Pada dasarnya, ada dua gaya yang menyebabkan terjadinya deformasi pada
permukaan bumi yaitu gaya eksogen dan gaya endogen. Pada struktur sekunder
sering mengalami gaya tersebut.
Beberapa unsur struktur geologi secara geometri dapat dianggap sebagai struktur
bidang. Struktur geologi itu antara lain adalah bidang perlapisan, bidang kekar,
bidang sesar, bidang foliasi dan sejenisnya. Untuk itu hal – hal yang perlu
dipelajari dalam struktur bidang antara lain, yaitu :
1. Strike ( Jurus ), merupakan arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang
planar dengan bidang horisontal ditinjau dari arah utara.
Ada pula hal – hal yang perlu diketahui mengenai istilah yang ada pada software
Dips yaitu :
1. Deklinasi Magnetik adalah sudut yang dibentuk antara arah utara magnetik
bumi terhadap arah utara geografis.
3. Daylight Envelope adalah area berbentuk lingkaran yang tersedia pada software
Dips yang berfungsi untuk memperkirakan daerah terjadinya longsoran menuju
free face pada analisis longsoran.
Gambar 3.1
Longsoran Bidang
2. Longsor Baji, dapat terjadi pada batuan jika lebih dari suatu bidang lemah
yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang
lemah tersebut lebih besar dari sudut geser batuannya. Bidang lemah ini
dapat berupa sesar, rekahan, maupun perlapisan. Syarat terjadinya
longsoran baji :
a. Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan
bidang lemah B lebih besar daripada bidang lemah A.
b. Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng dan kedua bidang lemah.
Gambar 3.2
Longsoran Baji
3. Longsor Busur, merupakan longsoran umum yang terjadi di alam terutama
pada batuan yang lunak atau pada tanah. Pada batuan yang cenderung
keras, longsoran busur hanya terjadi ketika batuan tersebut sudah
mengalami pelapukan dan mempunyai bidang – bidang lemah yang sangat
rapat dan tidak dapat dikenali lagi kedudukannya. Pada tanah, pola
strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir bebas mencari posisi yang
paling kecil hambatannya. Longsoran busur terjadi apabila partikel
individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil dan tidak saling
mengikat. Tanda pertama suatu longsoran busur biasanya berupa, disertai
dengan menurunnya sebagian permukaan atas lereng yang berada
disamping rekahan.
Gambar 3.3
Longsoran Busur
Gambar 3.4
Bentuk Longsoran Toppling
Kondisi geometri yang diperlukan untuk terjadinya longsoran guling, antara lain :
a. Balok akan tetap mantap bila < dan b/h > tan .
b. Balok akan meluncur bila > dan b/h > tan .
c. Balok akan tergelincir, kemudian mengguling bila > dan b/h < tan .
d. Balok akan langsung mengguling bila < dan b/h < tan .
Adapun parameter yang dibutuhkan dalam penentuan jenis longsoran adalah :
a. Arah umum bidang lemah dan kemiringannya ( Dip / Dip Direction ).
b. Arah umum lereng dan kemiringannya ( Dip / Dip Direction ).
c. Sudut geser dalam batuan (φ).
Diketahui data sebagai berikut :
a. Arah dan kemiringan lereng yang terbentuk (Dip / Dip Direction ) = 410/
N1330E.
b. Dari uji sifat mekanik batuan diperoleh sudut geser dalam (φ) = 300.
c. Data pengukuran bidang lemah.
Gambar 3.5.
Jenis-jenis Longsoran
c.1.4. Diskontinuitas
Istilah umum untuk setiap diskontinuitas mekanis dalam massa batuan yang
memiliki kekuatan tarik nol atau rendah. Sepuluh parameter yang dipilih untuk
menggambarkan diskontinuitas dan massa batuan didefinisikan di bawah ini :
Gambar 3.6.
Diagram menunjukkan Strike, Dip, Dip Direction dari 3 bidang dengan orientasi
yang berbeda
2. Spasi Kekar
Tabel 3.1.
Deskripsi Spasi
Description Spacing
Extremely close spacing < 20 mm
Very close spacing 20-60 mm
Close spacing 60-200 mm
Moderate spacing 200-600 mm
Wide spacing 600-2000 mm
Very wide spacing 2000-6000 mm
Extremely wide spacing > 6000 mm
3. Kondisi Kekar
a. Kemenerusan
Kegigihan menyiratkan luas areal atau ukuran diskontinuitas dalam lereng.
Hal ini dapat dihitung secara kasar dengan mengamati panjang
diskontinuitas jejak pada permukaan bukaan. Ini adalah salah satu
parameter massa batuan yang paling penting.
Tabel 3.2.
Penggambaran Kemenerusan
Description Persistence
Very low persistence <1m
Low persistence 1-3 m
Medium persistence 3-10 m
High persistence 10- 20 m
Very high persistence >20 m
b. Isian
f. Pelapukan
Tabel 3.6.
Deskripsi Jenis Pelapukan
I = Diskontinuitas ini sangat ketat dan kering, aliran air sepanjang itu
tampaknya tidak mungkin.
II = Diskontinuitas kering dengan tidak ada bukti aliran air.
III = Diskontinuitas kering tapi menunjukkan bukti aliran air yaitu karat
pewarnaan, dll.
IV = Diskontinuitas basah tapi tidak ada air bebas hadir.
V = Diskontinuitas menunjukkan rembesan, tetes air sesekali, namun
tidak ada aliran kontinu.
VI = Diskontinuitas menunjukkan air yang kontinu.
( Perkiraan 1 / mindan menggambarkan tekanannya itu rendah,
sedang, tinggi ).
Parameter
Selang Nilai
Untuk kuat
Kuat
PLI (MPa) >10 4-10 2-4 1-2 tekan rendah perlu
Tekan
UCS
1 Batuan
5-
Utuh UCS (MPa) >250 100-250 50-100 25-50 1-5 <1
25
Bobot 15 12 7 4 2 1 0
Bobot 30 25 20 10 0
Aliran/10m
panjang tunnel None <10 10-25 25-125 >125
Air (ltr/menit)
tanah
pada Tek. Air pada
5
keka kekar/maks
r 0 <0.1 0.1-0.2 0.2-0.5 >0.5
tegangan utama
(MPa)
Kondisi Umum Kering Lembab Basah Menetes Mengalir
Bobot 15 10 7 4 0
Arah Jurus Memotong Sumbu Terowongan Jurus Kemir
searah ingan
Maju searah Maju melawan Arah jurus searah sumbu sumbu 0⁰-20⁰
kemiringan kemiringan terowongan terowon tdk
gan perhat
Efek ikan
Orientasi 45⁰-90⁰ 20⁰-45⁰ 45⁰-90⁰ 20⁰-45⁰ 45⁰-90⁰ 20⁰-45⁰ kemiri
Jurus ngan
6
Tidak
Sangat Tidak Sangat tidak
Menguntun mengu
menguntun Sedang menguntun menguntung Sedang
gkan ntung
gkan gkan kan
kan
B Terowong
0 -2 -5 -10 -12 -5 -10
o an
b Fondasi 0 -2 -7 -15 -25 -7 -15
o
t Lereng 0 -2 -25 -50 -60 -25 -50
Tabel 3.8.
Penyesuaian Bobot untuk Orientasi Kekar
Tabel 3.9.
Kelas Massa Batuan untuk Bobot Total
Secara default pada program Dips, data masukan berupa Dip / Dip Direction.
Kemudian tambahkan baris atau kolom jika tersedia data lapangan yang lebih
lengkap.
2. Klik kanan pada judul kolom paling kanan > add column > ketikkan nama
kolom yang diinginkan. Kemudian tambahkan kolom lain dengan nama Joint
Spacing, Kemenerusan, Kekasaran, Isian, JRC, Bukaan, JCS, Kekuatan
Bidang, dan Laluan.
3. Setelah itu, kita akan menamai pekerjaan kita. Dalam aplikasi Dips ini disebut
dengan Project Title. Caranya adalah klik menu Setup > Job Control. Maka
akan muncul tampilan seperti di bawah ini. Kemudian pada kolom “Project
Title” isikan nama dan nim. Lalu masukkan sudut deklinasi sesuai soal.
8. Setelah itu, klik kanan > pilih Contour Option > maka akan muncul tampilan
seperti gambar di bawah ini. Pada kolom Mode pilih Line > OK.
Selanjutnya, pada kotak dialog Chart isikan Data to Plot sesuai dengan urutan
soal yaitu JCS, Joint Spacing, Kemenerusan, Bukaan, JRC, Isian, Kekuatan
Bidang, dan Laluan. Kemudian pilih Qualitative apabila data yang ingin
ditampilkan dalam bentuk kualitas parameter. Pilih Quantitative apabila data
yang ingin ditampilkan dalam bentuk jumlah data. Setelah itu, pada bagian
Plot Type pilih Histogram > OK.
14. Chart Data > JCS > Quantitative. Hasilnya sebagai berikut :
15. Chart Data > Joint Spacing > Quantitative. Hasilnya sebagai berikut :
Didapat nilai mean = 0.420333 m = 420.333 mm. Maka, pembacaan pada tabel
kita gunakan nilai mean. Pada kolom Spacing of Discontinuties masuk dalam
200 – 600 mm. Maka bobot RMRnya adalah 10.
16. Chart Data > Kemenerusan > Qualitative. Hasilnya sebagai berikut :
Nilai dominan yang dibaca yaitu < 0.6 H. Nilai H dapat dilihat di Excel yaitu
5m. Sehingga :
Kemenerusan = < 0.6 H
= < 0.6 x 5m
= < 3m
Pada kolom Discontinuity Length ( persistence ) masuk dalam 1 – 3m. Maka
bobotnya adalah 4.
18. Chart Data > JRC > Qualitative. Hasilnya sebagai berikut :
Didapatkan hasil chart JRC adalah 12 - 14. Kemudian lihat pada tabel JRC,
angka 12 – 14 termasuk dalam kategori kasar. Pada kolom Roughness masuk
dalam kategori Rough. Maka bobotnya adalah 5.
20. Chart Data > Kekuatan Bidang > Qualitative. Hasilnya sebagai berikut :
Tabel laluan adalah tentang groundwater. Pada Chart Data diatas diketahui
nilai dominan adalah un3 ( discontinuity is dry but shows evidence of water
flow ). Pada kolom Groundwater > General Conditions termasuk kategori
Damp. Maka bobotnya adalah 10.
22. Berdasarkan standar Internasional, RMR terdiri dari enam parameter untuk
mengklasifikasikan massa batuan yaitu UCS, RQD, Jarak kekar
(discontinuity), kondisi kekar, kondisi air tanah, dan orientasi kekar. Untuk
orientasi kekar dipergunakan sebagai pengoreksi RMR. Menjumlahkan bobot
nilai dari UCS, RQD, Jarak kekar (discontinuity), kondisi kekar, kondisi air
tanah. Sehingga, RMR = 4 + 20 + 10 + (4 + 4 + 5 + 2 + 3) + 10 = 62.
23. Pada koreksi kekar, lihat kekar mayornya dengan cara View > Major Planes
Plot. Kemudian lihat dip yang nilainya paling besar (dip kekar mayor).
Bobot nilai RMR adalah 2 sehingga termasuk dalam very poor rock.