebagai air
sungai, air danau, air tanah dan sebagainya. Hanya 0,001 % berbentuk uap di
udara6).
Air di bumi ini mengulangi terus-menerus sirkulasi penguapan, presipitasi
dan pengaliran keluar (outflow). Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan
laut, berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh
sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba ke
permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian tiba ke
permukaan bumi. Tidak semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan bumi
mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan di
mana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui
dahan-dahan ke permukaan tanah.
Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam
tanah (infiltrasi). Bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-
lekuk permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk
ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Tidak semua butir air yang mengalir akan
tiba ke laut. Dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan kembali ke
udara. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah keluar kembali segera ke sungai-
sungai (disebut aliran intra = interflow). Tetapi sebagian besar akan tersimpan
sebagai air tanah (groundwater) yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam
jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah
(disebut groundwater runoff = limpasan air tanah).

6)
Menunjukan No. Urut Daftar Pustaka

22
23

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka berkembanglah ilmu hidrologi,


yaitu ilmu yang mempelajari sirkulasi air tersebut. Jadi dapat dikatakan, hidrologi
adalah ilmu untuk mempelajari :
1. Presipitasi (precipitation).
2. Evaporasi dan transpirasi (evaporation).
3. Aliran permukaan (surface stream flow).
4. Air tanah (ground water).

Gambar 3.1.6)
Sirkulasi Air (Siklus Hidrologi)

3.2. Sumber-Sumber Air Permukaan dan Air Tanah


3.2.1. Sumber-Sumber Air Permukaan
1. Presipitasi
Presipitasi biasanya dinyatakan sebagai kedalaman cairan yang berakumulasi
di atas permukaan bumi seandainya tidak terdapat kehilangan. Presipitasi
vertikal jatuh di atas permukaan bumi dan diukur oleh penakar hujan sedang
24

presipitasi horizontal dibentuk di atas permukaan bumi dan tidak diukur oleh
penakar hujan. Presipitasi vertikal berupa : hujan, salju, hujan es dan sleet atau
glaze (campuran hujan dan salju). Presipitasi horizontal berupa : es, kabut,
embun beku, embun serta kondensasi pada es dan dalam tanah.
2. Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh pada satuan luas, dinyatakan
dalam millimeter. Sedangkan derajat curah hujan merupakan banyaknya curah
hujan per satuan waktu tertentu dan disebut sebagai intensitas hujan.
3. Limpasan
Limpasan adalah bagian dari presipitasi (juga kontribusi-kontribusi permukaan
dan bawah tanah) yang terdiri atas gerakan gravitasi air dan nampak pada
saluran permukaan dari bentuk permanen maupun terputus-putus.
3.2.2. Sumber-Sumber Air Tanah
1. Infiltrasi dan Perkolasi
Infiltrasi adalah proses perpindahan air dari atas ke dalam tanah. Sedangkan
perkolasi adalah gerakan air ke bawah tanah dari zona tidak jenuh ke daerah
jenuh air atau gerakan air dari permukaan tanah sampai permukaan air tanah.
2. Aquifer1)
Aquifer adalah lapisan tanah atau massa batuan yang bersifat dapat
menyimpan dan meloloskan air, serta dapat dikembangkan secara ekonomis.
Jenis-jenis aquifer :
a. Aquifer tertekan (confined aquifer), adalah lapisan permeable yang
sepenuhnya jenuh air dan dibatasi oleh lapisan-lapisan yang impermeable,
baik pada bagian atas maupun pada bagian bawahnya.
b. Aquifer setengah tertekan (semi confined aquifer) atau disebut juga leaky
aquifer adalah lapisan yang jenuh air, pada bagian atas dibatasi oleh
lapisan semipermeable dan pada bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan
yang impermeable atau semipermeable.
c. Aquifer semi bebas (semi unconfined aquifer), adalah aquifer utama
tertutup oleh suatu lapisan kurang kedap air atau lapisan yang menutupi
aquifer utama mempunyai kelulusan yang lebih kecil dari angka kelulusan
25

aquifer utama, sehingga aliran arah horizontal pada lapisan tersebut tak
dapat diabaikan.
d. Aquifer bebas (unconfined aquifer), adalah lapisan aquifer yang hanya
sebagian ketebalan lapisan kedap airnya yang jenuh air. Lapisan yang
dibatasi oleh lapisan impermeable dibagian bawahnya ini umumnya
terdapat pada bagian atas dari lapisan batuan / tanah dan batas atas aquifer
tersebut adalah muka air tanah, yang berada dalam kesetimbangan dengan
tekanan udara.

3.3. Aliran dan Penyebaran Air Tanah


Air tanah mengalir melalui tanah dibawah pengaruh gradien hidrolika. Hal
ini merupakan petunjuk adanya kemiringan pada muka air tanah atau perbedaan
tekanan dimana aquifernya tidak bebas. Banyaknya air tanah yang tersimpan
tergantung pada sifat batuannya.
Pada waktu tertentu air tanah yang tersimpan dalam aquifer dapat
berpindah menempuh jarak yang jauh, baik menyamping atau tegak lurus dari satu
sumber asalkan tersedia gaya berat yang mampu untuk mengatasi tahanan gesek
dari alur aliran dan memberikan gradien hidrolika yang cukup. Ciri-ciri struktur
massa batuan memegang peranan besar dalam penyebaran air tanah. Sebagai
contoh pada bidang perlapisan endapan sedimen dimana air dapat menempuh
jarak yang jauh sepanjang lapisan atau dari singkapan ke titik pelepasan.
Demikian juga bidang retakan di dalam batuan dan patahan merupakan
penghantar air tanah yang baik. Air tanah dapat juga dihantarkan hingga jauh oleh
aliran daerah ketidakmenerusan.

3.4. Sistem Penyaliran Tambang Bawah Tanah


Penyaliran pada tambang bawah tanah umumnya dilakukan dengan cara-
cara sebagai berikut :
a. Drainase Dengan Terowongan (Tunnel-Adit).
Penyaliran ini dengan membuat tunnel atau adit bila daerahnya
memungkinkan, dimana terowongan ini dibuat sebagai level pengeringan
26

tersendiri untuk mengeluarkan air tambang bawah tanah. Cara ini relatif
murah dan ekonomis bila dibandingkan dengan cara pemompaan air ke luar
tambang.
b. Penyaliran Tambang Dengan Pemompaan.
Penyaliran tambang bawah tanah dengan sistem pemompaan adalah untuk
mengeluarkan air yang terkumpul pada dasar shaft atau sumuran bawah tanah
yang sengaja dibuat untuk menampung air dari permukaan maupun air
rembesan bawah tanah. Air yang sudah terkumpul tersebut kemudian dipompa
keluar atau ke permukaan tambang. Penyaliran dengan pemompaan dapat
dilakukan dengan sistem pemompaan langsung berupa pompa slurry dan
dengan sistem pemompaan tidak langsung berupa fasilitas pompa yang
terpasang secara terpisah untuk memompa air bersih (tidak berlumpur) dimana
air tambang yang terkumpul diendapkan terlebih dahulu untuk memisahkan air
jernih dengan endapan lumpur pada suatu sumur/kolam pengendapan.
c. Penyaliran Tambang Dengan Pemboran (Dewatering Drill).
Sistem penyaliran tambang bawah tambang ini dilakukan dengan cara
membuat lubang bor yang ditargetkan ke litologi tertentu yang diperkirakan
mempunyai kandungan air yang besar. Pada level tertentu dibuat stasiun bor
yang kemudian dilakukan pemboran untuk mengeluarkan air sesuai dengan
letak kandungan air tanah yang berpotensi besar menjadi sumber air di dalam
tambang. Air akan mengalir pada elevasi yang menurun melalui drainway
dengan memanfaatkan gravitasi.

3.5. Water Balance (Neraca Air)


Perhitungan awal dari analisa ini didasarkan pada kondisi keseimbangan
yang dinamik dari aquifer. Sehingga air yang masuk ke dalam aquifer akan sama
dengan air yang keluar. Bila dinyatakan dengan persamaan maka dapat ditulis
sebagai berikut :
I = O ± S 5) ………………………...……..(3.1.)
dimana :
I : Jumlah air yang masuk.
27

O : Jumlah air yang keluar.


S : Penyimpanan air tanah.
Air yang masuk berasal dari air hujan, dan mengalir melalui beberapa
water-bearing. Sedangkan air yang keluar dari beberapa lubang bor tambang
bawah tanah IOZ maupun DOZ digunakan sebagai saluran drainage.
Aliran air yang masuk ke dalam tambang (inflow) berdasarkan data curah
hujan dapat dihitung dengan rumus :

R = f . P . A 5)…………………….. (3.2.)
dimana :
R : Recharge dari presipitasi (m3/hari).
f : Faktor pengisian.
P : Presipitasi (mm/hari).
A : Luas daerah tangkapan air hujan (m2).
Untuk menghitung inflow area EESS diperhitungkan pula kondisi batuan
yang ada serta kemampuan resap dari material. Sehingga digunakan faktor
pengisian atau recharge sebesar 0,9 4).
Untuk menghitung total aliran outflow di EESS maka harus menghitung
aliran air yang keluar pada tiap-tiap stasiun dewatering di GBT, IOZ dan DOZ.

3.6. Kimia Air Tanah


3.6.1. Analisa Kimia Air Tanah
Salah satu kendala dalam pengukuran kimia air tanah terutama pengukuran
pH adalah adanya kontak langsung antara contoh air dengan CO2 di udara yang
bisa menaikan nilai pH dibanding dengan pH saat air berada dalam aquifer atau
bahkan menyebabkan terjadinya pengendapan CaCO3 dalam air2) . Untuk
mengurangi tingkat kesalahan yang diakibatkan karena adanya kontak dengan
udara di atmosfer maka pada penganalisaan sifat kimia air tanah selalu dilakukan
analisa lapangan. Data dari hasil analisa lapangan akan digunakan oleh
laboratorium untuk dijadikan sebagai pembanding dengan hasil analisa
laboratorium.
28

Analisa lapangan yang biasa dilakukan adalah analisa untuk parameter


seperti pH, suhu dan Electrical Conductivity (EC) yang bisa dilakukan dengan
menggunakan elektode. Pada beberapa analisa lapangan sering juga dianalisa
parameter Eh, O2, alkalinity dan Fe2+.
Secara garis besar dimungkinkan terdapat dua macam kesalahan yang
terjadi saat penganalisaan kimia air tanah yaitu presisi dan akurasi.
Presisi atau kesalahan secara statistik biasanya digunakan untuk
mengetahui perubahan tingkat kesalahan dari prosedur yang dilakukan saat
menganalisa. Untuk mengetahui tingkat kesalahan statistik ini biasanya dilakukan
pengulangan penganalisaan yang diberlakukan pada contoh air utama dengan
contoh air duplikat yang diambil dari tempat yang sama. Pengambilan contoh air
duplikat tidak harus dilakukan jika laboratorium yang akan menganalisa contoh
air sudah melakukan uji presisi dengan contoh yang lain.
Akurasi atau kesalahan sistematik adalah kesalahan yang terjadi saat
penganalisaan dilakukan atau kesalahan karena adanya perbedaan prosedur
selama penganalisan berlangsung. Kesalahan sistematik bisa diuji dengan
membandingkan hasil analisa dari satu laboratorium dengan laboratorium yang
lain.
Secara sederhana nilai akurasi bisa dicari dengan menggunakan nilai
Electro Neutrality (EN) yaitu dengan memanfaatkan sifat netral suatu kimia air
tanah dalam aquifer. Karena sifat netralnya suatu air tanah dalam aquifer maka
jumlah kation dan anion yang terlarut dalam air idealnya memiliki nilai yang
sama.
Penghitungan akurasi yang dimaksudkan adalah dengan menggunakan
persamaan :

E.N. (%) =
∑ Kation + ∑ Anion × 100% 2)
∑ Kation − ∑ Anion

Untuk nilai anion dan kation terlarut yang memiliki nilai lebih dari 1
mg/L nilai akurasi yang masih bisa diterima adalah kurang dari 5%. Lain halnya
untuk contoh air yang masih memiliki nilai kation-anion terlarut yang lebih kecil
29

dari 1 mg/L, pada analisa contoh air seperti ini nilai akurasi yang bisa diterima
adalah kurang dari 10%7).
3.6.2. Perubahan Sifat Kimia Air
3.6.2.1.Perubahan Kimia Air Hujan
Komposisi kimia air hujan sangat dipengaruhi oleh sifat kimia air yang
menjadi sumber terjadinya evaporasi dan penambahan atau pengurangan ion yang
terkandung dalam air pada saat terjadinya evaporasi.
Sifat air hujan di sekitar pantai akan menampakan besarnya pengaruh air
laut yang menjadi sumber evaporasi dengan ditandai oleh besarnya kandungan
Na+ dan Cl- pada air hujan. Demikian juga sifat air hujan di sekitar kawasan
industri akan menampakan sifat yang lain dikarenakan adanya pengaruh kegiatan
industri yang mampu merubah komposisi udara dan akhirnya akan mempengaruhi
sifat air yang terevaporasi ke atmosfer.
Besarnya kandungan anion NO3- dan SO42- yang biasanya terjadi akibat
pengaruh kegiatan industri akan mampu menghasilkan hujan air asam. Anion
NO3- dan SO42- sebagai hasil dari proses pengoksidasian gas NOx dan SO2 di
udara mampu berikatan dengan ion H+ menghasilkan HNO3 dan H2SO4 asam-
asam inilah yang mampu menurunkan pH air hujan di daerah industri.
3.6.2.2.Perubahan Kimia Air Tanah
Komposisi kimia air tanah akan dipengaruhi oleh sifat kimia batuan yang
menjadi aquifer air tanah tersebut. Batuan ultrabasa yang kaya dengan olivine dan
pyroxsen akan memberikan pengaruh terhadap besarnya komposisi kation Mg2+
dalam air tanah. Seperti halnya juga kandungan Ca2+ akan lebih besar pada air
tanah yang mengalir melalui calcareous soil. Dolomite (CaMg(CO3)2) yang
menjadi aquifer akan memberikan komposisi Ca2+ dan Mg2+ yang relatif sama
pada air tanah yang melewatinya.
Adanya sifat aquifer yang mampu mempengaruhi komposisi kimia air
tanah bisa menyebabkan terjadinya penyebaran kation-anion yang berbeda-beda
untuk masing-masing aquifer. Berdasarkan nilai kandungan kation dan anion
dalam air bisa juga diperkirakan jenis litologi yang menjadi aquifer air tersebut
(Tabel 3.1.).
30

Tabel 3.1. 2)
Rata-Rata Konsentrasi Kation - Anion Dalam Sumber Air

Elemen Konsentrasi Sumber


(mmol/l)
Na+ 0,1 – 2 Feldspar, Batugaram, Zeolite, Atmosfer
K+ 0,01 – 0.2 Feldspar, Mika
Mg2+ 0,05 – 2 Dolomite, Serpentine, Pyroxene, Amfibole, Olivin, Mica
Ca2+ 0,05 – 5 Carbonate, Gypsum, Feldspar, Pyroxene, Amfibole
Cl- 0,05 – 2 Batugaram, Atmosfer
HCO3- 0–5 Carbonat, Material Organik
SO42- 0.01 – 0.2 Atmosfer, Gypsum, Sulfida
NO3- 0.001 – 0.2 Atmosfer, Material Organik
SiO2 0.02 – 1 Silicate
Fe2+ 0 – 0.5 Silicate, Siderit, Hydroksida, Sulfida
PO4- 0 – 0.02 Material Organik, Phosphat

Dengan memanfaatkan sifat khas batuan untuk menguraikan kation dan


anion, diagram Schoeller biasanya dipakai untuk menganalisa kesamaan aquifer
dari beberapa contoh air.
Air yang mengalir melalui litologi granite (zone lemah) atau melalui
batupasir akan menunjukan sifat kimia yang normal. Hal ini dikarenakan dua jenis
batuan tersebut lebih didominasi oleh mineral silica yang susah larut dalam air,
akibatnya komposisi air tanah akan sangat berpengaruh pada komposisi air
sebelum terjadinya kontak dengan batuan.
3.6.3. Reaksi Kimia Air Tanah
3.6.3.1.Reaksi Kinetik dan Keseimbangan (Equilibrium)
Dua pengertian utama yang harus diperhatikan dalam mempelajari
hidrogeokimia adalah adanya pelarutan dan pengendapan mineral. Mineral dapat
larut di air dan dapat mengendap dari konsentrasi yang terkandung di air.
Terjadinya pengendapan dan pelarutan sangat ditentukan oleh adanya kondisi
kinetik dan equilibrium. Perubahan kondisi kinetik dan equilibrium untuk setiap
waktu ditentukan oleh konsentrasi mineral tersebut. Hubungan antara reaksi
kinetik dan equilibrium (Gambar 3.2.).
31

Pengendapan Mineral
Konsenterasi

Konsentrasi Keseimbangan

Pelarutan mineral

Waktu

Gambar 3.2. 2)
Reaksi Kinetik vs Kesetimbangan Mineral

Dari grafik bisa dilihat bahwa pada kondisi kinetik (dissolution /


precipitation) terjadinya pereaksian sangat dipengaruhi oleh waktu dan
perbandingan antara air dengan mineral tertentu. Konsentrasi hasil pelarutan
mineral primer akan terus meningkat sampai pada batas konsentrasi tertentu
dimana dia bersifat equlibrium. Jika pada suatu reaksi konsentrasi hasil larutan
mineral primer tertentu melebihi nilai equilibrium, maka proses yang akan terjadi
adalah proses pengendapan mineral sekunder dari mineral-mineral terlarut. Proses
ini akan terus berlangsung sampai mencapai konsentrasi tertentu dimana hasil
pelarutan sama dengan hasil pengendapan. Proses pelarutan mineral primer dan
pengendapan mineral sekunder ini bisa terjadi bersamaan.
Mineral sulfida merupakan mineral primer yang paling banyak ditemukan
di lokasi pertambangan (Tabel 3.2.). Hasil pelarutan mineral primer ini akan
bereaksi dengan mineral larutan yang lainnya dan akan membentuk suatu endapan
mineral sekunder.
32

Tabel 3.2.2)
Contoh Sulfida Primer

Mineral Komposisi Mineral Komposisi


Realgar AsS Pyrhotite Fe(0.8 – 1)S
Orpiment As2S3 Troilite FeS
Greenckite CdS Greigite Fe3S4
Cobaltite CoAsS Arsenopyrite FeAsS
Linnaeite Co3S4 Violarite FeNi2S4
Covellite CuS Cinnabar HgS
Enargite Cu3AsS4 Galena PbS
Tennatite Cu2As2S13 Stibnite Sb2S3
Pyrite FeS2 Spharelite ZnS
Marcasite FeS2 Wurtzite ZnS

3.6.3.2.Tahapan Perubahan Hidrogeokimia


Tahap pertama adalah tahap dimana terjadi pelarutan mineral - mineral
utama dan dilanjutkan dengan terjadinya pengendapan mineral - mineral sekunder
seperti sulfat, karbonat dan hydroxides dll. Pada tahap ini dicirikan dengan
adanya akumulasi mineral - mineral hasil pelarutan. Pada daerah tambang,
pelarutan mineral utama akan sangat efektif jika daerah tersebut memiliki curah
hujan yang tinggi, fluktuasi temperatur yang sering terjadi dan batuan yang
mengandung mineral primer tersebut tersingkap di permukaan.
Tahap kedua dimulai setelah sebagian besar mineral primer terlarut. Pada
tahap ini akumulasi mineral sekunder akan mulai terlarutkan. Karena pelarutan
mineral sekunder sama dengan akumulasi mineral sekunder dari mineral primer
maka pada tahap ini akan terjadi proses kesetimbangan pada mineral sekunder.
Tahap terakhir dari tahapan perubahan hidrogeokimia adalah adanya
pelarutan dari mineral-mineral yang resisten (low-reactivity) seperti quartz. Tahap
ini dicirikan dengan menurunnya konsentrasi mineral dalam batuan. Tahap ini
biasanya terjadi pada batuan yang tersingkap dimana proses pelapukan terjadi
secara intensif.
33

3.6.3.3.Pengasaman Air Tanah


Penurunan pH selalu berasosiasi dengan kenaikan sulfat dan nitrogen.Tiga
faktor utama yang bisa menyebabkan terjadinya penurunan pH pada air tanah2) ,
adalah :
a. Evapotranspirasi
Yaitu perubahan komposisi kimia dari air hujan yang disebabkan oleh
tingginya kandungan ammonium di udara. Reaksi yang terjadi pada kondisi
ini adalah :
NH4+ + 2O2 Æ NO3- + 2H+ + H2O
b. Penggunaan Ammonia
Penggunaan Amonia (seperti pupuk) yang berlebih pada tanah akan
menyebabkan terjadinya oksidasi ammonia yang akhirnya akan menyebabkan
terjadinya penurunan pH tanah. Reaksi yang terjadi pada kondisi ini adalah :
NH3 + 2O2 Æ NO3- + H+ + H2O
Nitrat yang dihasilkan akan dikonsumsi oleh tumbuhan dan akan
menghasilkan HCO3-. Proses denitrification ini berlangsung dengan reaksi :
5CH2O + 4NO3- Æ 2N2 + 4HCO3- + CO2 + 3H2O
c. Oksidasi Mineral Pyrite (FeS2)
Pyrite biasanya ditemukan pada sedimen yang tereduksi atau pada
bagian yang tertutup oleh air tanah. Oksidasi pyrite bisa terjadi dikarenakan
adanya sumur produksi yang menurunkan air tanah atau sebab lain yang
menyebabkan tersingkapnya mineral pyrite ke permukaan. Reaksi yang
menyebabkan terjadinya pengasaman air tanah adalah :
2FeS2 + 15/2 O2 + 5H2O Æ 2FeOOH + 4SO42- + 8H+
Pada kondisi normal reaksi biasanya terjadi dalam dua tahap :
FeS2 + 7/2 O2 + H2O Æ Fe2+ + 2SO42- + 2H+
Fe2+ yang dihasilkan akan mengalami oksidasi lanjutan menghasilkan Fe3+
yang bisa terendapkan berupa FeOOH melalui reaksi :
Fe2+ + ¼ O2 + H+ Æ Fe3+ + ½ H2O
Empat parameter yang bisa dijadikan acuan untuk mendeteksi ada tidaknya
pengaruh proses oksidasi terhadap komposisi kimia air tanah2) adalah :
34

1. Tingkat Keasaman (pH)


Tingkat keasaman atau pH pada air tanah yang terpengaruhi oleh
proses oksidasi mineral sulfida akan menunjukan nilai pH yang semakin
rendah jika dibandingkan dengan saat sebelum terjadinya oksidasi mineral
sulfida. Turunnya nilai pH ini disebabkan karena adanya ion H+ yang
merupakan hasil dari proses oksidasi mineral sulfida.
2. Kandungan SO4
Pada air yang terpengaruhi oleh aktifitas oksidasi mineral sulfida
akan menunjukan kenaikan kandungan sulfat terlarut yang merupakan
hasil dari pengoksidaan mineral sulfida. Kandungan sulfat akan
mengalami penurunan jika terjadi suatu pengendapan mineral sekunder
yang bersifat sulfatik.
3. Kandungan Fe dan Al
Oksidasi mineral sulfida terutama pyrite akan menghasilkan
komposi yang semakin meningkat jika dibandingkan dengan sebelum
terjadi pengoksidaan. Fe yang terlarut merupakan ion hasil rombakan dari
mineral sulfida. Tidak semua kenaikan nilai Fe mencirikan terjadinya
proses oksidasi mineral sulfida, sebab kandungan Fe bisa juga bertambah
akibat pelarutan mineral - mineral lain selain mineral pyrite.
Keberadaan goethite (aFeOOH) atau ferrihydrite (Fe5HO8.4H2O)
perlu diperhatikan jika dalam suatu komposisi mineral terjadi penurunan
komposisi Fe2+. Dua mineral di atas merupakan mineral sekunder hasil
pengendapan dari Fe2+. Pembentukan mineral sekunder seperti inilah
yang akan menyebabkan terjadinya penurunan komposisi Fe2+ walaupun
sebenarnya proses oksidasi mineral sulfat terjadi. Pembentukan mineral-
mineral inilah yang juga akan meningkatkan nilai kandungan endapan
dalam air.
Alumunium dijadikan sebagai parameter terjadinya oksidasi
mineral sulfida disebabkan adanya sifat yang selalu berasosiasi dengan
keberadaan Fe. Alumunium yang dihasilkan bisa berasal dari penguraian
35

mineral-mineral plagioklas atau mika yang terurai akibat adanya


penurunan pH dari hasil oksidasi mineral sulfida.
4. Turbiditas
Tingkat kekeruhan air atau turbiditas sangat berkaitan dengan
jumlah partikel halus yang terapung pada air. Partikel halus yang
dimaksud termasuk juga partikel hasil pengendapan mineral-mineral
sekunder atau bahkan partikel-partikel mineral berat yang tertransportasi.
Dengan demikian nilai turbiditas bisa dikaitkan dengan nilai kandungan
mineral berat atau nilai kandungan mineral sekunder yang terbentuk akibat
terjadinya penambahan komposisi Fe2+ dan Al2+ yang juga merupakan
hasil oksidasi mineral sulfida.
3.6.3.4.Proses Buffering
Proses buffering sangat berkaitan erat dengan kondisi litologi suatu daerah.
Misalnya saja pada litologi batuan karbonat, pengasaman air tanah pada batuan
karbonat akan terhambat dikarenakan adanya pelarutan batuan karbonat yang
relatif cepat. Kondisi yang memungkinkan rendahnya nilai alkalinity, akan
menyebabkan intensifnya proses pengasaman air tanah, adanya kecenderungan
menurunnya alkalinity memberikan arti akan adanya kemungkinan penurunan
pH2) .
Lain halnya untuk batuan non karbonat seperti granit, untuk batuan asam
ini atau pasir kuarsa dimana perlarutan silica berlangsung lama, proses
pengasaman batuan akan lebih lama dibandingkan dengan pada batuan beku basa
dan ultrabasa.
Secara umum ada tiga hal yang memungkinkan terjadinya proses buffering :
a. Pelarutan Al(OH)3 atau AlOHSO4
Masuknya air asam ke dalam tanah bisa menyebabkan terjadinya
reaksi antara air tanah dengan Al(OH)3 atau dengan mineral lempung. Reaksi
ini akan menyebabkan terjadinya pelapukan dari mineral primer melalui reaksi
sebagai berikut :
Al(OH)3 Æ Al3+ + 3OH-
36

b. Pertukaran ion Al3+


Adanya kation Al3+ dari hasil pelarutan mineral lapukan
memungkinkan terjadinya interaksi antara Al3+ dengan kation - kation lain
yang umum berada dalam batuan misalnya saja Ca2+, Mg2+, Na+ dan K+.
Interaksi antar kation ini bisa berupa pertukaran kation dari kation yang lain
oleh Al3+. Umumnya Al3+ berinteraksi dan menukar posisi kation Ca2+
dengan reaksi :
⅓ Al3+ + ½ Ca-X2 ÅÆ ⅓ Al-X3 + ½ Ca2+
c. Pelapukan mineral-mineral silicate
Pelapukan mineral-mineral silicate akan menghasilkan mineral mineral
hidroksida yang bisa menjadi penyangga terjadinya pengasaman air tanah.
Reaksi yang terjadi dari pelarutan masing - masing mineral tersebut adalah :
2NaAlSi3O8(Albit)+2H++9H2OÆ Al2Si2O5(OH)4(Kaolinite)+2Na++4H4SiO4
2KAlSi3O8(K-feldspar) + 2H+ + 9H2O Æ Al2Si2O5(OH)4+2K++ 4H4SiO4
2CaAlSi3O8(Alnortit) + 2H+ + 9H2O Æ Al2Si2O5(OH)4 + Ca2+
Seperti halnya pelarutan feldspar, pelarutan pyroxine dan biotite juga akan
menghasilkan mineral hidroksida dan melepaskan kation Mg2+, Ca2+ dan K+
dan (OH)-.
3.6.3.5.Pengendapan Mineral Sulfat Sekunder
Adanya kandungan kation-anion yang terus meningkat pada air tanah akan
memungkinkan terjadinya suatu reaksi yang menyebabkan terjadinya
pengendapan mineral sekunder. Anion sulfat yang terus meningkat kemungkinan
bisa bereaksi dengan kation yang dihasilkan oleh proses leaching batuan samping
oleh air dan menghasilkan suatu endapan mineral sekunder. Reaksi seperti inilah
yang akan menyebabkan terjadinya penurunan konsentrasi sulfat dan kation
terlarut dalam air.
Kandungan total logam bisa digunakan untuk membedakan proses
pengendapan mineral sekunder dengan proses non oksidasi. Misalnya saja pada
porses oksidasi mineral pyrite / calcopyrite. Untuk membedakan terjadinya proses
pengendapan mineral sekunder dengan proses non oksidasi mineral sulfida, bisa
dilihat dari kandungan nilai total Fe/Cu yang merupakan nilai Fe/Cu terlarut
37

dengan Fe/Cu yang sudah mengalami presipitasi. Pada proses oksidasi, walaupun
nilai sulfat dan kation-anion mengalami penurunan, kandungan total Fe/Cu akan
mengalami kenaikan sebagai hasil leaching mineral pyrite dan calcopyrite.
BAB IV
KARAKTERISTIK DAERAH EESS

4.1. Geologi Daerah Penelitian


4.1.1. Litologi Daerah Penelitian
Daerah penambangan IOZ dan DOZ memiliki dua kelompok besar litologi
yaitu kelompok batuan intrusi Ertsberg dan Skarn.
a. Batuan Intrusi Ertsberg
Komposisi mineral yang dominan terdapat pada batuan ini adalah
quartz monzodiorite sampai quartz monzonite. Sebagai fenokris pada batuan
sering ditemukan hornblende, biotite dan pyroxsen. Tekstur batuan berupa
equigranular sampai pada porphyritic.
Jenis alterasi yang sering ditemukan berupa alterasi propylitic kecuali
pada daerah rekahan atau sekitar kontak antara batuan beku dan skarn, sering
ditemukan hasil alterasi phyllic.
b. Skarn
Batuan skarn di IOZ dan DOZ bisa dibedakan menjadi lima macam
berdasarkan pada komposisi mineral dominannya. Lima macam skarn tersebut
adalah :
1. Fosterit-Diopside Skarn
Batuan jenis ini berwarna abu-abu kehijauan yang memiliki ukuran butir
halus kadang-kadang ditemukan forsterit masif yang berukuran lebih
kasar. Di lapangan batuan jenis ini ditemukan dengan arah perlapisan N
290o – 300o E dan kemiringan 60o – 65o. Dari komposisinya diperkirakan
batuan asalnya berupa quartz sandy-dolomite dengan sisipan silty
dolomite.
2. Forsterit-Diopside-Biotite Hornfels
Batuan berwarna coklat kehijauan dengan butir halus. Kandungan forsterit
dan diopsid dalam batuan ini sekitar 20-30 %. Dari komposisi batuan ini

38
39

bisa diperkirakan bahwa batuan asalnya berupa calcareous siltstone. Di


lapangan batuan ini ditemukan dengan tebal sekitar 10 – 12 m.
3. Forsterit-Magnetite Skarn
Berwarna hitam kehijauan dengan ukuran butir sedang – kasar. Pada
batuan ini sering dijumpai serpentine dengan sedikit klorit yang
merupakan batuan ubahan dari forsterit. Dari ciri yang ada dimungkinkan
batuan tersebut berasal dari batupasir gampingan.
4. Magnetite-Forsterite Skarn
Batuan berwarna hijau berbutir sedang-kasar. Pada bagian atas sering
dijumpai nodul-nodul anhydrite sedimen. Kadang-kadang ditemukan
serpentin, talc, termolit-aktinolit dan klorit yang merupakan ubahan dari
forsterit. Batuan asal dari magnetite-forsterit skarn kemungkinan adalah
batupasir.
5. BAS-Calcite Breccia
Adalah singkatan dari Black Amorphous Silicate. Batuan banyak
ditemukan di sekitar hangingwall sesar dan diindikasikan sebagai sesar
gauge yang diikuti oleh larutan hydrothermal berwarna hitam dan berbutir
halus. Keberadaan calcite, garnat dan anhydrite dijumpai sebagai fragmen
sekitar 20-30 %.
4.1.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian
Struktur yang berkembang dan mempengaruhi penyebaran zone
mineralisasi di daerah IOZ dan DOZ adalah hangingwall, sesar dan kekar.
Hangingwall merupakan batas antara skarn dengan litologi marble yang tidak
mengalami proses mineralisasi.
Sesar primer yang ada di daerah IOZ / DOZ relatif memiliki arah ke Barat
Laut. Pada litologi skarn jarang sekali ditemukan zona sesar yang mempengaruhi
hidrogeologi daerah EESS.
Kebanyakan kekar ditemukan dalam tubuh diorite dan marble jarang
sekali ditemukan pada tubuh batuan skarn. Arah kekar yang ada memiliki tiga set
yang umum ditemukan yaitu N 40o E dengan sudut menunjam curam, N 110o E
dengan sudut curam dan N 90o E dengan sudut penunjaman yang relatif landai.
40

4.2. Iklim, Curah Hujan dan Daerah Tangkapan Hujan EESS


Daerah penelitian yang terletak di bagian Selatan Papua beriklim tropis.
Hujan hampir terjadi setiap hari pada sepanjang tahun. Bulan Mei sampai Oktober
curah hujan relatif kecil jika dibandingkan dengan bulan November sampai April
di daerah Meren Valley, Yellow Valley dan Lower Subsidence (Tabel 4.1.).

Tablel 4.1.
Curah Hujan Meren Valley,Yellow Valley dan Lower Subsidence

Tahun Maren Valley (mm/hr) Yellow Valley (mm/hr) Lower Subsidence (mm/hr)

CH Tinggi CH Rendah CH Tinggi CH Rendah CH Tinggi CH Rendah


1999 Mar = 14,32 Ags = 0 Apr = 15,31 Juli = 9,81 Jul = 18,87 Mei = 9,71
2000 Okt = 14,77 Jul = 7,52 Apr = 21,87 Sep = 6,39 Apr = 19,41 Jul = 9,42
2001 Des = 13,58 Jul = 0 Mar = 13,19 Ags = 0,4 Feb = 21,89 Jul-Okt = 0
2002 Mar = 15,77 Sep = 4 Mar = 13,94 Ags = 4,23 Mar = 21,71 Ags = 5,52

Dari beberapa stasiun curah hujan yang dimiliki oleh Hydrology-


Engineering Department (1998-2002) bisa diperkirakan bahwa rata-rata curah
hujan di sekitar lokasi penelitian adalah 9,58 mm/hari untuk daerah Meren Valley,
10,20 mm/hari untuk Yellow Valley dan 12,75 mm/hari untuk daerah Lower
Subsidence. Perubahan curah hujan di Meren Valley, Yellow Valley dan Lower
Subsidence dari tahun 1998 ke tahun 2002 bisa dilihat pada Gambar 4.1., Gambar
4.2. dan Gambar 4.3.
Penentuan besar daerah tangkapan hujan didasarkan pada batas zona
tersebut dan disesuaikan dengan keadaan topografi daerah penelitian. Dari
perhitungan berdasarkan program autocad, luas daerah tangkapan hujan adalah
1.573.403,38 m2 atau 1,57340338 km2.
41

Grafik Curah Hujan Bulanan Daerah Meren Valley

18
Curah Hujan (mm/hari)

16
14
12
10
8
6
4
2
0
Jan-99

Jul-99

Jan-00

Jul-00

Jan-01

Jul-01

Jan-02

Jul-02
Okt-98

Apr-99

Okt-99

Apr-00

Okt-00

Apr-01

Okt-01

Apr-02

Okt-02
Waktu
Curah Hujan (mm/hari)

Gambar 4.1. Grafik Curah Hujan Daerah Meren Valley

Grafik Hujan Bulanan Daerah Yellow Valley

25
Curah Hujan (mm/hari)

20

15

10

0
Okt-98

Okt-99

Okt-00

Okt-01

Okt-02
Jan-99

Jul-99

Jan-00

Jul-00

Jan-01

Jul-01

Jan-02

Jul-02
Apr-99

Apr-00

Apr-01

Apr-02

Bulan
Data Curah Hujan Bulanan
Daerah Yellow Valley

Gambar 4.2. Grafik Curah Hujan Daerah Yellow Valley


42

Grafik Curah Hujan Bulanan Daerah Low er Subsidence

25

Curah Hujan (mm/hari) 20

15

10

0
Okt-98

Okt-99

Okt-00

Okt-01

Okt-02
Jan-99

Jul-99

Jan-00

Jul-00

Jan-01

Jul-01

Jan-02

Jul-02
Apr-99

Apr-00

Apr-01

Apr-02
Bulan
Data Curah Hujan Bulanan
Daerah Low er Subsidence

Gambar 4.3. Grafik Curah Hujan Daerah Lower Subsidence

4.3. Hidrogeologi Daerah EESS


Kompleksitas kondisi geologi daerah East Ertsberg dan sekitarnya,
terutama berkaitan dengan formasi gamping dan intrusi, mempengaruhi
hidrogeologi daerah East Ertsberg tersebut. Menurut para ahli geologi PTFI
terdapat 13 buah struktur geologi (gambar 4.4.) yang cukup signifikan yang
berpengaruh secara hidrogeologi. Struktur geologi tersebut adalah sesar : Barat-
Laut, Lembah Cartensz, Ertsberg (#1, #2, #3), danau Fairy, Grasberg, Idenberg
(#1 dan #2), Lembah Meren (#1 dan #2), Mill Wanagon dan New Zealand. Dari
ketiga belas struktur tersebut, sesar Idenberg (#1 dan #2) serta bagian Selatan
sesar lembah Cartensz diperkirakan lebih transmisif dibanding sesar-sesar lainnya
termasuk struktur utama yang ada di daerah penelitian yaitu sesar Ertsberg #1, #2,
dan #3. Disamping struktur-struktur utama di atas juga terdapat struktur-struktur
geologi atau sesar minor yang berpengaruh secara hidrogeologi terutama di
daerah EESS yaitu adanya fracture diorite (sebelah Selatan EESS), West
Boundary Fault (sebelah Barat EESS), East Boundary Fault (sebelah Timur
EESS).
43

Sistem aliran air tanah dikontrol oleh patahan-patahan utama dan sesar-
sesar minor yang berada di daerah East Erstberg. Aliran air tanah tersebut dapat
masuk ke tambang bawah tanah IOZ - DOZ dengan jalan :
1. Infiltrasi dari presipitasi langsung melalui cave material.
Pada daerah ini air mengalir dari permukaan zona subsidence ke tambang
bawah tanah melalui material caving. Material caving sangat mudah dilalui
oleh air. Disebabkan material penyusun pada zona ini merupakan material
yang tidak solid atau tidak termampatkan dengan baik. Hal ini sesuai dengan
metode tambang bawah tanah block caving yang diterapkan pada daerah ini
merupakan daerah yang akan mengalami ambrukan atau runtuhan.
2. Adanya permeabilitas sepanjang zona kontak diorite/skarn/marble. Zona ini
merupakan daerah aliran air tanah dan air tanah masuk melalui struktur yang
ada di Timur dan Barat daerah tambang bawah tanah. Di sebelah Timur DOZ
pada 3.050 L terdapat East Bounding Fault yang merupakan bagian dari
Ertsberg intrusive, dimana East Bounding Fault mempunyai potensi recharge
dari Upper Tsinga Basin yang besar.
3. Spillover yang memotong crackline atau caveline dari formasi Lower Kais.
Aliran air dari Yellow Valley terinfiltrasi ke bawah permukaan masuk ke
formasi Kais melalui joints, fractures dan bidang bedding dan memotong
crackline atau caveline kemudian masuk ke tambang bawah tanah. Aliran air
tanah sedikit yang masuk ke bawah formasi Lower Kais dikarenakan ada Sirga
sandstone yang bertindak sebagai aquitard dan mempunyai konduktifitas
hidrolika yang rendah.
44
BAB V
SISTEM PENYALIRAN TAMBANG BAWAH TANAH DAN
HASIL KIMIA AIR TANAH DI IOZ DAN DOZ

5.1. Sistem Penyaliran Tambang Bawah Tanah IOZ dan DOZ


Keberhasilan dari suatu sistem penyaliran pada suatu tambang bawah
tanah adalah dengan melihat berhasil atau tidaknya sistem tersebut untuk
mencegah masuknya air atau mengeluarkan air yang telah masuk ke dalam daerah
penambangan. Selain itu juga perlu diperhatikan berapa besar penyimpanan air
sebagai air tanah pada suatu aquifer (dapat dihitung berdasarkan water balance)
dan penurunan muka air tanah sehingga kegiatan operasional penambangan tidak
terganggu.
Adanya kendala dalam penambangan bawah tanah yaitu timbulnya aliran
lumpur basah, adalah alasan untuk dilaksanakan sistem penyaliran pada daerah
IOZ dan DOZ. Faktor utama yang mempercepat terbentuknya lumpur basah
adalah adanya air hujan dan air tanah yang bercampur dengan sedimen
kebanyakan dengan BAS-calcite breccia, garnet-calcite skarn, atau dari batuan
lain yang berasal dari tambang lama yang ada di sekitar lokasi penambangan IOZ
/ DOZ. Dalam pembentukan lumpur basah, air tanah memiliki kandungan sekitar
30% yang bercampur dengan air formasi yang mengalir melalui pori-pori atau
melalui bidang rekahan5) .
Sumber air yang masuk ke dalam lokasi tambang bisa dibedakan menjadi
dua, yaitu air hujan (run-off) yang mengalir langsung masuk ke daerah subsidence
di sekitar IOZ / DOZ. Sumber air yang lain adalah air formasi air tanah yang
masuk melalui pori-pori dan zona lemah.
Sistem penyaliran ini merupakan sistem yang bertujuan untuk mencegah
masuknya air ke dalam block cave. Dengan pertimbangan besarnya potensi air di
daerah IOZ / DOZ, sistem penyaliran ini sudah dimulai sekitar pertengahan tahun
1994 pada beberapa stasiun pengeboran.

45
46

Sistem penyaliran yang digunakan pada tambang dalam IOZ dan DOZ
adalah sistem Dewatering Drill. Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat
yang rendah. Selama air tersebut mengalir secara tidak langsung akan meresap ke
dalam melalui pori-pori tanah, struktur geologi (patahan, sesar, kekar, dll).
Semakin besar daya serap tanah (permeabilitas) maka semakin banyak air yang
akan meresap dan tertampung ke dalam tanah. Bila tidak segera ditangani maka
air akan menggenangi daerah tambang sehingga kegiatan operasional tambang
akan terganggu. Sebelum air tanah tersebut sampai ke lokasi tambang maka
dilakukan sistem penyaliran dewatering drill. Tim geologi akan mensurvey
dimana letak kandungan air tanah yang berpotensi besar menjadi sumber air di
dalam tambang. Setelah diketahui posisi air maka dilakukan pemboran dengan
tujuan mengeluarkan air tanah tersebut. Bila aliran air yang keluar besar maka
dipasang pipa-pipa pengontrol untuk mengalirkan air tanah. Air akan mengalir
pada elevasi yang menurun melalui drainway dengan memanfaatkan gravitasi

5.2. Kualitas Air Permukaan Daerah EESS


Analisa kualitas air permukaan dilakukan untuk bisa menganalisa
kereaktifan batuan yang dilewatinya. Kualitas air permukaan yang dijadikan
acuan dalam penelitian ini adalah kualitas air dari daerah danau Meren yang
berada relatif sebelah Utara daerah penelitian, aliran sungai Tsinga yang
merupakan daerah bagian Selatan dari lokasi penelitian serta daerah Carstenzt
yang merupakan daerah dumping dari kegiatan tambang Grasberg. Data kualitas
air permukaan daerah Meren Lake, sungai Tsinga dan daerah Carstenz masing-
masing dapat dilihat pada Tabel 5.1., Tabel 5.2. dan Tabel 5.3.
Parameter kimia air permukaan yang dianalisa dalam analisa laboratorium
ini disamakan dengan parameter yang dianalisa dalam penganalisaan kualitas air
tanah. Dari hasil analisa laboratorium ini bisa dilihat ada tidaknya pengaruh
litologi yang tersingkap di permukaan terhadap perubahan kimia air permukaan
yang melewatinya. Analisa ini diambil dengan pertimbangan tidak adanya limbah
industri, terutama limbah logam, yang mengalir ke dalam aliran sungai atau danau
tersebut.
47

Tabel 5.1.
Kimia Air Permukaan Daerah Meren Lake

Tanggal

Parameter 21 Oktober 2002


Lab pH 8,4
Lab EC 150
TSS 1
TDS 73
Total Alkalinity as CaCO3 73
Bromide 0,1
Chloride 0,1
Carbonate 36
Sulfate 1,6
Nitrate 0,05
Diss. Calcium 24,6
Diss. Copper 0,001
Diss. Iron 0,004
Diss. Potassium 0,06
Diss. Magnesium 3,7
Diss. Manganese 0,001
Diss. Sodium 0,03
Diss. Nickel 0,001
Diss. Zinc 0,003
Total Calcium 26,5
Total Copper 0,006
Total Iron 0,04
Total Potassium 0,11
Total Magnesium 4,04
Total Manganese 0,001
Total Sodium 0,22
Total Nickel 0,001
Total Zinc 0,009
Kandungan unsur/senyawa dalam mg/L
48

Tabel 5.2.
Kimia Air Permukaan Daerah Aliran Sungai Tsinga

Tanggal
Parameter
5 Juli 2000 17 Oktober 2002
Lab Ph 8,33 8,2
Lab EC 203 140
TSS 1 1
TDS 110 76
Total Alkalinity as CaCO3 120 75
Bromide 0,1 0,1
Chloride 0,1 0,1
Carbonate 55 38
Sulfate 1,9 1
Nitrate 0,07 0,05
Diss. Calcium 32,5 20,1
Diss. Copper 0,001 0,001
Diss. Iron 0,041 0,056
Diss. Potassium 0,127 0,08
Diss. Magnesium 8,87 5,25
Diss. Manganese 0,001 0,001
Diss. Sodium 0,51 0,56
Diss. Nickel 0,01 0,001
Diss. Zinc 0,02 0,001
Total Arsenic - 0,008
Total Calcium 35,8 21,8
Total Copper 0,08 0,009
Total Iron 0,12 0,132
Total Potassium 0,11 0,15
Total Magnesium 9,88 5,72
Total Manganese 0,003 0,003
Total Sodium 0,611 2,03
Total Nickel 0,001 0,001
Total Zinc 0,02 0,005
Kandungan unsur/senyawa dalam mg/L
49

Tabel 5.3.
Kimia Air Permukaan Daerah Carstenz

Tanggal

Parameter 17 Oktober 2002

PH 6,6

Alkalinity 71

Alumunium 3,7

Calcium 173

Chloride 0,1

Copper 0,5

Iron 4,4

Magnesium 39

Manganese 0,9

Potassium 2,9

Sodium 4,7

Sulfate 349

Zinc 0,4
Kandungan unsur/senyawa dalam mg/L

5.3. Geokimia Batuan Daerah IOZ dan DOZ


5.3.1. Geokimia Batuan Diorite
Diorite yang merupakan batuan beku intermediate mengandung banyak
mineral silicate. Pelapukan batuan akan menyebabkan terurainya mineral silicate
menjadi kation dan anion silika, yang pada akhirnya akan mempengaruhi proses
pengasaman pada air tanah.
Selama terjadinya pelapukan batuan juga akan menyebabkan terbentuknya
mineral-mineral baru atau mineral sekunder seperti mineral lempung dan Fe-
oxides. Semua reaksi mineral silicate hasil pelapukan akan mengkonsumsi
mineral-mineral pembawa asam atau akan menjadi penghambat dalam
pengasaman air tanah. Proses penghambatan atau penyanggaan pengasaman ini
50

terjadi karena adanya anion bikarbonat yang akan terbentuk selama pelapukan
mineral silicate atau karena pengkonsumsian proton pembawa asam (H+).
Kehadiran mineral lempung, misalnya saja montmorilonite dan kaolinite,
juga bisa menjadi penciri terjadinya pelapukan mineral - mineral silicate. Pada
proses pelapukan albite akan menghasilkan kaolinite atau pada keadaan lain
pelapukan albite akan menghasilkan gibbsite.

2NaAlSi3O8(albite) + 2H+ + 9H2O Æ Al2Si2O5(OH)4(kaolinite) + 2 Na+ + 4H4SiO4


2NaAlSi3O8(albite) + H+ + 7H2O Æ Al(OH)3(gibbsite) + Na+ + 3H4SiO4
CO2 + H2O Æ H+ + HCO3-
Contoh reaksi yang lain yang mungkin terjadi pada aquifer lapukan diorite adalah:

2KAlSi3O 8 + 2H+ + 9H2O ÆAl2Si2O5(OH)4 + 2K+ + 4H4SiO4


CaAl2Si2O8 + 2H+ + H2O ÆAl2Si2O5(OH)4 + Ca2+
[CaMg7Al3Si1.7]O6 +3.4H+ +1.1H2OÆ3Al2Si2O5(OH)4 + Ca2+ +7Mg2+ +1.1H4SiO4
2K[Mg2Fe][AlSi3]O10(OH)2 + 10H+ + 5O2 + 7H2O Æ

Al2Si2O5(OH)4 + 2K+ + 4Mg2+ + Fe(OH)3 + 4H4SiO4

Dari reaksi tersebut bisa dilihat bahwa perubahan dari albite menjadi
mineral lempung (kaolinit dan gibbsite) akan mengkonsumsi proton pembawa
asam (H+). Reaksi sebelumnya yang merupakan pensuplai proton (H+) terjadi
akibat pereaksian antara CO2 dan H2O dan akan menghasilkan anion bikarbonat.
Reaksi-reaksi seperti inilah yang bisa menyebabkan terjadinya proses
penyanggaan pada reaksi pengasaman air tanah. Fe-oxida akan terbentuk sebagai
hasil dari penguraian ion Fe yang berada pada mineral silicate.
Pelapukan pada plagioklas akan menyebabkan terjadinya penambahan
Ca2+, walaupun pada pelapukan mineral lain seperti amphiboles dan pyroxen akan
mengakibatkan penambahan Ca2+. Kenaikan konsentrasi kation ini akan diikuti
oleh kenaikan nilai bikarbonat terlarut atau bahkan pada keadaan dimana
konsentrasi kation dan anionnya memiliki nilai melebihi nilai setimbang,
pengendapan karbonat akan terjadi sebagai hasil dari proses pelapukan mineral-
mineral silicate dan biasanya akan dicirikan dengan kehadiran dolomite.
51

Kenaikan yang rendah dari nilai total konsentrasi mineral terlarut


mengindikasikan kecilnya tingkat pelapukan mineral-mineral silicate yang terlarut
atau adanya bidang-bidang lemah yang menyebabkan cepatnya aliran air dan
berkurangnya waktu kontak antara air dan batuan. Besar kecilnya bidang kontak
air dan batuan akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat pelapukan
batuan.
Umumnya kontak air tanah dengan diorite akan menyebabkan pelapukan
dan terurainya mineral-mineral silicate. Penguraian mineral-mineral silicate inilah
yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya kenaikan konsentrasi kation
terlarut dan nilai alkalinity. Dalam hubungannya dengan tingkat keasaman, kontak
antara air tanah dengan diorite tidak memiliki potensi untuk mengasamkan air
tanah, sebaliknya pereaksian antara air tanah dengan mineral silicate pada diorite
akan menyebabkan terjadinya reaksi buffer atau reaksi penyanggaan terhadap
proses pengasaman air tanah.

Penyebaran batuan diorite pada daerah penelitian tidak begitu melimpah.


Hanya sebagian dari bagian Barat-Daya daerah penelitian dipengaruhi oleh reaksi
pelapukan diorite dan mineralisasi dari daerah kontak diorite dengan skarn.
5.3.2. Geokimia Batuan Karbonat
Satu hal yang menyebabkan pentingnya analisa geokimia batuan karbonat
dalam penganalisaan kualitas air tanah adalah mudahnya batuan karbonat bereaksi
dengan air. Hasil pelarutan batuan karbonat tentunya akan menyebabkan
perubahan kualitas kimia air tanah. Mineral utama yang umumnya ditemukan
pada batuan karbonat adalah Ca-karbonat dan Mg-karbonat yang berasal dari
limestone dan dolomite.
Reaksi yang mungkin terjadi antara batuan karbonat dengan air adalah :
2CO2 + 2H2O + CaMg(CO3)2 ÅÆ Ca2+ + Mg2+ + 4HCO3-
atau :
CaCO3 + CO2 + H2O ÅÆ Ca2+ + 2HCO3-
Dari reaksi tersebut bisa dipastikan bahwa penguraian mineral karbonat
menjadi kation dan anion akan menghasilkan nilai alkalinity (HCO3-) yang
semakin meningkat. Nilai alkalinity inilah yang nantinya akan digunakan untuk
52

membedakan terjadinya penurunan kation karena pengendapan mineral sekunder


sulfatik dengan penurunan nilai kation yang disebabkan karena tidak adanya
pelarutan mineral karbonat.
Seluruh lubang bor yang mengarah ke Timur-Laut dipengaruhi oleh
aktifitas pelapukan batuan karbonat baik itu dolomite, limestone maupun batupasir
karbonatan.

5.4. Metode Analisa Kimia Air Tanah Daerah IOZ dan DOZ
Analisa kimia air tanah di daerah IOZ dan DOZ menggunakan metode
Schoeller. Diagram semilogarithmic yang dikembangkan oleh Schoeller secara
luas dipekerjakan untuk membandingkan analisa kimia air tanah. Di dalam
diagram ini, konsentrasi ion dinyatakan dalam milliequivalents per liter, diplotkan
pada skala logaritma yang dihubungkan oleh garis lurus. Grafik jenis ini tidak
hanya menunjukkan nilai mutlak dari setiap ion tetapi juga perbedaan konsentrasi
antar berbagai analisa air tanah. Didalam skala logaritma, jika terdapat satu atau
lebih garis lurus menyatu/ bersinggungan pada konsentrasi tertentu maka dapat
diprediksi mempunyai kesamaan kimia air.

5.5. Pelaksanaan Pengambilan Air Tanah Daerah IOZ dan DOZ


Pelaksanaan pengambilan air tanah di daerah IOZ dan DOZ berdasarkan
pada 15 lubang bor yaitu : WD-04, WD-05, WDN-04, WDN-06, WDN-08,
CNIU-05, DRD02-01, DRD02-04, DOW09-03, DOW09-04, DOW23-02,
DOW23-03, DOW24-01, DOW24-02 dan DOW24-04, yang memiliki tingkat
keseimbangan kation-anion minimal 90 %.

5.6. Hasil Penelitian Kimia Air Tanah Daerah IOZ dan DOZ
Hasil penelitian kimia air tanah yang dilakukan di daerah penelitian IOZ
dan DOZ berdasarkan pada hasil penelitian kimia air tanah yang dilakukan di
laboratorium (Timika Enviromental Laboratorium dan Succofindo Laboratorium).
53

Pengambilan sampel dilakukan dua kali dalam satu tahun (bulan Januari / Februari
dan Juli / Agustus).

Untuk penelitian ini digunakan data-data dari hasil analisa kimia air tanah
pada bulan Juli 2000 dan Agustus 2002. Parameter-parameter yang dianalisa di
laboratorium meliputi : pH, Electric Conductivity, Alcalinity, TDS, TSS, Bromide,
Chloride, Carbonate, Sulfate, Nitrate, Jumlah Kation-Anion Terlarut (Dissolve)
dan Total Kation-Anion (lampiran G).

5.6.1. pH Air Tanah


Dua data yang dianalisa di laboratorium, berturut turut menunjukan
adanya penurunan dan kenaikan nilai pH. Data tahun 2000 menunjukan bahwa pH
air bersifat basa semua. Lubang bor yang menghasilkan air dengan pH terbesar
adalah DOW23-02 dengan nilai pH mencapai 8,13 dan lubang bor yang
menghasilkan air dengan pH terkecil adalah WD-04 dengan nilai pH 7,02. Data
tahun 2002 masih menunjukan pH air bersifat basa semua. Lubang bor yang
menghasilkan air dengan pH terbesar adalah WDN-04 dengan nilai pH mencapai
8,1 dan pH air basa terkecil terdapat pada lubang bor DOW-24-02 dan WD-04
dengan nilai pH 7,3.

Grafik Perubahan pH
WD-04
WD-05
8,4
WDN-04
8,2
8 WDN-06
7,8 WDN-08
7,6 CNIU-05
pH

7,4 DRD-02-01
7,2 DRD-02-04
7 DOW-09-03
6,8 DOW-09-04
6,6 DOW-23-02
6,4 DOW-23-03
2000 2002
DOW-24-01
Waktu DOW-24-02
DOW-24-04

Gambar 5.1. Grafik Perubahan pH


54

5.6.2. Electric Conductivity


Electric Conductivity adalah nilai yang menyatakan kemampuan air untuk
menghantarkan arus listrik. Kemampuan menghantarkan arus listrik ini akan
meningkat jika pada air tersebut terdapat banyak sekali kation-anion lepas yang
terlarut.
Dari lokasi penelitian nilai Electric Conductivity (EC) menunjukan adanya
selisih nilai yang sangat besar jika dibandingkan antara nilai minimal dan nilai
maksimalnya. Tahun 2000, nilai terkecil untuk EC didapat dari WDN-04 dengan
nilai 230 µs/cm. Lubang bor WD-05 menunjukan nilai yang besar yaitu 1.535
µs/cm. Data tahun 2002 menunjukan kondisi yang sama dengan tahun 2000
dimana selisih antara nilai terkecil dan terbesar sangat besar. Nilai EC paling kecil
didapat dari lubang bor WDN-04 dengan nilai 240 µs/cm, sedangkan nilai EC
terbesar didapat dari sampel DOW23-03 dengan nilai 1.900 µs/cm.

Perubahan EC
WD-04
2000
WD-05
1800 WDN-04
1600 WDN-06
1400 WDN-08
1200 CNIU-05
EC(uS)

1000 DRD-02-01
800 DRD-02-04
600 DOW-09-03
400 DOW-09-04
DOW-23-02
200
DOW-23-03
0
2000 2002 DOW-24-01
DOW-24-02
Waktu
DOW-24-04

Gambar 5.2. Grafik Perubahan EC

5.6.3. Kandungan Sulfat (SO42-)


Kandungan anion sulfat yang akan digunakan untuk menganalisa ada
tidaknya pengaruh oksidasi mineral sulfida menunjukan perubahan nilai dari
tahun 2000 ke tahun 2002. Nilai kandungan anion sulfat yang lebih besar
kemungkinan akan terpengaruh oleh proses oksidasi mineral sulfida atau pelarutan
55

mineral sulfatik. Sebagian conto air yang didapat dari daerah penelitian
menunjukan adanya penurunan nilai walaupun pada lubang bor yang lain nilai
kandungan anion sulfat terlihat mengalami kenaikan dari tahun 2000 ke tahun
2002. Tahun 2000 nilai kandungan anion sulfat terbesar didapat dari lubang bor
WD-05 dengan nilai sebesar 926 mg/L sedangkan nilai kandungan anion sulfat
yang terkecil didapat dari lubang bor WDN-04 dengan nilai 25 mg/L. Tahun 2002
nilai kandungan anion sulfat paling besar didapat dari lubang bor WD-05 dengan
nilai kandungan sebesar 1.019 mg/L sedangkan nilai paling kecil didapat dari
lubang bor WDN-04 dengan nilai kandungan sebesar 29 mg/L.

Perubahan Sulfat
WD-04
WD-05
1200
WDN-04
1000 WDN-06
WDN-08
800
Sulfat (mg/L)

CNIU-05
DRD-02-01
600
DRD-02-04
400 DOW-09-03
DOW-09-04
200 DOW-23-02
DOW-23-03
0
2000 2002 DOW-24-01
DOW-24-02
Waktu
DOW-24-04

Gambar 5.3. Grafik Perubahan Kandungan Sulfat

5.6.4. Kandungan Kalsium (Ca2+)


Kandungan kation kalsium dianalisa dengan tujuan untuk melihat berapa
besar tingkat pelapukan yang terjadi pada batuan yang mengandung kalsium.
Kandungan kation Ca2+ ini bisa terdapat di semua litologi yang ada pada daerah
penelitian, baik itu batuan diorite yang mengandung plagioklas sebagai penyuplai
kation Ca2+ ataupun batuan karbonat yang banyak mengandung kation Ca2+.

Sebagian conto air yang didapat dari daerah penelitian menunjukan adanya
kenaikan nilai walaupun pada lubang bor yang lain nilai kandungan kation
kalsium terlihat mengalami penurunan dari tahun 2000 ke tahun 2002. Tahun
56

2000 nilai kandungan kation kalsium terbesar didapat dari lubang bor WD-05
dengan nilai sebesar 318 mg/L sedangkan nilai kandungan kation kalsium yang
terkecil didapat dari lubang bor DOW09-04 dengan nilai 43,8 mg/L. Tahun 2002
nilai kandungan kation kalsium paling besar didapat dari lubang bor WD-05
dengan nilai kandungan sebesar 406 mg/L sedangkan nilai paling kecil didapat
dari lubang bor DOW24-02 dengan nilai kandungan sebesar 41,4 mg/L.

Perubahan Ca
WD-04
WD-05
450
WDN-04
400
WDN-06
350 WDN-08
300 CNIU-05
Ca (mg/L)

250 DRD-02-01
200 DRD-02-04
150 DOW-09-03
100 DOW-09-04

50 DOW-23-02
DOW-23-03
0
2000 2002 DOW-24-01
DOW-24-02
Waktu
DOW-24-04

Gambar 5.4. Grafik Perubahan Kandungan Ca

5.6.5. Alkalinity (CO32-)


Nilai kandungan anion alkaninity yang menunjukan tingkat kereaktifan
batuan menunjukan adanya perubahan dari tahun 2000 ke tahun 2002. Nilai
kandungan anion alkalinity terkecil yang teranalisa pada tahun 2000 sebesar 17
mg/L didapat dari lubang bor WD-04 sedangkan untuk nilai kandungan anion
alkalinity yang paling besar didapat dari lubang bor DOW24-01 dengan nilai 133
mg/L. Tahun 2002 nilai kandungan anion alkalinity terbesar didapat dari lubang
bor DOW24-01 dengan nilai 142 mg/L sedangkan nilai yang terkecil didapat dari
lubang bor WD-05 dengan nilai 14 mg/L.
5.6.6. Kandungan Tembaga (Cu2+)
Nilai kandungan kation Cu2+ yang teranalisa pada tahun 2000 menunjukan
hampir semua lokasi mempunyai nilai kandungan kation Cu2+ kurang dari
57

0,01mg/L kecuali lubang bor DOW09-03= 0,01 mg/L, DOW23-03 = 0,011 mg/L
dan DOW24-01 = 0,013 mg/L. Pada tahun 2002 lubang bor yang memiliki nilai
kandungan kation tembaga diatas ambang batas analisa laboratorium adalah
lubang bor DRD02-04 dengan nilai kandungan sebesar 0,587 mg/L. Sebagian
conto air yang diambil dari lokasi penelitian mempunyai nilai kandungan kation
tembaga kurang dari 0,01 mg/L.

Perubahan Alkalinity
WD-04
WD-05
160
WDN-04
140
WDN-06
120 WDN-08
Alkalinity (mg/L)

100 CNIU-05
DRD-02-01
80
DRD-02-04
60
DOW-09-03
40 DOW-09-04
20 DOW-23-02
DOW-23-03
0
2000 2002 DOW-24-01
DOW-24-02
Waktu
DOW-24-04

Gambar 5.5. Grafik Perubahan Kandungan Alkalinity

Perubahan Cu
WD-04
WD-05
0,7
WDN-04
0,6 WDN-06
0,5 WDN-08
CNIU-05
Cu (mg/L)

0,4
DRD-02-01
0,3 DRD-02-04
DOW-09-03
0,2
DOW-09-04
0,1 DOW-23-02
DOW-23-03
0
2000 2002 DOW-24-01
DOW-24-02
Waktu
DOW-24-04

Gambar 5.6. Grafik Perubahan Kandungan Cu


58

5.6.7. Kandungan Besi (Fe2+)


Pada lokasi-lokasi tertentu nilai kandungan kation besi tidak bisa dianalisa
laboratorium dikarenakan nilai kandungannya kurang dari 0,001 mg/L. Nilai
kandungan kation besi terbesar pada tahun 2000 didapat dari lubang bor DOW24-
01 dengan nilai kandungan sebesar 0,292 mg/L. Tahun 2002 nilai kandungan
kation besi terbesar terdapat pada conto air yang didapat dari lubang bor DOW24-
01 dengan nilai kandungan sebesar 0,957 mg/L. Sebagian dari lubang bor
mempunyai kandungan besi dibawah ambang kemampuan laboratorium (< 0,001
mg/L).

Perubahan Fe
WD-04
1,200 WD-05
WDN-04
1,000
WDN-06

0,800 WDN-08
Fe (mg/L)

CNIU-05
0,600 DRD-02-01
DRD-02-04
0,400 DOW-09-03
DOW-09-04
0,200
DOW-23-02
DOW-23-03
0,000
2000 2002 DOW-24-01
DOW-24-02
Waktu
DOW-24-04

Gambar 5.7. Grafik Perubahan Kandungan Fe

5.6.8. Kandungan Potassium (K+)


Hasil pengamatan di lapangan menunjukan adanya perubahan nilai
kandungan kation K+ dari tahun 2000 ke tahun 2002. Nilai kandungan kation K+
terbesar pada tahun 2000 didapat dari conto air dari lubang bor WD-05 dengan
nilai kandungan sebesar 3,72 mg/L sedangkan nilai paling kecil didapat dari
lubang bor WDN-04 dengan nilai 0,125 mg/L. Pada tahun 2002 nilai kandungan
59

kation potassium terbesar terdapat pada lubang bor DOW23-02 dengan nilai 6,34
mg/L sedangkan nilai terkecil terdapat pada lubang bor WD-04 dengan nilai
0,089 mg/L.

Perubahan Potasium
WD-04
WD-05
40
WDN-04
35
WDN-06
30 WDN-08
Potasium (mg/L)

25 CNIU-05
DRD-02-01
20
DRD-02-04
15
DOW-09-03
10 DOW-09-04
5 DOW-23-02
DOW-23-03
0
2000 2002 DOW-24-01
DOW-24-02
Waktu
DOW-24-04

Gambar 5.8. Grafik Perubahan Kandungan Potasium

5.6.9. Kandungan Magnesium (Mg+)


Nilai kandungan kation Mg+ terlarut yang didapat dari analisa sampel
tahun 2000 menunjukan angka yang paling tinggi sebesar 66,7 mg/L didapat dari
lubang bor DOW23-02 sedangkan nilai kandungan paling rendah didapat dari
lubang bor WDN-04 sebesar 2,27 mg/L. Tahun 2002 nilai kandungan kation Mg+
terbesar didapat dengan nilai 92,9 mg/L yang berasal dari conto air DOW24-01
dan nilai kandungan paling rendah sebesar 2,42 mg/L yang berasal dari lubang bor
WDN-04.
5.6.10.Kandungan Sodium (Na+)
Dari data laboratorium diketahui bahwa tahun 2000 nilai kandungan kation
Na+ terbesar didapat dari conto air dari lubang bor DOW23-02 dengan kandungan
sebesar 5,81 mg/L sedangkan nilai kandungan kation Na+ terendah didapat dari
lubang bor DOW-09-04 dengan nilai 0,406 mg/L. Tahun 2002 nilai kandungan
kation Na+ terbesar didapat dari lubang bor WD-05 dengan nilai kandungan kation
60

Na+ terlarut sebesar 5,68 mg/L dan nilai kandungan kation Na+ terkecil didapat
dari lubang bor DOW-09-03 dengan nilai 0,43 mg/L.

Perubahan Mg
WD-04
WD-05
100,0
WDN-04
90,0
WDN-06
80,0
WDN-08
70,0
CNIU-05
Mg (mg/L)

60,0
DRD-02-01
50,0
DRD-02-04
40,0
DOW-09-03
30,0
DOW-09-04
20,0
DOW-23-02
10,0
DOW-23-03
0,0
2000 2002 DOW-24-01
DOW-24-02
Waktu
DOW-24-04

Gambar 5.9. Grafik Perubahan Kandungan Mg

Perubahan Sodium
WD-04
WD-05
7,00
WDN-04
6,00 WDN-06

5,00 WDN-08
Sodium (mg/L)

CNIU-05
4,00 DRD-02-01
3,00 DRD-02-04
DOW-09-03
2,00
DOW-09-04
1,00 DOW-23-02
DOW-23-03
0,00
2000 2002 DOW-24-01
DOW-24-02
Waktu
DOW-24-04

Gambar 5.10. Grafik Perubahan Kandungan Sodium


BAB VI
PEMBAHASAN

6.1. Water Balance dan Fluktuasi Muka Air Tanah


6.1.1. Water Balance
Untuk menghitung inflow area EESS diperhitungkan pula kondisi batuan
yang ada serta kemampuan resap dari material. Sehingga digunakan faktor
pengisian atau recharge sebesar 0,94) . Presipitasi selama bulan Desember 2002 di
daerah Meren Valley sebesar 10,67 mm/hari, presipitasi di daerah Yellow Valley
sebesar 10,77 mm/hari dan presipitasi di daerah Lower Subsidence sebesar 11,18
mm/hari (lampiran A). Luas daerah tangkapan hujan daerah penelitian disesuaikan
dengan keadaan topografi. Dari perhitungan berdasarkan program autocad, luas
daerah tangkapan hujan adalah 1.573.403,38 m2.
Perhitungan inflow di daerah EESS pada bulan Desember 2002 :
R = f . P . A
R = 0,9 x (0,01067 + 0,01077 + 0,01118) x 1.573.403,3
= 0,9 x 0,03262 x 1.573.403,3
= 46.191,974 m3/hari
= 8.474,970 gpm (1 gallon = 3,785 ltr)
Untuk menghitung total aliran outflow di EESS maka harus menghitung
aliran air yang keluar pada tiap-tiap stasiun dewatering di GBT, IOZ dan DOZ.
Stasiun-stasiun dewatering yang berhubungan dengan aliran air di EESS adalah
sebagai berikut :
a. Portal 3600L.
b. G9, WVD, YVAL, Stn 41, HWI & P10, G2 (IOZ-3388 L), V/R#4 (3100 L),
V/R#3 (3100 L), DE dari GBT II.
c. Total GBT DH = WVD + DE dari GBT II.
d. Total GBT DWB = G9 + YVAL.
e. Portal 3530 L.
f. 3450 L.

61
62

g. DD4, DWTR, NWC, NVD, WDN, CNIU, WD, SWC, TE, RB37, IA, IZFA-
46, X/C10, SC, DE dari IOZ & 3540 L, DRD.
h. Total IOZ DWB = DD4 – DRD.
i. Stn 110, DZ-Ramp A.
j. FAS (calculated and measured).
k. Red Path Hole (calculated and measured).
Red Path Hole (calculated) = Stn 41 + CNIU + SWC + TE1 + IZFA 46.
l. DZRA 32, DZVR 32, DOW-07, DOW-09, M-15, M-16, M-17, M-18, DOW-
19, DOW-20, DOW-21, DOW-22 + seep, DOW-23, DOW-24, DOW-25,
DOW-26, DOW-27.
m. Total DOZ DWB = DOW-07 + DOW-09 + M-15 + M-16 + M-17 + M-18 +
DOW-19 + DOW-20 + DOW-21 + DOW-22 & seep + DOW-23 + DOW-24 +
DOW-25 + DOW-26 + DOW-27.
n. DOZ X/C 14 of 2910 L Drift, DOZ 3050 L Drift, DOZ Bellow DOW19, DOZ
Bellow DOW 20.
o. M15-M18 (pumped to dam 20) = M-15 + M-16 + M-17 + M-18.
p. DOZ to MLA (DOW-07 dan DOW-09) = DOW-07 + DOW-09.
q. DOZ to MLA (Bellow DOW-19&DOW-07,09&M-15, M-18) =
DOZ Bellow DOW-19 + (M-15 + M-16 + M-17 + M-18).
r. DZTH-37-01, DZTH-37-02.
s. DOZ Pipe(measured) dan DOZ Pipe(calculated).
DOZ Pipe (calculated) = Total DOZ DWB – DOZ Bellow DOW-19
– (M-15 + M-16 + M-17 + M-18).
t. MLA Portal.
u. MLA Mill.
v. DZ-01.
w. EESS Total (Portal) = Portal 3600 L + Portal 3530 L + MLA
Portal + DOZ Pipe (measured).
x. EESS DWB Total = Total GBT DWB + 3450 L + Total DOZ
DWB + Total IOZ DWB.
y. EESS DWB Total +VR3-4 = EESS DWB Total + V/R#4 + V/R#3.
63

z. ∆ EESS Total - (DW Hole & Raise) =


EESS Total (portal) – (EESS DWB Total + VR#4+V/R#3).
Sampai dengan bulan Desember 2002 outflow pada EESS sebesar 5.450
gpm (Lampiran B.1.). Sehingga nilai perubahan pada permukaan air tanah (S)
pada bulan Desember 2002 adalah :
I = O ± S
S = I - O
= 8.474,970 - 5.450
= 3.024,970 gpm
Selama tahun 2002 total inflow adalah 94.294,43 gpm dan total outflow
adalah 78.577 gpm, sehingga terdapat penyimpanan air tanah (S) sebesar
15.717,43 gpm (lampiran B.4.).
Air yang tersimpan akan bergerak ke dalam tanah yang terdapat di dalam
ruang-ruang antara butir-butir tanah dan di dalam retakan-retakan dari batuan. Jika
permukaan air tanah mempunyai gradien, maka air tanah akan bergerak ke arah
gradien tersebut. Gradien ini disebut gradien hidrolika. Untuk mengetahui arah /
pola pergerakan air tersebut dapat ditentukan dengan hasil analisa kimia air tanah.
6.1.2. Fluktuasi Air Tanah
Untuk memantau tinggi air tanah pada daerah EESS dipasang beberapa
piezometer. Untuk mengetahui water level pada masing-masing piezometer dapat
dilihat pada lampiran C.1., C.2. dan C.3. Beberapa stasiun piezometer yang
berhubungan dengan daerah EESS antara lain :
a. Daerah Utara EESS
Sebelah Utara daerah EESS sampai saat ini terpasang empat buah
piezometer yaitu G9-10, G9-11, DRD03-08 dan DRD03-09.
Piezometer G9-10 dimulai pada bulan Oktober 2001 dengan water
level awal 3.430,03 m dpl. Sampai dengan bulan November 2002 water level
menunjukan kedalaman 3.386,63 m dpl. Sehingga total terjadi penurunan air
tanah sebesar 43,40 m. Tinggi muka air tanah pada tiap bulannya mengalami
penurunan rata-rata sebesar 3,95 m.
64

Piezometer G9-11 dimulai pada bulan Oktober 2001 dengan water


level awal 3.610,81 m dpl. Sampai dengan bulan November 2002 water level
menunjukan kedalaman 3.588,60 m dpl. Sehingga total terjadi penurunan air
tanah sebesar 22,22 m. Tinggi muka air tanah pada tiap bulannya mengalami
penurunan rata-rata sebesar 2,02 m.
Piezometer DRD03-08 dimulai pada bulan Oktober 2002 dengan water
level awal 3.338,23 m dpl. Sampai dengan bulan November 2002 water level
menunjukan kedalaman 3.205,60 m dpl. Sehingga total terjadi penurunan air
tanah sebesar 132,63 m. Piezometer DRD03-09 juga dimulai pada bulan
Oktober 2002 dengan water level awal 3.227,66 m dpl dan sampai pada bulan
Desember 2002 belum ada pemeriksaan lagi terhadap stasiun ini.
Berdasarkan data piezometer di atas maka sistem penyaliran di bagian
Utara tambang sudah baik karena sudah berhasil menurunkan muka air tanah.
b. Daerah Barat EESS
Sebelah Barat daerah EESS sampai saat ini terpasang tiga buah
piezometer yaitu TEW05-05, VZW-31 dan VZW-74.
Piezometer TEW05-05 dimulai pada bulan Oktober 2002 dengan
water level awal 3.538 m dpl. Sampai dengan bulan November 2002 water
level menunjukan kedalaman 3.483,03m dpl. Sehingga total terjadi penurunan
air tanah sebesar 54,97 m.
Piezometer VZW-31 dimulai pada bulan April 2000 dengan water
level awal 3.635,44 m dpl. Sampai dengan bulan Desember 2002 water level
menunjukan kedalaman 3.582,55 m dpl. Sehingga total terjadi penurunan air
tanah sebesar 52,89 m. Tinggi muka air tanah pada tiap bulannya mengalami
penurunan rata-rata sebesar 1,60 m.
Piezometer VZW-74 dimulai pada bulan Agustus 2002 dengan water
level awal 3.528,73 m dpl. Sampai dengan bulan Desember 2002 water level
menunjukan kedalaman 3.539,47 m dpl. Sehingga total terjadi kenaikan air
tanah sebesar 10,74 m.
65
66

Berdasarkan data piezometer di atas maka sistem penyaliran di bagian


Timur tambang sudah baik kecuali untuk daerah di VZW-74 perlu dilakukan
sistem penyaliran lagi karena terjadi kenaikan air tanah.
Untuk dapat menurunkan muka air tanah pada VZW-74 maka perlu
dilakukan pemboran pada formasi kais sesuai dengan litologi pada piezometer
VZW-74. Koordinat VZW-74 adalah Easting : 736.381,75, Northing :
9.549.126,187 dengan Elevation : 3.840,913. Stasiun lubang bor yang
berhubungan dengan VZW-74 adalah stasiun WVD. Pada stasiun WVD ini
sudah terdapat 13 lubang bor dimana 5 lubang bor (WVD-02, WVD-04,
WVD-05, WVD-06 dan WVD-10) sudah tidak mengeluarkan air lagi (dry).
Sedang lubang bor yang mengeluarkan air paling banyak ada di WVD-07A
dan WVD-08 dengan debit air masing-masing 10 gpm. Usaha untuk
menurunkan muka air tanah pada daerah ini dapat dengan menambah lubang
bor pada stasiun ini sesuai dengan koordinat dari piezometer VZW-74 atau
dengan menambah kedalaman lubang bor yang sudah kering sampai
memotong aliran air sehingga air bisa keluar lagi.
c. Daerah Selatan EESS
Sebelah Selatan daerah EESS sampai saat ini terpasang lima buah
piezometer yaitu GE-01-07, VZW-58, VZW-70, VZW-70D dan VZW-70S.
Piezometer GE-01-07 dimulai pada bulan Januari 2001 dengan water
level awal 3.755,62 m dpl. Sampai dengan bulan Oktober 2002 water level
menunjukan kedalaman 3.559,68 m dpl. Sehingga total terjadi penurunan air
tanah sebesar 195,94 m. Tinggi muka air tanah pada tiap bulannya mengalami
penurunan rata-rata sebesar 9,33 m.
Piezometer VZW-58 dimulai pada bulan Oktober 2001 dengan water
level awal 3.572,39 m dpl. Sampai dengan bulan Desember 2002 water level
menunjukan kedalaman 3.524,21 m dpl. Sehingga total terjadi penurunan air
tanah sebesar 48,18 m. Tinggi muka air tanah pada tiap bulannya mengalami
penurunan rata-rata sebesar 3,44 m.
Piezometer VZW-70 dimulai pada bulan April 2002 dan baru
diketahui water levelnya pada bulan Mei 2002 dengan water level awal
67

3.668,38 m dpl. Sampai dengan bulan Desember 2002 water level


menunjukan kedalaman 3.678,18m dpl. Sehingga total terjadi kenaikan air
tanah sebesar 9,80 m.
Piezometer VZW-70D dimulai pada bulan Oktober 2002 dengan water
level awal 3.859,56 m dpl. Sampai dengan bulan Desember 2002 water level
menunjukan kedalaman 3.730,47 m dpl. Sehingga total terjadi penurunan air
tanah sebesar 129,09 m. Tinggi muka air tanah pada tiap bulannya mengalami
penurunan rata-rata sebesar 64,55 m.
Piezometer VZW-70S dimulai pada bulan September 2002 dengan
water level awal 3.898,64 m dpl. Sampai dengan bulan Desember 2002 water
level menunjukan kedalaman 3.902,42 m dpl. Sehingga total terjadi kenaikan
air tanah sebesar 3,78 m.
Berdasarkan data piezometer di atas maka sistem penyaliran di bagian
Selatan tambang sudah baik kecuali untuk daerah di VZW-70 dan VZW-70S
perlu dilakukan sistem penyaliran lagi karena terjadi kenaikan air tanah.
Untuk dapat menurunkan muka air tanah pada VZW-70 maka perlu
dilakukan pemboran pada litologi diorit sesuai dengan litologi pada
piezometer VZW-70. Koordinat VZW-70 adalah Easting : 737.245,9405,
Northing : 9.548.541,134 dengan Elevation : 4.046,923. Stasiun lubang bor
yang berhubungan dengan VZW-70 adalah stasiun SC, DE dan DZRA32.
Untuk dapat menurunkan muka air tanah pada VZW-70S maka perlu
dilakukan pemboran pada formasi kais sesuai dengan litologi pada piezometer
VZW-70S. Koordinat VZW-70S adalah Easting : 737.245,0205, Northing :
9.548.543,928 dengan Elevation : 4.046,8055. Stasiun lubang bor yang
berhubungan dengan VZW-70S adalah stasiun NWC dan NVD
Pada stasiun SC terdapat 6 lubang bor dimana 2 lubang bor (SC-01
dan SC-02) sudah tidak mengeluarkan air lagi (dry). Sedang lubang bor yang
mengeluarkan air paling banyak ada di SC-04 dengan debit air pada bulan
Desember 2002 sebesar 4 gpm.
68

Pada stasiun DE terdapat 13 lubang bor dengan semua lubang bor


masih mengeluarkan aliran air. Total aliran air dari stasiun ini sampai dengan
bulan Desember 2002 adalah 144 gpm.
Pada stasiun DZRA32 terdapat 18 lubang bor dimana 12 lubang bor
sudah tidak mengeluarkan air lagi (dry). Sedang lubang bor yang
mengeluarkan air paling banyak ada di DZRA-14 dengan debit air sebesar 23
gpm. Total aliran air yang keluar selama bulan Desember 2002 pada stasiun
ini adalah 69 gpm.
Pada stasiun NWC dan NVD terdapat masing-masing 27 dan 14
lubang bor. Dimana seluruh lubang bor masih mengeluarkan aliran air sebesar
80 gpm untuk NWC dan 55 gpm untuk NVD pada bulan Desember 2002.
Usaha untuk menurunkan muka air tanah pada daerah ini dapat dengan
menambah lubang bor pada stasiun SC, DE, DZRA32, NWC dan NVD sesuai
dengan koordinat dari piezometer VZW-70 dan VSW-70 S atau dengan
menambah kedalaman lubang bor yang sudah kering sampai memotong aliran
air sehingga air bisa keluar lagi.

6.2. Analisa Kualitas Air Permukaan Daerah EESS Terhadap Perubahan


Kimia Air Tanah
Litologi dan mineralisasi permukaan dianggap memiliki peranan terhadap
perubahan kimia air tanah dikarenakan adanya kontak antara litologi dan mineral
tertentu dengan udara yang kemungkinan besar bisa mengakibatkan terjadinya
proses oksidasi yang berlanjut dengan penguraian mineral-mineral, terutama
mineral sulfida menjadi kation-anion yang bisa mengakibatkan terjadinya
perubahan air tanah.
Perlu dianalisanya pengaruh oksidasi mineral sulfida terhadap perubahan
kimia air tanah didasarkan pada banyaknya daerah mineralisasi yang sangat
mungkin tersingkap di permukaan, selain itu dengan adanya kegiatan
penumpukan waste rock yang merupakan batuan penutup bagian yang ditambang
sangat dimungkinkan terjadi pengoksidasian mineral sulfida yang ada pada batuan
tersebut.
69

Dalam penelitian ini daerah pengaruh yang dianggap mampu menyalurkan


hasil oksidasi permukaannya sampai ke daerah tambang IOZ dan DOZ adalah
Meren Valley (Meren Lake), daerah aliran sungai Tsinga dan lembah Carstenz.
Meren Lake yang terdapat di sebelah Utara dari daerah penelitian diambil
sebagai acuan karena dianggap merupakan tempat terakumulasinya air permukaan
yang besar kemungkinan telah mengalami kontak dengan batuan di sebelah Utara
daerah penelitian. Kereaktifan batuan serta sifat kimia batuan yang dilewatinya
akan terlihat dari sifat kimia air yang terakumulasi.
Tingkat kereaktifan batuan di sebelah Selatan – Tenggara daerah
penelitian akan dianalisa dari sifat kimia air sungai yang didapat dari aliran sungai
Tsinga. Aliran sungai Tsinga sebagai sungai utama ini bisa mewakili sebagian
besar aliran air permukaan di Selatan-Tenggara lokasi penelitian yang pada
akhirnya akan terhubung dengan sungai Tsinga tersebut.
Lembah Carstenz merupakan daerah penumpukan waste rock yang
diperkirakan masih mengandung mineral - mineral sulfida. Ukuran batuan yang
relatif hancur dapat mempercepat terjadinya reaksi oksidasi mineral-mineral
sulfida.
Dari data kimia yang ada, dengan mempertimbangkan tingkat
keasamannya, sulfat serta Fe bisa dilihat bahwa proses oksidasi yang mampu
mempengaruhi sifat kimia air tanah hanya akan terjadi di daerah lembah Carstenz.
Kecilnya nilai kandungan sulfat yang terkandung oleh contoh air dari
Meren Lake dan Sungai Tsinga jika dibandingkan dengan kandungan sulfat yang
ada pada air tanah, memberikan kepastian bahwa oksidasi mineral sulfida di dua
daerah tersebut tidak akan terlalu berpengaruh terhadap perubahan kimia air tanah
khususnya pengasaman air tanah.

6.3. Analisa Geokimia Batuan Daerah IOZ dan DOZ Terhadap


Perubahan Kimia Air Tanah
Litologi samping yang merupakan media untuk terbentuknya air tanah
sangat mempengaruhi kualitas air tanah sendiri. Kontak antara air dengan litologi
70

yang menjadi aquifernya akan menyebabkan terjadinya suatu reaksi yang


memungkinkan perubahan kimia air tanah.
Dua macam litologi yang dominan terdapat di lokasi penelitian adalah
litologi karbonatan dengan litologi diorite. Adanya zone pelapukan dari dua
macam litologi ini akan menyebabkan terjadinya reaksi yang relatif cepat dan
menyebabkan terjadinya pelarutan mineral batuan dalam air. Pelarutan mineral ini
juga yang akan menyebabkan terjadinya pertukaran kation-anion yang
memungkinkan terjadinya pengendapan mineral sekunder dalam air.
6.3.1. Pengaruh Litologi Karbonat
Sifat reaktif yang dimiliki oleh batuan karbonatan menyebabkan
pentingnya dilakukan analisa pengaruh litologi terhadap kimia air tanah. Tiga
macam litologi karbonatan yang terdapat pada daerah penelitian adalah limestone,
dolomite dan carbonate-sandstone.
Limestone dengan kandungan CaCO3 akan terurai menjadi kation Ca2+ dan
anion CO32-. Pelarutan limestone akan menyebabkan terjadinya suatu penambahan
kandungan kation Ca2+ dan anion CO32- dalam air. Sampai pada batas
kesetimbangan, pelarutan mineral batuan akan terhenti dan menyebabkan
terjadinya pengendapan mineral sekunder sebagai hasil reaksi antara kation anion
terlarut.
Keberadaan anion CO32- inilah yang akan menyebabkan terjadinya
pengkonsumsian ion H+ dalam air, dan akan membentuk reaksi :
CO32- + H+ Æ HCO3-
HCO3- + H+ Æ H2CO3
H2CO3 Æ H2O + CO2
Dari persamaan reaksi di atas, bisa disimpulkan bahwa pengaruh pelarutan
limestone pada air akan menyebabkan terjadinya proses buffering pada peristiwa
pengasaman air.
Pada kondisi yang sama juga tidak dimungkinkan terjadinya kenaikan
kandungan sulfat, sebaliknya pada kondisi litologi limestone, kandungan sulfat
sangat mungkin turun sebagai akibat terjadinya pembentukan mineral sekunder
yang bersifat sulfatik dengan kation dari hasil pelarutan limestone.
71

Litologi yang lain yang terdapat pada lokasi penelitian adalah dolomite
(Tw) dan batupasir-karbonatan (Tk). Dua jenis litologi tersebut akan memiliki
sifat yang sama dengan limestone, dengan pertimbangan adanya mineral karbonat
yang bisa menghasilkan kation Ca2+ yang bisa berlaku sebagai ion buffering pada
pengasaman air tanah.
Dengan pertimbangan di atas, pengaruh kontak antara batuan dengan air
hanya akan menyebabkan terjadinya pembasaan air tanah. Mineral-mineral
sulfatik serta mineral berat Cu, Fe dan Al tidak pernah akan terbentuk dari hasil
pelarutan limestone oleh air.
Karena sebagian besar conto air yang dianalisa berasal dari aquifer
karbonat maka conto-conto tersebut akan sangat dipengaruhi oleh sifat kimia
batuan karbonat.
6.3.2. Pengaruh Pelapukan Diorite Terhadap Perubahan Kimia Air Tanah
Mineral dalam diorite yang paling berpengaruh terhadap perubahan kimia
air tanah adalah plagioklas dikarenakan sifatnya yang mudah larut dalam air.
Plagioklas sebagai mineral buffering akan menyebabkan terjadinya penurunan
tingkat keasaman air. Selain itu plagioklas dengan kandungan kimianya juga akan
mempengaruhi konsentrasi kation yang terlarut dalam air.
Setiap air yang memiliki aquifer berupa zona lapukan diorite akan
mengalami penurunan tingkat keasaman karena penambahan kation Ca2+, Na+, K+
atau Mg2+ yang merupakan salah satu penyusun dari plagioklas. Pada pelarutan
hasil lapukan diorite ini tidak dimungkinkan terjadinya kenaikan kandungan sulfat
ataupun mineral berat Cu. Kenaikan kandungan mineral berat seperti Fe dan Al
masih mungkin didapatkan sebagai hasil dari pelarutan plagioklas selama mineral
berat tersebut tidak membentuk endapan sekunder berupa mineral lempung.
Parameter yang paling dulu bisa dilihat adalah tingkat keasaman. Reaksi
antara air dengan mineral penyusun diorite akan mengkonsumsi ion H+ dan akan
menyebabkan terjadinya proses buffering. Jika pelapukan terus terjadi pada
kondisi kimia air yang tidak berubah, maka akan terjadi perubahan sifat kimia air
yang mengarah ke arah sifat basa.
72

Pada beberapa lokasi yang memiliki aquifer berupa lapukan diorite, sifat
kimia air yang ada mengarah ke arah basa dari tahun 2000 ke tahun 2002. Sama
halnya dengan air yang mengalir melalui batuan karbonat, air pada aquifer
lapukan karbonat juga diperkirakan telah mengalami perubahan ke arah basa dari
tahun 2000 ke tahun 2002.

6.4. Analisa Kimia Air Tanah daerah IOZ dan DOZ


6.4.1. Analisa Neraca Ion
Analisa air tanah pada daerah penelitian didasarkan pada data yang
terkumpul dengan tingkat ketidakseimbangan kation-anion maksimal 10%.
Data yang terkumpul merupakan hasil analisa kimia air tanah yang
dianalisa pada bulan Juli 2000 dan Agustus 2002. Sebagian besar data memiliki
tingkat Imbalance (IB) dengan nilai kurang dari 10% (lampiran G). Dengan
demikian data bulan Juli 2000 dan Agustus 2002 bisa digunakan sebagai acuan
untuk menganalisa kimia air tanah.
6.4.2. Analisa Perubahan Kimia Air Tanah
6.4.2.1.Analisa Perubahan pH Air Tanah
Besar kecilnya pH yang merupakan derajat keasaman, sangat ditentukan
oleh seberapa besar kandungan ion H+ terlarut di dalam air. Seluruh reaksi yang
menghasilkan ion H+ akan mampu untuk menaikan derajat keasaman air tanah.
Dari data kimia air tanah didapat air tanah bersifat ke basa karena adanya
kontak dengan batuan samping baik limestone, dolomite carbonate-sandstone dan
diorite yang masing-masing mineral penyusunnya akan mengkonsumsi ion H+ dan
menyebabkan proses buffering sehingga air bersifat basa.
6.4.2.2.Analisa Perubahan Electric Conductivity
Nilai Electric Conductivity (EC) sangat dipengaruhi oleh jumlah kation-
anion terlarut yang ada dalam air. Semakin banyak jumlah kation-anion yang
terlarut maka akan semakin tinggi pula nilai EC yang dimiliki oleh air tersebut.
Adanya akumulasi kation-anion pada daerah tertentu akan ditunjukan oleh
besarnya nilai EC. Pada daerah penelitian, nilai EC pada beberapa tempat yang
mengalami kenaikan EC cukup tajam diantaranya lokasi CNIU-05 dan DOW23-
73

03. Lokasi-lokasi yang mengalami kenaikan nilai EC merupakan lokasi yang


memungkinkan terjadinya pengakumulasian kation-anion terlarut.
6.4.2.3.Analisa Perubahan Kandungan Alkalinity (CO32-)
Perubahan kandungan anion alkalinity (CO32-) dari tahun 2000 ke tahun
2002 relatif naik, kecuali pada lokasi WD-05, WDN-06, CNIU-05, DOW09-03
menunjukan penurunan nilai kandungan anion CO32-. Penurunan nilai kandungan
anion alkalinity pada lokasi lokasi tersebut menunjukan tingkat kereaktifan batuan
pada lokasi-lokasi tersebut kurang.
6.4.2.4.Analisa Perubahan Kandungan Tembaga (Cu 2+)
Analisa nilai kandungan kation Cu2+ dilakukan dengan tujuan untuk
dijadikan sebagai data pendukung dalam menganalisa ada tidaknya pengaruh
oksidasi mineral sulfida dalam air. Nilai kandungan kation Cu2+ yang besar
menunjukan adanya pengaruh oksidasi mineral sulfida dalam air.
Pada lokasi penelitian mineral yang paling mungkin menghasilkan larutan
tembaga adalah calcopyrite. Adanya assosiasi mineral calcopyrite dengan pyrite
memberikan satu kemungkinan bahwa kenaikan nilai kandungan kation Fe2+ dari
hasil oksidasi mineral pyrite akan diikuti oleh kenaikan nilai kandungan kation
Cu2+ sebagai hasil oksidasi mineral calcopyrite.
Kandungan kation tembaga terlarut pada lokasi WD-04, DRD-02-04,
CNIU-05 dan DOW24-02 mengalami kenaikan yang relatif lebih tinggi dibanding
dengan yang lokasi yang lainnya. Lokasi-lokasi yang mengalami kenaikan inilah
pada akhirnya akan dijadikan pertimbangan untuk mengetahui ada tidaknya
kemungkinan lokasi ini menjadi daerah pengendapan kation-anion terlarut.
6.4.2.5.Analisa Perubahan Kandungan Besi (Fe2+)
Pada lokasi penelitian kandungan kation Fe2+ lebih dipengaruhi oleh
aktifitas oksidasi mineral pyrite dan pelarutan plagioklas pada batuan beku.
Terjadinya oksidasi mineral pyrite akan ditunjukan oleh kenaikan nilai kandungan
kation Fe2+ yang sejalan dengan kenaikan nilai sulfat.
Kenaikan nilai kandungan kation Fe2+ terlarut dimungkinkan akan
disebabkan oleh dua faktor. Kemungkinan pertama adalah adanya peningkatan
74

hasil pelapukan plagioklas dalam batuan beku atau karena adanya proses oksidasi
mineral pyrite.
Pada lokasi penelitian kandungan kation Fe2+ paling besar terdapat pada
conto air yang diambil dari DOW-24-01. Tingginya nilai kandungan kation Fe2+
pada lokasi ini dimungkinkan disebabkan oleh adanya oksidasi mineral pyrite, hal
ini dibuktikan dengan adanya penurunan pH dari tahun 2000 ke tahun 2002.
Demikian juga dengan lokasi-lokasi yang lain yang mempunyai
kecenderungan perubahan kualitas air yang memiliki pH semakin rendah (level
3.406 dan 3.050) dari tahun 2000 ke tahun 2002. Menurunnya nilai pH ini
dimungkinkan terjadi karena adanya kenaikan tingkat oksidasi mineral pyrite.
Kenaikan nilai kandungan kation Fe2+ yang lebih besar dibanding yang
lainnya juga terdapat pada lokasi DRD-02-04. Sama halnya dengan kandungan
kation-anion yang lain, kenaikan nilai kandungan kation Fe2+ ini juga mencirikan
bahwa lokasi tempat kenaikan kandungan merupakan lokasi yang memungkinkan
terjadinya akumulasi kation-anion terlarut.
6.4.2.6.Analisa Perubahan Kandungan Potassium (K+)
Kandungan kation potassium dianalisa dengan tujuan untuk melihat berapa
besar tingkat pelapukan yang terjadi pada batuan yang mengandung plagioklas.
Seperti halnya kation-anion yang lain, kandungan kation potassium dalam air juga
dipakai untuk menganalisa seberapa besar tingkat kesalahan yang ada dalam suatu
hasil analisa.
Perubahan kandungan kation potassium (K+) dari tahun 2000 ke tahun
2002 relatif mempunyai nilai yang sama, kecuali pada lokasi WDN-04,
menunjukan kenaikan nilai kandungan kation K+. Kenaikan nilai kandungan
+
kation K pada lokasi lokasi tersebut menunjukan bahwa pada lokasi-lokasi
tersebut memang telah terjadi akumulasi kation-anion hasil larutan dalam air. Hal
ini sejalan dengan kenaikan nilai sulfat pada lokasi yang sama.
6.4.2.7.Analisa Perubahan Kandungan Magnesium (Mg+)
Kandungan kation Mg+ terlarut yang diperkirakan berasal dari larutan
litologi dolomite atau pelarutan mineral pyroxsen, menunjukan perubahan nilai
kandungan dari tahun 2000 sampai tahun 2002.
75

Perubahan kandungan kation Mg+ dari tahun 2000 ke tahun 2002 relatif
mengalami kenaikan hampir di seluruh lokasi. Kenaikan kandungan kation Mg+
yang relatif tinggi terjadi pada lokasi DOW23-03 dan DOW24-01. Kenaikan nilai
kandungan kation Mg+ pada lokasi-lokasi ini juga bisa diartikan bahwa pada
lokasi ini telah terjadi akumulasi nilai kandungan kation Mg+ terlarut. Dengan
kata lain lokasi-lokasi yang mengalami kenaikan nilai kandungan kation Mg+
merupakan lokasi yang letaknya berada pada daerah dekat lokasi pengendapan
kation-anion terlarut.
6.4.2.8.Analisa Perubahan Kandungan Sodium (Na+)
Sodium dianalisa sebagai parameter yang akan digunakan untuk
menganalisa tingkat pelapukan mineral plagioklas dalam batuan atau tingkat
pengendapan mineral sekunder Na-sulfat.
Perubahan nilai kandungan kation sodium (Na+) dari tahun 2000 ke tahun
2002 relatif mengarah lebih kecil, kecuali pada lokasi WD-05, WDN-06, WDN-
08, DRD-02-01 dan DOW09-04 menunjukan kenaikan nilai kandungan kation
Na+. Kenaikan nilai kation Na+ pada lokasi lokasi tersebut menunjukan bahwa
pada lokasi-lokasi tersebut memang telah terjadi akumulasi kation-anion hasil
larutan dalam air. Hal ini sejalan dengan kenaikan nilai sulfat pada lokasi yang
sama.
6.4.2.9.Analisa Perubahan Kandungan Sulfat (SO42- ) dan Kalsium (Ca2+)
Hampir semua data yang terkumpul memiliki kandungan anion sulfat
(SO42-) dan kation kalsium (Ca2+) yang lebih tinggi dibanding kandungan kation-
anion yang lainnya (lampiran I). Dari data ini kita bisa memperkirakan bahwa
kenaikan kandungan anion sulfat dan kation kalsium dipengaruhi oleh adanya
aktifitas pelarutan anhydrite (CaSO4). Data geologi yang didapat dari hasil coring
saat pembuatan lubang bor juga menunjukan adanya kandungan anhydrite hampir
pada semua lokasi pengeboran.
Hubungan perubahan kandungan anion sulfat dan kandungan kation
kalsium menunjukan hampir semua kenaikan nilai kandungan anion sulfat diikuti
oleh kenaikan nilai kandungan kation kalsium (lampiran H, gambar H.1.).
76

Terjadinya pelarutan anhydrite yang merupakan mineral sekunder sulfatik


ini memastikan terjadinya suatu proses akumulasi mineral sekunder sulfatik yang
terjadi pada litologi yang mengandung kation Ca2+. Kandungan kation Ca2+ ini
bisa terdapat di semua litologi yang ada pada daerah penelitian, baik itu batuan
diorite yang mengandung plagioklas sebagai penyuplai Ca2+ ataupun batuan
karbonat yang banyak mengandung kation Ca2+.
Pelarutan mineral karbonat atau plagioklas, yang merupakan proses
pelarutan mineral primer, menjadi kation dan anion masih bisa berlangsung
walaupun telah terjadi pelarutan mineral sekunder berupa anhydrite. Pelarutan
mineral primer baik berupa mineral - mineral karbonat, pyroxsen ataupun mineral
plagioklas dicirikan dengan adanya kandungan kation Mg+ yang terlarut dalam air
yang merupakan salah satu kation pembentuk mineral-mineral tersebut (lampiran
H, gambar H.2.).
Berdasarkan reaksi :

[CaMg7Al3Si1.7]O6 + 3.4H+ + 1.1H2O Æ 3Al2Si2O5(OH)4+ Ca2+ + 7Mg2+


Pyroxsen
+ 1.1H4SiO4

2CO2 + 2H2O + CaMg(CO3)2 Æ Ca2+ + Mg2+ + 4HCO3

Konsentrasi kation Mg+ dan Ca2+ pada persamaan reaksi memiliki nilai
yang sama untuk reaksi yang melibatkan pelarutan dolomite atau limestone
sedangkan untuk reaksi yang melibatkan pelarutan pyroxsen nilai Mg+ yang
terkandung seharusnya lebih besar dibanding dengan nilai Ca2+ yang terlarut
dalam air.
Dari lampiran H, gambar H.2. terlihat bahwa kandungan Ca2+ selalu
berada diatas kandungan Mg+ maupun alkalinity. Besarnya nilai Ca2+ dibanding
kedua Mg+ dan alkalinity disebabkan adanya mineral lain yang melarutkan kation
kalsium. Mineral lain inilah yang diyakini berupa anhydrite.
Kandungan sulfat yang terinfiltrasi ke litologi di daerah penelitian sebagai
sumber pembentukan anhydrite diperkirakan berasal dari hasil pelarutan mineral
sulfida. Data geologi menunjukan bahwa mineral sulfida yang umumnya terdapat
di lokasi penelitian adalah mineral sulfida jenis pyrite dan calcopyrite yang
77

merupakan mineral primer dalam proses perubahan kimia air tanah di lokasi
penelitian ini.
Pelarutan mineral primer, pyrite dan calcopyrite, masih mungkin
berlangsung walaupun pada tahap yang sama telah terjadi pelarutan mineral
sekunder anhydrite. Pelarutan mineral primer ini juga akan mempengaruhi
perubahan kandungan kimia air tanah terutama untuk kandungan sulfat.
Data kimia yang ada menunjukan adanya hubungan perubahan kandungan
2+
Fe dengan perubahan kandungan sulfat (lampiran H, gambar H.3.). Dengan
adanya hubungan perubahan kimia sulfat dengan kation Fe2+ bisa menjelaskan
perkecualian yang terjadi dari penjelasan hubungan konsentrasi sulfat dangan
konsentrasi kalsium.
Dari data di atas bisa dipastikan bahwa perubahan kandungan air tanah di
daerah penelitian sangat dipengaruhi oleh adanya reaksi antara air dengan
anhydrite walaupun pada waktu yang sama reaksi oksidasi mineral sulfida dan
reaksi pelarutan mineral karbonat masih terjadi.
Perubahan kimia air tanah yang disebabkan oleh pelarutan mineral sangat
dipengaruhi oleh debit air yang mengalir melalui aquifer tersebut. Debit air dari
masing-masing lokasi pengamatan mengalami penurunan dari tahun 2000 ke
tahun 2002.
Penurunan debit aliran akan menurunkan aktifitas pelarutan mineral dalam
aquifer. Menurunnya proses pelarutan ini akan menurunkan konsentrasi kation-
anion terlarut dalam air. Pada lokasi yang memungkinkan terjadinya akumulasi
kation-anion terlarut, penurunan debit juga bisa menunjukan adanya peningkatan
nilai sulfat. Kenaikan ini disebabkan karena adanya akumulasi sulfat yang terlarut
dari lokasi-lokasi sebelumnya.
Dari grafik perubahan kandungan sulfat bisa dilihat adanya kenaikan nilai
kandungan sulfat terlarut untuk lokasi-lokasi yang memiliki target litologi pada
formasi Faumai, Kais dan Waripi. Kenaikan kandungan sulfat pada aquifer ini
disebabkan karena adanya pengakumulasian mineral-mineral sulfatik dari aquifer-
aquifer sebelumnya.
78

Conto air yang didapat dari lokasi DOW24-4 menunjukan adanya


perkecualian jika dibandingkan dengan conto air lain yang berasal dari formasi
Waripi. Kandungan sulfat di lokasi DOW24-4 ini mengalami penurunan dari
tahun 2000 ke tahun 2002. Penurunan nilai kandungan sulfat ini disebabkan
karena terjadinya akumulasi sulfat sebelum pengeboran dilakukan. Dikarenakan
waktu akhir pengeboran dengan pengambilan sampel dilakukan bulan yang sama
maka pada kualitas air yang diambil pada tahun 2000 merupakan kualitas air
yang sebelumnya terakumulasi dalam aquifer tersebut dan bukan merupakan
kualitas kimia air tanah yang murni melewati aquifer tersebut. Hal ini juga
membuktikan bahwa pada aquifer yang termasuk ke dalam formasi Waripi telah
terjadi akumulasi mineral - mineral terlarut.
Dari hasil analisa ini bisa disimpulkan bahwa perubahan kandungan sulfat
bisa dijadikan acuan untuk menentukan arah aliran air dari formasi satu ke
formasi yang lain jika sumber utama larutan sulfat tersebut berasal dari proses
yang sama. Conto air yang memiliki kandungan sulfat yang rendah berarti didapat
dari aquifer yang letaknya relatif lebih dekat dengan permukaan, sebaliknya conto
air yang memiliki kandungan sulfat tinggi berarti didapat dari aquifer tempat
akumulasi hasil-hasil larutan mineral atau berada pada tempat yang lebih rendah.

6.5. Aplikasi Perubahan Kimia Air Tanah Untuk Menentukan Arah


Aliran Air Tanah Dalam Penyaliran Tambang
6.5.1. Analisa Hubungan Antar Aquifer
Nilai kandungan sulfat bisa digunakan sebagai acuan untuk menentukan
aliran pada suatu aquifer. Penentuan sama tidaknya aquifer beberapa conto air
bisa dilihat dari tingkat kereaktifan batuan yang dilewati. Aquifer yang sama akan
ditunjukan oleh adanya penggradasian nilai kandungan kation-anion terlarut dari
beberapa conto yang dianalisa. Penggunaan diagram Schoeller bisa dijadikan
suatu acuan untuk menentukan tingkat kesamaan pola kandungan kation-anion
yang terlarut dalam air (lampiran I). Saling berdekatannya garis-garis dalam grafik
tersebut menunjukan jumlah kandungan kation-anion yang terlarut dalam masing-
masing conto air hampir sama. Kemiripan jumlah kandungan ini menunjukan
79

adanya kesamaan tingkat kereaktifan batuan yang dilewati dan dari hal ini bisa
dipastikan bahwa conto-conto air yang memiliki sifat tersebut adalah conto air
yang terletak pada satu aquifer yang saling berhubungan. Perbedaan jumlah
kandungan yang relatif bergradasi ini dipengaruhi oleh seberapa jauh kontak
antara air dengan aquifernya.
Sifat lain yang bisa dilihat dari diagram ini adalah adanya indikasi dua
aquifer yang berbeda dari beberapa conto air yang ditunjukan dengan adanya pola
yang berbeda untuk conto air yang diambil dari WD-04 dan WD-05 terutama
tahun 2002. Nilai kandungan alkalinity yang lebih rendah dimiliki oleh conto air
yang didapat dua lokasi tersebut. Kecilnya nilai kandungan alkailnity ini
disebabkan karena batuan yang menjadi aquifernya berupa batuan hancuran
batuan beku yang tidak mengandung karbonat sebagai sumber alkalinity.
Khusus untuk air yang didapat dari WD-04, nilai kandungan alkalinity
kadang kadang mengalami kenaikan seperti yang pada tahun 2000. Hal ini
disebabkan karena jenis aquifer yang menjadi target pengeboran yaitu
diorite/skarn yang kemungkinan masih mengandung CaCO3.
Dari data di atas bisa disimpulkan bahwa pola aliran aquifer WD-04 dan
WD-05 yang merupakan aliran dari aquifer di sebelah Barat daerah tambang,
tidak memiliki hubungan dengan aquifer lain yang berada di sebelah Timur daerah
tambang.
6.5.2. Penentuan Arah Aliran Air Tanah
Dari data kimia yang ada penentuan hubungan antara satu aquifer dengan
aquifer yang lainya sudah bisa ditentukan. Adanya dua aliran sumber yang
berbeda mengharuskan adanya pemisahan penganalisaan untuk menentukan arah
aliran yang ada.
Penentuan arah aliran ini didasarkan pada kandungan sulfat yang terlarut,
dengan satu keyakinan bahwa nilai sulfat terlarut akan semakin besar pada daerah
yang memungkinkan terjadinya pengendapan hasil larutan sulfat dari daerah
sebelumnya.
80

6.5.2.1.Aliran Air Tanah di Sebelah Barat Lokasi Tambang


Ada dua titik bor yang menjadi acuan penentuan arah aliran yang ada yaitu
WD-04 dan WD-05. Dari data yang ada, nilai kandungan sulfat pada titik WD-04
mengalami penurunan dari tahun 2000 ke tahun 2002 sementara total aliran juga
menurun pada tahun yang sama. Lain halnya dengan titik WD-05 yang penurunan
total alirannya tidak diikuti oleh penurunan nilai kandungan sulfat. Adanya
kenaikan sulfat pada titik WD-05 mencirikan terjadinya akumulasi kandungan
sulfat terlarut dalam air.
Dengan demikian bisa dipastikan bahwa aliran air mengalir dari WD-04 ke
WD-05. Bukti lain yang menunjukan arah aliran ini adalah lebih tingginya nilai
alkalinity pada titik WD-05 dibanding dengan titik WD-04 (menunjukan
tingginya nilai karbonat pada titik WD-05). Sementara aquifer WD-05 berupa
diorite, tingginya nilai alkalinity atau karbonat di titik ini mencirikan telah
terjadinya akumulasi kandungan karbonat dari air yang melaluinya yang
diperkirakan telah melalui aquifer karbonatan sebelum melewati titik WD-05.
Titik yang paling dekat dengan WD-05 yang memiliki aquifer berupa karbonat
adalah titik WD-04 dengan aquifer berupa kontak skarn / diorite.
Dengan memperhatikan posisi target aquifer dari analisa di atas bisa
disimpulkan bahwa aliran air yang berada di sebelah Barat lokasi tambang
mengalir dari arah Selatan ke Barat (lampiran L).
6.5.2.2.Aliran Air Tanah di Sebelah Timur Lokasi Tambang
Seperti halnya pada aliran di sebelah Barat lokasi tambang. Aliran di
sebelah Timur lokasi tambang juga bisa diketahui dengan membandingkan nilai
kandungan sulfat terlarut dalam air.
Dengan memperhatikan data kandungan sulfat yang ada maka kita bisa
mengetahui bahwa aliran air dari tahun 2000 ke tahun 2002 mengalir melalui
aquier-aquifer seperti terlihat pada lampiran J.
Jika kita melihat aliran tersebut dari sisi formasi, maka aliran air yang ada
secara umum mengalir dari formasi Faumai yang diteruskan ke formasi Waripi.
Pada beberapa lokasi terjadi perembesan air dari formasi Faumai ke formasi Kais
yang ditunjukan dengan tingginya nilai sulfat pada titik CNIU-05 jika
81

dibandingkan dengan kandungan sulfat pada titik-titik lain yang berada di formasi
Kais.
Perembesan air dari formasi Faumai ke formasi Kais ini terjadi karena
adanya bidang lemah atau bidang kekar pada formasi Sirga bagian bawah
(ditunjukan pada titik DRD-02-01). Bidang kekar inilah yang digunakan oleh air
sebagai jalur untuk mengalir dari formasi Faumai ke formasi Kais. Bidang lemah
ini dimungkinkan terjadi baik pada formasi Sirga maupun pada formasi Faumai
sebagai akibat adanya proses perlipatan yang mungkin mengakibatkan terjadinya
rekahan atau pengkekaran pada batuan yang berada pada bagian luar lipatan.
Adanya perpindahan air dari formasi Faumai ke formasi Kais bisa
diartikan bahwa selama perpindahannya air tersebut mengalami perpindahan
aquifer dari yang berelevasi rendah ke aquifer yang elevasinya lebih tinggi.
Berpindahnya air ke elevasi yang lebih tinggi ini disebabkan oleh adanya
perbedaan koefisien hidrostatis dari formasi Faumai dan formasi Kais (lampiran
K). Lebih rendahnya koefisien hidrostatis pada formasi Faumai menunjukan lebih
sulitnya air mengalir melalui aquifer tersebut jika dibanding dengan formasi Kais
yang memiliki koefisien hidrostatis lebih tinggi.
Penentuan arah aliran secara lateral bisa didasarkan pada posisi aquifer
yang menjadi target setiap pengeboran (lampiran L). Dengan memperhatikan
posisi masing-masing target aquifer ini kita bisa menentukan bahwa air mengalir
dari sebelah Selatan ke sebelah Timur dengan melalui formasi Faumai yang
dilanjutkan ke formasi Waripi dan formasi Kais bagian bawah.
Dari analisa ini bisa disimpulkan bahwa hubungan hidrolika antara
formasi Faumai dengan formasi Kais terjadi karena adanya kekar hasil perlipatan
pada lapisan impermeable (formasi Sirga) yang memungkinkan berpindahnya air
dari formasi Faumai ke formasi Sirga.
Sumber air yang mengalir pada formasi Faumai diperkirakan berasal dari
daerah Meren Valley yang telah mengalami kenaikan sulfat selama perjalanannya
sebagai hasil dari proses pelapukan anhydrite dan oksidasi mineral sulfida yang
berada di bawah permukaan (lampiran M).
82

6.6. Aplikasi Perubahan Kimia Air Tanah Untuk Kegiatan Pemisahan


Bijih di Mill
Agar penggunaan air tanah dari tambang bawah tanah IOZ dan DOZ untuk
kegiatan Mill bisa dilakukan maka harus diperhatikan kualitas kimia dan kuantitas
dari air itu sendiri.
6.6.1. Kualitas Kimia Air Tanah
Standar kualitas air yang bisa digunakan untuk kegiatan pemisahan bijih
pada proses pengolahan adalah standar kualitas air golongan D (air untuk
pertanian dan usaha perkotaan, industri dan PLTA) sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 907/ Menkes/ SK/ VII/ 2002 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
Tabel 6.1.
Standar Kualitas Air di Perairan Umum

Kadar Maksimum
Golongan Golongan Golongan Golongan
No Parameter Satuan A B C D
FISIKA
1 Bau - - - - -
2 Jumlah zat Mg/L 1000 1000 1000 1000
padat
terlarut
3 Kekeruhan Skala NTU 5

4 Rasa -
5 Warna Skala TCU 15
o
6 Suhu C Suhu
udara
7 Daya Umhos/cm 2250
Hantar
Listrik

KIMIA anorganik
1 Air raksa Mg/lt 0.001 0.001 0.002 0.005
2 Aluminium Mg/lt 0.2 -
3 Arsen Mg/lt 0.005 0.05 1 1
4 Barium Mg/lt 1 1
5 Besi Mg/lt 0.3 5
6 Florida Mg/lt 0.5 1.5 1.5
7 Kadmium Mg/lt 0.005 0.01 0.01 0.01
8 Kesadahan CaCO3 Mg/lt 500
83

9 Klorida Mg/lt 250 600 0.003


10 Kromium valensi 6 Mg/lt 0.005 0.05 0.05 1
11 Mangan Mg/lt 0.1 0.5 2
12 Natriun Mg/lt 200 60
13 Nitrat sebagai N Mg/lt 10 10
14 Nitrit sebagai N Mg/lt 1.0 1 0.06
15 Perak Mg/lt 0.05
16 .pH 6.5 - 8.5 5-9 6–9 5–9
17 Selenium Mg/lt 0.01 0.01 0.05 0.05
18 Seng Mg/lt 5 5 0.02 2
19 Sianida Mg/lt 0.1 0.1 0.02
20 Sulfat Mg/lt 400 400 500 500-600
21 Sulfida sebagao H2S Mg/lt 0.05 0.1 0.002
22 Tembaga Mg/lt 1.0 1 0.02 0.1
23 Timbal Mg/lt 0.05 0.01 0.03 1
24 Oksigen terlarut Mg/lt - >=6 >3
(DO)
25 Nikel Mg/lt - 0.5
26 SAR (Sodium Mg/lt - 1.5 – 2.5
Absortion Ratio)

Kimia Organik
1 Aldrin dan dieldrin Mg/lt 0.0007 0.017
2 Benzona Mg/lt 0.01
3 Benzo (a) Pyrene Mg/lt 0.00001
4 Chlordane (total Mg/lt 0.0003
isomer)
5 Chlordane Mg/lt 0.03 0.003
6 2,4 D Mg/lt 0.10
7 DDT Mg/lt 0.03 0.042 0.002
8 Detergent Mg/lt 0.5
9 1,2 Dichloroethane Mg/lt 0.01
10 1,1 Dichloroethane Mg/lt 0.0003
11 Heptachlor Mg/lt 0.003 0.018
heptachlor epoxide
12 Hexachlorobenzene Mg/lt 0.00001
13 Lindane Mg/lt 0.004 0.056
14 Metoxychlor Mg/lt 0.03 0.035
15 Pentachlorophenol Mg/lt 0.01
16 Pestisida total Mg/lt 0.1
17 2,4,6 Mg/lt 0.01
Trichlorophenol
18 Zat Organik Mg/lt 10
(KMnO4)
19 Endrin Mg/lt - 0.001 0.004
20 Fenol Mg/lt - 0.002 0.001
21 Karbon kloroform Mg/lt - 0.05
ekstrak
22 Minyak dan lemak Mg/lt - Nihil 1
84

23 Organofosfat dan Mg/lt - 0.1 0.1


carbanat
24 PCD Mg/lt - Nihil
25 Senyawa aktif biru Mg/lt - 0.5 0.2
metilen
26 Toxaphene Mg/lt - 0.005
27 BHC Mg/lt - 0.21

Mikrobiologik
1 Koliform tinja Jml/100ml 0 2000
2 Total koliform Jml/100ml 3 10000

Radioaktivitas
1 Gross Alpha activity Bq/L 0.1 0.1 0.1 0.1
2 Gross Beta activity Bq/L 1.0 1.0 1.0 1.0

Golongan A : air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu

Golongan B : air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu pengolahan

Golongan C : air untuk perikanan dan peternakan

Golongan D : air untuk pertanian dan usaha perkotaan, industri dan PLTA.

Tabel 6.2.
Kualitas Air Tanah Tambang Bawah Tanah IOZ dan DOZ

Parameter Satuan 2000 2002 Rata-Rata


pH 7,682 7,676666667 7,679333333
EC Umhos/cm 822,7333333 958,4666667 890,6
TDS Mg/L 708,7333333 825,8 767,2666667
Br Mg/L 0,542666667 0,01 0,276333333
Cl Mg/L 4,340666667 5,64 4,990333333
C Mg/L 39,74666667 44,48 42,11333333
Al Mg/L 0,014973333 0,0326 0,023786667
Fe Mg/L 0,056893333 0,102206667 0,07955
Ca Mg/L 137,12 172,2333333 154,6766667
Mg Mg/L 29,61333333 35,188 32,40066667
Na Mg/L 2,141333333 2,034133333 2,087733333
K Mg/L 1,2508 4,0506 2,6507
SO4 Mg/L 411,6666667 470,4666667 441,0666667
Alc Mg/L 86,6 80,93333333 83,76666667
Cu Mg/L 0,00302 0,05308 0,02805
85

Berdasarkan kualitas air pada tabel 6.1. dan 6.2. , maka air pada tambang
bawah tanah IOZ dan DOZ dapat digunakan untuk kegiatan pengolahan di Mill
karena tidak ada parameter yang melebihi kadar maksimum berdasarkan standar
kualitas air golongan D.
6.6.2. Kuantitas Air Tanah
Pada saat ini kebutuhan air untuk pengolahan adalah 244.800 gpm selama
satu tahun dan diharapkan debit air yang keluar dari tambang bawah tanah IOZ
dan DOZ bisa menyuplai sebesar 30 % dari total kebutuhan air untuk pengolahan.
Kebutuhan air sisanya atau 70 % telah disuplai dari sungai Aghawagong (20 %),
danau Wilson (10 %), air tanah dari Amole (20 %), empat buah tanggul : Macken,
Hasan, Carpenter Shop dan Heat Road (masing-masing 5 %).
Jumlah air yang dibutuhkan dari tambang bawah tanah IOZ dan DOZ
untuk kegiatan di Mill adalah 73.440 gpm. Sedangkan aliran air yang keluar dari
tambang bawah tanah IOZ dan DOZ selama tahun 2002 adalah 78.577 gpm. Ini
berarti dari segi kuantitas air dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di
Mill.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dan didukung oleh data yang
ada, maka analisa perubahan kimia air tanah dan aplikasinya dalam penyaliran air
tanah pada tambang bawah tanah IOZ dan DOZ dapat diambil kesimpulan dan
saran sebagai berikut :

7.1. Kesimpulan
1. Tahun 2000 pH terbesar = 8,13 (DOW23-02), pH terkecil = 7,02 (WD-04).
Tahun 2002 pH terbesar = 8,1 (WDN-04), pH terkecil = 7,3 (DOW24-02 dan
WD-04). Berdasarkan data kimia air tanah didapat air tanah bersifat basa
karena adanya kontak dengan batuan samping baik limestone, dolomite
carbonate-sandstone dan diorite yang masing-masing mineral penyusunnya
akan mengkonsumsi ion H+ dan menyebabkan proses buffering sehingga air
bersifat basa.
2. Tahun 2000 EC terbesar = 1.535 µs/cm (WD-05), EC terkecil = 230 µs/cm
(WDN-04). Tahun 2002 EC terbesar = 1.900 µs/cm (DOW23-03), EC terkecil
= 240 µs/cm (WDN-04). Nilai EC pada DOW23-03 meningkat tajam karena
terjadi akumulasi kation-anion terlarut.
3. Tahun 2000 alkalinity terbesar = 133 mg/L (DOW24-01), alkalinity terkecil =
17 mg/L (WD-04). Tahun 2002 alkalinity terbesar = 142 mg/L (DOW24-01),
alkalinity terkecil = 14 mg/L (WD-05).
4. Tahun 2002 lubang bor yang memiliki nilai kandungan Cu2+ dan Fe2+ diatas
ambang batas analisa laboratorium adalah lubang bor DRD02-04 dengan nilai
kandungan Cu2+ sebesar 0,587 mg/L dan Fe2+ 0,957 mg/L pada lubang bor
DOW24-01. Hal ini terjadi karena adanya assosiasi mineral calcopyrite
dengan pyrite memberikan satu kemungkinan bahwa kenaikan nilai Fe2+ dari
hasil oksidasi mineral pyrite akan diikuti oleh kenaikan Cu2+ sebagai hasil
oksidasi mineral calcopyrite.

86
87

5. Perubahan kandungan potassium (K+) dari tahun 2000 ke tahun 2002 relatif
mempunyai nilai yang sama, kecuali pada lokasi WDN-04, menunjukan
kenaikan nilai kandungan K+. Kenaikan nilai K+ pada lokasi karena terjadi
akumulasi kation-anion hasil larutan dalam air.
6. Tahun 2000 Mg+ terbesar = 66,7 mg/L (DOW23-02), Mg+ terkecil = 2,27
mg/L (WDN-04). Tahun 2002 Mg+ terbesar = 92,9 mg/L (DOW24-01), Mg+
terkecil = 2,42 mg/L (WDN-04). Perubahan kandungan Mg+ dari tahun 2000
ke tahun 2002 relatif mengalami kenaikan hampir di seluruh lokasi. Kenaikan
nilai Mg+ pada lokasi-lokasi ini juga bisa diartikan bahwa pada lokasi ini telah
terjadi akumulasi nilai Mg+ terlarut.
7. Tahun 2000 Na+ terbesar = 5,81 mg/L (DOW23-02), Na+ terkecil = 0,406
mg/L mg/L (DOW09-04). Tahun 2002 Na+ terbesar = 5,68 mg/L (WD-05),
Na+ terkecil = 0,43 mg/L (DOW09-03). Perubahan kandungan Na+ dari tahun
2000 ke tahun 2002 relatif mengalami penurunan, kecuali pada lokasi WD-
05, WDN-06, WDN-08, DRD-02-01 dan DOW09-04 menunjukan kenaikan
nilai kandungan Na+. Kenaikan nilai Na+ pada lokasi-lokasi ini juga bisa
diartikan bahwa pada lokasi ini telah terjadi akumulasi nilai Na+ terlarut.
8. Tahun 2000 sulfat terbesar = 926 mg/L (WD-05), sulfat terkecil = 25 mg/L
mg/L (WDN-04) dan kalsium terbesar = 318 mg/L (WD-05), kalsium terkecil
= 43,8 mg/L (DOW09-04). Tahun 2002 sulfat terbesar = 1.019 mg/L (WD-
05), sulfat terkecil = 29 mg/L (WDN-04) dan kalsium terbesar = 406 mg/L
(WD-05), kalsium terkecil = 41,4 mg/L (DOW24-02).
9. Hampir semua data yang terkumpul memiliki kandungan sulfat (SO42-) dan
kalsium (Ca2+) yang lebih tinggi dibanding kandungan kation-anion yang
lainnya. Dari data ini bisa diperkirakan bahwa kenaikan sulfat dan kalsium
dipengaruhi oleh adanya aktifitas pelarutan anhydrite (CaSO4). Data geologi
yang didapat dari hasil coring saat pembuatan lubang bor juga menunjukan
adanya kandungan anhydrite hampir pada semua lokasi pengeboran.
10. Dari segi kualitas (berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/
Menkes/ SK/ VII/ 2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air)
maupun kuantitas (bisa memenuhi 30% kebutuhan air di Mill) air dari
88

tambang bawah tanah IOZ dan DOZ dapat digunakan pada kegiatan
pengolahan di Mill.
11. Perubahan kimia air tanah di sekitar lokasi penambangan IOZ dan DOZ lebih
dipengaruhi oleh aktifitas pelarutan mineral anhydrite yang merupakan
mineral sekunder.
12. Mineral sekunder anhydrite merupakan akumulasi kation-anion hasil pelarutan
mineral sulfatik dan mineral karbonatan.
13. Pelarutan mineral primer sulfatik masih berlangsung, walaupun tidak
dominan, saat pelarutan mineral sekunder berlangsung.
14. Aquifer yang berada di bagian Barat lokasi penambangan tidak memiliki
hubungan hidrolika dengan aquifer di sebelah Timur lokasi tambang.
15. Hubungan hidrolika formasi Kais dan formasi Faumai terjadi akibat adanya
rekahan pada bidang impermeable yang merupakan bagian bawah formasi
Sirga.
16. Aliran yang mengalir pada formasi Faumai bersumber dari daerah Meren
Valley dan mengalir menuju formasi Waripi dan formasi Kais melalui bidang
rekahan.
17. Secara lateral, aliran air di bagian Barat dan bagian Timur lokasi
penambangan mengalir dari arah Selatan ke arah Timur dan arah Barat.
18. Total Inflow selama tahun 2002 adalah sebesar 94.294,43 gpm dan total
Outflow sebesar 78.577 gpm. Berdasarkan Water Balance (neraca air) maka
akan didapat perubahan atau peyimpanan air tanah (S) sebesar 15.717,43 gpm.
19. Dari data piezometer yang terdapat di daerah EESS hampir semua
menunjukan penurunan muka air tanah kecuali Piezometer VZW-74, VZW-
70 dan VZW-70S yang mengalami kenaikan air tanah sebesar 10,74 m, 9,80 m
dan 3,78 m. Untuk itu perlu dilakukan penyaliran lebih intensif pada daerah
tersebut sehingga dapat menurunkan muka air tanah dengan cara menambah
lubang bor atau menambah kedalaman lubang bor yang sudah ada pada stasiun
WVD, SC, DE, DZRA32, NWC dan NVD.
89

7.2. Saran
Dengan diketahuinya penyebab terjadinya perubahan kimia dan arah aliran
sekitar lokasi tambang IOZ dan DOZ, maka beberapa langkah yang harus
dilakukan dalam upaya keberhasilan program dewatering dan pemanfaatan air
tanah adalah :
1. Dari hasil analisa kimia bisa ditentukan bahwa aliran dari formasi Faumai
dimungkinkan untuk mengalir ke formasi Kais, dari kesimpulan ini maka
perlu sekali dilakukan program penyaliran yang lebih efektif pada formasi
Kais dibandingkan dengan penyaliran pada formasi Faumai.
2. Kualitas air tanah untuk waktu ke depan tidak akan terpengaruh langsung oleh
kegiatan penambangan, sehingga pemanfaatannya untuk kepentingan
pengolahan bijih maupun untuk kepentingan lingkungan masih bisa terus
dilakukan.
90

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiarto, (1997), “ Sistem Penirisan Tambang ”, Jurusan Teknik


Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”, Yogyakarta.

2. C.A.J. Appelo and D. Potsma, (1993), “Geochemistry, Groundwater and


Pollution”, A.A. Balkema, Rotterdam, Brookfield.

3. George A. Mealey, (1996), “Penambangan Tembaga dan Emas Di


Pegunungan Irian Jaya Pada Endapan Yang Paling Terpencil Di
Dunia”, Freeport-McMoran Cooper&Gold Inc.,New Orleans, LA.

4. HCI, (2001), “Update Interpretation of Groundwater Flow in Vicinity of EESS


Mines Based on Water Chemistry Data”, HCIASCA, Lakewood,
Colorado.

5. HCI, (2001), “Current Status and Findings from Recent Hydrogeologic and
Hydrogeochemical Data from EESS Based on Investigation Performed
in 2001”, HCIASCA, Lakewood, Colorado.

6. Kensaku Takeda dan Suyono Sosrodarsono, (1999), “Hidrologi Untuk


Pengairan”, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

7. Mc. Curdy, (1990), “Chemical Water Quality – Interpretation”, Fenwick


Laboratories Ltd, Nova Scotia.

8. Olivia Iriani, (2002), “Studi Hidrogeologi dan Kimia Air Tanah Untuk
Identifikasi Zona Aquifer Dalam Menentukan Target Pengeboran Secara
Efektif Dalam penirisan Tambang Terbuka Grasberg Dengan Metode
Pengeboran Bawah Tanah PT. Freeport Indonesia”, Jurusan Geologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Padjadjaran, Jatinangor.

9. Tofan Parbowo, (2001), “Evaluasi Perubahan Tinggi Muka Air Tanah Zona
Fractured Diorite dan Hubungannya Dengan Perkembangan Caving
Guna Mendukung Penentuan Program Dewatering Tambang Bawah
Tanah IOZ dan DOZ di PT. Freeport Indonesia”, Jurusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”, Yogyakarta.
LAMPIRAN

91
92

LAMPIRAN A
DATA CURAH HUJAN DAERAH PENELITIAN

A.1. Curah Hujan Bulanan Daerah Meren Valley

Side ID : MER-01
Project ID : RFMER
Description : Meren Valley
Easting : 740599.46
Northing : 9549710.463
Elevation : 4327.949

Tabel A.1.
Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Pada Bulan
Oktober 1998 – Desember 2002 Di Daerah Meren Valley

Bulan CH(mm) Hari Hujan Bulan CH(mm) Hari Hujan


Okt-98 467 31 Dec-00 265 31
Nov-98 272 30 Jan-01 296 31
Des-98 314 31 Feb-01 349 28
Jan-99 298 31 Mar-01 396 31
Feb-99 266 28 Apr-01 332 30
Mar-99 444 31 May-01 194 31
Apr-99 374 29 Jun-01 66 9
May-99 214 31 Jul-01 0 0
Jun-99 241 30 Aug-01 4 17
Jul-99 242 31 Sep-01 270 30
Aug-99 0 0 Oct-01 303 31
Sep-99 244 30 Nov-01 357 30
Oct-99 261 31 Dec-01 421 31
Nov-99 401 30 Jan-02 368 31
Des-99 323 31 Feb-02 379 28
Jan-00 287 31 Mar-02 489 31
Feb-00 308 29 Apr-02 319 30
Mar-00 322 30 May-02 151 31
Apr-00 372 29 Jun-02 442 30
May-00 295 31 Jul-02 147 31
Jun-00 268 29 Aug-02 128 31
Jul-00 233 31 Sep-02 120 30
Aug-00 379 31 Oct-02 372 31
Sep-00 238 30 Nov-02 332 30
Oct-00 458 31 Dec-02 331 31
Nov-00 300 30 Average 287.2941 28.47059
93

A.2. Curah Hujan Bulanan Daerah Yellow Valley

Side ID :YLV01
Project ID : RFHA
Description : Yellow Valley
Easting : 739566.572
Northing : 9549489.062
Elevation : 4054

Tabel A.2.
Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Pada Bulan
Oktober 1998 – Desember 2002 Di Daerah Yellow Valley

Bulan CH(mm) Hari Hujan Bulan CH(mm) Hari Hujan


Okt-98 455 31 Dec-00 297 19
Nov-98 299 29 Jan-01 164 31
Des-98 343 31 Feb-01 104 14
Jan-99 306 31 Mar-01 409 31
Feb-99 337 28 Apr-01 364 30
Mar-99 72 5 May-01 229 31
Apr-99 444 29 Jun-01 247 30
May-99 301 31 Jul-01 79 27
Jun-99 335 29 Aug-01 4 10
Jul-99 0 0 Sep-01 295 30
Aug-99 304 31 Oct-01 310 31
Sep-99 327 30 Nov-01 323 30
Oct-99 325 30 Dec-01 332 31
Nov-99 455 30 Jan-02 313 31
Des-99 365 31 Feb-02 303 28
Jan-00 51 6 Mar-02 432 31
Feb-00 355 29 Apr-02 329 30
Mar-00 525 30 May-02 98 31
Apr-00 328 15 Jun-02 400 30
May-00 108 14 Jul-02 158 31
Jun-00 289 30 Aug-02 131 31
Jul-00 159 19 Sep-02 134 30
Aug-00 48 4 Oct-02 50 11
Sep-00 189 30 Nov-02 323 30
Oct-00 452 31 Dec-02 334 31
Nov-00 311 30 Average 267.549 25.96078
94

A.3. Curah Hujan Bulanan Daerah Lower Subsidence

Side ID : LSB-01
Project ID : RFHA
Description : Lower Subsidence
Easting : 736822.994
Northing : 9548984.556
Elevation : 3841

Tabel A.3.
Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Pada Bulan
Oktober 1998 – Desember 2002 Di Daerah Lower Subsidence

Bulan CH(mm) Hari Hujan Bulan CH(mm) Hari Hujan


Okt-98 536 31 Dec-00 409 31
Nov-98 313 30 Jan-01 414 31
Des-98 453 31 Feb-01 613 28
Jan-99 378 31 Mar-01 540 30
Feb-99 487 28 Apr-01 476 30
Mar-99 557 31 May-01 306 30
Apr-99 507 30 Jun-01 325 27
May-99 301 31 Jul-01 0 0
Jun-99 317 28 Aug-01 0 0
Jul-99 0 0 Sep-01 0 0
Aug-99 585 31 Oct-01 0 0
Sep-99 364 30 Nov-01 133 14
Oct-99 372 31 Dec-01 626 31
Nov-99 528 30 Jan-02 345 25
Des-99 432 31 Feb-02 245 13
Jan-00 370 31 Mar-02 673 31
Feb-00 413 29 Apr-02 413 30
Mar-00 486 29 May-02 151 19
Apr-00 563 29 Jun-02 507 29
May-00 459 23 Jul-02 179 31
Jun-00 209 20 Aug-02 171 31
Jul-00 245 26 Sep-02 168 30
Aug-00 543 31 Oct-02 96 11
Sep-00 174 15 Nov-02 234 19
Oct-00 357 31 Dec-02 392 31
Nov-00 510 30 Average 350.4902 24.90196
95

Grafik Curah Hujan Bulanan Daerah Meren Valley

600
Curah Hujan (mm)

500
400
300
200
100
0
Jan-99

Jul-99

Jan-00

Jul-00

Jan-01

Jul-01

Jan-02

Jul-02
Okt-98

Apr-99

Oct-99

Apr-00

Oct-00

Apr-01

Oct-01

Apr-02

Oct-02
Waktu

Gambar A.1.
Grafik Curah Hujan Daerah Meren Valley

Grafik Curah Hujan Bulanan Daerah Yellow Valley

600
Curah Hujan (mm)

500
400
300
200
100
0
Jan-99

Jul-99

Jan-00

Jul-00

Jan-01

Jul-01

Jan-02

Jul-02
Okt-98

Apr-99

Oct-99

Apr-00

Oct-00

Apr-01

Oct-01

Apr-02

Oct-02

Waktu

Gambar A.2.
Grafik Curah Hujan Daerah Yellow Valley
96

Grafik Curah Hujan Bulanan Daerah Lower


Subsidence

800
Curah Hujan (mm)

700
600
500
400
300
200
100
0
Jan-99

Jul-99

Jan-00

Jul-00

Jan-01

Jul-01

Jan-02

Jul-02
Okt-98

Apr-99

Oct-99

Apr-00

Oct-00

Apr-01

Oct-01

Apr-02

Oct-02
Waktu

Gambar A.3.
Grafik Curah Hujan Daerah Lower Subsidence
97

LAMPIRAN B
WATER BALANCE DAERAH EESS

B.1. Total Outflow Daerah EESS Tahun 2002

Tabel B.1. Total Outflow Daerah EESS Tahun 2002


Year Jan-02 Feb-02 Mar-02 Apr-02 May-02 Jun-02 Jul-02 Aug-02 Sep-02 Oct-02 Nov-02 Dec-02
Portal 3600L 0 7 15 17 0 0 0 0 0 0 0 0
G9 70 72 100 87 42 20 38 28 32 28 17 22
WVD 83 71 117 112 88 96 105 69 73 66 20 34
YVAL
Stn 41 127 138 278 224 80 79 174 135 72 41 25 32
HWI&P10 125 103 146 129 60 60 208 85 93 35 27 40
G2(IOZ-3388L) 48 57 60 50 50 47 45 42 45 10 10 12
VR#4 (3100L) 276 259 243 266 250 136 191 228 203 264 131 188
VR#3 (3100L) 10 11 9 7 6 45 20
DE from GBT II 75 75 75 75 45
Total GBT DH 158 146 192 187 133 96 105 69 73 66 20 34
Total GBT DWB 70 72 100 87 42 20 38 28 32 28 17 22
Portal 3530L 313 399 349 372 319 285 336 325 297 302 203 200
3450L
DD4
DWTR
NWC 137 100 85 110 80 80 83 65 75 75 83 80
NVD 70 50 65 55 46 50 66 54 60 36 55 55
WDN 29 26 32 30 29 26 10 27 28 24 21 22
98

CNIU 5 5 5 5 4 4 4 3 4 3 27 20
WD 6 5 5 3 3 4 4 2 3 2 3 3
SWC 56 54 70 56 61 60 79 54 60 53 48 39
TE1 37 25 37 5 5 5 5 5 6 5 5 4
RB37 647 734 739 682 593 513 530 357 443 305 562 531
IA 36 40 35 43 45 40 26 46 45 25 31 29
IZFA-46 167 383 368 347 312 290 359 330 320 300 330 320
X/C 10 719 197 232 250 268 218 249 268 158 133 191 188
SC 7 7 5 5 5 4 5 5 6 5 5 6
DE from IOZ&3540L 176 176 176 175 169 85
DRD 825 794 701 615 750 850 1027 650 790 592 735 859
Total IOZ DWB 2917 2596 2555 2381 2370 2144 2532 1866 1998 1558 2096 2156
Stn 110 75 72 75 75 55 50 40 40 45 45
DZ-Ramp A 57 74 165 125 90 25 41 45 61 45 39 34
FAS (calculated)
FAS (measured) 1686 2078 2345 2435 2158 1720 1195 1390 1593 1050 950 1120
Red Path Hole (calculated) 340 539 555 488 437 409 487 432 435 406 410 383
Red Path Hole (measured) 1254 804 999 974 1018 685 703 528 411 488 475 360
DZRA32 73 65 110 250 200 150 183 87 87 77 69
DZVR32 125 85 70 75 65 71 73 59 41 48 53 85
DOW07 99 313 52 55 164 180 321 335 269 286 340
DOW09 13 12 15 15 12 12 15 71 55 53 55 40
M-15
M-16 10 10 10 10 7 7 7 6 5 3 3 0
M-17
M-18 52 50 45 40 38 35 30 5 2 2 2 0
DOW19 21 17 5 3 3 3 3 1 1 1 1 0
DOW20
DOW21 32 39 35 112.5 517 416 459 441 411 391 405 373
99

DOW22+Seep 466.6 767 60 505 400 380 279 350 366 360 365 325
DOW23 645 789 835 954 1018 775 958 610 810 795 748 542
DOW-24 18 15 15 10 1 35 21 21 24 18 20 20
DOW-25 55 5 10 25 0 0 0 19 15 15 12 0
DOW-26 1093 1080 855 1097 1143 985 904 1294 1250 1068 1075 764
DOW-27 2 2 5 5 2 2 2 2 2 2 3 2
Total DOZ DWB 2408 2885 2203 2829 3196 2814 2858 3141 3276 2977 2975 2406
DOZ x/c14 of 2910L Drift
DOZ 3050L Drift
DOZ below DOW19
DOZ below DOW20
M15 - M18 83 77 60 53 48 45 40 12 8 6 7 0
DOZ to MLA (DOW 7 & DOW 9) 13 111 328 67 67 176 195 392 390 322 319 380
DOZ to MLA 75 171 383 117 112 218 232 403 397 327 346 380
DZTH37-01 25 47 51 50 47 22 97 97 53 58 45
DZTH37-02 8 49 128 125 125
DOZ PIPE (measured) 1401 1560 1010 1133 2500 2250 2150 2050 2010 1750 1800 2000
MLA Portal 4861 4873 4800 5859 5450 4650 4510 4133 4060 3278 3500 3250
MLA-Mill
DZ01
DOZ PIPE (calculated) 2333 2714 1820 2712 3084 2596 2626 2738 2879 2650 2629 2026
EESS Total (Portal) 6575 6839 6174 7381 8269 7185 6996 6508 6367 5330 5503 5450

EESS DWB Total 5395 5553 4858 5297 5608 4978 5428 5035 5306 4563 5088 4584
EESS DWB Total + VR 3 - 4 5671 5812 5101 5563 5858 5124 5630 5272 5516 4833 5264 4792
∆ (EESS) Total-(DW Holes & Raise) 904 1027 1073 1819 2411 2061 1366 1236 850 497 239 658
100

B.2. Aliran Air Keluar (Outflow) Daerah IOZ

Tabel B.2. Outflow Stasiun GBT-3600-POR

GBT-3600-PORTAL GBT-3600-PORTAL
No Date No Date
Measurement gpm pH EC Remarks Measurement gpm pH EC Remarks
1 07-Jan-02 10 13-Mei-02 dry
2 21-Jan-02 11 01-Jun-02 dry
3 04-Feb-02 6 12 13-Jun-02 dry
4 18-Feb-02 8 13 15-Jul-02 dry
5 04-Mar-02 14 10-Sep-02 dry
6 18-Mar-02 53 15 24-Sep-02 dry
7 01-Apr-02 16 09-Okt-02 dry
8 15-Apr-02 17 8,8 460 17 04-Nop-02 dry
9 02-Mei-02 dry 18 10-Des-02 dry

Tabel B.3. Outflow Stasiun GBT-3530-L

GBT-3530-PORTAL GBT-3530-PORTAL
No Date No Date
Measurement gpm pH EC Remarks Measurement gpm pH EC Remarks
1 07-Jan-02 313 8,3 797 Flume 11 01-Jun-02 280 8,2 916 Flume

2 21-Jan-02 492 8,5 745 Flume 12 13-Jun-02 291 Flume

3 04-Feb-02 462 8,1 682 Flume 13 05-Jul-02 324 8,0 1401 Flume

4 18-Feb-02 336 8,3 568 Flume 14 15-Jul-02 347 8,5 1050 Flume

5 04-Mar-02 533 8,2 710 Flume 15 10-Sep-02 302 Flume

6 18-Mar-02 741 Flume 16 24-Sep-02 291 Flume

7 01-Apr-02 347 7,7 741 Flume 17 09-Okt-02 302 7,6 1479 Flume

8 15-Apr-02 396 7,9 674 Flume 18 04-Nop-02 203 Flume

9 02-Mei-02 324 8,0 854 Flume 19 18-Nop-02 160 Flume

10 13-Mei-02 313 7,8 1216 Flume 20 17-Des-02 200 Flume

Tabel B.4. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~G#2

IOZ-3388-G#2 IOZ-3388-G#2
No Date No Date
Measurement gpm pH EC Remarks Measurement gpm pH EC Remarks
1 07-Jan-02 60 7,9 1184 9 05-Jul-02 42 ear plug
2 21-Jan-02 64 7,5 1124 10 15-Jul-02 47 ear plug
3 04-Feb-02 81 7,8 1278 11 05-Agust-02 49 ear plug
4 20-Feb-02 33 7,7 1056 12 29-Agust-02 35 ear plug
5 04-Mar-02 60 7,6 931 13 10-Sep-02 45 ear plug
6 18-Mar-02 40 7,0 1240 14 09-Okt-02 10 ear plug
7 21-Mei-02 50 ear plug 15 18-Nop-02 10 ear plug
8 20-Jun-02 47 ear plug 16 10-Des-02 12 ear plug
101

Tabel B.5. Outflow Stasiun 3520/L GBT-2~G-09

G-09-Total G-09-Total
No Date No Date
Measurement gpm pH Remark Measurement gpm pH Remark
1 30-Jan-02 70 Sam Total G-9 10 01-Jun-02 20
2 20-Feb-02 72 Sam Total G-9 11 05-Jul-02 52 calculate Average
3 05-Mar-02 98 Sam Total G-9 12 15-Jul-02 24 calculate 38
4 18-Mar-02 102 Sam Total G-9 13 10-Sep-02 37 calculate 30,33
5 01-Apr-02 96 Sam Total G-9 14 24-Sep-02 28 calculate 32,235
6 15-Apr-02 79 Sam Total G-9 15 09-Okt-02 28 calculate 27,95
7 02-Mei-02 16 04-Nop-02 17 calculate
8 13-Mei-02 17 10-Des-02 26 calculate 21,73
9 21-Mei-02 41,2

Tabel B.6. Outflow Stasiun 3520/L IOZ~WVD

Date Total WVD Date Total WVD


No No
Measurement gpm pH Average Measurement gpm pH Average
1 07-Jan-02 32 11 21-Mei-02 88
2 21-Jan-02 32 12 01-Jun-02 96
3 30-Jan-02 83 13 05-Jul-02 117
4 20-Feb-02 71 14 15-Jul-02 93 105
5 05-Mar-02 91 15 29-Agust-02 45 69
6 18-Mar-02 143 117 16 10-Sep-02 55 50
7 01-Apr-02 117 17 24-Sep-02 92 73
8 15-Apr-02 108 18 09-Okt-02 41 66
9 02-Mei-02 57 19 04-Nop-02 48 44
10 13-Mei-02 20 10-Des-02 20 34

Tabel B.7. Outflow Stasiun 3520/L Thwi&P-10

Total HWI&P10 Total HWI&P10


No Date No Date
Measurement gpm pH EC Measurement gpm pH EC
1 02-Mei-02 7 10-Sep-02 140
2 13-Mei-02 8 24-Sep-02 46
3 01-Jun-02 60 7,7 1428 9 09-Okt-02 35 7,8 1183
4 05-Jul-02 176 7,7 1065 10 04-Nop-02 27 7,6 1487
5 15-Jul-02 240 7,7 1341 11 05-Nop-02 30
6 05-Agust-02 220 12 10-Des-02 40
102

Tabel B.8. Outflow Stasiun 3520/L Stn-41B

Total Stn 41 Total Stn 41


No Date No Date
Measurement gpm pH EC Measurement gpm pH EC
1 07-Jan-02 10 01-Jun-02 79 7,8 1099
2 30-Jan-02 127 7,0 1130 11 05-Jul-02 211 7,8 936
3 20-Feb-02 138 7,6 989 12 15-Jul-02 175 7,6 2513
4 05-Mar-02 188 7,9 1061 13 05-Agust-02 174
5 18-Mar-02 369 7,9 1119 14 10-Sep-02 90
6 01-Apr-02 250 7,8 1004 15 24-Sep-02 54
7 15-Apr-02 198 7,9 992 16 09-Okt-02 41 7,8 1822
8 02-Mei-02 17 04-Nop-02 25 7,0 1155
9 13-Mei-02 18 10-Des-02 32

Tabel B.9. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~NWC

Date Total NWC Date Total NWC


No Measurement No Measurement
gpm pH EC gpm pH EC
1 07-Jan-02 135 11 20-Jun-02 80
2 21-Jan-02 139 12 05-Jul-02 85
3 04-Feb-02 101 13 15-Jul-02 80
4 20-Feb-02 99 7,7 368 14 05-Agust-02 86
5 04-Mar-02 70 7,7 1353 15 21-Agust-02 50 7,2 1131
6 18-Mar-02 100 7,1 1092 16 29-Agust-02 80
7 01-Apr-02 120 7,8 1119 17 10-Sep-02 75
8 02-Mei-02 117 7,7 1388 18 09-Okt-02 75
9 13-Mei-02 19 18-Nop-02 83 7,7 1209
10 21-Mei-02 80 7,8 1083 20 10-Des-02 80

Tabel B.10. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~WDN

Date Total WDN Date Total WDN


No Measurement No Measurement
gpm Remarks gpm Remarks
1 07-Jan-02 26 12 05-Jul-02 10 Calculated
2 21-Jan-02 32 Calculated 13 15-Jul-02 11 Calculated
3 04-Feb-02 26 14 05-Agust-02 25
4 20-Feb-02 25 Calculated 15 21-Agust-02 28
5 04-Mar-02 27 Calculated 16 29-Agust-02 27
6 18-Mar-02 37 17 10-Sep-02 28
7 01-Apr-02 27 18 09-Okt-02 24
8 02-Mei-02 37 Calculated 19 18-Nop-02 21 Calculated
9 13-Mei-02 Calculated 20 19-Nop-02 23 Calculated
10 21-Mei-02 29 Calculated 21 10-Des-02 22
11 20-Jun-02 26
103

Tabel B.11. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~NVD

Date Total NVD Date Total NVD


No Measurement No Measurement
gpm pH EC gpm pH EC
1 07-Jan-02 82 7,9 1184 11 20-Jun-02 50
2 21-Jan-02 58 7,9 260 12 05-Jul-02 103
3 20-Feb-02 48 7,7 350 13 15-Jul-02 103
4 04-Mar-02 54 7,9 259 14 05-Agust-02 52
5 18-Mar-02 76 7,8 262 15 21-Agust-02 23
6 01-Apr-02 54 7,9 343 16 29-Agust-02 88
7 15-Apr-02 54 17 10-Sep-02 60
8 02-Mei-02 73 8,0 388 18 09-Okt-02 36
9 13-Mei-02 19 10-Des-02 55
10 21-Mei-02 46

Tabel B.12. Outflow Stasiun 3370/L IOZ~CNIU

Date Total CNIU


No
Measurement Gpm pH EC Remark
1 07-Jan-02 5 Estimate
2 20-Feb-02 5 Estimate
3 01-Apr-02 5 Estimate
4 02-May-02 5 Estimate
5 13-May-02
6 18-Nov-02 27 with ear plug
7 10-Dec-02 20 with ear plug

Tabel B.13. Outflow Stasiun 3388/L IOZ~WD

Date Total WD Date Total WD


No Measurement No Measurement
gpm Remarks gpm Remarks
1 07-Jan-02 5 11 21-Mei-02 5
2 21-Jan-02 6 12 20-Jun-02 4
3 04-Feb-02 5 13 05-Jul-02 4
4 20-Feb-02 5 14 15-Jul-02 4
5 04-Mar-02 7 15 05-Agust-02 2
6 18-Mar-02 4 16 29-Agust-02 2
7 01-Apr-02 3 17 10-Sep-02 3
8 15-Apr-02 3 18 09-Okt-02 2
9 02-Mei-02 4 19 10-Nop-02 3
10 13-Mei-02 20 10-Des-02 3
104

Tabel B.14. Outflow Stasun 3370/West Drainage Drift~SWC

Date Total SWC Date Total SWC


No Measurement No Measurement
gpm Remarks gpm Remarks
1 07-Jan-02 56 12 05-Jul-02 52
2 21-Jan-02 56 13 15-Jul-02 106
3 20-Feb-02 53 14 05-Agust-02 63
4 05-Mar-02 71 15 21-Agust-02 52
5 18-Mar-02 57 16 29-Agust-02 47
6 01-Apr-02 17 10-Sep-02 60
7 15-Apr-02 54 18 09-Okt-02 53
8 02-Mei-02 54 19 04-Nop-02 48
9 03-Mei-02 20 18-Nop-02 43
10 21-Mei-02 61 21 10-Des-02 39
11 20-Jun-02 60

Tabel B.15. Outflow Stasiun 3370/L TE-IA-IZFA-Total


Date Total IA&TE Date Total IA&TE
No Measurement No Measurement
gpm pH EC gpm pH EC
1 07-Jan-02 344 8,8 1092 12 05-Jul-02 656
2 21-Jan-02 701 13 15-Jul-02 612
3 05-Feb-02 1081 7,6 1307 14 05-Agust-02 156
4 20-Feb-02 619 7,7 465 15 21-Agust-02 53
5 05-Mar-02 634 16 29-Agust-02 215
6 18-Mar-02 632 8,0 644 17 10-Sep-02 185
7 01-Apr-02 819 8,1 1058 18 09-Okt-02 158 8,1 1468
8 15-Apr-02 816 8,1 1058 19 04-Nop-02 245
9 02-Mei-02 7,8 1261 20 18-Nop-02 176 8,1 563
10 13-Mei-02 545 7,6 1478 21 10-Des-02 175
11 21-Mei-02 450 8,3 1269

Tabel B.16. Outflow Stasiun RB37


Date Total RB- Date Total RB-
No Measurement 37 No Measurement 37
gpm gpm
1 07-Jan-02 651 13 11-Jun-02 471
2 21-Jan-02 644 14 05-Jul-02 339
3 04-Feb-02 868 15 15-Jul-02 321
4 18-Feb-02 648 16 05-Agust-02 343
5 04-Mar-02 622 17 29-Agust-02 371
6 18-Mar-02 837 18 10-Sep-02 513
7 01-Apr-02 837 19 23-Sep-02 84
8 15-Apr-02 544 20 09-Okt-02 305
9 02-Mei-02 657 21 04-Nop-02 292
10 13-Mei-02 601 22 18-Nop-02 562
11 21-Mei-02 522 23 10-Des-02 531
12 01-Jun-02 546
105

Tabel B.17. Outflow Stasiun 3370/L South~IA

Date Total Date Total


No Measurement IA No Measurement IA
gpm gpm
1 07-Jan-02 36 11 05-Jul-02 34
2 21-Jan-02 36 12 15-Jul-02 18
3 05-Feb-02 42 13 05-Agust-02 62
4 20-Feb-02 40 14 21-Agust-02 39
5 05-Mar-02 41 15 29-Agust-02 37
6 18-Mar-02 20 16 10-Sep-02 45
7 01-Apr-02 43 17 09-Okt-02 25
8 12-Apr-02 43 18 04-Nop-02 21
9 02-Mei-02 41 19 18-Nop-02 31
10 13-Mei-02 48 20 10-Des-02 29

Tabel B.18. Outflow Stasiun 3370/L IZFA

Date Total Date Total


No Measurement IZFA No Measurement IZFA
gpm gpm
1 07-Jan-02 293 9 02-Mei-02 218
2 21-Jan-02 283 10 13-Mei-02 134
3 05-Feb-02 607 11 21-Mei-02 312
4 18-Feb-02 348 12 05-Jul-02 245
5 05-Mar-02 360 13 15-Jul-02 473
6 18-Mar-02 377 14 05-Agust-02 330
7 01-Apr-02 385 15 10-Sep-02 320
8 15-Apr-02 309

Tabel B.19. Outflow Stasiun X/C#10

Date Total Date Total


No Measurement X/C10 No Measurement X/C10
gpm gpm
1 07-Jan-02 187 12 05-Jul-02 236
2 21-Jan-02 478 13 15-Jul-02 261
3 04-Feb-02 170 14 05-Agust-02 304
4 18-Feb-02 223 15 19-Agust-02 317
5 05-Mar-02 262 16 29-Agust-02 181
6 18-Mar-02 202 17 10-Sep-02 178
7 15-Apr-02 308 18 23-Sep-02 139
8 02-Mei-02 239 19 09-Okt-02 133
9 13-Mei-02 296 20 04-Nop-02 151
10 01-Jun-02 235 21 18-Nop-02 191
11 11-Jun-02 201 22 10-Des-02 188
106

Tabel B.20. Outflow Stasiun SC

Date Total SC Date Total SC


No Measurement No Measurement
gpm gpm
1 07-Jan-02 6 7 01-Apr-02 6
2 21-Jan-02 7,5 8 15-Apr-02 4
3 05-Feb-02 7 9 02-Mei-02 4
4 20-Feb-02 7 10 20-Jun-02 4
5 04-Mar-02 5 11 29-Agust-02 5,49
6 18-Mar-02 5 12 10-Sep-02 6,01

Tabel B.21. Outflow Stasiun 3388/L DE

Date Total DE
No Measurement
Gpm
1 7-Jan-02 176
2 4-Feb-02 176
3 5-Mar-02 176
4 15-Apr-02 175
5 2-May-02 169
6 5-Jul-02 85

Tabel B.22. Outflow Stasiun 3406/L DRD

Date Total Date Total


No Measurement DRD No Measurement DRD
gpm gpm
1 07-Jan-02 938 13 05-Jul-02 996
2 21-Jan-02 711 14 15-Jul-02 1059
3 05-Feb-02 732 15 05-Agust-02 871
4 20-Feb-02 882 16 19-Agust-02 438
5 04-Mar-02 723 17 29-Agust-02 640
6 18-Mar-02 633 18 10-Sep-02 847
7 01-Apr-02 586 19 23-Sep-02 733
8 15-Apr-02 670 20 09-Okt-02 592
9 02-Mei-02 699 21 04-Nop-02 704
10 13-Mei-02 802 22 18-Nop-02 735
11 01-Jun-02 817 23 03-Des-02 859
12 11-Jun-02 882
107

Tabel B.23. Outflow Stasiun 110A

Date Total Stn 110 Date Total Stn 110


No Measurement No Measurement
gpm pH EC gpm pH EC
1 07-Jan-02 75 6 01-Jun-02 50
2 21-Jan-02 75 7 05-Jul-02 40
3 20-Feb-02 72 8 05-Agust-02 40
4 01-Apr-02 75 9 10-Sep-02 40
5 02-Mei-02 55 10 09-Okt-02 45

Tabel B.24. Outflow Stasiun 2940/L~HF-1(FAS)

Date Total FAS Date Total FAS


No Measurement No Measurement
gpm pH EC gpm pH EC
1 03-Jan-02 1274 1420 7,5 9 02-Mei-02 2158 1400 7,8
2 21-Jan-02 2097 1678 8,4 10 20-Jun-02 1720
3 05-Feb-02 2078 1626 8,9 11 09-Jul-02 2892
4 20-Feb-02 2592 1728 8,7 12 05-Agust-02 1195
5 11-Mar-02 2332 695 8,5 13 16-Sep-02 1593 1961 8,1
6 18-Mar-02 2359 695 9,5 14 09-Okt-02 1050
7 01-Apr-02 2435 448 7,9 15 18-Nop-02 950
8 15-Apr-02 16 10-Des-02 1120

B.3. Aliran Alir Keluar (Outflow) Daerah DOZ

Tabel B.25. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-07

Total DOW-07 Total DOW-07


No Date No Date
Measurement gpm pH Remark Measurement gpm pH Remark
1 03-Jan-02 No measured 12 22-Jul-02 No measured
2 31-Jan-02 No measured 13 05-Agust-02 No measured
3 12-Feb-02 No measured 14 12-Agust-02 No measured
4 27-Feb-02 No measured 15 13-Agust-02 No measured
5 11-Mar-02 No measured 16 05-Sep-02 No measured
6 25-Mar-02 No measured 17 16-Sep-02 No measured
7 09-Apr-02 No measured 18 14-Okt-02 No measured
8 06-Mei-02 No measured 19 11-Nop-02 No measured
9 18-Mei-02 No measured 20 03-Des-02 372
10 06-Jun-02 No measured 21 16-Des-02 308
11 09-Jul-02 No measured
108

Tabel B.26. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-09

Date Total DOW-09 Date Total DOW-09


No No
Measurement gpm pH Remark Measurement gpm pH Remark
No
1 03-Jan-02 measured 11 09-Jul-02
No
2 31-Jan-02 measured 12 22-Jul-02 8
3 12-Feb-02 12 13 12-Agust-02 55
4 27-Feb-02 14 19-Agust-02 87
5 11-Mar-02 12 15 05-Sep-02 52
6 25-Mar-02 16 16-Sep-02 58
7 08-Apr-02 17 14-Okt-02 49
8 06-Mei-02 18 11-Nop-02 55
9 18-Mei-02 19 03-Des-02 39
10 06-Jun-02 20 16-Des-02 42

Tabel B.27. Outflow Stasiun M-15

M-15 ( Total ) M-15 ( Total )


No Date No Date
Measurement gpm pH Remarks Measurement gpm pH Remarks
1 03-Jan-02 dry 10 09-Jul-02 dry

2 31-Jan-02 dry 11 22-Jul-02 dry

3 12-Feb-02 dry 12 12-Agust-02 dry

4 25-Feb-02 dry 13 05-Sep-02 dry

5 08-Apr-02 dry 14 16-Sep-02 dry

6 06-Mei-02 dry 15 14-Okt-02 dry

7 18-Mei-02 dry 16 11-Nop-02 dry

8 18-Mei-02 dry 17 17-Des-02 dry


9 18-Jun-02 dry

Tabel B.28. Outflow Stasiun M-16

Date M-16 ( Total ) Date M-16 ( Total )


No No
Measurement gpm pH Remarks Measurement gpm pH Remarks
Not measured Normal
1 03-Jan-02 normal 9 09-Jul-02 dry
2 31-Jan-02 10 estimate 10 22-Jul-02 dry
3 12-Feb-02 10 estimate 11 12-Agust-02 dry
4 25-Mar-02 dry 12 05-Sep-02 dry
5 08-Apr-02 dry 13 16-Sep-02 dry
6 06-Mei-02 dry 14 14-Okt-02 dry
7 18-Mei-02 dry 15 11-Nop-02 dry
8 06-Jun-02 dry 16 19-Des-02 dry
109

Tabel B.29. Outflow Stasiun M-17

M-17 ( Total ) M-17 ( Total )


No Date No Date
Measurement gpm pH Remarks Measurement gpm pH Remarks
1 03-Jan-02 dry 9 09-Jul-02 dry
2 31-Jan-02 dry 10 22-Jul-02 dry
3 12-Feb-02 dry 11 12-Agust-02 dry
4 25-Feb-02 dry 12 05-Sep-02 dry
5 08-Apr-02 dry 13 16-Sep-02 dry
6 06-Mei-02 dry 14 14-Okt-02 dry
7 18-Mei-02 dry 15 11-Nop-02 dry
8 06-Jun-02 dry 16 19-Des-02 dry

Tabel B.30. Outflow Stasiun M-18

M-18 ( Total ) M-18 ( Total )


No Date No Date
Measurement gpm pH Remarks Measurement gpm pH Remarks
1 03-Jan-02 52 7,53 11 06-Jun-02 Not measured dry
2 31-Jan-02 45 Estimate 12 09-Jul-02 Not measured dry
3 12-Feb-02 50 Estimate 13 22-Jul-02 Not measured dry
4 27-Feb-02 7,67 no access 14 12-Agust-02 Not measured
5 11-Mar-02 45 Estimate 15 13-Agust-02 Not measured
6 25-Mar-02 40 16 16-Sep-02 Not measured
7 08-Apr-02 Not measured dry 17 14-Okt-02 Not measured
8 23-Apr-02 Not measured dry 18 11-Nop-02 Not measured
9 06-Mei-02 Not measured dry 19 19-Des-02 dry
10 18-Mei-02 Not measured dry

Tabel B.31. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-14

Total DOW- Total DOW-


No Date 14 No Date 14
Measurement gpm Measurement gpm
1 0 10 27-Agust-02 11
2 18-Mei-02 11 11 05-Sep-02 18
3 0 12 11-Sep-02 9
4 0 13 16-Sep-02 14
5 06-Jun-02 8 14 14-Okt-02 11
6 09-Jul-02 14 15 12-Nop-02 21
7 22-Jul-02 22 16 03-Des-02 13
8 12-Agust-02 25 17 16-Des-02 11
9 19-Agust-02 10
110

Tabel B.32. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-19

Total DOW- Total DOW-


No Date 19 No Date 19
Measurement gpm Measurement gpm
1 03-Jan-02 21 11 06-Jun-02 3
2 31-Jan-02 12 09-Jul-02 3
3 12-Feb-02 17 13 22-Jul-02
4 27-Feb-02 14 12-Agust-02 1
5 11-Mar-02 5 15 13-Agust-02
6 25-Mar-02 16 16-Sep-02 1
7 08-Apr-02 3 17 14-Okt-02 1
8 23-Apr-02 18 11-Nop-02 1
9 06-Mei-02 3 19 19-Des-02
10 18-Mei-02

Tabel B.33. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-21

Total DOW-21 Total DOW-21


No Date No Date
Measurement gpm pH Average Measurement gpm pH Average
1 03-Jan-02 2 12 18-Mei-02 506 506
2 31-Jan-02 64 33 13 06-Jun-02 446 485,9
3 12-Feb-02 39 51,5 14 09-Jul-02 446 465,9
4 27-Feb-02 16 27,5 15 22-Jul-02 485 458,9
5 11-Mar-02 2 9 16 12-Agust-02 394 441,6
6 25-Mar-02 2 2 17 05-Sep-02 366 415
7 08-Apr-02 36 19 18 16-Sep-02 487 415,6
8 23-Apr-02 189 112,5 19 14-Okt-02 391 409,5
9 06-Mei-02 550 369,5 20 11-Nop-02 406 412,5
10 14-Mei-02 21 02-Des-02 361
11 18-Mei-02 506 528 22 17-Des-02 384 372,6

Tabel B.34. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-22+Seep

Total DOW-22+seep Total DOW-22+Seep


No Date No Date
Measurement gpm pH Remarks Measurement gpm pH Remarks
1 03-Jan-02 437 8 12 06-Jun-02
2 31-Jan-02 496 8 13 09-Jul-02
3 12-Feb-02 767 8 14 22-Jul-02 279 8
4 27-Feb-02 8 15 12-Agust-02 523
5 11-Mar-02 60 8 16 19-Agust-02 935
6 25-Mar-02 17 05-Sep-02 382
7 08-Apr-02 415 8 18 16-Sep-02 351
8 23-Apr-02 596 9 19 14-Okt-02 360
9 06-Mei-02 596 9 20 11-Nop-02 365
10 14-Mei-02 204 21 19-Des-02 325
11 18-Mei-02
111

Tabel B.35. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~Pipe

DOZ- DOZ-
No Date Pipe No Date Pipe
Measurement gpm Measurement gpm
1 03-Jan-02 1608 10 06-Jun-02 2415
2 31-Jan-02 1195 11 09-Jul-02 1345
3 12-Feb-02 1560 12 22-Jul-02 2150
4 27-Feb-02 1110 13 12-Agust-02
5 11-Mar-02 990 14 19-Agust-02 2020
6 25-Mar-02 1021 15 16-Sep-02 2010
7 08-Apr-02 1133 16 14-Okt-02
8 06-Mei-02 2350 17 Nop-02
9 18-Mei-02 2345 18 19-Des-02 2000

Tabel B.36. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-23

Date Total DOW-23 Date Total DOW-23


No No
Measurement gpm Average Measurement gpm Average
1 03-Jan-02 533 12 06-Jun-02 716
2 31-Jan-02 757 645 13 09-Jul-02 233
3 12-Feb-02 794 14 22-Jul-02 803 584
4 27-Feb-02 650 722 15 12-Agust-02 625 554
5 11-Mar-02 828 16 19-Agust-02 597 675
6 25-Mar-02 855 841 17 05-Sep-02 812 678
7 08-Apr-02 832 18 16-Sep-02 812 812
8 23-Apr-02 978 905 19 14-Okt-02 795 804
9 06-Mei-02 876 20 11-Nop-02 700 748
10 14-Mei-02 888 882 21 03-Des-02 508
11 18-Mei-02 331 22 17-Des-02 575 542

Tabel B.37. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-24

Total DOW-24 Total DOW-24


No Date No Date
Measurement gpm Average Remarks Measurement gpm Average Remarks
1 03-Jan-02 20 11 06-Jun-02 1 1
2 31-Jan-02 15 18 12 09-Jul-02 16 8
3 12-Feb-02 14 15 13 22-Jul-02 25 21
4 27-Feb-02 14 14 14 12-Agust-02 29 27
5 11-Mar-02 13 14 15 19-Agust-02 19 24
6 25-Mar-02 2 8 16 05-Sep-02 34 27
7 08-Apr-02 1 2 17 16-Sep-02 13 24
8 23-Apr-02 1 1 18 14-Okt-02 18 16
9 06-Mei-02 1 1 19 11-Nop-02 0 9
10 18-Mei-02 1 1 20 17-Des-02 20
112

Tabel B.38. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-25

Total DOW- Total DOW-


No Date 25 No Date 25
Measurement gpm Measurement gpm
1 03-Jan-02 55 11 18-Mei-02 0
2 31-Jan-02 5 12 06-Jun-02 0
3 12-Feb-02 3 13 09-Jul-02 0
4 27-Feb-02 2 14 22-Jul-02 0
5 11-Mar-02 3 15 12-Agust-02 19
6 25-Mar-02 3 16 05-Sep-02 15
7 08-Apr-02 50 17 16-Sep-02
8 23-Apr-02 0 18 14-Okt-02 14
9 06-Mei-02 0 19 11-Nop-02 12
10 14-Mei-02 25 20 17-Des-02 0

Tabel B.39. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-26

Date Total DOW-26 Date Total DOW-26


No Measurement No Measurement
gpm Average gpm Average
1 03-Jan-02 1123 1037 12 06-Jun-02 939 1204
2 31-Jan-02 1063 1093 13 09-Jul-02 938 1033
3 12-Feb-02 1080 1071 14 22-Jul-02 869 904
4 27-Feb-02 1218 1149 15 12-Agust-02 2543 1706
5 11-Mar-02 957 1088 16 19-Agust-02 44 1294
6 25-Mar-02 753 855 17 05-Sep-02 821 433
7 08-Apr-02 780 767 18 16-Sep-02 776 799
8 23-Apr-02 1414 1097 19 14-Okt-02 833 805
9 06-Mei-02 1038 1226 20 11-Nop-02 740 787
10 14-Mei-02 1454 21 03-Des-02 800
11 18-Mei-02 1221 1143 22 17-Des-02 728 764

Tabel B.40. Outflow Stasiun 3050/L DOZ~DOW-27

Date Total DOW-27 Date Total DOW-27


No Measurement No Measurement
gpm Remarks gpm Remarks
1 03-Jan-02 3 11 06-Jun-02 0 Dry
2 31-Jan-02 Dry 12 09-Jul-02 0 Dry
3 12-Feb-02 2 Dry 13 22-Jul-02 0 Dry
4 27-Feb-02 0 Dry 14 12-Agust-02 0 Dry
5 11-Mar-02 0 Dry 15 09-Sep-02 4 calculate
6 25-Mar-02 0 Dry 16 16-Sep-02
7 08-Apr-02 0 Dry 17 14-Okt-02 2 calculate
8 23-Apr-02 0 Dry 18 11-Nop-02 3 calculate
9 06-Mei-02 0 Dry 19 17-Des-02 2 calculate
10 18-Mei-02 0 Dry
113

Tabel B.41. Outflow Stasiun 3100/L Ramp A~DZ


Total DZ-Ramp A Total DZ-Ramp A
No Date No Date
Measurement gpm pH EC Measurement gpm pH EC
1 03-Jan-02 84 7,7 1450 12 06-Jun-02
2 31-Jan-02 30 13 22-Jul-02
3 12-Feb-02 28 7,6 1425 14 09-Jul-02 41 7,5 1247
4 27-Feb-02 26 8,1 1370 15 22-Jul-02
5 11-Mar-02 38 7,8 567 16 12-Agust-02 45
6 25-Mar-02 38 7,8 567 17 16-Sep-02 61
7 06-Apr-02 37 6,3 254 18 14-Okt-02 45
8 23-Apr-02 34 8,0 1161 19 11-Nop-02 39 7,6 1544
9 06-Mei-02 31 7,7 1243 20 03-Des-02 34
10 18-Mei-02 21 19-Des-02 33 7,7
11 06-Jun-02

Tabel B.42. Outflow Stasiun DZRA32-Ramp A


Total DZ-Ramp A Total DZ-Ramp A
No Date No Date
Measurement gpm Average Remarks Measurement gpm Average Remarks
1 03-Jan-02 52 13 09-Jul-02 42 24 Calculated
2 21-Jan-02 54 53 14 22-Jul-02 80 61 Calculated
3 31-Jan-02 114 73 15 16-Agust-02 82 81 Calculated
4 12-Feb-02 35 74 16 29-Agust-02 92 87 Calculated
5 27-Feb-02 75 55 17 05-Sep-02 91 91 Calculated
6 11-Mar-02 58 66 18 16-Sep-02 84 87 Calculated
7 25-Mar-02 272 165 Calculated 19 24-Sep-02 83 84 Calculated
8 06-Apr-02 120 196 Calculated 20 14-Okt-02 33 58 Calculated
9 23-Apr-02 43 82 Calculated 21 11-Nop-02 77 55 Calculated
10 06-Mei-02 96 70 Calculated 22 03-Des-02 71 Calculated
11 18-Mei-02 6 51 Calculated 23 19-Des-02 67 69 Calculated
12 06-Jun-02 6 6 Calculated

Tabel B.43. Outflow Stasiun 3100/L DZVR


Total DZVR32 Total DZVR32
No Date No Date
Measurement gpm pH Average Measurement gpm pH Average
1 05-Jan-02 152 14 06-Jun-02 71 71
2 21-Jan-02 75 15 09-Jul-02 71 71
3 31-Jan-02 59 95 16 22-Jul-02 75 7,1 73
4 12-Feb-02 101 17 05-Agust-02 70 73
5 27-Feb-02 76 88 18 12-Agust-02 75 7,1 73
6 11-Mar-02 72 74 19 16-Agust-02 63 8,7 69
7 25-Mar-02 71 72 20 19-Agust-02 38 8,3 51
8 06-Apr-02 63 67 21 05-Sep-02 45 7,8 41
9 23-Apr-02 34 49 22 16-Sep-02
10 06-Mei-02 64 49 23 14-Okt-02 48 7,5
11 18-Mei-02 0 32 24 11-Nop-02 53
12 06-Jun-02 71 36 25 03-Des-02 105
13 06-Jun-02 71 71 26 19-Des-02 65 7,3 85
114

Tabel B.44. Outflow Stasiun 3100/L Ramp A~DZ VR3&4

Total V/R#4 Total V/R#3


No Date
Measurement Gpm EC pH gpm EC PH
1 3-Jan-02 420 245 7.5 10 - -
2 21-Jan-02 314 11 - -
3 1-Feb-02 237 697 7.2 8
4 12-Feb-02 225 417 7.7 7 - -
5 27-Feb-02 398 495 8.4 10 - -
6 11-Mar-02 122 10 - -
7 25-Mar-02 243 405 7.9 4 - -
8 6-Apr-02 289 1152 8.0 5 - -
9 23-Apr-02 243 619 8.0 7 - -
10 6-May-02 381 7.84 8.0 4 - -
11 18-May-02 - -
12 6-Jun-02 136 7.6 10 - -
13 09-Jul-02 242 1123 7.6 10 - -
14 22-Jul-02 186 1067 7.9 12 - -
15 05-Aug-02 191 9 - -
16 16-Aug-02 265 730 7.8 8 - -
17 05-Sep-02 203 7 - -
18 14-Oct-02 264 1823 7.6 6 - -
19 11-Nov-02 131 45 - -
20 03-Dec-02 235.31 15
21 12-Dec-02 141 1471 7.59 20 1110 7.76

Tabel B.45. Outflow Stasiun 2940/L MLA~DZ-01

Total Total
No Date DZ01 No Date DZ01
Measurement gpm Measurement gpm
1 14-Jan-02 11 18-Mei-02 1
2 31-Jan-02 12 06-Jun-02 18
3 12-Feb-02 156 13 09-Jul-02 18
4 01-Mar-02 62 14 22-Jul-02 48
5 11-Mar-02 263 15 05-Sep-02 39
6 25-Mar-02 62 16 16-Sep-02 34
7 06-Apr-02 17 11-Nop-02 28
8 23-Apr-02 44 18 03-Des-02 32
9 06-Mei-02 42 19 17-Des-02 38
10 15-Mei-02 74
115

Tabel B.46. Outflow Stasiun 3079/ DZTH-24

Total Total
No Date DZTH24 No Date DZTH24
Measurement gpm Measurement gpm
1 11-Sep-02 0 7 21-Sep-02 74
2 13-Sep-02 0 8 26-Sep-02 60
3 14-Sep-02 0 9 05-Okt-02 65
4 17-Sep-02 0 10 16-Okt-02 230
5 18-Sep-02 0 11 12-Nop-02 325
6 20-Sep-02 0 12 16-Des-02 308

Tabel B.47. Outflow Stasiun 3079/L Haulage Truck~DZTH37-01

Total DZTH37- Total DZTH37-


No Date 01 No Date 01
Measurement gpm Measurement gpm
1 05-Feb-02 19 12 09-Jul-02 24
2 15-Feb-02 31 13 22-Jul-02 20
3 01-Mar-02 33 14 16-Agust-02 97
4 11-Mar-02 51 15 29-Agust-02
5 25-Mar-02 59 16 05-Sep-02 37
6 06-Apr-02 58 17 14-Sep-02
7 23-Apr-02 45 18 16-Sep-02 157
8 06-Mei-02 39 19 11-Okt-02
9 15-Mei-02 57 20 14-Okt-02 53
10 18-Mei-02 3 21 11-Nop-02 58
11 06-Jun-02 3 22 16-Des-02 45

Tabel B.48. Outflow Stasiun 3079/L Haulage Truck~DZTH37-02

Total DZTH37- Total DZTH37-


No Date 02 No Date 02
Measurement gpm Measurement gpm
1 29-Agust-02 8 6 14-Okt-02 128
2 05-Sep-02 23 7 11-Nop-02 117
3 14-Sep-02 85 8 14-Nop-02 125
4 16-Sep-02 39 9 16-Des-02 112465
5 11-Okt-02 128
116

B.4. Water Balance Daerah EESS Tahun 2002

Tabel B.49. Water Balance Daerah EESS Tahun 2002


Aliran Data Jan-02 Feb-02 Mar-02 Apr-02 May-02 Jun-02 Jul-02 Aug-02 Sep-02 Oct-02 Nov-02 Dec-02
Inflow (MER) F 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9
P(mm/hari) 11.87 13.54 15.77 10.63 4.87 14.73 4.74 4.13 4 12.005 11.0825 10.67
A(m2) 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403
R(m3/hari) 16808.67 19173.49 22331.31 15052.75 6896.23 20858.61 6712.14 5848.34 5664.25 16999.84 15693.52 15109.39
R(gpm) 3083.933 3517.814 4097.188 2761.77 1265.27 3826.987 1231.49 1073.01 1039.24 3119.007 2879.333 2772.162
Inflow (YLV) F 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9
P(mm/hari) 10.1 10.82 13.94 10.97 3.16 13.33 5.1 4.23 4.47 4.55 10.78 10.77
A(m2) 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403
R(m3/hari) 14302.24 15321.8 19739.92 15534.21 4474.76 18876.12 7221.92 5989.95 6329.8 6443.087 15265.16 15251
R(gpm) 2624.071 2811.134 3621.738 2850.105 820.996 3463.254 1325.03 1098.99 1161.35 1182.131 2800.741 2798.143
Inflow (LSB) F 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9
P(mm/hari) 13.8 18.85 21.71 13.77 7.95 17.48 5.77 5.52 5.6 8.73 12.32 11.18
A(m2) 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403 1573403
R(m3/hari) 19541.67 26692.79 30742.73 19499.19 11257.7 24752.78 8170.68 7816.67 7929.95 12362.23 17445.9 15831.58
R(gpm) 3585.364 4897.4 5640.454 3577.57 2065.48 4541.462 1499.1 1434.15 1454.93 2268.133 3200.847 2904.665
Total Inflow 9293.368 11226.35 13359.38 9189.445 4151.75 11831.7 4055.62 3606.15 3655.51 6569.271 8880.922 8474.97
Outflow 6575 6839 6174 7381 8269 7185 6996 6508 6367 5330 5503 5450
S 2718.368 4387.347 7185.379 1808.445 -4117.25 4646.702 -2940.38 -2901.85 -2711.49 1239.271 3377.922 3024.97

Total Inflow 2002 = 94.294,43 gpm


Total Outflow 2002 = 78.577 gpm
S = 15.717,43 gpm
117

LAMPIRAN C
WATER LEVEL DAERAH EESS

C.1. Piezometer di Daerah Utara EESS


Piezometer G9-10
Location : DOM
Easting : 737053.982
Northing : 9549412.496
Elevation : 3611.307
Tabel C.1. Piezometer G9-10
Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active
G9-10 181.28 3430.03 0.00 Faumai 12-Oct-01 TRUE
G9-10 171.70 3439.61 -9.58 Faumai 26-Oct-01 TRUE
G9-10 173.00 3438.31 -8.28 Faumai 14-Nov-01 TRUE
G9-10 172.60 3438.71 -8.68 Faumai 28-Nov-01 TRUE
G9-10 188.10 3423.21 6.82 Faumai 13-Dec-01 TRUE
G9-10 188.00 3423.31 6.72 Faumai 07-Jan-02 TRUE
G9-10 188.00 3423.31 6.72 Faumai 07-Feb-02 TRUE
G9-10 178.77 3432.54 -2.51 Faumai 20-Feb-02 TRUE
G9-10 188.00 3423.31 6.72 Faumai 07-Mar-02 TRUE
G9-10 178.70 3432.61 -2.58 Faumai 19-Mar-02 TRUE
G9-10 178.50 3432.81 -2.78 Faumai 01-Apr-02 TRUE
G9-10 179.00 3432.31 -2.28 Faumai 15-Apr-02 TRUE
G9-10 178.00 3433.31 -3.28 Faumai 03-Jun-02 TRUE
G9-10 217.47 3393.84 36.19 Faumai 15-Jul-02 TRUE
G9-10 219.00 3392.31 37.72 Faumai 31-Jul-02 TRUE
G9-10 198.58 Faumai 10-Sep-02 TRUE
118

G9-10 224.72 3386.59 43.44 Faumai 09-Oct-02 TRUE


G9-10 224.68 3386.63 43.40 Faumai 05-Nov-02 TRUE

Piezometer G9-11
Location : DOM
Easting : 737054.021
Northing : 9549413.05
Elevation : 3611.265
Tabel C.2. Piezometer G9-11
Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active
G9-11 0.46 3610.81 0.00 Kais 10-Oct-02 12-Oct-01 TRUE
G9-11 8.30 3602.97 7.84 Kais 10-Oct-02 26-Oct-01 TRUE
G9-11 9.30 3601.97 8.84 Kais 10-Oct-02 14-Nov-01 TRUE
G9-11 10.25 3601.02 9.79 Kais 10-Oct-02 28-Nov-01 TRUE
G9-11 10.40 3600.87 9.94 Kais 10-Oct-02 13-Dec-01 TRUE
G9-11 11.00 3600.27 10.54 Kais 10-Oct-02 07-Jan-02 TRUE
G9-11 11.50 3599.77 11.04 Kais 10-Oct-02 07-Feb-02 TRUE
G9-11 9.98 3601.29 9.52 Kais 10-Oct-02 20-Feb-02 TRUE
G9-11 11.50 3599.77 11.04 Kais 10-Oct-02 07-Mar-02 TRUE
G9-11 11.60 3599.67 11.14 Kais 10-Oct-02 19-Mar-02 TRUE
G9-11 12.10 3599.17 11.64 Kais 10-Oct-02 01-Apr-02 TRUE
G9-11 12.00 3599.27 11.54 Kais 10-Oct-02 15-Apr-02 TRUE
G9-11 15.00 3596.27 14.54 Kais 10-Oct-02 03-Jun-02 TRUE
G9-11 14.68 3596.59 14.22 Kais 10-Oct-02 15-Jul-02 TRUE
G9-11 19.25 3592.02 18.79 Kais 10-Oct-02 31-Jul-02 TRUE
G9-11 20.58 3590.69 20.12 Kais 10-Oct-02 10-Sep-02 TRUE
G9-11 20.53 3590.74 20.07 Kais 10-Oct-02 09-Oct-02 TRUE
119

G9-11 22.67 3588.60 22.22 Kais 10-Oct-02 05-Nov-02 TRUE

Piezometer DRD03-08
Location :
Easting : 737494.326
Northing : 9549354.746
Elevation : 3407.23

Tabel C.3. Piezometer DRD03-08


Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active
DRD03-08 69.00 3338.23 0.00 Fumai 18-Oct-02 02-Oct-02 TRUE
DRD03-08 132.92 3274.31 63.92 Fumai 18-Oct-02 09-Oct-02 TRUE
DRD03-08 142.74 3264.49 73.74 Fumai 18-Oct-02 11-Oct-02 TRUE
DRD03-08 201.63 3205.60 132.63 Fumai 18-Oct-02 04-Nov-02 TRUE

Piezometer DRD03-09
Location :
Easting : 737559.854
Northing : 9549361.797
Elevation : 3407.23

Tabel C.4. Piezometer DRD03-09


Name Depth to Water Water Level Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active
DRD03-09 179.57 3227.66 Waripi 18-Oct-02 16-Oct-02 TRUE
120

C.2. Piezometer di Daerah Timur EESS


Piezometer TEW05-05
Location :
Easting : 736668
Northing : 9549128
Elevation : 3607

Tabel C.5. Piezometer TEW05-05


Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active
TEW05-05 69.00 3538.00 0.00 Diorite 18-Oct-02 02-Oct-02 TRUE
TEW05-05 124.88 3482.12 55.88 Diorite 18-Oct-02 01-Nov-02 TRUE
TEW05-05 12397.00 3483.03 54.97 Diorite 18-Oct-02 05-Nov-02 TRUE

Piezometer VSW-31
Location : DOM
Easting : 736104.19
Northing : 9549074.3
Elevation : 3785.34

Tabel C.6. Piezometer VSW-31


Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active
VZW-31 3635.44 0.00 Diorite 4 2000 17-Dec-02 19-Apr-00 TRUE
VZW-31 3634.24 1.20 Diorite 4 2000 17-Dec-02 20-Apr-00 TRUE
121

VZW-31 3632.64 2.80 Diorite 4 2000 17-Dec-02 21-Apr-00 TRUE


VZW-31 3632.56 2.88 Diorite 4 2000 17-Dec-02 25-Apr-00 TRUE
VZW-31 3632.54 2.90 Diorite 4 2000 17-Dec-02 01-May-00 TRUE
VZW-31 3626.85 8.59 Diorite 4 2000 17-Dec-02 04-May-00 TRUE
VZW-31 3628.94 6.50 Diorite 4 2000 17-Dec-02 24-May-00 TRUE
VZW-31 3631.74 3.70 Diorite 4 2000 17-Dec-02 30-May-00 TRUE
VZW-31 3631.74 3.70 Diorite 4 2000 17-Dec-02 31-May-00 TRUE
VZW-31 3627.94 7.50 Diorite 4 2000 17-Dec-02 08-Jun-00 TRUE
VZW-31 3629.24 6.20 Diorite 4 2000 17-Dec-02 22-Jun-00 TRUE
VZW-31 Diorite 4 2000 17-Dec-02 11-Jul-00 TRUE
VZW-31 3627.54 7.90 Diorite 4 2000 17-Dec-02 24-Jul-00 TRUE
VZW-31 3632.14 3.30 Diorite 4 2000 17-Dec-02 16-Aug-00 TRUE
VZW-31 3623.54 11.90 Diorite 4 2000 17-Dec-02 25-Sep-00 TRUE
VZW-31 3622.79 12.65 Diorite 4 2000 17-Dec-02 02-Oct-00 TRUE
VZW-31 3622.69 12.75 Diorite 4 2000 17-Dec-02 11-Oct-00 TRUE
VZW-31 3624.54 10.90 Diorite 4 2000 17-Dec-02 16-Oct-00 TRUE
VZW-31 3622.44 13.00 Diorite 4 2000 17-Dec-02 23-Oct-00 TRUE
VZW-31 3622.11 13.33 Diorite 4 2000 17-Dec-02 01-Nov-00 TRUE
VZW-31 3619.12 16.32 Diorite 4 2000 17-Dec-02 14-Nov-00 TRUE
VZW-31 3618.94 16.50 Diorite 4 2000 17-Dec-02 29-Nov-00 TRUE
VZW-31 3617.34 18.10 Diorite 4 2000 17-Dec-02 12-Dec-00 TRUE
VZW-31 3616.84 18.60 Diorite 4 2000 17-Dec-02 15-Dec-00 TRUE
VZW-31 3616.74 18.70 Diorite 4 2000 17-Dec-02 18-Dec-00 TRUE
VZW-31 3616.73 18.71 Diorite 4 2000 17-Dec-02 30-Dec-00 TRUE
VZW-31 3616.44 19.00 Diorite 4 2000 17-Dec-02 02-Jan-01 TRUE
VZW-31 3616.40 19.04 Diorite 4 2000 17-Dec-02 12-Jan-01 TRUE
VZW-31 3618.04 17.40 Diorite 4 2000 17-Dec-02 15-Jan-01 TRUE
VZW-31 3617.99 17.45 Diorite 4 2000 17-Dec-02 24-Jan-01 TRUE
VZW-31 3615.81 19.63 Diorite 4 2000 17-Dec-02 30-Jan-01 TRUE
122

VZW-31 3615.78 19.66 Diorite 4 2000 17-Dec-02 01-Feb-01 TRUE


VZW-31 3615.70 19.74 Diorite 4 2000 17-Dec-02 08-Feb-01 TRUE
VZW-31 3615.68 19.76 Diorite 4 2000 17-Dec-02 13-Feb-01 TRUE
VZW-31 3616.44 19.00 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-Feb-01 TRUE
VZW-31 3616.42 19.02 Diorite 4 2000 17-Dec-02 22-Feb-01 TRUE
VZW-31 3616.64 18.80 Diorite 4 2000 17-Dec-02 01-Mar-01 TRUE
VZW-31 3615.14 20.30 Diorite 4 2000 17-Dec-02 02-Mar-01 TRUE
VZW-31 3614.39 21.05 Diorite 4 2000 17-Dec-02 06-Mar-01 TRUE
VZW-31 3613.79 21.65 Diorite 4 2000 17-Dec-02 07-Mar-01 TRUE
VZW-31 3614.28 21.16 Diorite 4 2000 17-Dec-02 09-Mar-01 TRUE
VZW-31 3614.20 21.24 Diorite 4 2000 17-Dec-02 13-Mar-01 TRUE
VZW-31 3614.88 20.56 Diorite 4 2000 17-Dec-02 21-Mar-01 TRUE
VZW-31 3614.39 21.05 Diorite 4 2000 17-Dec-02 26-Mar-01 TRUE
VZW-31 3614.34 21.10 Diorite 4 2000 17-Dec-02 30-Mar-01 TRUE
VZW-31 3614.06 21.38 Diorite 4 2000 17-Dec-02 03-Apr-01 TRUE
VZW-31 3613.89 21.55 Diorite 4 2000 17-Dec-02 04-Apr-01 TRUE
VZW-31 3613.70 21.74 Diorite 4 2000 17-Dec-02 05-Apr-01 TRUE
VZW-31 3613.64 21.80 Diorite 4 2000 17-Dec-02 06-Apr-01 TRUE
VZW-31 3613.32 22.12 Diorite 4 2000 17-Dec-02 07-Apr-01 TRUE
VZW-31 3613.32 22.12 Diorite 4 2000 17-Dec-02 09-Apr-01 TRUE
VZW-31 3613.28 22.16 Diorite 4 2000 17-Dec-02 10-Apr-01 TRUE
VZW-31 3613.28 22.16 Diorite 4 2000 17-Dec-02 11-Apr-01 TRUE
VZW-31 3613.26 22.18 Diorite 4 2000 17-Dec-02 12-Apr-01 TRUE
VZW-31 3613.26 22.18 Diorite 4 2000 17-Dec-02 13-Apr-01 TRUE
VZW-31 3613.29 22.15 Diorite 4 2000 17-Dec-02 14-Apr-01 TRUE
VZW-31 3613.35 22.09 Diorite 4 2000 17-Dec-02 16-Apr-01 TRUE
VZW-31 3613.46 21.98 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-Apr-01 TRUE
VZW-31 3613.44 22.00 Diorite 4 2000 17-Dec-02 18-Apr-01 TRUE
VZW-31 3613.41 22.03 Diorite 4 2000 17-Dec-02 23-Apr-01 TRUE
123

VZW-31 3613.24 22.20 Diorite 4 2000 17-Dec-02 24-Apr-01 TRUE


VZW-31 3613.04 22.40 Diorite 4 2000 17-Dec-02 26-Apr-01 TRUE
VZW-31 3612.92 22.52 Diorite 4 2000 17-Dec-02 28-Apr-01 TRUE
VZW-31 3613.04 22.40 Diorite 4 2000 17-Dec-02 30-Apr-01 TRUE
VZW-31 3613.59 21.85 Diorite 4 2000 17-Dec-02 07-May-01 TRUE
VZW-31 3613.55 21.89 Diorite 4 2000 17-Dec-02 10-May-01 TRUE
VZW-31 3614.41 21.03 Diorite 4 2000 17-Dec-02 11-May-01 TRUE
VZW-31 3612.59 22.85 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-May-01 TRUE
VZW-31 3612.21 23.23 Diorite 4 2000 17-Dec-02 19-May-01 TRUE
VZW-31 3610.78 24.66 Diorite 4 2000 17-Dec-02 25-May-01 TRUE
VZW-31 3609.73 25.71 Diorite 4 2000 17-Dec-02 31-May-01 TRUE
VZW-31 3609.02 26.42 Diorite 4 2000 17-Dec-02 08-Jun-01 TRUE
VZW-31 3608.38 27.06 Diorite 4 2000 17-Dec-02 15-Jun-01 TRUE
VZW-31 3608.08 27.36 Diorite 4 2000 17-Dec-02 19-Jun-01 TRUE
VZW-31 3608.69 26.75 Diorite 4 2000 17-Dec-02 26-Jun-01 TRUE
VZW-31 3608.84 26.60 Diorite 4 2000 17-Dec-02 28-Jun-01 TRUE
VZW-31 3611.90 23.54 Diorite 4 2000 17-Dec-02 09-Jul-01 TRUE
VZW-31 3606.19 29.25 Diorite 4 2000 17-Dec-02 12-Jul-01 TRUE
VZW-31 3606.77 28.67 Diorite 4 2000 17-Dec-02 20-Aug-01 TRUE
VZW-31 3605.82 29.62 Diorite 4 2000 17-Dec-02 24-Aug-01 TRUE
VZW-31 3603.81 31.63 Diorite 4 2000 17-Dec-02 29-Aug-01 TRUE
VZW-31 185.25 3600.79 34.65 Diorite 4 2000 17-Dec-02 11-Sep-01 TRUE
VZW-31 184.04 3601.00 34.44 Diorite 4 2000 17-Dec-02 14-Sep-01 TRUE
VZW-31 185.1 3600.94 34.50 Diorite 4 2000 17-Dec-02 19-Sep-01 TRUE
VZW-31 184.35 3601.69 33.75 Diorite 4 2000 17-Dec-02 02-Oct-01 TRUE
VZW-31 184.6 3601.44 34.00 Diorite 4 2000 17-Dec-02 08-Oct-01 TRUE
VZW-31 185.17 3600.87 34.57 Diorite 4 2000 17-Dec-02 13-Oct-01 TRUE
VZW-31 184.3 3601.74 33.70 Diorite 4 2000 17-Dec-02 25-Oct-01 TRUE
VZW-31 184 3602.04 33.40 Diorite 4 2000 17-Dec-02 19-Nov-01 TRUE
124

VZW-31 183.36 3602.68 32.76 Diorite 4 2000 17-Dec-02 27-Dec-01 TRUE


VZW-31 183.23 3602.81 32.63 Diorite 4 2000 17-Dec-02 02-Jan-02 TRUE
VZW-31 184.29 3601.75 33.69 Diorite 4 2000 17-Dec-02 22-Jan-02 TRUE
VZW-31 184.22 3601.82 33.62 Diorite 4 2000 17-Dec-02 30-Jan-02 TRUE
VZW-31 183.34 3602.70 32.74 Diorite 4 2000 17-Dec-02 08-Feb-02 TRUE
VZW-31 182.93 3603.11 32.33 Diorite 4 2000 17-Dec-02 13-Feb-02 TRUE
VZW-31 183.82 3602.22 33.22 Diorite 4 2000 17-Dec-02 20-Feb-02 TRUE
VZW-31 183.38 3602.66 32.78 Diorite 4 2000 17-Dec-02 27-Feb-02 TRUE
VZW-31 182.23 3603.81 31.63 Diorite 4 2000 17-Dec-02 06-Mar-02 TRUE
VZW-31 182.88 3603.16 32.28 Diorite 4 2000 17-Dec-02 20-Mar-02 TRUE
VZW-31 181.88 3604.16 31.28 Diorite 4 2000 17-Dec-02 29-Mar-02 TRUE
VZW-31 181.72 3604.32 31.12 Diorite 4 2000 17-Dec-02 03-Apr-02 TRUE
VZW-31 181.65 3604.39 31.05 Diorite 4 2000 17-Dec-02 05-Apr-02 TRUE
VZW-31 182.13 3603.91 31.53 Diorite 4 2000 17-Dec-02 12-Apr-02 TRUE
VZW-31 182.65 3603.39 32.05 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-Apr-02 TRUE
VZW-31 181.53 3604.51 30.93 Diorite 4 2000 17-Dec-02 19-Apr-02 TRUE
VZW-31 183.66 3602.38 33.06 Diorite 4 2000 17-Dec-02 22-Apr-02 TRUE
VZW-31 183.66 3602.38 33.06 Diorite 4 2000 17-Dec-02 24-Apr-02 TRUE
VZW-31 183 3603.04 32.40 Diorite 4 2000 17-Dec-02 30-Apr-02 TRUE
VZW-31 183.83 3602.21 33.23 Diorite 4 2000 17-Dec-02 03-May-02 TRUE
VZW-31 183.49 3602.55 32.89 Diorite 4 2000 17-Dec-02 06-May-02 TRUE
VZW-31 3602.17 33.27 Diorite 4 2000 17-Dec-02 09-May-02 TRUE
VZW-31 183.56 3602.48 32.96 Diorite 4 2000 17-Dec-02 13-May-02 TRUE
VZW-31 184.42 3601.62 33.82 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-May-02 TRUE
VZW-31 185.87 3600.47 34.97 Diorite 4 2000 17-Dec-02 20-May-02 TRUE
VZW-31 186.47 3599.57 35.87 Diorite 4 2000 17-Dec-02 23-May-02 TRUE
VZW-31 187.05 3598.99 36.45 Diorite 4 2000 17-Dec-02 27-May-02 TRUE
VZW-31 188.72 3597.32 38.12 Diorite 4 2000 17-Dec-02 11-Jun-02 TRUE
VZW-31 188.67 3597.37 38.07 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-Jun-02 TRUE
125

VZW-31 187.92 3598.12 37.32 Diorite 4 2000 17-Dec-02 20-Jun-02 TRUE


VZW-31 185.12 3600.92 34.52 Diorite 4 2000 17-Dec-02 28-Jun-02 TRUE
VZW-31 185.54 3600.50 34.94 Diorite 4 2000 17-Dec-02 08-Jul-02 TRUE
VZW-31 187.26 3598.78 36.66 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-Jul-02 TRUE
VZW-31 189.05 3596.99 38.45 Diorite 4 2000 17-Dec-02 23-Jul-02 TRUE
VZW-31 191.14 3594.90 40.54 Diorite 4 2000 17-Dec-02 06-Aug-02 TRUE
VZW-31 190.06 3595.98 39.46 Diorite 4 2000 17-Dec-02 13-Aug-02 TRUE
VZW-31 199.92 3586.12 49.32 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-Sep-02 TRUE
VZW-31 201.14 3584.90 50.54 Diorite 4 2000 17-Dec-02 24-Sep-02 TRUE
VZW-31 202.09 3583.95 51.49 Diorite 4 2000 17-Dec-02 01-Oct-02 TRUE
VZW-31 201.94 3584.10 51.34 Diorite 4 2000 17-Dec-02 08-Oct-02 TRUE
VZW-31 199.53 3586.51 48.93 Diorite 4 2000 17-Dec-02 16-Oct-02 TRUE
VZW-31 201.1 3584.94 50.50 Diorite 4 2000 17-Dec-02 22-Oct-02 TRUE
VZW-31 200.13 3585.91 49.53 Diorite 4 2000 17-Dec-02 13-Nov-02 TRUE
VZW-31 198.95 3587.09 48.35 Diorite 4 2000 17-Dec-02 19-Nov-02 TRUE
VZW-31 201.77 3584.27 51.17 Diorite 4 2000 17-Dec-02 26-Nov-02 TRUE
VZW-31 202.91 3583.13 52.31 Diorite 4 2000 17-Dec-02 03-Dec-02 TRUE
VZW-31 203.39 3582.55 52.89 Diorite 4 2000 17-Dec-02 10-Dec-02 TRUE
VZW-31 203.33 3582.71 52.73 Diorite 4 2000 17-Dec-02 17-Dec-02 TRUE
VZW-31 203.49 3582.55 52.89 Diorite 4 2000 17-Dec-02 23-Dec-02 TRUE
126

Piezometer VSW-74
Location : Solo Tank
Easting : 736381.75
Northing : 9549126.187
Elevation : 3840.913

Tabel C.7. Piezometer VSW-74


Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active
VZW-74 312.18 3528.73 0.00 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 08-Aug-02 TRUE
VZW-74 255.03 3585.88 -57.15 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 13-Aug-02 TRUE
VZW-74 62 3778.91 -250.18 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 15-Aug-02 TRUE
VZW-74 94 3746.91 -218.18 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 16-Aug-02 TRUE
VZW-74 285.49 3555.92 -27.19 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 17-Sep-02 TRUE
VZW-74 285.94 3555.47 -26.74 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 24-Sep-02 TRUE
VZW-74 290.74 3550.67 -21.94 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 01-Oct-02 TRUE
VZW-74 294.2 3547.21 -18.48 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 08-Oct-02 TRUE
VZW-74 297.86 3543.55 -14.82 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 16-Oct-02 TRUE
VZW-74 299.91 3541.50 -12.77 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 22-Oct-02 TRUE
VZW-74 303.65 3537.76 -9.03 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 13-Nov-02 TRUE
VZW-74 304.43 3536.98 -8.25 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 19-Nov-02 TRUE
VZW-74 305.36 3536.05 -7.32 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 26-Nov-02 TRUE
VZW-74 305.42 3536.89 -8.16 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 12-Des-02 TRUE
VZW-74 301.31 3540.109 -11.38 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 10-Des-02 TRUE
VZW-74 301.37 3540.04 -11.31 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 14-Des-02 TRUE
VZW-74 301.65 3540 -11.27 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 17-Des-02 TRUE
VZW-74 302.18 3539.47 -10.74 Kais 8 8 2002 08-Aug-02 23-Des-02 TRUE
127

C.3. Piezometer di Daerah Selatan EESS


Piezometer GE - 01 – 07
Location : Guru Ridge
Easting : 738252.02
Northing : 9548273.95
Elevation : 3818.68

Tabel C.8. Piezometer GE-01-07


Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active
GE-01-07 3755.62 0.00 Kais 18-Jan-01 TRUE
GE-01-07 3755.62 0.00 Kais 01-Feb-01 TRUE
GE-01-07 3750.73 4.89 Kais 19-Feb-01 TRUE
GE-01-07 3750.73 4.89 Kais 01-Mar-01 TRUE
GE-01-07 3646.62 109.00 Kais 27-Aug-01 TRUE
GE-01-07 201.10 3643.31 112.31 Kais 27-Oct-01 TRUE
GE-01-07 238.50 3610.69 144.93 Kais 18-May-02 TRUE
GE-01-07 259.00 3559.68 195.94 Kais 04-Oct-02 TRUE

Piezometer VSW-58
Location : DOM
Easting : 736714.82
Northing : 9548453.95
Elevation : 3970.82
128

Tabel C.9. Piezometer VSW-58


Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active
VZW-58 398.93 3572.39 0.00 Diorite 10 2001 22-Oct-01 TRUE
VZW-58 232.19 Diorite 10 2001 30-Oct-01 TRUE
VZW-58 316.55 Diorite 10 2001 16-Nov-01 TRUE
VZW-58 445.67 3525.65 46.74 Diorite 10 2001 22-Nov-01 TRUE
VZW-58 447.32 3524.00 48.39 Diorite 10 2001 28-Nov-01 TRUE
VZW-58 446.96 3524.36 48.03 Diorite 10 2001 27-Dec-01 TRUE
VZW-58 453.5 3517.82 54.57 Diorite 10 2001 12-Jan-02 TRUE
VZW-58 446.37 3524.95 47.44 Diorite 10 2001 22-Jan-02 TRUE
VZW-58 447.9 3523.42 48.97 Diorite 10 2001 30-Jan-02 TRUE
VZW-58 446.6 3524.72 47.67 Diorite 10 2001 08-Feb-02 TRUE
VZW-58 446.64 3524.68 47.71 Diorite 10 2001 13-Feb-02 TRUE
VZW-58 448.31 3523.01 Diorite 10 2001 20-Feb-02 TRUE
VZW-58 447.79 3523.53 48.86 Diorite 10 2001 27-Feb-02 TRUE
VZW-58 445.92 3525.40 46.99 Diorite 10 2001 20-Mar-02 TRUE
VZW-58 445.6 3525.72 46.67 Diorite 10 2001 29-Mar-02 TRUE
VZW-58 446.8 3524.52 47.87 Diorite 10 2001 03-Apr-02 TRUE
VZW-58 447.18 3524.14 48.25 Diorite 10 2001 05-Apr-02 TRUE
VZW-58 447.92 3523.40 48.99 Diorite 10 2001 12-Apr-02 TRUE
VZW-58 448.6 3522.72 49.67 Diorite 10 2001 17-Apr-02 TRUE
VZW-58 448.21 3523.11 49.28 Diorite 10 2001 19-Apr-02 TRUE
VZW-58 448.57 3522.75 49.64 Diorite 10 2001 24-Apr-02 TRUE
VZW-58 449.28 3522.04 50.35 Diorite 10 2001 30-Apr-02 TRUE
VZW-58 449.58 3521.74 50.65 Diorite 10 2001 03-May-02 TRUE
VZW-58 449.69 3521.63 50.76 Diorite 10 2001 06-May-02 TRUE
VZW-58 449.89 3521.43 50.96 Diorite 10 2001 09-May-02 TRUE
VZW-58 450.05 3521.27 51.12 Diorite 10 2001 13-May-02 TRUE
VZW-58 446.86 3524.46 47.93 Diorite 10 2001 17-May-02 TRUE
129

VZW-58 447.05 3524.27 48.12 Diorite 10 2001 20-May-02 TRUE


VZW-58 448.95 3522.37 50.02 Diorite 10 2001 23-May-02 TRUE
VZW-58 449.15 3522.17 50.22 Diorite 10 2001 27-May-02 TRUE
VZW-58 451.35 3519.97 52.42 Diorite 10 2001 11-Jun-02 TRUE
VZW-58 452.72 3518.61 53.78 Diorite 10 2001 17-Jun-02 TRUE
VZW-58 451.62 3519.70 52.69 Diorite 10 2001 21-Jun-02 TRUE
VZW-58 446.38 3524.94 47.45 Diorite 10 2001 28-Jun-02 TRUE
VZW-58 453.32 3518.00 54.39 Diorite 10 2001 17-Jul-02 TRUE
VZW-58 454.03 3517.29 55.10 Diorite 10 2001 23-Jul-02 TRUE
VZW-58 461.06 3510.26 62.13 Diorite 10 2001 06-Aug-02 TRUE
VZW-58 453.79 3517.53 54.86 Diorite 10 2001 13-Aug-02 TRUE
VZW-58 590 Diorite 10 2001 10-Sep-02 TRUE
VZW-58 455.79 3515.53 56.86 Diorite 10 2001 16-Sep-02 TRUE
VZW-58 455.51 3515.81 56.58 Diorite 10 2001 24-Sep-02 TRUE
VZW-58 453.62 3517.70 54.69 Diorite 10 2001 01-Oct-02 TRUE
VZW-58 450.82 3520.50 51.89 Diorite 10 2001 16-Oct-02 TRUE
VZW-58 452.78 3518.54 53.85 Diorite 10 2001 22-Oct-02 TRUE
VZW-58 445.99 3525.33 47.06 Diorite 10 2001 13-Nov-02 TRUE
VZW-58 447.43 3523.89 48.50 Diorite 10 2001 19-Nov-02 TRUE
VZW-58 447.64 3523.68 48.71 Diorite 10 2001 26-Nov-02 TRUE
VZW-58 448.66 3522.66 49.73 Diorite 10 2001 3-Des-02 TRUE
VZW-58 449.04 3522.28 50.11 Diorite 10 2001 10-Des-02 TRUE
VZW-58 447.4 3523.92 48.47 Diorite 10 2001 17-Des-02 TRUE
VZW-58 447.11 3524.21 48.18 Diorite 10 2001 23-Des-02 TRUE
130

Piezometer VSW-70
Location : DOM
Easting : 737245.9405
Northing : 9548541.134
Elevation : 4046.923

Tabel C.10. Piezometer VSW-70


Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active
VZW-70 292 Diorite 18 4 2002 20-Apr-02 TRUE
VZW-70 292 Diorite 18 4 2002 24-Apr-02 TRUE
VZW-70 379.25 Diorite 18 4 2002 30-Apr-02 TRUE
VZW-70 379 3668.38 0.00 Diorite 18 4 2002 03-May-02 TRUE
VZW-70 379.18 3668.20 0.18 Diorite 18 4 2002 06-May-02 TRUE
VZW-70 376.77 3670.61 -2.23 Diorite 18 4 2002 09-May-02 TRUE
VZW-70 376.99 3670.39 -2.01 Diorite 18 4 2002 13-May-02 TRUE
VZW-70 377.86 3669.52 -1.14 Diorite 18 4 2002 17-May-02 TRUE
VZW-70 377.95 3669.43 -1.05 Diorite 18 4 2002 20-May-02 TRUE
VZW-70 377.88 3669.50 -1.12 Diorite 18 4 2002 23-May-02 TRUE
VZW-70 378.18 3669.20 -0.82 Diorite 18 4 2002 27-May-02 TRUE
VZW-70 379.45 3667.93 0.45 Diorite 18 4 2002 11-Jun-02 TRUE
VZW-70 378.63 3668.75 -0.37 Diorite 18 4 2002 17-Jun-02 TRUE
VZW-70 378.46 3668.92 -0.54 Diorite 18 4 2002 21-Jun-02 TRUE
VZW-70 364.42 3682.96 -14.58 Diorite 18 4 2002 28-Jun-02 TRUE
VZW-70 376 3671.38 -3.00 Diorite 18 4 2002 17-Jul-02 TRUE
VZW-70 378.13 3669.25 -0.87 Diorite 18 4 2002 23-Jul-02 TRUE
VZW-70 335.13 3712.25 -43.87 Diorite 18 4 2002 06-Aug-02 TRUE
VZW-70 335.3 3712.08 -43.70 Diorite 18 4 2002 13-Aug-02 TRUE
VZW-70 400.26 3647.52 20.86 Diorite 18 4 2002 17-Sep-02 TRUE
131

VZW-70 386.2 3661.58 6.80 Diorite 18 4 2002 01-Oct-02 TRUE


VZW-70 387.15 3661.58 6.80 Diorite 18 4 2002 21-Oct-02 TRUE
VZW-70 384.95 3662.83 5.55 Diorite 18 4 2002 30-Oct-02 TRUE
VZW-70 368.6 3678.18 -9.80 Diorite 18 4 2002 23-Des-02 TRUE

Piezometer VSW-70D
Location : DOM
Easting : 737243.5775
Northing : 9548542.143
Elevation : 4046.1115

Tabel C.11. Piezometer VSW-70D


Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active
VZW-70D 188.22 3859.56 0.00 Kais 08-Oct-02 07-Oct-02 TRUE
VZW-70D 324.97 3722.81 136.75 Kais 08-Oct-02 21-Oct-02 TRUE
VZW-70D 316.21 3730.47 129.09 Kais 08-Oct-02 23-Des-02 TRUE

Piezometer VSW-70S
Location : DOM
Easting : 737245.0205
Northing : 9548543.928
Elevation : 4046.8055

Tabel C.12. Piezometer VSW-70S


Name Depth to Water Water Level Drawdown Geo Unit Date Compl Month Compl Year Compl Updated MDate Active
VZW-70S 149.14 3898.64 0.00 Kais 08-Oct-02 30-Sep-02 TRUE
VZW-70S 138.63 3909.15 -10.51 Kais 08-Oct-02 01-Oct-02 TRUE
132

VZW-70S 138.14 3909.15 -10.51 Kais 08-Oct-02 21-Oct-02 TRUE


VZW-70S 138.96 3907.65 -9.01 Kais 08-Oct-02 30-Oct-02 TRUE
VZW-70S 143.96 3902.42 -3.78 Kais 08-Oct-02 23-Des-02 TRUE
133

LAMPIRAN D
KOORDINAT LUBANG BOR DEWATERING IOZ DAN DOZ

Tabel D.1. Koordinat Lubang Bor Dewatering IOZ dan DOZ


No. Prospect Hole Id. Date Start Date Finish Easting (UTM) Northing (UTM) Elevation (UTM) Azimuth (UTM) Inclination Depth Final Completion Status
1 IOZ WD-04 1989-02-15 1989-04-10 736978.823 9549120.791 3473.159 252.235 12.75 138.1 Complete
2 IOZ WD-05 1998-06-01 1998-06-30 736983.7427 9549125.741 3472.42 329.945 0.637 225 Complete
3 UGHL WDN-04 1997-02-25 1997-03-15 737097.379 9549271.379 3476.455
4 IOZ WDN-06 1997-04-16 1997-05-13 737098.16 9549271.697 3476.761 329.916 -0.18 544.4 Complete
5 IOZ WDN-08 1997-05-14 1997-06-21 737098.7551 9549272.256 3476.997 340.094 0.93 500.5 Complete
6 IOZ CNIU-05 737235.102 9549214.291 3461.582
7 IOZ DRD02-01 2001-09-03 2001-10-03 737274.104 9549430.568 3410.949 350 5 350 Completed
8 IOZ DRD02-04 2001-11-03 2001-11-26 737272.898 9549428.305 3410.757 359.66 5.56 333 Completed
9 DOZ DOW-09-03 1998-04-21 1998-06-02 737461.7412 9549112.865 3130.131 37.615 28.389 604.59 Complete
10 DOZ DOW-09-04 1998-06-03 1998-07-10 737463.169 9549114.354 3128.741 37.554 14.8 670.09 Complete
11 DOZ DOW-23-03 1998-06-30 1998-08-08 737913.4063 9548707.41 3147.362 36.155 30.549 590 Complete
12 DOZ DOW-23-04 1998-08-25 1998-10-07 737911.5857 9548708.445 3147.455 9.435 20.36 685.79 Complete
13 DOZ DOW-24-01 1998-07-13 1998-07-30 737832.8037 9548754.377 3144.931 14.265 -30.02 383.5 Complete
14 DOZ DOW-24-02 1998-08-01 1998-08-26 737833.0623 9548755.369 3145.829 14.355 10.04 301.2 Complete
15 DOZ DOW-24-04 2000-09-15 2000-10-13 737835.0983 9548753.316 3146.68 33.825 24.36 417.7 Complete
134

LAMPIRAN E
GEOLOGI UNIT PADA MASING-MASING STASIUN LUBANG BOR

E.1. Geologi Unit di Daerah IOZ


Tabel E.1. Geologi Unit di Daerah IOZ

Drillstation Sample Name Geologic Unit

G9-01
G9-02
G9 G9-03 Lower Kais Limestone
G9-04
G9-05
NWC-03
NWC-04
NWC-05
NWC-06
NWC-07
NWC-08
NWC-09
NWC-10
NWC-11
NWC-12
NWC-13A
NWC-15 Lower Kais Limestone
NWC-16
NWC
NWC-17
NWC-18
NWC-19
NWC-20
NWC-22
NWC-23
NWC-24
NWC-25
NWC-26
NWC-27
NVD-03
NVD NVD-04 Lower Kais Limestone
NVD-05
CNIU-1 Faumai Limestone
CNIU-03
CNIU-04
CNIU-05 Lower Kais Limestone
CNIU-06
CNIU CNIU-08 Faumai & Lower Kais Limestone
CNIU-10
135

CNIU-13
CNIU-14
CNIU-15 Lower Kais Limestone
CNIU-16
CNIU-17
WD-01 Diorite
WD-02
WD-03 Diorite/Skarn Contact
WD-04
WD WD-05
WD-06 Diorite
WD-07
WD-08 Diorite/Skarn Contact
WD-09 Faumai Limestone
WDN-01 Lower Kais Limestone
WDN-02 Faumai Limestone
WDN-03 Lower Kais Limestone
WDN WDN-04 Faumai & Lower Kais Limestone
WDN-05
WDN-06 Faumai & Lower Kais Limestone
WDN-07
WDN-08 Lower Kais Limestone
DRD1-01 Faumai & Lower Kais Limestone
DRD1 DRD1-02
DRD1-03 Lower Kais Limestone
DRD2 DRD2-01 Sirga Sandstone
DRD4 DRD4-02 Faumai Limestone
DRD5-01
DRD5 DRD5-02 Faumai Limestone
DRD5-03
DRD6-01
DRD6 DRD6-02 Faumai Limestone
DRD6-03
SWC-01 Diorite
SWC SWC-02 Diorite,Diorite/Skarn Contact
SWC-04 Diorite/Skarn Contact
SWC-08 Diorite,Diorite/Skarn Contact
SC-02 Diorite,Diorite/Skarn Contact
SC SC-04 Diorite/Skarn Contact
SC-05
DE-04
DE-05 Diorite/Skarn Contact
DE DE-07
DE-08
DE-09 Diorite
DE-10
IZFA46-02
136

IZFA46 IZFA46-03 Diorite


IZFA46-04
IZFA46-05
RB37-03
RB37-04
RB37 RB37-05#06 Diorite
RB37-07
RB37-08
TE1 TE1-01 Diorite
Vein Raise VR#3 Diorite
VR#4

E.2. Geologi Unit di Daerah DOZ


Tabel E.2. Geologi Unit di Daerah DOZ
Drillstation Sample Name Geologic Unit
DOW-07-01 Waripi Dolomite & Faumai Limestone
DOW-07 DOW-07-03 Faumai Limestone
DOW-07-04 Waripi Dolomite & Faumai Limestone
DOW-07-05 Waripi Dolomite & Faumai Limestone
DOW-09-01 Waripi Dolomite & Faumai Limestone
DOW-09-02 Faumai Limestone
DOW-09 DOW-09-03
DOW-09-04 Waripi Dolomite & Faumai Limestone
DOW-09-05
DOW-09-06
DOW-14 DOW-14-01 Skarn
DOW-14-04
DOW-19-01 Marbke/Skarn Contact
DOW-19 DOW-19-03
DOW-19-04 Skarn
DOW-19-05 Marbke/Skarn Contact
DOW-21-05
DOW-21 DOW-21-06 Waripi Dolomite & Faumai Limestone
DOW-21-08
DOW-21-10 Diorite
DOW-22-01 Waripi Dolomite
DOW-22-02 Diorite/Skarn Contact
DOW-22 DOW-22-03 Marbke/Skarn Contact
DOW-22-04 Waripi Dolomite
DOW-22-06
DOW-22-015 Diorite
DOW-23-01
DOW-23-02
DOW-23-03
DOW-23-04
137

DOW-23-05
DOW-23-06
DOW-23 DOW-23-07 Waripi Dolomite
DOW-23-08
DOW-23-09
DOW-23-10
DOW-23-11
DOW-23-12
DOW-23-13
DOW-23-14
DOW-23-15
DOW-24-01
DOW-24 DOW-24-02 Waripi Dolomite
DOW-24-04
DOW-24-05
DOW-25 DOW-25-01 Waripi Dolomite
DOW-25-02 Waripi Dolomite & Diorite/Skarn Contact
DOW26-01
DOW-26-03
DOW-26-04
DOW-26-08 Waripi Dolomite
DOW-26-09
DOW-26 DOW-26-10
DOW-26-11
DOW-26-13 Waripi Dolomite & Diorite
DOW-26-15 Diorite/Skarn & Diorite
DOW-26-17 Waripi Dolomite & Diorite
DOW-26-19
DOW-27 DOW-27-01 Waripi Dolomite
DOW-27-02
DZ01/DZ03 DZ01-07 Diorite Skarn Contact
DZ03-02 Waripi Marble
DZTH37-01-01
DZTH37 DZTH37-01-02 Waripi Marble
DZTH37-01-04
DZRA32-02
DZRA32 DZRA32-10 Diorite
DZRA32-11
DZRA32-12
M16 M16-Total Diorite/Skarn Contact
M17 M17-Total Diorite/Skarn Contact
M18 ML18-05&06 Diorite/Skarn Contact
M19 M19-07 Diorite/Skarn Contact
138

LAMPIRAN F
HASIL ANALISA KIMIA AIR TANAH

F.1. Kimia Air Tanah Stasiun WD-04


Tabel F.1. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WD-04
Parameter Konsentrasi(mg/L)
Oktober 2000 Agustus 2002
PH 7.02 7.3
EC 1202 1300
TSS 0.1 3
TDS 1156 1100
Tot. Alkalinity as CaCO3 17 18
Bromide 1.6 0.01
Chloride 3.1 3.1
Carbonate 0.1 0.1
Nitrate 0.005 0.005
Sulfate 735 696
Dissolved :
Aluminium 0.008 0.015
Calcium 230 267
Cadmium 0.0002
Chromium 0.001
Copper 0.0001 0.097
Iron 0.127 0.089
Potassium 1.38 0.089
Magnesium 17.1 19.1
Manganese 0.184 0.163
Sodium 1.17 2.1
Nickel 0.0001 0.0001
Zinc 0.012 0.004
Total :
Aluminium 0.111 0.499
Calcium 218 267
Cadmium 0.0002
Chromium 0.003
Copper 0.0001 0.097
Iron 0.133 1
Potassium 0.127 0.089
Magnesium 17.3 19.3
Manganese 0.184 0.193
Sodium 1.20 2.07
Nickel 0.0001 0.005
Zinc 0.034 0.121
139

F.2. Kimia Air Tanah Stasiun WD-05


Tabel F.2. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WD-05
Parameter Konsentrasi (mg/L)
Juli 2000 Agustus 2002
Ph 7.69 8
EC 1535 1700
TSS 0.55 0.1
TDS 1510 1600
Tot. Alkalinity as CaCO3 100 14
Bromide 1.8 0.01
Chloride 9.2 11
Carbonate 1 0.1
Nitrate 0.05 0.005
Sulfate 926 1019
Dissolved :
Aluminium 0.004 0.014
Calcium 318 406
Cadmium 0.001
Chromium 0.0005
Copper 0.0005 0.0001
Iron 0.006 0.0001
Potassium 3.72 5.67
Magnesium 34.1 42.3
Manganese 0.119 0.109
Sodium 5.03 5.68
Nickel 0.0005 0.005
Zinc 0.02 0.002
Total :
Aluminium 0.004 0.226
Calcium 318 406
Cadmium 0.001
Chromium 0.0005
Copper 0.0005 0.05
Iron 0.175 0.785
Potassium 3.72 5.67
Magnesium 34.1 42.3
Manganese 0.119 0.156
Sodium 5.06 5.68
Nickel 0.0005 0.0001
Zinc 0.401 0.064
140

F.3. Kimia Air Tanah Stasiun WDN-04


Tabel F.3. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WDN-04
Parameter Konsentrasi (mg/L)
Juli 2000 Agustus 2002
PH 7.69 7.8
EC 450 500
TSS 0.1 0.1
TDS 346 350
Tot. Alkalinity as CaCO3 88 95
Bromide 0.01 0.01
Chloride 3 3.6
Carbonate 48 65
Nitrate 0.005 0.005
Sulfate 157 163
Dissolve :
Aluminium 0.0008 0.013
Calcium 76.6 96
Cadmium 0.0002
Chromium 0.0001
Copper 0.001 0.001
Iron 0.004 0.001
Potassium 0.931 0.61
Magnesium 8.62 8.88
Manganese 0.013 0.022
Sodium 0.801 1.66
Nickel 0.0001 0.0001
Zinc 0.004 0.004
Total :
Aluminium 0.0008 0.031
Calcium 79.4 99
Cadmium 0.0002
Chromium 0.0001
Copper 0.002 0.007
Iron 0.019 0.01
Potassium 0.931 0.61
Magnesium 9.24 9.99
Manganese 0.013 0.015
Sodium 0.801 1.66
Nickel <0.001 0.009
Zinc 0.021 0.007
141

F.4. Kimia Air Tanah Stasiun WDN-06


Tabel F.4. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WDN-06
Parameter Konsentrasi (mg/L)
Juli 2000 Agustus 2002
PH 7.69 7.8
EC 450 500
TSS 0.1 0.1
TDS 346 350
Tot. Alkalinity as CaCO3 88 95
Bromide 0.01 0.01
Chloride 3 3.6
Carbonate 48 65
Nitrate 0.005 0.005
Sulfate 157 163
Dissolve :
Aluminium 0.0008 0.013
Calcium 76.6 96
Cadmium 0.0002
Chromium 0.0001
Copper 0.001 0.001
Iron 0.004 0.001
Potassium 0.931 0.61
Magnesium 8.62 8.88
Manganese 0.013 0.022
Sodium 0.801 1.66
Nickel 0.0001 0.0001
Zinc 0.004 0.004
Total :
Aluminium 0.0008 0.031
Calcium 79.4 99
Cadmium 0.0002
Chromium 0.0001
Copper 0.002 0.007
Iron 0.019 0.01
Potassium 0.931 0.61
Magnesium 9.24 9.99
Manganese 0.013 0.015
Sodium 0.801 1.66
Nickel <0.001 0.009
Zinc 0.021 0.007
142

F.5. Kimia Air Tanah Stasiun WDN-08


Tabel F.5. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun WDN-08
Parameter Konsentrasi (mg/L)
Juli 2000 Agustus 2002
PH 7.08 7.6
EC 1051 1200
TSS 0.1 4
TDS 952 996
Tot. Alkalinity as CaCO3 87 91
Bromide 1.6 0.01
Chloride 6.2 6
Carbonate 60 53
Nitrate 0.005 0.005
Sulfate 562 583
Dissolved :
Aluminium 0.0008 0.02
Calcium 198 252
Cadmium 0.0002
Chromium 0.001
Copper 0.0001 0.0001
Iron 0.008 0.005
Potassium 2.48 1.45
Magnesium 25.4 29
Manganese 0.632 0.729
Sodium 1.73 3.93
Nickel 0.005 0.0001
Zinc 0.016 0.023
Total :
Aluminium 0.0008 0.051
Calcium 200 254
Cadmium 0.0002
Chromium 0.002
Copper 0.0001 0.032
Iron 0.033 0.063
Potassium 2.48 1.45
Magnesium 26.0 29.3
Manganese 0.632 0.714
Sodium 1.73 3.93
Nickel 0.006 0.024
Zinc 0.030 0.024
143

F.6. Kimia Air Tanah Stasiun CNIU-05


Tabel F.6. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun CNIU-05
Parameter Konsentrasi (mg/L)
Juli 2000 Agustus 2002
PH 7.86 7.4
EC 826 1200
TSS 0.5 0.1
TDS 691 990
Tot. Alkalinity as CaCO3 120 79
Bromide 0.5 0.01
Chloride 6.7 5.5
Carbonate 55 50
Nitrate 0.025 0.005
Sulfate 322 618
Dissolve :
Aluminium 0.004 0.036
Calcium 154 253
Cadmium 0.001
Chromium 0.0005
Copper 0.0005 0.03
Iron 0.007 0.017
Potassium 2.1 2
Magnesium 21.7 32.5
Manganese 0.008 0.733
Sodium 2.3 3.33
Nickel 0.0005 0.0001
Zinc 0.014 0.012
Total :
Aluminium 0.004 0.057
Calcium 172 253
Cadmium 0.001
Chromium 0.0005
Copper 0.0005 0.03
Iron 0.01 0.078
Potassium 2.37 2.26
Magnesium 22.8 33.6
Manganese 0.01 0.8
Sodium 2.58 3.66
Nickel 0.0005 0.0001
Zinc 0.02 0.0009
144

F.7. Kimia Air Tanah Stasiun DRD-02-01


Tabel F.7. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DRD-02-01
Parameter Konsentrasi (mg/L)
Februari 2000 Agustus 2002
PH 7.8 7.7
EC 810 880
TSS 0.1 0.1
TDS 600 760
Tot. Alkalinity as CaCO3 130 130
Bromide 0.01 0.01
Chloride 4.8 6.2
Carbonate 86 73
Nitrate 0.005 0.005
Sulfate 286 375
Dissolved :
Aluminium 0.015 0.001
Calcium 170 175
Cadmium
Chromium
Copper 0.001 0.012
Iron 0.017 0.015
Potassium 1.1 1.31
Magnesium 17.22 22.5
Manganese 0.039 0.057
Sodium 1.99 3.01
Nickel 0.0001 0.007
Zinc 0.004 0.003
Total :
Aluminium 0.045
Calcium 134 181
Cadmium
Chromium
Copper 0.041 0.014
Iron 0.061 0.04
Potassium 1.1 1.31
Magnesium 17.2 22.5
Manganese 0.038 0.046
Sodium 1.99 3.01
Nickel 0.006 0.0001
Zinc 0.006 0.018
145

F.8. Kimia Air Tanah Stasiun DRD-02-04


Tabel F.8. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DRD-02-04
Parameter Konsentrasi (mg/L)
Oktober 2000 Agustus 2002
Ph 7.9 7.53
EC 510 614
TSS 4 0.1
TDS 320 433
Tot. Alkalinity as CaCO3 110 116
Bromide
Chloride 1.6 2.3
Carbonate 69 50
Nitrate 0.005 0.001
Sulfate 154 186
Dissolved :
Aluminium 0.019 0.213
Calcium 103 87.3
Cadmium
Chromium
Copper 0.003 0.578
Iron 0.013 0.191
Potassium 0.751 0.868
Magnesium 10.3 9.42
Manganese
Sodium 1.33 1.04
Nickel
Zinc 0.004 0.163
Total :
Aluminium 0.029 0.022
Calcium 97.3 136
Cadmium
Chromium
Copper 0.0001 0.008
Iron 0.06 0.076
Potassium 0.745 1.34
Magnesium 9.99 13.7
Manganese
Sodium 1.25 1.68
Nickel
Zinc 0.01 0.006
146

F.9. Kimia Air Tanah Stasiun DOW-09-03


Tabel F.9. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-09-03
Parameter Konsentrasi (mg/L)
Juli 2000 Agustus 2002
PH 7.7 7.84
EC 315 314
TSS 0.5 4
TDS 210 217
Tot. Alkalinity as CaCO3 78 63
Bromide 0.5 0.01
Chloride 0.4 16
Carbonate 45 36
Nitrate 0.025 0.05
Sulfate 101 91
Dissolved :
Aluminium 0.019 0.02
Calcium 51.4 44.7
Cadmium 0.001
Chromium 0.0005
Copper 0.01 0.008
Iron 0.022 0.02
Potassium 0.596 0.322
Magnesium 14.2 12.4
Manganese 0.12 0.025
Sodium 0.445 0.43
Nickel 0.003 0.0001
Zinc 0.007
Total :
Aluminium 0.047 0.01
Calcium 54.8 41.1
Cadmium 0.001
Chromium 0.003
Copper 0.01 0.003
Iron 0.037 0.04
Potassium 0.625 0.54
Magnesium 14.6 13.7
Manganese 0.12 0.02
Sodium 0.445 0.43
Nickel 0.003 0.0001
Zinc 0.013 0.007
147

F.10. Kimia Air Tanah Stasiun DOW-09-04


Tabel F.10. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-09-04
Parameter Konsentrasi (mg/L)
Juli 2000 Agustus 2002
PH 7.9 7.78
EC 283 449
TSS 0.5 0.1
TDS 192 331
Tot. Alkalinity as CaCO3 59 55
Bromide 0.5 0.01
Chloride 0.5 8.2
Carbonate 33 22
Nitrate 0.025 0.025
Sulfate 104 156
Dissolved :
Aluminium 0.019 0.026
Calcium 43.8 75.6
Cadmium 0.01
Chromium 0.005
Copper 0.002 0.008
Iron 0.016 0.063
Potassium 0.79 0.446
Magnesium 12.4 20
Manganese 0.032 0.661
Sodium 0.406 0.867
Nickel 0.001 0.002
Zinc 0.009 0.007
Total
Aluminium 0.019 0.01
Calcium 44.2 59.1
Cadmium 0.001
Chromium 0.001
Copper 0.002 0.008
Iron 0.018 0.063
Potassium 1.05 0.71
Magnesium 12.9 23
Manganese 0.032 0.608
Sodium 0.669 0.69
Nickel 0.001 0.009
Zinc 0.02 0.011
148

F.11. Kimia Air Tanah Stasiun DOW-23-02


Tabel F.11. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-23-02
Parameter Konsentrasi (mg/L)
Juli 2000 Agustus 2002
PH 8.13 7.6
EC 1208 1200
TSS 0.5 2
TDS 1142 1000
Tot. Alkalinity as CaCO3 62 60
Bromide 0.5 0.01
Chloride 10 8.6
Carbonate 22 30
Nitrate 0.025 0.005
Sulfate 682 750
Dissolved :
Aluminium 0.024 0.001
Calcium 153 160
Cadmium 0.001
Chromium 0.002
Copper 0.002 0.008
Iron 0.107 0.013
Potassium 1.22 6.34
Magnesium 66.7 70.7
Manganese 0.116 0.148
Sodium 5.81 1.2
Nickel 0.0005 0.0001
Zinc 0.01 0.007
Total :
Aluminium 0.024 0.041
Calcium 187 186
Cadmium 0.001
Chromium 0.002
Copper 0.002 0.0001
Iron 0.12 0.013
Potassium 1.28 6.34
Magnesium 79.6 70.7
Manganese 0.125 0.152
Sodium 7.01 1.2
Nickel 0.0005 0.0001
Zinc 0.01 0.08
149

F.12. Kimia Air Tanah Stasiun DOW-23-03


Tabel F.12. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-23-03
Parameter Konsentrasi (mg/L)
Juli 2000 Agustus 2002
PH 7.54 7.9
EC 1189 1900
TSS 0.5 2
TDS 862 1700
Tot. Alkalinity as CaCO3 58 81
Bromide 0.5 0.01
Chloride 12 8.2
Carbonate 29 44
Nitrate 0.025
Sulfate 712 763
Dissolved :
Aluminium 0.011 0.019
Calcium 158 271
Cadmium 0.001 0.001
Chromium 0.002 0.002
Copper 0.011 0.002
Iron 0.152 0.053
Potassium 1.1 36.6
Magnesium 63.5 81.6
Manganese 0.178 0.206
Sodium 5 3.45
Nickel 0.0005 0.0001
Zinc 0.014 0.003
Total :
Aluminium 0.011 0.019
Calcium 177 271
Cadmium 0.001
Chromium 0.003
Copper 0.011 0.002
Iron 0.656 0.068
Potassium 1.19 37.8
Magnesium 74.1 76.9
Manganese 0.21 0.195
Sodium 5.82 3.45
Nickel 0.0005 0.01
Zinc 0.014 0.01
150

F.13. Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-01


Tabel F.13. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-01
Parameter Konsentrasi (mg/L)
Juli 2000 Agustus 2002
PH 7.73 7.4
EC 1203 1300
TSS 1 0.1
TDS 1162 1500
Tot. Alkalinity as CaCO3 133 142
Bromide 0.05 0.01
Chloride 4.2 0.4
Carbonate 69 80
Nitrate 0.025 0.005
Sulfate 648 831
Dissolved :
Aluminium 0.031 0.054
Calcium 167 244
Cadmium 0.001
Chromium 0.001 0.02
Copper 0.013 0.002
Iron 0.292 0.957
Potassium 1.43 3.04
Magnesium 68 92.9
Manganese 0.334 0.506
Sodium 2.7 2.27
Nickel 0.0005 0.0001
Zinc 0.014 0.011
Total :
Aluminium 0.031 0.023
Calcium 199 244
Cadmium 0.001
Chromium 0.003
Copper 0.013 0.02
Iron 0.348 0.95
Potassium 1.54 3.04
Magnesium 80.3 92.9
Manganese 0.364 0.506
Sodium 3.22 2.27
Nickel 0.001 0.0001
Zinc 0.014 0.008
151

F.14. Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-02


Tabel F.14. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-02
Parameter Konsentrasi (mg/L)
Juli 2000 Agustus 2002
PH 7.85 7.3
EC 432 380
TSS 0.5 8
TDS 332 270
Tot. Alkalinity as CaCO3 58 68
Bromide 0.5 0.01
Chloride 1.3 1.4
Carbonate 31 45
Nitrate 0.025
Sulfate 173 115
Dissolved :
Aluminium 0.027 0.02
Calcium 52.4 41.4
Cadmium 0.001
Chromium 0.0005
Copper 0.0005 0.036
Iron 0.034 0.011
Potassium 0.548 0.688
Magnesium 18.7 12.4
Manganese 0.018 0.081
Sodium 1.61 0.451
Nickel 0.001 0.0001
Zinc 0.009 0.013
Total :
Aluminium 0.027 0.075
Calcium 64.6 43.9
Cadmium 0.001
Chromium 0.001
Copper 0.0005 0.036
Iron 0.034 0.467
Potassium 0.577 0.722
Magnesium 22.6 13.3
Manganese 0.018 0.086
Sodium 1.98 0.459
Nickel 0.001 0.008
Zinc 0.009 0.044
152

F.15. Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-04


Tabel F.15. Hasil Analisa Kimia Air Tanah Stasiun DOW-24-04
Parameter Konsentrasi (mg/L)
Juli 2000 Agustus 2002
PH 7.44 7.9
EC 1097 1200
TSS 0.5 3
TDS 1026 1000
Tot. Alkalinity as CaCO3 99 110
Bromide 0.05 0.01
Chloride 2.1 3.7
Carbonate 48 61
Nitrate 0.025 0.005
Sulfate 588 682
Dissolved :
Aluminium 0.041 0.018
Calcium 146 169
Cadmium 0.001
Chromium 0.002
Copper 0.0005 0.002
Iron 0.045 0.097
Potassium 0.491 1.17
Magnesium 64 71.7
Manganese 0.117 0.142
Sodium 1.21 0.537
Nickel 0.001 0.0001
Zinc 0.014 0.016
Total :
Aluminium 0.041 0.015
Calcium 176 169
Cadmium 0.001
Chromium 0.002
Copper 0.0005 0.0001
Iron 0.045 0.324
Potassium 0.514 1.17
Magnesium 73.9 71.7
Manganese 0.143 0.137
Sodium 1.46 0.537
Nickel 0.001 0.0001
Zinc 0.014 0.004
153

LAMPIRAN G
ANALISA NERACA ION

Perhitungan dalam analisa neraca ion di lubang bor WD-04 pada bulan
Agustus 2002 adalah sebagai berikut :
Berat (unsur / senyawa)( gr )
Mol =
( Ar / Mr )
mol
Konsentrasi =
Volume(L)

Meq/L = Konsentrasi x Charge (Bilangan Oksidasi)

E.N. (%) =
∑ Kation + ∑ Anion × 100%
∑ Kation − ∑ Anion

E.N. = Electro Neutrality


Parameter mg/L Ar/Mr Konsentrasi (mmol/L) Charge meq/L
Tot. Alkalinity as CaCO3 18 100 0.18 -2 -0.36
Chloride 3.1 35.5 0.087323944 -1 -0.087323944
Sulfate 696 96 7.25 -2 -14.5
Total Anion -14.94732394
Aluminum 0.015 27 0.000555556 3 0.001666667
Calcium 267 40 6.675 2 13.35
Copper 0.097 63.5 0.001527559 2 0.003055118
Iron 0.089 56 0.001589286 3 0.004767857
Potassium 0.089 39 0.002282051 1 0.002282051
Magnesium 19.1 24 0.795833333 2 1.591666667
Manganese 0.163 55 0.002963636 2 0.005927273
Sodium 2.1 23 0.091304348 1 0.091304348
Zinc 0.004 65.4 6.11621E-05 2 0.000122324
Total Cation 15.0507923
E.N.(%) 0.344916194
154

G.1. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WD-04


Tabel G.1. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WD-04
Parameter Normalitas (meq)
Oktober 2000 Agustus 2002
Tot. Alkalinity as CaCO3 -0.34 -0.36
Chloride -0.087323944 -0.087323944
Sulfate -15.3125 -14.5
Total Anion -15.73982394 -14.94732394
Aluminum 0.000888889 0.001666667
Calcium 11.5 13.35
Copper 3.14465E-06 0.003050314
Iron 0.006849462 0.004784946
Potassium 0.035384615 0.002282051
Magnesium 1.425833333 1.591666667
Manganese 0.008105727 0.007180617
Sodium 0.050826087 0.091304348
Zinc 0.000366972 0.000122324
Total Cation 13.02825823 15.05205793
IB 9.425604725 0.349120495

G.2. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WD-05


Tabel G.2. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WD-05
Parameter Normalitas (meq)
Juli 2000 Agustus 2002
Tot. Alkalinity as CaCO3 -2 -0.28
Chloride -0.25915493 -0.309859155
Sulfate -19.29166667 -21.22916667
Total Anion -21.5508216 -21.81902582
Aluminum 0.000444444 0.001555556
Calcium 15.9 20.3
Copper 1.57233E-05 3.14465E-06
Iron 0.000322581 5.37634E-06
Potassium 0.095384615 0.145384615
Magnesium 2.841666667 3.525
Manganese 0.005242291 0.004801762
Sodium 0.218695652 0.246956522
Zinc 0.000611621 6.11621E-05
Total Cation 19.06238359 24.22376814
IB 6.127164774 5.22284186
155

G.3. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-04


Tabel G.3. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-04
Parameter Normalitas (meq)
Februari 2000 Juni 2001
Tot. Alkalinity as CaCO3 -2 -1.84
Chloride -0.00028169 -0.011267606
Sulfate -0.520833333 -0.604166667
Total Anion -2.521115023 -2.455434272
Aluminum 0.000111111 0.000111111
Calcium 2.375 2.075
Copper 3.14465E-06 0.000377358
Iron 0.00016129 5.37634E-05
Potassium 0.003205128 0.004
Magnesium 0.189166667 0.201666667
Manganese 0.000704846 0.000440529
Sodium 0.025608696 0.024217391
Zinc 0 6.11621E-05
Total Cation 2.593960882 2.305927982
IB 1.424140331 3.139989831

G.4. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-06


Tabel G.4. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-06
Parameter Normalitas (meq)
Juli 2000 Agustus 2002
Tot. Alkalinity as CaCO3 -1.76 -1.9
Chloride -0.084507042 -0.101408451
Sulfate -3.270833333 -3.395833333
Total Anion -5.115340376 -5.397241784
Aluminum 8.88889E-05 0.001444444
Calcium 3.83 4.8
Copper 3.14465E-05 3.14465E-05
Iron 0.000215054 5.37634E-05
Potassium 0.023871795 0.015641026
Magnesium 0.718333333 0.74
Manganese 0.000572687 0.000969163
Sodium 0.034826087 0.072173913
Zinc 0.000122324 0.000122324
Total Cation 4.608061616 5.63043608
IB 5.217091305 2.114627387
156

G.5. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-08


Tabel G.5. Analisa Neraca Ion Lubang Bor WDN-08
Parameter Normalitas (meq)
Juli 2000 Agustus 2002
Tot. Alkalinity as CaCO3 -1.74 -1.82
Chloride -0.174647887 -0.169014085
Sulfate -11.70833333 -12.14583333
Total Anion -13.62298122 -14.13484742
Aluminum 8.88889E-05 0.002222222
Calcium 9.905 12.6
Copper 3.14465E-06 3.14465E-06
Iron 0.000430108 0.000268817
Potassium 0.063589744 0.037179487
Magnesium 2.116666667 2.416666667
Manganese 0.027859031 0.032114537
Sodium 0.075217391 0.170869565
Zinc 0.00048318 0.000703364
Total Cation 12.18933815 15.2600278
IB 5.554104015 3.827811406

G.6. Analisa Neraca Ion Lubang Bor CNIU-05


Tabel G.6. Analisa Neraca Ion Lubang Bor CNIU-05
Parameter Normalitas (meq/L)
Juli 2000 Agustus 2002
Tot. Alkalinity as CaCO3 -2.4 -1.58
Chloride -0.188732394 -0.154929577
Sulfate -6.708333333 -12.875
Total Anion -9.297065728 -14.60992958
Aluminum 0.000444444 0.004
Calcium 7.7 12.65
Copper 1.57233E-05 0.000943396
Iron 0.000376344 0.000913978
Potassium 0.053846154 0.051282051
Magnesium 1.808333333 2.708333333
Manganese 0.000290909 0.026654545
Sodium 0.1 0.144782609
Zinc 0.000428135 0.000366972
Total Cation 9.663735043 15.58727689
E.N. 1.933828214 3.236548751
157

G.7. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DRD-02-01


Tabel G.7. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DRD-02-01
Parameter Normalitas (meq)
Februari 2000 Agustus 2002
Tot. Alkalinity as CaCO3 -2.6 -2.6
Chloride -0.135211268 -0.174647887
Sulfate -5.958333333 -7.8125
Total Anion -8.693544601 -10.58714789
Aluminum 0.001666667 0.000111111
Calcium 8.5 8.75
Copper 3.14465E-05 0.000377358
Iron 0.000913978 0.000806452
Potassium 0.028205128 0.033589744
Magnesium 1.435 1.875
Manganese 0.001718062 0.002511013
Sodium 0.086521739 0.130869565
Zinc 0.000122324 9.17431E-05
Total Cation 10.05417934 10.79335699
IB 7.257599631 0.964472543

G.8. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DRD-02-04


Tabel G.8. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DRD-02-04
Parameter Normalitas (meq/L)
Oktober 2000 Agustus 2002
Tot. Alkalinity as CaCO3 -2.2 -2.32
Chloride -0.045070423 -0.064788732
Sulfate -3.208333333 -3.875
Total Anion -5.453403756 -6.259788732
Aluminum 0.002111111 0.023666667
Calcium 5.15 4.365
Copper 9.43396E-05 0.018176101
Iron 0.000698925 0.010268817
Potassium 0.01925641 0.02225641
Magnesium 0.858333333 0.785
Manganese 0 0
Sodium 0.057826087 0.045217391
Zinc 0.000122324 0.004984709
Total Cation 6.08844253 5.274570096
E.N. 5.502055378 8.541598641
158

G.9. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-09-03


Tabel G.9. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-09-03
Parameter Normalitas (meq)
Juli 2000 Agustus 2002
Tot. Alkalinity as CaCO3 -1.56 -1.26
Chloride -0.011267606 -0.450704225
Sulfate -2.104166667 -1.895833333
Total Anion -3.675434272 -3.606537559
Aluminum 0.002111111 0.002222222
Calcium 2.57 2.235
Copper 0.000314465 0.000251572
Iron 0.001182796 0.001075269
Potassium 0.015282051 0.00825641
Magnesium 1.183333333 1.033333333
Manganese 0.005286344 0.001101322
Sodium 0.019347826 0.018695652
Zinc 0.000214067 0
Total Cation 3.797071994 3.299935781
IB 1.62780354 4.439339195

G.10. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-09-04


Tabel G.10. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-09-04
Parameter Normalitas (meq)
Juli 2000 Agustus 2002
Tot. Alkalinity as CaCO3 -1.18 -1.1
Chloride -0.014084507 -0.230985915
Sulfate -2.166666667 -3.25
Total Anion -3.360751174 -4.580985915
Aluminum 0.002111111 0.002888889
Calcium 2.19 3.78
Copper 6.28931E-05 0.000251572
Iron 0.000860215 0.003387097
Potassium 0.02025641 0.011435897
Magnesium 1.033333333 1.666666667
Manganese 0.001409692 0.029118943
Sodium 0.017652174 0.037695652
Zinc 0.000275229 0.000214067
Total Cation 3.265961058 5.531658784
IB 1.43042451 9.400833284
159

G.11. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-23-02


Tabel G.11. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-23-02
Parameter Normalitas (meq)
Juli 2000 Agustus 2002
Tot. Alkalinity as CaCO3 -1.24 -1.2
Chloride -0.281690141 -0.242253521
Sulfate -14.20833333 -15.625
Total Anion -15.73002347 -17.06725352
Aluminum 0.002666667 0.000111111
Calcium 7.65 8
Copper 6.28931E-05 0.000251572
Iron 0.005752688 0.000698925
Potassium 0.031282051 0.162564103
Magnesium 5.558333333 5.891666667
Manganese 0.005110132 0.006519824
Sodium 0.252608696 0.052173913
Zinc 0.00030581 0.000214067
Total Cation 13.50612227 14.11420018
IB 7.606683941 9.47054415

G.12. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-23-03


Tabel G.12. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-23-03
Parameter Normalitas (meq)
Juli 2000 Agustus 2002
Tot. Alkalinity as CaCO3 -1.16 -1.62
Chloride -0.338028169 -0.230985915
Sulfate -14.83333333 -15.89583333
Total Anion -16.3313615 -17.74681925
Aluminum 0.001222222 0.002111111
Calcium 7.9 13.55
Copper 0.000345912 6.28931E-05
Iron 0.008172043 0.002849462
Potassium 0.028205128 0.938461538
Magnesium 5.291666667 6.8
Manganese 0.00784141 0.00907489
Sodium 0.217391304 0.15
Zinc 0.000428135 9.17431E-05
Total Cation 13.45527282 21.45265164
IB 9.655634975 9.453781659
160

G.13. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-01


Tabel G.13. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-01
Parameter Normalitas (meq)
Juli 2000 Agustus 2002
Tot. Alkalinity as CaCO3 -2.66 -2.84
Chloride -0.118309859 -0.011267606
Sulfate -13.5 -17.3125
Total Anion -16.27830986 -20.16376761
Aluminum 0.003444444 0.006
Calcium 8.35 12.2
Copper 0.000408805 6.28931E-05
Iron 0.015698925 0.051451613
Potassium 0.036666667 0.077948718
Magnesium 5.666666667 7.741666667
Manganese 0.014713656 0.022290749
Sodium 0.117391304 0.098695652
Zinc 0.000428135 0.000336391
Total Cation 14.2054186 20.19845268
IB 6.799992524 0.085934513

G.14. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-02


Tabel G.14. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-02
Parameter Normalitas (meq)
Juli 2000 Agustus 2002
Tot. Alkalinity as CaCO3 -1.16 -1.36
Chloride -0.036619718 -0.03943662
Sulfate -3.604166667 -2.395833333
Total Anion -4.800786385 -3.795269953
Aluminum 0.003 0.002222222
Calcium 2.62 2.07
Copper 1.57233E-05 0.001132075
Iron 0.001827957 0.000591398
Potassium 0.014051282 0.017641026
Magnesium 1.558333333 1.033333333
Manganese 0.000792952 0.003568282
Sodium 0.07 0.019608696
Zinc 0.000275229 0.000397554
Total Cation 4.268296477 3.148494586
IB 5.871485756 9.314477238
161

G.15. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-04


Table G.15. Analisa Neraca Ion Lubang Bor DOW-24-04
Parameter Normalitas (meq)
Oktober 2000 Februari 2001
Tot. Alkalinity as CaCO3 -1.98 -2.2
Chloride -0.05915493 -0.104225352
Sulfate -12.25 -14.20833333
Total Anion -14.28915493 -16.51255869
Aluminum 0.004555556 0.002
Calcium 7.3 8.45
Copper 1.57233E-05 6.28931E-05
Iron 0.002419355 0.005215054
Potassium 0.012589744 0.03
Magnesium 5.333333333 5.975
Manganese 0.005154185 0.006255507
Sodium 0.052608696 0.023347826
Zinc 0.000428135 0.000489297
Total Cation 12.71110473 14.49237058
IB 5.844574178 6.515699785
162

LAMPIRAN H
ANALISA PERUBAHAN KOMPOSISI KIMIA AIR TANAH

Tabel H.1. Perubahan Komposisi Kimia Air Tanah di Daerah IOZ 2000-2002

Parameter WD-04 WD-05 WDN-04 WDN-06 WDN-08 CNIU-05 DRD-02-01 DRD-02-04


Oct-00 Aug-02 Jul-00 Aug-02 Feb-01 Aug-02 Jul-00 Aug-02 Jul-00 Aug-02 Jul-00 Aug-02 Feb-00 Aug-02 Oct-00 Aug-02
pH 7.02 7.3 7.69 8 7.9 8.1 7.69 7.8 7.08 7.6 7.86 7.4 7.8 7.7 7.9 7.53
EC 1202 1300 1535 1700 230 240 450 500 1051 1200 826 1200 810 880 510 614
TDS 1156 1100 1510 1600 130 140 346 350 952 996 691 990 600 760 320 433
Br 1.6 0.01 1.8 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 1.6 0.01 0.5 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Cl 3.1 3.1 9.2 11 0.01 0.4 3 3.6 6.2 6 6.7 5.5 4.8 6.2 1.6 2.3
C 0.1 0.1 1 0.1 0.1 58 48 65 60 53 55 50 86 73 69 50
Al 0.008 0.015 0.004 0.014 0.001 0.001 0.0008 0.031 0.0008 0.02 0.004 0.036 0.015 0.001 0.019 0.213
Fe 0.127 0.089 0.006 0.0001 0.003 0.001 0.004 0.001 0.008 0.005 0.007 0.017 0.017 0.015 0.013 0.191
Ca 218 267 318 406 47.5 41.5 76.6 96 198 252 154 253 170 175 103 87.3
Mg 17.1 19.1 34.1 42.3 2.27 2.42 8.62 8.88 25.4 29 21.7 32.5 17.2 22.5 10.3 9.42
Na 1.17 2.1 5.03 5.68 0.589 0.557 0.801 1.66 1.73 3.93 2.3 3.33 1.99 3.01 1.33 1.04
K 1.38 0.089 3.72 5.67 0.125 0.156 0.931 0.61 2.48 1.45 2.1 2 1.1 1.31 0.751 0.868
SO4 735 696 926 1019 25 29 157 163 562 583 322 618 286 375 154 186
Alc 17 18 100 14 100 92 88 95 87 91 120 79 130 130 110 116
Cu 0.0001 0.097 0.0005 0.0001 0.0001 0.012 0.001 0.001 0.0001 0.0001 0.0005 0.03 0.001 0.012 0.003 0.578
163

Tabel H.2. Perubahan Komposisi Kimia Air Tanah di Daerah DOZ 2000-2002

Parameter DOW-09-03 DOW-09-04 DOW-23-02 DOW-23-03 DOW-24-01 DOW-24-02 DOW-24-04


Jul-00 Aug-02 Oct-00 Aug-02 Oct-00 Aug-02 Oct-00 Aug-02 Oct-00 Aug-02 Oct-00 Aug-02 Oct-00 Aug-02
pH 7.7 7.84 7.9 7.78 8.13 7.6 7.54 7.9 7.73 7.4 7.85 7.3 7.44 7.9
EC 315 314 283 449 1208 1200 1189 1900 1203 1300 432 380 1097 1200
TDS 210 217 192 331 1142 1000 862 1700 1162 1500 332 270 1026 1000
Br 0.5 0.01 0.5 0.01 0.5 0.01 0.5 0.01 0.05 0.01 0.5 0.01 0.05 0.01
Cl 0.4 16 0.5 8.2 10 8.6 12 8.2 4.2 0.4 1.3 1.4 2.1 3.7
C 45 36 33 22 22 30 29 44 69 80 31 45 48 61
Al 0.019 0.02 0.019 0.026 0.024 0.001 0.011 0.019 0.031 0.054 0.027 0.02 0.041 0.018
Fe 0.022 0.02 0.016 0.063 0.107 0.013 0.152 0.053 0.292 0.957 0.034 0.011 0.045 0.097
Ca 51.4 44.7 43.8 75.6 153 160 158 271 167 244 52.4 41.4 146 169
Mg 14.2 12.4 12.4 20 66.7 70.7 63.5 81.6 68 92.9 18.7 12.4 64 71.7
Na 0.445 0.43 0.406 0.867 5.81 1.2 5 3.45 2.7 2.27 1.61 0.451 1.21 0.537
K 0.596 0.322 0.79 0.446 1.22 6.34 1.1 36.6 1.43 3.04 0.548 0.688 0.491 1.17
SO4 101 91 104 156 682 750 712 763 648 831 173 115 588 682
Alc 78 63 59 55 62 60 58 81 133 142 58 68 99 110
Cu 0.01 0.008 0.002 0.008 0.002 0.008 0.011 0.002 0.013 0.002 0.0005 0.036 0.0005 0.002
164

Perubahan SO4 dan Ca


Komposisi (mg/L)

1200
1000 SO4 2000
800
SO4 2002
600
400 Ca 2000
200 Ca 2002
0

D 05

D 01

W -02

W 03

W 04

W -02

W 03

W 01

2
04
W 05
W 4

W 04

W -06

C 08

O 4-0
-0

D 02-
-

4-
-

-
-

-
U

D -04

D -09

D -23

D -23
D -09

D -24
D
D

2
-2
I
W

-
W
R

R
O

O
D

D
Lokasi

Gambar H.1. Grafik Perubahan SO4 dan Ca

Perubahan Mg, Ca dan Alkalinity

12
Komposisi (mmol/L)

10 Mg 2000
Mg 2002
8
Alkalinity 2000
6
Alkalinity 2002
4
Ca 2000
2 Ca 2002
0
WD-04 WD-05 WDN- WDN- WDN- CNIU- DRD- DRD- DOW- DOW- DOW- DOW- DOW- DOW- DOW-
04 06 08 05 02-01 04-02 09-03 09-04 23-02 23-03 24-01 24-02 24-04

Lokasi

Grafik H.2. Grafik Perubahan Mg, Ca dan Alkalinity

Perubahan Komposisi SO4 dan Fe

10000
1000
100
Komposisi mg/L

10
1
0,1
0,01
0,001
0,0001
WD-04 WD-05 WDN-04 WDN-06 WDN-08 CNIU-05 DRD-02- DRD-04- DOW-09- DOW-09- DOW-23- DOW-23- DOW-24- DOW-24- DOW-24-
01 02 03 04 02 03 01 02 04

Lokasi

SO4 2000 SO4 2002 Fe 2000 Fe 2002

Grafik H.3. Grafik Perubahan SO4 dan Fe


165

LAMPIRAN I
DIAGRAM SCHOELLER

WD-04
Schoeller Diagram 2000
WD-05
WDN-04
WDN-06
10000 WDN-08
1000 CNIU-05
DRD-02-01
100
DRD-02-04
10 DOW-09-03
DOW-09-04
1
DOW-23-02
0.1 DOW-23-03
0.01 DOW-24-01
DOW-24-02
0.001 DOW-24-04
0.0001
Al

c
g
Br

Fe

4
K
pH

a
EC

C
S

Al
M

SO
C

N
TD

Gambar I.1. Diagram Schoeller Tahun 2000

WD-04
Schoeller Diagram 2002
WD-05
WDN-04
WDN-06
WDN-08
10000 CNIU-05
1000 DRD-02-01
DRD-02-04
100
DOW-09-03
10 DOW-09-04
1 DOW-23-02
0.1 DOW-23-03
DOW-24-01
0.01
DOW-24-02
0.001 DOW-24-04
0.0001
Al

c
4
Br

K
Fe
pH

a
EC

C
S

Al
M

SO
C

N
TD

Gambar I.2. Diagram Schoeller Tahun 2002


166

LAMPIRAN J
PERUBAHAN KANDUNGAN SO4 PADA MASING-MASING
LUBANG BOR

J.1. Kandungan SO4 Masing-Masing Lubang Bor di Tahun 2000


Tabel J.1. Kandungan SO4 Tahun 2000
Lokasi mg/L
WDN-04 25
DOW-09-03 101
DOW-09-04 104
DRD-02-04 154
WDN-06 157
DOW-24-02 173
DRD-02-01 286
CNIU-05 322
WDN-08 562
DOW-24-04 588
DOW-24-01 648
DOW-23-02 682
DOW-23-03 712
WD-04 735
WD-05 926

Kandungan SO4 vs Lokasi Tahun 2000

1000
800
SO4(mg/L)

600
400
200
0
CNIU-05
DRD-02-04

DRD-02-01
DOW-09-03

DOW-09-04

DOW-24-02

DOW-24-04

DOW-24-01

DOW-23-02

DOW-23-03
WDN-04

WDN-06

WDN-08

WD-04

WD-05

Lokasi

Gambar J.1. Grafik Kandungan SO4 Vs Lokasi Tahun 2000


167

J.2. Kandungan SO4 Masing-Masing Lubang Bor di Tahun 2002


Tabel J.2. Kandungan SO4 Tahun 2002
Lokasi mg/L
WDN-04 29
DOW-09-03 91
DOW-24-02 115
DOW-09-04 156
WDN-06 163
DRD-02-04 186
DRD-02-01 375
WDN-08 583
CNIU-05 618
DOW-24-04 682
WD-04 696
DOW-23-02 750
DOW-23-03 763
DOW-24-01 831
WD-05 1019

Kandungan SO4 vs Lokasi Tahun 2002

1200
1000
SO4(mg/L)

800
600
400
200
0
CNIU-05
DRD-02-04

DRD-02-01
DOW-09-03

DOW-24-02

DOW-09-04

DOW-24-04

DOW-23-02

DOW-23-03

DOW-24-01
WDN-04

WDN-06

WDN-08

WD-04

WD-05

Lokasi

Gambar J.2. Grafik Kandungan SO4 Vs Lokasi Tahun 2002


168

J.3. Tabel J.3. Kandungan SO4 Rata-Rata


Tabel J.3. Kandungan SO4 Rata-Rata
Lokasi Mg/L
WDN-04 27
DOW-09-03 96
DOW-09-04 130
DOW-24-02 144
WDN-06 160
DRD-02-04 170
DRD-02-01 330.5
CNIU-05 470
WDN-08 572.5
DOW-24-04 635
WD-04 715.5
DOW-23-02 716
DOW-23-03 737.5
DOW-24-01 739.5
WD-05 972.5

Kandungan SO4 Rata-Rata vs Lokasi

1200
1000
SO4(mg/L)

800
600
400
200
0
CNIU-05
DRD-02-04

DRD-02-01
DOW-09-03

DOW-09-04

DOW-24-02

DOW-24-04

DOW-23-02

DOW-23-03

DOW-24-01
WDN-04

WDN-06

WDN-08

WD-04

WD-05

Lokasi

Gambar J.3. Grafik Kandungan SO4 Rata-Rata Vs Lokasi


169

LAMPIRAN K
KOEFISIEN HIDROSTATIS MASING-MASING UNIT BATUAN

Tabel K.1. Koefisien Hidrostastis Masing-Masing Unit Batuan

Tipe Batuan Unit K(xx) K(yy) K(zz)


(m/hari) (m/hari) (m/hari)
Ertsberg Diorite 0.005 0.005 0.005
Skarn 0.01 0.01 0.01
Kontak Marmer - Skarn 0.1 0.1 0.1
Intrusive, Metamorphic
Kontak Skarn - Diorite 0.03 0.03 0.03
Cave Zone I 0.2 0.2 0.2
Cave Zone 2 0.1 0.1 0.1
Endapan Glacial 5 5 5
Kais Limestone 0.005 0.02 0.005
Lowermost Kais 0.05 0.2 0.05
Sirga Sandstone 0.006 0.006 0.006
Sedimen
Faumai Limestone 0.005 0.02 0.005
Waripi Dolomite 0.015 0.05 0.015
Ekmai Shale 0.005 0.005 0.005
Ekmai Sandstone 0.005 0.005 0.005
170

LAMPIRAN L
PETA LOKASI ARAH PEMBORAN IOZ DAN DOZ
171

LAMPIRAN M
SAYATAN GEOLOGI DAERAH TAMBANG IOZ DAN DOZ

Gambar M.1. Sayatan Geologi Daerah Tambang IOZ dan DOZ

Anda mungkin juga menyukai