Anda di halaman 1dari 12

REG :

+62852_9611_4672

POTENSI BIJIH BESI DI KECAMATAN JELAI HULU


KABUPATEN KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Oleh : Rusdi Purnomo Geologist
Iron Ore Exploration Email:
rusdi_purnomo@yahoo.com

Abstrak
Peningkatan kebutuhan bijih besi di dunia menyebabkan meningkatnya kegiatan
eksplorasi dan ekspoitasi bijih besi di Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini bertujuan
2 3
2 3
untuk mengetahui keberadaan, penyebaran, ketebalan dan (SG, Fe_tot, Fe O FeO, Al O ,
2
2
2
2 5
3
SiO , TiO LOI, K O, P O , CaO, MnO,SO bijih besi di Kecamatan Jelai Hulu Kabupaten
Ketapang dan sekitarnya. Metode penelitian adalah metode pemetaan geologi. Berdasarkan
hasil survei lapangan dan analisis laboratorium, Potensi bijih besi di Kabupaten Ketapang
tersebar setempat-setempat. Geologi daerah penelitian didominasi oleh batuan vulkanik
berumur antara kapur Akhir Paleosen. Batuan beku tersebut termasuk dalam batholit
Schawer yang terdiri dari granit, granodiorit, ryolit, diorit dan tonalit. Pada daerah telitian
terdapat 3 satuan batuan yaitu Satuan Batuan Gunungapi kerabai, Satuan Batuan Granit
Sukadana dan Satuan batuan Komplek ketapang. Mineralisasi bijih besi yang ada di daerah
3 4
2 3
2 3
Jelai Hulu berupa magnetit (Fe O ), hematit (Fe O ) limonit (F O .H2O) dan mangan
(MnO). Hasil pemetaan geologi, maka diperoleh total potensi bijih besi tereka sebesar
9.592,476 ton. Fetotal = 51.56% dengan Tipe Bijih besi low- higt magnetite.
Abstract
Increased need to Iron ore in the world in line with increased activity in
exploration and exploitation of Iron ore in Province of West Kalimantan. This study to
2 3
2 3
determine the presence, distribution, thickness and grade (SG, Fe_tot, Fe O FeO, Al O ,
2
2
2
2 5
3
SiO , TiO LOI, K O, P O , CaO, MnO,SO ) Iron ore of district Ketapang in Region of
west kalimantan and surrounding areas. The research method is a method of geological
mapping. Based on the results of field surveys and laboratory analysis, potential Iron ore
in Region of west kalimantan spotted distributed.Geological research areas are dominated
by volcanics rocks of Late Cretaceouse Paleosene age. Igneous rocks are included in
batholit Schawer consisting of granite, granodiorite, ryolit, diorite, and tonalit. In the area
there are 3 lithologies are Kerabai Volcanics Unit, Unit Granite Sukadana and Unit
3 4
Ketapang Complex,
Iron ore mineralization at Jelai hulu area magnetite(Fe O ),
2 3
2 3
hematite(Fe O ) limonite(F O .H2O) dan manganes(MnO). results of field surveys
potential Iron ore indicated resources 9.592,476 ton, Fetotal = 51.56%, type iron ore lowhigt magnetite.
Keyword : Iron Ore, Magnetite, Hematite

Iron ore Exploration


September 2015

1. Pendahuluan
1.1. Latar belakang
Bahan galian bijih besi dengan
kadar primer sebagai komoditas strategis
pada wilayah pertambangan di Indonesia
diperkirakan sudah mendekati cadangan
yang terbatas. Namun dengan adanya
peningkatan harga dan Kebutuhan bijih
besi di dunia menyebabkan potensi bijih
besi dengan kadar menengahrendah
menjadi ekonomis dan berpeluang untuk
diusahakan. Hal ini dapat dilihat dengan
meningkatnya kegiatan penyelidikan dan
pengelolaan (eksplorasi dan ekspoitasi)
bahan galian bijih besi di wilayah
Kecamatan Jelai Hulu, Kabupaten
Ketapang dan sekitarnya.
Sebagai satu contoh adalah di
wilayah
Kecamatan
Jelai
Hulu,
Kabupaten Ketapang yang memiliki
potensi dan sebaran bahan galian bijih
besi yang potensial. Keberadaan dan
distribusi bahan galian bijih besi dengan
kadar ekonomis tersebar cukup merata di
di wilayah Kecamatan Jelai Hulu. Hal ini
didukung oleh kondisi geologi, morfologi
dan keadaan iklim di wilayah Kecamatan
Jelai Hulu dan daerah sekitarnya relatif
sama terhadap potensi terbentuknya
bahan galian bijih besi tersebut. Wilayah
Kecamatan Jelai Hulu yang memiliki
potensi terdapatnya bahan galian bijih
besi antara lain adalah: Limpang, Benatu,
Air Dua, Riam Kanan, Sungai Jering dan
Kekura (Gambar 3). Hal ini dicerminkan
dengan adanya sekitar 20 perusahaan
pertambangan yang blok konsesi untuk
melakukan kegiatan penyelidikan dan
pengelolaan (eksplorasi dan eksploitasi)
khusus di wilayah Kecamatan Jelai hulu.
Penelitian ini diharapkan dapat
member gambaran tentang potensi bijih
besi di Wilayah Kecamatan Jelai Hulu
sehingga dapat digunakan sebagai
masukan atau informasi awal bagi
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
selanjutnya.

Gambar
1.
Peta
Sebaran
izin
Pertambangan di kabupaten Ketapang
Tahun 2013
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keberadaan, penyebaran,
ketebalan dan kualitas atau kadar (SG,
2 3
2 3
2
2
Fe_tot, Fe O FeO, Al O , SiO , TiO
2
2 5
3
LOI, K O, P O , CaO, MnO, SO ) serta
sumberdaya bahan galian bijih besi di
Kecamatan Jelai Hulu dan sekitarnya.
1. 3. Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan
metode pemetaan geologi yang terdiri
dari beberapa tahapan, yaitu : 1) Tahap
Persiapan dan studi literature, 2) Tahap
Lapangan terdiri dari pengamatan,
pengukuran dan pengambilan sampel,
dan pemetaan potensi 3).Tahap Analisis
Laboratorium
untuk
mengetahui
kandungan unsur dan senyawa utama dari
endapan bijih besi ekonomis 4).Tahap
Penulisan Laporan.

2. Kajian Pustaka/ Geologi Regional


2.1. Fisografi Regional
Kabupaten
Ketapang
dan
sekitarnya Berdasarkan tatanan tektonik
Kalimantan lokasi Penelitian termasuk di
dalam Schwaner Mountains (Herman
Darman & F. Hasan Sidi, 2000) yang
didominasi oleh tubuh batolit tonalit
granodiorit dan sebagian kecil batuan
basa
serta
intrusi
granit
yang
menyebabkan regional metamorphism
Tektostratigrafi P. Kalimantan dibentuk
oleh paparan sedimen Paleozoikum
Mesozoikum, batuan gunung api yang
diterobos oleh batuan granit Kapur yang
merupakan bagian dari lempeng benua/
paparan Sunda. Zona penunjaman telah
terbentuk, unsur-unsurnya terdiri dari
perlipatan dan pensesaran pada batuan
sedimen turbidit, ofiolit dan melange
berumur Kapur-Eosen. Pada Oligosen
Akhir - Miosen Awal terjadi kegiatan
magmatik di bagian barat, tengah dan
timurlaut Kalimantan sedangkan di
bagian tengahnya terbentuk zona cebakan
emas yang berasosiasi dengan batuan
gunung api atau terobosan batuan
subvolkanik
bersusunan
andesitik.
Kegiatan magmatisma masih berlanjut
hingga akhir Miosen, sedangkan yang
lebih muda terjadi pada Plio- Pleistosen.
2.2. Stratigrafi Regional
Lokasi Penelitian Bijih besi
termasuk dalam Peta Geologi Lembar
Ketapang, oleh F. de Keyser & E.
Rustandi,1993. Urutan stratigrafi Peta
Geologi Lembar Ketapang dari tua ke
muda.
Batuan Malihan Pinoh (PzTRp),
terdiri batuan kuarsit berwarna kelabu
tua, terhablur ulang mengandung anortit,
kaya turmalin, genes klinopiroksinhornblende, mengandung klinozoisit dan
skapolit, dan batuan migmatik; sekis
mika dan kuarsit mika dengan biotit
porfiroblastik, andalusit, garnet, muskovit

sekunder dan turmalin local; sekis


andalusit-mika. Batuan ini diperkirakan
berumur Paleozoik (?) Trias (?), berada
tidak
selaras
dibawah
Komplek
Ketapang, diterobos dan termalihkan
secara termal oleh Granit Sukadana.

Gambar 2. Peta Geologi Regional daerah


penyelidikan yang masuk ke dalam
Lembar Geologi Ketapang.
Komplek
Ketapang
(JKke),
batuan psamit dan terlapis secara pelitik,
terlapis sedang sampai tipis, terubah
secara beraneka ragam oleh malihan
termal dan ubahan hidrotermal :
batulempung, batupasir halus sampai
kasar yang lempungan sampai serisitan,
arenit litik, serpih dan batusabak; jarang
bagian-bagian yang dolomitan atau
gampingan terlestarikan sebagai batuan
kalk-silikat. Batuan ini terangkat sampai
terlipat, umumnya dengan kemiringan
0
30 hingga tegak. Batuan ini diperkirakan
berumur Jura Kapur Akhir, berada tidak

selaras diatas Batuan Malihan Pinoh,


tidak selaras dibawah Batuan Gunungapi
Kerabai
tetapi
beberapa
tempat
menjemari, tidak selaras dibawah Basal
Bunga, serta diterobos oleh Granit
Sukadana dan Granit Sangiang.
Granit Belaban (Jub), terdiri dari
monzonit dan monzodiorit kuarsahornblende berwarna kelabu tua, terdapat
senolit yang membulat kemungkinan
berasal dari batuan sedimen. Batuan ini
dianggap diterobos oleh batuan Granit
Sukadana tetapi tidak terlihat kontaknya,
demikian juga kontak dengan batuan
Komplek Ketapang juga tidak terlihat.
Granit Belaban ini diperkirakan berumur
Jura Akhir.
Granit Laur (Kll), berupa batuan
monzogranit biotit-hornblende; sedikit
syenogranit biotit dan granodiorit
hornblende-biotit, diperkirakan berumur
Kapur Awal. Granit ini tersebar luas di
Ketapang dan litologinya mirip dengan
Granit Sukadana.
Granit Sukadana (Kus), terdiri
dari beberapa jenis batuan antara lain
monzonit
kuarsa,
monzogranit,
syenogranit dan granit alkali-felspar,
sedikit sienit kuarsa, monzonit kuarsa dan
syenogranit, langka diorite dan gabro.
Beberapa batuan ini berbentuk retas dan
urat aplit yang membuat terjadinya
ubahan kaolinisasi, terutama pada batuan
syenit kuarsa dan granit alkali-felspar.
Terdapat mineral mafik berbentuk
gumpalan dengan bermacam-macam
kandungan mineral yang membuat
dugaan batuan ini
berasal dari
percampuran susunan magma. Batuan ini
menerobos Batuan Malihan Pinoh dan
Komplek Ketapang yang menyebabkan
termal malihan dan juga menerobos

Granit Baleban serta menerobos dan


menindih Batuan Gunungapi Kerabai.
Batuan ini juga diterobos oleh Granit
Sangiyang dan retas serta sil dari batuan
mafik hingga felsik serta ditindih oleh
Basal Bunga, dan batuan ini diperkirakan
berumur Kapur Akhir.
Granit Sangiyang (Kusa), berupa
batuan granit feldspar alkali-pertitik,
berbutir
halus
dengan
tekstur
alotriomorfik, hanya terdapat di Bukit
Sangiang, diperkirakan berumur Kapur
Akhir. Batuan ini menerobos Komplek
Ketapang, Granit Sukadana dan mungkin
juga menerobos Batuan Gunungapi
Kerabai serta ditindih oleh Basal Bunga.
Retas dan sil mafik dan felsik,
terdiri dari batuan basal, dolerit berwarna
hitam atau hijau tua, bertekstur ofitik atau
subofitik dan terdapat augit yang
membuktikan batuan ini bukan aliran.
Selain itu terdapat andesit porfir, trakhit,
trakhiandesit, diorite, monzonit dan
setempat-setempat riolit, diperkirakan
batuan ini berumur Kapur Akhir
Paleosin. Retas dan sil ini menerobos
Granit Sukadana dan Batuan Gunungapi
Kerabai.
Batuan
Gunungapi
Kerabai,
umumnya berupa batuan andesit dan
basal, selain itu setempat-setempat
terdapat dolerit, trakhiandesit, dasit,
riodasit dan riolit. Kebanyakan terdiri
dari batuan piroklastik berupa abu, lapili,
kristal, tufa kristal dan litik, breksi
gunungapi dan aglomerat, terdapat
terobosan pandan dan lava porfiritik,
terpotong oleh urat-urat khlorit-epidot
serta terdapat ubahan hidrotermal. Batuan
ini tidak selaras diatas Komplek
Ketapang dan Granit Laur, setempat
berjemari dengan Komplek Ketapang.

Selain itu batuan ini diterobos oleh Granit


Sukadana dan Granit Sangiang serta
menindih Granit Sukadana dan ditindih
oleh Basal Bunga, diperkirakan berumur
Kapur Akhir Paleosen.
Basal Bunga, terdiri dari batuan
basal berwarna hitam sampai kelabu tua
dan pejal, selain itu terdapat dasit, andesit
kelabu kehijauan, lava, tufa litik-kristal
dan breksi gunungapi dimana pada
alasnya terdapat batupasir sedang sampai
halus, diperkirakan berumur Kapur Akhir
Paleosen. Batuan ini tidak selaras diatas
Komplek Ketapang, Batuan Gunungapi
Kerabai dan Granit Sukadana serta
menindih Granit Sangiyang.
Batuan
Terobosan
Sintang
(Toms), berupa tufa riodasit kaca,
bersusunan pecahan batuan gunungapi
yang sangat halus seperti kaca dan terlas,
belapisan seperti aliran, terbreksikan dan
terdapat pecahan kuarsa, plagioklas,
biotit coklat dan sedikit hornblende hijau,
diperkirakan berumur Oligosen Miosen.
Hubungan dengan batuan lainnya tidak
jelas oleh talus, terdapat berupa sumbat
gunungapi terkikis.
Talus (Qs), berupa rombakan
kerakal dan bongkah batuan yang kasar,
berumur Kuarter, menjemari dengan
alluvium dan endapan rawa.
Endapan alluvium dan rawa (Qa),
terdiri dari kerikil, pasir, lanau, lumpur,
gambut dan bongkah yang tidak
terpisahkan. Batuan ini tidak selaras
diatas satuan batuan lainnya yang lebih
tua.

2.2. Geologi Struktur Regional


Seluruh Ketapang terletak dalam
suatu sabuk magma kapur yang ekspansif
yang menghasilkan batolit Schwaner
Mountains. Erosi telah membongkar
banyak sekali batuan asal, tetapai bagian
atasnya yang tersebar, masih tersisa,
sebagian di bagian-bagian batolit yang
mempunyai batuan gunungapi sebagai
penutup.
Secara
statistik,
arah-arah
kelurusan terpusat sepanjang arah-arah
utara sampai utara-timurlaut, timur dan
timur-tenggara
sampai
tengara.
Kelurusan-kelurusan
ini
mungkin
memperlihatkan sesar-sesar besar dan
lajur pengoyakan, system kekar yang
besar, dan mungkin juga retas yang
penting. Bentuk-bentuk membundar yang
besar maupun yang kecil sebagian
memperlihatkan
pusat-pusat
letusan
gunungapi, sementara yang lainnya
diperkirakan mencerminkan bentukbentuk kubah akibat terobosan batuan
beku baik yang tersingkap maupun yang
tertutupi.
Pola struktur di daerah penelitian
dan sekitarnya umumnya sulit diamati.
Hal ini dimungkin karena daerah di
Kabupaten Ketapang telah terjadi
pelapukan yang sangat kuat dan proses
erosi yang sangat tinggi sehingga tidak
teramati dilapangan.
3. Hasil dan Pembahasan
Evaluasi potensi bahan galian
bijih besi di wilayah Kecamatan Jelai
Hulu dilakukan berdasarkan pengamatan,
pengukuran, pengambilan sampel, dan
analisis geokimia secara langsung namun
ada juga yang didasarkan data sekunder
dari penelitian terdahulu.

pelapukan/residual dari batugamping


yang digantikan atau replecement oleh
mineral besi selama proses pelapukan.
Pada proses pelapukan terjadi fluktuasi
permukaan air tanah naik, pada waktu itu
garam-garam besi yang larut ke dalam air
tanah diubah menjadi besi fero
hidroksida. Pada waktu musim kemarau
terjadi penurunan air tanah, pada saat itu
besi feri hidroksida tertinggal di
permukaan, kemudian bereaksi dengan
oksigen dari udara dan air permukaan,
pada saat tersebut fero hidroksida diubah
menjadi feri hidroksida yang lebih stabil
yaitu limonit, yang umumnya berwarna
coklat kekuningan dan mengendap
dipermukaan.

Gambar 3. Peta Penelitian Kec. Jelai


Hulu, Kab. Ketapang, 2015
Genesa Bijih Besi
Besi Primer :
Mineralisasi Bijih Besi ditafsirkan
sebagai
Tipe
Metasomatik/Skarn
terbentuk akibat intrusi batuan granitik
pada batuan karbonat batugamping meta,
sehingga
terjadi
proses
kontak
metasomatik. Proses tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya rekristalisasi,
alterasi, mineralisasi dan penggantian
(replacement), khususnya disekitar zona
intrusi tersebut, sehingga terbentuk
mineralisasi bijih besi dan mineral skarn
(seperti: piroksen yang terbentuk sebagai
mineral ubahan bersamaan dengan klorit,
illit dan kuarsa.
Besi Laterit :
Tipe cebakan bijih besi ini ditafsirkan
merupakan tipe besi oksidasi residual
yang
terbentuk
sebagai

3.1. Limpang (Bukit Keramat)


Karakteristik endapan besi di
Limpang
adalah
sebagai
berikut:
Bongkah
besi
berwarna
coklat
kemerahan,
keabu-abuan,
berupa
magnetit
(40%),
hematit
(60%),
menyudut menyudut tanggung, lapuk
sedang, low-higt magnetic, kadar besi
pada conto bongkah bijih besi ini Fetotal =
65.12%., berukuran kerikilanbongkah
(gravel - boulder), keras, unconsolidated,
ditutupi tanah penutup (overburden) lebih
kurang 10100 cm, dengan ketingian
bukit 100 mdpl. Batuan di dominasi oleh
granit berupa bongkah-bongkah besar
berukuran >1 m, ditemukan juga batuan
vulkanik berupa andesit dan tuff. Dari
permukaan sudah di temukan tanah laterit
berwarna coklat kemerahan, mengandung
mineral bauksit, magnetite, hematit,
limonit, geotit dan mangan.
Hasil
analisis
menunjukan
kualitas kadar kimia adalah cukup baik
SG

Fe_tot Fe2O
3
3.5
55.2 78.9
1
3
8

LOI
4.8
1

K2O
0.1
0

FeO
10.3
6

P2O5
0.0
7

Al2o3 SiO2
6.0
1

CaO
0.1
4

7.7
4

MnO
0.1
7

TiO2
0.3
2
SO3
0.2
1

Dari hasil analisa rata-rata 9 conto bijih


besi mengandung fe_tot, > 55 %.
Penyebaran besi di Limpang
2
Luas = 15000 m x Tebal = 2m

Berat Jenis Besi (BJ) = 3.51 ton/m


Inferred Resources = 15000 x 2 x 3.51
= 105,300 ton Kadar Fetotal = 55.23%
Perhitungan
sumberdaya
ini
didasarkan luas penyebaran bijih besi dan
ketebalannya
atau
beda
tinggi
dipermukaan dari hasil pemetaan di
lapangan.

tanggung, medium - high magnetic.


berukuran kerikilan bongkah (gravelboulder), keras, unconsolidated, sebagian
ditutupi tanah penutup (overburden) lebih
kurang 10150 cm, dengan ketingian
bukit 110 mdpl. Batuan di atasnya
dominasi oleh granit berupa bongkahbongkah besar berukuran >1 m,
ditemukan juga batuan vulkanik berupa
andesit dan tuff. Dari permukaan sudah di
temukan tanah laterit berwarna coklat
kemerahan, mengandung mineral bauksit,
magnetite, hematit, limonit, geotit dan
mangan.
Hasil
analisis
menunjukan
kualitas kadar kimia adalah cukup baik
SG

Fe_tot Fe2O FeO Al2o3 SiO2 TiO2


3
2.5
49.2 70.3
6.7
7.1
8.5
0.4
4
3
2
6
2
5
2
LOI
K2O P2O5 CaO MnO
SO3
8.0
8

0.1
2

0.1
5

0.5
2

1.4
2

0.1
7

Dari hasil analisa laterit bijih besi


mengandung fe_tot, rata-rata > 49 %.
Penyebaran besi di Benatu
2
Luas = 311300 m x Tebal = 3m
Foto 1. Singkapan bijih besi di Limpang
tipe magnetit Fe_tot >55 %.

Berat Jenis Besi (BJ) = 2.54 ton/m


Inferred Resources = 311300 x 3 x 2.54
= 2,372,106 ton Kadar Fetotal = 49.23%
Perhitungan
sumberdaya
ini
didasarkan luas penyebaran bijih besi dan
ketebalannya
atau
beda
tinggi
dipermukaan dari hasil pemetaan di
lapangan.

Foto 2. Tipe Bijih Besi magnetit di


Limpang
3.2. Benatu (Bukit Belimbing)

Karakteristik endapan besi di


Benatu adalah sebagai berikut: bongkah-

bongkah bijih besi magnetit, hematite,


abu-abu
kehitaman,
kecoklatan,
menyudut tanggung membundar

Foto 3. Singkapan bijih besi di Benatu


tipe magnetit Fe_tot >49 %.

Perhitungan
sumberdaya
ini
didasarkan luas penyebaran bijih besi dan
ketebalannya
atau
beda
tinggi
dipermukaan dari hasil pemetaan di
lapangan

Foto 4. Tipe Bijih Besi magnetit di


Benatu

3.3. Air dua (Bukit Pebatuan)


Karakteristik bijih besi di Air dua
adalah sebagai berikut: Berwana coklat
hingga hitam coklat kekuningan,
berukuran
kerikilanbongkah
(gravelboulder), keras, unconsolidated, tipe
magnetit medium-higt, ditutupi tanah
penutup (overburden) lebih kurang 10
100 cm, dengan ketingian bukit 100
mdpl. Batuan di dominasi oleh granit
umumnya sudah mengalami pelapukan
ditemukan juga batuan vulkanik berupa
andesit dan tuff. Dari permukaan sudah di
temukan tanah laterit berwarna coklat
kemerahan, mengandung mineral bauksit,
magnetite, hematit, limonit, geotit dan
mangan.
Hasil
analisis
menunjukan
kualitas kadar kimia adalah cukup baik
SG

Fe_tot Fe2O FeO Al2o3 SiO2 TiO2


3
2.7
53.2 76.4
2.0
11.9
3.9
0.3
0
9
0
0
9
6
8
LOI
K2O P2O5 CaO MnO
SO3
6.9
5

0.0
8

0.1
0

0.0
4

0.3
2

0.1
0

Dari hasil analisa laterit bijih besi


mengandung fe_tot, > 53 %.
Penyebaran besi di Air dua
2
Luas = 640000 m x Tebal = 3m

Berat Jenis Besi (BJ) = 2.70 ton/m


Inferred Resources = 640000 x 3 x 2.70
= 5,184,000 ton Kadar Fetotal = 53.29%

Foto 5. Singkapan bijih besi di Air dua


tipe magnetit Fe_tot >53 %.

Foto 6. Tipe Bijih Besi magnetit di Air


dua
3.4. Riam Kanan (Bukit Rimba)
Karakteristik endapan besi di
Riam Kanan adalah sebagai berikut:
Berwana coklat hingga hitam coklat
kekuningan, berukuran kerikilanbongkah
(gravel-boulder), keras, unconsolidated,
tipe Hematit Low magnetit, ditutupi
tanah penutup (overburden) lebih kurang
5100 cm, dengan ketingian bukit 60
mdpl. Batuan di dominasi oleh Batuan
Vulkanik
andesit-metasediment
umumnya sudah mengalami pelapukan
ditemukan juga batuan tuff. Dari

permukaan sudah di temukan tanah laterit


berwarna coklat kemerahan, mengandung
mineral, hematit, limonit, geotit dan
mangan.
Hasil
analisis
menunjukan
kualitas kadar kimia adalah cukup baik
SG

Fe_tot Fe2O
3
2.4
37.3 53.4
7
5
2

LOI

13.5
6

K2O

0.7
2

FeO

P2O5
0.4
2

1.7
0

Al2o3 SiO2

CaO

8.8
9

0.0
6

8.2
0

MnO

2.9
5

TiO2
0.2
8

SO3

0.1
8

Dari hasil analisa laterit bijih besi


mengandung fe_tot, > 37 %.
Penyebaran besi di Riam Kanan
2
Luas = 57000 m x Tebal = 3m
3
Berat Jenis Besi (BJ) = 2.47 ton/m
Inferred Resources = 57000 x 3 x 2.47
= 422,370 ton Kadar Fe = 37.35%
total
Perhitungan
sumberdaya
ini
didasarkan luas penyebaran bijih besi dan
ketebalannya
atau
beda
tinggi
dipermukaan dari hasil pemetaan di
lapangan

Foto 8. Tipe Bijih Besi hematit di Riam


Kanan
3.5. Sungai Jering (Bukit Besi)
Karakteristik endapan besi di
Sungai Jering adalah sebagai berikut:
Bongkah besi hematit berwarna coklat
kemerahan, kekuning-kuningan, berupa
Hematit (40%), Limonit (40%), Goetit
(20%), tekstur vesikuler (berongga)
menyudut menyudut tanggung, lapuk
sedang, low magnetic, kadar besi pada
conto bongkah bijih besi ini Fetotal =
52.77%., berukuran kerikilanbongkah
(gravel - boulder), keras, unconsolidated,
ditutupi sebagian oleh tanah penutup
(overburden) lebih kurang 10cm, dengan
ketingian bukit 65 mdpl. Batuan di
dominasi oleh Andesit dan tuff. Dari
permukaan sudah di temukan tanah laterit
berwarna
coklat
kemerahan,
mengandung, hematit, limonit dan geotit.
Hasil
analisis
menunjukan
kualitas kadar kimia adalah cukup baik
SG

Fe_tot Fe2O FeO Al2o3 SiO2 TiO2


3
3.0
52.7 75.4
6.4
9.7
6.2
0.2
0
7
6
5
3
3
8
LOI
K2O P2O5 CaO MnO
SO3

Foto 7. Singkapan bijih besi di Riam


Kanan tipe hematit Fe_tot >37 %.

7.4
9

0.0
5

0.1
1

0.0
4

0.0
9

0.1
4

Dari hasil analisa conto bijih besi


mengandung fe_tot, > 52 %.
Penyebaran besi di Sungai Jering
2
Luas = 95100 m x Tebal = 4m
3
Berat Jenis Besi (BJ) = 3 ton/m

Inferred Resources = 95100 x 4 x 3


= 1,141,200 ton Kadar Fetotal = 52.77%
Perhitungan
sumberdaya
ini
didasarkan luas penyebaran bijih besi dan
ketebalannya
atau
beda
tinggi
dipermukaan dari hasil pemetaan di
lapangan

ditutupi sebagian oleh tanah penutup


(overburden) lebih kurang 10cm, dengan
ketingian bukit 62 mdpl. Batuan di
dominasi oleh Vulkanik dan tuff. Dari
permukaan sudah di temukan tanah laterit
berwarna
coklat
kemerahan,
mengandung, magnetit, hematit, limonit
dan geotit.
Hasil
analisis
menunjukan
kualitas kadar kimia adalah cukup baik
SG

Fe_tot Fe2O FeO Al2o3 SiO2 TiO2


3
3.0
61.4 87.9
8.9
2.4
2.7
0.1
0
9
3
0
9
3
0
LOI
K2O P2O5 CaO MnO
SO3
3.1
4

0.0
4

0.0
4

0.0
4

1.2
5

0.1
5

Dari hasil analisa conto bijih besi


mengandung fe_tot, > 61.49 %.
Foto 9. Singkapan bijih besi di Sungai
Jering tipe hematit Fe_tot >52 %.

Penyebaran besi di Kekura


2
Luas = 49000 m x Tebal = 2.5m
3
Berat Jenis Besi (BJ) = 3ton/m
Inferred Resources = 49000 x 2.5 x 3
= 367,500 ton Kadar Fetotal = 61.49%
Perhitungan
sumberdaya
ini
didasarkan luas penyebaran bijih besi dan
ketebalannya
atau
beda
tinggi
dipermukaan dari hasil pemetaan di
lapangan

Foto 10. Tipe Bijih Besi hematit di


Sungai Jering.
3.6. Kekura( Lahan Umum)
Karakteristik endapan besi di
Kekura adalah sebagai berikut: Bongkah
besi Magnetit berwarna hitam - coklat
kemerahan, coklat tua, berupa Magnetit
(40%), Hematit (40%), Goetit (20%),
tekstur menyudut menyudut tanggung,
lapuk sedang, Higt magnetic, kadar besi
pada conto bongkah bijih besi ini Fetotal =
64.13%., berukuran kerikilanbongkah
(gravel - boulder), keras, unconsolidated,

Foto 11. Singkapan bijih besi di Kekura


tipe magnetit Fe_tot >61.49 %.

Sumberdaya (Inferred Resources) Total


Adalah :

= 9.592,476 ton Kadar Fetotal = 51.56%


4. Kesimpulan dan Saran

Foto 12. Tipe Bijih Besi Magnetit di


Kekura.
POTENSI BIJI BESI

Sumber daya Tereka (Inferred


Resources) dari bentuk endapan yang
telah diuraikan di atas dapat disimpulkan
bahwa potensi bijih besi di Kecamatan
Jelai hulu, kabupeten ketapang adalah:
Limpang (Bukit Kramat)
Volume = 105,300 ton Kadar Fetotal =

55.23%

A. Kesimpulan
Berdasarkan data pengamatan dan
pengukuran lapangan maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Hasil pengamatan lapangan lokasi
endapan besi yang terdiri dari 6 (enam)
lokasi. Keberadaan potensi endapan bijih
besi terletak di Kecamatan Jelai hulu,
kabupeten ketapang.
2. Formasi yang diprediksi sebagai
sumber endapan bijih besi adalah
Formasi Granit Sukadana, Gunungapi
kerabai dan Kompleks Ketapang.
3. Berdasarkan hasil analisis geokimia
dari data primer maupun sekunder maka
potensi bijih besi dengan kadar Fetotal =
61.49% berada di Daerah Kekura dan
Sumberdaya yang terbesar berada di Air
dua (Bukit Pebatuan)
Volume
=
5,184,000 ton Kadar Fetotal = 53.29%

Benatu (Bukit Belimbing)


Volume = 2,372,106 ton Kadar Fetotal =

Total Sumberdaya bijih Besi di wilayah


Kecamatan Jelai hulu, Kabupaten
Ketapang adalah 9.592,476 ton

Air dua (Bukit Pebatuan)


Volume = 5,184,000 ton Kadar Fetotal =
53.29%

4. Perlunya Kegiatan lebih lanjut untuk


mengetahui pasti sumberdaya bijih besi
di wilayah Jelai hulu dengan melakukan
kegiatan eksplorasi rinci, Mapping
Geologi, Testpit, Geomagnet, dan
Pemboran. Dengan demikian maka akan
diketahui dengan pasti layak tidaknya
daerah tersebut untuk di dieksploitasi.

49.23%

Riam Kanan (Bukit Rimba)


Volume = 422,370 ton Kadar Fetotal =
37.35%
Sungai Jering (Bukit Besi)
Volume = 1,141,200 ton Kadar Fetotal =
52.77%
Kekura( Lahan Umum)
Volume = 367,500 ton Kadar Fetotal =
61.49%

A. Saran
1. Berdasarkan data lapangan, analisis
geokimia dan informasi dari beberapa
sumber maka potensi bijih besi yang
diproritaskan adalah Air dua (Bukit
Pebatuan) dan wilayah yang lain. Oleh
karena itu perlu dilakukan penyelidikan

Eksplorasi
Rinci
guna
diperoleh
gambaran detail tentang keberadaan,
ketebalan, kadar, cadangan terukur dari
endapan bijih besi di wilayah tersebut
tersebut.
2.. Untuk dapat mengetahui jumlah
sebaran bijih besi primer secara pasti di
lokasi tersebut di atas disarankan untuk
dilakukan eksplorasi rinci disertai dengan
pengukuran geomagnet dan bila hasil
pengukuran geomagnet menunjukkan
hasil positif ke arah kedalaman, maka
perlu dilanjutkan untuk dilakukan
pemboran
untuk
menguji
hasil
pengukuran geomagnet tersebut.
Daftar Pustaka
Bemmelen, R.W., van, 1949. The
Geology of Indonesia, vol. II, Economic
Geology.
David Victor Mamengko, 2013, Potensi
Bauksit Di Kabupaten Lingga Provinsi
Kepulauan Riau, Teknik Geologi Jurusan
Teknik FMIPA Unipa
de Keyser, F.,
& Rustandi, E., 1993,
Ketapang, 1 : 250.000 Quadrangle, West
Kalimantan, Geological Research and
Development
Centre,
Indonesia,
Geological Data Record.
Iwan Nursahan, 2005, Eksplorasi Logam
Besi Di Daerah Sarolangun Dan
Merangin, Prov. Jambi, Sub Dit.Mineral
Logam
Rusdi
Purnomo,
2013.
Laporan
Eksplorasi Bijih besi di Kabupaten
Ketapang, Kalbar, PT. Karya Wijaya
Aneka Mineral, tidak dipublikasikan
Wahyu Widodo, 2006.
Inventarisasi
Endapan Besi Primer Di Kabupaten
Kotawaringin Barat Dan Kabupaten
Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah,
Pusat Sumber Daya Geologi.

Anda mungkin juga menyukai