4.2.3 Kelayakan
Geoteknik berperan dalam pengawasan kondisi pit dan infrastruktur yang
ada, sebagai contoh pengawasan pergerakan lereng tambang, zona-zona potensi
longsor di areal tambang (pit dan waste dump) akibat proses penambangan.
4.2.4 Operasional
Geoteknik berperan untuk memastikan bahwa kondisi waste dump dan pit
dalam kondisi aman dan tidak terjadi longsor dalam jangka waktu yang lama.
Parameter Nilai
Berat Jenis (ton/m3) 5.21
Berat Isi Basah, y (ton/m3) 2.75
Berat Isi Kering, yd (ton/m3) 1.92
Angka Pori 0.4348
Porositas (%) 0.018
Derajat Kejenuhan (%) 3.94749
Batas Cair, WL (%) 5.55
Batas Plastis, WP (%) 47.43
Indeks Plastis, IP (%) 8.07
Kuat Tekan (Mpa) 239.958
Kohesi (Kn/m2) 92.2
Sudut Geser Dalam 20.81
Spasi Kekar Rata-Rata (m) 0.275
Kadar Air 32.74
Name of Country of
Originator and date Applications
Classification Origin
1. Rock Load Terzaghi, 1946 USA Tunnel with
steel support
Tabel 4.4 Kelas Massa Batuan Menurut Bobot Total RMR ( VOL 1, NO 1 (2017):
JURNAL ILMIAH MAHASISWA TEKNIK KEBUMIAN)
Bobot Total 100 - 81 80 - 61 60 - 41 40 - 21 < 20
Nomor Kelas I II III IV V
Deskripsi Batuan Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk
Terkait dengan materi yang dibahas, yaitu lereng, maka parameter tersebut
disesuaikan untuk keperluan analisis kestabilan lereng seperti yang ditentukan
oleh Priest & Hudson (1979). Nilai RQD(%) dihitung dengan rumus:
Tabel 4.5 Rekapitulasi Pembobotan Rock Mass Rating( Vol 1, No. 1 (2017):
JurnalIlmiah Mahasiswa Teknik Kebumian )
No
Parameter RMR Hasil Yang Didapatkan Nilai Bobot
.
2 RQD 99,8% 20
Tabel 4.7 Pembobotan Massa Jenjang ( Physical and Social Geography Research
Journal (PSGRJ), | Vol. 1 | No. 2| 2019)
Pembobotan Massa Jenjang
Klasifikasi V IV III II I
Bobot Massa
0 - 20 20 - 40 40 - 60 60 – 80 >80
Jenjang
Sangat Tidak
Deskripsi Tidak Stabil Biasa Stabil Sangat Stabil
Stabil
Kestabilan
Sangat Tidak
Jenjang/Leren Tidak Stabil Sebagian Stabil Stabil Sangat Stabil
Stabil
g
Bidang Atau
Kemungkinan Seperti Dikontrol Oleh
Bidang Atau Berupa
Bentuk Keruntuhan Adanya Kekar Tidak Longsor
Baji Besar Blok
Longsoran Material Atau Baji Kecil
Lepas
Probalitas
0.9 0.6 0.4 0.2 0
Longsoran
Tabel 4.8 Jenis Perkuatan Lereng ( Physical and Social Geography Research
Journal (PSGRJ), | Vol. 1 | No. 2| 2019)
Jenis Perkuatan Lereng SMR
Kela
SMR
s Rekomendasi Perkuatan
Ia 91 -100 Tidak Ada
Ib 81 - 90 Tidak Ada Atau Scaling
II a 71 - 80 (Tidak ada. Paritan pada kaki lereng atau pagar) Dan Titik Baut Batuan
Paritan Pada Kaki Lereng Atau Pagar Lereng, Jala Kawan Dan Titik Baut
II b 61 - 70
Batuan
III a 51 - 60 Paritan Pada Kaki Lereng Dan Jala Kawat, Baut Batuan Dan Beton Semprot
(Paritan Pada Kaki Lereng Dan Jala Kawat), Jangkar Kabel Baja, Beton
III b 41 - 50
Semprot, Paritan Pada Kaki Lereng Dan Beton Gigi/Konvensional
Jangkar Kabel Baja, Beton Semprot, Dinding Penahan, Beton, Dan Penggalian
IV a 31 - 40
Kembali Drainase
IV b 21 - 30 Perkuatan Sistematis Beton Semprot, Dinding Penahan Dan Beton, Penggalian
Kembali Dan Kedalaman Drainase
Va 11 - 20 Gravitasi Atau Dinding Penahan Atau Penggalian Kembali
Tabel 4.9 Bobot Penyesuaian Metode Penggalian ( JP Vol.1 No.5 November 2017
ISSN 2549-1008)
Metode Penggalian Lereng Bobot F4
Alamiah 15
Presplitting 10
Smooth 8
Normal/Penggalian Alat Mekanis 0
Buruk -8
\4.5 AnalisisKemantapanLereng
4.5.1 Faktor Yang MempengaruhiStabilitasLereng
Dalamanalisis dan penentuanjenistindakanpengamanannya,
lerengbatuantidakdapatdisamakandenganlerengtanah, karena parameter material
dan jenispenyebablongsor di kedualerengtersebutsangatjauhberbeda.
Masalahkemantapanlereng pada umumnyatergantung pada
faktorpenyebabsebagaiberikut :
1. Lokasi, arah, frekuensi, kekuatan dan karakteristikdaribidang –
bidanglemah,
2. Keadaanteganganalamiahdalammassabatuan / tanah,
3. Konsentrasilokaldaritegangan,
4. Karakteristikmekanikdarimassabatuan / tanah,
5. Iklimterutamajumlahhujanuntuk di daerahtropis.
Stabilitaslereng pada lerengbatuanselaludipengaruhi oleh beberapafaktor
(Made Astawa Rai,1995) sebagaiberikut :
1. PenyebaranbatuanMacambatuanatautanah yang terdapat di
daerahpenyelidikanharusdiketahui, demikian juga
penyebaransertahubunganantarbatuan. Iniperludilakukankarenasifat-
sifatfisis dan mekanissuatubatuanberbedadenganbatuan lain
sehinggakekuatanmenahanbebannya jugaberbeda.
2. Relief PermukaanBumiFaktorinimempengaruhilajuerosi dan
pengendapansertamenentukanarahaliran air permukaan dan air tanah. Hal
inidisebabkankarenauntukdaerah yang curam, kecepatanaliran air
permukaantinggi danmengakibatkanpengikisanlebihintensifdibandingkan
pada daerah yanglandai, karenaerosi yang
intensifbanyakdijumpaisingkapanbatuanmenyebabkanpelapukan yang
lebihcepat. Batuan yang lapukmempunyaikekuatan yang
rendahsehinggakemantapanlerengmenjadiberkurang.
3. GeometrilerengGeometrilerengmencakuptinggilereng dan
sudutkemiringanlereng. Kemiringan dan
tinggisuatulerengsangatmempengaruhikemantapannya.
Semakinbesarkemiringan dan
tinggisuatulerengmakakemantapannyasemakinkecil. Muka air tanah yang
dangkalmenjadikanlerengsebagianbesarbasah dan
batuannyamemilikikandungan air yang
tinggi,sehinggamenyebabkankekuatanbatuanmenjadirendah dan
lerenglebihmudahlongsor.
4. StrukturbatuanStrukturbatuan yang
sangatmempengaruhikemantapanlerengadalahbidang-bidangsesar,
perlapisan dan rekahan. Oleh
karenaituperludiperhatikandalamanalisaadalahstruktur regional dan lokal.
Strukturbatuantersebutmerupakanbidang-bidanglemah dan
sekaligussebagaitempatmerembesnya air
sehinggabatuanmenjadilebihmudahlongsor.
5. Iklimmempengaruhitemperatur dan jumlahhujan, sehinggaberpengaruh
pula pada proses pelapukan. Daerah tropis yang panas,
lembabdengancurahhujantinggiakanmenyebabkan proses
pelapukanbatuanjauhlebihcepatdaripadadaerah sub-tropis. Karena
ituketebalantanahdidaerahtropislebihtebal dan
kekuatannyalebihrendahdaribatuansegarnya.
6. Tingkat Pelapukan Tingkat pelapukanmempengaruhisifat-
sifataslidaribatuan, misalnyaangkakohesi, besarnyasudutgeserdalam,
bobotisi,
dll.Semakintinggitingkatpelapukanmakakekuatanbatuanakanmenurun.
7. Hasil KerjaManusiaSelainfaktoralamiah, manusia juga
memberikanandilyang tidakkecil. Misalnyasuatulereng yang
awalnyamantapkarenamanusiamenebangipohonpelindung,
pengolahantanah yang tidakbaik, saluran airyang tidakbaik, penggalian /
tambang, dan lainnyamenyebabkanlerengtersebutmenjaditidakmantap,
sehinggaerosi dan longsoranmudahterjadi.
8. Sifat fisik dan mekanikbatuan Sifat fisikbatuan yang
mempengaruhikemantapanlerengadalah :bobotisi (density), porositas dan
kandungan air.Kuattekan, kuattarik, kuatgeser, kohesi dan
sudutgeserdalammerupakansifatmekanikbatuan yang juga
mempengaruhilereng.
X
4.5.3 Metode Analisis
Ada empat parameter yang perlu diperhatikan dalam perancangan kemantapan
lereng ditambang terbuka, yaitu rencana penambangan, kondisi struktur geologi,
sifat-sifat fisik dan mekanik material pembentuk lereng dan kondisi air tanah. Dari
keempat parameter tersebut, struktur geologi yang paling dominan dalam mengontrol
kemantapan lereng batuan baik bentuk maupun arah longsoran lereng. Terdapat tiga
jenis metode analisis kemantapan lereng, yaitu:
1. Metode Analitik
Merupakan metode yang didasarkan atas analisis tegangan dan regangan yang
terdapat pada lereng.
2. Metode Empirik
Merupakan metode yang didasarkan atas pengamalan praktis dan analisis
statistik dari pengamatan berbagai pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.
Klasifikasi massa batuan merupakan pendekatan empirik yang paling terkenal
dalam analisis kestabilan lereng (Goodman, 1980; Hook&Brown, 1980).
3. Metode Observasi
Merupakan metode yang didasarkan atas hasil pengamatan langsung terhadap
perpindahan yang terjadi pada massa batuan. Pengamatan dilakukan terhadap
lereng kerja (working slope) maupun lereng akhir (final slope).
Metode yang banyak digunakan untuk menganalisis kestabilan lereng adalah
metode kesetimbangan batas (limit equilibrium), menggunakan konsep faktor
keamanan, yaitu perbandingan antara gaya penahan dan gaya penggerak yang
diperhitungkan pada bidang gelincirnya. Namun pada metode ini sangat tidak efektif
untuk memprediksi longsoran pada batuan dan cara penanggulangannya (Maerz,
2000). Oleh karena itu penggunaaan desain empiris dan klasifikasi massa batuan
untuk melakukan analisis kestabilan lereng batuan menjadi penting (Franklin dan
Maerz, 1996), sehingga dalam menganalisis kestabilan lereng menggunakan
pendekatan empiris dengan klasifikasi massa batuan berupa RMR (rock mass rating)
yang kemudian diaplikasikan untuk analisis kestabilan lereng batuan dengan
menggunakan klasifikasi SMR (slope mass rating).
Tabel 4.9 Ambang Batas Nilai FK & PK Lereng Tambang Terbuka (SRK 2010)
FKmin FKmin PKmax
DampakLongso
JenisLereng (Statik (Dinami P[FK<
ran
) k) 1]
Tunggal/Jenja
Low-High 1.1 NA 25-50%
ng (Bench)
1.15-
Low 1 25%
Multi Jenjang 1.2
(Interramp) Medium 1.2 1 20%
High 1.2-1.3 1.1 10%
Low 1.2-1.3 1 15-20%
Keseluruhan
Medium 1.3 1.05 5-10%
(Overall)
High 1.5 1.1 ≤ 5%
Dalam penentuan geometri jenjang, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
Dengan Wmin adalah lebar jenjang minimum (m), PM adalah panjang alat gali atau
muat (m), Pa adalah panjang alat angkut (m), Ja jarak aman dari pinggir (m).sehingga
diperoleh perhitungan sebagai berikut
Pm :7m
Pa :6m
Ja :2m
Maka :
Wmin = 7 m + 6 m + 2 m
= 15 m
b. Tinggi Jenjang
L =panjang boom
L= 6 meter
Berdasarkan percobaan trial and error pada program Slide 6.0 didapatkan data sebagai
berikut yang dimana
Tabel 4.10 Faktor Keamanan
Slope Angel Tinggi Bentonit
Uraian (m) 73o
Singel Slope 6 1,113
Over All Slope 17,6 34,461
Metode penggalian sangat dipengaruhi oleh sifat material terutama kekerasannya. Oleh
sebab itu dalam suatu penggaruan (ripping), suatu massa batuan memiliki tingkat
kemampugaruan (rippability) tertentu, dari easy ripping sampai very hard ripping.
Kemampugaruan (rippability) merupakan suatu ukuran apakah suatu massa batuan mudah
digaru, sulit digaru atau bahkan tidak dapat digaru. Untuk menentukan tingkat
kemampugaruan suatu massa batuan, maka perlu studi atau investigasi lapangan seperti
pengumpulan data struktur, tingkat pelapukan dan air tanah. Hal ini dilakukan guna
mengklasifikasikan suatu massa batuan kedalam kelas tertentu. Dari kelas-kelas tersebut,
akan diketahui seberapa kemampugaruan massa batuan tersebut. Selain itu, akan diperoleh
rekomendasi metode penggalian dan alat yang sesuai untuk digunakan.
Sifat mekanik batuan di antaranya adalah kuat tekan uniaksial (Uniaxial Compressive
Strength) dan kekerasan batuan. Kuat tekan uniaksial batuan merupakan ukuran kemampuan
batuan untuk menahan beban atau gaya yang bekerja pada arah uniaksial.
Metode grading didasarkan pada sifat geomekanik batuan seperti diskontinuitas tingkat
pelapukan, ukuran butir dan kekuatan batuan. Sifatsifat tersebut dapat ditentukan dengan
rebound test, uji kekuatan batuan, klasifikasi massa batuan, dan uji-uji lainnya. Pada
dasarnya, pengujian tunggal tidak dapat mewakili sifat-sifat batuan tersebut. Oleh sebab itu,
banyak pengujian dilakukan baik pengujian langsung maupun tidak langsung pada batuan.
Massa batuan digali dengan 3 metode: penggalian langsung dan penggaruan.