Anda di halaman 1dari 46

KAJIAN TEKNIS RANCANGAN GEOMETRI LERENG

DISPOSAL TAMBANG BATUBARA PT. SEBUKU SEJAKA


COAL DESA BEKAMBIT KABUPATEN KOTABARU
PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

SKRIPSI

Oleh :

DENNY RYLWAN FAKHREZI


112070019

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2012

i
KAJIAN TEKNIS RANCANGAN GEOMETRI LERENG
DISPOSAL TAMBANG BATUBARA PT. SEBUKU SEJAKA
COAL DESA BEKAMBIT KABUPATEN KOTABARU
PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik dari
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Oleh :

DENNY RYLWAN FAKHREZI


112070019

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2012

ii
KAJIAN TEKNIS RANCANGAN GEOMETRI LERENG
DISPOSAL TAMBANG BATUBARA PT. SEBUKU SEJAKA
COAL DESA BEKAMBIT KABUPATEN KOTABARU
PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

Oleh :
DENNY RYLWAN FAKHREZI
112070019

Disetujui untuk :
Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
Tanggal : .....................

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Ir. R. Hariyanto, MT Ir. Hasywir Thaib Siri, MSc

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi
Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta. Di kesempatan ini penulis ingin
mempersembahkan skripsi ini kepada :

- Abah dan Mama yang senantiasa memberikan dukungan dan kasih sayangnya.
Semoga prestasi kecilku ini dapat membanggakan kalian.

- Adik adikku tercinta, Oyop dan Rere, jadilah insan Allah yang beriman dan
senantiasa kalian dilindungi dari segala cobaan dunia.

- Keluarga besar Terantang dan Samuda atas dukungan yang diberikan.

- Teman- teman yang senantiasa menemani dikala susah maupun senang.

iv
RINGKASAN

PT. Sebuku Sejaka Coal, Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan,


merupakan salah satu perusahaan tambang yang bergerak pada penambangan
batubara dan sedang melaksanakan tahap eksplorasi detil. Dan tahap selanjutnya
pada proses kegiatannya adalah tahap perencanaan tambang. Sebagai salah satu
referensi dalam perancangan tambangnya, PT. Sebuku Sejaka Coal memerlukan
kajian teknis untuk rancangan timbunan dari material overburden yang akan di
bongkar nantinya.
Conto material overburden merupakan material tanah yang terdiri dari
tanah lempungan, tanah lanau, tanah pasiran, dan tanah campuran ketiga material
tersebut. Conto kemudian di uji di laboratorium untuk mendapatkan nilai bobot isi
(), kohesi (c), serta sudut geser dalam ().
Material kemudian di analisis dengan menggunakan bantuan software
Slide versi 5.0 dengan metode perhitungan Bishop. Faktor keamanan minimum
yang di rekomendasikan didasarkan pada perusahaan adalah FK>1,3 untuk lereng
tunggal dan FK>1,5 untuk lereng keseluruhan.
Material di analisis dengan variasi tinggi dan sudut dan dipilih konfigurasi
yang paling optimal sehingga dapat dirancang lereng keseluruhan yang aman dan
sesuai dengan yang dinginkan perusahaan.
Selain di analisis rancangan geometri yang optimal, pada disposal juga di
analisis faktor faktor yang mempengaruhi kemantapan lereng serta tindakan
penunjang kestabilan lerengnya. Sehingga di dapatkan hasil geometri lereng yang
optimal dan tindakan tindakan yang dapat di ambil untuk mendukung
kemantapan lereng timbunan nantinya.
Dari hasil analisis dapat direkomendasikan lereng untuk tiap material yaitu
untuk material tanah lempungan, menggunakan lereng tunggal dengan tinggi 5 m,
lebar 16,88 m dan sudut 50 sedangkan untuk lereng keseluruhannya
menggunakan tinggi 35 m dengan sudut 15. Untuk material tanah lanau,
menggunakan lereng tunggal dengan tinggi 5 m, lebar 10,91 m dan sudut 50
sedangkan untuk lereng keseluruhannya menggunakan tinggi 40 m dengan sudut
20. Untuk material tanah pasiran, menggunakan lereng tunggal dengan tinggi 5
m, lebar 16,53 m dan sudut 50 sedangkan untuk lereng keseluruhannya
menggunakan tinggi 40 m dengan sudut 15. Untuk material tanah campuran,
menggunakan lereng tunggal dengan tinggi 5 m, lebar 17,57 m dan sudut 20
sedangkan untuk lereng keseluruhannya menggunakan tinggi 30 m dengan sudut
10.

v
ABSTRACT

PT. Sebuku Sejaka Coal, Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan, is one


ofmining company which operates in coal mining and still conducting detailed
exploration. And the next process in its activity is mine plan design. As on of
reference in designing, PT. Sebuku Sejaka Coal needs a technical study for
disposal area for overburden materials which will be excavated later.
Samples of overburden materials are soil materials which consist of clay
soils, silt soils, sandy soils, and a mixture of the three materials. Then samples
tested in a laboratory to obtains their density (), cohesion (c), and internal angle
of friction ().
Materials then analyzed with Slide version 5.0 software with Bishops
calculation method. Minimums safety factor which recommended based on
company request are SF > 1.3 for a single slope and SF > 1.5 for overall slope.
Materials analyzed with variable height and angle and chosen the most
optimum configurations so then can be designed an overall slope which safe and
compatible with the company demands.
Besides analyzing optimum geometrical configurations design, on the
disposal materials also analyzed factors affecting slope stability and supporting
treatments to prevent slide. So that obtained the optimum slope geometry and
treatments to support disposal slope stability.
From analysis results, slope recommendation for every materials that is for
clay soils, using single slope with 5 m height, 16.88 m width and 50 angle, as for
the overall slope, using 35 m height with 15 angle. For silt soils, using single
slope with 5 m height, 10.91 m width and 50 angle, as for the overall slope, using
40 m height with 20 angle. For sandy soils, using single slope with 5 m height,
16.53 m width and 50 angle, as for the overall slope, using 40 m height with 15
angle. For mixed soils, using single slope with 5 m height, 17.57 m width and 20
angle, as for the overall slope, using 30 m height with 10 angle.

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan
judul Kajian Teknis Rancangan Geometri Lereng Disposal Tambang Batubara
PT. Sebuku Sejaka Coal Desa Bekambit Kecamatan Pulau Laut Timur Kabupaten
Kotabaru Propinsi Kalimantan Selatan.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi
Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Penelitian
dilaksanakan di PT. Sebuku Sejaka Coal, Kecamatan Pulau Laut Timur,
Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan dari tanggal 15 Mei 10
September 2011.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. NM. Jundan Arif, ST, Deputy Manager PT. SSC.
2. Ir. Sriyanto, Koordinator Site PT. Sebuku Sejaka Coal.
3. Prof. DR. H. Didit Welly Udjianto, MS, Rektor UPN Veteran Yogyakarta.
4. Dr. Ir. S. Koesnaryo, MSc, Dekan Fakultas Teknologi Mineral.
5. Ir. Anton Sudiyanto, MT, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan.
6. Ir. R. Hariyanto, MT, Dosen Pembimbing I Skripsi.
7. Ir. Hasywir Thaib Siri, MSc, Dosen Pembimbing II Skripsi.
Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perusahaan, para
pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang pertambangan.

Yogyakarta, Agustus 2012 Penyusun,

Denny Rylwan Fakhrezi

vii
DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN ............................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
BAB
I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ . 1
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah .......................................................................... 2
1.4 Metode Penelitian ........................................................................ 2
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3

II TINJAUAN UMUM ........................................................................... 4


2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah .................................................. 4
2.2 Iklim dan Curah Hujan ................................................................. 7
2.3 Morfologi ...................................................................................... 8
2.4 Hidrologi ...................................................................................... 9
2.5 Geologi ......................................................................................... 9

III DASAR TEORI .................................................................................. 18


3.1 Material Pembentuk Lereng .......................................................... 18
3.2 Mekanisme Dasar Terjadinya Longsoran .................................... 19
3.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng ............... 22
3.4 Klasifikasi Longsoran .................................................................. 25
3.5 Prinsip Kuat Geser Tanah ............................................................. 29
3.6 Faktor Keamanan Lereng .............................................................. 30

IV ANALISIS KESTABILAN LERENG TIMBUNAN ...................... 33


4.1 Penentuan Faktor Keamanan Minimum ....................................... 33
4.2 Kondisi Lokasi Penelitian ............................................................ 34

viii
4.3 Metode Analisis yang Digunakan ................................................. 36
4.4 Analisis Kestabilan Lereng Timbunan .......................................... 36
4.5 Tahap Permodelan ........................................................................ 38
4.6 Hasil Simulasi Faktor Keamanan Lereng Timbunan .................... 38

V PEMBAHASAN ................................................................................. 48
5.1 Geometri Lereng Timbunan .......................................................... 48
5.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng ............. 51
5.3 Tindakan Penunjang Kestabilan Lereng ....................................... 55

VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 59


6.1 Kesimpulan .................................................................................. 59
6.2 Saran ............................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 61
LAMPIRAN ............................................................................................... 62

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Lokasi IUP Operasi Produksi PT Sebuku Sejaka Coal .................... 6

2.2 Peta Geologi Lembar Kotabaru .......................................................... 13

2.3 Peta Geologi PT. Sebuku Sejaka Coal .............................................. 17

3.1 Mekanisme Luncuran Blok pada Bidang .......................................... 20

3.2 Pengaruh Air pada Kaleng ................................................................. 21

3.3 Pengaruh Tekanan Air pada Blok ..................................................... 23

3.4 Longsoran Bidang ............................................................................... 26

3.5 Longsoran Baji .................................................................................... 27

3.6 Longsoran Busur .................................................................................. 28

3.7 Longsoran Guling ............................................................................... 29

4.1 Lereng Tunggal Tanah Lempungan Optimal dengan Tinggi 5 m dan


Sudut 50 ............................................................................................ 41

4.2 Lereng Tunggal Tanah Lanau Optimal dengan Tinggi 5 m dan Sudut
50 ....................................................................................................... 42

4.3 Lereng Tunggal Tanah Pasiran Optimal dengan Tinggi 5 m dan


Sudut 50 ............................................................................................ 43

4.4 Lereng Tunggal Tanah Campuran Optimal dengan Tinggi 5 m dan


Sudut 50 ............................................................................................ 44

5.1 Hubungan Antara Nilai Bobot Isi dengan Nilai Faktor Keamanan .... 51

5.2 Hubungan Antara Nilai Kohesi dengan Nilai Faktor Keamanan ....... 52

5.3 Hubungan Antara Nilai Sudut Geser Dalam dengan Nilai Faktor
Keamanan ........................................................................................... 52

5.4 Penanganan Air Permukaan ................................................................ 56

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Koordinat Batas Wilayah IUP PT. Sebuku Sejaka Coal .................. 4

2.2 Data Curah Hujan Stasiun Meteorologi Stagen, Kotabaru, Kalimantan


Selatan Tahun 2002 2011 .................................................................. 7

2.3 Data Hari Hujan Stasiun Meteorologi Stagen, Kotabaru, Kalimantan


Selatan Tahun 2002 2011 .................................................................. 8

2.4 Stratigrafi Regional Lembar Kotabaru E. Rustandi, E.S Nila, P.


Sanyoto, Djamal, dan U. Margono (1995) ........................................... 14

3.1 Hubungan Antara Kekerasan Material dengan Kuat Tekan Uniaxial .... 18

3.2 Nilai Faktor Keamanan Minimum Kemantapan Lereng ...................... 32

4.1 Hasil Uji Laboratorium Mekanika Tanah ............................................... 35

4.2 Nilai Faktor Keamanan Lereng Tunggal Material Tanah Lempungan


dengan Variasi Tinggi dan Sudut ....................................................... 39

4.3 Nilai Faktor Keamanan Lereng Tunggal Material Tanah Lanau dengan
Variasi Tinggi dan Sudut .................................................................... 40

4.4 Nilai Faktor Keamanan Lereng Tunggal Material Tanah Pasiran


dengan Variasi Tinggi dan Sudut ....................................................... 41

4.5 Nilai Faktor Keamanan Lereng Tunggal Material Tanah Campuran


dengan Variasi Tinggi dan Sudut ....................................................... 42

4.6 Nilai Faktor Keamanan Lereng Keseluruhan Material Tanah


Lempungan dengan Variasi Tinggi dan Sudut ................................... 44

4.7 Nilai Faktor Keamanan Lereng Keseluruhan Material Tanah Lanau


dengan Variasi Tinggi dan Sudut ....................................................... 44

4.8 Nilai Faktor Keamanan Lereng Keseluruhan Material Tanah Pasiran


dengan Variasi Tinggi dan Sudut ....................................................... 44

xi
4.9 Nilai Faktor Keamanan Lereng Keseluruhan Material Tanah
Campuran dengan Variasi Tinggi dan Sudut ...................................... 45

4.10 Konfigurasi Dimensi Lereng Tanah Lempungan dengan Lereng


Tunggal dan Lereng Keseluruhan Optimal ......................................... 45

4.11 Konfigurasi Dimensi Lereng Tanah Lanau dengan Lereng Tunggal


dan Lereng Keseluruhan Optimal ....................................................... 46

4.12 Konfigurasi Dimensi Lereng Tanah Pasiran dengan Lereng Tunggal


dan Lereng Keseluruhan Optimal ....................................................... 46

4.13 Konfigurasi Dimensi Lereng Tanah Campuran dengan Lereng


Tunggal dan Lereng Keseluruhan Optimal ......................................... 47

5.1 Nilai Faktor Keamanan Konfigurasi Lereng Keseluruhan Optimal ... 49

5.2 Geometri Lereng Optimal Rekomendasi ............................................ 50

5.3 Pengaruh Geometri Lereng Campuran Terhadap Nilai Faktor


Kemanan ............................................................................................... 53

5.4 Pengaruh Kondisi Air Tanah Pada Nilai FK ........................................ 54

xii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

A. DATA CURAH HUJAN KABUPATEN KOTABARU ................... 62

B. DATA HASIL UJI LABORATORIUM MEKANIKA TANAH .... 72

C. HASIL UJI KUAT GESER LANGSUNG ....................................... 73

D. HASIL ANALISIS SIMULASI LERENG TUNGGAL OPTIMAL .. 77

E. HASIL ANALISIS SIMULASI LERENG KESELURUHAN


OPTIMAL............................................................................................. 92

F. CONTOH PERHITUNGAN LEBAR LERENG TUNGGAL ............ 107

G. HASIL SIMULASI PENGARUH AIR TANAH TERHADAP FK ... 109

H. HASIL ANALISIS LERENG KESELURUHAN OPTIMAL ............. 113

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


PT. Sebuku Sejaka Coal adalah sebuah perusahaan tambang batubara yang
sedang merencanakan suatu kegiatan penambangan. Wilayah kegiatan IUP yang
dimiliki oleh PT. Sebuku Sejaka Coal seluas 25.000 hektar. Secara khusus,
kondisi topografi IUP PT. Sebuku Sejaka Coal berada di daerah dataran rendah
dengan ketinggian antara 10-30 m, yang sebagian besar wilayahnya didominasi
dengan daerah rawa. Terdapat dua sungai utama yang mengalir di daerah tersebut,
yaitu Sungai Bekambit dan Sungai Sejaka.
PT. Sebuku Sejaka Coal dalam melakukan aktivitas penambangannya nanti
baik dengan metode tambang terbuka maupun bawah tanah, akan memerlukan
rancangan disposal dengan pola berjenjang. Pola yang demikian ini dapat
mengakibatkan suatu masalah yaitu keruntuhan pada jenjang itu sendiri.
Disposal atau tempat penimbunan ini harus direncanakan dengan baik agar
timbunan tanah tersebut berada dalam kondisi stabil. Stabilitas lereng disposal
tergantung pada faktor utama yakni karakteristik material timbunan. Karakteristik
material ini memuat perilaku material yang berbeda dengan perilaku batuan in-
situ, sehingga stabilitas lereng disposal akan berbeda dengan stabilitas lereng
batuan pada lokasi penambangan batubara. Faktor lain yang mempengaruhi
stabilitas lereng disposal adalah gaya-gaya dari luar yang bekerja pada lereng
disposal. Gaya-gaya dari luar yang mempengaruhi kestabilan lereng disposal
berupa getaran-getaran yang diakibatkan oleh kegiatan peledakan dan dari alat-
alat yang bekerja pada daerah tersebut.

Stabilisasi lereng disposal menjadi masalah yang membutuhkan perhatian


yang lebih bagi kelangsungan kegiatan penambangan dan menjadi suatu hal yang
menarik. Kelongsoran pada lereng disposal dapat menyebabkan banyak kerugian

1
yaitu terhambatnya jalan angkut utama maupun instalasi penting yang berada
disekitar disposal yang akan menyebabkan gangguan pada pengangkutan batubara
dan proses produksi. Sekalipun longsorannya relatif kecil, tetap saja dapat
membahayakan jiwa dan merusak peralatan yang ada, oleh sebab itu untuk
merancang lereng yang stabil terhadap gangguan di alam diperlukan analisis
kestabilan lereng disposal.

1.2. Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng.
2. Untuk menganalisa dan merancang lereng disposal yang aman atau stabil dan
sesuai.
3. Mempelajari tindakan tindakan penunjang kestabilan lereng.
1.3. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian hanya dilakukan pada lokasi IUP yang dimiliki PT. Sebuku Sejaka
Coal di Desa Bekambit Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.
2. Rancangan geometri lereng disposal yang aman atau stabil dan sesuai.
3. Penelitian ini hanya membahas rancangan dari segi teknis, tanpa membahas
segi ekonomi dan lingkungan.
1.4. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
menggabungkan antara teori yang telah ada dengan keadaan yang ada dilapangan,
sehingga dari keduanya akan didapatkan pendekatan masalah yang baik.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur dan orientasi laboratorium mekanika tanah.
Studi literatur dilakukan guna memperoleh data-data yang tidak dapat
diperoleh dari penelitian lapangan maupun laboratorium secara langsung,
seperti : keadaan geologi daerah penimbunan, besarnya curah hujan, teori-teori
tentang kestabilan lereng serta metode-metode perhitungan yang dapat
digunakan. Sedangkan orientasi laboratorium dilakukan guna mengetahui

2
peralatan-peralatan yang digunakan untuk melakukan pengujian sifat-sifat fisik
dan mekanik tanah material timbunan serta untuk mengetahui cara kerja alat-
alat tersebut.
2. Penelitian di lapangan.
Penelitian di lapangan dilakukan untuk memperoleh data-data primer yang
terdapat di daerah penelitian seperti : topografi daerah penelitian, vegetasi
daerah penelitian serta untuk mengetahui kondisi fisik sesungguhnya yang ada
di lapangan. Selain itu dilakukan pula pengambilan sampel material
overburden untuk diuji di laboratorium.
3. Penelitian di laboratorium
Penelitian di laboratorium bertujuan untuk memperoleh data-data sekunder dari
daerah penelitian yaitu dengan cara melakukan pengujian terhadap sifat-sifat
fisik serta sifat-sifat mekanik material.
Adapun untuk perhitungan nilai faktor keamanan lereng, karena tidak dapat
dialakukan secara manual maka digunakan alat bantu berupa software komputer
yaitu program Slide Versi 5.0.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain adalah :
1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menentukan kebijakan
perusahaan dalam melakukan perancangan geometri lereng disposal.
2. Dapat digunakan sebagai bahan studi perbandingan bagi penelitian yang ada
kaitannya dengan penelitian kestabilan lereng, khususnya pada lereng
disposal.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Lokasi dan Kesampaian daerah


2.1.1. Lokasi
Lokasi IUP PT. Sebuku Sejaka Coal secara administratif termasuk dalam
wilayah Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru, Propinsi Kalimantan
Selatan. Secara geografis terletak pada 116o 10 2,8 BT 116o 17 29,08 BT
dan 3o 21 36,97 LS 3o 38 14,97 LS. Luas wilayah IUP PT. Sebuku Sejaka
Coal adalah 25.000 Ha dengan batas koordinat wilayah dapat dilihat pada tabel
2.1.
Tabel 2.1
Koordinat Batas Wilayah IUP PT. Sebuku Sejaka Coal

KOORDINAT
No. BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN
Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik
1 116 11 21.08 3 21 36.97
2 116 11 45.99 3 21 36.97
3 116 11 45.99 3 24 16.65
4 116 15 52.30 3 24 16.65
5 116 15 52.30 3 25 02.64
6 116 16 08.34 3 25 02.64
7 116 16 08.34 3 31 06.73
8 116 15 37.45 3 31 06.73
9 116 15 37.45 3 33 40.58
10 116 17 29.08 3 33 40.58
11 116 17 29.08 3 38 14.97
12 116 15 34.54 3 38 14.97
13 116 15 34.54 3 37 18.58
14 116 14 26.74 3 37 18.58
15 116 14 26.74 3 36 46.95
16 116 13 50.96 3 36 46.95
17 116 13 50.96 3 37 22.34
18 116 12 23.40 3 37 22.34
19 116 12 23.40 3 34 25.77
20 116 10 02.80 3 34 25.77
21 116 10 02.80 3 28 23.14
22 116 11 21.08 3 28 23.14

4
2.5.1. Kesampaian daerah
Daerah penyelidikan terletak sekitar 210 km sebelah timur kota
Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan (Gambar 2.1). Lokasi ini dapat dicapai
dari Yogyakarta melului rute sebagai berikut:
a. Dari kota Yogyakarta (bandar udara Adisucipto) dengan menggunakan
pesawat terbang tujuan Banjarmasin (bandar udara Hasannudin) dengan
waktu tempuh kurang lebih 1,5 jam.
b. Dari dari Banjarmasin ke Kotabaru dapat menggunakan dua pilihan rute
yaitu:
i. Melalui udara dengan menggunakan pesawat terbang dari
Banjarmasin menuju Kotabaru (Pulau Laut) yang membutuhkan
waktu kurang lebih 25 menit.
ii. Melalui darat dengan menggunakan kendaraan roda empat (mobil)
dari Banjarmasin menuju Kotabaru (Pulau Laut) yang membutuhkan
waktu kurang lebih 6 jam.
c. Dari Kotabaru dilanjutkan dengan perjalanan darat ke arah selatan menuju
desa bekambit kantor PT. Sebuku Sejaka Coal ditempuh dengan waktu
kurang lebih 50 menit.
d. Selanjutnya dari mess PT Sebuku Sejaka Coal menuju lokasi penyelidikan
(daerah Rawa Indah) menggunakan transportasi air sungai (ketinting)
dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam.

5
Peta Lokasi IUP
PT. Sebuku Sejaka Coal

Gambar 2.1.
Lokasi IUP Operasi Produksi PT Sebuku Sejaka Coal

6
2.2. Iklim dan Curah Hujan
Daerah penyelidikan termasuk daerah hujan tropis yang ditandai dengan
adanya pergantian dua musim, yaitu musim kemarau (Juli - Oktober) dan
penghujan (November - Juni). Intensitas hujan bervariasi dari rendah sampai
tinggi dengan durasi waktu pendek sampai panjang. Mengingat di daerah
penyelidikan belum terdapat stasiun meteorologi, untuk keperluan penyelidikan
hidrologi menggunakan data meteorologi dari stasiun meteorologi Stagen,
Kotabaru, Kalimantan Selatan. Berdasarkan data curah hujan dari stasiun
meteorologi Stagen selama 10 tahun (20022011), curah hujan tahunan di daerah
penyelidikan berkisar antara 1300,73632,7 mm. Curah hujan rata-rata per tahun
= 2352,36 mm/tahun (tabel 2.1). Sedangkan jumlah hari hujan setiap tahunnya
berkisar antara 137281 hari, dengan rata-rata 225 hari/tahun (Tabel 2.1).

Tabel 2.1
Data Curah Hujan Stasiun Meteorologi Stagen, Kotabaru, Kalimantan
Selatan, Tahun 2002 - 2011

CURAH HUJAN (mm)


THN

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES TOTAL

2002 283.4 177.6 180.1 216.6 299.9 407.7 9.5 8.2 6.6 1.0 181.4 219.7 1991.7

2003 254.1 376.3 341.6 381.7 194.9 45.7 111.9 60.1 26.3 85.0 239.2 229.6 2346.4

2004 340.1 316.6 335.5 196.6 79.3 94.3 303.1 0.0 149.2 25.4 139.0 444.7 2423.8

2005 254.1 180.3 359.3 217.8 319.6 132.6 65.7 206.0 11.3 141.8 94.1 150.3 2132.9

2006 136.5 395.8 202.9 210.9 318.5 448.7 25.6 14.7 55.7 1.5 107.9 80.6 1999.3

2007 202.4 291.2 216.4 257.6 243.3 500.7 544.4 91.5 107.7 147.5 171.3 128.0 2902.0

2008 182.0 232.4 332.6 137.1 338.2 179.8 389.4 336.0 261.3 248.0 165.9 138.5 2941.2

2009 345.0 217.8 182.8 119.9 105.6 74.0 57.9 11.3 1.5 100.3 345.8 291.0 1852.9

2010 396.6 188.2 239.9 200.1 293.9 392.4 608.6 312.4 281.7 397.8 229.3 91.8 3632.7

2011 407.3 245.1 211.1 292.0 93.5 51.7 0 0 0 0 0 0 1300.7

Rata2 280.2 262.1 260.2 223.0 228.7 232.8 235.1 115.1 100.1 127.6 185.9 197.1
Curah hujan rata-rata pertahun 2352.36

Sumber : Stasiun Meteorologi Stagen, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

7
Tabel 2.3
Data Hari Hujan Stasiun Meteorologi Stagen, Kotabaru, Kalimantan
Selatan, Tahun 2002 - 2011

HARI HUJAN (MM)


THN
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES TOTAL
2002 22 23 19 19 18 17 8 4 6 3 23 19 162
2003 21 20 23 23 15 12 10 7 10 15 19 29 175
2004 24 23 21 21 15 9 20 0 12 9 19 25 173
2005 25 23 29 23 24 18 14 14 5 20 17 25 212
2006 24 23 23 21 23 24 11 12 3 1 19 17 184
2007 27 24 24 25 22 28 18 16 10 17 21 18 232
2008 22 20 23 25 15 20 24 25 14 27 20 23 235
2009 23 21 19 16 17 14 14 12 6 13 21 26 176
2010 24 20 25 28 29 28 27 25 24 29 22 9 281
2011 22 23 27 27 24 14 0 0 0 0 0 0 137
Rata 2 23.4 22.0 23.3 22.8 20.2 18.4 16.2 12.8 10 14.9 20.1 21.2
HARI HUJAN RATA-RATA PERTAHUN 225
Sumber : Stasiun Meteorologi Stagen, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

2.3. Morfologi
Morfologi daerah penyelidikan merupakan daerah dataran, perbukitan
bergelombang lemah (landai), perbukitan bergelombang sedang, dan perbukitan
bergelombang kuat.

2.5.1. Morfologi dataran Perbukitan bergelombang lemah (landai)


Satuan morfologi ini menempati sekitar 49% daerah penyelidikan terdapat
di bagian timur yang umumnya berupa rawa. Secara umum batuannya terdiri dari
endapan aluvial kuarter, batulempung, dan batulempung pasiran termasuk dalam
Formasi Keramaian.

2.5.2. Morfologi perbukitan bergelombang sedang


Satuan morfologi ini menempati sekitar 33% dari daerah penyelidikan.
Secara umum satuan ini tersusun oleh batulempung dan batulempung pasiran
Formasi Keramaian terletak pada bagian utara daerah penyelidikan. Pola aliran
sungai umumnya sub-trellis dengan tingkat erosi stadium dewasa pada bagian hilir
dan stadium muda pada hulu sungai.

8
2.3.3. Morfologi perbukitan bergelombang kuat
Luasan satuan morfologi ini sekitar 18% berada di bagian baratdaya
daerah penyelidikan, dengan satuan batuan basa-ultrabasa, lava dari Formasi
Pitanak, perselingan batulempung, dan lempung pasiran Formasi Keramaian.

2.4. Hidrologi
Sungai-sungai utama yang berada pada daerah tambang PT. Sebuku
Sejaka Coal antara lain Sungai Sejaka dan Sungai Bekambit, keduanya bermuara
ke arah timur yaitu Selat Makasar. Dari kedua sungai tersebut banyak memiliki
percabangan atau yang disebut anak sungai. Sungai-Sungai tersebut terpengaruh
oleh adanya air hujan, dan air laut sehingga permukaan air sungai juga mengalami
pasang dan surut.
Sungai Sejaka, dan Sungai Bekambit mempunyai kedalaman yang
bervariasi antara 2 6 meter dan lebar sungai berkisar antara 3 25 meter. Oleh
penduduk sekitar dimanfaatkan sebagai jalur transportasi air, sumber air untuk
tambak ikan dan sebagian kecil untuk pertanian.
Kondisi curah hujan pada daerah cukup besar yaitu sekitar
2352,36 mm/tahun. Kondisi tersebut merupakan kendala apabila kegiatan
penambangan batubara dilaksanakan memakai sistem tambang terbuka dengan
metode open pit.

2.5. Geologi
2.5.1. Geologi regional
Secara regional daerah penyelidikan termasuk dalam Cekungan Barito
yang terbentuk pada Zaman Tersier. Batuan sedimen yang mengisi cekungan
tersebut telah mengalami perlipatan yang umumnya berarah barat lauttenggara.
Urutan stratigrafi daerah penyelidikan sesuai Peta Geologi skala 1 :
250.000 Lembar Kotabaru, Kalimantan (1995) dari tua ke muda terdiri dari
Ultramafik Kelompok Ofiolit, Formasi Pitanak Kelompok Haruyan, Formasi
Keramaian, Formasi Tanjung, dan Endapan Aluvial sebagai berikut:

9
a. Ultramafik Kelompok Ofiolit
Kelompok batuan ini terdiri dari peridotit berwarna hijau sampai
kehitaman, banyak rekahan, sebagian besar tertutupi laterit dengan
ketebalan berkisar dari 20 - 150 cm. Satuan ini diperkirakan berumur Jura
Bawah.
b. Formasi Pitanak, Kelompok Haruyan (Khp)
Formasi batuan ini disusun terutama oleh lelehan lava bersusunan basal
piroksen, andesit, lava amigdaloidal, dan sisipan breksi vulkanik.
Penyebarannya di sepanjang pegunungan Sebatung ke arah puncak
sebelah timur disusun oleh leleran masif basal piroksen. Pada lereng-
lerengnya disusun oleh lava amigdaloid, lava basal piroksen dengan
sisipan breksi vulkanik yang dicirikan oleh struktur rekah berlembar
berarah utara-barat, setempat dijumpai lipatan-lipatan seretan. Di beberapa
tempat terpotong oleh retas-retas andesit, diabas, diorit, basal porfir. Basal
piroksen, berwarna kelabu hitam, bertekstur tantasmata sampai kasatmata,
disusun oleh mineral utama berupa plagioklas, piroksen augit dan massa
dasar mikro-lite feldspar memperlihatkan struktur aliran. Lava amigdaloid
berwarna abu-abu gelap kehijauan, afanitik, disusun terutama oleh mikro-
lite feldspar dan fenokris plagioklas andesin, sebagian terubah,
memperlihatkan struktur amigdaloid struktur aliran terisi oleh mineral
kalsedonit, klorit dan zeolit, setempat mengalami pencenangan dicirikan
oleh pemadaman bergelombang dan pengarahan mineral isian. Penarikan
K-Ar batuan andesit di Sungai Gedambaan dan Sungai Limau (P. Laut)
menunjukkan umur 69,628-1,55 juta tahun (Kapur Atas) dan 57,449-0,39
juta tahun (Paleosen Atas). Berhubungan menjemari dengan batuan
kelompok Pitap, serta tidak Selaras di atas Kelompok Opiolit. Ketebalan
seluruh unit 1000-1200 m.
c. Batulempung Formasi Keramaian, Kelompok Pitap (Kpkl)
Batulempung dengan sisipan batupasir halus, batulanau, dan lensa
konglomerat polimik. Batulempung warna abu-abu gelap sampai hitam,
gampingan, sebagian telah termetakan menjadi batusabak, mengalami

10
silifikasi, sangat kompak, berlapis baik (40-60 cm), setempat
memperlihatkan struktur pendaunan. Secara mikroskopis memperlihatkan
pengarahan mineral kuarsa sekunder, serta butiran halus fragmen karbon.
Di beberapa tempat dipotong oleh retas-retas diorit, andesit-basal, serta
terkekarkan dan diisi oleh mineral kuarsa, pirit dan kalkopirit.
Kemungkinan diendapkan pada lingkungan laut dalam. Ketebalan unit ini
diperkirakan sekitar 500-700 meter.
d. Formasi Keramaian (Kpk)
Perselingan batupasir (vulkarenit), batulanau, batulumpur, setempat
dijumpai sisipan tipis rijang, dan lensa-lensa batugamping kehitaman.
Sebagian terpotong oleh retas-retas basal porfir, diorit, dan urat kuarsa
(diameter 0,5-1,5 meter). Batupasir berwarna abu-abu terang sampai
kelabu kehijauan, sangat kompak, berbutir halus sampai sedang, terpilah
sedang, di sekitar sayap G.Sebatung tersilifikasikan kuat, tebal tiap lapisan
10-60 cm. Struktur sedimen berupa konvolut, perlapisan sejajar, dan
lapisan silang siur. Formasi ini dicirikan oleh endapan flysch dan struktur
turbidit diendapkan pada lingkungan laut dalam. Berhubungan menjari
dengan batuan vulkanik kelompok Haruyan dan menutupi tidak selaras
batuan ofiolit. Ketebalan perkiraan seluruh unit 800-1000 m. Dari
kumpulan fosil radiolaria di sekitar Pulau Laut diketahui umur unit ini
(Wakita dkk,1998) adalah Kapur Atas bagian Atas (Maastrichian).
Penamaan Formasi Keramaian, Kelompok Pitap diambil dari Lembar
Banjarmasin (Sikumbang dan Heryanto, 1994)
e. Formasi Tanjung
Formasi terdiri dari batupasir kuarsa berlapis dengan sisipan batupasir
konglomeratan di bagian bawah. Di bagian atas berselingan dengan
batulanau, batulempung dan batulumpur, serpih karbonan dan sisipan
batubara dengan ketebalan 0,2 1,2 meter. Batupasir kuarsa berwarna
kelabu terang sampai kecoklatan, berlapis baik, ketebalan lapisan 100 -
250 cm, kompak, berukuran butir halus - kasar. Terpilah sedang sampai
baik, bentuk membundar tanggung-menyudut tanggung, mengandung

11
sedikit fragmen tumbuhan, lapisan tipis karbon, setempat bintal oksida
besi, struktur sedimen silang siur, perlapisan sejajar serta kesan menghalus
ke atas. Secara keseluruhan merupakan sekuen bagian bawah dari Formasi
Tanjung (Pertamina, 1984), diendapkan pada lingkungan fluviatil. Dari
analisa polen, diketahui berumur Eosen Atas (Pelhoupessy, 1998)
menutupi secara tidak selaras batuan dari Kelompok Pitanak dan Haruyan.
Ketebalan satuan ini diperkirakan 400 - 600 meter.
f. Aluvium
Aluvium terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung dan lumpur sebagai
endapan sungai, rawa, dan pantai.
Berikut ini gambar pemetaan formasi batuan dari tua ke muda terdiri dari
Ultramafik Kelompok Ofiolit, Formasi Pitanak Kelompok Haruyan, Formasi
Keramaian, Formasi Tanjung, dan Endapan Aluvial. Gambar Peta Geologi
Lembar Kotabaru 1995 (gambar 2.2.).

12
Gambar 2.2
Peta Geologi Lembar Kotabaru

13
2.5.2. Stratigrafi regional
Berdasarkan analisis peta geologi Lembar Kotabaru skala 1 : 250.000 yang
disusun oleh E. Rustandi, E.S Nila, P.Sanyoto, Djamal, dan U. Margono (1995).
Batuan dasar terbentuk pada masa Kapur Atas yang terdiri dari batuan beku yang
termasuk dalam Formasi Haruyan. Di atas batuan Kapur Atas ini diendapkan
batuan sedimen Tersier yang dari tua ke muda terdiri dari Formasi Batubai dan
endapan alluvial (Tabel 2.4).

Tabel 2.4
Stratigrafi Regional Lembar Kotabaru
E. Rustandi, E.S Nila, P. Sanyoto, Djamal, dan U. Margono (1995)

14
2.5.3. Geologi daerah penyelidikan
2.5.3.1.Statigrafi daerah penyelidikan
Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan, secara keseluruhan tersusun oleh
(dari tua ke muda), yaitu:
a. Satuan Batuan Peridotit
Peridotit berwarna hijau sampai kehitaman, banyak rekahan, sebagian
besar tertutupi laterit dengan ketebalan 20 cm sampai dengan 150 cm,
terdapat pada bagian tengah sebelah barat daerah penyelidikan. Satuan
batuan ini dapat disebandingkan dengan Batuan Ultramafik Kelompok
Ofiolit.
b. Satuan Batu Lava
Disusun terutama oleh lelehan lava bersusunan basal piroksen, andesit,
lava amigdaloidal dan sisipan breksi vulkanik. Penyebarannya di bagian
utara daerah penyelidikan. Satuan batuan ini disusun oleh lava
amigdaloidal, lava basal piroksen dengan sisipan breksi vulkanik,
dicirikan oleh struktur rekah berlembar dan relatif berarah baratlaut,
setempat dijumpai lipatan-lipatan seretan. Di beberapa tempat terpotong
oleh retas-retas andesit, diabas, diorit, basal porfir. Basal piroksen,
berwarna kelabu hitam, bertekstur tantasmata sampai kasatmata, disusun
oleh mineral utama berupa plagioklas, piroksen augit dengan massadasar
mikro-lite feldspar, memperlihatkan struktur aliran. Lava amigdaloid
berwarna abu-abu gelap kehijauan, afanitik, disusun terutama oleh
mikro-lite feldspar dan fenokris plagioklas andesin, sebagian terubah,
memperlihatkan struktur amigdaloid struktur aliran terisi oleh mineral
kalit, dan klorit. Satuan batuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi
Pitanak.
c. Satuan Batupasir
Perselingan batupasir, batulempung dan lempung pasiran berwarna abu-
abu sampai abu-abu tua, dan kehijauan, batulempung coklat dan coklat
kemerahan. Setempat dijumpai sisipan lensa-lensa batugamping

15
kehitaman. Satuan ini menempati bagian utara sampai selatan daerah
penyelidikan ( 53 %).
d. Formasi Tanjung
Satuan Batupasir terdiri dari batupasir kuarsa. Satuan ini menempati
bagian timur daerah penyelidikan ( 1 %).
e. Satuan Aluvium
Satuan Alluvial terdiri dari lempung, pasir lepas sebagai penyusun
material alluvial. Satuan ini menempati bagian timur dan tenggara
daerah penyelidikan ( 41 %).
Penyebaran satuan batuan tersebut dapat dilihat pada Peta Geologi
(Gambar 2.3.)
2.5.3.2.Struktur geologi daerah penyelidikan
Lapisan batuan di daerah penyelidikan secara umum mempunyai
kemiringan ke arah baratlaut. Sedangkan sesar yang berkembang adalah sesar
mendatar dengan arah baratlaut tenggara dan sesar naik pada batuan ultramafik.
2.5.3.3.Keadaan endapan batubara
Keadaan endapan batubara di daerah penyelidikan, diklasifikasikan
menjadi sumberdaya (resources) dan cadangan (reserves) yang mempunyai
kenampakan fisik bewarna hitam, kilap agak kusam, kekerasan sedang, dan gores
hitam. Yang mempunyai ketebalan lapisan batubara bervariasi antara 0,65 3,28
m dengan besar sudut kemiringan lapisan rata-rata sekitar 9. Sedangkan arah
penyebaran lapisan batubara itu sendiri relatif utara-selatan. Untuk jenis batuan
pengapit (roof dan floor) berupa batulempung dan batu lempung karbonat.

16
.

Gambar 2.3.
Peta Geologi PT Sebuku Sejaka Coal

17
BAB III
DASAR TEORI

3.1 Material Pembentuk Lereng


Lereng adalah suatu permukaan tanah atau batuan yang menghubungkan
dua permukaan tanah yang membentuk sudut tertentu terhadap bidang datar yang
menurut cara terbentuknya dibedakan menjadi dua yaitu lereng alami dan lereng
buatan. Menurut material pembentuknya, lereng dapat dibedakan atas lereng
batuan dan lereng tanah. Pendekatan penyelesaian dalam analisa kemantapan
lereng batuan akan berbeda dengan analisa kemantapan lereng tanah.
Batuan didefinisikan oleh ahli teknik sipil dan ahli geoteknik sebagai
formasi keras dan solid dari kulit bumi, sedangkan tanah adalah hasil pelapukan
batuan menjadi partikel partikel yang lebih kecil akibat pengaruh temperatur,
gravitasi, angin dan hujan secara terus menerus. Secara mekanik material tanah
mempunyai kuat tekan < 1 MPa, sedangkan material batuan mempunyai kuat
tekan > 1 MPa (Tabel 3.1).
Perbedaan dalam ciri-ciri kelongsoran pada batuan dan tanah, antara lain :
1. Pada batuan, bidang ketidakmenerusan sangat mempengaruhi atau menentukan
bentuk longsoran, sedangkan pada tanah tidak ada.
2. Pada batuan, bidang longsoran atau bidang geser dari longsoran umumnya
mempunyai bentuk bidang lurus, sedangkan pada tanah umumnya mempunyai
bentuk longsoran busur.
Tabel 3.1
Hubungan Antara Kekerasan Material dengan Kuat Tekan Uniaxial

Pemerian Kuat tekan uniaxial (MPa)


Sangat kuat 200 700
Kuat 100 200
Sedang 50 100
Lemah 25 50
Sangat lemah 1 25
Tanah <1

18
3.2 Mekanisme Dasar Terjadinya Longsoran
Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah) suatu massa tanah atau batuan
umumnya mempunyai keseimbangan terhadap gaya-gaya yang timbul dari dalam.
Dan akibat adanya pengangkatan, penurunan, penggalian, penimbunan erosi atau
aktifitas lainnya, sehingga mengalami perubahan keseimbangan maka massa
tanah atau batuan tersebut akan berusaha mencapai suatu keadaan keseimbangan
yang baru secara alamiah.
Disamping kekuatan geser, gaya berat akibat massa tanah merupakan
parameter kestabilan lereng sebagai akibat dari gravitasi. Pada umumnya
longsoran yang terjadi pada tanah dan pasir adalah longoran busur, sedangkan
untuk batuan yang sifatnya lebih keras biasa terjadi longsoran longsoran yang
lainnya, yaitu longsoran baji, longsoran bidang dan longsoran guling.
Pada gambar 3.1 memperlihatkan gaya-gaya yang bekerja pada suatu blok
yang berada pada suatu bidang miring yang mempunyai sudut kemiringan sebesar
, maka berdasarkan persamaan hukum kuat geser Mohr-Coulomb adalah sebagai
berikut :
= c + n tan,
Didapat tegangan normal, n = w cos / A, dimana A = luas dari balok.
maka ;
w cos
c tan...(3.1)
A
Adapun kekuatan geser (R) yang bekerja untuk menahan geseran pada dasar
blok dinotasikan sebagai ( R = A ), dimana akan diperoleh persamaan :
R = c A +w cos tan.(3.2)
Dalam keadaan seimbang atau dalam keadaan kritis persamaan (3.2) dapat
digambarkan sebagai ; W sin = c A + W cos tan
= ...(3.3)
Dimana :
= Kekuatan geser ( kN / m2 ; psf )
n = Tegangan normal ( kN / m2 ; psf )

19
= Sudut geser dalam ( 0 )
c = Kohesi ( kN / m2 ; psf )
A = Luas area ( m2; ft2 )

W sin

W cos

Gambar 3.1
Mekanisme Luncuran Blok pada Bidang

Jadi apabila blok yang berada pada suatu bidang dengan kemiringan
sebesar dalam kondisi kering serta mempunyai nilai kohesi = 0, maka blok
dalam keadaan seimbang apabila = .
Pengaruh keberadaan air pada massa batuan terhadap kestabilan lereng
dapat diandaikan sebuah kaleng yang terisi air pada suatu bidang basah dengan
sudut kemiringan sebesar (Gambar 3.2.a) . Apabila diandaikan berat per unit
volume dari kaleng ditambah air dinotasikan sebagai t sementara berat per unit
volume air adalah w maka w = t h A dan nilai kohesi = 0, maka air ini akan dapat
menimbulkan tekanan ke atas sebesar U, sehingga dapat memperkecil tegangan
normal yang bekerja pada bidang luncur ( n = w cos / A ), maka persamaan
(3.2) dapat dijabarkan sebagai
R = c A + w cos tan ,
sehingga ;
R = ( W cos - U ) tan .(3.4)

20
Besarnya nilai U tergantung ketinggian air dalam kaleng. Pada gambar 3.2
akan terlihat bahwa hw = h cos , dimana h dan hw merupakan ketinggian kaleng
dan air, maka : U = w h cos A
w w. cos
U
t
U = ( w / t) W cos.(3.5)
Kemudian subsitusikan persamaan (3.5) ke persamaan (3.4) maka akan
diperoleh persamaan kekuatan geser (R) adalah sebagai berikut :
R = ( W cos - ( w / t ) . W cos ) tan
R = Wcos ( 1 - w / t ) tan .....(3.6)
Apabila kaleng dalam keadaan kritis, dan mempunyai nilai kohesi = 0,
serta terdapat air pada bidang luncur maka berdasarkan persamaan keseimbangan,
maka hubungan antara sudut geser dalam dengan sudut kemeringan bidang dapat
ditulis sebagai berikut :
W sin = w cos ( 1 - w / t ) tan
tan = ( 1 - w / t )tan (3.7)

a
R W sin
u
W cos
W

hw


Gambar 3.2
Pengaruh Air pada Kaleng

21
3.3 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng
Kelongsoran lereng umumnya terjadi melalui suatu bidang runtuh yang
disebut bidang gelincir, dimana kestabilan lereng tersebut tergantung pada gaya
penggerak, yaitu gaya yang menyebabkan terjadinya kelongsoran serta gaya
penahan, yaitu gaya yang menahan kelongsoran serta gaya penahan dan gaya
penggerak disebut faktor keamanan.

3.3.1 Penyebaran Batuan


Penyebaran jenis tanah atau batuan yang terdapat di lokasi penelitian harus
diketahui dengan benar karena masingmasing jenis tanah atau batuan
mempunyai sifat fisik dan mekanik yang berbeda pada suatu keadaan tertentu
serta mempunyai sifat yang berbeda pula apabila suatu beban atau tegangan
dikenakan kepadanya.

3.3.2 Morfologi Daerah


Morfologi suatu daerah adalah keadaan fisik, karakteristik dan bentuk
permukaan dari bumi, Morfologi ini sangat menentukan laju erosi yang akan
berpengaruh pada cepat atau lambatnya proses dan pengendapan yang terjadi, dan
mentukan arah aliran tanah maupun air permukaan.

3.3.3 Struktur Geologi


Struktur geologi yang harus diketahui meliputi struktur regional maupun
lokal, struktur mayor maupun minor. Struktur geologi ini mencakup pencatatan
adanya kekar, sesar, bidang perlapisan, siklin dan antiklin, ketidak selaran, dll.
Struktur Geologi ini sangat mempengaruhi kekuatan batuan atau tanah atau paling
tidak merupakan tempat-tempat rembesan air sehingga akan mempengaruhi cepat
atau lambatnya proses pelapukan. Penentuan arah jurus dan kemiringan bidang
tersebut merupakan bagian yang sangat penting dalam melengkapi data analisa.

3.3.4 Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor yang penting dalam analisa kestabilan
lereng, karena mempengaruhi perubahan temperatur dan curah hujan. Hal ini

22
berhubungan dengan tingkat pelapukan yang terjadi pada satu daerah. Pada daerah
tropis proses pelapukan terjadi lebih cepat dibandingkan dengan daerah dingin.

3.3.5 Geometri lereng


Geometri lereng harus diperhatikan adalah tinggi (H) dan sudut
kemiringan lereng (), apabila suatu lereng baik lereng tunggal maupun lereng
total mempunyai kemiringan yang tetap, maka perubahan ketinggian akan
mengakibatkan perubahan kestabilan dari lereng yang bersangkutan karena berat
material lereng yang harus ditahan oleh kekuatan geser tanah/batuan semakin
besar. Dengan demikian, maka semakin tinggi lereng maka sudut kemiringan
lereng yang diperlukan makin kecil.

3.3.6 Pengaruh Air Tanah


Kondisi air tanah yang berada di bawah permukaan tanah akan
mempengaruhi kekuatan tanah, hal ini terjadi karena tanah mempunyai tekanan
yang dapat mempengaruhi besarnya tegangan normal pada permukaan geser. Jadi
dapat dikatakan bahwa suatau lereng yang mengandung air tanah maka lereng
tersebut kurang mantap jika dibandingkan dengan lereng yang tidak mengandung
air tanah, pada geometri lereng yang sama. Pada gambar 3.3 dijelaskan pengaruh
kehadiran air tanah pada kestabilan lereng.

U V R

W sin

W cos
W

Gambar 3.3

Pengaruh Tekanan Air Pada Block

23
Adapun persamaan tegangan normal yang diakibatkan oleh adanya air
adalah sebagai berikut :
n = ( W cos - U ) / A...(3.8)
sehingga persamaan nilai faktor keamanan dengan pengaruh tegangan air pori
adalah sebagai berikut :

C. A (W . cos u ).Tan
F ...(3.9)
W . sin v
Dimana :
= Tegangan normal
U = Gaya angkat air
A = Area pada dasar blok
= Sudut kemiringan bidang luncur
= Sudut Geser Dalam
W = Berat blok yang meluncur

3.3.7 Sifat Fisik dan Sifat Mekanika Material


Sifat fisik dan sifat mekanik tanah atau batuan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kestabilan dari lereng karena berhubungan dengan besar
kecilnya nilai kekuatan geser dimana kelongsoran yang tejadi pada lereng
merupakan peristiwa keruntuhan geser, dengan demikian di dalam melakukan
analisa kestabilan dari lereng tanah atau batuan perlu diketahui sifat fisik dan
mekanik tanah atau batuan yang mempengaruhi kuat geser.
Adapun sifat fisik dan mekanik tanah dan batuan yang diperlukan dalam
melakukan analisa kestabilan lereng adalah sebagai berikut :
1. Sudut geser dalam ()
Sudut geser dalam adalah sudut yang dibentuk dari hubungan tegangan normal
dengan tegangan geser dalam material tanah. Sudut geser dalam juga
merupakan sudut rekahan yang dibentuk jika suatu material dikenakan

24
tegangan yang melebihi tegangan gesernya. Untuk mengetahui besar sudut
geser dalam harus dilakukan uji geser langsung dan uji triaksial.
2. Kohesi (c)
Kohesi adalah kuat tarik menarik antara butiran tanah yang dinyatakan dalam
satuan berat persatuan luas. Bila kuat gesernya semakin besar, maka semakin
besar pula harga kohesi dari tanah tersebut. Ini berarti tanah dengan kohesi
yang besar dapat dibuat lereng dengan kemiringan yang besar untuk nilai
keamanan yang sama. Harga kohesi didapat dari analisis laboratorium, yaitu
dengan uji geser langsung dan uji triaksial.
3. Bobot isi ()
Bobot isi tanah berperan dalam menimbulkan tekanan pada permukaan bidang
longsoran, yaitu dinyatakan dalam satuan berat per volume. Macam - macam
bobot isi adalah : bobot isi asli, bobot isi kering dan bobot isi jenuh.

3.3.8 Hasil Kerja Manusia dan Gaya Luar


Selain akibat alamiah, hasil kerja manusia juga dapat mempengaruhi
kestabilan lereng diantaranya kegiatan penggalian, pembuatan jalan tambang,
bendungan. Akibat kegiatan tersebut akan menyebabkan perubahan keseimbangan
dari gaya-gaya dalam sehingga akan menyebabkan bertambahnya gaya geser.
Gaya luar sedikit banyak dapat mempengaruhi kemantapan suatu lereng.
Gaya ini berupa getaran getaran yang berasal dari sember yang berada di dekat
lereng tersebut. Getaran ini misalnya ditimbulkan oleh peledakan, lalu lintas
kendaraan dan alat mekanis, serta gempa bumi.

3.4 Klasifikasi Longsoran


Menurut Hoek & Bray (1981), kestabilan lereng dapat dianalisa sesuai
dengan jenis longsorannya. Jenis-jenis kelongsoran yang dapat terjadi adalah :
1. Longsoran Bidang
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang
bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa sesar,

25
rekahan (joint) maupun bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya
longsoran bidang adalah : (Gambar 3.4)
a. Terdapatnya bidang luncur bebas (daylight) berarti kemiringan bidang
luncur harus lebih kecil daripada kemiringan lereng.
b. Arah bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar dengan arah lereng
(maksimum berbeda 20).
c. Kemiringan bidang luncur lebih besar daripada sudut geser dalam
batuannya.
d. Terdapat bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi
longsoran.

Gambar 3.4
Longsoran Bidang

2. Longsoran Baji (wedge failure)


Longsoran ini hanya bisa terjadi pada batuan yang mempunyai lebih dari satu
bidang lemah yang saling berpotongan membentuk baji (Gambar 3.5). Dalam
kondisi yang sangat sederhana longsoran baji terjadi pada sepanjang garis
potong kedua bidang lemah tersebut. Kondisi yang diperlukan untuk terjadinya
longsoran baji adalah sebagai berikut :

26
a. Arah kemajuan garis potong kedua bidang lemah searah dengan kemiringan
lereng
b. Sudut penunjaman garis potong (f) harus lebih kecil dari sudut kemiringan
lereng (t) tetapi harus lebih besar dari sudut geser dalam () batuan.
c. Sisi sisi baji ditentukan oleh muka lereng, permukaan atas lereng dan
bidang lemahnya.

Gambar 3.5
Longsoran Baji

2. Longsoran Busur (Circular failure)


Longsoran busur merupakan longsoran yang paling umum terjadi di alam,
terutama pada tanah dan batuan yang telah mengalami pelapukan sehingga
hampir menyerupai tanah. Pada batuan yang keras longsoran busur hanya dapat
terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan mempunyai
bidang-bidang lemah (rekahan) dengan jarak yang sangat rapat. (Gambar 3.6)

Pada tanah pola strukturnya tidak menentu sehingga bidang gelincir bebas
terbentuk dengan mencari posisi yang paling kecil hambatanya. Adapun tanda
pertama dari longsoran busur biasanya berupa rekahan tarik di permukaan atas
atau muka lereng, kadang-kadang disertai dengan menurunnya sebagian

27
permukaan atas lereng yang berada disamping rekahan. Penurunan ini
menandakan adanya gerakan lereng yang pada akhirnya akan terjadi longsoran.

Rekahan Tarik

Bidang Gelincir

Arah Gelinciran

Gambar 3.6

Longsoran Busur

3. Longsoran Guling (topping failure)


Longsoran guling terjadi pada lereng terjal untuk batuan yang keras dengan
bidang-bidang lemah tegak atau hampir tegak dan arahnya berlawanan dengan
arah kemiringan lereng. Kondisi untuk menggelincir atau mengguling
ditentukan oleh sudut geser dalam dan kemiringan sudut bidang gelincirnya,
suatu balok dengan tinggi h dan lebar dasar balok b terletak pada bidang miring
dengan sudut kemiringan sebesar yang disajikan pada Gambar 3.7. Dari
gambar tersebut terdapat empat daerah kondisi yaitu :
Jika < dan b/h > tan , balok tetap stabil
Jika > dan b/h > tan , balok akan menggelincir
Jika > dan b/h < tan , Balok akan menggelincir dan mengguling
Jika < dan b/h < tan , balok akan langsung mengguling

28
Gambar 3.7
Longsoran Guling

3.5 Prinsip Kuat Geser Tanah


Jika tanah diberi beban, maka akan mengakibatkan adanya tegangan geser.
Apabila tegangan geser akan mencapai harga batas, maka massa tanah akan
mengalami deformasi dan cenderung akan runtuh. Keruntuhan geser dalam tanah
adalah akibat gerak relative antar butir massa. Jadi kekuatan geser dalam tanah
ditentukan untuk mengukur kemampuan tanah menahan tekanan tanpa terjadi
keruntuhan.
Kekuatan geser tanah terdiri dari tiga komponen sebagai berikut:
1. Geseran struktur karena perubahan jalinan antar butir massa.
2. Geseran dalam kearah perubahan letak antar butir butir tanah sendiri dan
titik titik kontak yang sebanding dengan tegangan efektif yang bekerja pada
bidang geser.
3. Kohesi atau adhesi antara permukaan butir butir tanah yang tergantung pada
jenis tanah dan kepadatan butir.
Parameter kekuatan geser tanah adalah C dan . Hipotesis pertama
mengenai kekuatan geser tanah dikemukakan oleh Coloumb, sebagai berikut :

29
S = C + f
Atau
S = C + tan . (3.11)
Dimana :
S = kekuatan/tegangan geser
C = kohesi
f = tan = factor geser antara butir butir yang bersentuhan
= Sudut geser dalam
= tegangan normal
Persamaan ini sebenarnya tidak dapat tepat sama sekali serta nilai C dan
yang diperoleh dari percobaan di laboratorium tergantung pada cara
pengukurannya.
Kemudian persamaan coloumb tersebut diubah oleh Terzaghi (tahun 1925)
dengan memasukkan unsur tekanan air pori dan dibuktikan oleh Hvorslev (1937).
Oleh karena itu persamaan berikut ini dikenal dengan nama persamaan Coloumb
Hvorslev.
S = C + tan
Dimana :
C = kohesi tanah dalam kondisi tekanan relatief
= tekanan efektif ( u ), dimana u = tekanan air pori
= sudut geser dalam tanah kondisi efektif

3.6 Faktor Keamanan Lereng


Kelongsoran suatu lereng umumnya terjadi melalui suatu bidang tertentu
yang disebut dengan bidang gelincir (slip surface). Kestabilan lereng tergantung
pada gaya penahan dan gaya penggerak yang bekerja pada bidang gelincir
tersebut. Gaya penahan adalah gaya yang menahan massa dari pergerakkan agar
tidak terjadi kelongsoran, sedangkan gaya penggerak adalah gaya yang
menyebabkan massa bergerak yang menyebabkan terjadinya kelongsoran.
Perbandingan antara gaya penahan dan penyebab longsor inilah yang disebut
dengan faktor keamanan (FK). Jika gaya penggerak lebih besar daripada gaya

30
penahan maka lereng tersebut akan mengalami gangguan yaitu terjadinya
kelongsoran, sebaliknya jika gaya penahan lebih besar daripada gaya penggerak
maka lereng tersebut dalam keadaan stabil.
Secara sistematis faktor keamanan suatu lereng dapat ditulis dengan rumus
sebagai berikut :


F=

dengan ketentuan, jika :


FK > 1,0 lereng dalam kondisi stabil
FK < 1,0 lereng tidak stabil
FK = 1,0 lereng dalam kondisi kritis

Namun pada kenyataannya penggunaan parameter kekuatan batuan dalam


analisa kestabilan lereng tidak menjamin 100% kekuatan massa batuan tersebut,
sehingga nilai faktor keamanan (FK) = 1,0 dari hasil perhitungan belum tentu
menjamin lereng berada dalam kondisi yang stabil. Hal ini disebabkan karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhi dalam perhitungan faktor keamanan, seperti
kurangnya ketelitian dalam pengujian conto di laboratorium, conto batuan yang
diambil belum mewakili keadaan sebenarnya di lapangan serta cara mengatasi
beban - beban luar yang ada. Untuk itu diperlukan suatu nilai faktor keamanan
minimum dengan suatu nilai tertentu yang disarankan sebagai batas faktor
keamanan terendah yang masih aman sehingga lereng dapat dinyatakan stabil atau
tidak (Tabel 3.2).

31
Tabel 3.2
Nilai Faktor Keamanan Minimum Kemantapan Lereng

32
33

Anda mungkin juga menyukai