Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN KONDISI PENAMBANGAN PASIR GALIAN C KEL.

KALUMATA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kota Ternate merupakan sebuah kota yang kecil namun memiliki pembangunaan yang

cukup pesat. Hal ini karena akibat dari terjadinya urbanisasi, dimana penduduk desa berbondong-

bondong pindah ke kota ternate. Kota ternate yang merupakan pusat perdagangan Maluku Utara,

demikian juga merupakan pusat dari Pendidikan di Maluku Utara, lebihnya lagi adalah Ibukota

Propinsi Maluku Utara, hall ini memicu pergeseran penduduk ke kota Ternate, sehingga

pembangunan pun berkembang pesat.

Denman meningkatnya Penduduk serta perkembangan jaman yang semakin modern,

maka hall ini dibarengi pula dengan pembangunan Gedung- gedung serta perumahan-

perumahan penduduk yang secara terus menerus dilakukan seiring dengan waktu.

Pembangunan Gedung- gedung serta perumahan- perumahan penduduk ini dilakukan

haruslah ditopang dengan ketersediaan bahan baku pembuat bangunan itu sendiri seperti Pasir,

kayu, semen, besi, dan lain-lain. Disisi lain, ketersediaan bahan baku khususnya pasir di kota

ternate juga terbatas, hall ini karena pulau Ternate yang kecil dan meningkatnya penduduk serta

bertambahnya pembangunan gedung dan perumahan penduduk, sehingga memperkecil areal atau

lokasi penambangan Pasir, selain itu juga lahan yang berpotensi penambangan pasir hanya

berada pada titik –titik daerah tertentu, salah satunya yang merupakan lokasi dilakukanya

praktek Mekanika Tanah ini, yakni areal Penambangan Pasir Galian C Kel. Kalumata Kota

Ternate selatan.
1.2.IDENTIFIKASI MASALAH

Telah diketahui bahwa pulau Ternate yang kecil, namun pembangunan terus berkembang,

gedung- gedung serta perumahan penduduk terus bertambah, maka dengan itu, ketersediaan

bahan baku pembuat bangunan khususnya pasir juga menjadi penting keberedaanya. Daerah

yang menjadi tempat proses penambangan dilakukan, merupakan daerah perbukitan, dimana

proses penambangan dilakukan dengan cara penggalian untuk mengambil pasir yang berada

dibawah permukaan tanah perbukitan. Denman demonian, hall in dapat membahayakan daerah

sekitar penambangan, sebab penggalian dilakukan tidak berdasar pada analisa perhitungan.

1.2. BATASAN MASALAH

Pada kesempatan ini, penyusun perlu membatasi penelitian/ study lapangan khusunya

pada lokasi penambangan pasir galian C kalumata, mencakup sejarahnya, cara proses

pelaksanaanya serta perkiraan-perkiraan akibat yang muncul dari proses penggalian ini. Dengan

demikian penelitian/ study ini tidak menggunakan analisa dan perhitungan- perhitungan di

lapangan.

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian/ study pada penambangan pasir Galian C kel. Kalumata ini adalah

untuk mengetahui proses pelaksanaan penambangan serta perkiraan dampak penambangan

terhadap lingkungan sekitar.

1.5. KEGUNAAN PENELITIAN

Kegunaan dari Study ini adalah memperkenalkan kepada masyarakat khususnya Kota

Ternate, tentang keberadaan, status, proses, dan aktifitas- aktifitas di penambangan pasir galian
C kalumata. Selain itu juga sebagai bahan masukan untuk badan- badan / lembaga terkait agar

dapat memperhatikan akan dampak yang ditimbulkan dari penambangan.

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian ini dilakukan adalah di daerah Penambangan pasir Galian C kel.

Kalumata, Kota ternate Selatan Profinsi Maluku Utara, kira-kira 100 Meter dari jembatan VI

mengikuti anak jalan kearah Utara.

2.2. Metode Penelitian

Metode penelitian ini dilakukan adalah dengan cara melakukan pengamatan, dan

pengambilan data atau sample serta Tanya jawab atau wawancara langsung dengan pihak- pihak

terkait yang berada di lokasi penambangan pasir Galian C kel. Kalumata.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Sejarah Penambangan Pasir Galian C Kel.kalumata


Penambangan pasir galian C kel. Kalumata merupakan Badan Usaha Milik Swasta. Sejak

tahun 1997 yang dikelola oleh PT sumber Bangunan dengan mempekerjakan masyarakat

sekitarnya dan sebagai penanggungjawabnya diberikan kepada Bapak Husen Teukulu.

Penambangan ini dioperasikan. Luas daerah penambangan ini diperkirakan mencapai 1 hektar.

Aktifitas penambangan Pasir dan Kerikil di Galian C kel. Kalumata

3.2. Proses Pekerjaan Penambangan

Sejak penambangan ini dioperasikan, prose pekerjaanya dilakukan dengan menggunakan

alat- alat sederhana berupa pipa yang panjangnya sekitar 3 m yang ujungya dihubungkan dengan

besi yang telah ditempa sehingga melebar sekitar 7 cm - 10 cm dan ditajamkan yang berbentuk

sejenis linggis. Dengan menggunakan alat ini, penambangan dilakukan yakni dengan cara

menggali tanah dengan kedalaman antara 2 m – 5 m untuk mencapai pasir. Kemudin pada tahun

2006, mulai digunakan alat berat berupa Eksavator.

Dengan menggunakan alat berat ini. Proses pekerjaanya lebih mudah dilakukan. Awalnya

dilakukan penggalian tanah di permukaan sekitar 2 hingga 5 meter untuk mencapai pasir. Tanah
yang telah digusur ini dipisahkan dari pasir sehingga membentuk bukit pasir. Bukit pasir ini

kemudian dilebur menjadi butiran- butiran pasir dan dipindahkan pada suatu lokasi berupa

timbunan pasir.

Oleh karena penambangan ini dilakukan di daerah perbukitan, sehingga kedalaman pasir

yang digali hanya mencapai 5 hingga 8 meter agar diratakan dengan permukaan tanah di daerah

datar. Untuk pasir yang berada dibawah permukaan tanah yang datar dilakukan penggalian untuk

mengambil pasirnya dan kemudian ditimbun dengan menggunakan tanah permukaan sehingga

membentuk dataran sesuai dengan daerah yang datar.

Tinggi pasir yang digali untuk mencapai daerah datar ( 5 - 8 meter )

Pasir yang telah dipisahkan dari campuran tanah maupun rerumputan ditimbun berupa timbunan

pasir.
Timbunan pasir hasil peleburan bukit pasir

Pasir yang telah ditimbun ini dapat langsung digunakan atau di jual, namun sebagian melalui

tahap pengayakan. Alat ayakan yang digunakan dua jenis, yakni berdiameter 3 milimeter untuk

ayakan pasir halus dan 5 milimeter untuk ayakan pasir kasar.

Alat ayakan yang digunakan untuk menyaring pasir


pasir hasil ayakan
Selain dilakukan penambangan pasir, adapula bebatuan yang didapat dari penggalian pasir
diolah menjadi kerikil. Untuk proses pembuatan bebatuan menjadi kerikil digunakan alat
sederhana berupa martil dan alat penyangga yang dibuat dari karet berbentuk lingkaran dengan
dibuatkan pegangan dari kayu. Batu- batu besar dipecah menjadi batu yang berukuran kecil
kemudian diletakan dalam alat penyangga selanjutnya ditempa menggunakan martil sehingga
membetuk kerikil- kerikil. Perkiraan diameter keriki tersebut berkisar 2 hingga 3 centimeter.

Proses pembuatan kerikil

3.3. Penjualan Hasil Tambang.

Hasil tambang yang telah diolah tadi, digunakan sebagai campuran dan bahan dasar

pembangunan. Hasil tambang yang berupa pasir halus dan kasar juga kerikil, memiliki criteria
harga yang dihitung berdasarkan per dam untuk hitungan satu kali angkut. Biaya yang ditaksir

atau dijual untuk pasir halus sebesar Rp. 450.000 per dam, pasir kasar sebesar Rp. 200.000 per

dam dan untuk kerikil sebesar Rp. 300.000 per dam. Untuk setiap harinya, jumlah pasir halus

maupun kasar yang keluar sebesar 20 – 40 dam per hari dan kerikil sebanyak 1 dam untuk per

minggunya.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, maka kami memberikan beberapa kesimpulan yakni

penambangan ini dikelolah oleh badan Swasta dengan mempekerjakan masyarakat local, hal ini

berarti menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat khususnya masyarakat sekitar ( lokal ).

Awalnya proses penambangan ini dIlakukan dengan alat sederhana, dan kemudian sejak tahun

2006 digunakan alat berat berupa eksavator dan buildoser. Pasir hasil penambangan dapat

langsung digunakan atau dijual, adapula melalui proses pengayakan agar mendapatkan bentuk

pasir halus dan pasir kasar sesuai dengan kebutuhan bahan dasar bangunan.

4.2. Saran

1. dengan kondisi penambangan dimana hal ini merupakan suatu proses penggundulan bukit, maka

perlu diperhatikan proses pelaksanaanya sehingga tidak berdampak buruk pada lingkungan

sekitarnya.
2. kaitanya dengan para pekerja diamana penambangan ini masih sederhana, maka perlu peran dari

pemerintah agar bisa memberikan bantuan berupa alat- alat penambangan, sebab ini juga

merupakan membuka serta menciptakan lapangan kerja.

3. lebihnya lagi, pembangunan kota ternate yang semakin pesat, maka kebutuhan bahan baku

bangunan berupa pasir juga meningkat, olehnya itu perlu perhatian dari pemerintah agar dapat

mencari solusi lain seputar kebutuhan pasir agar penambangan pasir di kota ternate tidak

dilakukan secara liar yang berakibat pada ketidakstabilan pulau ternate.

Anda mungkin juga menyukai