Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PRAKTIKUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN

Diajukan untuk memenuhi UTS pada mata kuliah


Praktikum Pemboran dan Peledakan

Disusun Oleh: Kelompok 9

Ahmad Nazhir Asyam Saz (03021282126080) Raditya Adi Yuwono (03021282126056)

Asrafi (03021282126060) Richard Rachmadi Tamara (03021182126016)

Emmanuel Ferry C. (03021182126011) Riyogi Hikmahzi (03021182126022)

Hazel Reyhan Aziad (03021382126118) Septi Aditia (03021382126085)

Muhammad Amir Ramsyah (03021382126097) Tubang Yr Anfusikum (03021382126096)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023
KATA PENGANTAR
Puji skyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan karunia-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi syarat Ujian Tengah Semester pada Mata Kuliah Praktikum
Pemboran dan Peledakan.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dan menyukeseskan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis juga menyadari terdapat banyaknya kesalahan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah
ini dapat berguna bagi kita semua terutama bagi penulis dalam melanjutkan proses pembelajaran
mengenai pemboran dan peledak.

Indralaya, 11 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Keselamatan Kerja Laboratorium 3

B. Pembuatan Dan Preparasi Sampel 6


C. Uji Pengeboran 7
D. Pengolahan Data Dan Analisis Pemboran 9
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan pemboran merupakan tahap awal sebelum dilakukan aktivitas peledakan.
Tujuan dilakukan pemboran adalah untuk menyediakan lubang ledak yang akan diisi bahan
peledak. Peran pemboran dan dalam aktivitas peledakan merupakan hal yang penting karena
keberhasilan peledakan dapat dilihat melalui hasil produksi pemboran dalam jumlah lubang
ledak dan kedalaman lubang ledak yang dibuat berdasarkan metode peledakan yang
ditetapkan untuk periode waktu kerja tertentu. Kegiatan pemboran dipengaruhi oleh kinerja
alat bor dan sifat-sifat batuan yang akan dibor.
Pemberaian batuan dengan metode peledakan memerlukan perencanaan geometri yang
tepat sehingga selain mendapatkan hasil fragmentasi yang baik juga dapat mengoptimalkan
biaya. Salah satu indikator yang sangat diperhatikan adalah powder factor, yang dapat
menjadi acuan biaya dalam proses peledakan.
Hasil ledakan atau disebut fragmentasi peledakan, ukurannya bervariasi dimulai dari
ukuran terkecil seperti kerikil sampai pada bongkahan. Bongkahan hasil ledakan yang over
size disebut dengan boulder, dan untuk mencegah terbentuknya boulder atau mendapatkan
ukuran yang seragam sesuai dengan ukuran kebutuhan crussher, maka dibutuhkan
keselarasan geometri peledakan dengan fragmentasi batuan hasil ledakan. Ukuran
fragmentasi hasil ledakan harus disesuaikan dengan kapasitas crussher (Herman, Sri widodo,
Arif Nurwaskito). Ukuran fragmentasi yang bervariasi merupakan masalah besar yang dapat
merugikan baik secara material maupun secara efesiensi kerja. Ukuran fragmentasi yang
melebihi kapasitas crusher harus dilakukan pengeboran dan peledakan kembali atau
secondary blast menjadi ukuran yang sesuai dengan kapasitas crussher.
Hal ini menyebabkan kegiatan pembongkaran dengan peledakan tidak optimal dan perlu
biaya tambahan. Masalah ini terjadi karena beberapa aspek teknis dalam kegiatan pengeboran
dan peledakan, seperti pola pengeboran, kedalaman lubang ledak, factor pengisian bahan
peledak dan pola peledakan. Sedangkan dari aspek ekonomisnya, perlud ihitung biaya yang
dibutuhka nuntuk melakukan kegiatan pengeboran dan peledakant ersebut (Indry Agnesty,
Budhi Purwoko, Fitriana Meilasari).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan
masalahnya yaitu sebagai berikut :
1. Apa saja faktor-faktor keselamatan yang harus diperhatikan pada pemboran dan
peledakan?
2. Bagaimana cara mempersiapkan kegiatan pemboran dan peledakan?

1
3. Bagaimana hubungan antara waktu dan jarak pemboran pada sampel 1 dengan 3
perbandingan berbeda
4. Bagaimana hubungan antara kecepatan putar mata bor dan kedalaman lubang pada
sampel dengan 3 perbandingan berbeda
C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas Praktikum Pemboran dan Peledakan sebagai syarat mengikuti
Ujian Tengah Semester
2. Mencegah kecelakaan dan insiden yang dapat menyebabkan kerusakan fisik pada
pekerja
3. Dapat memahami metode-metode pemboran
4. Mengetahui hubungan antara data yang telah diambil agar dapat dianalisis hasil
pemboran yang telah dilakukan

D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis, syarat mengikuti ujian tengah semester
2. Bagi pembaca, menambah pengetahuan tentang pemboran

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM


1.1 Keselamatam Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua ilmu dan penerapannya untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan
dan pencemaran lingkungan. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatna Kerja (K3) adalah
salah satu bentuk upaya pencegahan kecelakaan untuk menciptakan tempat kerja yang aman
dan sehat, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja serta penyakit
akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi produktivitas kerja
1.2 Sumber Terjadinya Kecelakaan
Analisis terjadinya kecelakaan yang terjadi di laboratorium pemboran dan peledakan :
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang penggunaan alat dan bahan
2. Kurang jelasnya pemahaman tentang kegiatan laboratorium
3. Kurangnya atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya harus
ditaati
4. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung diri yang seharusnya digunakan atau
menggunakan peralatan bahan yang tidak sesuai
5. Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan atau melanggar aturan yang telah
dibuat
1.3 SOP atau Prosedur Umum K3 di Laboratorium
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu system panduan prosedur yang
dirancang guna menertibkan, merapikan, dan memudahkan suatu pekerjaan guna membantu
dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan untuk mendapatkan hasil kerja secara efektif. Alat
Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari SOP. Berikut APD yang digunakan
pada kegiatan laboratorium.
1. Sarung Tangan
2. Masker
3. Kacamata Safety
4. Headset Peredam Suara atau Earplug
5. Sepatu Safety
6. Helm Safety
7. Pakaian Safety
1.4 Peralatan
Peralatan adalah suatu barang yang digunakan dalam menunjang aktivitas praktikum
yang bersifat tidak habis pakai atau bisa digunakan secara berulang-ulang. Dalam
pelaksanaan kegiatan praktikum, Adapun peralatan yang akan digunakan antara lain sebagai
berikut :

3
1. Gerindra tangan, mesin ini dipergunakan untuk memotongatau menghaluskan material
benda seperti kayu, logsm, sampel semen, dan material lainnya
2. Hand bor, berfungsi untuk mengebor besi, alumunium, maupun kayu dan juga bisa
digunakan untuk mengencangkan atau melepaskan baut
3. Circular saw, berfungsi untuk memotong kayu, mesin ini juga bisa digunakan untuk
memotong granit, beton, kaca, dan sebagainya
4. Bench drill, merupakan alat utama pengeboran yang berfungsi untuk membuat lubang
pada material dengan diameter tertentu dengan mengatur kecepatan dan posisinya
sehingga mudah untuk digunakan
5. Blasting machine atau exploder, merupakan alat pemicu yang menginisiasi peledakan
dengan menghantarkan sumber energi arus listrik menuju detonator
6. Digital laser tachometer, adalah suatu alat uji yang dibuat dan didesain untuk mengukut
putaran pada sebuah objek
7. Timbangan duduk, alat yang digunakan untuk mengukur berat atau massa suatu benda
8. Stopwatch, digunakan sebagai alat pengukur waktu

1.5 Pemberlakuan dan Penyimpanan Bahan Peledak atau Petasan


Di dalam menyimpan suatu bahan yang sifatnya mudah meledak kita harus selalu
waspada dan teliti dalam menyimpannya. Ketentuan yang perlu diperhatikan dalam
menyimpan bahan peledak atau petasan ialah sebagai berikut :
1. Data terlebih dahulu alat serta bahan peledak atau petasan yang akan diambil oleh
praktikan
2. Pada saat awal pengambilan bahan peledak atau handak harus direcord sebagai bukti
3. Praktikan boleh melakukan percobaan jika data pengambilan tersebut sudah disetujui
oleh asisten
4. Selama proses meledakkan bahan ledakan atau petasan pastikan kondisi sekitar dalam
keadaan aman
5. Jika sudah melakukan kegiatan peledakan (pasca peledakan) limbah pasca peledakan
harus dibersihkan serta alat dan bahan peledakan atau petasan yang telah digunakan harus
dikembalikan ke tempat semula
6. Penyimpanan bahan peledak atau petasan harus didalam tempat yang bersih, kering,
ventilasi yang baik dan sejuk, tahan api dan terkunci dengan baik
7. Dilranag menyimpan bahan-bahan logam atau alat-alat yang dapat menimbulkan bunga
api didalam tempat penyimpanannya bahan peledak

1.6 Pengenalan Makna Rambu dalam Laboratorium


Macam atau jenis rambu-rambu K3 dan fungsinya sendiri bermacam-macam, dan wajib
dipasang oleh laboratorium sesuai dengan standar yang berlaku. Berikut penjelasan singkat
mengenai warna dan bentuk yang dipasang dalam laboratorium
1. Warning Sign (Tanda Peringatan) : Bentuk umumnya yaitu segitiga dengan warna dasar
kuning/oranye dan untuk warna gambar dengan garis hitam merupakan symbol untuk
menunjukkan bahaya
2. Notice Sign (Tanda Perhatian) : Bentuk umumnya yaitu lingkaran dengan warna dasar
biru, dan untuk warna gambar dengan putih merupakan symbol instruksi keselamatan

4
3. Prohibition Sign (Rambu Larangan) : Bentuk umumnya adalah lingkaran dengan warna
dasar putih dan dikelilingi dengan garis berwarna merah serta gambar utama dengan
warna hitam
4. Fire Sign (Tanda Bahaya atau Kebakaran) : Bentuk umumnya adalah segiempat dengan
warna dasar merah dan untuk gambar utama berwarna putih
5. Emergency & Direction : Bentuk umumnya adalah segiempat dengan warna dasar hijau
dan untuk gambar utama adalah putih

1.7 K3 di Lapangan
Industri Pertambangan sangat memperhatikan tentang keselamatan dan Kesehatan kerja
bagi para pekerjanya. Perusahaan akan selalu berusaha agar para pekerjanya selalu selamat
dan sehat, artinya bahwa tidak terjadi kecelakaan (zero accident), maupun penyakit akibat
kerja. Kecelakaan tambang atau penyakit akibat kerja akan menimbulkan kerugian-kerugian
pada perusahaan bila ditinjau dari aspke biaya, baik berupa direct cost maupun indirevct cost.
Dari dua sumber tersebut dapat dikatakan bahwa penyebab kecelakaan pada dasarnya
disebabkan oleh Tindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi yang tidak aman (unsafe
condition) yang disebabkan oleh factor pekerja (manusia). Untuk itu maka para pekerja ini
harus mendapat perhatian utama dalam pelaksanaan pekerjaan maupun pengawasan dan
penyuluhan pelatihan.
Jarak Aman Peledakan Menurut Kepmen ESDM 1827 Tahun 2018 Jarak Aman Untuk
Alat dan Fasilitas Pertambangan adalah 300 meter dan 500 meter bagi manusia pada jarak
horizontal. Beberapa istilah bahaya yang sering kita temui dalam lingkungan kerja:
 Hazard (berkaitan dengan sumber bahaya) adalah suatu keadaan yang dapat
menyebabkan terjadinya suatu kecelakaa atau penghambat pekerja dalam menjalankan
pekerjaan
 Danger (berkaitan dengan tingkat bahaya) adalah peluang bahaya yang sudah terlihat atau
kondisi bahaya sudah ada, tetapi masih dapat dicegah dengan berbagai Tindakan
 Risk adalah perkiraan tingkat keparahan yang akan timbul jika terjadi bahaya dalam
siklus tertentu
 Incident adalah munculnya kejadian bahaya atau kejadian yang tidak diinginkan
 Accident adalah merupakan kejadian bahaya yang disertai adanya korban atau kerugian
(manusia ataupun benda)
Ketentuan Umum Gudang Bahan Peledak (Kepdirjen 309/2018 dan Kepmen 555/1995)
sebagai berikut:
1. Terdapat thermometer dan dilakukan pencatatan pada suhu tertinggi setiap hari
2. Tahanan pembumian maksimal 5 ohm
3. Terdapat tanda peringatan
4. Terdapat satu jalan masuk (untuk Gudang peka primer dan bahan ramuan dapat memiliki
2 dengan terlebih dahulu dilakukan inspeksi oleh inspektur tambang)
5. Terdapat alat pemadam api yang mudah dijangkau
6. Hidran dipasang di luar Gudang dan dihubungkan dengan air bertekanan
5
7. Gudang harus dilengkapi penerangan dan CCTV yang mencakup seluruh area dan harus
dijaga 24 jam terus menerus oleh minimal dua orang
8. Sekitar Gudang harus dipasang pagar pengaman dengan tinggi 2,5 meter dan dilengkapi
kawat berduri serta dilengkapi pintu dengan jarak minimal 5 meter dari tanggul
9. Dimensi ventilasi tidak mudah dilewati manusia dan diberi teralis dengan jarak teralis
paling lebar 9cm
10. Sekeliling Gudang dibuat tanggul dengan tinggi 2m dan lebar bagian atas 1m apabila
pintu masuk berhadapan dengan pintu Gudang harus dilengkapi tanggul sehingga pintu
jalan masuk hanya dapat dari samping
11. Untuk Gudang AN dan ANFO dengan kapasitas kurang dari 5000kg dipasang pemadam
api otomatis pada bagian atas Gudang

K3 Selama Pekerjaan Peledakan (Kepdirjen 309 2018)


1. KTT atau PTL memastikan bahan peledak aman digunakan
2. Seluruh warga tambang harus mengetahui jadwal rencana peledakan
3. Lokasi peledakan dipasang tanda (pita dll) yang mudah dipahami dan menarik perhatian
4. Juru ledak wajib mengawasi pekerjaan peledakan
5. Inisiasi peledakan dilakukan oleh juru ledak yang memiliki KIM
6. Dilarang meledakkan lubang yang sudah diledakkan kecuali untuk mengatasi misfire
7. Dilarang menyalakan api dengan jarak 10m dari handak kecuali untuk sumbu api
8. Sumbu api harus dicek teratyr untuk mengetahui kerusakan dan diuji kecepatan nyalanya
9. Dilarang mencabut kabel detonator, sumbu api, atau system lainnya dari lubang ledak
yang sudah diberi primer
10. Sleep Blast yang menempatkan detonator dalam lubang diberikan waktu paling lama 3
hari

2. PEMBUATAN DAN PREPARASI SAMPEL


2.1 Maksud dan Tujuan
Tujuan umum modul pembuatan dan preparasi sampel yang terdapat di
laboratorium pengeboran dan peledakan bertujuan agar setiap praktikan mengetahui
pembuatan sampel, mulai dari alat dan bahan yang dibutuhkan, ukuran sample yang akan
dibuat, serta langkah-langkah pembuatan sampel yang baik dan benar sesuai dengan
prosedur yang ada. Proses pembuatan berbagai sampel perlu pengetahuan serta
penanganannya dan harus sesuai instruksi kerja (prosedur,penanganan, komposisi yang
digunakan).
Analisis pembuatan dan preparasi sampel erat kaitannya dengan kegiatan lab
sampel yang akan selanjutnya dibuat menjadi bahan percobaan sebagai objek dalam
pengamatan pemboran dan peledakan. Oleh karena itu sebelum mencetak sampel yang
akan dibuat harapannya praktikan dapat menentukan komposisi yang telah sesuaidengan
instruksi kerja yang ada.
2.2 Alat

6
2.2.1.1 Gerinda, mesin ini digunakan untuk memotong atau menghasilkan material benda
seperti logam, kayu, sampel semen, dan material lainnya.
2.2.1.2 Circular Saw, berfungsi untuk memotong kayu, mesin ini juga digunakan untuk
memotong granit, keramik, beton, kaca, dan sebagainya
2.2.1.3 Penggaris, alat bantu ini berfungsi untuk mendesain bentuk cetakan dari sampel yang
akan dibuat
2.2.1.4 Pena, berfungsi unruk memberi gambaran data mempermudah pembuatan cetakan
sampel
2.2.1.5 Paku kecil, berfungsi untuk menyambungkan antara satu yang satu dengan kayu yang
lainnya untuk membentuk cetakan sampel
2.2.1.6 Baskom, sebagai tempat mengaduk adonan semen dan pasir
2.2.1.7 Sendok semen, alat ini berfungsi sebagai alat bantu dalam mengandung adonan
semen dan pasir

2.3 Bahan
2.3.1 Semen, bahan pencampuran terhadap pasir yang digunakan dalam pembuatan sampel
2.3.2 Pasir, bahan pencampuran terhadap semen yang digunakan dalam pembuatan sempel
2.3.3 Kayu triplek, bahan yang digunakan sebagai pondasi cetakan sampel berbentuk balok
2.3.4 Paralon, bahan yang digunakan sebagai pondasi cetakan sampel berbentuk silinder

2.4 SOP Sampel Preparation Balok


2.4.1 Gambarlah terlebih dahulu pola balok ditriplek dengan 9cm x 9cm x 10cm
2.4.2 Pakai terlebih dahulu alat pelindungan diri sebelum menyiapkan alat pemotong.
2.4.3 Siapkan alat pemotong yang berupa circular saw dan gergaji tangan.
2.4.4 Letakkan triplek pada meja potong.
2.4.5 Potong triplek sesuai dengan pola yang telah dibuat
2.4.6 Pastikan tidak ada benda yang menghalangi lintasan potong.
2.4.7 Setelah dipotong satukan pola-pola yang ada membentuk balok menggunakan paku.
2.4.8 Pastikan tidak ada cela yang membuat adonan semen tumpah.
2.4.9 Buat adonan semen dengan menggunakan perbandingan 1:1, 1:2, ataupun 1:3
(Semen: Pasir).
2.4.10 Masukkan adonan semen ke dalam cetakan yang telah kita buat.
2.4.11 Pastikan adonan semen dikeringkan pada lingkungan terkontrol untuk menghindari
perubahan sampel oleh pengaruh lingkungan.

2.5 Komposisi Sampel


Adonan semen dibuat menjadi tiga variable, hal ini menjadi dasar pembeda dalam
melakukan pengujian pemboran dan peledakan. Komposisi yang diberikan berupa
perbandingan antara semen berbanding dengan pasir. Variable satu 1:1, variable dua 1,2, dan
variable tiga 1.3. Ketiga variable ini memiliki sifat fisik dan sifat mekanik batuan

3. UJI PENGEBORAN
3.1 Metode Pengeboran

7
3.1.1 Pengeboran Perkusif
Pada pengeboran perkusif pemecahan batuan dilakukan dengan memanfaatkan
gaya tumbuh yang dihasilkan oleh mesin bor terhadap batuan. Contohnya memukul
paku dengan palu.
3.1.2 Pengeboran Rotari
Pada pengeboran rotary pemecahan batuan dilakukan dengan memanfaatkan
penggerusan pada gerak putaran dan gaya dorong yang diberikan kepada mata bor
3.1.3 Pengeboran Rotari Perkusif
Pengeboran rotasi perkusi merupakan kombinasi dari Gerakan perkusi rotasi
feed/trust load and flushing. Gerakan rotasi menggunakan mata bor untuk
memecahkan batuan, sementara aksi perkusi menghasilkan impact sehingga
mendapatkan penetrasi pada mata bor yang akan dilanjutkan ke batuan

3.2 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Mesin Bor


3.2.1 Sifat Batuan
Sifat batuan yang mempengaruhi penetrasi dan menjadi patokan untuk pemilihan
metode pengeboran adalah sifat elastisitas, plastisitas, abrasivitas, kekerasan,
kekuatan, tekstur, struktur dan karakteristik pembongkaran.
3.2.2 Drilabilitas Batuan
Drillabilitas batuan adalah kecepatan penetrasi rata-rata mata bor terhadap batuan.
3.2.3 Umur dan Kondisi Alat Bor
Alat yang sudah lama digunakan dalam kegiatan pembubaran biasanya
kemampuan mesin bor akan menurun Sehingga sangat berpengaruh pada kecepatan
pemboran umur mata bor dan batang bor ditentukan oleh kedalaman yang telah
dicapai mata bor dalam melakukan pengeboran.
3.2.4 Geometri Pengeboran
Geometri pengeboran dapat berupa diameter, sudut atau kemiringan pengeboran
dan kedalaman pengeboran.
3.2.5 Gaya Tekan pada Mata Bore (Weight on Bit)
Gaya tekan pada mata bor adalah proses pembebanan pengeboran yang diberikan
oleh beban untuk menekan mata bor.

3.3 Pengujian Alat Mata Bor


3.3.1 Alat dan Bahan
 Mata bor dan alat bor
 Sampel 1:1, 1:2, dan 1:3
 Beban 3kg; 3,4 kg; 4 kg; 4,5 kg; dan 5 kg
3.3.2 Cara Kerja
 Siapkan alat dan bahan
 Gunakan alat sesuai standar operasional prosedur (SOP)
 Atur kecepatan belt dari kecepatan rendah, sedang, atau tinggi
 Pasang mata bor dengan kencang dan presisi
 Masukkan sampel 1:1, 1:2, atau 1:3 pada ragum dengan tepat (sampel diletakkan pada
posisi tengah dengan sisi permukaan sampel rata dan dalam kondisi terjepit dengan
kuat) serta pastikan sampel menempel di ujung mata bor (mata bor menyentuh sampel

8
dan berada pada titik nol pengukuran). Pastikan sampel terjepit dan tidak bisa lagi
bergeser
 Ikat beban untuk pengujian mulai dari 3 kg; 3,5 kg; 4 kg; 4,5 kg; dan 5 kg ke alat
mata bor dengan benar
 Pastikan semuanya telah terpasang dengan baik dan benar (mata bor terpasang
dengan kencang dan dalam posisi center menyentuh sampel, sampel terjepit dengan
kuat, beban terikat, tachometer hidup, stopwatch siap, dan anggota kelompok siap)
 Colokkan kabel daya alat bor bench drilling ke socket listrik
 Hidupkan alat dan mulailah pengujian. Catat hasil pengamatan serta dokumentasikan
semua tahapan dalam pengujian
 Setelah mencapai kedalaman yang diinginkan angkat beban dan pastikan mata bor
Kembali kepada posisinya sebelum mematikan alat
 Matikan alat dan ganti beban pengujian atau sampel atau kecepatan belt untuk
melakukan pengujian selanjutnya.
 Ulangi Langkah-langkah tersebut dan tetaplah safety

4. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS PEMBORAN


4.1 Pendahuluan
Setiap kegiatan penelitian, baik itu dilakukan melalui pendekatan
kuantitatifmaupun kualititatif tidak akan terlepas dari data, pengolahan data, dan
analisisnya. Data merupakan bahan baku informasi untuk memberikan gambaran spesifik
tentang obyek penelitian yang diteliti. Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh
peneliti guna memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian.
Pengolahan dan analisis data hasil penelitian berbeda satu dengan lainnya,
pengolahan data dilakukan setelah peneliti menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan
penelitian baik mulai dari instalasi alat, preparasi sampel, hingga melakukan uji
pemboran, lalu berikutnya adalah melakukan pengolahan hasil data penelitian. Setelah
hasil penelitian tersebut diolah, maka kegiatan berikutnya adalah melakukan analisis data
dan kegiatan ini ditempatkan pada bagian menjelang akhir yakni sebelum peneliti
menyimpulkan hasil penelitian.
Catatan yang harus diingat bahwa analisis hasil data penelitian dilakukan secara
sederhana, terstruktur, dan mudah dipahami, oleh sebab itu analisis data penelitian yang
bersifat kualitatif hanya mendeskripsikan bagian-bagian atau poin-poin yang ada pada
Masalah utama, perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah didukung oleh
berbagai informasi di lapangan. Namun untuk penelitian yang bersifat kuantitatif peneliti
hanya mengarahkan analisis data tersebut kepada kesimpulan yang akan diambil.

4.2 Pengolahan Data dan Analisis Pemboran


Data merupakan sekumpulan informasi atau juga keterangan—keterangan dari
suatu hal yang diperoleh dengan melalui pengamatan atau juga pencarian ke sumber —
sumber tertentu. Data penelitian berdasarkan sumbernya dapat dikelompokkan dalam dua
jenis yaitu data primer dan data sekunder.

9
1. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari sumber Data utama. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data
baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus
mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, dan penyebaran
kuisioner
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat
diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan,
jurnal, dan lain-lain.
Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan dalam dua jenis
yaitu data kualitatif (berbentuk kata-kata/kalimat) dan data kuantitatif (berbentuk angka).
Data kuantitatif dapat dikelompokkan berdasarkan cara untuk mendapatkannya, yaitu
data diskrit dan data kontinum. Berdasarkan sifatnya, data kuantitatif terdiri atas data
nominal, data ordinal, data interval dan data rasio.

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau
angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu (Hasan,
2006: 24). Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari hasil pengukuran
menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut
(Sudjana, 2001:128). Pengolahan Data Pemboran pada praktikum Pemboran dan
Peledakan menggunakan data primer yang telah diambil pada saat praktikum sebelumnya
dan diolah menggunakan software pengolah data Ms. Excel

4.3 Tujuan Pengolahan Data dan Analisis Pemboran


Tujuan dari pengolahan data pemboran adalah untuk melihat hubungan antara
data yang telah diambil pada saat praktikum agar dapat dianalisis hasil dari pemboran
yang telah dilakukan sedangkan analisis pemboran adalah proses pengolahan data dengan
tujuan untuk menemukan informasi yang berguna yang dapat dijadikan dasar dalam
penarikan kesimpulan.

4.4 Pengolahan Data

10
Sebelum memulai pengolahan data Menggunakan software pengolah data,
memasukkan Data yang telah ditulis di atas kertas kedalam aplikasi Ms.Excel. Data yang
diperlukan untuk mengolah data hasil pemboran adalah kecepatan belt, Weight on bit,
kecepatan putar mata bor, waktu, kedalaman pemboran, diameter mata bor, dan
kekerasan sampel. Data yang telah diinput kemudian diinterpretasikan dalam bentuk
grafik sehingga dapat terlihat hubungan antara data yang akan dianalisis.

4.5 Analisis Hasil Pemboran

Pada praktikum pemboran dan peledakan dilakukan 4 analisis hasil pemboran yaitu :

1. Analisis Rate of Penetration : Hubungan antara Waktu dan Jarak Pemboran


2. Analisis hubungan antara Kecepatan Putar Mata Bor dan Kedalaman Lubang
3. Analisis hubungan antara Rate of Penetration dan WOB (Weight on Bit) pada kedalaman.
4. Analisis hubungan Rate of Penetration dan Kecepatan Putar Mata Bor

Setiap analisis dilakukan pada software pengolah data Ms. Excel dan dimasukkan
kedalam format pelaporan hasil. Lakukan analisis pada grafik data dan tarik kesimpulan
dari analisis tersebut.

4.6 Pelaporan Hasil Analisis Pemboran


Pelaporan hasil analisis pemboran pada praktikum pemboran dan peledakan dilakukan
pada format yang telah disediakan dan disetujui oleh asisten Pemboran dan Peledakan.

11
BAB III
PENUTUP

Penyusunan makalah ini didasarkan kepada praktikum Pengeboran dan Peledakan


kelompok 9 yang dilakukan dengan melakukan uji pengeboran dengan 3 sampel yang memiliki
komposisi berbeda-beda. Berdasarkan uraian diatas, diperoleh bahwa pengeboran dilakukan
dengan memerhatikan factor-faktor yang akan memengaruhi perolehan data. Faktor-faktor
tersebut diantaranya adalah pemilihan mata bor, kecepatan bit, komposisi sampel, dan lainnya.
Oleh karena itu, pengeboran harus dilakukan dengan lebih teliti dan memerhatikan segala aspek
yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Laboratorium Pemboran dan Peledakan. 2022. Modul Praktikum Pengeboran dan Peledakan
Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya 2022/2023.

Anda mungkin juga menyukai