Anda di halaman 1dari 22

GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK MINERALOGI

INTRUSI GRANIT DAERAH PANYABUNGAN,


MANDAILING NATAL, SUMATERA UTARA

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh :
Syahreza Saidina Angkasa
140710070013

FAKULTAS TEKNOLOGI EKSPLORASI DAN PRODUKSI


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PERTAMINA
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tugas Akhir : Geologi dan Karakteristik Mineralogi Intrusi Granit Daerah
Panyabungan, Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Nama Mahasiswa : Syahreza Saidina Angkasa
Nomor Induk Mahasiswa : 140710070013
Program Studi : Teknik Geologi
Fakultas : Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi

Jakarta, 23 Februari 2021

MENGESAHKAN

Pembimbing I : Prof. Dr. Ir. Emmy Suparka


NIP. 194804171974012001

Jakarta, 23 Februari 2021

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Tugas Akhir Mahasiswa

Prof. Dr. Ir. Emmy Suparka Syahreza Saidina Angkasa


NIP. 194804171974012001 NIM. 14710070043

i
ABSTRAK

Syahreza Saidina Angkasa, 14710070043. Geologi dan Karakteristik Mineralogi Intrusi Granit
Daerah Panyabungan, Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Penelitian ini mengenai kondisi geologi daerah Panyabungan dan sekitarnya serta studi
mengenai mineralogi batuan granit yang merupakan hasil intrusi berumur Trias-Jura di daerah
Panyabungan. Daerah penelitian berlokasi di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara
dengan letak geografis pada 0°25' – 0°50' Lintang Utara & 99°15'E- 100°12' Bujur Timur Daerah
penelitian termasuk dalam satuan fisiografi Graben Panyabungan yang merupakan bagian Sistem
Patahan Sumatera. Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Lubuk-Sikaping oleh Rock,
N.M.S., dkk. 1983, Stratigrafi satuan batuan secara berurutan dari tua ke muda adalah Satuan
Granit (PTg), Lava Andesit porfiri (Tlap), Lava Andesit (Tla), Lava Andesit Basaltis (Tlab), Dasit
(Qd), Aliran Piroklastik (Qap), Sedimen (Qs), Lahar Sorik Marapi (Qslh), dan Endapan Aluvium
(Qa). Penelitian ini bertujuan untuk memahami aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi,
sejarah geologi dan karakteristik mineralogi granit di daerah penelitian. Metode penelitian yang
akan digunakan adalah studi literatur dan analisis petrografi sampel sayatan tipis batuan yang
diperoleh dari dosen pembimbing. Hasil dari penelitian ini berupa peta geologi, peta
geomorfologi, dan peta persebaran mineral di daerah penelitian.

Kata kunci: Panyabungan, Granit, Petrografi.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, karenanya penulisan Proposal Tugas Akhir sebagai salah satu persyaratan kelulusan
Sarjana Strata-1 Jurusan Teknik Geologi Universitas Pertamina ini dapat diselesaikan.
Penyusunan Proposal Tugas Akhir Teknik Geologi ini juga tidak terlepas dari dukungan
berbagai pihak. Pada kesempatan ini Peneliti ingin mengucapkan ucapan terima kasih kepada:

1.Ibu Prof. Dr. Emmy Suparka selaku Pembimbing I Tugas Akhir,


2.Teman-teman dan sahabat seperjuangan yang telah bersama-sama salin
memberikan semangat, dukungan, dan saling berbagi informasi Tugas Akhir.

Jakarta, 23 February 2021

Syahreza Saidina Angkasa

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................................i
ABSTRAK......................................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................................v
I. PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2. Tujuan...............................................................................................................................1
1.3. Batasan Masalah...............................................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................................................2
1.5. Metodologi........................................................................................................................2
1. Tahap Persiapan.................................................................................................................2
2. Tahap Analisis Laboratorium............................................................................................3
3. Tahap Pengolahan Studio..................................................................................................3
1.6. Data...................................................................................................................................3
1.7. Lokasi Penelitian...............................................................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................5
2.1. Geologi Regional..............................................................................................................5
2.2. Geomorfologi....................................................................................................................5
2.3. Stratigrafi Daerah Sampuraga, Panyabungan.................................................................7
2.4. Struktur Geologi..............................................................................................................10
III. METODE PENELITIAN................................................................................................13
3.1. Tahapan Persiapan.........................................................................................................13
3.2. Tahap Analisis Pengolahan Data...................................................................................13
3.3. Tahap Pengolahan Studio...............................................................................................13
3.4. Waktu Pelaksanaan Penelitian.......................................................................................14
IV. DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

v
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mineralogi merupakan studi yang mempelajari tentang mineral, proses pembentukan dan
perubahan. Haldar (2014) menjelaskan bahwa mineralogi adalah studi sistematis yang berkaitan
dengan karakteristik mineral. Studi mineralogi menarik dilakukan pada batuan granit karena
batuan granit biasanya berasosiasi dengan cebakan mineral yang ekonomis. Geologi pembentukan
batuan granit merupakan bagian dari proses pembentukan batuan beku, magma yang berasal dari
dapur magma mendapatkan tekanan dan bergerak.
Penelitian ini dilakukan di kabupaten Mandailing Natal dengan kondisi yang tersusun oleh
jenis batuan yang berumur mulai dari Karbon hingga Resen, terdiri dari berbagai jenis litologi
mulai batuan beku, batuan metamorf dan batuan sedimen yang memungkinkan kabupaten ini
memiliki berbagai jenis bahan galian. Terutama non-logam, seperti bahan galian granit, lempung,
batu gamping, sirtu, tras, batu apung, batu sabak dan kuarsit.
Berdasarkan kesebandingan dengan D.T. Aldiss, dkk. Pada tahun 1983, granit pada daerah
penelitian ini merupakan batuan terobosan dari satuan batolit Panyabungan yang berumur Kapur
bagian awal (Early Cretaceous), berdasarkan pentarikhan umur metode K-Ar, yaitu 121+1.
Batuan Terobosan Granit Sibolga yang berumur Permo-Karbon tersebar seluas 180.364,02 Ha
atau (27,24%) dari total luas daerah Madina dengan mayoritas keterdapatan di Kecamatan
Panyabungan, Natal, Siabu, sebagian terdapat di kecamatan Kotanopan dan Kecamatan Muara
Sipongi.
Batuan granit merupakan batuan beku yang berasal dari dalam perut bumi yang berstruktur
granitic dan tekstur holokristalin, yang terdiri dari mineral kuarsa dan feldspar, sedangkan mineral
lainnya dalam jumlah kecil seperti biotit, muskovit, hornblende, dan piroksen (ESDM, 2015).
Dalam bidang industri, pemanfaatan batuan granit banyak dipakai dalam pembuatan keramik (G.
Bayrak, 2013) dan bahan baku pembuatan batu hias, lantai ataupun ornamen dinding.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Melakukan analisis petrografi dan mendokumentasikan mineralogi granit daerah
penelitian.
2. Menghasilkan peta geologi berdasarkan data sayatan tipis yang tersedia di daerah
1
penelitian.

1.3. Batasan Masalah


Beberapa Batasan masalah digunakan pada penelitian ini agar lingkup penelitian tidak keluar
dari objektif yang akan dicapai.
1. Mineralogi granit di Panyabungan.
2. Sebaran geologi granit di Panyabungan.
Kegiatan tugas akhir ini dulakukan dengan tidak mengambil data lapangan, tetapi peneliti
menyarankan melakukan observasi lapangan secara langsung sehingga dapat melakukan
komparasi atau mendukung hasil penelitian.

1.4. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada kalangan akademisi maupun
kalangan praktisi industri. Secara akademik diharapkan menjadi terobosan dalam pengembangan
ilmu bidang geosains. Secara industri dapat memberikan informasi zona alterasi batuan dan atau
potensi panasbumi daerah penelitian yang didukung oleh hasil pengamatan laboratorium
(petrografi) dan survey daerah penelitian untuk mengetahui kondisi geologi pada daerah
penelitian.

1.5. Metodologi
Pada penelitian Tugas Akhir ini, metode yang digunakan yaitu survei non lapangan dan
pengamatan daerah penelitian melalui pengamatan inderaja, sampel sayatan tipis batuan yang
diperoleh dari dosen pembimbing, analisis data, dan interpretasi data. Ada beberapa tahapan yang
dilakukan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan
1.1. Penyusunan Proposal Penelitian
Penyusunan proposal bertujuan sebagai salah satu syarat dalam mengajukan
kegiatan Tugas Akhir
1.2. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mempelajari geologi daerah penelitian berdasarkan
penelitian terdahulu yang terkait dengan daerah penelitian. Pada tahap ini, penulis
melakukan studi literatur dengan tema yang berhubungan dengan penelitian analisis
2
petrografi yang diambil dari berbagai sumber baik dari laporan penelitian, jurnal, dan hasil
penelitian lainnya.

2. Tahap Analisis Laboratorium


a. Analisis Petrografi
Dilakukan untuk mengetahui properti penyusun batuan serta struktur yang terbentuk
secara mikroskopis. Pengamatan petrografi menggunakan mikroskop polarisasi bertujuan
untuk melihat sifat optis mineral yang terkandung pada sampel penelitian dan
mendeterminasi jenis mineral yang diamati.

3. Tahap Pengolahan Studio


Pada pengolahan studio dilakukan penulisan laporan hasil Tugas Akhir yang berisi
tentang hasil penelitian berupa kondisi geologi pada daerah penelitian, persebaran mineral
dan alterasi batuan daerah penelitian serta pembuatan peta geologi dan peta lainnya.

Studi literatur
Tahap
Pengamatan inderaja
Persiapan

Pengambilan conto batuan non lapangan


Dokumentasi pengamatan
Tahap
Mengumpulkan
Data

Analisis geomorfologi
Tahap Analisis
Analisis petrografi
Data

Peta Geologi
Peta persebaran mineral
Tahap
Pengolahan Laporan tugas akhir
Studio

Gambar 1 Diagram alir pengerjaan tugas akhir

3
1.6. Data
Guna tercapainya tujuan, data yang dibutuhkan dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu
data primer dan data sekunder berupa data yang dihasilkan dari sampel sayatan tipis batuan dari
lokasi penelitian yang diberikan oleh dosen pembimbing dengan teknik pengambilan
menggunakan prinsip-prinsip geologi. Hasil dari kegiatan ini akan menghasilkan peta geologi,
penampang stratigrafi hingga sejarah geologi.

1.7. Lokasi Penelitian


Secara fisiografi, Daerah Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal termasuk dalam satuan
fisiografi Graben Panyabungan yang merupakan bagian Sistem Patahan Sumatera. Lantai dasar
graben ini berada pada elevasi 200 mdpl dengan lebar maksimum 200 km, tinggi maksimum
dinding graben sebelah barat mencapai 1000 m sedangkan dinding graben sebelah timur mencapai
1700 m. endapan alluvial mengisi sebagian besar lantai graben.
Secara administratif lokasi penelitian berada di Daerah Panyabungan, Kabupaten Mandailing
Natal, Provinsi Sumatera Utara. Merujuk pada Peta Geologi Lembar Lubuk-Sikaping (Rock dkk.,
1983), batuan-batuan yang terdapat di Mandailing Natal (Madina) dan sekitarnya berumur Karbon
hingga Resen.

Gambar 2 Lokasi penelitian Panyabungan, Mandailing Natal, Sumatera Utara berdasarkan citra satelit (google earth), Peta
Administrasi Kab. Mandailing Natal (sumber: madina.go.id). Kotal merah menunjukkan daerah penelitian.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Geologi Regional


Fisiografi Regional Pulau Sumatera secara regional mempunyai bentuk memanjang dengan
kecenderungan arah kira-kira N300°E. Panjang pulau ini lebih kurang 1700 km dengan lebar
±200 km di bagian Utara dan 350 km di bagian Selatan. Berdasarkan informasi yang ditulis dalam
laporan penelitian oleh Syukri (2010), fisiografi yang terdapat dalam Peta Fisiografi Lembar
Lubuk sikaping dapat dibagi menjadi enam zona (Rock dkk., 1983, op. cit. Syukri, 2010).
Zona Graben merupakan salah satu fisiografi dalam Peta Fisiografi Lembar Lubuk sikaping,
graben ini cenderung berarah barat laut – tenggara seperti terlihat di daerah Panyabungan
(Panyabungan Graben), Rao (Rao Graben) dan Lubuk Sikaping (Sumpur Graben), oleh
Verstappen (1973, op. cit. Syukri, 2010), disebut sebagai Sistem Sesar Sumatera. Sesar ini
diperkirakan telah aktif sejak Oligosen (Rock dkk., 1983 op. cit. Hidayat dkk., 2008)

Gambar 3 Peta Geologi Lembar Lubuk Sikaping (Rock dkk, 1983)

II.2. Geomorfologi
Berdasarkan pengamatan bentang alam dan tingkat kemiringan lerengnya, maka
5
geomorfologi daerah penyelidikan dapat dikelompok menjadi tiga satuan geomorfologi yaitu:
satuan perbukitan berlereng terjal, perbukitan bergelombang, dan satuan pedataran.

Geomorfologi Perbukitan Berlereng Terjal


Satuan geomorfologi ini menempati bagian barat dan selatan daerah penyelidikan yang
meliputi sekitar 47% luas daerah penyelidikan. Umumnya berupa perbukitan memanjang berelief
kasar, berlereng terjal (21% - 55%) dengan elevasi antara 275 – 1475 meter di atas permukaan
laut. Pola aliran sungai yang dibentuk oleh Sungai Aek Bargot, Aek Karora, Aek Sirambas, Aek
Gatang, dan Aek Nagari bertipe dendritik hingga subdendritik dengan lembah sungai berbentuk
‘V’ yang menandakan erosi dominan ke arah vertikal, makin ke bagian dasar lembah batuan lebih
lunak dibandingkan dinding lembah sungai. Satuan ini tersusun oleh batuan gunungapi Tersier
berupa aliran lava dan aliran piroklastik.

Geomorfologi Perbukitan Bergelombang


Satuan geomorfologi ini menempati bagian timur sampai selatan daerah panas bumi
Sampuraga yaitu sekitar 24% dari luas daerah telitian. Satuan ini terdiri atas perbukitan dengan
kemiringan lereng antara 14% - 20% dan berada pada elevasi antara 250 - 525 meter di atas
permukaan laut. Sungai di daerah ini, yaitu Sungai Aek Singolet Aek Tolang, Aek Garoga, dan
Aek Pohan, membentuk pola pengaliran sungai bertipe dendritik sampai subparalel. Lembah
sungai pada topografi tinggi umumnya berbentuk ‘V’ dan berbentuk ‘U’ pada topografi rendah.
Satuan morfologi ini tersusun oleh batuan granit, aliran piroklastik, dan lahar.

Geomorfologi Pedataran
Satuan pedataran terdapat di bagian tengah dan utara daerah panas bumi Sampuraga yang
menempati areal sekitar 29% dari luas daerah telitien. Daerah ini berada pada ketinggian antara
200 hingga 250 m di atas permukaan air laut dengan kemiringan lereng antara 0% - 2% . Satuan
ini terhampar sepanjang aliran Sungai Batang Gadis dan Aek Pohan yang merupakan muara dari
Sungai Aek Tolang, Aek sirambas, Aek Garoga, dan Sungai Aek Singolet. Lembah sungainya
lebar dan berbentuk “U'', lereng sungai datar hingga landai dengan bentuk aliran sungai meander,
bahkan di beberapa tempat di daerah Batang Gadis terdapat gundukan pasir. Hal ini menunjukkan
bahwa tahapan erosi pada stadium lanjut, proses erosi dominan ke arah lateral atau dinding
sungai. Satuan ini tersusun oleh satuan batuan sedimen dan endapan permukaan (aluvium) yang
terdiri dari material lepas berupa hasil rombakan batuan di bagian hulu sungai, dengan bentuk
fragmen membundar hingga membundar tanggung.
6
II.3. Stratigrafi Daerah Sampuraga, Panyabungan

Stratigrafi daerah Sampuraga disusun berdasarkan hubungan relatif antara masing-masing


satuan batuan. Penamaannya didasarkan kepada pusat erupsi, mekanisme, dan genesa
pembentukan batuan. Berdasarkan hasil penelitian lapangan, batuan di daerah penyelidikan dapat
dikelompokkan ke dalam 9 satuan batuan, yang terdiri dari 1 satuan batuan sedimen, 5 satuan
batuan vulkanik, 2 satuan batuan terobosan, dan 1 satuan endapan permukaan (Gambar. 4).
Sebagian dari batuan vulkanik tersebut diperkirakan berasal dari 3 titik erupsi yang berbeda,
yaitu: Gunung Adian Gongona, Gunung Hombang dan Gunung Sorikmarapi. Batuan sedimen di
daerah penyelidikan terdiri dari endapan sedimen danau pengisi depresi, sedangkanendapan
permukaan terdiri dari material lepas yang termasuk dalam satuan aluvium. Urutan satuan batuan
atau stratigrafi dari tua ke muda adalah Satuan Granit, Lava Andesit Porfiri, Lava Andesit, Lava
Andesit Basaltis, Endapan Aliran Piroklastik, Lahar Sorikmarapi dan Endapan Aluvium.

Gambar 4 Peta Geologi Daerah Sampuraga,Kec Panyabungan (Soetoyo, 2008)

Granit
Satuan Granit berada di bagian timur laut daerah panas bumi Sampuraga. Satuan ini terdiri
dari batuan beku jenis granit. Singkapan batuan yang masih segar sangat keras, meskipun di
beberapa tempat telah mengalami pelapukan yang menghasilkan pasir kasar berkomposisi
dominan kursa dan berkembang kekar. Berdasarkan kesebandingan dengan D.T. Aldiss, dkk.
tahun 1983, granit ini merupakan batuan terobosan dari Satuan Batolit Panyabungan yang
berumur Kapur bagian awal (Early Cretaceous), berdasarkan hasil pentarikhan umur metode K-
Ar, yaitu 121+1.

7
Lava Andesit Porfiri
Satuan Lava Andesit Porfiri ini berada di bagian tengah, memanjang dari selatan ke utara
daerah telitian. Satuan ini merupakan satuan batuan vulkanik paling tua yang ada di daerah
telitian, terdiri dari batuan beku andesit dan batusabak. Batuannya merupakan aliran lava yang
berkomposisi andesit. Secara megaskopis lava andesit berwarna abu-abu muda sampai tua,
porfiritik, fenokrisnya terdiri dari plagioklas dan piroksen yang tertanam dalam masadasar
mikrokristalin dan gelas vulkanik. Andesit yang tersingkap merupakan andesit porfiri seperti yang
tersingkap di Sungai Aek Longat, Sirambas, dan Sungai Gatang. Menurut kesebandingan dengan
D.T. Aldiss, dkk. Tahun 1983, batusabak tersebut merupakan anggota dari satuan batuan
metagunungapi hornfels dan batusabak yang berumur Mesozoikum. Satuan Aliran Lava Andesit
Porfiri terkena struktur Sesar Normal Longat yang di lapangan ditemukan zona sesar berupa
hancuran batuan dan kekar. Hancuran batuan didominasi oleh bongkah batuan andesit dan
batusabak, seperti yang terdapat pada dinding Sungai Aek Longat. Kekar umumnya telah terisi
kuarsa. Satuan aliran lava ini diperkirakan berumur Miosen Bawah.

Lava Andesit
Satuan Lava Andesit menempati bagian baratlaut daerah penyelidikan. Satuan batuan ini
disusun oleh aliran lava andesitik. Singkapan batuan yang relatif masih segar terdapat di Sungai
Bargot yang secara megaskopis terlihat berwarna abu-abu tua, bertekstur porfiritik sedang,
fenokrisnya terdiri dari plagioklas yang tertanam pada masadasar mikrokristalin, terkekarkan dan
sebagian kekarnya terisi oleh mineral kuarsa. Satuan Aliran Lava Andesit (Tla) ini diperkirakan
berumur Miosen Tengah.

Lava Andesit Basaltis


Satuan Lava Andesit Basaltis ini berada di bagian barat daerah panas bumi Sampuraga,
memanjang dari utara ke selatan. Singkapan yang baik terdapat di Sungai Bargot, Sungai
Sirambas, dan Sungai Aek Nagari, Lumban Dolok. Batuannya relatif segar dan keras, meskipun
di beberapa tempat pada bagian atasnya telah mengalami pelapukan yang cukup kuat.
Pengamatan megaskopis di lapangan, batuan tersebut merupakan aliran lava berjenis andesit
basaltis, berwarna abu-abu tua-kehitaman, dan bertekstur afanitik. Pusat erupsi diperkirakan
berasal dari Gunung Adian Gongona yang ada di sebelah barat dari daerah telitian. Satuan ini
diperkirakan berumur Miosen Atas.

8
Dasit
Satuan Dasit berada di bagian tengah daerah telitian, tepatnya di Bukit Kemuning, Desa
Sirambas. Satuan ini terdiri dari batuan terobosan berjenis dasit. Singkapan batuan yang masih
segar sangat keras, meskipun di bagian kaki bukit sebelah barat telah mengalami pelapukan dan
hancuran yang menghasilkan pasir kasar berkomposisi dominan kuarsa. Pengamatan megaskopis
di lapangan, batu tersebut berwarna putih - abu-abu keputihan, dan bertekstur faneritik. Dasit ini
diperkirakan sebagai batuan terobosan (intrusi) yang menerobos lava dari Satuan Aliran Lava
Andesit Porfiri pada Kala Plistosen bagian awal.

Endapan Aliran Piroklastika


Satuan Endapan Aliran Piroklastik tersebar di bagian selatan dan tengah daerah panas
bumi Sampuraga, memanjang ke utara. Satuan ini mengisi celah depresi Panyabungan dan
mengikuti celah yang dibentuk jalur sesar. Dari kenampakan morfografi menunjukkan bahwa
satuan ini membentuk perbukitan berlereng sedang yang memanjang searah dengan struktur sesar
dari arah selatan ke utara. Kondisi singkapan batuan (outcrop) umumnya relatif segar, sebagian
masif dan setempat memperlihatkan perlapisan dengan kemiringan yang relatif masih normal (<
5°). Proses pelapukan di beberapa tempat diperlihatkan dengan terdapatnya tanah hasil lapukan
pada bagian atas yang berwarna merah bata.Satuan batuan ini diperkirakan sebagai Endapan
Aliran Piroklastik hasil erupsi celah (fissure eruption) sepanjang sesar-sesar berarah utara-selatan.
Batuannya berkomposisi dominan dasitan berukuran pasir - bongkah, fragmen batuan andesitan
dan batuapung (pumice) berukuran pasir - kerikil yang cukup padu. Secara megaskopis nampak
berwarna putih-putih kecoklatan, terpilah baik, kemas tertutup, dan berporositas baik. Satuan
aliran piroklastik ini diperkirakan berumur Kuarter Bawah menutupi struktur sesar yang ada di
daerah telitian, diperkirakan berumur Plio-Plistosen.

Lahar Sorikmarapi
Satuan Lahar Sorikmarapi menempati bagian tenggara daerah panas bumi Sampuraga dan
menempati lembah dari morfologi perbukitan bergelombang. Singkapan lahar yang baik terdapat
di Daerah Purba Lama. Secara megaskopik lahar umumnya berwarna abu-abu muda, beberapa
bagiannya berwarna coklat akibat proses oksidasi dan pelapukan, terdiri dari fragmen dan
komponen batuan yang dominan andesit berbentuk menyudut-membundar tanggung dengan
ukuran kerikil-bongkah. Lahar berkomposisi andesit ini diperkirakan bersumber dari Gunung
Sorik Marapi yang berada di bagian selatan, di luar daerah penyelidikan. Satuan ini diperkirakan
berumur Kuarter, sebanding dengan Satuan Batuan Gunungapi Sorik Merapi, yang tersusun oleh
9
lahar andesitik dan breksi gunungapi pada Peta Geologi Lembar Lubuksikaping, Sumatera Utara
(D.T. Aldiss, dkk.; 1983).

Batuan Sedimen
Satuan Sedimen tersebar di bagian tengah dan menyebar ke utara daerah panas bumi
Sampuraga, menempati morfologi pedataran. Merupakan sedimen danau/depresi, terdiri dari
batupasir dan lempung yang berselingan dengan kemiringan lapisan secara umum relatif datar (<
5°). Singkapan yang baik terdapat di Sungai Sirambas dan Batang Gadis. Secara megaskopis
batupasir yang segar berwarna abu-abu sampai abu kecoklatan, ukuran butir pasir sedang-halus,
pemilahan baik, dan dapat diremas sedangkan lempung berwarna kuning kecoklatan-coklat dan
getas dengan Ketebalan bervariasi antara 10 cm sampai dengan 40 cm Batuan sedimen ini
mengisi daerah-daerah rendah sebagai zona depresi di bagian tengah dan utara daerah panas bumi
Sampuraga dan proses pengendapan (sedimentasinya) berlangsung pada Zaman Kuarter
(Plistosen), sebagian menutupi batuan Piroklastika yang sama-sama mengisi zona depresi.

Endapan Aluvium
Endapan Aluvium merupakan endapan sekunder hasil rombakan batuan di permukaan
yang telah terbentuk sebelumnya. Endapan terdiri dari material lepas berupa lempung, pasir,
bongkahan andesit, granit, dan batusabak. Penyebarannya di sepanjang tepi Sungai Batang Gadis,
muara Sungai Sirambas, Aek Sarir, Aek Nagari dan Sungai Aek Pohan, menempati morfologi
pedataran daerah panas bumi Sampuraga. Proses pengendapan material-material tersebut masih
berlangsung sampai sekarang.

II.4. Struktur Geologi


Struktur Geologi Regional
Struktur geologi daerah penelitian dilihat secara regional terletak pada zona Sistem Sesar
Sumatera (Sumatera Fault System) yang berarah baratlaut - tenggara, membentang mulai dari
Pulau Weh, NAD sampai Teluk Semangko, Lampung. Tjia (1977) menyatakan bahwa Sistem
Sesar Sumatera ini paling sedikit tersusun oleh 8 segmen sesar berarah orientasi baratlaut-
tenggara dengan pergerakan yang menganan (dextral). Pergerakan sesar ini masih aktif, sebagai
akibat dari dorongan lempeng Samudera Hindia terhadap Lempeng Eurasia yang membentuk
zona penunjaman di sepanjang pantai barat Pulau Sumatera. Interaksi dari beberapa segmen
tersebut mengakibatkan lahirnya beberapa zona yang mengalami kompresi dan regangan. Zona-
zona kompresi mengalami pelipatan dan sesar naik, sedangkan zona regangan mengalami depresi
10
dan sesar normal. Daerah panas bumi Sampuraga adalah salah satu daerah yang berada dalam
zona depresi ini. Beberapa sesar normal ini menjadi media keluarnya magma ke permukaan dan
membentuk gunung api seperti Gunung Sorik Marapi. Analisis pada citra satelit (Gambar. 5)
menunjukkan bahwa struktur geologi di daerah penyelidikan didominasi oleh struktur sesar

normal yang membentuk Graben Panyabungan dan sesar-sesar geser. Sesar normal yang
membentuk Graben Panyabungan berarah baratlaut tenggara, dengan kemiringan (slope) berarah
timurlaut dan baratdaya. Sesar-sesar normal ini menjadi media keluarnya sejumlah mata air panas
di daerah panas bumi Sampuraga.
Gambar 5 Analisis pola kelurusan struktur geologi Daerah Panasbumi Sampuraga menggunakan citra satelit (Sutoyo, 2008)

Struktur Geologi Daerah Sampuraga


Penentuan struktur geologi didasarkan atas hasil pengamatan lapangan, analisis citra
landsat, dan peta topografi terhadap gejala-gejala struktur di permukaan seperti pemunculan mata
air panas, kelurusan lembah dan punggungan, bidang sesar, dan zona hancuran batuan.
Berdasarkan hal tersebut maka di daerah panas bumi Sampuraga terdapat lima struktur sesar,
yaitu:

Sesar Longat
Struktur sesar ini berarah relatif baratlaut – tenggara. Indikasi di lapangan menunjukkan
adanya kelurusan punggungan bukit dan lembah yang memanjang berarah relatif baratlaut -
tenggara, kekar, dan hancuran batuan. Jenis sesar ini diperkirakan sesar normal dimana blok
timurlaut relatif bergerak turun dan bagian baratdaya sebagai blok yang relatif naik. Sesar ini
terjadi akibat gaya yang bersifat tarikan (extension) yang berarah timurlaut - baratdaya. Sesar
Normal Longat memotong batuan vulkanik Lava Andesit Porfiri dan Andesit yang berumur
Miosen.

11
Sesar Panyabungan
Tersebar di bagaian timurlaut daerah panas bumi Sampuraga berarah relatif sama dengan
Sesar Normal Longat, yaitu baratlaut-tenggara. Indikasi lapangan ditemukan adanya kekar dan
dinding bidang sesar yang memanjang. Jenis struktur adalah sesar normal, dimana blok bagian
timurlaut merupakan bagian yang relatif bergerak naik dan blok bagian baratdaya sebagai bagian
yang relatif bergerak turun. Sesar Normal Panyabungan ini diperkirakan membentuk sesar tangga
(step fault) dengan Sesar Normal Longat yang ada di sebelah baratnya. Kedua sesar ini berperan
penting dalam pembentukan zona depresi berupa Graben Panyabungan. Sesar ini memotong
satuan granit Pra Tersier.

Sesar Sirambas
Sesar Sirambas berada di bagian tengah daerah panas bumi Sampuraga, melintasi Desa
Sirambas. Diperkirakan sebagai sesar normal berarah baratlaut-tenggara dimana blok sebelah
baratdaya relatif bergerak naik dan blok sebelah timurlaut relatif bergerak turun. Dijumpai berupa
zona hancuran batuan, kelurusan topografi berupa lembah Sungai Aek Nagari dan dinding sesar
di daerah Aek Ngali sampai ke Lumban Dolok dan indikasi lainnya adalah kelurusan pemunculan
mata air panas, Sampuraga di tengah Desa Sirambas dengan mata air panas Roburan Lombang di
bagian selatan. Sesar tersebut berperan dalam pembentukan Graben Panyabungan dan
pemunculan bukit-bukit memanjang dari tenggara ke baratlaut yang tersusun oleh Satuan Aliran
Piroklastik hasil dari erupsi celah (fissure eruption).

Sesar Batang Gadis


Sesar Batang Gadis berada di bagian tengah daerah panas bumi Sampuraga memanjang
searah aliran Sungai Batang Gadis, berarah baratlaut-tenggara. Sesar ini adalah sesar normal
dengan blok baratdaya sebagai bagian yang bergerak turun dan blok sebelah timurlaut sebagai
bagian yang bergerak naik. Bersamaan dengan Sesar Normal Sirambas yang berada di bagian
baratnya, sesar ini merupakan bagian dari Graben Panyabungan. Penarikan sesar berdasarkan
kelurusan topografi yang diambil secara regional dan analisis citra satelit yang menunjukkan pola
kelurusan.

12
III. METODE PENELITIAN

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan tidak melakukan kegiatan lapangan. Metode
penelitian yang digunakan pada tugas akhir ini secara garis besar ialah pengamatan inderaja,
analisis sampel batuan hand specimen dan melakukan analisis laboratorium terhadap sampel
batuan yang diberikan dosen pembimbing. Metode–metode penelitian tersebut merupakan bagian
dari tahapan-tahapan penelitian. Berikut paparan mengenai tahapan-tahapan penelitian yang akan
dilaksanakan :

III.1. Tahapan Persiapan


Tahap persiapan merupakan perencanaan awal yang dilakukan sebelum melakukan observasi
lapangan menggunakan pengamatan inderaja. Pada tahapan ini, peneliti mencari gambaran
mengenai daerah pemetaan yang diperoleh dari studi literatur ataupun penelitian terdahulu.
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan proposal yang bertujuan sebagai syarat pengajuan kegiatan Tugas Akhir.
b. Studi Pustaka dilakukan untuk mempelajari geologi daerah penelitian dan mengkaji
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian dan daerah yang sedang
diteliti.
c. Survei inderaja untuk mengetahui gambaran kondisi geologi daerah penelitian baik berupa
morfologi, singkapan, maupun struktur daerah penelitian.

III.2. Tahap Analisis Pengolahan Data


Pengolahan data dan analisis dilakukan di laboratorium serta dengan adanya diskusi bersama
dosen pembimbing. Analisis yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a. Analisis Petrografi, yaitu pengamatan sayatan tipis conto batuan untuk mengetahui
komposisi mineralogi batuan secara detail, mengetahui tekstur dan struktur batuan dalam
skala mikroskopis dengan menggunakan mikroskop polarisasi di Laboratorium Geologi
Dasar Universitas Pertamina dan mengacu pada Raith, dkk (2011).

III.3. Tahap Pengolahan Studio


Tahap pengolahan studio adalah tahap akhir yang berisi laporan hasil penelitian. Pada tahap
ini dihasilkan kesimpulan hasil penelitian dan disajikan dalam bentuk peta dan laporan tertulis
sebagai berikut :
a. Peta geomorfologi daerah penelitian dan sekitarnya
b. Peta persebaran mineral
c. Peta geologi daerah penelitian dan sekitarnya

13
d. Laporan tugas akhir.

14
III.4. Waktu Pelaksanaan Penelitian

Setelah disesuaikan dengan jadwal akademik, pelaksanaan tugas akhir ini direncanakan selama 1 semester , terhitung dari bulan Januari 2021 sampai dengan
bulan Mei 2021 atau pada waktu lain yang dapat berubah dan menyesuaikan.

Tabel 1. Usulan rencana kerja

15
IV. DAFTAR PUSTAKA
Philpotts, A., & Ague, J. (2009). Principles of igneous and metamorphic petrology. Cambridge
University Press.
Rock, N.M.S., dkk. 1983. Peta Geologi Lembar LubukSikaping, Sumatera, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Van Bemmelen, R. W., 1949. The Geology of Indonesia vol. 1A, Martinus Nijhof, The Hague,
the Netherland.

16

Anda mungkin juga menyukai