Anda di halaman 1dari 12

ISSN 2086-9045

ANALISIS DATA HIDROLOGI SUNGAI AIR BENGKULU MENGGUNAKAN


METODE STATISTIK

Gusta Gunawan

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu


Jl. WR. Supratman, Kandang Limun Bengkulu 38371 A
gusta.gunawan@unib.ac.id

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung jumlah debit puncak sungai Air Bengkulu
dan pemetaan penyebaran genangan air yang mungkin terjadi di sekitar Air Bengkulu. Analisis
curah hujan harian rata-rata dilakukan menggunakan analisis statistik dan curah hujan wilayah
dihitung menggunakan metode poligon Thiessen. Data curah hujan yang digunakan untuk
keperluan penelitian adalah data hujan selama 15 tahun terakhir. Perhitungan debit puncak
menggunakan metode rasional dan simulasi pemodelan banjir dilakukan dengan menggunakan
HEC-RAS 4.1.0. Pemetaan genangan banjir dilakukan dengan menggunakan software Hec-
GeoRAS 4.3.1. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa distribusi hujan mengikuti distribusi
Gumbel tipe 1. Debit puncak Sungai Air Bengkulu untuk periode ulang 5, 10, 25, 50 dan 100
tahun masing-masing 339,66 m3 / detik; 470,38 m3 / detik; 520,59 m3 / detik; 557,83 m3 /
detik; 594,79 m3 / detik; 631.62 m3 / dtk. Hasil pemetaan yang dihasilkan menunjukkan daerah
yang terkena banjir genangan di Kota Bengkulu yaitu terjadi pada dataran rendah sepanjang air
Bengkulu yang secara administrasi termasuk pada Desa Pasar Bengkulu, Kampung Klawi,
Rawa Makmur, Suka Merindu, Tanjung Agung, Tanjung Jaya, dan Semarang. Kedalaman
genangan untuk setiap lokasi adalah bervariasi yaitu berada pada kisaran 0,1 sampai dengan 110
cm. Kesimpulan dari penelitian ini adalah genangan banjir di Air Bengkulu terjadi pada
beberapa lokasi dengan kedalaman yang berbeda pada setiap lokasinya.

Kata Kunci: Banjir, sungai Air Bengkulu, Hec-GeoRAS 4.3.1, HEC-RAS 4.1.0Abstract

Bengkulu municipality as a constituent element of the Air Bengkulu watershed with 51,500 of
hectares area bypassed by the stream of Air Bengkulu River which empties into the Teluk
Segara District, municipal of Bengkulu. Air Bengkulu River suffered flood at least twice a year
of frequency as result of the increase in water discharge (Q) in the rainy season. The purpose of
this research is to calculate the amount of peak river discharge of Air Bengkulu and mapping
the distribution of inundation water that may occur in the city of Bengkulu. Analysis of the mean
daily maximum rainfall area was conducted by Thiessen Polygon using 15 last years of rainfall
datas. Calculation of peak discharge using rational methods for different return period plans
Analysis of Rainfall of flood modeling simulation is done by using HEC-RAS 4.1.0 and flood
inundation mapping is done by using Hec-GeoRAS 4.3.1 flood modeling. The result of rainfall
plan calculations was qualified by Gumbel type 1 method. The results of the Air Bengkulu river
peak discharge quantify for return period 5, 10, 25, 50 and 100 years respectively 339.66
m3/sec; 470.38 m3/sec; 520.59 m3/sec; 557.83 m3/ sec; 594.79 m3/ sec; 631.62 m3/ sec. Results of
generated mapping showed the areas affected by flood inundation in Bengkulu City namely
Pasar Bengkulu village, Kampung Klawi, Rawa Makmur, Suka Merindu, Tanjung Agung,
Tanjung Jaya, and Semarang. The depth value of inundation mapping for every affected village
of floodwaters are vary, but in the range of 0 - 110 cm.

Keywords: Flood, Air Bengkulu River, Hec-GeoRAS 4.3.1, HEC-RAS 4.1.0

Jurnal Inersia April 2017 Vol.9 No.1 47


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

PENDAHULUAN sirkulasi dan distribusi, sifat kimia dan


fisika, dan reaksinya dengan lingkunganm
Banjir merupakan fenomena rutin yang
termasuk hubungannya dengan kehidupan
dihadapi dengan kerugian yang tidak kecil
(Santosa, 1988). Siklus hidrologi adalah
dan berdampak luas. Publikasi informasi
proses yang diawali oleh
bencana Badan Nasional Penanggulangan
evaporasi/penguapan kemudian terjadinya
Bencana (BNPB) merilis Statistik Bencana
kondensasi dari awan hasil evaporasi, awan
Indonesia 2015 yang menerangkan fakta
terus terproses sehingga terjadilah hujan
bahwa selama semester pertama tahun ini
yang jatuh ketanah, kemudian air yang jatuh
sudah lebih dari 1000 bencana melanda
terbagi ada yang run off dan ada yang
negeri ini dengan bencana banjir masih
mengalami infiltrasi / meresap kedalam
memuncaki frekuesi kejadian bencana
lapisan tanah, kemudian air mengalir ke laut,
diberbagai wilayah Indonesia.
danau, sungai, dam kembali terjadi lagi
Kotamadya Bengkulu sebagai elemen
proses penguapan (Hasmar, 2012).
penyusun dari Daerah Aliran Sungai (DAS)
Air Bengkulu seluas 51.500 Hektar dilewati Analisa Curah Hujan
oleh aliran Sungai Air Bengkulu yang
Data curah hujan yang dipakai untuk
bermuara di Kecamatan Teluk Segara
perhitungan debit banjir rencana adalah
Kotamadya Bengkulu (Andriansyah &
hujan yang terjadi pada Daerah Aliran
Mustikasari, 2011). Sungai Air Bengkulu
Sungai (DAS) pada waktu yang sama
setidaknya mengalami frekuensi banjir dua
(Sosrodarsono & Takeda, 1976).
kali dalam setahun akibat dari kenaikan
Beberapa cara pendekatan penentuan series
debit air (Q) di musim penghujan. Akibat
data untuk analisa frekuensi dipilh
banjir yang terjadi sangat menyulitkan
berdasarkan ketersediaan data yang ada di
masyarakat baik itu di bidang ekonomi
lapangan dan tentunya masing-masing cara
seperti halnya lahan perkebunan ataupun
menghasilkan besaran hujan rancangan yang
lahan persawahan yang terendam, maupun
berbeda. Melihat hal ini, dibutuhkan suatu
di bidang transportasi seperti halnya jalur-
analisa tentang pengaruh cara pendekatan
jalur darat yang terendam oleh air.
penetapan seri data yaitu cara Maximum
Banjir Sungai Air Bengkulu sering
Annual Series (MAS) dan Partial Series (PS)
menggenangi areal produktif dan
terhadap hujan rancangan yang dihasilkan
menimbulkan kerugian materil setiap
(Handayani, Hendri, & Aditya, 2013).
tahunnya, akan tetapi belum banyak
dilakukan kajian dan penelitian tentang Distribusi Curah Hujan Rerata Wilayah
bagaimana mengetahui daerah sebaran Metode yang digunakan dalam menghitung
luapan banjir yang berpeluang terjadi serta curah hujan rata-rata wilayah daerah aliran
merepresentasikannnya kedalam citra sungai (DAS) ada tiga metode, yaitu metode
pemetaan kawasan genangan banjir yang rata-rata aritmatik (aljabar), metode poligon
informatif.Oleh karena itu, penelitian Thiessen dan metode Isohyet (Loebis, 1987).
tentang pemodelan luapan banjir di daerah Dalam perhitungan distribusi curah hujan
hilir aliran Sungai Air Bengkulu akibat dari rata-rata untuk mendapatkan debit puncak
kenaikan debit air menggunakan perangkat pada DAS Air Bengkulu dilakukan dengan
lunak yang berbasis GIS sangat penting metode poligon thiessen karena metode ini
untuk dilakukan di Kota Bengkulu. sesuai untuk digunakan pada daearah yang
Hidrologi dan Hidraulika memiliki pos hujan minimal 3 tempat dan
Hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang tidak tersebar merata. Cara Poligon Thiessen
mempelajari perilaku air, proses terjadinya, seperti terlihat pada Gambar 1.

Jurnal Inersia April 2017 Vol.9 No.1 48


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

2
∑n (Xi -X)
Sd = i=1 )
n-1

n ∑ni=1{(Xi )-X}2
Cs =
(n-1)(n-2)Sd3

1 n
∑i=1{(Xi )-X}4
Gambar 1. Cara poligon thiessen Ck = n )
Sd4
Metode poligon thiessen dipakai apabila
daerah pengaruh dan curah hujan rata-rata Sd
tiap stasiun berbeda-beda. Metode Thiessen Cv =
X
ditentukan dengan cara membuat polygon
Distribusi Probabilitas Kontinyu
antar pos hujan pada suatu wilayah DAS,
kemudian tinggi hujan rata-rata dihitung dari 1) Distribusi Gumbel Tipe I
jumlah perkalian antara tiap-tiap luas Untuk mengukur curah hujan rencana
polygon dan tinggi hujannya dibagi dengan dengan Distribusi Gumbel Tipe I
luas seluruh DAS (Sosrodarsono & Takeda, digunakan persamaan distribusi empiris
1976). sebagai berikut (Soewarno, 1995):
Persamaan untuk perhitungan hujan rerata
wilayah dengan metode poligon thiessen S
XT = X + (Y - Yn )
digunakan persamaan sebagai berikut : Sn T
n
Ai x Ri
RThiessen = 2) Distribusi Log Pearson Tipe III
Atotal
i=1 Metode Log Pearson Tipe III apabila
digambarkan pada kertas peluang
Analisa Frekuensi logaritmik akan merupakan persamaan
Analisa frekuensi bertujuan untuk mencari garis lurus, sehingga dapat dinyatakan
hubungan antara besarnya besarnya suatu sebagai model matematik dangan
kejadian ekstrem (amksimum atau persamaan sebagai berikut (Soewarno,
minimum) dan frekuensinya berdasarkan 1995):
distribusi probabilitas (Kamiana, 2011).
Secara sistematis metode analisis frekuensi Y=Y+k×S
perhitungan hujan rencana ini dilakukan
secara berurutan yaitu, parameter statistik, 3) Distribusi Log Normal
distribusi probabilitas kontinyu, dan Distribusi Log Normal apabila
pengujian kecocokan sebaran. digambarkan pada kertas peluang
logaritmik akan merupakan persamaan
Parameter Statistic (Pengukuran dispersi)
garis lurus, sehingga dapat dinyatakan
Besarnya derajat dari sebaran variat disekitar sebagai model matematik dengan
nilai rata-ratanya disebut dengan variasi atau persamaan sebagai berikut (Soewarno,
dispersi dari pada suatu data sembarang 1995):
variabel hidrologi. Beberapa macam cara
untuk mengukur dispersi dilakukan dengan XT = X + Kt × S
perhitungan dengan rumus dasar sebagai
berikut (Soewarno, 1995):

Jurnal Inersia April 2017 Vol.9 No.1 49


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

Pengujian Distribusi Probabilitas ini dilakukan dengan menggunakan


Uji distribusi probabilitas dimaksudkan rumus (Soewarno, 1995):
untuk mengetahui apa-.kah persamaan
distribusi robabilitas yang dipilih dapat Pmaks P(x)
α= -
mewakili distribusi statistik sampel data P(x) Δcr
yang dianalisis (Kamiana, 2011).
1) Uji Kecocokan Chi-Kuadrat (Chi- Analisa Intensitas Curah Hujan
Square) Analisis intensitas curah hujan ini dapat
Pengujian dengan metode ini didasarkan diproses dari data curah hujan yang telah
pada jumlah pengamatan yang terjadi pada masa lampau. Dengan
diharapkan pada pembagian kelas, dan tersedianya data curah hujan harian,
ditentukan terhadap jumlah data perhitungan curah hujan rencana dapat
pengamatan yang terbaca di dalam kelas dilakukan dengan menggunakan rumus
tersebut, atau dengan membandingkan Mononobe sebagai berikut :
nilai Chi-Square (X2) dengan nilai Chi-
Square kritis (X2cr).
R24 24 2/3
Pengujian kecocokan Chi Kuadrat I= ×
dengan rumus (Soewarno, 1995): 24

2
Oi - Ei Penentuan Time Of Consentration (Tc)
X2 = ∑nt=1 Ei
Waktu konsentrasi (Time consentration)
Suatu distribusi dikatakan selaras jika adalah waktu yang diperlukan air hujan yang
nilai X2 hitung < X2 kritis. Dari hasil jatuh untuk mengalir dari titik terjauh
pengamatan yang didapat dicari sampai ke titik outlet (titik kontrol). Dalam
penyimpangan dengan chi-square kritis hal ini diasumsikan bahwa jika durasi hujan
paling kecil. Untuk suatu nilai nyata sama dengan waktu konsentrasi maka setiap
tertentu (level of significant) yang sering bagian daerah aliran secara serentak telah
diambil adalah 5%. Derajat kebebasan ini menyumbangkan aliran terhadap titik
secara umum dihitung dengan rumus kontrol. Salah satu metode untuk
sebagai berikut (Soewarno, 1995): memperkirakan waktu konsentrasi adalah
dengan rumus yang dikembangkan oleh
Kirpich (1940) dalam (Kamiana, 2011),
Dk = K - (P + 1)
yaitu:

2) Uji Kecocokan Smirnov-Kolmogorov tc = 0,06628 × L0,77 × S-0,385


Pengujian kecocokan sebaran dengan
metode ini dilakukan dengan
membandingkan probabilitas untuk tiap
Debit
variabel dari distribusi empiris dan
teoritis didapat perbedaan (Δ) tertentu. Debit aliran adalah laju aliran air (dalam
Perbedaan maksimum yang dihitung bentuk volume air) yang melewati suatu
(Δmaks) dibandingkan dengan perbedaan penampang melintang sungai per satuan
kritis (Δcr) untuk suatu derajat nyata dan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya
banyaknya variat tertentu, maka sebaran debit dinyatakan dalam satuan meter kubik
sesuai jika (Δmaks) < (Δcr). Pengujian per detik(m3/dt).Dalam laporan-laporan
teknis, debit aliran biasanya ditunjukkan

Jurnal Inersia April 2017 Vol.9 No.1 50


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

dalam bentuk hidrograf aliran (Asdak, dilakukan. Kenyataan di lapangan sangat


2010). sulit menemukan daerah pengaliran yang
Pengukuran kecepatan aliran dengan metode homogen. Dalam kondisi yang demikian,
ini dapat menghasilkan perkiraan kecepatan maka nilai C dihitung dengan cara berikut :
aliran yang memadai.Prinsip pengukuran
metode ini adalah mengukur kecepatan ∑ni=1 Ci Ai
C = Crerata =
aliran tiap kedalaman pengukuran (d) pada ∑ni=1 Ai
titik interval tertentu dengan current meter
atau flowprobe (Rahayu, 2009) METODE PENELITIAN
Analisa Debit Metode Rasional Lokasi Penelitian
Metode Rasional merupakan rumus yang Ruang lingkup wilayah penelitian dibatasi
tertua dan yang terkenal di antara rumus- pada daerah hilir aliran sungai Air Bengkulu
rumus empiris. Metode Rasional dapat yang berada di Kelurahan Semarang,
digunakan untuk menghitung debit puncak Tanjung Jaya, Tanjung Agung, Suka
sungai atau saluran namun dengan daerah Merindu, kampong klawi dan Pasar
pengaliran yang terbatas (Kamiana, 2011). Bengkulu di dalam Kota Bengkulu.
Dalam Asdak (2002), dijelaskan jika ukuran
Pengumpulan Data
daerah pengaliran > 300 ha, maka ukuran
Studi pustaka dilakukan dengan cara
daerah pengaliran perlu dibagi menjadi
mengumpulkan data-data dari instansi
berapa bagian sub daerah pengaliran
terkait, buku-buku, kumpulan jurnal-jurnal
kemudian Rumus Rasional diaplikasikan
dan atau literatur-literatur lainnya yang
pada masing-masing sub daerah pengaliran.
berhubungan dengan judul yang dibahas
Dalam Montarcih (2009) dijelaskan jika
guna diperlukan sebagai referensi. Data-data
ukuran daerah pengaliran > 5000 Ha maka
yang akan dikumpulkan adalah sebagai
koefisien pengaliran (C) bisa dipecah-pecah
berikut:
sesuai tata guna lahan dan luas lahan yang
1) Data Primer
bersangkutan. Dalam Suripin (2004)
Pengumpulan data primer pada
dijelaskan kegunaan Metode Rasional pada
penelitian ini menggunakan metode
daerah pengaliran dengan beberapa sub
survey, yaitu menentukan kecepatan
daerah pengaliran dapat dilakukan dengan
aliran dan profil dasar sungai
pendekatan nilai C gabungan atau C rata-
menggunakan alat Current Meter,
rata dan intensitas hujan dihitung
identifikasi lahan di sekitar sungai untuk
berdasarkan waktu konsentrasi yang
menentukan kekasaran manning dan
terpanjang.
survei lokasi terdampak luapan bajir di
Persamaan Metode Rasional jika
sekitar aliran Sungai Air Bengkulu
dipergunakan untuk menghitung debit
bagian hilir di dalam Kota Bengkulu.
rencana dengan berbagai periode ulang
2) Data Sekunder
maka notasinya dituliskan :
Data sekunder yaitu data yang bersifat
tidak langsung, akan tetapi memiliki
Qp = 0.287 x C x It x A
ketekaitan fungsi dan kegunaan dengan
salah satu aspek pendukung bagi
Menganalisa nilai C yang sangat
keabsahan suatu penelitian. Proses
dipengaruhi oleh infiltrasi, penguapan,
pencarian data yaitu dengan mencari
tampungan permukaaan, intensitas dan lama
berbagai sumber data yang diperlikan
hujan mengakibatkan pemilihan atau
untuk melakan penelitian.
perkiraan nilai C secara tepat sulit

Jurnal Inersia April 2017 Vol.9 No.1 51


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

Alat dan Bahan Bengkulu dan titik koordinat dari 3


1) Alat stasiun hujan dalam format .shp.
Peralatan yang digunakan dalam 4) Mengolah data curah hujan harian
penelitian ini meliputi perangkat keras maksimal dari tiga stasiun pos hujan
(Hardware) dan Perangkat lunak selama periode data 15 tahun untuk
(Software) yang disebutkan berikut: mendapatkan curah hujan harian rerata
a. Hardware : Seperangkat maksimal setiap tahun menggunakan
Komputer (PC), Printer, metode poligon Thiessen.
Kamera untuk keperluan 5) Perhitungan curah hujan harian
Dokumentasi, Current Meter, maksimum rerata untuk tiap-tiap tahun
Alat Meteran dan Seperangkat data dengan metode Partial Series.
Alat Tulis. 6) Menentukan parameter statistik dari
b. Software : ArcMap 9.3, Hec- data yang telah diurutkan dari kecil
GeoRAS 4.31, HEC-RAS 4.10, kebesar, yaitu Deviasi standar (Sd),
Microsoft Office 2013 dan Koefisien kemencengan (Cs), Koefisien
Software Google Earth Pro. Kurtosis (Ck), dan Koefisien variasi
2) Bahan (Cv).
Bahan yang digunakan dalam penelitian a. Hitung nilai rata-rata
antara lain : Data Curah Hujan dari 3
pos hujan selama 15 tahun terakhir ∑ni=1 Xi
(2001 - 2015), Peta DAS Air Bengkulu, X=
n
DEM SRTM resolusi 1 Arc second (30
m x 30 m), Peta RBI tata guna lahan b. Hitung deviasi standar
Kota Bengkulu lembar 0912-12 skala
1:50.000, Peta RBI hidrografi lembar 2
0912-12 skala 1:50.000, Citra Satelit ∑ni=1 (Xi -X)
Sd =
resolusi tinggi (Quickbird quality). n-1
Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian c. Hitung koefisien kemencengan
yang akan dilakukan meliputi empat tahapan
utama yang dijelaskan sebagai berikut : n ∑ni=1{(Xi )-X}2
Cs =
Pengolahan data hidrologi (n-1)(n-2)Sd3
Langkah langkah untuk mengolah data curah
d. Hitung koefisien kurtosis
hujan hingga diperoleh besaraan debit
rencana Metode Raional adalah sebagai
1 n
berikut : ∑i=1{(Xi )-X}4
Ck = n
1) Pengumpulan data primer dan data
Sd4
sekunder.
2) Menganalisa nilai koefisien aliran (C) e. Hitung koefisien variasi
pada peta tutupan lahan pada Das
Bengkulu. Sd
3) Memodelkan Poligon Thiessen untuk Cv =
X
DAS Air bengkulu menggunakan
ArcMap 9.3. Data yang digunakan
adalah poligon batas DAS Air

Jurnal Inersia April 2017 Vol.9 No.1 52


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

7) Analisis curah hujan rencana dicoba lahan ini menjadi penghambat limpasan
dengan menggunakan distribusi, yaitu aliran permukaan (surface run off).
distribusi Gumbel Tipe I, Log Pearson Penggunaan lahan pada sub-DAS Rindu
Tipe III, dan Log Normal. Rumus Hati dan nilai koefisiennya disajikan pada
umum yang digunakan Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Tutupan Lahan sub-DAS Rindu
Xt = X + Kt × S. Hati
Jenis Tutupan Lahan Luas (ha) Persen (%) Koefisien
Tubuh Air 32.82 0.171 1
8) Uji kecocokan sebaran menggunakan Hutan Primer 475.55 2.476 0.30
Chi-Kuadrat dan Smirnov- Hutan Sekunder 1176.8 6.127 0.30
Kolmogorov, dengan kriteria Pertanian Lahan Kering 16935.07 88.167 0.35
Pemukiman 587.76 3.060 0.40
pengujian: Total 19208 100
Untuk Uji Chi-Kuadrat jika nilai f2 Sumber: Yudha, 2014
Hitungan < F2 cr (diterima). Penggunaan lahan pada Sub-DAS Susup dan
Untuk Uji Smirnov-Kolmogorov jika nilai koefisiennya disajikan pada Tabel 2
nilai Dmaks < Do kritis (diterima). berikut :
9) Penentuan waktu konsentrasi hujan Tc Tabel 2. Tutupan Lahan sub-DAS Susup
dengan rumus Kirpich. Jenis Tutupan Lahan Luas (ha) Persen (%) Koefisien
Semak Belukar 645.99 6.532 0.37
tc = 0,06628 × L0,77 × S-0,385 Tanah Terbuka
Hutan Sekunder
16.9
842.63
0.171
8.520
0.30
0.36
Pertanian Lahan Kering 8384.48 84.770 0.41
10) Analisis intensitas curah hujan rencana Total 9890 100
Sumber: Yudha, 2014
periode ulang 5, 10, 20, 50, 100 dan
200 Tahun, rumus yang digunakan Penggunaan lahan pada Sub-DAS Bengkulu
dalam menghitung intensitas hujan Hilir dan nilai koefisiennya disajikan pada
adalah rumus Mononobe. Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Tutupan Lahan sub-DAS Bengkulu
R24 24 2/3
Hilir
It = ×
24 tc Jenis Tutupan Lahan Luas (ha) Persen (%) Koefisien
Menghitung Q (debit) puncak akibat hujan Lahan Kering 19041.7 87.48 0.38
Pemukiman 896.08 4.12 0.43
berdasarkan pengaruh tata guna lahan Semak Belukar 448.04 2.06 0.37
terhadap koefisien pengaliran (C) dengan Sawah, Hutan Rawa 1120.1 5.15 0.41
Hutan 260 1.19 0.36
Intensitas curah hujan rencana
Total 22402 100
menggunakan Metode Rasional Sumber: Yudha, 2014
mengekspor klik File  Export GIS Data 
Analisa Data Hujan
Klik Export Data.
Menganalisis data hujan pada prosesnya
sangat diperlukan ketersediaan data curah
HASIL DAN PEMBAHASAN hujan harian yang secara kualitas dan
Analisa Tutupan Lahan kuantitas cukup memadai. Data curah hujan
Faktor penutupan lahan vegetasi cukup yang digunakan adalah data curah hujan
signifikan dalam pengurangan atau harian selama 15 tahun terakhir sejak tahun
peningkatan aliran permukaan. Hutan yang 2001 hingga tahun 2015.
lebat mempunyai tingkat penutup lahan yang
tinggi, sehingga apabila hujan turun ke
wilayah hujan tersebut, faktor penutupan

Jurnal Inersia April 2017 Vol.9 No.1 53


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

Analisa hujan harian maksimum rerata


wilayah
Analisa hujan harian maksimum rerata Tabel 5. Rekapitulasi Curah Hujan Rencana
wilayah tahunan (RThiessen) dilakukan Metode
Metode Metode
berdasarkan pembobotan curah hujan Log
No P Gumbel Log
menurut posisi ketiga stasiun pengukur Pearson
Tipe I Normal
curah hujan dengan model poligon thiessen. Tipe III
Tahap pertama adalah merekap data curah 1 5 129.743 105.780 124.418
hujan harian maksimal tiap stasiun hujan 2 10 141.708 134.043 134.509
yang diperoleh dari instansi terkait. 3 25 156.832 180.285 148.181
Data curah hujan tahunan rerata yang sudah
4 50 168.049 223.878 158.761
diurutkan dapat dilihat pada Tabel 4.
5 100 179.184 276.662 170.154
Tabel 4. Data Curah Hujan rerata Tahunan 6 200 190.282 340.868 181.385
Periode 2001-2015 di tiga pos Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
hujan yang sudah diurutkan.
Perhitungan Debit Metode Rasional
NO TAHUN RHmax rerata Dalam Montarcih (2009) dijelaskan jika
1 71.96 ukuran daerah pengaliran ˃ 5000 Ha maka
2013
koefisien pengaliran (C) bisa dipecah-pecah
2 2011 95.02
sesuai tata guna lahan dan luas lahan yang
3 2010 103.88
bersangkutan. Dalam Suripin (2004)
4 2012 107.66 dijelaskan penggunaan Metode Rasional
5 2014 110.46 pada daerah pengaliran dengan beberapa sub
6 2007 110.5 daerah pengaliran dapat dilakukan dengan
7 2003 112.37 pendekatan nilai C gabungan atau C rata-
8 2008 114 rata dan intensitas hujan dihitung
9 2002 116.93 berdasarkan waktu konsentrasi yang
terpaSebelum memulai estimasi debit
10 2015 120.54
puncak, terlebih dahulu mengidentifikasi
11 2001 120.72
nilai Intensitas curah hujan rencana dengan
12 2004 124.03 periode ulang T tahun (It). Data - data yang
13 2006 132.04 diperlukan untuk perhitungan seperti nilai
14 2005 132.62 inputan panjang saluran utama sungai pada
15 2009 137.28 setiap sub DAS dan elevasi saluran pada
Sumber: Hasil pengolahan, 2016 bagian hulu serta hilir diekstraksi dari peta
tutupan lahan dan peta hipsografi (kontur).
Analisis Jenis Distribusi Selanjutnya, Perhitungan It
Metode analisis distribusi yang digunakan menggunakan persamaan Mononobe yang
untuk menganalisis besar curah hujan dimodifikasi untuk tiap sub DAS diuraikan
rencana harus memenuhi beberapa berikut :
parameter yang menjadi syarat penggunaan 1) It sub DAS Rindu Hati
suatu metode distribusi. Data kondisi Sub DAS Rindu Hati
Hasil perhitungan curah hujan rencana dapat berdasarkan hasil analisa GIS dapat dilihat
ditunjukkan pada Tabel 5. pada Tabel 6.

Jurnal Inersia April 2017 Vol.9 No.1 54


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

Tabel 6. Kondisi Sub DAS Rindu Hati Tabel 9. Hasil perhitungan It untuk sub
Data Kondisi Sub DAS Rindu Hati DAS Susup - Kemumu
Periode
Luas daerah pengaliran (A) 192.07 km2 R It
No Ulang
Panjang saluran (L) 34.60 km (Tahun) (mm) (mm/jam)
Elevasi hulu saluran utama 190 mdpl 1 5 129.743 10.53
2 10 141.708 11.50
Elevasi hilir saluran utama 18 mdpl
3 25 156.832 12.73
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
4 50 168.049 13.64
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada 5 100 179.184 14.54
Tabel 7. 6 200 190.282 15.44
Tabel 7. Hasil perhitungan It untuk sub Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
DAS Rindu Hati 3) It sub DAS Bengkulu Hilir
Periode Data kondisi Sub DAS Rindu Hati
R It
No Ulang berdasarkan hasil analisa GIS dapat dilihat
(Tahun) (mm) (mm/jam) pada Tabel 10.
1 5 129.743 11.41 Tabel 10. Kondisi Sub DAS Bengkulu Hilir
2 10 141.708 12.46
Data Kondisi Sub DAS Bengkulu Hilir
3 25 156.832 13.79
Luas daerah pengaliran
4 50 168.049 14.78 22.402 km2
(A)
5 100 179.184 15.76
Panjang saluran (L) 68.15 km
6 200 190.282 16.73
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
Elevasi hulu saluran
42 mdpl
utama
2) It sub DAS Susup - Kemumu Elevasi hilir saluran
Data kondisi Sub DAS Susup - Kemumu 10 mdpl
utama
berdasarkan hasil analisa GIS dapat dilihat Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
pada Tabel 8.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 8. Kondisi Sub DAS Susup-Kemumu Tabel 11.
Data Kondisi Sub DAS Susup-Kemumu
Tabel 11.Hasil perhitungan It untuk sub
Luas daerah pengaliran (A) 98.90 km2
DAS Bengkulu hilir
Panjang saluran (L) 35.50 km Periode
Elevasi hulu saluran utama 190 mdpl No Ulang R It
(Tahun) (mm) (mm/jam)
Elevasi hilir saluran utama 18 mdpl
1 5 129.743 4.40
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
2 10 141.708 4.80
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada 3 25 156.832 5.31
Tabel 9.
4 50 168.049 5.69
5 100 179.184 6.07
6 200 190.282 6.45
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016

Setelah semua parameter perhitungan di atas


didapatkan, maka dapat dilanjutkan dengan

Jurnal Inersia April 2017 Vol.9 No.1 55


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

perhitungan debit puncak rencana metode digunakan adalah yang terbaru dan
rasional. Perhitungan debit puncak (Qp) terverifikasi sehingga nilai koefisien
berdasarkan periode ulang rencana untuk limpasan (C) yang diperoleh semakin
setiap sub DAS menggunkan metode efektif untuk perhitungan besaran debit
rasional. diperoleh hasil debit puncak (Qp) puncak.
untuk setiap periode ulang yang berbeda- 2. Dalam mengkonversi data kontur atau
beda pada outlet DAS Air Bengkulu. Untuk DEM menjadi data TIN harus teliti
debit puncak periode ulang 5 tahunan dalam pengecekan kontur dan terutama
diperoleh hasil 339.66 m3/dtk dan untuk garis kontur sungai untuk menghindari
debit puncak periode ulang 100 tahunan terjadinya kesalahan pengeplotan
diperoleh hasil 594.79 m3/dtk.pada outlet tampang lintang sungai.
DAS. 3. Sebaiknya saat mensimulasi tampang
lintang sungai di HEC-RAS, jarak per
KESIMPULAN DAN SARAN
station dibuat lebih detail agar
Kesimpulan mendapatkan hasil yang lebih efisien
Adapun dari penelitian ini, dapat dalam pendekatan simulasi genangan
disimpulkan : aliran sungai.
1. Debit puncak yang didapat pada single 4. Perlu penelitian lanjutan dengan data
outlet DAS Air Bengkulu untuk periode dan informasi yang lebih terukur
ulang 5, 10, 25, 50, 100, dan 200 tahun sehingga hasil simulasi lebih efektif
dengan Metode Rasional berturut-turut dan mendekati kondisi lapangan yang
adalah sebesar 339.66 m3/dtk; 470.38 sebenarnya.
m3/dtk; 520.59 m3/dtk; 557.83 m3/dtk;
594.79 m3/dtk; 631.62 m3/dtk. DAFTAR PUSTAKA
2. Daerah yang terdampak genangan
Andriansyah, O., & Mustikasari, R. (2011).
banjir hasil pemetaan oleh HecGeoRAS
Gambaran Umum Permasalahan
dan Arcmap yaitu kelurahan Pasar
Pengelolaan Air DAS Air
Bengkulu, Kampung Klawi, Rawa
Bengkulu. Bogor: Yayasan
Makmur, Suka Merindu, tanjung
Telapak.
Agung, Tanjung Jaya, dan Semarang.
Arnita, Sari, A. I., Sudarsono, b., Sasmito,
3. Nilai kedalaman genangan banjir hasil
b., & Harianto. (2013). Penentuan
pemetaan untuk setiap kelurahan yang
Area Luapan Kali Babon Akibat
terdampak genangan banjir sangat
Kenaikan Debit Air Berbasis SIG.
bervariasi namun dalam rentang 0 –
Jurnal Geodesi Undip Volume 2
110 cm.
Nomor 4, 57-71.
4. Hasil validasi pemetaan genangan
banjir dengan metode membandingkan Aronoff, S. (1989). Geographic Informatio
menggunakan foto dokumentasi ground Systems : A management
check saat banjir sesungguhnya sedang Perspective. Ottawa: WDL
terjadi hanya pada kelurahan semarang Publications.
yang tidak terdampak genangan banjir.
Asdak, C. (2010). Hidrologi dan
Saran Pengelolaan Daerah Aliran
Saran yang dapat diberikan dari hasil
Sungai. Yogyakarta: Gajah MAda
penelitian ini yaitu beberapa hal i berikut : University Press.
1. Dalam anlisa debit metode rasional
sebaiknya data tutupan lahan yang

Jurnal Inersia April 2017 Vol.9 No.1 56


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

Barus B, W. U. (2000). Sistem Informasi Kamiana, I.M. (2011). Teknik Perhitungan


Geografi – Sarana Manajenem Debit Rencana Bangunan Air.
Sumber Daya. Bogor: Lab Yogyakarta: Graha Ilmu.
INDRAJA dan Kartografi FP IPB.
Merwade, V. (2012). Tutorial on using
BNPB. (2015). Info Bencana. Jakarta: HEC-GeoRAS with ArcGIS 10 and
Pusdatinmas Badan Nasional HECRAS Modeling. Indiana, USA:
Penanggulangan Bencana. School of Civil Engineering, Purdue
University.
DAI. (2007). Panduan Pemetaan
Partisipatif. Malang: Pemerintah Kota Bengkulu. (2015,
Environmental Services Program. September 17). Bidang geografis.
Diambil kembali dari Website
ESRI. (1991). Point Interpolation Prosess Resmi Kota Bengkulu:
Wizard. ESRI, Inc.: Arc/view user http://www.bengkulukota.go.id/sela
guide. yang-pandang_geografi_pg-
250.html
ESRI. (2015, October 11). HEC-GeoRAS
and ArcGIS. Diambil kembali dari Priyana, d. (2013). Model Simulasi Luapan
http://www.esri.com/library/fliers/p Banjir Sungai Bengawan Solo
dfs/hec-georas-arcgis.pdf untuk Optimalisasi Kegiatan
Handayani, Y. L., Hendri, A., & Aditya, A. Tanggap Darurat Bencana Banjir.
(2013). Analisa Hujan Rancangan Surakarta: UMS.
Partial Series dengan Berbagai Rahayu, S. (2009). Monitoring Air Di
Panjang Data dan Kala Ulang Daerah Aliran Sungai . Bogor:
Hujan. Pekanbaru: Jurusan Teknik World Agroforesty Center ICRAF
Sipil Fakultas Teknik UNRI. Asia Tenggara.
Hasby, F. (2013). Fluids Flow Santosa, B. (1988). Hidrolika. Jakarta:
Classification. Erlangga.
Hasmar, H. (2012). Drainase Terapan. Smith , K., & Ward, R. (1998). Floods:
Dalam H. Hasmar, Drainase Physical process and human
Terapan (hal. 9-10). Yogyakarta: impact, John wiley and Sons.
UII Press. Chichester, USA.
IDEP. (2007). Banjir, Peranan Soewarno. (1995). Hidrologi Aplikasi
Masyarakat saat terjadi banjir. Metode Statistik Untuk Analisa
BALI: Indonesian Development of Data Jilid 1. Bandung: Nova.
Education and Permaculture.
Sosrodarsono, S., & Takeda, K. (1976).
Istiarto. (2014). Modul Pelatihan HEC- Hidrologi Untuk pengairan.
RAS : SIMPLE GEOMETRY Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
RIVER. Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Sipil dan Lingkungan Syahrir, B. K., & Kardhana, H. (2009).
Universitas Gajah Mada: (Tidak Banjir dan Upaya
Diterbitkan). Penanggulangannya. Program for
Hydro - Meteorogical risk

Jurnal Inersia April 2017 Vol.9 No.1 57


Email: Inersia@unib.ac.id
ISSN 2086-9045

mitigation secondary cities in Asia.


Bandung: Indonesia.

Triatmodjo, B. (1993). Hidraulika 1.


Yogyakarta: Beta Offset.

US Army Corps Of Engineers. (2015,


October 11). Hec-geoRAS.
Retrieved from Hidrologic
Engineering Center:
http://www.hec.usace.army.mil/soft
ware/hec-georas/

Utomo, W. (2004). Pemetaan Kawasan


Berpotensi Banjir di DAS
Kaligarang Semarang dengan
menggunakan SIG (Skripsi).
Bogor: Institur Pertanian Bogor.

Wijayanti, P. (2013). Analisis keruntuhan


bendungan Pacal. e-Jurnal
MATRIKS TEKNIK SIPIL Vol. 1 No.
4 Universitas Sebelas Maret, 488-
495.

Yudha, S. G. (2014). Analisis Kapasitas


Sungai dalam Mengendalikan
Banjir Dengan Integrasi Antara
Metode Rasional Dengan
Program WIN-TR. Bengkulu:
Universitas Bengkulu.

Jurnal Inersia April 2017 Vol.9 No.1 58


Email: Inersia@unib.ac.id

Anda mungkin juga menyukai