SKRIPSI
Oleh :
i
KAJIAN TEKNIS RANCANGAN GEOMETRI LERENG
DISPOSAL TAMBANG BATUBARA PT. SEBUKU SEJAKA
COAL DESA BEKAMBIT KABUPATEN KOTABARU
PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik dari
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
Oleh :
ii
KAJIAN TEKNIS RANCANGAN GEOMETRI LERENG
DISPOSAL TAMBANG BATUBARA PT. SEBUKU SEJAKA
COAL DESA BEKAMBIT KABUPATEN KOTABARU
PROPINSI KALIMANTAN SELATAN
Oleh :
DENNY RYLWAN FAKHREZI
112070019
Disetujui untuk :
Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
Tanggal : .....................
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi
Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta. Di kesempatan ini penulis ingin
mempersembahkan skripsi ini kepada :
- Abah dan Mama yang senantiasa memberikan dukungan dan kasih sayangnya.
Semoga prestasi kecilku ini dapat membanggakan kalian.
- Adik adikku tercinta, Oyop dan Rere, jadilah insan Allah yang beriman dan
senantiasa kalian dilindungi dari segala cobaan dunia.
iv
RINGKASAN
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan
judul Kajian Teknis Rancangan Geometri Lereng Disposal Tambang Batubara
PT. Sebuku Sejaka Coal Desa Bekambit Kecamatan Pulau Laut Timur Kabupaten
Kotabaru Propinsi Kalimantan Selatan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi
Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Penelitian
dilaksanakan di PT. Sebuku Sejaka Coal, Kecamatan Pulau Laut Timur,
Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan dari tanggal 15 Mei 10
September 2011.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. NM. Jundan Arif, ST, Deputy Manager PT. SSC.
2. Ir. Sriyanto, Koordinator Site PT. Sebuku Sejaka Coal.
3. Prof. DR. H. Didit Welly Udjianto, MS, Rektor UPN Veteran Yogyakarta.
4. Dr. Ir. S. Koesnaryo, MSc, Dekan Fakultas Teknologi Mineral.
5. Ir. Anton Sudiyanto, MT, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan.
6. Ir. R. Hariyanto, MT, Dosen Pembimbing I Skripsi.
7. Ir. Hasywir Thaib Siri, MSc, Dosen Pembimbing II Skripsi.
Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perusahaan, para
pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang pertambangan.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ............................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
BAB
I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ . 1
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah .......................................................................... 2
1.4 Metode Penelitian ........................................................................ 2
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3
viii
4.3 Metode Analisis yang Digunakan ................................................. 36
4.4 Analisis Kestabilan Lereng Timbunan .......................................... 36
4.5 Tahap Permodelan ........................................................................ 38
4.6 Hasil Simulasi Faktor Keamanan Lereng Timbunan .................... 38
V PEMBAHASAN ................................................................................. 48
5.1 Geometri Lereng Timbunan .......................................................... 48
5.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng ............. 51
5.3 Tindakan Penunjang Kestabilan Lereng ....................................... 55
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.2 Lereng Tunggal Tanah Lanau Optimal dengan Tinggi 5 m dan Sudut
50 ....................................................................................................... 42
5.1 Hubungan Antara Nilai Bobot Isi dengan Nilai Faktor Keamanan .... 51
5.2 Hubungan Antara Nilai Kohesi dengan Nilai Faktor Keamanan ....... 52
5.3 Hubungan Antara Nilai Sudut Geser Dalam dengan Nilai Faktor
Keamanan ........................................................................................... 52
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Koordinat Batas Wilayah IUP PT. Sebuku Sejaka Coal .................. 4
3.1 Hubungan Antara Kekerasan Material dengan Kuat Tekan Uniaxial .... 18
4.3 Nilai Faktor Keamanan Lereng Tunggal Material Tanah Lanau dengan
Variasi Tinggi dan Sudut .................................................................... 40
xi
4.9 Nilai Faktor Keamanan Lereng Keseluruhan Material Tanah
Campuran dengan Variasi Tinggi dan Sudut ...................................... 45
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yaitu terhambatnya jalan angkut utama maupun instalasi penting yang berada
disekitar disposal yang akan menyebabkan gangguan pada pengangkutan batubara
dan proses produksi. Sekalipun longsorannya relatif kecil, tetap saja dapat
membahayakan jiwa dan merusak peralatan yang ada, oleh sebab itu untuk
merancang lereng yang stabil terhadap gangguan di alam diperlukan analisis
kestabilan lereng disposal.
2
peralatan-peralatan yang digunakan untuk melakukan pengujian sifat-sifat fisik
dan mekanik tanah material timbunan serta untuk mengetahui cara kerja alat-
alat tersebut.
2. Penelitian di lapangan.
Penelitian di lapangan dilakukan untuk memperoleh data-data primer yang
terdapat di daerah penelitian seperti : topografi daerah penelitian, vegetasi
daerah penelitian serta untuk mengetahui kondisi fisik sesungguhnya yang ada
di lapangan. Selain itu dilakukan pula pengambilan sampel material
overburden untuk diuji di laboratorium.
3. Penelitian di laboratorium
Penelitian di laboratorium bertujuan untuk memperoleh data-data sekunder dari
daerah penelitian yaitu dengan cara melakukan pengujian terhadap sifat-sifat
fisik serta sifat-sifat mekanik material.
Adapun untuk perhitungan nilai faktor keamanan lereng, karena tidak dapat
dialakukan secara manual maka digunakan alat bantu berupa software komputer
yaitu program Slide Versi 5.0.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain adalah :
1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menentukan kebijakan
perusahaan dalam melakukan perancangan geometri lereng disposal.
2. Dapat digunakan sebagai bahan studi perbandingan bagi penelitian yang ada
kaitannya dengan penelitian kestabilan lereng, khususnya pada lereng
disposal.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
KOORDINAT
No. BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN
Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik
1 116 11 21.08 3 21 36.97
2 116 11 45.99 3 21 36.97
3 116 11 45.99 3 24 16.65
4 116 15 52.30 3 24 16.65
5 116 15 52.30 3 25 02.64
6 116 16 08.34 3 25 02.64
7 116 16 08.34 3 31 06.73
8 116 15 37.45 3 31 06.73
9 116 15 37.45 3 33 40.58
10 116 17 29.08 3 33 40.58
11 116 17 29.08 3 38 14.97
12 116 15 34.54 3 38 14.97
13 116 15 34.54 3 37 18.58
14 116 14 26.74 3 37 18.58
15 116 14 26.74 3 36 46.95
16 116 13 50.96 3 36 46.95
17 116 13 50.96 3 37 22.34
18 116 12 23.40 3 37 22.34
19 116 12 23.40 3 34 25.77
20 116 10 02.80 3 34 25.77
21 116 10 02.80 3 28 23.14
22 116 11 21.08 3 28 23.14
4
2.5.1. Kesampaian daerah
Daerah penyelidikan terletak sekitar 210 km sebelah timur kota
Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan (Gambar 2.1). Lokasi ini dapat dicapai
dari Yogyakarta melului rute sebagai berikut:
a. Dari kota Yogyakarta (bandar udara Adisucipto) dengan menggunakan
pesawat terbang tujuan Banjarmasin (bandar udara Hasannudin) dengan
waktu tempuh kurang lebih 1,5 jam.
b. Dari dari Banjarmasin ke Kotabaru dapat menggunakan dua pilihan rute
yaitu:
i. Melalui udara dengan menggunakan pesawat terbang dari
Banjarmasin menuju Kotabaru (Pulau Laut) yang membutuhkan
waktu kurang lebih 25 menit.
ii. Melalui darat dengan menggunakan kendaraan roda empat (mobil)
dari Banjarmasin menuju Kotabaru (Pulau Laut) yang membutuhkan
waktu kurang lebih 6 jam.
c. Dari Kotabaru dilanjutkan dengan perjalanan darat ke arah selatan menuju
desa bekambit kantor PT. Sebuku Sejaka Coal ditempuh dengan waktu
kurang lebih 50 menit.
d. Selanjutnya dari mess PT Sebuku Sejaka Coal menuju lokasi penyelidikan
(daerah Rawa Indah) menggunakan transportasi air sungai (ketinting)
dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam.
5
Peta Lokasi IUP
PT. Sebuku Sejaka Coal
Gambar 2.1.
Lokasi IUP Operasi Produksi PT Sebuku Sejaka Coal
6
2.2. Iklim dan Curah Hujan
Daerah penyelidikan termasuk daerah hujan tropis yang ditandai dengan
adanya pergantian dua musim, yaitu musim kemarau (Juli - Oktober) dan
penghujan (November - Juni). Intensitas hujan bervariasi dari rendah sampai
tinggi dengan durasi waktu pendek sampai panjang. Mengingat di daerah
penyelidikan belum terdapat stasiun meteorologi, untuk keperluan penyelidikan
hidrologi menggunakan data meteorologi dari stasiun meteorologi Stagen,
Kotabaru, Kalimantan Selatan. Berdasarkan data curah hujan dari stasiun
meteorologi Stagen selama 10 tahun (20022011), curah hujan tahunan di daerah
penyelidikan berkisar antara 1300,73632,7 mm. Curah hujan rata-rata per tahun
= 2352,36 mm/tahun (tabel 2.1). Sedangkan jumlah hari hujan setiap tahunnya
berkisar antara 137281 hari, dengan rata-rata 225 hari/tahun (Tabel 2.1).
Tabel 2.1
Data Curah Hujan Stasiun Meteorologi Stagen, Kotabaru, Kalimantan
Selatan, Tahun 2002 - 2011
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES TOTAL
2002 283.4 177.6 180.1 216.6 299.9 407.7 9.5 8.2 6.6 1.0 181.4 219.7 1991.7
2003 254.1 376.3 341.6 381.7 194.9 45.7 111.9 60.1 26.3 85.0 239.2 229.6 2346.4
2004 340.1 316.6 335.5 196.6 79.3 94.3 303.1 0.0 149.2 25.4 139.0 444.7 2423.8
2005 254.1 180.3 359.3 217.8 319.6 132.6 65.7 206.0 11.3 141.8 94.1 150.3 2132.9
2006 136.5 395.8 202.9 210.9 318.5 448.7 25.6 14.7 55.7 1.5 107.9 80.6 1999.3
2007 202.4 291.2 216.4 257.6 243.3 500.7 544.4 91.5 107.7 147.5 171.3 128.0 2902.0
2008 182.0 232.4 332.6 137.1 338.2 179.8 389.4 336.0 261.3 248.0 165.9 138.5 2941.2
2009 345.0 217.8 182.8 119.9 105.6 74.0 57.9 11.3 1.5 100.3 345.8 291.0 1852.9
2010 396.6 188.2 239.9 200.1 293.9 392.4 608.6 312.4 281.7 397.8 229.3 91.8 3632.7
Rata2 280.2 262.1 260.2 223.0 228.7 232.8 235.1 115.1 100.1 127.6 185.9 197.1
Curah hujan rata-rata pertahun 2352.36
7
Tabel 2.3
Data Hari Hujan Stasiun Meteorologi Stagen, Kotabaru, Kalimantan
Selatan, Tahun 2002 - 2011
2.3. Morfologi
Morfologi daerah penyelidikan merupakan daerah dataran, perbukitan
bergelombang lemah (landai), perbukitan bergelombang sedang, dan perbukitan
bergelombang kuat.
8
2.3.3. Morfologi perbukitan bergelombang kuat
Luasan satuan morfologi ini sekitar 18% berada di bagian baratdaya
daerah penyelidikan, dengan satuan batuan basa-ultrabasa, lava dari Formasi
Pitanak, perselingan batulempung, dan lempung pasiran Formasi Keramaian.
2.4. Hidrologi
Sungai-sungai utama yang berada pada daerah tambang PT. Sebuku
Sejaka Coal antara lain Sungai Sejaka dan Sungai Bekambit, keduanya bermuara
ke arah timur yaitu Selat Makasar. Dari kedua sungai tersebut banyak memiliki
percabangan atau yang disebut anak sungai. Sungai-Sungai tersebut terpengaruh
oleh adanya air hujan, dan air laut sehingga permukaan air sungai juga mengalami
pasang dan surut.
Sungai Sejaka, dan Sungai Bekambit mempunyai kedalaman yang
bervariasi antara 2 6 meter dan lebar sungai berkisar antara 3 25 meter. Oleh
penduduk sekitar dimanfaatkan sebagai jalur transportasi air, sumber air untuk
tambak ikan dan sebagian kecil untuk pertanian.
Kondisi curah hujan pada daerah cukup besar yaitu sekitar
2352,36 mm/tahun. Kondisi tersebut merupakan kendala apabila kegiatan
penambangan batubara dilaksanakan memakai sistem tambang terbuka dengan
metode open pit.
2.5. Geologi
2.5.1. Geologi regional
Secara regional daerah penyelidikan termasuk dalam Cekungan Barito
yang terbentuk pada Zaman Tersier. Batuan sedimen yang mengisi cekungan
tersebut telah mengalami perlipatan yang umumnya berarah barat lauttenggara.
Urutan stratigrafi daerah penyelidikan sesuai Peta Geologi skala 1 :
250.000 Lembar Kotabaru, Kalimantan (1995) dari tua ke muda terdiri dari
Ultramafik Kelompok Ofiolit, Formasi Pitanak Kelompok Haruyan, Formasi
Keramaian, Formasi Tanjung, dan Endapan Aluvial sebagai berikut:
9
a. Ultramafik Kelompok Ofiolit
Kelompok batuan ini terdiri dari peridotit berwarna hijau sampai
kehitaman, banyak rekahan, sebagian besar tertutupi laterit dengan
ketebalan berkisar dari 20 - 150 cm. Satuan ini diperkirakan berumur Jura
Bawah.
b. Formasi Pitanak, Kelompok Haruyan (Khp)
Formasi batuan ini disusun terutama oleh lelehan lava bersusunan basal
piroksen, andesit, lava amigdaloidal, dan sisipan breksi vulkanik.
Penyebarannya di sepanjang pegunungan Sebatung ke arah puncak
sebelah timur disusun oleh leleran masif basal piroksen. Pada lereng-
lerengnya disusun oleh lava amigdaloid, lava basal piroksen dengan
sisipan breksi vulkanik yang dicirikan oleh struktur rekah berlembar
berarah utara-barat, setempat dijumpai lipatan-lipatan seretan. Di beberapa
tempat terpotong oleh retas-retas andesit, diabas, diorit, basal porfir. Basal
piroksen, berwarna kelabu hitam, bertekstur tantasmata sampai kasatmata,
disusun oleh mineral utama berupa plagioklas, piroksen augit dan massa
dasar mikro-lite feldspar memperlihatkan struktur aliran. Lava amigdaloid
berwarna abu-abu gelap kehijauan, afanitik, disusun terutama oleh mikro-
lite feldspar dan fenokris plagioklas andesin, sebagian terubah,
memperlihatkan struktur amigdaloid struktur aliran terisi oleh mineral
kalsedonit, klorit dan zeolit, setempat mengalami pencenangan dicirikan
oleh pemadaman bergelombang dan pengarahan mineral isian. Penarikan
K-Ar batuan andesit di Sungai Gedambaan dan Sungai Limau (P. Laut)
menunjukkan umur 69,628-1,55 juta tahun (Kapur Atas) dan 57,449-0,39
juta tahun (Paleosen Atas). Berhubungan menjemari dengan batuan
kelompok Pitap, serta tidak Selaras di atas Kelompok Opiolit. Ketebalan
seluruh unit 1000-1200 m.
c. Batulempung Formasi Keramaian, Kelompok Pitap (Kpkl)
Batulempung dengan sisipan batupasir halus, batulanau, dan lensa
konglomerat polimik. Batulempung warna abu-abu gelap sampai hitam,
gampingan, sebagian telah termetakan menjadi batusabak, mengalami
10
silifikasi, sangat kompak, berlapis baik (40-60 cm), setempat
memperlihatkan struktur pendaunan. Secara mikroskopis memperlihatkan
pengarahan mineral kuarsa sekunder, serta butiran halus fragmen karbon.
Di beberapa tempat dipotong oleh retas-retas diorit, andesit-basal, serta
terkekarkan dan diisi oleh mineral kuarsa, pirit dan kalkopirit.
Kemungkinan diendapkan pada lingkungan laut dalam. Ketebalan unit ini
diperkirakan sekitar 500-700 meter.
d. Formasi Keramaian (Kpk)
Perselingan batupasir (vulkarenit), batulanau, batulumpur, setempat
dijumpai sisipan tipis rijang, dan lensa-lensa batugamping kehitaman.
Sebagian terpotong oleh retas-retas basal porfir, diorit, dan urat kuarsa
(diameter 0,5-1,5 meter). Batupasir berwarna abu-abu terang sampai
kelabu kehijauan, sangat kompak, berbutir halus sampai sedang, terpilah
sedang, di sekitar sayap G.Sebatung tersilifikasikan kuat, tebal tiap lapisan
10-60 cm. Struktur sedimen berupa konvolut, perlapisan sejajar, dan
lapisan silang siur. Formasi ini dicirikan oleh endapan flysch dan struktur
turbidit diendapkan pada lingkungan laut dalam. Berhubungan menjari
dengan batuan vulkanik kelompok Haruyan dan menutupi tidak selaras
batuan ofiolit. Ketebalan perkiraan seluruh unit 800-1000 m. Dari
kumpulan fosil radiolaria di sekitar Pulau Laut diketahui umur unit ini
(Wakita dkk,1998) adalah Kapur Atas bagian Atas (Maastrichian).
Penamaan Formasi Keramaian, Kelompok Pitap diambil dari Lembar
Banjarmasin (Sikumbang dan Heryanto, 1994)
e. Formasi Tanjung
Formasi terdiri dari batupasir kuarsa berlapis dengan sisipan batupasir
konglomeratan di bagian bawah. Di bagian atas berselingan dengan
batulanau, batulempung dan batulumpur, serpih karbonan dan sisipan
batubara dengan ketebalan 0,2 1,2 meter. Batupasir kuarsa berwarna
kelabu terang sampai kecoklatan, berlapis baik, ketebalan lapisan 100 -
250 cm, kompak, berukuran butir halus - kasar. Terpilah sedang sampai
baik, bentuk membundar tanggung-menyudut tanggung, mengandung
11
sedikit fragmen tumbuhan, lapisan tipis karbon, setempat bintal oksida
besi, struktur sedimen silang siur, perlapisan sejajar serta kesan menghalus
ke atas. Secara keseluruhan merupakan sekuen bagian bawah dari Formasi
Tanjung (Pertamina, 1984), diendapkan pada lingkungan fluviatil. Dari
analisa polen, diketahui berumur Eosen Atas (Pelhoupessy, 1998)
menutupi secara tidak selaras batuan dari Kelompok Pitanak dan Haruyan.
Ketebalan satuan ini diperkirakan 400 - 600 meter.
f. Aluvium
Aluvium terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumpur sebagai
endapan sungai, rawa, dan pantai.
Berikut ini gambar pemetaan formasi batuan dari tua ke muda terdiri dari
Ultramafik Kelompok Ofiolit, Formasi Pitanak Kelompok Haruyan, Formasi
Keramaian, Formasi Tanjung, dan Endapan Aluvial. Gambar Peta Geologi
Lembar Kotabaru 1995 (gambar 2.2.).
12
Gambar 2.2
Peta Geologi Lembar Kotabaru
13
2.5.2. Stratigrafi regional
Berdasarkan analisis peta geologi Lembar Kotabaru skala 1 : 250.000 yang
disusun oleh E. Rustandi, E.S Nila, P.Sanyoto, Djamal, dan U. Margono (1995).
Batuan dasar terbentuk pada masa Kapur Atas yang terdiri dari batuan beku yang
termasuk dalam Formasi Haruyan. Di atas batuan Kapur Atas ini diendapkan
batuan sedimen Tersier yang dari tua ke muda terdiri dari Formasi Batubai dan
endapan alluvial (Tabel 2.4).
Tabel 2.4
Stratigrafi Regional Lembar Kotabaru
E. Rustandi, E.S Nila, P. Sanyoto, Djamal, dan U. Margono (1995)
14
2.5.3. Geologi daerah penyelidikan
2.5.3.1.Statigrafi daerah penyelidikan
Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan, secara keseluruhan tersusun oleh
(dari tua ke muda), yaitu:
a. Satuan Batuan Peridotit
Peridotit berwarna hijau sampai kehitaman, banyak rekahan, sebagian
besar tertutupi laterit dengan ketebalan 20 cm sampai dengan 150 cm,
terdapat pada bagian tengah sebelah barat daerah penyelidikan. Satuan
batuan ini dapat disebandingkan dengan Batuan Ultramafik Kelompok
Ofiolit.
b. Satuan Batu Lava
Disusun terutama oleh lelehan lava bersusunan basal piroksen, andesit,
lava amigdaloidal dan sisipan breksi vulkanik. Penyebarannya di bagian
utara daerah penyelidikan. Satuan batuan ini disusun oleh lava
amigdaloidal, lava basal piroksen dengan sisipan breksi vulkanik,
dicirikan oleh struktur rekah berlembar dan relatif berarah baratlaut,
setempat dijumpai lipatan-lipatan seretan. Di beberapa tempat terpotong
oleh retas-retas andesit, diabas, diorit, basal porfir. Basal piroksen,
berwarna kelabu hitam, bertekstur tantasmata sampai kasatmata, disusun
oleh mineral utama berupa plagioklas, piroksen augit dengan massadasar
mikro-lite feldspar, memperlihatkan struktur aliran. Lava amigdaloid
berwarna abu-abu gelap kehijauan, afanitik, disusun terutama oleh
mikro-lite feldspar dan fenokris plagioklas andesin, sebagian terubah,
memperlihatkan struktur amigdaloid struktur aliran terisi oleh mineral
kalit, dan klorit. Satuan batuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi
Pitanak.
c. Satuan Batupasir
Perselingan batupasir, batulempung dan lempung pasiran berwarna abu-
abu sampai abu-abu tua, dan kehijauan, batulempung coklat dan coklat
kemerahan. Setempat dijumpai sisipan lensa-lensa batugamping
15
kehitaman. Satuan ini menempati bagian utara sampai selatan daerah
penyelidikan ( 53 %).
d. Formasi Tanjung
Satuan Batupasir terdiri dari batupasir kuarsa. Satuan ini menempati
bagian timur daerah penyelidikan ( 1 %).
e. Satuan Aluvium
Satuan Alluvial terdiri dari lempung, pasir lepas sebagai penyusun
material alluvial. Satuan ini menempati bagian timur dan tenggara
daerah penyelidikan ( 41 %).
Penyebaran satuan batuan tersebut dapat dilihat pada Peta Geologi
(Gambar 2.3.)
2.5.3.2.Struktur geologi daerah penyelidikan
Lapisan batuan di daerah penyelidikan secara umum mempunyai
kemiringan ke arah baratlaut. Sedangkan sesar yang berkembang adalah sesar
mendatar dengan arah baratlaut tenggara dan sesar naik pada batuan ultramafik.
2.5.3.3.Keadaan endapan batubara
Keadaan endapan batubara di daerah penyelidikan, diklasifikasikan
menjadi sumberdaya (resources) dan cadangan (reserves) yang mempunyai
kenampakan fisik bewarna hitam, kilap agak kusam, kekerasan sedang, dan gores
hitam. Yang mempunyai ketebalan lapisan batubara bervariasi antara 0,65 3,28
m dengan besar sudut kemiringan lapisan rata-rata sekitar 9. Sedangkan arah
penyebaran lapisan batubara itu sendiri relatif utara-selatan. Untuk jenis batuan
pengapit (roof dan floor) berupa batulempung dan batu lempung karbonat.
16
.
Gambar 2.3.
Peta Geologi PT Sebuku Sejaka Coal
17
BAB III
DASAR TEORI
18
3.2 Mekanisme Dasar Terjadinya Longsoran
Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah) suatu massa tanah atau batuan
umumnya mempunyai keseimbangan terhadap gaya-gaya yang timbul dari dalam.
Dan akibat adanya pengangkatan, penurunan, penggalian, penimbunan erosi atau
aktifitas lainnya, sehingga mengalami perubahan keseimbangan maka massa
tanah atau batuan tersebut akan berusaha mencapai suatu keadaan keseimbangan
yang baru secara alamiah.
Disamping kekuatan geser, gaya berat akibat massa tanah merupakan
parameter kestabilan lereng sebagai akibat dari gravitasi. Pada umumnya
longsoran yang terjadi pada tanah dan pasir adalah longoran busur, sedangkan
untuk batuan yang sifatnya lebih keras biasa terjadi longsoran longsoran yang
lainnya, yaitu longsoran baji, longsoran bidang dan longsoran guling.
Pada gambar 3.1 memperlihatkan gaya-gaya yang bekerja pada suatu blok
yang berada pada suatu bidang miring yang mempunyai sudut kemiringan sebesar
, maka berdasarkan persamaan hukum kuat geser Mohr-Coulomb adalah sebagai
berikut :
= c + n tan,
Didapat tegangan normal, n = w cos / A, dimana A = luas dari balok.
maka ;
w cos
c tan...(3.1)
A
Adapun kekuatan geser (R) yang bekerja untuk menahan geseran pada dasar
blok dinotasikan sebagai ( R = A ), dimana akan diperoleh persamaan :
R = c A +w cos tan.(3.2)
Dalam keadaan seimbang atau dalam keadaan kritis persamaan (3.2) dapat
digambarkan sebagai ; W sin = c A + W cos tan
= ...(3.3)
Dimana :
= Kekuatan geser ( kN / m2 ; psf )
n = Tegangan normal ( kN / m2 ; psf )
19
= Sudut geser dalam ( 0 )
c = Kohesi ( kN / m2 ; psf )
A = Luas area ( m2; ft2 )
W sin
W cos
Gambar 3.1
Mekanisme Luncuran Blok pada Bidang
Jadi apabila blok yang berada pada suatu bidang dengan kemiringan
sebesar dalam kondisi kering serta mempunyai nilai kohesi = 0, maka blok
dalam keadaan seimbang apabila = .
Pengaruh keberadaan air pada massa batuan terhadap kestabilan lereng
dapat diandaikan sebuah kaleng yang terisi air pada suatu bidang basah dengan
sudut kemiringan sebesar (Gambar 3.2.a) . Apabila diandaikan berat per unit
volume dari kaleng ditambah air dinotasikan sebagai t sementara berat per unit
volume air adalah w maka w = t h A dan nilai kohesi = 0, maka air ini akan dapat
menimbulkan tekanan ke atas sebesar U, sehingga dapat memperkecil tegangan
normal yang bekerja pada bidang luncur ( n = w cos / A ), maka persamaan
(3.2) dapat dijabarkan sebagai
R = c A + w cos tan ,
sehingga ;
R = ( W cos - U ) tan .(3.4)
20
Besarnya nilai U tergantung ketinggian air dalam kaleng. Pada gambar 3.2
akan terlihat bahwa hw = h cos , dimana h dan hw merupakan ketinggian kaleng
dan air, maka : U = w h cos A
w w. cos
U
t
U = ( w / t) W cos.(3.5)
Kemudian subsitusikan persamaan (3.5) ke persamaan (3.4) maka akan
diperoleh persamaan kekuatan geser (R) adalah sebagai berikut :
R = ( W cos - ( w / t ) . W cos ) tan
R = Wcos ( 1 - w / t ) tan .....(3.6)
Apabila kaleng dalam keadaan kritis, dan mempunyai nilai kohesi = 0,
serta terdapat air pada bidang luncur maka berdasarkan persamaan keseimbangan,
maka hubungan antara sudut geser dalam dengan sudut kemeringan bidang dapat
ditulis sebagai berikut :
W sin = w cos ( 1 - w / t ) tan
tan = ( 1 - w / t )tan (3.7)
a
R W sin
u
W cos
W
hw
Gambar 3.2
Pengaruh Air pada Kaleng
21
3.3 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng
Kelongsoran lereng umumnya terjadi melalui suatu bidang runtuh yang
disebut bidang gelincir, dimana kestabilan lereng tersebut tergantung pada gaya
penggerak, yaitu gaya yang menyebabkan terjadinya kelongsoran serta gaya
penahan, yaitu gaya yang menahan kelongsoran serta gaya penahan dan gaya
penggerak disebut faktor keamanan.
3.3.4 Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor yang penting dalam analisa kestabilan
lereng, karena mempengaruhi perubahan temperatur dan curah hujan. Hal ini
22
berhubungan dengan tingkat pelapukan yang terjadi pada satu daerah. Pada daerah
tropis proses pelapukan terjadi lebih cepat dibandingkan dengan daerah dingin.
U V R
W sin
W cos
W
Gambar 3.3
23
Adapun persamaan tegangan normal yang diakibatkan oleh adanya air
adalah sebagai berikut :
n = ( W cos - U ) / A...(3.8)
sehingga persamaan nilai faktor keamanan dengan pengaruh tegangan air pori
adalah sebagai berikut :
C. A (W . cos u ).Tan
F ...(3.9)
W . sin v
Dimana :
= Tegangan normal
U = Gaya angkat air
A = Area pada dasar blok
= Sudut kemiringan bidang luncur
= Sudut Geser Dalam
W = Berat blok yang meluncur
24
tegangan yang melebihi tegangan gesernya. Untuk mengetahui besar sudut
geser dalam harus dilakukan uji geser langsung dan uji triaksial.
2. Kohesi (c)
Kohesi adalah kuat tarik menarik antara butiran tanah yang dinyatakan dalam
satuan berat persatuan luas. Bila kuat gesernya semakin besar, maka semakin
besar pula harga kohesi dari tanah tersebut. Ini berarti tanah dengan kohesi
yang besar dapat dibuat lereng dengan kemiringan yang besar untuk nilai
keamanan yang sama. Harga kohesi didapat dari analisis laboratorium, yaitu
dengan uji geser langsung dan uji triaksial.
3. Bobot isi ()
Bobot isi tanah berperan dalam menimbulkan tekanan pada permukaan bidang
longsoran, yaitu dinyatakan dalam satuan berat per volume. Macam - macam
bobot isi adalah : bobot isi asli, bobot isi kering dan bobot isi jenuh.
25
rekahan (joint) maupun bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya
longsoran bidang adalah : (Gambar 3.4)
a. Terdapatnya bidang luncur bebas (daylight) berarti kemiringan bidang
luncur harus lebih kecil daripada kemiringan lereng.
b. Arah bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar dengan arah lereng
(maksimum berbeda 20).
c. Kemiringan bidang luncur lebih besar daripada sudut geser dalam
batuannya.
d. Terdapat bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi
longsoran.
Gambar 3.4
Longsoran Bidang
26
a. Arah kemajuan garis potong kedua bidang lemah searah dengan kemiringan
lereng
b. Sudut penunjaman garis potong (f) harus lebih kecil dari sudut kemiringan
lereng (t) tetapi harus lebih besar dari sudut geser dalam () batuan.
c. Sisi sisi baji ditentukan oleh muka lereng, permukaan atas lereng dan
bidang lemahnya.
Gambar 3.5
Longsoran Baji
Pada tanah pola strukturnya tidak menentu sehingga bidang gelincir bebas
terbentuk dengan mencari posisi yang paling kecil hambatanya. Adapun tanda
pertama dari longsoran busur biasanya berupa rekahan tarik di permukaan atas
atau muka lereng, kadang-kadang disertai dengan menurunnya sebagian
27
permukaan atas lereng yang berada disamping rekahan. Penurunan ini
menandakan adanya gerakan lereng yang pada akhirnya akan terjadi longsoran.
Rekahan Tarik
Bidang Gelincir
Arah Gelinciran
Gambar 3.6
Longsoran Busur
28
Gambar 3.7
Longsoran Guling
29
S = C + f
Atau
S = C + tan . (3.11)
Dimana :
S = kekuatan/tegangan geser
C = kohesi
f = tan = factor geser antara butir butir yang bersentuhan
= Sudut geser dalam
= tegangan normal
Persamaan ini sebenarnya tidak dapat tepat sama sekali serta nilai C dan
yang diperoleh dari percobaan di laboratorium tergantung pada cara
pengukurannya.
Kemudian persamaan coloumb tersebut diubah oleh Terzaghi (tahun 1925)
dengan memasukkan unsur tekanan air pori dan dibuktikan oleh Hvorslev (1937).
Oleh karena itu persamaan berikut ini dikenal dengan nama persamaan Coloumb
Hvorslev.
S = C + tan
Dimana :
C = kohesi tanah dalam kondisi tekanan relatief
= tekanan efektif ( u ), dimana u = tekanan air pori
= sudut geser dalam tanah kondisi efektif
30
penahan maka lereng tersebut akan mengalami gangguan yaitu terjadinya
kelongsoran, sebaliknya jika gaya penahan lebih besar daripada gaya penggerak
maka lereng tersebut dalam keadaan stabil.
Secara sistematis faktor keamanan suatu lereng dapat ditulis dengan rumus
sebagai berikut :
F=
31
Tabel 3.2
Nilai Faktor Keamanan Minimum Kemantapan Lereng
32
33