Anda di halaman 1dari 22

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Sejak zaman Mesir kuno, orang-orang Mesir telah banyak memanfaatkan batuan kapur, diantaranya adalah untuk memplester bangunan tempat tinggal mereka. Sampai zaman modern sekarang pun, kapur masih digunakan pemanfaatannya untuk memplester bangunan. Perkembangan ini secara tidak langsung memperlihatkan adanya peningkatan kebutuhan akan bahan baku dan penolong bagi perkembangan sektor industri yang merupakan industri hilir. Stabilitas politik yang baik di indonesia telah memacu pengembangan sektor industri, konstruksi dan pertanian ketingkat yang lebih baik. Berdasarkan pertimbangan tersebut diperkirakan prospek pasar untuk komoditas pasar cukup cerah.

Batu kapur yang terdapat di alam bermacam-macam jenisnya, antara lain : kalsit (CaCO3), dolomit (CaCO3.MgCO3), magnesit (MgCO3), siderit (FeCO3), ankerit [Ca2Fe(CO3)4], dan aragonit (CaCO3) yang berkomposisi kimia sama dengan kalsit tetapi berbeda dalam struktur kristalnya. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai industri kapur baik cara pembuatan, jenis-jenis, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan industri kapur, maka dibuatlah makalah yang berjudul Industri Kapur.

1.1

Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sejarah perkembangan industri kapur? 2 Apa yang dimaksud dengan batu kapur? 3 Apa saja bahan baku pembuatan kapur? 4 Bagaimana proses pembuatan kapur ? 5 Apa saja jenis-jenis produk kapur? 6 Apa saja manfaat produk yang dihasilkan dari industri kapur?

7 Berapa kapasitas produk yang dihasilkan pada industri kapur di Indonesia? 8 Apa keunggulan dan kelemahan pada industri kapur?

1.3

Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk : 1. Mengetahui sejarah perkembangan industri kapur 2. Memahami proses pembuatan kapur 3. Mengetahui jenis-jenis produk industri kapur 4. Mengetahui manfaat produk yang dihasilkan dari industri kapur 5. Mengetahui jumlah kapasitas produk yang dihasilkan industri kapur di Indonesia 6. Mengetahui keunggulan dan kelemahan pada industri kapur

BAB II. PEMBAHASAN

2.1

Sejarah perkembangan industri kapur

Kapur termasuk bahan bangunan yang penting, di Indonesia kapur ini juga sudah lama dikenal sebagai bahan ikat, dalam pembuatan tembok, pilar dan sebagainya.Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya.

Batu kapur yang terdapat di alam bermacam-macam jenisnya, antara lain : kalsit (CaCO3), dolomit (CaCO3.MgCO3), magnesit (MgCO3), siderit (FeCO3), ankerit [Ca2Fe(CO3)4], dan aragonit (CaCO3) yang berkomposisi kimia sama dengan kalsit tetapi berbeda dalam struktur kristalnya.

2.2

Sifat & Kualitas Kapur CaO: 56,08 2843 K 3223 K

Berat molekul Titik leleh Titik didih

Ca(OH)2: Berat Molekul Titik Leleh 74,10 853 K

Kualitas : High Calcium Lime 90% CaO

Low Magnesium Lime 5 25% MgO Dolomitic Lime 25 45% MgO

Adapun sifat dari batu kapur adalah sebagai berikut : a. Warna b. Kilap c. Goresan d. Bidang belahan e. Pecahan f. Kekerasan g. Berat Jenis h. Bentuk : Putih,putih kecoklatan, dan putih keabuan : Kaca, dan tanah : Putih sampai putih keabuan : Tidak teratur : Uneven : 2,7 3,4 skala mohs : 2,387 Ton/m3 : Keras, Kompak, sebagian berongga

Berdasarkan proses pengendapannya, batu gamping radiolarit dan batu karang merupakan batuan sedimen organik. Disamping hal tersebut, batuan kapur (termasuk di dalamnya stalaktit dan stalakmit yang banyak dijumpai di gua-gua kapur) menurut proses pengendapannya juga termasuk batuan sedimen kimiawi (sedimen khemis).

Gambar yang tertera di bawah ini merupakan batuan kapur ketika berada pada tahap awal pembentukannya. Malang Selatan merupakan daerah yang bertopografi karst dengan berbagai gejalanya. Daerah yang batuan induknya

berupa batuan sedimen, yakni batuan kapur ini terletak antara sungai Brantas sebagai batas sebelah utara hingga pesisir selatan yang berhadapan langsung dengan samudera Indonesia/samudera Hindia. Lautan terbuka inilah yang kemudian mengahantarkan adanya erosi marin pada pegunungan kapur hingga membentuk pesisir klif, hingga pesisirnya bergerak mundur. Pada daerah pesisir itu pulalah banyak ditemukan bentukan tahap awal dari batuan kapur. Ketika air laut pasang surut, batuan itu nampak indah dikitari air laut yang jernih berlandaskan endapan pasir putih, ditingkahi ganggang laut.

Menurut Wardiyatmoko (2006:55) bahwa sedimen pasir gamping kali pertama terbentuk pada zamam Silur yang berumur antara 360.000.000--408.000.000 tahun yang lalu. Binatang karang berkembang biak dengan baik, sehingga jasad-jasadnya meninggalkan bekas pada lapisan gamping yang tebal. Perlu diketahui bahwa pada batuan sedimen banyak ditemukan fosil.

Gambar di atas merupakan contoh kecil dari adanya singkapan di daerah karst di Malang Selatan. Stratigrafi batuannya menunjukkan adanya horison tanah yang tipis, bersinggungan langsung dengan batuan induknya, batuan kapur. Lubang yang terlihat

pada bagian kanan bawah gambar tersebut menunjukkan adanya proses pelapukan kimia sedang berlangsung. Pembentukan gua-gua kapur pada tahap awal mulai terjadi. Pegunungan kapur yang ada di Malang Selatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian jalur pegunungan kapur yang memanjang arah barat--timur dari rangkaian pegunungan kapur di bagian selatan pulau Jawa. Pegunungan tersebut sering dikenal dengan nama pegunungan Kidul.

Gambar di atas merupakan bentuk pemanfaatan batuan kapur oleh penduduk setempat. Batuan kapur yang kurang baik, berwarna kusam, biasanya digunakan untuk pondasi bangunan atau untuk pengeras jalan. Menurut seorang pengajar sebuah perguruan tinggi di Surabaya bahwa batuan kapur yang berkualitas baik, banyak mengandung CaCo3 adalah batuan kapur yang berwarna putih bersih. Batuan yang demikian ini baik untuk dijadikan bahan mentah/bahan baku pada industri pembakaran gamping, bahkan juga industri semen. Cara penambangan yang banyak dilakukan adalah penambangan terbuka dan/atau dengan membuat lubang-lubang menganga mirip gua (penambangan tertutup). Cara penambangan apapun hendaknya harus sangat mempertimbangkan keselamatan penambang itu sendiri, di samping juga memperhatikan aspek lingkungan hidup. 2.2 Macam-macam Kapur Kapur tohor (CaO) adalah hasil dari pemanasan batuan kapur, yang dalam perdagangan dapat dijumpai bermacam-macam hasil pembakaran kapur ini, antara lain :

a. Kapur tohor / quick lime ( CaO): yaitu hasil langsung dari pembakaran batuan kapur yang berbentuk oksida-oksida dari kalsium atau magnesium.

b. Kapur padam / hydrated lime(Ca(OH)2)) : adalah bentuk hidroksida dari kalsium atau magnesium yang dibuat dari kapur keras yang diberi air sehingga bereaksi dan mengeluarkan panas. Digunakan terutama untuk bahan pengikat dalam adukan bangunan.

c. Kapur Udara Kapur padam yang apabila diaduk dengan air setelah beberapa waktu dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon dioksida

d. Kapur hydraulik : disini CaO dan MgO tergabung secara kimia dengan pengotorpengotor. Oksida kapur ini terhidrasi secara mudah dengan menambahkan air ataupun membiarkannya di udara terbuka, pada reaski ini timbul panas.

2.3 Proses pembuatan kapur Proses pembuatan kapur tohor dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: 1. Pembakaran batu kapur dalam tungku batch 2. Proses semi-kontinu dengan menggunakan shaft kiln 3. Proses kontinu dengan menggunakan tungku putar (rotary kiln)

A. Proses dengan menggunakan Tungku Pendam (Tungku Batch) Tungku Pendam

Tungku pendam sistem berkala berbentuk silinder yang terpendam dalam tanah dengan sedikit bagian terbuka untuk pelaksanaan proses pembakaran adalah penampang tungku pendam berkapasitas 60 ton batu kapur. Dinding tungku pendam dibuat dari susunan batu kuarsa (batu gongsol) atau jenis batu kali tertentu; dapat juga dibuat dari batu bata biasa. Batu bata tidak tahan terhadap api reduksi sehingga dinding dari batu bata mudah rusak. Pemasukan bahan bakar dilakukan dari bukaan pada dinding yang berhubungan dengan bukaan tempat juru bakar melakukan tugasnya memasukkan bahan bakar. Bahan bakar masuk ke dalam rongga di dalam tungku yang dibuat dari susunan batu kapur yang akan dibakar.

Susunan Batu Kapur Penyusunan batu kapur di dalam tungku pendam merupakan langkah penting untuk terlaksananya proses pembakaran yang efisien dan merata ke seluruh umpan batu kapur yang akan dibakar sehingga seluruhnya terkalsinasi menjadi kapur tohor. Di bagian dasar disusun batu kapur berukuran besar 20- 30 cm x 30-40 cm. Susunan ini berfungsi sebagai fondasi untuk menopang susunan batu kapur selanjutnya sampai ke bagian atas tungku. Industri pembakaran kapur termasuk industri yang padat energi karena 50-60% biaya produksinya merupakan biaya energi. Untuk tungku berisi 100 ton batu kapur memerlukan 50 ton kayu pinus yang baik (10 truk) untuk pembakaran selama 9-10 hari. Untuk mengurangi konsumsi kayu dapat digunakan batu bara halus tanpa melakukan modifikasi tungku. Untuk itu hanya diperlukan peralatan tambahan yaitu blower dan meja pengumpan batu bara. Fondasi ini harus cukup kuat dan stabil pada temperatur tinggi (1000-1200C) sampai proses pembakaran selesai yaitu sekitar 3-10 hari masingmasing untuk kapasitas 20 dan 100 ton batu kapur. Untuk ini sifat fisik batu kapur yang digunakan pada suhu tinggi harus sudah diketahui.

Semakin ke atas, batu kapur yang disusun semakin kecil ukurannya dan susunan dibuat semakin ke tengah dan akhirnya bertemu pada ketinggian 1/3 tinggi umpan dari dasar tungku atau 1- 2 m. Terbentuklah sebuah rongga berbentuk setengah bola. Lubang pengapian dari luar tungku tembus ke dalam rongga ini. Karena bentuk yang demikian mengakibatkan terciptanya turbulensi yang tinggi dalam rongga pembakaran ini, setelah suhu meningkat. Kondisi ini cukup ideal untuk proses pembakaran batu bara halus. Dengan penambahan batu bara penggunaan kayu dapat berkurang paling sedikit setengahnya dan setiap ton batu bara dapat menggantikan 8-10 ton kayu bakar. Kemudian di permukaan tumpukan batu kapur tersebut ditutup dengan batu kapur kecil-kecil berukuran 2- 3 cm setebal 5 cm guna menahan laju panas yang keluar. Selanjutnya proses pembakaran dapat dimulai.

Susunan Batu Kapur di Dalam Tungku (dilihat dari atas) Teknik Pembakaran Pembakaran dimulai dengan api kecil menggunakan kayu bakar untuk mengeringkan batu kapur. Api dapat dibesarkan setelah batu kapur hampir kering sehingga uap air tidak terlalu banyak. Banyaknya uap air akan mengganggu draft (tarikan) sehingga pembakaran kurang lancar, banyak menghasilkan jelaga yang mengganggu proses pembakaran selanjutnya. Jika unggun batu kapur sudah hampir kering, draft sudah cukup kuat, api dapat semakin dibesarkan. Setelah api besar dan stabil, batubara halus dapat dimasukkan. Ukuran butir batu bara halus adalah 30 mesh dan cara pemasukannya adalah dengan mengalirkannya ke dalam pipa yang ditiup blower.

Untuk tungku pendam berkapasitas 40 ton batu kapur, dapat digunakan blower 3 inci 440 watt dan pipa untuk peniupan 4 - 5 inci. Batu bara halus masuk ke pipa peniupan dari pipa pengumpan. Pemasukan batu bara halus ke pipa pengumpan untuk kemudian ditiupkan ke dalam ruang bakar dilakukan dengan sistem pengumpan. Sistem pengumpan dapat berupa pengumpan ulir (screw feeder) dengan kecepatan yang dapat diatur atau dapat juga secara manual. Cara manual dapat dilakukan dengan menyediakan meja dengan lubang di salah satu sudutnya untuk menyalurkan batu bara di atas meja dengan mendorong batu bara ke dalam pipa pengumpan dengan tangan melalui lubang tersebut. Cara lain dengan menyediakan bejana diatas pipa pengumpan, kemudian aliran batu bara halus diatur dengan kran pada pipa pengumpan. Untuk memperlancar aliran batu bara dapat dilakukan dengan memasang kawat menembus bukaan pada kran dan kawat diputar dengan sebuah motor listrik. Pipa peniup batu bara dipasang sedemikian rupa sehingga batu bara halus menyebar secara merata di dalam rongga pembakaran yang berisi kayu bakar yang sedang terbakar dengan posisi malang melintang. Pemerataan ini dibantu dengan adanya turbulensi yang tinggi dalam rongga pembakaran.

Turbulensi tercipta karena draft yang kuat dari unggun kapur dan udara luar masuk ke dalam rongga melalui lubang pengapian yang sempit. Kondisi ini sangat membantu proses pembakaran batu bara sehingga batu bara dengan cepat terbakar dan kayu terbakar lebih lambat. Setiap pemasukan satu ton batubara dapat mengurangi penggunaan kayu bakar sebanyak 8 - 9 ton. Kecepatan pemasukan batubara antara 40 - 60 kg/jam. Kayu bakar juga terus ditambahkan sehingga api dari kayu dan batu bara berimbang dan dicapai efisiensi pembakaran yang maksimum.

Sketsa Susunan Pengumpan Batu Bara Halus

Penggunaan Pengumpan Batu Bara Halus untuk Pembakar Kapur

Karena pemasukan batu bara secara terus menerus tanpa henti maka peningkatan suhu juga terus menerus sehingga waktu pembakaran dengan kombinasi batubara kayu ini lebih singkat dibanding pembakaran dengan kayu yaitu sekitar 2/3-nya. Untuk perbandingan, dibawah ini adalah hasil pembakaran 36 ton batu kapur. Pembakaran dihentikan setelah seluruh muatan batu kapur telah terkalsinasi. Hal ini dapat diketahui dengan mengukur suhu sekitar 5 cm di bawah permukaan batu kapur. Setelah temperatur bertahan 2 - 3 jam pada 900C atau lebih maka batu kapur telah terkalsinasi. Dapat juga dilihat dari penurunan permukaan batu kapur di dalam tungku. Setelah terkalsinasi volume produk CaO menyusut sehingga permukaan batu kapur menurun 40 - 80 cm, tergantung kapasitas tungku dan sifat batu kapur yang dibakar. Trayek suhu pembakaran kapur dengan kombinasi batu bara-kayu terlihat dalam gambar.

Batu bara muda berkalori rendah, kurang dari 5500 kkal/kg, kurang efektif untuk digunakan membakar kapur dengan teknik ini. Batu bara ini baik untuk membakar kapur tanpa campuran kayu dalam tungku pendam yang dimodifikasi atau tungku tegak dengan pembakar siklon. Batu bara peringkat lebih tinggi yang bernilai kalor lebih dari 6000 kkal/kg kurang baik untuk membakar kapur dengan teknik batu bara halus tanpa campuran kayu dalam tungku tersebut di atas sebab api pembakarannya dapat mencapai lebih dari 12000C. Panas yang terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya sintering di permukaan kapur tohor (berwarna kehitaman) sehingga sukar diseduh menjadi Ca(OH)2.

Api di Bagian Atas Tungku pada Temperatur 9000C

Suhu di Bagian Atas Tungku pada Pembakaran 36 Ton Batu Kapur selama 47 Jam

B. Proses Saft Kiln

Proses semi-kontinu dengan menggunakan shaft kiln

Jobong dibuat dari batu tahan api yang diperkuat dengan carbon steel silinder sedangkan bagian luar dari pasangan batu merah biasa, tebal dinding bagian bawah kurang lebih 1 meter dan bagian atas kurang lebih 0,5 meter. Dari 10,5 ton batu kapur mentah perhari atau 438 kg perjam, pecahan 4 cm sd 15 cm akan dihasilkan kurang lebih 6 ton kapur. Jobong terdiri dari zona pemanasan, zona kalsinasi, dan zona pendinginan. Tiga meter bagian atas adalah zona pemanasan awal (pre heating),pada proses kalsinasi akan mengalami pemanasan. Batuan kapur dengan ukuran 5 - 7 cm, dibakar di dalam tungku dalam suhu tertentu. Di sini suhu berkisar dari 900 1000 C dalam waktu 1 - 3 jam. Reaksi yang berlangsung adalah : CaCO3 CaO + CO2 H = +44 kkal

Zona Pendinginan Setelah proses pembakaran selesai maka mulailah pendinginan kapur tohor di dalam tungku. Pendinginan ini tidak boleh terlalu lama sebab dapat mengakibatkan hancurnya

kapur tohor yang bersifat higroskopis akan mempunyai kesempatan untuk menyerap air dari udara bebas. Pengeluaran Hasil Pembakaran Untuk menghindari pengotoran dari abu batubara, maka pada waktu pengeluaran abu batu bara yang berukuran sangat halus yang terdapat didasar tungku harus segera dipisahkan dari kapur tohor yang masih berbentuk bongkah-bongkah. Ini dilakukan pada saat temparatur mulai menurun 400 C

C.

Proses Rotary Kiln

Proses pembakaran yang terjadi pada tanur kiln ini disebabkan karena adanya perpaduan antara bahan bakar batubara dengan udara atau oksigen yang betekanan tinggi dimana batubara yang digunakan adalah batubara yang telah dihaluskan hingga berbentuk seperti tepung yang dapat menghasilkan semburan api hingga suhu 1500oC . Bagian luar tanur putar terbuat dari baja berat dan bagian dalamnya dilapis dengan bata refraktori dimana bata ini memiliki kemampuan tahan panas dan air yang baik.Kiln dipasang dengan kemiringan 4 persen dan berputar melawan arah jarum jam dengan kecepatan 0,6 sampai 2 putaran per menit.

Kinerja Kiln

Pada saat material telah masuk ke kiln, terdapat empat zona proses pemanasan diantaranya calsinasi zone dimana pada proses ini material yang baru masuk kedalam kiln, material tersebut terkalsinasi dikarenakan mendapatkan panas yang lebih tinggi dari pada di dalam SP berkisar antara 1100-1200oC sehingga mengakibatkan perubahan bentuk pada material tersebut yang tadinya berupa serbuk-serbuk padat menjadi serbukserbuk yang mulai terlihat meleleh, kemudian ada lagi yang namanya transisi zone dimana pada proses ini bahan material mandapatkan pemanasan yang lebih tinggi berkisar antara 1200-1300oC dimana pada proses ini material hampir mendekati cair dan yang terakhir terdapat proses burning zone dimana pada proses ini material benar-benar mendapatkan pemanasan secara penuh dari kiln hingga material tersebut mencair dan panasnya mencapai 14001500oC kemudian proses yang terakhir adalah proses cooling zone, pada proses ini material yang telah masuk ke cooler mendapatkan pendinginan secara cepat atau proses pendinginan yang dikagetkan karena pada cooler ini panas pada material harus lebih dingin dibandingkan didalam kiln dimaksudkan supaya klinker tersebut tidak lengket pada great plat dan panas pada cooler mencapai 150-200 oC. Panas yang dihasilkan didalam tungku kiln tidak serta merta berimbas keluar di karena pada dinding kiln dilapisi oleh bata tahan api yang mampu menahan panas yang sangat tinggi hingga 1600oC. Sehingga lingkungan yang disekitar kiln tidak terlalu panas pada saat kita berada disekitar area kiln. Kiln memiliki tiga penyangga / support untuk dapat menahan berat kiln tersebut diantaranya ada di ujung sebelah kanan dan kiri dan juga ditengah, ketiga penyangga ini sangat berperan penting untuk menahan tanur kiln agar tidak jatuh dan di salah satu suppor tersebut terdapat satu motor yang berfungsi untuk memutar kiln saat beroprasi. Berikut spesifikasi dari kiln beserta gambarnya dapat dilihat dibawah ini:

} Kiln Diameter : 5,5 meter Panjang : 87 meter

Motor Penggerak Ukuran kiln drive : 1500 KW (2 x750 KW )

Jumlah support : 3 Maximum speed : 3,5 rpm

2.4. Proses Pembuatan Kapur Padam Proses Kering : menyiram bongkahan dengan air secukupnya Proses Basah : mnyiram bongkahan dengan air berlebih dalam tangki berpengaduk sehingga menjadi seluri Reaksi : CaO + H2O Ca(OH)2(p) H = 15,9 Kcal

Penyeduhan kapur tohor menjadi kapur padam Penyeduhan kapur tohor dimaksudkan agar hasil pembakaran dapat langsung dipakai dan juga dapat lebih aman dalam pengangkutan, sebab jika kapur tohor tersiram air akan menimbulkan panas.Penyeduhan kapur tohor menjadi kapur padam

Penyeduhan kapur tohor dimaksudkan agar hasil pembakaran dapat langsung dipakai dan juga dapat lebih aman dalam pengangkutan, sebab jika kapur tohor tersiram air akan menimbulkan panas.

2.5 Manfaat Batu Kapur Adapun pemanfaatan dari kapur diantaranya adalah : 1. bahan bangunan bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang dipergunakan untuk plester,adukan pasangan bata, pembuatan semen tras ataupun semen merah.

2. Bahan penstabilan jalan raya Pemaklaian kapur dalam bidang pemantapan fondasi jalan raya termasuk rawa yang dilaluinya. Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas, mengurangi ppenyusutan dan pemuaian fondasi jalan raya.

3. Sebagai pembasmi hama Sebagai warangan timbal (PbAsO3) dan warangan kalsium (CaAsO3) atau sebagai serbuk belerang untuk disemprotkan.

4. Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian Apabila ditaburkan untuk menetralkan tanah asam yang relatife tidak banyak air, sebagai pupuk untuk menambah unsur kalsium yang berkurang akibat panen, erosi serta untuk menggemburkan tanah. Kapur ini juga dipergunakan sebagai disinfektan pada kandang unggas, dalam pembuatan kompos dan sebagainya

5. Penjernihan air Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri , kapur dipergunakan bersamasama dengan soda abu dalam proses yang dinamakan dengan proses kapur soda.

2.6 Kelebihan dan kelemahan proses pembuatan batu kapur : 1. Tungku Batch Kelebihan kiln. Kelemahan - Kualitas hasil produksi kapur tohor paling rendah di banding dengan proses saft kiln dan rotari kiln. - kapasitas kapur gamping yang di muat paling sedikit dibanding yang lain 60 ton 2. Tungku Vertikal (saft Kiln) Kelebihan - hasil produksi lebih baik dari tungku batch. -lebih hemat bahan bakar - Biaya produksinya paling murah di banding proses saft kiln dan rotari

Kelemahan -

3. Rotary Kiln Kelebihan Kapasitas paling tinggi Dapat menghasikan gampingdengan kualias yang seragam

Kelemahan - Memerlukan biaya yang besar Di bawah adalah data tentang kapasitas produksi kapur di Indonesia :

Kapasitas produksi kapur dan jumlah limbah per bulan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Jml

Nama Pabrik Kapur

Jml Kapur (ton)

Persts. limbah (%)

Jml Limbah (ton)

Sinar Baru Bina Raksa Subur Putra Jaya Gunung Kawi Karya Mekar Okubawa Sakti 7

140 220 200 150 320 310 96 1436 ton

5 4.5 5 3.3 4.4 3.9 6.25 4.62 %

7 10 10 5 14 12 6 64 ton

III. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. 2. Proses pembuatan kapur tohor dibuat dengan tiga cara yaitu : a. Pembakaran batu kapur dalam tungku batch b. Proses semi-kontinu dengan menggunakan shaft kiln c. Proses kontinu dengan menggunakan tungku putar (rotary kiln)

3. Kapur padam / hydrated lime(Ca(OH)2)) : adalah bentuk hidroksida dari kalsium atau magnesium yang dibuat dari kapur keras yang diberi air sehingga bereaksi dan mengeluarkan panas.

4. Kapur Udara adalah kapur padam yang apabila diaduk dengan air setelah beberapa waktu dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon dioksida

5. Kapur hydraulik : disini CaO dan MgO tergabung secara kimia dengan pengotorpengotor.

Anda mungkin juga menyukai