Anda di halaman 1dari 26

III.

Kajian Mineralogi Bahan Galian


 Pada semua proses pengolahan bahan galain dibutuhkan
identifikasi mineral yang terdapat dalam bahan galian, dalam
produkta antara, dan dalam produkta akhir yang dihasilkan
dari proses pengolahan bahan galian.

 Identifikasi mineral biasanya didasarkan pada komposisi


kimia dan sifat-sifat fisik. Identifikasi di lapangan seringkali
didasarkan pada prosedur kualitatif kasar.

 Analisis kimia membutuhkan fasilitas laboratorium yang


seringkali sulit diperoleh di lapangan, sehingga tahap pertama
dalam identifikasi mineral adalah penentuan dan klasifikasi
sifat-sifat fisik mineral. Selanjutnya analisis kimia hanya
dibutuhkan untuk konfirmasi dan perbaikan.
Komposisi Kimia
 Beberapa mineral terdiri dari elemen tunggal seperti
tembaga, perak, merkuri, batubara, intan, dan emas,
sebagian lagi membentuk paduan seperti elektrum,
dan sebagian besar terdiri dari senyawa kimia yang
terbentuk secara alami di alam.
Sifat-sifat Fisik Mineral
1. Struktur Kristal

 Struktur kristal sangat menentukan sifat-sifat mineral, tetapi


struktur kristal sulit ditentukan tanpa bantuan difraksi sinar-
X.

 Jenis-jenis struktur kristal yang banyak dijumpai antara lain


adalah isometrik, tetragonal, ortorombik, monoklin, triklin,
dan heksagonal.

 Struktur kristal ini juga berkaitan dengan struktur tertentu


setelah diremuk (dilakukan pengecilan ukuran).
2. Warna

 Beberapa mineral menunjukkan warna yang berbeda dari


mineral lainnya sehingga mudah dikenali berdasarkan
warnanya, namun demikian beberapa mineral lainnya
menunjukkan warna yang bervariasi.

 Warna yang bervariasi dari suatu mineral dapat disebabkan


oleh antara lain adanya inklusi, pengotor dalam mineral
tersebut, dan lain-lainnya.
3. Kilap (Luster)

 Kilap menunjukkan penampakan permukaan dari mineral


atau juga menunjukkan refleksi terhadap cahaya.

 Kilap umumnya tergantung pada karakter permukaan tetapi


termodifikasikan oleh derajat transparansi dan indeks
refraktivitas.

 Beberapa kilap antara lain :


 metalik  kilap dari mineral logam dan beberapa mineral opak.
 submetalik dan metalloidal  menunjukkan derajat kilap yang lebih
rendah dari metalik.
 non-metalik  kadang-kadang digunakan untuk mendeskripsikan
semua kilap yang lain, terdiri antara lain :
- vitreous  kenampakan dari permukaan kaca yang pecah.
- adamantine  kenampakan seperti kaca yang diberi minyak.
- resinous  kenampakan resin.
- dll.
4. Derajat Transparansi

 Mineral disebut transparan jika obyek dapat


dilihat dengan terang sampai menembus
obyek tersebut.

 Translusen jika cahaya dapat ditransmisikan


tetapi obyek tidak terlihat.

 Opak jika cahaya tidak dapat dilewatkan.


5. Streak

 Streak adalah warna dari bubuk mineral yang


paling halus.

 Bubuk mineral dapat dibuat dengan


menghaluskan mineral dalam mortar menjadi
bubuk halus.
6. Kekokohan (Tenacity)

 Kekokohan adalah derajat atau karakter dari kohesi.

 Beberapa sifat kekokohan ini dapat dibedakan antara lain :


 sectile  dapat dipotong dengan pisau tetapi irisannya tidak
lunak.
 malleable  bengkok jika dipukul dengan palu.
 flexible  dapat ditekuk.
 elastik  kembali lagi jika ditekuk.
 brittle, fragile  mudah pecah.
 tough  tangguh, kebalikan dari brittle.
 friable  mudah diremuk.
 pulverulent, powdery  sedikit atau tidak ada kohesi, seperti
kapur atau lempung.
7. Clevage

 Cleavage adalah kapasitas yang dimiliki oleh


mineral untuk pecah/membelah dengan bidang
belah yang rata dan paralel/sejajar dengan
permukaan kristal.
8. Fracture

 Fracture adalah istilah yang dipakai pada


pecahnya mineral dimana hasil-hasil pecahan
mineral tersebut tidak menghasilkan bidang yang
rata.
9. Kekerasan (Hardness)

 Kekerasan merupakan ukuran ketahan mineral


terhadap abrasi atau goresan.

 Kekerasan biasanya ditandai secara pendekatan


dengan angka, sesuai dengan skala kekerasan
Mohs, dimana mineral yang paling keras
mempunyai angka yang terbesar, seperti :
10. Intan 5. Apatit
9. Korundum 4. Flurit
8. Topaz 3. Kalsit
7. Kuarsa 2. Gipsum
6. Ortoklas. 1. Talk
10. Specific Gravity

 Specific gravity adalah berat suatu bahan (material)


dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama.
Mineral dengan specific gravity 3, sama dengan tiga kali berat
air.

 Penentuan specific gravity yang umum dilakukan, didasarkan


pada kenyataan bahwa kehilangan berat bahan yang
dicelupkan dalam air adalah berat yang sama dengan air.

 Jika berat mineral di udara adalah a dan beratnya dalam air


adalah w, maka

specific gravity = a / (a-w)

 Peralatan yang umum digunakan untuk menentukan specific


gravity adalah neraca Jolly atau yang lebih akurat dengan
piknometer.
Karakteristik Partikel
 Karakteristik partikel merupakan aspek yang sangat
penting dalam pengolahan bahan galian.

 Bidang ilmu pengolahan bahan galian selalu dihubungkan


dengan istilah partikel.

 Bentuk partikel atau yang lebih tepat luas permukaan akan


sangat menentukan tingkah laku partikel dalam proses
pengolahan bahan galian.
1. Bentuk dan Ukuran Partikel

 Partikel yang berbentuk bulat dapat diukur secara


eksak/tepat berdasarkan diameternya.

 Akan tetapi di dalam PBG partikel-partikel tersebut tidak


berdiri sendiri secara individu tetapi merupakan kumpulan
dari partikel-partikel dan umumnya masing-masing partikel
tersebut tidak berbentuk bulat sehingga ukuran partikel
tidak ditentukan dengan pengukuran secara individu.

 Sebagai contoh: dalam pangukuran mikroskopik, ukuran


partikel merupakan harga rata-rata dari beberapa dimensi
(panjang dan luasnya) ; dalam pengayakan, ukuran
partikel merupakan ukuran dari lubang ayakan standar ;
dalam proses sedimentasi, ukuran partikel diukur dari
diameternya berdasarkan specific gravity dan laju
pengendapan dalam suatu persamaan tertentu.
 Namun demikian, meskipun pada kenyataannya
bentuk partikel itu tidak bulat, umumnya asumsi yang
dipakai adalah partikel yang bulat sehingga
perhitungan yang berkaitan dengan proses lebih
mudah dilakukan.

 Ukuran partikel biasanya didasarkan pada skala


standar agar bisa dibandingkan dan dikorelasikan
dengan baik.
Korelasi Ukuran Antara mm, m, dan mesh Tyler

Ukuran
mm m mesh Tyler
6,730
4,760
3,360
2,380
1,680
1,190
0,840 840 20
0,595 595 28
0,420 420 35
0,297 297 48
0,210 210 65
0,149 149 100
0,105 105 150
0,074 74 200
0,053 53 270
0,037 37 400
 Biasanya sebagai titik referensi diambil 74 m (0,074
mm) yang berkorelasi dengan 200 mesh.

 Ukuran selanjutnya dikalikan atau dibagi dengan √2


Contoh :
105 = 74 x √2
149 = 105 x √2
53 = 37 x √2
Contoh Hasil Analisis Ayak

Ukuran Berat Berat % Berat


Mesh Tyler mm (gr) (%) Kumulatif
+ 10 + 1, 68 0,5 0,5 0,5
- 10 + 14 - 1, 68 + 1, 19 7,5 7,5 8.00
- 14 + 20 - 1, 19 + 0, 84 7,5 7,5 15,5
- 20 + 28 - 0, 84 + 0,595 8,5 8,5 24.00
- 28 + 35 - 0,595 + 0,420 11,0 11,0 35.00
- 35 + 48 - 0,420 + 0,297 14,4 14,4 49,4
- 48 + 65 - 0,297 + 0,210 12,5 12,5 61,9
- 65 + 100 - 0,210 + 0,149 10,3 10,3 72,2
- 100 + 150 - 0,149 + 0,105 7,8 7,8 80.00
- 150 + 200 - 0,105 + 0,074 10.00 10.00 90.00
- 200 - 0,074 10.00 10.00 100%
2. Partikel-partikel Midling
(Midling/Locked Particles)

 Partikel-partikel midling adalah partikel-partikel yang di


dalamnya tercampur dari dua atau lebih jenis mineral.

 Ada 4 tipe: I. Rectiliner Boundaries


II. Veins
III. Shell
IV. Occlusion
Liberasi

 Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan untuk


dapat memisahkan mineral berharga dari pengotornya
adalah liberasi dari butir-butir mineral pengotornya.

 Liberasi adalah usaha yang dilakukan untuk melepaskan


mineral-mineral berharga dari mineral pengotornya.
Liberasi (lanjutan)

 Derajat pemisahan mineral berharga dari mineral tak


berharga (pengotornya) ditentukan berdasarkan derajat
liberasinya.

 Derajat liberasi merupakan perbandingan antara berat


mineral yang sudah bebas sempurna terhadap berat
mineral tersebut seluruhnya.
Berat mineral A yang bebas sempurna
Derajat Liberasi  x 100%
Berat mineral A seluruhnya

b1 n 1 .  . v n 1
   x 100%
b2 n 2 .  . v n 2

dimana b1 = berat mineral A yang bebas sempurna


b2 = berat mineral A seluruhnya
n1 = jumlah partikel mineral A yang bebas sempurna
n2 = jumlah partikel mineral A seluruhnya
 = specific gravity mineral A
v = volume

Persamaan tersebut berlaku dengan asumsi bahwa


volume partikel mempunyai harga yang sama besar.
Misal dengan pengamatan mikroskop diperoleh hasil
pengamatan seperti terlihat pada gambar berikut

9 9
Derajat Liberasi   x 100%  75%
1 1 12
9  (5x )  (2x )
2 4
Kadar

 Kadar merupakan perbandingan antara berat mineral tertentu


(A) terhadap berat mineral keseluruhan.

Berat mineral A
Kadar  x 100%
Berat min. A  min. B  min. C  ..................

n A . A . vA
 x 100%
n A .  A . v A  n B .  B . v B  n C .  C . v C  ..............

n A . A
 x 100%
n A .  A  n B .  B  n C .  C  ..............

dimana nA,B,C = jumlah partikel mineral A, B, C


A,B,C = specific gravity mineral A, B, C
vA,B,C = volume partikel mineral A, B, C

Persamaan ini berlaku dengan asumsi bahwa volume partikel


mempunyai harga yang sama besar.
Tugas I
Suatu pabrik Pengolahan Bahan Galian mengerjakan umpan
sebanyak 100 ton/jam dengan kadar PbS dari bijih tersebut
adalah 5%. Jika dikehendaki kadar PbS hasil PBG
(konsentrat) adalah 30%-PbS dan kadar tailing 0,1%-PbS,
tentukan:
(a). Jumlah konsentrat yang dihasilkan per jam
(b). Jumlah tailing per jam yang dihasilkan
(c). Recovery dari pabrik PBG tersebut
(d). Ratio of concentration dari pabrik PBG tersebut
Tugas II

Dalam suatu bijih diketahui kandungan PbS, ZnS, dan SiO2 dengan hasil analisis
sbb.

Fraksi Berat PbS ZnS SiO2


Ukuran (gr)
(Mesh) Bebas Terikat Bebas Terikat Bebas Terikat

-28 +35 125 1 8 1 14 24 12


-35 +48 273 2 7 1 12.5 28 11.5
-48 +65 481 4 6 2 11 30 10
-65 +100 673 6 5 2 10.5 32 8.5
-100 +150 417 8 4 3 10 40 6
-150
Diketahui: 255  10 3 ZnS
3 = 4.0 8 
42 5
PbS = 7.5 SiO2 = 2.65

Ditanyakan: a). Derajat liberasi tiap-tiap fraksi dari PbS dan ZnS
b). Derajat liberasi PbS dan ZnS dalam bijih
c). Kadar PbS dan ZnS tiap-tiap fraksi
d). Kadar PbS dan ZnS dalam bijih

Anda mungkin juga menyukai