JAYA MANDIRIdan sekitarnya secara geologi regional masuk dalam Peta Geologi
Lembar Malang (S. Santoso dan T. Suwarti, 1992). Lembar Malang dibatasi oleh
kordinat 112°30' -113°00' BT dan 7°30' - 8°00' LS. Daerah pemetaan luasnya + 2.800
Malang, Probolinggo dan Lumajang, Propinsi Jawa Timur. Lembar ini di bagian timur
berbatasan dengan Lembar Probolinggo, di selatan dengan Lembar Turen, di barat
dengan Lembar Kediri, dan di utara dengan Lembar Surabaya.
A. Geomorfologi Regional
Lembar Malang terletak pada Lajur Solo -Gunungapi Kuarter yang diapit oleh
Lajur Kendeng di bagian utara dan Lajur Pegunungan Selatan, di bagian selatan, di
luar Lembar (Nachrowi, drr., 1978). Lajur Solo-Gunungapi Kuarter ini terdiri dari
dari barat ke timur dan ditempati sebagian besar oleh batuan sedimen, piroklastika,
karbonat dan terobosan.
dataran rendah. Kerucut Gunungapi menempati bagian tenggara dan barat Lembar,
dicirikan oleh ben-tuk strato dan kerucut gunungapi, berketinggian antara 2000 m
dan 3350 m di atas muka laut. Puncaknya, antara lain : G. Arjuna ( + 3339 m), G.
Welirang ( + 3156 m), G. Bromo ( + 2392 m), G. Ider-ider ( + 2617 m), G. Argawulan (
Bab II.1
Laporan Akhir Eksplorasi Rencana Penambangan Sirtu Lokasi Permohonan IUP CV. DAM JAYA MANDIRI di Desa Srigading, Kec.Ngoro,
Kab.Mojokerto, Jawa Timur
+ 2725 m), G. Ringgi ( + 2477 m) dan G. Tutup ( + 1850 m). Pola aliran sungai
memancar dengan lembah sempit berbentuk V, pada bagian hulu terdapat air terjun
atau jeram. Sungainya besifat berkala, sementara dan tetap. Pada beberapa kerucut
gunungapi, terdapat beberapa kawah atau kaldera, salah satu di antaranya masih
giat, yaitu G. Bromo. Kemiringan lereng sangat terjal sam-pai agak landai. Daerah ini
masih ditutupi hutan tropika yang lebat dan ditempati batuan pirok-lastika berbutir
kasar hingga halus, dan lava an-desit atau basal dan batuan porfiri.
sempit, di bagian hulu terdapat beberapa jeram atau air terjun. Pegunungan ini
sebagian besar masih tertutup oleh hutan tropika, dan berkemiringan lereng antara
30° dan 60°, serta ditempati oleh batuan piroklastika dan epiklas-tika. Sungai
utamanya antara lain S. Kromong, S. Brantas, S. Biru, S. Banyugede dan S. Pikatan.
Sungainya berpola aliran memancar, sejajar dan meranting; bersifat sementara dan
berkala. Sungai utamanya, S. Brantas, S. Yilu, S. Bango dan S. Pakel. Dataran ini
ditempati oleh batuan epiklastika, terutama tuf, dan merupakan daerah lahan
pertanian, perkebunan dan pemukiman.
Dataran pasir, menempati dasar Kawah Tengger yang berbentuk seperti tapal
kuda dan mengelilingi kelompok G. Bromo, berketinggian antara 2000 m dan 2100 m
di atas muka laut. Kawah Tengger berukuran 9x7 km. Sungainya berpola aliran
memancar atau sejajar, anomalous, teranyam dan masuk dalam tanah (swallow hole).
Dataran pasir ini ditempati oleh abu sampai bom gunungapi, sebagian ditumbuhi
rerumputan atau perduan.
B. STRATIGRAFI
yang berumur dari Plistosen Awal hingga Resen. Pada Lajur Solo-Gunungapi Kuarter
tersingkap batuan epiklastika dan piroklastika yang terbagi atas Batuan Gunungapi
Anjasmara Tua, Batuan Gunungapi Kuarter Bawah, Batuan Guriungapi Kuarter Tengah,
Bab II.2
Laporan Akhir Eksplorasi Rencana Penambangan Sirtu Lokasi Permohonan IUP CV. DAM JAYA MANDIRI di Desa Srigading, Kec.Ngoro,
Kab.Mojokerto, Jawa Timur
Formasi Welang, Tuf Malang, Batuan Gunungapi Arjuna - Weli-rang dan Batuan
Gunungapi Tengger, Batuan Gunungapi Kuarter Atas, Tuf-Rabano, Batuan Gunungapi
Bromo, Pasir Gunungapi Tengger dan Endapan Rombakan Cemaratiga, serta En-dapan
Teras.
umumnya sudah pejal dan termampatkan, bersusunan andesit hingga basal, dan
dan mengalami pemampatan yang cukup kuat, dan umurnya diperkirakan Plistosen
Tengah sampai Plistosen Akhir bagian awal.
Formasi Welang (Qpw) diduga berumur Plistosen Akhir; tersusun dari bahan-
bahan Batuan Gunungapi Kuarter Bawah yang dien-dapkan pada lingkungan darat dan
tersebar ter-pencar-pencar.
Tuf Malang (Qvtm) merupakan endapan epiklastika yang bahannya berasal dari
Batuan Gunungapi Kuarter Bawah di sekitarnya, dan merupakan runtunan dari berbagai tuf;
lahar.
Tuf Robano (Qvtr) sebagai endapan epiklastika yang bahannya berasal dari
Batuan Gunungapi Kuarter di sekitarnya, merupakan runtunan tuf aneka ragam, dan
Bab II.3
Laporan Akhir Eksplorasi Rencana Penambangan Sirtu Lokasi Permohonan IUP CV. DAM JAYA MANDIRI di Desa Srigading, Kec.Ngoro,
Kab.Mojokerto, Jawa Timur
endapan piroklastika parasit pada lereng G. Welirang dan G. Kawi, umumnya ber-
susunan andesit, dan umurnya diperkirakan Plis-tosen-Holosen.
masih giat, bersusunan andesit dan sebagian abu atau kaca gunungapi, dan umurnya
diperkirakan Holosen.
Endapan Rombakan Cemaratiga (Qtt), merupakan endapan hasil rombakan
terutama terdiri dari runtuhan batuan gunungapi dan lahar, umurnya diperkirakan
Endapan Teras (Qt), merupakan endapan klastika yang bahannya berasal dari
batuan gunungapi yang lebih tua, terutama terendapkan pada lembah sungai;
umurnya diperkirakan Holosen hingga Resen, dan tersebar tidak luas. Aluvium (Qa),
merupakan endapan sungai dan endapan pantai, tersebar cukup luas di sepan-jang
sekitarnya berupa kelurusan yang merupakan hasil penafsiran citra inderaan jauh dari
citra satelit. Pada umumnya kelurusan tersebut mencerminkan arah barat – timur,
timurlaut – baratdaya.
D. Sumberdaya
pasir pasang bumi. Potensi sumberdaya bahan galian tersebut sebagian telah
Bab II.4
Laporan Akhir Eksplorasi Rencana Penambangan Sirtu Lokasi Permohonan IUP CV. DAM JAYA MANDIRI di Desa Srigading, Kec.Ngoro,
Kab.Mojokerto, Jawa Timur
Gambar 2.1. Peta Geologi Regional dan Kolom Korelasi Stratigrafi Regional area
pemetaan eksplorasi yang masuk Peta Geologi Lembar Malang
Bab II.5
Laporan Akhir Eksplorasi Rencana Penambangan Sirtu Lokasi Permohonan IUP CV. DAM JAYA MANDIRI di Desa Srigading, Kec.Ngoro,
Kab.Mojokerto, Jawa Timur
2.1.1. Geomorfologi
Bentang alam Kabupaten Mojokerto terdiri dari Perbukitan vulkanik Kuarter
dan Perbukitan volkanik Tersier. Perbukitan volkanik Kuarter dengan sumber erupsi
Mojokerto, diawali dari puncak G. Semeru, menyebar ke arah timur, timurlaut dan
tenggara. Menurut T.Suwarti dan Suharsono (1992), secara morfografi dan
bentuklahan yaitu:
laut.
2. Kaki Gunung api melampar di bagian utara ke selatan sampai bagian tengah –
3. Lereng Gunungapi terdapat dibagian tengah wilayah yang melampar luas dari
utara sampai selatan Kabupaten Mojokerto dengan ketinggian antara 150- 550
rangkaian kaki lereng pegunungan yaitu lereng timur dan kaki G. Penanggungan,
dengan kelerengan antara 5 hingga 10, ketinggian berkisar antara 50 – 250 m d.p.l.
dan lahan palawija), dan berkembang kegiatan pertambangan pasir dan batu (sirtu).
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan peta topografi, secara keseluruhan, daerah
penelitian merupakan daerah yang sebagian besar merupakan bagian bentang alam
vulkanik yaitu sub bentang alam kaki lereng Vulkanik. Satuan bentang alam ini adalah
Bab II.6
Laporan Akhir Eksplorasi Rencana Penambangan Sirtu Lokasi Permohonan IUP CV. DAM JAYA MANDIRI di Desa Srigading, Kec.Ngoro,
Kab.Mojokerto, Jawa Timur
dataran Vulkanik. Kemiringan lereng berkisar antara 2% - 15% yang masuk klas relief
topografi lereng dataran bergelombang dengan bentuk lereng relative cembung dan
kelerengan relatif landai yang terbentuk oleh pengendapan dari proses endapan
material vulkanik. Proses pengendapan yang terjadi lebih intensif serta material
Tengger - Semeru.
2.1.2. Litologi
Malang (S. Santosa & T. Suwarti, tahun 1992) terdiri dari Batuan Gunungapi Kuarter
Atas dan yang akan diuraikan sebagai berikut :
endapan piroklastika parasit pada lereng G. Welirang dan G. Kawi, umumnya ber-
berdasaran peta topografi , pola aliran sungai dan citra satelit nampak adanya pola
Bab II.7
Laporan Akhir Eksplorasi Rencana Penambangan Sirtu Lokasi Permohonan IUP CV. DAM JAYA MANDIRI di Desa Srigading, Kec.Ngoro,
Kab.Mojokerto, Jawa Timur
Bab II.8
Laporan Akhir Eksplorasi Rencana Penambangan Sirtu Lokasi Permohonan IUP CV. DAM JAYA MANDIRI di Desa Srigading, Kec.Ngoro,
Kab.Mojokerto, Jawa Timur
penelitian yaitu :
a. Van Bemmelen (1949), membagi tujuh bagian zona fisiografi pada pulau
b. (S. Santosa & T. Suwarti, tahun 1992), menyusun Peta Geologi Lembar
Bab II.9