Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Geologi Teknik yang diampu oleh:
Muhammad Riza H., S.T., M.T.
Disusun Oleh:
Lutfanny Kusmayanti
2000499
Teknik Sipil – A
JL.DR SETIABUDI NO.229, ISOLA, KECAMATAN SUKASARI, KOTA BANDUNG, JAWA BARAT
40154 NO TELP. (022)2013163 FAX. (022) 2013651
C. SUMBER GEMPA
Pada Peta Distribusi Kejadian Gempa Lembar Pangandaran Jawa Barat (gambar
1), teramati sumber-sumber gempa berada di laut dan di darat yang berlokasi dekat
dengan patahan. Hal ini mengidikasikan gempa-gempa yang terjadi diakibatkan oleh
pergerakan lempeng sehingga masuk pada klasifikasi gempa tektonik. Pengamatan ini
didukung oleh geografis wilayah Pangandaran dan sekitarnya yang terletak di dekat
pertemuan dua lempeng teknonik, yaitu pertemuan antara lempeng eurasia dengan
lempeng indo-australia (gambar 6).
Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke arah Utara dengan kecepatan 77
mm/tahun menyusup ke dalam Lempeng Eurasia. Desakan ini menyebabkan
pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada
lempeng tidak lagi kuat menahan tekanan sehingga terjadi pelepasan mendadak yang
disebut sebagai gempa bumi. Gempa seperti inilah yang bersumber dari laut dan disebut
sebagai subduksi atau megathrust dengan kuat gempa yang relatif besar. Oleh karena
itu, tidak mengherankan apabila pada wilayah Kabupaten Pangandaran dan sekitarnya
memiliki struktur geologi berupa patahan dan lipatan yang cukup banyak. Patahan dapat
menjadi sumber gempa di darat. Terlebih lagi, patahan-patahan yang berada di wilayah
Kabupaten Pangandaran dan sekitarnya merupakan patahan aktif.
1. Gempa Tektonik di Laut
Sebagaimana pembahasan pada poin A, gempa dengan magnitude terbesar
berasal dari gempa tektonik di laut. Meskipun memiliki magnitude yang terbesar,
hiposentrum yang relatif dalam dan episentrum yang cenderung jauh dari
Kabupaten Pangandaran-Cilacap membuat gempa tersebut tidak berpotensi
menyebabkan kerusakan hebat. Hal ini dikarenakan faktor jarak pusat dan
kedalaman gempa sangat mempengaruhi besar atau kecilnya daya guncang di
permukaan.
Rentang kedalaman gempa dibagi ke dalam tiga zona; gempa dangkal (0-70
km), gempa menengah (70-300 km) dan gempa dalam (300-700 km). Gempa bumi
dangkal cenderung lebih merusak meskipun magnitudo gempa tidak terlalu tinggi.
Berbeda dengan gempa dalam karena gelombang seismik harus merambat berkilo-
kilometer ke permukaan sehingga mengalami pengurangan energi.
Berdasarkan hal tersebut, terdapat dua kejadian gempa di wilayah
Pangandaran dan sekitarnya yang termasuk ke dalam gempa tektonik dangkal di
laut, yaitu kejadian gempa berkekuatan M 4,9 dengan kedalaman 45,5 km dan
kejadian gempa berkekuatan M 4,5 dengan kedalaman 21,9 km.
Meskipun kedua gempa tersebut merupakan gempa tektonik dangkal, sekali
lagi, karena episentrum yang cukup jauh dari wilayah Kabupaten Pangandaran-
Cilacap, dampak dari gempa-gempa tersebut tidak akan lebih merusak dari gempa
tektonik dangkal bermagnitude terbesar yang dibahas sebelumnya.
Menurut SMS Tsunami Warning, selain memiliki potensi yang cenderung lebih
merusak, gempa bumi dangkal berkekuatan besar yang terjadi di garis patahan
samudra lebih mungkin menghasilkan gelombang tsunami. Namun, adanya
kejadian gempa tektonik dangkal di wilayah Pangandaran dan sekitarnya dalam
kurun waktu 1900-2020, tidak tercatat adanya kejadian tsunami di wilayah ini.
Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai hal ini. Sebab, tidak adanya
kejadian tsunami selama kurun waktu 100 tahun bukan berarti tidak adanya potensi
tsunami di wilayan Pangandaran dan sekitarnya.
2. Gempa Tektonik di Darat
Firman, T. (2018, Oktober 13). Mengapa Gempa Dangkal Lebih Merusak daripada Gempa
Dalam? Retrieved from tirto.id: https://tirto.id/mengapa-gempa-dangkal-lebih-
merusak-daripada-gempa-dalam-c6mg
kudwadi, B. (2016). Handout 1-2 Tgempa D3 . sipil.upi.edu, 6 - 19.
SARI, M. A. (2016). PEMETAAN PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM.
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA, 15-21. Retrieved from
http://eprints.uny.ac.id/.
Aplikasi LINI beta. 2021. Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017 untuk
Jembatan. Aplikasi LINI versi Beta (pu.go.id). (diakses 11 Januari 2021)
LAMPIRAN