Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM EKSPLORASI BATUAN ANDESIT

DESA CURAHSURI, KECAMATAN JATIBANTENG, KABUPATEN


SITUBONDO, PROVINSI JAWA TIMUR

Nama Asisten : Alvito Nugroho Saputro


NPM : 11.2020.1.00814

Di Susun Oleh :
Nama : Kasta Pratama
NPM : 11.2021.1.00875

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAN TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK EKSPLORASI

Setelah membaca laporan ini dengan seksama, saya menyetujui bahwa


laporan ini dapat digunakan sebagai bahan atau referensi praktikum Teknik
eksplorasi selanjutnya.
Disusun Oleh :

Kasta Pratama
11.2021.1.00875

MENGETAHUI
Asisten Pembimbing Praktikum Teknik Eksplorasi

Alvito Nugroho Saputro


11.2020.1.00814

MENYETUJUI
Dosen Pembimbing Mata Kuliah Praktikum Teknik Eksplorasi
Jurusann Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral dan Kelautan
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

SAPTO HERU YUWANTO


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Andesit adalah suatu jenis batuan vulkanik ekstrusif  berkomposisi menengah,
dengan tekstur afanitik hingga porfiritik. Dalam pengertian umum, Andesit adalah
jenis peralihan antara basal dan dasit, dengan rentang silikon dioksida (SiO2)
adalah 57-63% seperti digambarkan di diagram TAS. Susunan mineral biasanya
didominasi oleh plagioklas ditambah piroksen dan / atau hornblende. Magnetit,
zirkon, apatit, ilmenit, biotit, dan garnet adalah mineral aksesori umum. Alkali
feldspar dapat hadir dalam jumlah kecil. Kelimpahan feldspar-kuarsa di batuan
vulkanik andesit dan lainnya diilustrasikan dalam diagram QAPF. Batuan andesit
umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi tektonik di wilayah perbatasan
lautan seperti di pantai barat Amerika Selatan atau daerah-daerah dengan aktivitas
vulkanik yang tinggi seperti Indonesia. Nama andesit berasal dari nama
Pegunungan Andes.
Kota Situbondo merupakan kota yang memiliki beraneka ragam bahan galian,
untuk melakukan proses penambangan ini memerlukan ijin pertambangan (IUP)
yang meliputi tahap eksplorasi, Tahapan eksplorasi ini dimaksud untuk
mengidentifikasi suatu endapan atau untuk mengetahui gambaran awal bentuk tiga
dimensi endapan mineral. Berdasarkan peraturan perundang-udangan yang
berlaku yaitu Undang-Undang no. 3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara dijelaskan bahwa sebelum melakukan kegiatan operasi produksi
diharuskan melalui tahap eksplorasi. Tahap eksplorasi adalah tahapan kegiatan
usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti
tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari
bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup
(PP No. 22 Tahun 2010).
Daerah penelitian memiliki Wilayah Ijin Usaha Penambangan (WIUP) memiliki
luas sebesar 95.81 Ha. Laporan kegiatan eksplorasi ini akan menjadi landasan
praktik untuk pelaksanaan kegiatan di lapangan. Kegiatan praktik tersebut
meliputi kegiatan eksplorasi dari tahap awal sampai tahap akhir. Tahap eksplorasi
merupakan kegiatan penyelidikan yang dilakukan untuk mencari tahu,
mengidentifikasi, serta menentukan lokasi, bentuk, ukuran, sebaran, kualitas dan
kuantitas dari suatu bahan galian yaitu batuan andesit.
1.1.1 Legalitas Perizinan
Kegiatan pertambangan diatur dalam Undang-undang No 3 Tahun 2020 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba). Untuk lebih merinci
pelaksanaan dari Undang-undang ini diturunkan kembali dalam bentuk Peraturan
Pemerintah (PP) yang salah satunya adalah PP No 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) berdasarkan PP No 23 Tahun 2010
dilakukan dengan cara permohonan wilayah. Permohonan wilayah maksudnya
adalah setiap pihak badan usaha, koperasi atau perseorangan yang ingin memiliki
IUP harus menyampaikan permohonan kepada Menteri, Gubernur atau
Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.
Pembagian kewenangan Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota adalah:
1. Menteri ESDM, untuk permohonan wilayah yang berada lintas wilayah
provinsi atau wilayah laut lebih dari 12 mil dari garis pantai.
2. Gubernur, untuk permohonan wilayah yang berada lintas wilayah
kabupaten/kota dalam 1 provinsi atau wilayah laut 4 sampai dengan 12
mil.
3. Bupati/Walikota, untuk permohonan wilayah yang berada di dalam 1
wilayah kabupaten/kota atau wilayah laut sampai dengan 4 mil.
IUP mineral batuan diberikan oleh Menteri ESDM (selanjutnya disebut Menteri),
Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
permohonan yang diajukan oleh: badan usaha, koperasi, dan perseorangan. IUP
diberikan melalui 2 tahapan, yaitu: Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan
(WIUP) dan Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP).
Tabel 1.1
Legalitas Perizinan

No Uraian Keterangan
1 Nama Pemrakarsa Kasta Pratama
2 NPWP Pemrakarsa 76.811.201.0-413.000
3 Alamat Semolowaru Utara VI No.27, Kota
Surabaya
4 Lokasi Desa Curahsuri, Kecamatan Jatibanteng,
Kabupaten Situbondo
5 Komoditas Batuan Andesit
6 Nomor SK WIUP PT2T/28/03.22/10/2022
7 Nomor SK IUP Eksplorasi PT2/28/03/22/10/2022
8 Kode WIUP -
9 Jangka IUP -
10 Kepala Teknik Tambang Kasta Pratama
11 Luas WIUP 95.81 Ha
12 Luas IUP 13.87 Ha
13 Pemegang Saham Kasta Pratama 100 %
Sumber : Data Penelitian
1.1.2 Status dan Kegunaan Lahan
Lahan yang dipakai untuk kegiatan eksplorasi sampai penambangan adalah lahan
perkebunan dan ladang. Dimana, status lahan yang digunakan ini merupakan Hak
Guna Pakai Tanah. Status Hak Guna Pakai (HGP) ini disetujui oleh dinas
pertanian dan kehutanan Kabupaten perihal Persetujuan IPPKH dan izin pakai
lahan perkebunan untuk IUP Eksplorasi a.n Kasta Pratama.
Lahan yang dipakai untuk kegiatan eksplorasi sampai penambangan adalah lahan
airladang dan pemukiman. Dimana,status lahan yang digunakan ini merupakan
Hak Guna Pakai tanah. Sesuai dengan persetujuan pada perjanjian hak pakai tanah
yang disepakati, yang memiliki tanah (pihak pertama) akan mendapatkan sebesar
28% dan total pendapatan bersih. Surat keterangan tanah dikeluarkan oleh badan
Pertahanan Nasional. Berikut peta tata guna lahan :

Gambar 1.1.2
Peta Tata Guna Lahan

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari dilaksanakannya kegiatan eksplorasi ini adalah untuk memperoleh
informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran,
kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai
lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
Tujuan dari dilaksanakannya kegiatan eksplorasi ini adalah untuk :
1. Mengetahui kondisi geologi daerah penyelidikan
2. Mengetahui pola sebaran dan potensi komoditas tambang
3. Mengetahui volume komoditas tambang
4. Menentukan aspek teknis dan arahan kegiatan pertambangan
selanjutnya
5. Mengetahui aspek sosial dan lingkunga yang berpengaruh terhadap
kegiatan pertambangan dan akan terpengaruh dengan adanya
kegiatan pertambangan

1.3 Lokasi Daerah Penyelidikan


Lokasi daerah penyelidikan berada pada area desa Curahsuri, Kecamatan
Jatibanteng, Kabupaten Situbondo.
1.3.1 Administratif dan Geografis
Secara administratif, luas wilayah Kabupaten Situbondo yaitu 1,638 km2. Lokasi
eksplorasi berada di Desa Curahsuri, Kecamatan Jatibanteng, Kabupaten
Situbondo Provinsi Jawa Timur. Adapun penggunaan lahan pada wilayah
Kabupaten Situbondo sebagai berikut :
1. Pemukiman : 7.598.23
2. Persawahan : 26.191.00
3. Perkebunan : 2.433.98
4. Hutan : 73512.50
5. Tambak/Kolam : 1629.29
6. Tanah tandus : 5873.03
7. rawa : 182.00
8. Lain-lain : 100.95
Batas-batas wilayah pada daerah ini yaitu :
1. Utara : Selat Madura
2. Timur : Selat Bali
3. Selatan : Kabupaten bonsowoso dan Kabupaten Banyuwangi
4. Barat : Kabupaten Probolinggo
Secara Geologis, Kabupaten Situbondo berada pada Aluvium luasnya 48.983ha,
Vulkan zaman quarter tua luasnya 72.752ha, dan Leusita luasnya 22.328ha
Grusmol, Mediteran,Latosol dan Andosol.
1.3.2 Kesampaian Wilayah
Kabupaten ini terletak di daerah pesisir utara pulau Jawa, di Kawasan Tapal Kuda
dan dikelilingi oleh perkebunan tebu, tembakau, hutan lindung dan lokasi usaha
tambak udang dan perikanan. Dengan letaknya yang strategis, ditengah jalur
transportasi Jawa-Bali, kegiatan perekonomian di kabupaten ini termasuk yang
paling aktif di Jawa Timur.
Gambar 1.3
Peta Kesampaian Wilayah

1.4 Keadaan Umum Lingkungan


Kabupaten Situbondo secara umum adalah dataran rendah, tetapi selatan terlihat
dengan lebar rata-rata sekitar 11 km. Secara umum 17 Kecamatan kabupaten di
daerah Situbondo, 13 kecamatan yang memiliki pantai dan 4 kecamatan tidak
memiliki pantai sama sekali. Mulanya nama Kabupaten Situbondo adalah “
Kabupaten Panarukan dengan ibukota Situbondo. Sehingga dulu masanya
pemerintahan belanda oleh Gubernur jendral Dandels yang membangun jalan
dengan kerja paksa sepanjang pantai utara pulau Jawa dikenali dengan senutan
jalan anyer-panarukan atau lebih dikenal lagi Jalan Dandels. Seiring berjalannya
waktu barulah pada masa Pemerintahan Bupati Achmad Tahir diubah menjadi
Kabupaten Situbondo dengan ibukota Situbondo, berdasarkan peraturan
pemerintah RI No.28/1972 tentang perubahan nama dan Pemindahan Tempat
kedudukan Pemerintah daerah.
1.4.1 Iklim dan Curah Hujan
Iklim dan Cuaca Situbondo Temperatur rata – rata di wilayah Situbondo berkisar
24,7° C – 30° C dengan rata–rata curah hujan antara 994 mm – 1.503 mm per
tahunnya sehingga daerah ini menurut Klasifikasi Iklim Schmidt dan Fergusson
tergolong daerah kering. Hari basah adalah hari dengan setidaknya 1
milimeter curah hujan cair atau setara cairan. Kemungkinan hari-hari basah di
Situbondo sangat bervariasi sepanjang tahun.
Musim hujan berlangsung 5,2 bulan, dari 15 November sampai 23 April, dengan
lebih dari 38% kemungkinan hari menjadi hari hujan. Bulan dengan hari paling
basah di Situbondo adalah Februari, dengan curah hujan rata-rata 19,1 hari dengan
sedikitnya 1 milimeter.
Musim kemarau berlangsung 6,8 bulan, dari 23 April sampai 15 November. Bulan
dengan hari basah paling sedikit di Situbondo adalah Agustus, dengan rata-
rata 2,0 hari dengan setidaknya 1 milimeter curah hujan.
Tabel 1.4
Kondisi Curah Hujan di Kab. Situbondo

BULAN CURAH HARI


HUJAN HUJAN
Januari 166 9
Februari 233 14
Maret 0 0
April 74 6
Mei 109 5
Juni 85 5
Juli 46 3
Agustus 0 0
September 29 2
Oktober 106 4
November 94 4
Desember 355 15
(Sumber: itubondokab.bps.go.id)
1.4.2 Sosial Ekonomi
Situbondo tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar 2,26 persen dibandingkan
tahun 2020. Dari sisi produksi, pertumbuhan terbesar terdapat pada Lapangan
Usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;
Transportasi dan Pergudangan; dan pada tahun 2021 masih didominasi oleh
Kategori  Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Industri
Pengolahan; dan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor Perekonomian Kabupaten Situbondo tahun 2021 yang diukur berdasarkan
Produk Domestik  Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga  berlaku mencapai
Rp. 21.200,85 Milyar, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp.
13.715,83 Milyar. Perekonomian Kabupaten Lapangan Usaha Informasi dan
Komunikasi.  Struktur perekonomian Kabupaten Situbondo. pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Situbondo sempat mengalami kenaikan hingga mencapai
angka 6.91 dan angka tersebut masih diatas rata-rata pertumbuhan perekonomian
Nasional dan pertumbuhan perekonomian Provinsi Jawa Timur. Tetapi jika dilihat
pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2014- 2017 angka pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Situbondo mengalami penurunan derastis hingga mencapai angka 5,07
dan angka tersebut masih dibawah rata-rata dari pertumbuhan ekonomi Nasioanl
dan Pertumbuhan ekonomi Provins Jawa Timur.
1.4.3 Topografi
Kabupaten Situbondo berada pada ketinggian 0 – 1.250 m di atas permukaan laut.
Wilayah dengan rata-rata ketinggian ada pada wilayah selatan barat seperti
Kecamatan Jatibanteng dan Sumbermalang. Sementara itu, di wilayah utara
terdapat Kecamatan Bungatan yang wilayah tertingginya pada ketinggian 1250
mdpl. Keadaan tanah di wilayah kabupaten ini menurut teksturnya, pada
umumnya tergolong sedang 96,26 %, tergolong halus 2,75 %, dan tergolong kasar
0,99 %. Drainase tanah tergolong tidak tergenang 99,42 %, kadang-kadang
tergenang 0,05 % dan selalu tergenang 0,53 %. Jenis tanah daerah ini berjenis
antara lain alluvial, Regosol, Gleysol, Renzine, Grumosol, Mediteran, Latosol,
dan Andosol. Ditinjau dari pola penggunaan tanahnya, diketahui penggunaan
tanah terbesar adalah untuk hutan yaitu seluas 73.407,5 Ha (44,80%), berikutnya
adalah untuk sawah yaitu seluas 30.365,95 Ha (18,53%), diikuti dengan pertanian
tanah kering seluas 27.962,13 Ha (17,07). Kabupaten ini terletak di daerah pesisir
utara pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda dan dikelilingi oleh perkebunan tebu,
tembakau, hutan lindung Baluran dan lokasi usaha tambak udang dan perikanan.
Dengan letaknya yang strategis, di tengah jalur transportasi darat Jawa-Bali,
kegiatan perekonomian di kabupaten ini termasuk yang paling aktif di Jawa
Timur, karena para sopir angkutan barang selalu singgah dan beristirahat di
tempat-tempat yang ada di wilayah ini, terutama di wilayah wisata seperti Taman
Nasional Baluran dan Pantai Pasir Putih.
1.4.4 Vegetasi
Lahan peranian yang ada pada kabupaten Situbondo termasuk kedalam salah satu
kabupaten yang memiliki perda LP2B ( lahan pertanian dan pangan
berkelanjutan). Menjadi salah satu daeah yang memiliki lahan pertanian dan
pangan yang berkelanjutan merupakan sebuah poteni yang harus di manfaatkan
secara maksimal. Akan tetapi,potensi yang dimiliki tersebut kurang di manfaatkan
oleh masyarakat Situbondo
1.4.5 Demografi
Penduduk dan kepadatannya merupakan faktor yang penting dalam
pengembangan perekonomian di suatu daerah. Penduduk merupakan sumber daya
A. LUAS DARATAN 1.638,49 Km 2 Terdiri dari:
1. Pemukiman kampung 33,96 km2
2. Persawahan 247,66 km2
3. Pertanian tanah kering 290,57 km2
4. Perkebunan 13,22 km2
5. Kawasan Hutan 734,36 km2
6. Tambak kolam 12,23 km2
7. Rawa Danau Waduk 1,22 km2
8. Tanah tandus Rusak 221,31 km2
9. Padang rumput Tanah kosong 79,98 km2
10. Kebun campur 14,40 km2
B. WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
1. Kecamatan 17
2. Perwakilan kecamatan 4
3. Kelurahan 4
4. Desa 131
5. Dusun 643
6. Rukun Warga 1.229
7. Rukun Tetangga 3.282 9.

1.5 Waktu dan Pelaksanaan


Studi Eksplorasi serta pembuatan laporan dilakukan sekitar 3 bulan lamanya
dengan menggunakan analisis data-data sekunder yang bersumber dari referensi-
referensi yang tersedia,
Dalam kegiatan eksplorasi terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Penyelidikan sebelum kelapangan
Dalam keggiatan eksplorasi perlu ada rancangan kegiatan yang baik dan
benar agar dapat melakukan kegiatan tersebut secara baik dan maksimal
sehingga kita bisa mendapatkan informasi daerah tersebut secara detail
atau akurat mengenai penyelidikan sebelum lapangan. Sebelum
penyelidikan lapangan dimulai,dilaukan studi Pustaka untuk mengetahui
gambaran mengenai daerah penelitian berdasarkan penelitian terdahulu
yang pernah ada disekitar daerah penelitian . Pustaka yang digunakan
berupa peta dan hasil penelitian. Beberapa hasil penelitian yang digunakan
sebagai dasar penyelidikan adalah :
1. Peta Rupa Bumi Indonesia
2. Peta Geologi Regional
Data yang didapatkan dalam tahapan penyelidikan sebelum lapangan
merupakan data sekunder. Informasi yang diperoleh dari data sekunder
tersebut antara lain berupa gambaran umum kondisi geologi (morfologi
dan Litologi) sera factor-faktor yang akan mempengaruhi perencanaan
kegiatan pertambangan seperti keberadaan pemukiman ,kemungkinan
akses jalan dan kondisi lingkungan lainnya di daerah penyelidikan.

2. Penyelidikan lapangan
Pada tahap penyelidikan lapangan dilakukan pengamatan langsung di
daerah penyelidikan serta dilakukan kegiatan pemetaan topografi dan
pemetaan geologi. Data yang dihasilkan merupakan data primer hasil
pengamatan
Studi eksplorasi dan pembuatan laporan dilakukan selama sekitar 2 bulan
termasuk pengamatan langsung di lapangan dan analisis-analisis data
geologi, sosial budaya, dan keekonomiannya
Tabel 1.5
Rician Pelaksanaan Kegiatan

NO. KEGIATAN BULAN 1 BULAN 2


1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Pustaka

2 Persiapan alat dan bahan

3 Survei Topografi

4 Survey Geologi

5 Perhitungan Cadangan

6 Evaluasi dan analisis data


geologi
7 Pembuatan peta hasil
eksplorasi
8 Kajian komponen
kemasyarakatan
9 Studi Kelayakan
10 Analisis rencana kerja dan
anggaran biaya
11 Analisis rencana reklamasi

12 Pembuatan Laporan

1.6 Metode dan Peralatan


Metode yang akan digunakan dalam eksplorasi ini adalah metode penelitian
secara langsung. Metode penelitian langsung lebih mengarah pada penelitian yang
dilaksanakan langsung di lapangan seperti pengamatan atau deskripsi batuan,
ketebalan batuan, vegetasi, dan lain-lain. Sedangkan penelitian tidak langsung
lebih mengarah kepada studi pustaka dan analisis data lapangan dengan
menggunakan komputer. Sedangkan peralatan yang akan dipakai adalah sebagai
berikut:
1. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000
2. Peta geologi regional skala 1:25.000
3. Palu geologi
4. Kompas geologi
5. GPS
6. Lup
7. Kamera digital
8. Plastik sampel
9. Meteran
10. Alat tulis
11. Komputer dan printer

1.7 Pelaksana
Kegiatan eksplorasi dilakukan oleh tenaga kerja perusahaan dan kontraktor PT.
HAJAR GUNUNG SAMPAN dibawah pengawasan penuh Kepala Teknik
Tambang. Pelaksanaan kegiatan eksplorasi tersebut telah mengikuti standar
pekerjaan yang telah ditetapkan.
No. Nama Keahlian Status Kegiatan
pekerjaan
1. Muh. Kasta Leonard Ahli geologi Manajer Pemetaan
Pratama, S.T.,M.T dan pemetaan Geologi Topografi dan
Geologi
2. Muh. Ressa Andrean Ahli Manajer Pemetaan
Saputra, S.T.,M.T Lingkungan Lingkungan Geologi
3. Agista Herdiana Keselamatan KTT Pemetaan
Ashar, S.T.,M.T dan Topografi dan
Kesehatan Geologi
kerja serta
pengelola
lingkungan
4. Maulana Syarif, Ahli Pemetaan Tenaga Ahli Pemetaan
S.T.,MT Topografi
5. Regit Kurnianto, Ahli Pemboran Tenaga Ahli Pemetaan
S.T.,MT. Topografi
6. Brayyen Harry Moleo, Design Supervisor Pemetaan
S.T.,M.T Engineer Topografi
7. Putera Sakti Pemetaan Asisten Pemetaan
Nusantara, S.T.,MT Tenaga Topografi
Ahli

Anda mungkin juga menyukai