Anda di halaman 1dari 36

BAB III

ANALISIS POTENSI LONGSORAN DAN KLASIFIKASI


MASSA BATUAN

3.1. Dasar Teori


3.1.1. Dasar – Dasar Geologi Struktur
Struktur geologi adalah struktur perubahan lapisan batuan sedimen akibat kerja
kekuatan tektonik sehingga tidak lagi memenuhi hukum superposisi dan terjadi
perubahan bentuk pada batuan. Disamping itu, struktur geologi juga merupakan
struktur kerak bumi hasil dari deformasi tektonik. Kekuatan tektonik dan organik
yang membentuk struktur geologi berupa stress (tegangan-). Berdasarkan
genesanya, geologi struktur ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Struktur Primer, merupakan struktur yang terbentuk bersamaan pada saat


terjadinya pembentukan batuan tersebut, misalnya : perlapisan, foliasi, dan
laminasi.
2. Struktur Sekunder, merupakan struktur yang terbentuk setelah proses
pembentukan batuan yang diakibatkan oleh adanya gaya eksternal yang bekerja
selama maupun setelah pembentukkan batuan, misalnya : kekar, sesar, lipatan.

Pada dasarnya, ada dua gaya yang menyebabkan terjadinya deformasi pada
permukaan bumi yaitu gaya eksogen dan gaya endogen. Pada struktur sekunder
sering mengalami gaya tersebut.
Beberapa unsur struktur geologi secara geometri dapat dianggap sebagai struktur
bidang. Struktur geologi itu antara lain adalah bidang perlapisan, bidang kekar,
bidang sesar, bidang foliasi dan sejenisnya. Untuk itu hal – hal yang perlu
dipelajari dalam struktur bidang antara lain, yaitu :
1. Strike ( Jurus ), merupakan arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang
planar dengan bidang horisontal ditinjau dari arah utara.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 1


2. Dip ( kemiringan ), merupakan kemiringan terbesar yang terbentuk oleh bidang
miring yang bersangkutan dengan bidang horisontal dan diukur tegak lurus strike.
3. Dip Direction ( arah kemiringan ), merupakan arah lurus jurus yang sesuai
dengan arah miringnya bidang yang bersangkutan yang diukur dari arah utara.
Besarnya adalah arah strike ditambah 90o atau arah tegak lurus jurus yang sesuai
dengan arah miringnya bidang yang bersangkutan dan diukur dari utara.
4. Apparent Dip ( kemiringan semu ), merupakan sudut kemiringan suatu bidang
yang bersangkutan dengan bidang horisontal dan pengukuran dengan arah tidak
tegak lurus strike.

3.1.2. Istilah dalam Software Dips

Ada pula hal – hal yang perlu diketahui mengenai istilah yang ada pada software
Dips yaitu :

1. Deklinasi Magnetik adalah sudut yang dibentuk antara arah utara magnetik
bumi terhadap arah utara geografis.

2. Variability Cones ( kerucut variabilitas ) merupakan area berbentuk lingkaran


yang tersedia pada software Dips yang melingkupi pole plot dengan populasi
tinggi, yang mewakili beberapa penyimpangan atau standar deviasi dari
ketidakpastian orientasi yang tergantung dari besar standar deviasi yang dipilih.

3. Daylight Envelope adalah area berbentuk lingkaran yang tersedia pada software
Dips yang berfungsi untuk memperkirakan daerah terjadinya longsoran menuju
free face pada analisis longsoran.

3.1.3. Jenis – Jenis Longsor dalam Tambang Terbuka

1. Longsor Bidang, merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang


bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa bidang
kekar, rekahan ( joint ) maupun bidang perlapisan batuan. Syarat terjadinya
longsoran bidang :
a. Terdapat bidang luncur bebas ( daylight ) berarti bahwa bidang lurus lebih
kecil daripada arah kemiringan lereng.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 2


b. Arah bidang perlapisan ( bidang lemah ) sejajar atau mendekati dengan
arah lereng ( maksimal beda 20o ).
c. Terdapat bidang geser dan tidak ada penahan gayanya pada kedua sisi
longsoran.

Gambar 3.1
Longsoran Bidang

2. Longsor Baji, dapat terjadi pada batuan jika lebih dari suatu bidang lemah
yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang
lemah tersebut lebih besar dari sudut geser batuannya. Bidang lemah ini
dapat berupa sesar, rekahan, maupun perlapisan. Syarat terjadinya
longsoran baji :
a. Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan
bidang lemah B lebih besar daripada bidang lemah A.
b. Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng dan kedua bidang lemah.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 3


c. Sudut geser dalam harus lebih besar daripada bidang lemah A dan bidang
lemah B.

Gambar 3.2
Longsoran Baji
3. Longsor Busur, merupakan longsoran umum yang terjadi di alam terutama
pada batuan yang lunak atau pada tanah. Pada batuan yang cenderung
keras, longsoran busur hanya terjadi ketika batuan tersebut sudah
mengalami pelapukan dan mempunyai bidang – bidang lemah yang sangat
rapat dan tidak dapat dikenali lagi kedudukannya. Pada tanah, pola
strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir bebas mencari posisi yang
paling kecil hambatannya. Longsoran busur terjadi apabila partikel
individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil dan tidak saling
mengikat. Tanda pertama suatu longsoran busur biasanya berupa, disertai
dengan menurunnya sebagian permukaan atas lereng yang berada
disamping rekahan.

Gambar 3.3
Longsoran Busur

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 4


4. Longsor Toppling ( Longsor Guling ), terjadi pada batuan yang keras dan
memiliki lereng terjal dengan bidang – bidang lemah yang tegak lurus atau
hampir tegak dan arahnya berlawanan dengan arah kemiringan lereng.
Longsoran ini bisa berbentuk blok atau bertingkat. Kondisi untuk menggelincir
atau meluncur ditentukan oleh sudut geser dalam dan kemiringan bidang
luncurnya, tinggi balok, dan lebar balok terletak pada bidang miring.

Gambar 3.4
Bentuk Longsoran Toppling

Kondisi geometri yang diperlukan untuk terjadinya longsoran guling, antara lain :
a. Balok akan tetap mantap bila < dan b/h > tan .
b. Balok akan meluncur bila > dan b/h > tan .
c. Balok akan tergelincir, kemudian mengguling bila > dan b/h < tan .
d. Balok akan langsung mengguling bila < dan b/h < tan .
Adapun parameter yang dibutuhkan dalam penentuan jenis longsoran adalah :
a. Arah umum bidang lemah dan kemiringannya ( Dip / Dip Direction ).
b. Arah umum lereng dan kemiringannya ( Dip / Dip Direction ).
c. Sudut geser dalam batuan (φ).
Diketahui data sebagai berikut :
a. Arah dan kemiringan lereng yang terbentuk (Dip / Dip Direction ) = 410/
N1330E.
b. Dari uji sifat mekanik batuan diperoleh sudut geser dalam (φ) = 300.
c. Data pengukuran bidang lemah.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 5


Dalam bab ini akan diuraikan bagaimana untuk melakukan analisis stabilitas
terhadap berbagai longsoran seperti Longsoran Toppling, Longsoran Bidang,
Longsoran Baji. Untuk latihan ini menggunakan data dari lapangan yang terdapat
pada file excel data memiliki kedudukan 450/ N2280E (Dip/ Dip Direction).

Gambar 3.5.
Jenis-jenis Longsoran

c.1.4. Diskontinuitas
Istilah umum untuk setiap diskontinuitas mekanis dalam massa batuan yang
memiliki kekuatan tarik nol atau rendah. Sepuluh parameter yang dipilih untuk
menggambarkan diskontinuitas dan massa batuan didefinisikan di bawah ini :

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 6


1. Orientasi Kekar
2. Orientasi diskontinuitas dalam ruang digambarkan oleh kemiringan garis
deklinasi curam diukur dari horisontal dan oleh arah dip diukur searah jarum
jam dari utara yang sejati. Contoh : dip arah / dip (025 ° / 45 °).
3. Orientasi diskontinuitas relatif terhadap struktur rekayasa sebagian besar
mengontrol kemungkinan kondisi tidak stabil atau deformasi yang berlebihan
berkembang. Pentingnya orientasi meningkat ketika kondisi lain untuk
deformasi yang hadir, seperti geser kekuatan rendah dan dalam jumlah yang
memadai diskontinuitas atau set bersama untuk tergelincir terjadi.

Gambar 3.6.
Diagram menunjukkan Strike, Dip, Dip Direction dari 3 bidang dengan orientasi
yang berbeda

2. Spasi Kekar

a. Jarak diskontinuitas yang berdekatan sebagian besar mengontrol ukuran blok


individu batu utuh. Set berjarak dekat beberapa cenderung memberikan
kondisi kohesi massa rendah sedangkan mereka yang luas spasi jauh lebih
mungkin untuk menghasilkan kondisi saling. Efek ini tergantung pada masih
adanya diskontinuitas individu.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 7


b. Seperti dalam kasus orientasi, pentingnya jarak meningkat ketika kondisi lain
untuk deformasi yang hadir, yaitu kekuatan geser rendah dan dalam jumlah
yang memadai diskontinuitas atau set gabungan untuk slip terjadi.

Tabel 3.1.
Deskripsi Spasi

Description Spacing
Extremely close spacing < 20 mm
Very close spacing 20-60 mm
Close spacing 60-200 mm
Moderate spacing 200-600 mm
Wide spacing 600-2000 mm
Very wide spacing 2000-6000 mm
Extremely wide spacing > 6000 mm

3. Kondisi Kekar

a. Kemenerusan
Kegigihan menyiratkan luas areal atau ukuran diskontinuitas dalam lereng.
Hal ini dapat dihitung secara kasar dengan mengamati panjang
diskontinuitas jejak pada permukaan bukaan. Ini adalah salah satu
parameter massa batuan yang paling penting.

Tabel 3.2.
Penggambaran Kemenerusan

Description Persistence
Very low persistence <1m
Low persistence 1-3 m
Medium persistence 3-10 m
High persistence 10- 20 m
Very high persistence >20 m

b. Isian

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 8


Isian adalah istilah untuk bahan yang memisahkan dinding batu yang
berdekatan diskontinuitas, misalnya kalsit, klorit, tanah liat, lumpur,
kesalahan gouge, breksi dll. jarak tegak lurus antara dinding batu yang
berdekatan disebut lebar diskontinuitas diisi, yang bertentangan dengan
bukaan dari jenis menganga atau terbuka. Karena berbagai variasi
kejadian, diskontinuitas penuh menampilkan berbagai perilaku fisik,
terutama yang terkait dengan kekuatan geser, deformabilitas, dan
permeabilitas.

c. Kadar air dalam isian dan permeabilitas


W1 = Bahan pengisi yang sangat konsolidasi dan kering, aliran signifikan
tampaknya tidak mungkin karena permeabilitas sangat rendah.
W2 = Bahan pengisi lembab, tapi tidak ada air bebas.
W3 = Bahan pengisi adalah tetes sesekali air.
W4 = Bahan pengisi menunjukkan tanda – tanda aliran air yang mengalir (
perkiraan liter / menit ).
W5 = Bahan pengisian aliran air yang cukup di sepanjang keluar – masuk
saluran ( perkiraan liter / menit dan menggambarkan tekanan ).
W6 = Bahan pengisian aliran dan tekanan air yang sangat tinggi terutama
pada bukaan pertama ( liter perkiraan / menit dan menggambarkan
tekanan ).
Tabel 3.3.
International Society for Rock Mechanics

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 9


Tabel 3.4.
Presentasi hasil
No. Karakteristik Parameter
d. 1 Geometry Width, wall roughness, field sketch J
Mineralogy, particle size weathering grade, soil
2. Filling type R
index parameters, swelling potential
Manual index (S1-S6) shear strength over C
3. Filling strength
consolidation ratio displaced / undisplaced
Water content (rating as W1-W6) permeability
4. Seepage
quantitative data
(Join Roughness Coeffisien)
Kekasaran dinding diskontinuitas adalah komponen yang berpotensi penting
dari kekuatan geser, terutama dalam half turun displaced dan saling bertautan.
Pentingnya kekasaran dinding menurun sebagai bukaan atau mengisi
ketebalan, atau tingkat meningkat setiap perpindahan sebelumnya. Secara
umum kekasaran dinding diskontinuitas dapat ditandai dengan
menggelombang dan ketidakrataan.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 10


Gambar 3.7.
Tipe Kekasaran untuk Rentang JRC
e. Lebar Bukaan
Bukaan adalah jarak tegak lurus memisahkan dinding batu yang berdekatan
dari diskontinuitas terbuka, dimana ruang intervensi adalah udara atau diisi
air. Apertures dapat digambarkan melalui syarat - syarat berikut:
Tabel 3.5.
Deskripsi Bukaan

f. Pelapukan
Tabel 3.6.
Deskripsi Jenis Pelapukan

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 11


Istilah Deskripsi Kelas
Fresh Tidak ada tanda yang terlihat dari bahan pelapukan
batuan, mungkin ada sedikit perubahan warna pada I
permukaan diskontinuitas utama
Slightly Perubahan warna menunjukkan pelapukan bahan batu
weathered itu dan permukaan diskontinuitas. Semua bahan batu
mungkin berubah warna dengan pelapukan dan II
mungkin sedikit lebih lemah dari pada eksternal dalam
kondisi segar.
Moderately Kurang dari setengah dari bahan batuan membusuk /
weathered hancur ke tanah. Batuan berubah warna hadir baik
III
sebagai kerangka kerja terus menerus / sebagai batu
inti.
Highly Lebih dari setengah dari bahan batu yang membusuk
weathered atau hancur ke tanah. Batuan berubah warna hadir IV
baik sebagai kerangka terputus atau sebagai batu inti.
Completely Semua bahan batu yang membusuk atau hancur ke
weathered tanah. Struktur massa asli masih utuh. Semua bahan
V
batu diubah menjadi tanah. Struktur massa dan
susunan material yang dihancurkan
Residual Ada perubahan besar dalam volume, namun tanah
VI
soil belum signifikan diangkut.

g. JCS ( Joint Compressive Strength )


JCS mewakili kekuatan tekan pada kekar, diukur pada dinding kekar itu
sendiri. JCS dapatdiperkirakan dengan :

a) Perbandingan antara derajat perubahan.


Tingkat perubahan kekar dibandingkan dengan satu batu. Nilai JCS
kemudian ditentukan dengan cara hubungan dengan kekuatan tekan
batu utuh. Tingkat perubahan permukaan kekar :
- Sama dengan batu : JCS = σc
- Lebih tinggi daripada batu : JCS = 0.5 σc
- Jauh lebih tinggi daripada batu : JCS = 0.1 σc
b) The Schmidt Rebound

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 12


Palu yang digunakan dalam bidang pengamatan untuk mengevaluasi
yang Kompresi Bersama Kekuatan. Tergantung pada kemiringan palu,
mengukur memungkinkan untuk mengetahui Schmidt kekerasan.
Parameter ini dikombinasikan dengan berat satuan batu untuk
mendapatkan nilai JCS.

UCS = 0,308 R1,327(Mpa) (Singgih Saptono, 2012)

R = Pembacaan nilai pada alat Schmidt Hammer

h. Kondisi Air Tanah

a. Tidak Terisi ( Unfilled Discontinuities )

I = Diskontinuitas ini sangat ketat dan kering, aliran air sepanjang itu
tampaknya tidak mungkin.
II = Diskontinuitas kering dengan tidak ada bukti aliran air.
III = Diskontinuitas kering tapi menunjukkan bukti aliran air yaitu karat
pewarnaan, dll.
IV = Diskontinuitas basah tapi tidak ada air bebas hadir.
V = Diskontinuitas menunjukkan rembesan, tetes air sesekali, namun
tidak ada aliran kontinu.
VI = Diskontinuitas menunjukkan air yang kontinu.
( Perkiraan 1 / mindan menggambarkan tekanannya itu rendah,
sedang, tinggi ).

b. Terisi ( Filled Discontinuities )

I = Terisi bahan yang sangat konsolidasi dan kering, aliran signifikan


tampaknya tidak mungkin karena permeabilitas sangat rendah.
II = Bahan pengisi lembab, tapi tidak ada air bebas hadir.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 13


III = Bahan pengisi basah, tetes sesekali air.
IV = Bahan pengisi menunjukkan tanda – tanda keluar, aliran air yang
kontinu ( perkiraan 1/min ).
V = Bahan pengisi dicuci secara lokal, aliran air yang cukup disepanjang
keluar -masuk saluran ( 1/min memperkirakan dan menggambarkan
tekananya itu rendah, sedang, tinggi ).
VI = Bahan pengisi dicuci keluar sepenuhnya, tekanan air yang sangat
tinggi, terutama pada paparan pertama ( perkiraan 1/min dan
menggambarkan tekanan ).

c. Rock Mass ( Misal, Tunnel Wall )

I = Kering dinding dan atap, tidak ada rembesan terdeteksi.


II = Rembesan kecil, tentukan diskontinuitas menetes.
III = Sedang dalam aliran, tentukan diskontinuitas dengan aliran kontinu (
perkiraan 1/min/10m panjang penggalian ).
IV = Inflow utama, tentukan diskontinuitas dengan arus yang kuat (
perkiraan l/min/10m panjang penggalian ).
V = Inflow yang sangat tinggi, tentukan sumber arus biasa (
memperkirakan 1/min/10m panjang penggalian ).
d. ROCK MASS RATING ( RMR, Bieniawski )
Rock Mass Rating (RMR) disebut juga Geomechanics Classification dibuat oleh
Bieniawski (1973). Klasifikasi ini sudah dimodifikasi beberapa kali sesuai dengan
adanya data baru agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan sesuai
dengan standar Internasional. RMR terdiri dari enam parameter untuk
mengklasifikasi massa batuan ( lihat Tabel 1) yaitu, UCS, RQD, jarak kekar
(discontinuity), kondisi kekar, kondisi air tanah, dan orientasi kekar.
Tabel 3.7.
Parameter klasifikasi dan pembobotannya dalam sistem RMR

Parameter
Selang Nilai

Untuk kuat
Kuat
PLI (MPa) >10 4-10 2-4 1-2 tekan rendah perlu
Tekan
UCS
1 Batuan
5-
Utuh UCS (MPa) >250 100-250 50-100 25-50 1-5 <1
25
Bobot 15 12 7 4 2 1 0

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 14


RQD (%) 90-100 75-90 50-75 25-50 <25
2
Bobot 20 17 13 8 3
Jarak Diskontinuitis (m) >2 0.6-2 0.2-0.6 0.06-0.2 <0.06
3
Bobot 20 15 10 8 5
Sangat
agak
kasar ,
kasar, Agak kasar,
tidak Slinkenside
pemisah pemisahan Gouge lunak tebal
menerus, d/tebal gouge
an 1 <1 mm, >5mm, atau
4 Kondisi Diskontinuiti tidak ada <5mm, atau
mm, dinding pemisahan >5mm,
pemisahan, pemisahan 1-
dinding sangat menerus
dinding 5mm, menerus
agak lapuk
batu tidak
lapuk
lapuk

Bobot 30 25 20 10 0

Aliran/10m
panjang tunnel None <10 10-25 25-125 >125
Air (ltr/menit)
tanah
pada Tek. Air pada
5
keka kekar/maks
r 0 <0.1 0.1-0.2 0.2-0.5 >0.5
tegangan utama
(MPa)
Kondisi Umum Kering Lembab Basah Menetes Mengalir
Bobot 15 10 7 4 0
Arah Jurus Memotong Sumbu Terowongan Jurus Kemir
searah ingan
Maju searah Maju melawan Arah jurus searah sumbu sumbu 0⁰-20⁰
kemiringan kemiringan terowongan terowon tdk
gan perhat
Efek ikan
Orientasi 45⁰-90⁰ 20⁰-45⁰ 45⁰-90⁰ 20⁰-45⁰ 45⁰-90⁰ 20⁰-45⁰ kemiri
Jurus ngan
6
Tidak
Sangat Tidak Sangat tidak
Menguntun mengu
menguntun Sedang menguntun menguntung Sedang
gkan ntung
gkan gkan kan
kan
B Terowong
0 -2 -5 -10 -12 -5 -10
o an
b Fondasi 0 -2 -7 -15 -25 -7 -15
o
t Lereng 0 -2 -25 -50 -60 -25 -50

Tabel 3.8.
Penyesuaian Bobot untuk Orientasi Kekar

Tabel 3.9.
Kelas Massa Batuan untuk Bobot Total

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 15


Tabel 3.10.
Klasifikasi Kondisi Kekar

3.1.6. Pengenalan Awal Software DIPS

DIPS merupakan program rancangan untuk menganalisis orientasi secara


interaktif berdasarkan data yang berhubungan dengan data struktur geologi.
Program ini dapat diterapkan untuk berbagai aplikasi yang berbeda dan dirancang
bagi pemula untuk dapat mengoperasikan, sehingga diharapkan mampu
menganalisis proyeksi stereografik dari data - data geologi.
DIPS memungkinkan pemakai untuk meneliti dan memvisualisasikan data
struktur geologi dengan mengikuti teknik yang sama yang digunakan pada
stereonet manual. Sebagai tambahan, banyak terdapat fitur - fitur komputasi yang
tersedia, seperti statistik kelompok orientasi yang sama, perhitungan orientasi rata
- rata dan analisis atribut kuantitatif. Penggunaan aplikasi DIPS antara lain untuk
geologi, tambang dan teknik sipil. Pengenalan aplikasi DIPS disini terbatas pada
penggunaan DIPS untuk penentuan arah umum diskontinuitas pada struktur
geologi dan potensi jenis longsoran yang terbentuk.

c.2. Langkah Kerja


i. Langkah Kerja Analisis Longsoran Baji
Analisis longsoran yang digunakan untuk semua jenis longsoran disini
berdasarkan dari Goodman, 1980.
1. Buka program Dips, kemudian klik File > New.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 16


Selanjutnya akan muncul tampilan seperti ini :

Secara default pada program Dips, data masukan berupa Dip / Dip Direction.
Kemudian tambahkan baris atau kolom jika tersedia data lapangan yang lebih
lengkap.
2. Klik kanan pada judul kolom paling kanan > add column > ketikkan nama
kolom yang diinginkan. Kemudian tambahkan kolom lain dengan nama Joint
Spacing, Kemenerusan, Kekasaran, Isian, JRC, Bukaan, JCS, Kekuatan
Bidang, dan Laluan.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 17


Setelah ditambahkan semuanya, maka tampilannya akan menjadi seperti ini :

3. Setelah itu, kita akan menamai pekerjaan kita. Dalam aplikasi Dips ini disebut
dengan Project Title. Caranya adalah klik menu Setup > Job Control. Maka
akan muncul tampilan seperti di bawah ini. Kemudian pada kolom “Project
Title” isikan nama dan nim. Lalu masukkan sudut deklinasi sesuai soal.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 18


4. Setelah semua data dipindahkan dari file Excel ke lembar kerja, klik View >
Pole Plot. Untuk mengganti warna dasar, klik kanan pada gambar lalu ganti
display options, stereonet ganti warna putih.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 19


Berikut hasil tampilan gambar :

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 20


Berikut hasil tampilan gambar :

5. Menyesuaikan penggunaan stereonet. Klik Setup > Stereonet Option. Pada


Projection pilih Equal Area, lalu OK.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 21


Berikut hasil tampilan gambarnya :

6. Memunculkan judul dengan cara klik kanan > pilih Title.

Berikut hasil tampilan gambarnya :

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 22


7. Selanjutnya, memplot dalam bentuk kontur dari kekar kita dengan cara pilih
menu View > pilih sub menu Contour Plot.

8. Setelah itu, klik kanan > pilih Contour Option > maka akan muncul tampilan
seperti gambar di bawah ini. Pada kolom Mode pilih Line > OK.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 23


9. Kemudian plot lereng kita dengan cara pilih menu Select > Add Plane. Klik
sembarang saja. Setelah itu, muncul tampilan seperti pada gambar di bawah
ini. Pada kolom Label beri nama LERENG dan atur Dip/Dip Direction sesuai
dengan soal yaitu 45o / N 228o E > OK.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 24


10. Untuk menentukan sudut geser dalam pilih Tools > Add Cone. Kemudian akan
muncul tampilan seperti pada gambar di bawah ini. Pada kolom Trend pilih 0o,
kemudian pada kolom Plunge pilih 90o, dan untuk Angle menggunakan rumus
= Plunge – Sudut Geser Dalam, sehingga = 90o – 40o = 50o > OK.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 25


11. Membuat analisis dari data kekar yang ada. Caranya adalah pilih Sets > Add
Set Window > kemudian draw diatas 4 % dan ketika men-draw harus mewakili
tiap pole plot. Kemudian beri nama Kekar 1 untuk kekar dengan jumlah
terbanyak dan Kekar 2 untuk kekar dengan jumlah sedikit.

Hasil input data untuk Kekar 1 dan Kekar 2 :

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 26


12. Analisis longsoran dari gambar diatas : Berpotensi Longsoran Baji karena
terdapat dua bidang lemah yang saling berpotongan sedemikian rupa sehingga
membentuk baji terhadap lereng.Selanjutnya, untuk mendapatkan arah umum
longsoran dengan cara pilih Tools > Add Line.

Berikut hasil tampilan akhirnya :

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 27


13. Selanjutnya, kita akan membuat Chart Data dari data – data masukan yang
telah kita buat tabel dalam program Dips tadi. Tujuan dari pembuatan Chart
Data ini adalah untuk membaca karakteristik kekar yang ada dan kita
cocokkan dalam tabel RMR agar diketahui bobotnya dan termasuk didalam
golongan apa. Caranya klik ikon Chart Data pada Toolbar.

Selanjutnya, pada kotak dialog Chart isikan Data to Plot sesuai dengan urutan
soal yaitu JCS, Joint Spacing, Kemenerusan, Bukaan, JRC, Isian, Kekuatan
Bidang, dan Laluan. Kemudian pilih Qualitative apabila data yang ingin
ditampilkan dalam bentuk kualitas parameter. Pilih Quantitative apabila data
yang ingin ditampilkan dalam bentuk jumlah data. Setelah itu, pada bagian
Plot Type pilih Histogram > OK.
14. Chart Data > JCS > Quantitative. Hasilnya sebagai berikut :

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 28


Didapat nilai mean = 33.54. Maka, pembacaan pada tabel kita gunakan nilai
mean. Pada kolom Strength of Rock Material masuk dalam range 25 – 50
MPa. Maka bobot RMR nya adalah 4.

15. Chart Data > Joint Spacing > Quantitative. Hasilnya sebagai berikut :

Didapat nilai mean = 0.420333 m = 420.333 mm. Maka, pembacaan pada tabel
kita gunakan nilai mean. Pada kolom Spacing of Discontinuties masuk dalam
200 – 600 mm. Maka bobot RMRnya adalah 10.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 29


1 1
λ= = =¿ 2.379066121
spasi 0.420333
Sehingga RQD ( Rock Quality Designation) didapat :
RQD = 100e-0.1λ (0.1λ+1)
= 100e-0.2379066121 (0.2379066121 + 1)
= 97.58 %
Pada kolom Drill Core Quality RQD masuk dalam 90% - 100%. Maka,
bobotnya adalah 20.

16. Chart Data > Kemenerusan > Qualitative. Hasilnya sebagai berikut :

Nilai dominan yang dibaca yaitu < 0.6 H. Nilai H dapat dilihat di Excel yaitu
5m. Sehingga :
Kemenerusan = < 0.6 H
= < 0.6 x 5m
= < 3m
Pada kolom Discontinuity Length ( persistence ) masuk dalam 1 – 3m. Maka
bobotnya adalah 4.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 30


17. Chart Data > Bukaan > Qualitative. Hasilnya sebagai berikut :

Didapatkan kualitas bukaan dengan mayoritas cd = closed discontinuity ( 0.1 –


0.25 mm ). Pada kolom Separation ( aperture ) masuk dalam 0.1 – 1.0 mm.
Maka bobotnya adalah 4.

18. Chart Data > JRC > Qualitative. Hasilnya sebagai berikut :

Didapatkan hasil chart JRC adalah 12 - 14. Kemudian lihat pada tabel JRC,
angka 12 – 14 termasuk dalam kategori kasar. Pada kolom Roughness masuk
dalam kategori Rough. Maka bobotnya adalah 5.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 31


19. Chart Data > Isian > Qualitative. Hasilnya sebagai berikut :

Didapatkan kualitas isian geometri dengan parameter geo ( width, wall,


strength ) yaitu hard filling > 5 mm. Pada kolom Infilling ( gauge ) termasuk
ke dalam Hard Filling > 5 mm. Maka bobotnya adalah 2.

20. Chart Data > Kekuatan Bidang > Qualitative. Hasilnya sebagai berikut :

Didapatkan hasil dari kekuatan bidang adalah mw ( moderately weathered ).


Pada kolom weathering termasuk ke dalam moderately weathered. Maka
bobotnya adalah 3.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 32


21. Chart Data > Laluan > Qualitative. Hasilnya sebagai berikut :

Tabel laluan adalah tentang groundwater. Pada Chart Data diatas diketahui
nilai dominan adalah un3 ( discontinuity is dry but shows evidence of water
flow ). Pada kolom Groundwater > General Conditions termasuk kategori
Damp. Maka bobotnya adalah 10.

22. Berdasarkan standar Internasional, RMR terdiri dari enam parameter untuk
mengklasifikasikan massa batuan yaitu UCS, RQD, Jarak kekar
(discontinuity), kondisi kekar, kondisi air tanah, dan orientasi kekar. Untuk
orientasi kekar dipergunakan sebagai pengoreksi RMR. Menjumlahkan bobot
nilai dari UCS, RQD, Jarak kekar (discontinuity), kondisi kekar, kondisi air
tanah. Sehingga, RMR = 4 + 20 + 10 + (4 + 4 + 5 + 2 + 3) + 10 = 62.
23. Pada koreksi kekar, lihat kekar mayornya dengan cara View > Major Planes
Plot. Kemudian lihat dip yang nilainya paling besar (dip kekar mayor).

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 33


Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa Strike parallel to tunnel axis
dengan dip kekar mayor 62o. Pada kolom strike parallel to tunnel axis pilih
dip 45o – 90o karena dip yang didapat adalah 62o dan hasilnya adalah very
unfavourable. Selanjutnya, pada kolom Rating Adjustment for Discontinuity
Orientations pilih very unfavourable > slopes > hasilnya -60. Sehingga,
didapat nilai pembobotan koreksi -60. Maka RMR terkoreksi = 62 – 60 = 2.

Bobot nilai RMR adalah 2 sehingga termasuk dalam very poor rock.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 34


SOAL DIPS

A. Potensi Longsoran : Longsoran Baji


B. Arah Umum Longsoran : -
C. Arah Peledakan : N 324o E dan N 144o E
D. Klasifikasi Massa Batuan (RMR)
1. Bobot nilai JCS ( Joint Compressive Strength ) =4
2. Bobot nilai RQD ( Rock Quality Designation ) = 20
3. Bobot nilai spasi kekar = 10
4. Bobot nilai kondisi kekar terdiri dari :
a. Kemenerusan ( Persistence ) =4
b. Bukaan ( Aperture ) =4
c. Kekasaran (JRC/Joint Roughness Coefisien) =5
d. Isian ( Filling ) =2
e. Pelapukan ( Weathered ) =3
5. Kondisi air tanah ( Seepage ) = 10 +
Bobot nilai RMR, Total = 62

6. Penjelasan bobot nilai orientasi kekar :


Dari proyeksi stereonet yang telah diolah pada software, dapat
disimpulkan bahwa arah penggalian searah dengan strike bidang lemah
dan berlawanan dengan arah dip bidang lemah dengan dip 62o, maka dapat

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 35


disimpulkan pengaruh strike dan dip untuk pembuatan terowongan atau
penggalian termasuk very unfavourable dan berbobot nilai -60.

7. RMR koreksi = RMR – bobot nilai orientasi kekar


Disini bobot nilai orientasi kekar = -60
RMR koreksi = 62 – 60 = 2
Jadi, tergolong batuan very poor rock.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 36

Anda mungkin juga menyukai