Anda di halaman 1dari 20

STUDI PENGARUH TERMAL TERHADAP NILAI KOEFISIEN

PERMEABILITAS BATUAN PADA REAKTOR GASIFIKASI


BATUBARA BAWAH PERMUKAAN
(STUDI KASUS: KOTA BONTANG, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR)

PROPOSAL SKRIPSI (TTA – 400)

Diajukan oleh :
Muhammad Mulya Prasetya
(100.701.14.058)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1440 H / 2019 M
KATA PENGANTAR

‫ﺒﺳﻡﷲﺍﻟﺭﺤﻣﻥﺍﻟﺭﺤﻳﻡ‬

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur penulis haturkan kepada Alloh SWT karena berkat ridho dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal Skripsi ini dengan baik. Proposal
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu upaya agar mendapatkan kesempatan untuk
melakukan Skripsi di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral Dan
Batubara Kementrian ESDM.
Dalam proposal Skripsi ini, penulis berencana mengajukan judul “STUDI
PENGARUH THERMAL TERHADAP NILAI KOEFISIEN PERMEABILITAS BATUAN
DI LOKASI UNDERGROUND COAL GASIFICATION”. Penulis menyadari bahwa
proposal Skripsi ini masih belum sempurna, baik judul maupun isinya. Sehingga
apabila topik atau judul yang penulis ajukan tersebut tidak cocok maka penulis
bersedia dan siap apabila diberikan tema yang lain yang sesuai dengan situasi dan
kondisi yang ada di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral Dan
Batubara Kementrian ESDM.
Besar harapan penulis, proposal ini dapat menjadi pertimbangan dari segenap
direksi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral Dan Batubara
Kementrian ESDM sehingga penulis dapat mencapai maksud untuk melaksanakan
kegiatan Skripsi. Penulis mengucapkan banyak terimakasih dan mohon maaf jika
terdapat kesalahan baik dalam penyajian informasi maupun dalam penulisan kata.
Wassallammu’alikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2019

Penulis
PROPOSAL SKRIPSI (TTA – 400)
STUDI PENGARUH TERMAL TERHADAP NILAI KOEFISIEN
PERMEABILITAS BATUAN PADA REAKTOR GASIFIKASI
BATUBARA BAWAH PERMUKAAN
(STUDI KASUS: KOTA BONTANG, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR)

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya alam yang sangat
melimpah salah satunya adalah batubara. Potensi sumberdaya batubara indonesia
memiliki jumlah yaitu 161 milyar ton dan apabila dihitung sampai kedalaman 100 mdpl
maka diperkirakan jumlah total sumberdaya yang ada di indonesia yaitu 280 milyar
ton. Namun dengan jumlah sumberdaya yang begitu banyak, 119 milyar ton batubara
tersebut tidak layak untuk di tambang secara konvensional tambang terbuka maupun
tambang bawah tanah (Anonim, 2014). Potensi sumberdaya batubara yang tidak
layak menggunakan metode tambang terbuka dan bawah tanah ini dapat
dikembangkan dengan teknologi underground coal gasification, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara sejak tahun 2013 sampai saat ini
masih melakukan kajian tentang peneraan teknologi UCG di Indonesia.
Teknologi UCG merupakan teknologi nonkonvensional yang mengkonversi
batubara menjadi gas sinteteis atau syngas secara insitu sehingga tidak memerlukan
proses penggalian batuan penutup yang memakan banyak biaya jika batubara
berada jauh di bawah permukaan. Selain itu, penggunaan teknologi underground coal
gasification (UCG) memang dikhususkan untuk batubara – batubara yang berkualitas
rendah dengan nilai kalori di bawah 6500,. Pemilihan lokasi merupakan tahapan yang
memegang peranan penting dalam penerapan UCG dimulai dari kecocokan daerah
yang sesuai dengan persyaratan penerapan UCG dan juga pemilihan lokasi yang
tepat dapat meminimalisir biaya pengelolaan lingkungan. Penerapan teknologi ini
memiliki resiko yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitar, dampak utamanya
ialah penurunan permukaan air tanah (subsidence) dan pencemaran air tanah
(ground water pollutant). Dalam penerapannya teknologi ini dipengaruhi beberapa
faktor yaitu, kondisi geologi, struktur geologi, tata guna lahan, kualitas batubara dan
hidrogeologi daerah setempat. Ruang lingkup penelitian ini dikhususkan mengenai
hidrogeologi tentang nilai koefisien permeabillitas batuan yang berada di sekitar
batubara target UCG.
Proses pembakaran batubara secara langsung di bawah tanah akan
mempengaruhi kondisi batuan di sekitar area pembakaran sehingga dapat merubah
kondisi fisik dan nilai koefisien permeabilitas dari batuan sekitarnya. Oleh karena itu,
perlu dilakukan kajian mengenai pengaruh perubahan suhu akibat pembakaran
batubara terhadap nilai koefisien permeabilitas batuan di lokasi underground coal
gasification (UCG).

1.2 Perumusan Masalah


1.2.1 Identifiksi Masalah
Pada saat pelaksanaan pembakaran Underground Coal Gasification,
dilakukan proses pembakaran batubara secara langsug di bawah tanah. Pembakaran
tersebut akan mempengaruhi kondisi batuan di sekitar reaktor underground coal
gasification, di antaranya adalah nilai koefisien permeabilitas batuan. Nilai
permeabilitas batuan berbanding lurus dengan debit air, jika nilai permeabilitas
semakin besar maka akan menimbulkan permasalahan berupa bertambahnya air
tanah yang masuk ke reaktor Underground Coal Gasification.
1.2.2 Batasan Masalah
Terdapat beberapa masalah yang akan dibahas dalam Skripsi ini. Maka akan
ditentukan batasan masalah untuk memperjelas inti dari penelitian, adapun batasan
masalah pada penelitian ini adalah :
1. Penelitian dilakukan berdasarkan skala laboratorium.
2. Penelitian hanya dilakukan pada pemanasan suhu yang telah di tentukan.
3. Penelitian hanya terfokuskan berdasarkan kesamaan litologi batuan, tidak
membahas mengenai kedalaman maupun struktur dari contoh uji.
4. Tulisan ini tidak membahas lebih lanjut tentang proses dan pelaksanaan
teknologi UCG.
1.2.3 Masalah Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa masalah penelitian yang akan
dilaksanakan di lapangan, di antaranya adalah :
1. Bagaimana pengaruh perbedaan jenis batuan terhadap nilai koefisien
permeabilitas?
2. Bagaimana pengaruh suhu terhadap nilai koefisien permebabilitas batuan ?
3. Apakah jenis akuifer yang berada pada daerah target batubara berdasarkan
litologi dan batuan pengapitnya ?
4. Bagaimana pengaruh nilai koefisien permeabilitas batuan yang telah
dipanaskan terhadap potensi air tanah yang masuk ke rongga pembakaran.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup masalah meliputi pengujian sampel batuan yang didapatkan
dari lokasi UCG untuk mengatahui nilai koefisien permeabilitas dan kondisi fisiknya
ketika dalam suhu tertentu.

1.4 Tujuan Penelitan


Adapun tujuan yang ingin dicapai di antaranya adalah :
1. Mengetahui nilai koefisien permeabilitas batuan pada reaktor underground
coal gasification berdasarkan jenis batuannya.
2. Mengetahui nilai koefisien permeabilitas batuan setelah mengalami pengaruh
termal.
3. Mengetahui jenis akuifer yang berada di sekitar batubara target Underground
Coal Gasification.
4. Mengetahui potensi air tanah yang masuk ke rongga pembakaran
Underground Coal Gasification

1.5 Metodologi Penelitian


1.5.1 Pengumpulan Data
1. Data Primer
Didapatkan langsung dari hasil percobaan di laboratorium, terdiri dari:
 Nilai koefisien permeabilitas batuan
 Kondisi batuan hasil pemanasan
2. Data Sekunder
Didapatkan dengan melakukan studi literatur yang berhubungan dengan
kegiatan penelitian. Terdiri dari data bor, peta topografi, peta geologi, jurnal,
laporan terdahulu, dsb.
1.5.2 Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan yaitu perhitungan nilai koefisien
permeabilitas batuan dari hasil percobaan di laboratorium.

1.5.3 Analisis Data dan Pembahasan


Analisis data yang dilakukan yaitu mengkaji hubungan antara beberapa data
yang telah didapatkan. Dari analisis tersebut akan diketahui pengaruh thermal
terhadap nilai permeabilitas batuan di lokasi UCG.
1.5.4 Kesimpulan
Kesimpulan didapatkan dari rangkaian kegiatan penelitian yaitu pengumpulan
data, pengolahan data, serta analis & pembahasan. Kesimpulan tersebut menjawab
tujuan penelitian.
Gambar 1.1
Metodologi Penelitian
II. LANDASAN TEORI
2.1 Gasifikasi Batubara Bawah Tanah (Underground Coal Gasification)
Underground Coal Gasification (UCG) didefinisikan sebagai proses
mengkonversikan batubara yang berada di bawah tanah (tidak ditambang) menjadi
gas bakar dengan memproses batubara secara in-situ. Batubara yang berada di
bawah tanah dan tidak di tambang ini bereaksi dengan udara/oksigen dan steam yang
diinjeksikan untuk membentuk gas, cairan dan abu sebagai residunya (Sinha, 2007).
Batubara dapat digasifikasi dengan berbagai cara atau metode. Metode
sederhana yang digunakan untuk menggasifikasi batubara adalah memanaskan
batubara dengan ketidakhadiran udara atau oksigen (pirolisis). Proses ini akan
mengkonversikan batubara menjadi gas dengan residu berupa coke/arang (Sinha,
2007).
Komponen yang diinjeksikan akan bereaksi dengan batubara untuk
membentuk gas bakar yang dibawah menuju kepermukaan melalui sumur produksi
gas. Kemudian gas tersebut dibersihkan dan digunakan sebagai bahan bakar atau
bahan baku kimia. Campuran dari gas bakar (karbon monoksida, dan metana).
Disebut dengan producer gas sedangkan karbondioksida, nitrogen, dan uap air yang
tak bereaksi disebut dengan gas yang tak terbakar.
Konversi dari batubara menjadi bahan bakar gas yang sempurna diperoleh
dengan mereaksikan batubara dengan steam dan udara. Gas yang diperoleh dari
hasil proses ini dinamakan producer gas dan mempunyai nilai kalor per unit volume
gas yang relatif rendah, yaitu 100 – 150 Btu/ft₃ (Sinha, 2007).
Proses UCG ini serupa dengan proses gasifikasi pada reaktor dipermukaan,
namun reaktor gasifikasinya berada dibawah tanah. UCG dimanfaatkan bagi
sumberdaya batubara yang tidak layak secara ekonomi untuk ditambang atau tidak
dapat ditambang dengan metode yang ramah lingkungan. Secara prinsip dasarnya,
metode ini akan mengurangi resiko dari penambangan dan meminimalkan aktifitas
perusakan lingkungan (Hattingh, 2008).
Coal seam berada dibawah lapiran ground level, water tabel, dan overburden.
Proses awal melibatkan pengeboran pada dua boreholes hingga mencapai lapisan
coal seam. Selanjutnya, batubara dalam tanah dinyalakan dan dibakar dengan injeksi
udara/oksigen murni dan atau dengan steam melalui satu boreholes. Gas bertekanan
hasil proses UCG tergantung dalam coal seam dengan menempati cekungan batuan
– batuan yang kedap air dan air bertekanan disekitar batubara dan lapisan
overburden kemudian gas bertekanan akan mengalir keluar melalui borehole menuju
ke permukaan. Teknologi diimplementasikan dengan mengikuti tahapan sebagai
berikut (Hattingh, 2008) :
1. Mencari potensi batubara yang akan diolah dengan teknologi UCG, tahap ini
dilakukan pencarian batubara yang berpotensi untuk dilakukan penerapan
teknologi UCG dan sesuai dengan persyaratan untuk penerapan teknologi
UCG ini.
2. Pengeboran kedalam tanah, tahap ini dianggap salah satu langkah utama
dalam eksploitasi batubara dengan UCG. Pengeboran ini membuat dua
lubang bor yang mana berfungsi sebagai sumur injeksi (injection wells) dan
sumur produksi (production wells).
3. Membuat jalur atau jaringan UCG dibawah tanah, tahap ini dilakukan
penyatuan sumur injeksi (injection wells) dan sumur produksi (production
wells) dengan dua cara yaitu, pertama linked vertikal wells (LVW) dimana
injeksi (injection wells) dan sumur produksi (production wells) langsung
dihubungkan.
4. Pembakaran batubara, tahap pembakaran dilakukan dengan memasukan
panas, oksigen atau nitrogen kedalam caving atau rongga melalui sumur
injeksi. Pada proses pembakaran ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
reverse combustion dan forward combustion. Pembakaran dilakukan pada
suhu 1000 oC – 1600 oC, sehingga pembakaran ini menghasilkan gas yang
disalurkan melalui sumur produksi berupa hidrogen (H2), metan (CH4),
karbondioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO).
5. Injeksi oksigen atau udara dan steam, tahap ini saling berkaitan dengan
proses pembakaran. Injeksi oksigen dan uap air ini yang menjadi sumber
untuk proses pembakaran.
6. Ekstrak gas sintesis, proses ini dilakukan pada reaktor – reaktor yang
berfungsi untuk meyaring gas agar tidak terkontaminasi dengan ash dan
kontaminasi lainnya.
Sumber : www.apbi-icma.org, 2015
Gambar 2.1
Proses Penerapan Teknologi UCG

2.2 Lapisan Akuifer


Air tanah yang meresap dibumi akan melalui celah – celah batuan yang kita
sebut dengan akuifer. Akuifer itu sendiri merupakan lapisan bawah tanah yang dapat
menyimpan air dan meloloskan air. Hal ini disebabkan karena lapisan ini bersifat
permeable karena mampu mengalirkan air baik karena adanya pori – pori dari lapisan
tersebut ataupun karena sifat dari batuan itu sendiri.
Berdasarkan lingkungan keterdapatan serta perbedaan tekanan yang
terkandung didalamnya, dapat dibedakan dua lajur air tanah, yaitu :
1. Air dalam lajur tak jenuh
Merupakan air yang menempati lajur diatas muka air tanah. Didalam lajur ini
tidak semua ruang yang terisi air, maka dari itu air yang terkandung
didalamnya disebut juga dengan air gantung (vadose water). Pada lajur ini
besarnya tekanan air sama dengan tekanan permukaan tanah (1 atmosfer).
Adanya keseimbangan gaya berat dengan gaya rambat menyebabkan
terhambatnya air dalam lajur ini. Mengenai air yang terkandung dalam lajur
ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, pertama air solum (soil water) yakni
air yang tergantung dan keberadaanya dekat dengan permukaan tanah
sehingga tersedia bagi akar – akar tumbuhan, kemudian air berambut
(capilarry water) yakni air yang tersimpan dalam ruang merambat.
2. Air dalam lajur jenuh
Air ini berada dipermukaan air tanah. Dalam lajur ini semua ruang antar butir
terisi penuh dengan air, sehingga aquifer dalam lajur ini dapat dibedakan
menjadi :
a) Akuifer tertekan (confined aquifer)
Akuifer yang lapisan atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air.

Sumber: www.ngwa.org
Gambar 2.2
Akuifer Tertekan

b) Akuifer setengah tertekan (semi confined aquifer)


Akuifer setengah tertekan yaitu dimana lapisan atas maupun bawahnya
mampu meloloskan air walaupuun dalam jumlah sedikit. Contoh lapisan
batuan dari akuifer jenis ini yaitu claystone.

Sumber: faculty.kutztown.edu, 2011


Gambar 2.3
Akuifer Setengah Tertekan
c) Akuifer setengah bebas (semi unconfined aquifer)
Akuifer jenis ini merupakan akuifer peralihan dari akuifer setengah tertekan
dengan akuifer tidak tertekan (bebas). Dimana lapisan bawahnya merupakan
lapisan kedap air dan lapisan atasnya merupakan material berbutir halus.
Sehingga pada lapisan penutupnya memungkinkan adanya pergerakan air.
d) Akuifer bebas (unconfined aquifer)
Jenis aquifer ini dimana lapisan atasnya memiliki tingkat permeabilitas tinggi
sehingga tekanan udara dipermukaan air sama dengan atmosfer. Air tanah
dari jenis aquifer ini disebut air tanah bebas (tidak tertekan) dan aquifernya
sendiri sering disebut water-table aquifer.
Dalam penyebaran secara vertical air bawah tanah terdapat zona – zona
pembedanya, diantaranya zona tak jenuh (zone of aeration) dan zona jenuh (zone of
saturation). Zona tak jenuh dicirikan dengan adanya ruang antara terisi sebagian
dengan air dan sebagian lagi terisi oleh udara, sedangkan zona jenuh dicirikan
dengan adanya semua ruang yang terisikan oleh air.
Pada kemampuan batuan untuk meresap dan meloloskan air didalam tanah,
terdapat jenis – jenis dari batuan itu sendiri, yaitu:
1. Akuifer (Aquifer)
Seperti dijelaskan pada sub judul sebelumnya bahwa akuifer merupakan
lapisan batuan didalam bumi yang mempunyai sifat meresap dan meloloskan
air yang mengalir dalam jumlah banyak dibawah permukaan bumi. Batuan
dari akuifer ini bersifat permeable, adapun jenis dari batuan permeable seperti
pasir, kerikil, batu pasir yang retak – retak, dan batu gamping yang berlubang.
2. Akuitar (Aquitar)
Merupakan lapisan atau formasi batuan yang dapat menyerap dan
meloloskan air dalam jumlah terbatas. Contoh batuan dengan sifat akuitar ini
adalah claystone.
3. Akuiklud (Aquiclude)
Akuiklud merupakan lapisan batuan yang dapat meresap air akan tetapi tidak
dapat meloloskan air dalam jumlah yang banyak, adapun contoh dari lapisan
ini yaitu lempung, silt, shale, dan tuff halus.
4. Akuifug (Aquifuge)
Lapisan akuifug ini merupakan lapisan atau formasi batuan yang tidak dapat
menyerap dan meloloskan air. Contohnya batu granit dan batuan yang padat
bersifat kompak.
Peninjauan kondisi air bawah tanah dapat kita perkirakan berdasarkan tipe
batuan, lapisan atau stratigrafi batuan, curah hujan, dan geomorfologi. Seperti
contohnya lapisan pasir yang sifatnya belum mengalami konsolidasi, pada topografi
datar biasanya akan mampu menyerap air yang menyusup kelapisan bawah tanah
dengan tinggi atau dengan jumlah yang banyak.
Secara garis besar ada dua jenis sistem aliran tanah dalam hidrogeologi
antara lain (Nendaryono, 2011) :
1. Sistem media berpori
Air tanah mengalir melalui rongga antar butir yang terdapat dalam suatu
batuan, misalnya batu pasir dan batuan alluvial.
2. Sistem media rekahan
Air tanah mengalir melalui rekahan – rekahan yang terdapat pada batuan
yang telah mengalami gejala dalam tektonik kuat dan dapat juga disebabkan
oleh proses pelarutan, misalnya antara lain pada batu gamping, batuan
metamorf, lava, dan sejenisnya.
Parameter pembeda antara lapisan akuifer dengan lainnya sebagai berikut
(Todd, 1970)
1 Transmisivitas (nilai keterusan)
Nilai keterusan ini maksudnya sangat dipengaruhi oleh kesarangan, sifat
cairan yang melewatinya serta ketebalan akuifer yang ada. Besarnya debit
aliran air tanah juga dipengaruhi oleh nilai keterusan ini, dan untuk
menentukan nilai keterusan ini dapat dicari dengan pumping test atau uji
pemompaan.
2 Permeabilitas (nilai kelulusan)
Merupakan kemampuan sebuah lapisan akuifer untuk meloloskan air didalam
rongga batuan tanpa mengubah sifat dari batuan itu sendiri. Nilai ini sangat
dipengaruhi oleh nilai kesarangan dan sifat dari cairan yang melaluinya, dan
merupakan nilai ukuran produktivitas suatu akuifer. Adanya nilai kelulusan ini
maka dapat diketahui jenis dan material dari batuan yang berada dibawah
permukaan tanah yang dilewati air. Besarnya nilai kelulusan itu dapat
ditentukan dengan berbandingan antara nilai kulusan dan nilai keterusan
serta tebal daripada akuifer itu sendiri. Namun ada cara lain yang dapat kita
lakukan yaitu melakukan percobaan dilapangan dengna menguji tanah
lapukan dari suatu batuan dengan menggunakan metode inversed auger hole
atau menggunakan permeameter.
3 Koefisien simpanan
Koefisien simpanan merupakan nilai yang menyatakan volume air yang
keluar dari simpangan per satuan akuifer dibanding dengan perubahan tinggi
muka air. Pada jenis akuifer tak tertekan koefisien simpangan ini disebut juga
dengan debit serah jenis (specific yield), perhitunganya dengan perbandingan
antara jumlah volume air yang mampu ditampung oleh akuifer. Harga
koefisien ini berkisar 0.01 – 0.3. Pada akuifer berbutir halus akan mempunyai
debit sarah jenis lebih kecil, sedangkan akuifer dengan material yang lebih
kasar akan memiliki debit sarah jenis lebih besar. Kemudian pada akuifer
tertekan akan ditandai dengan tekanan pada akuifer dan air dengan nilai
keofisien simpangannya sangat kecil, yakni berkisar antara 0.0001 – 0.005.
Tabel 2.1
Nilai porositas dan permeeabilitas batuan

Koefisien
Porositas Porositas
Jenis Batuan Permeabilitas
(%) Efektirf (%)
(%)

Aluvium Lempung 45 – 50 5 – 10 10-4 – 10-5


Lanau 35 – 45 5–8 10-4 – 10-5
Pasir 30 – 35 20 – 25 10-2 – 10-1
Pasir dan Kerikil 25 – 30 15 – 20 10-1 – 10-2
Diluvium Lempung 50 – 60 4–5 10-5 – 10-6
Lanau 40 – 50 5 – 10 10-5 – 10-6
Pasir 35 – 40 15 – 20 10-2 – 10-3
Pasir dan kerikil 30 – 35 10 – 20 10-2 – 10-3
Neo-tersier Batu lumpur 55 – 65 4–5 10-3 – 10-5
Batu pasir 40 – 50 5 – 10 10-3 – 10-4
Tufa 30 – 65 3 – 10 10-3 – 10-6
Sumber: Suyono dan Takeda, 1987

2.3 Karakteristik Hidrolika Akuifer


2.3.1 Koefisien Permeabilitas / Konduktivitas hidrolik (K)
Konduktivitas hidrolik atau koefisien permeabilitas adalah nilai koefisien yang
menunjukan kemampuan media berpori meloloskan air sepanjang media yang
permeable melalui rongga pori yang besarnya dipengaruhi oleh porositas dan sifat
fisik air. Konduktivitas hidrolik memiliki satuan panjang/waktu (L/T). Menurut Hukum
Darcy air memiliki kemampuan untuk mengalir pada rongga – rongga (pori) dalam
tanah dan sifat – sifat yang mempengaruhinya, dengan kata lain Hukum Darcy adalah
hubungan proporsional sederhana antara tingkat debit sesaat melalui media berpori
dan penurunan tekanan lebih dari jarak tertentu, hal ini bergantung pada prinsip
bahwa jumlah aliran antara dua titik adalah berbanding lurus dengan perbedaan
tekanan antara titik – titik dan kemampuan media melalui yang mengalir untuk
menghambat arus.
Adapun persamaan Hukum Darcy tersebut sebagai berikut :
∆𝐻
Q = - KA ( ∆𝐿 )

Keterangan :
Q : Debit (m3/det)
K : Konduktivitas hidrolik (m/det)
A : Luas (m2)
∆H : Perbedaan tinggi tekanan (m)
∆L : Jarak tempuh aliran (m)

Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa besaran skalar yang


menyatakan suatu fluida bergerak tertransport melalui ruang antar pori batuan.
Dengan demikian, maka suatu koefisien akan tergantung pada :
 Sifat matrik batuan, diantaranya distribusi ukuran butir, bentuk butir atau
bentuk pori, tortuosity of passages, sifat permukaan butir dan porositas.
 Sifat fluida yang mengalir didalamnya yaitu, berat jenis (ρ) dan viskositas
dinamik (µ).
Pada aliran dengan dengan kondisi jenuh, jari – jari hidrolik dari rongga pori
adalah merupakan karakteristik panjang yang digunakan dalam menentukan
konduktivitas hidrolik. Efek dari perbedaan matriks batuan, yang secara aktual
dinyatakan dalam geometri dari rongga pori, menggambarkan kombinasi dalam
bentuk suatu koefisien yang dinyatakan dengan permeabilitas batuan.

2.3.2 Permeabilitas (K)


Permeabilitas adalah salah satu sifat batuan yang diperlukan untuk
mempertimbangkan penyelesaian masalah hidrologi dan hidrogeologi oleh metode
pemodelan numerik dan fisika. Permeabilitas batuan merupakan suatu besaran nilai
yang menunjukan kemampuan suatu bahan untuk meloloskan air (fluida). Fluida
tersebut diloloskan melalui rongga pori – pori batuan yang kontinu atau saling
berhubungan satu dengan yang lain sehingga bersifat permeable, disini air akan
dialirkan dari titik energi tertinggi ke titik energi terendah.
Permeabilitas dan konduktivitas hidrolik, keduanya menunjukan nilai untuk
kelulusan fluida pada suatu benda. Adapun perbedaan dari kedua koefisien tersebut
yaitu, pada konduktivitas hidrolik ini tergantung pada media dan fluida (viskositas dan
densitas fluida yang tergantung pada tekanan dan temperatur), sedangkan pada
permeabilitas hanya tergantung pada sifat fisik batuan.
Nilai permeabilitas batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai
berikut :
 Tekstur, tekstur sangat mempengaruhi permeabilitas. Hal ini dikarenakan
permeabilitas itu adalah melewati tekstur tanah. Misalnya tanah bertekstur
pasir akan mudah melewatkan air dalam tanah.
 Bentuk dan ukuran batuan, jika batuan disusun oleh butiran yang besar, pipih
dan seragam denga dimensi horizontalh lebih panjang, maka permeabilitas
horizontal (kh) akan lebih besar, sedangkan permeabilitas vertikal (kv) sedang
– tinggi. Jika batuan disusun berbutir dominan kasar, membulat dan seragam,
maka permeabilitas akan lebih besar dari kedua dimensinya. Permeabilitas
untuk reservoir secara umum lebih rendah khususnya pada dimensi
vertikalnya. Jika butiranya berupa pasir dan bentuknya tidak teratur, sebagian
besar reservoir minyak berbentuk seperti ini.
 Struktur, juga mempengaruhi permeabilitas, semakin banyak ruang antar
struktur maka semakin cepat juga permeabilitas dalam tanah tersebut.
Misalnya, tanah yang berstruktur lempeng akan sulit di tembus oleh air
 Porositas, adalah rongga air tanah yang biasanya diisi air atau udara. Pori
sangat menentukan sekali dalam permeabilitas, semakin besar porinya maka
akan semakin cepat pula permeabilitas tanah tersebut.
 Viskositas, merupakan kekentalan fluida. Semakin kental fluida tersebut maka
asemakin sulit fluida tersebut untuk menembus suatu batuan.
 Gravitasi, atau gaya tarik bumi juga sangat menentukan permeabilitas tanah,
karena permeabilitas adalah gaya yang masuk ke tanah menurut gaya
gravitasi.
 Sedimentasi, permeabilitas dan porositas batuan sangat dipengaruhi
sementasi dan kebedaraan semen pada pori suatu batuan.
Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
 Permeabilitas absolut, yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida
dimana fluida yang mengalir melalui media berpori tersebut hanya satu fasa
atau disaturasi 100%.
 Permeabilitas efektif, yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida
dimana fluida yang mengalir lebih dari satu fasa.
 Permeabilitas relative, merupakan perbandingan antara permeablitas absolut
dengan permeablitis efektif pada kondisi saturasi tertentu.
Berikut ini adalah beberapa hal yang mempengaruhi permeabilitas seperti :
1. Drainase, apabila permeabilitas batuan baik, maka waktu dalam pergerakan
air akan semakin cepat, begitu pula sebaliknya.
2. Infiltrasi, penyerapan yang dilakukan tanah akan semakin cepat apabila
drainase tanah itu baik.
3. Pengolahan, apabila drainase dalam tanah tersebut baik, maka pengolahan
dalam tanah akan semakin mudah.
4. Perkolasi, pergerakan air dalam tanah akan baik bila drainase dalam tanah
juga baik.
5. Erosi, pengikisan juga dipengaruhi oleh permeabilitas, semakin baik
permeabilitas dalam tanah, maka erosi akan minimum.
III. JADWAL PENELITIAN
Berdasarkan kalender akademik Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung kegiatan Skripsi dilaksanakan pada tahun
ajaran 2018/2019. Maka penulis mengusulkan kegiatan Penelitian Skripsi ini
dilaksanakan pada bulan Juli-September 2018.

IV. PESERTA SKRIPSI


Adapun data peserta yang akan melakukan kegiatan Skripsi di Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral Dan Batubara Kementrian
ESDM adalah :
1. Nama : Muhammad Mulya Prasetya
Nomor Pokok Mahasiswa : 100.701.14.058
Program Studi : Teknik Pertambangan
Fakultas : Teknik
Universitas : Universitas Islam Bandung
Tempat, Tanggal Lahir : Mataram, 3 Juni 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat Kampus : Jl. Tamansari No. 1, Bandung Wetan
Kota Bandung, Jawa Barat
Alamat Rumah : Jl. Cisitu Lama XI no.8, Kelurahan Dago,
Kecamatan Coblong, Kota Bandung,
Jawa Barat
Telepon : +6281211443689
E-Mail : jeejeeje@gmail.com

VII. PERMOHONAN PENYEDIAAN FASILITAS


Untuk menunjang terlaksananya kegiatan Skripsi ini, penulis mengharapkan
sekiranya dari pihak Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral Dan
Batubara Kementrian ESDM dapat menyediakan fasilitas berupa :
1. Pembimbing lapangan selama kegiatan berlangsungnya kegiatan Skripsi.
2. Tempat tinggal selama kegiatan Skripsi berlangsung.
3. Peralatan dan perlengkapan untuk peserta selama kegiatan Skripsi
berlangsung.
4. Alat Perlindungan Diri (APD) untuk peserta selama pelaksanaan kegiatan
Skripsi berlangsung.
5. Konsumsi selama kegiatan Skripsi berlangsung.
6. Biaya Transportasi dari Bandung – Lokasi penelitian, dan sebaliknya.

VIII. PENUTUP
Demikian proposal kegiatan Skripsi ini penulis ajukan, besar harapan akan
bantuan dan kerjasama dari semua pihak di Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral Dan Batubara Kementrian ESDM demi kelancaran dan
kesuksesannya kegiatan Skripsi yang akan penulis laksanakan. Atas segala bantuan
serta kerjasamanya penulis ucapkan terima kasih.

Bandung, Juli 2018

Muhammad Mulya Prasetya


100.701.14.058
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2015. Uncofined or Confined Water Table Aquifers. www.ngwa.org.


Diakses pada 5 Mei 2019.

2. Friehauf, Kurt. 2011. Sourcewater Protection Program in the East Penn Valley.
Faculty.kutztown.edu. Diakses pada 5 Mei 2019.

3. Hattingh, L. 2008. Underground Coal Gasification. SASOL Mining (Pty) Ltd.

4. Nendaryono M, dkk. 2014. Pengembangan Aplikasi Teknologi Undergorund


Coal Gasification (UCG) di Indonesia Tahap I. Puslitbang Tekmira,
Bandung.

5. Nendaryono M, dkk, 2016, Pengembangan Aplikasi Teknologi Undergorund


Coal Gasification (UCG) di Indonesia Tahap II. Puslitbang Tekmira,
Bandung.

6. Sinha, N. 2007. Status Report on Underground Coal Gasification. Office of The


Principal Scientific Adviser, Government of India.

7. Sutrisno, Adi. 2016. Studi Pengaruh Thermal Terhadap Nilai Koefisien


Permeabilitas batuan Di Lokasi Underground Coal Gasification.
Universitas Islam Bandung. Bandung.

8. Wulansari, Ismaria Endah. 2016. Kajian Pengaruh Permeabilitas Batuan


Terhadap Intrusi Air Tanah pada Reaktor Underground Coal Gasification
(UCG) di Spot 2. Universitas Islam Bandung. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai