Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN INDIVIDU KULIAH LAPANGAN

MAGNETIK SUSEPTIBILITAS

MUHAMMAD RANDUSALEH
F1H114067

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
BAB 1 PENDAHULUAN

TUJUAN

Tujuan dari penelitian metode magnetik suseptibilitas ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui nilai-nilai suseptibilitas magnetik akibat polusi atau


aktivitas manusia di luar kampus Universitas Halu Oleo
2. Untuk mengetahui nilai-nilai suseptibilitas magnetik daerah perkebunan
jati yang berada dalam area kampus Universitas Halu Oleo
3. Untuk mengetahui perbandingan nilai suseptibilitas akibat polusi atau
aktivitas manusia di Jalan raya luar kampus Universitas Halu Oleo dan
daerah perkebunan jati yang berada di dalam area kampus Universitas
Halu Oleo

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


II.1 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
II.1.1 Geomorfologi
Menurut Rusmana,dkk.,1993 secara regional daerah penelitian termasuk
dalam lembar peta Lasusua-Kendari yang terletak pada lengan tenggara Pulau
Sulawesi. Morfologi lembar Lasusua-Kendari dapat dibedakan menjadi empat
satuan morfologi, yaitu:
a. Morfologi pegunungan; pegunungan menempati bagian tengah dan barat.
b. Morfologi perbukitan; perbukitan terdapat pada bagian barat dan timur.
Satuan perbukitan umumnya tersusun oleh batuan sedimen dengan ketinggian
berkisar 75 sampai 750 meter diatas permukaan laut puncak yang terdapat
pada satuan perbukitan adalah Gunung Meluhu (517 meter).
c. Morfologi kars; morfologi kars terdapat di Pegunungan Matarombeo dan
dibagian hulu Sungai Waimenda serta Pulau Labengke.
d. Morfologi dataran rendah; dataran rendah meliputi daerah-daerah sekitar
Teluk Kendari.

II.1.2 Stratigrafi
Berdasarkan peta geologi Kendari (Simandjuntak, dkk., 1993) dan
formasi batuan penyusun lembar Lasusua-Kendari (Rusmana, dkk., 1993) maka
pada daerah penelitian berada pada forrmasi Alluvium (Qa).
Alluvium (Qa) merupakan Satuan yang tersusun oleh jenis batuan kerikil,
kerakal, pasir, lempung dan lumpur. Satuan ini berasal dari endapan sungai,
rawa dan pantai sebagai endapan permukaan (Gambar 1). Sebarannya terdapat
di daerah dataran sekitar muara sungai besar dan pantai. Umur satuan aluvium
ini diperkirakan Holosen.
Gambar 1. Korelasi Satuan Peta Geologi Regional Lembar Lasusua-Kendari,
Sulawesi.

Secara geologi, persebaran dan jenis batuan yang terdapat di Kota


Kendari dapat dilihat pada Gambar 2adalah sebagai berikut (Endharto dan
Surono,2013):
a. Batupasir, kuarsit, serpih hitam batu sabak, batugamping dan batulanau
tersebar di Kecamatan Kendari dan Kecamatan Mandonga sebelah Utara
sampai perbatasan dengan Kecamatan Soropia, tepatnya di kawasan Hutan
Raya Murhum.
b. Endapan alluvium pasir, lempung dan lumpur tersebar dipesisir pantai Teluk
Kendari dan disekitar sungai-sungai yang mengalir di Kota Kendari.
Mineral lempung merupakan senyawa aluminium silikat yang kompleks.
Mineral ini terdiri dari dua lempung kristal pembentuk kristal dasar, yaitu silika
tetrahedra dan aluminium oktahedra (Das. Braja M, 1988). Das Braja M (1988)
menerangkan bahwa tanah lempung sebagian besar terdiri dari partikel
mikroskopis dan sub-mikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya
dengan mikroskopis biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan
merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay
mineral), dan mineral-mineral yang sangat halus lain. Tanah lempung sangat
keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang.
Namun pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan bersifat lengket
(kohesif) dan sangat lunak. Kohesif menunjukan kenyataan bahwa partikel-
pertikel itu melekat satu sama lainnya sedangkan plastisitas merupakan sifat
yang memungkinkan bentuk bahan itu dirubah-rubah tanpa perubahan isi atau
tanpa kembali ke bentuk aslinya dan tanpa terjadi retakan-retakan atau
terpecah-pecah.
Menurut Das Braja (1988), satuan struktur dasar dari mineral lempung
terdiri dari silika tetrahedron dan aluminium oktahedron. Satuan-satuan dasar
tersebut bersatu membentuk struktur lembaran. Jenis-jenis mineral lempung
tergantung dari komposisi susunan satuan struktur dasar atau tumpuan
lembaran serta macam ikatan antara masing-masing lembaran.Pasir
merupakan material sedimen lepas yang mempunyai permukaan yang kasar
dan mempunyai ukuran butir berada pada kisaran 0.06–2 mm sifat tidak saling
mengikat (tidak kohesif). Butiran pasir biasanya terdiri atas mineral tunggal,
biasanya kwarsa. Permasalahan yang sering terjadi pada tanah pasir adalah
penurunan pada fondasi, sehingga jika didirikan suatu bangunan diatasnya
dapat menyebabkan kerusakan pada kontruksi bangunan.
c. Batugamping, koral dan batupasir yang tersebar di Pulau Bungkutoko,
pesisir pantai Kelurahan Purirano dan Kelurahan Mata, serta Kecamatan
Mandonga kearah Barat-Laut yang dibatasi Jalan R. Soeprapto, Jalan Imam
Bonjol dan batas antara Kota Kendari dengan Kecamatan Sampara.
d. Konglomerat dan batupasir tersebar disepanjang kiri kanan jalan poros antara
Kota Lama dengan Tugu Simpang Tiga Mandonga, bagian tengah Kecamatan
Mandonga dan bagian Barat Kecamatan Baruga serta bagian Tengah
Kecamatan Poasia sampai kearah Selatan, yaitu kawasan rencana kompleks
perkantoran 1.000 Ha kearah pegunungan Nanga-Nanga.
e. Filit, batu sabak, batupasir, malik, kuarsa kalsiulit, napal, batu lumpur dan
kalkarenit lempung tersebar di arah Tenggara Kecamatan Poasia tepatnya di
Kelurahan Talia, Kelurahan Abeli, Kelurahan Anggalomelai, Kelurahan
Tobimeita, Kelurahan Benuanirae dan Kelurahan Anggoeya.
f. Konglomerat, batupasir, batulanau dan batulempung tersebar di Kecamatan
Poasia bagian Timur yaitu di Kelurahan Petoaha, Kelurahan Sambuli dan
Kelurahan Nambo serta sebagian Kelurahan Tondonggeu.
g. Batugamping, batupasir dan batulempung tersebar dibagian Barat
Kecamatan Mandonga sampai dengan batas Kota Kendari dengan
Kecamatan Sampara dan Kecamatan Ranometo.

Gambar 2. Peta Geologi Kota Kendari Sulawesi Tenggara (Simandjuntak, dkk.,


1993)
II.2 GEOFISIKA DAERAH PENELITIAN

A. Teori Medan Magnet

1. Medan Magnet

Charles Augustin de Coulomb pada tahun 1785 menyatakan bahwa gaya magnet
berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak antara dua muatan magnetik, yang
persamaannya mirip hukum gaya gravitasi Newton. Dengan demikian, apabila dua
buah kutub P1 dan P2 dari monopole magnet yang berlainan terpisah pada jarak r,
maka persamaan gaya magnet dinyatakan sebagai:
1 P1 P2
G m= r (1)
μ r2
dengan Gm adalah gaya magnet monopole pada P1 dan P2, r adalah vektor satuan
berarah dari P1 ke P2, P1 dan P2 adalah muatan kutub 1 dan 2 monopole, µ
adalah permeabilitas medium magnetik (untuk ruang hampa µ = 1)
Gaya magnet Gm per satuan muatan P1 didefinisikan sebagai kuat medan
magnet terukur (H). Dengan demikian dihasilkan kuat medan magnet pada muatan
P1 yang dapat dinyatakan sebagai
F 1 p1
H= = r (2)
P1 μ r 2
dengan H adalah kuat medan magnet terukur. Jika suatu benda terinduksi oleh
medan magnet H, maka besar intensitas magnet yang dialami oleh benda tersebut
adalah (Reynold, 1995),
M=kH (3)
dengan M adalah intensitas magnetisasi dan k adalah suseptibilitas magnetik.

2. Suseptibilitas Magnet
Suseptibilitas magnet adalah kemampuan suatu material termagnetisasi
yang ditentukan oleh nilai suseptibilitas kemagnetan pada Persamaan 3. Faktor
yang mempengaruhi nilai suseptibilitas magnet suatu material adalah litologi
batuan dan kandungan mineral batuan. Tabel 1 menunjukkan nilai suseptibilitas
magnet beragam batuan.
Tabel 1. Nilai Suseptibilitas Batuan (Telford, dkk, 2004)
Jenis Kisaran ( ×10−3 ¿ Rata-Rata ( ×10−3 ¿
Sedimentary
Dolomite 0 – 0,9 0,1
Limestone 0-3 0,3
Sandstone 0-20 0,4
Shale 0,01-15 0,6
Av. 48 sedimentary 0-18 0,9
Metamorphic
Amphibolite 0,7
Schist 0,3-3 1,4
Phyllite 1,5
Gneiss 0,1-25
Quarzite 4
Serpentine 3-17
Slate 0-35 6
Av. 61 metamorphic 0-70 4,2
Igneous
Granite 0-50 2,5
Rhyolite 0,2-35
Dolorite 1-35 17
Augite-syenite 30-40
Olivine-diabase 25
Diabase 1-160 55
porphyry 0,3-200 60
Gabbro 1-90 70
Basalts 0,2-175 70
Diorite 0,6-120 85
Pyroxenite 125
Peridotite 90-200 150
Andesite 160
Av. Acidic igneous 0-80 8
Av. Basic igneous 0,5-97 25

Adanya medan magnet yang berasal dari bumi dapat mengakibatkan


terjadinya induksi magnet pada batuan yang memiliki suseptibilitas. Induksi
magnet F dalam suatu material dipengaruhi medan eksternal FO dan
magnetisasi material tersebut. Secara umum, persamaannya dapat dituliskan
sebagai (Serway & Jeweet, 2004):
F=FO + F M (4)
dengan Fm adalah medan yang dihasilkan oleh material magnet dan dapat
didefinisikan sebagai,
Fm =μo M (5)
dengan M adalah momen magnet per unit volum dan μO adalah permeabilitas
ruang hampa dengan nilai 4 π × 10−7 Wb / Am . Sedangkan medan
eksternal FO
dapat didefinisikan sebagai,
F0 =μ0 H (6)
dimana H adalah kuat medan magnet dalam A/m sehingga persamaan 5 dan 6
disubstitusikan ke dalam persamaan 4 dapat dituliskan:
F=μ0 (H + M ) (7)
Subtitusi persamaan 3 ke persamaan 7, didapatkan persamaan induksi magnet F
(Telford, dkk, 2004):
F=μ0 (1+ k ) H =μ0 μr H=μ H (8)
dengan μr =(1+k ) adalah permeabilitas relatif, k adalah suseptibilitas
magnet,
dan μ=μ 0 ur adalah permeabilitas bahan. Di udara nilai dari μ0 ≈ 1
sehingga
persamaan 8 menjadi:
F=μr H (9)
Kemagnetan Material Bumi
Setiap jenis material mempunyai sifat dan karakteristik tertentu dalam medan
magnet. Hinze, dkk (2012) mengklasifikasikan material menjadi empat jenis
berdasarkan nilai suseptibilitas magnet, yaitu diamagnet, paramagnet,
ferromagnet, dan ferrimagnet.
1. Diamagnet
Diamagnet adalah bahan yang kulit elektronnya lengkap dan terisi oleh
elektron yang berpasangan. Jika dipengaruhi oleh medan magnet luar, spin
elektron akan menghasilkan arah momen magnet yang berlawanan dengan arah
medan magnet luar sehingga akan menghasilkan resultan yang berarah negatif.
Diamagnet memiliki nilai suseptibilitas k< 0 dalam satuan cgs. Contohnya adalah
bismuth, gypsum, marmer, kuarsa, garam, seng dan emas (Siswoyo, dkk, 2010).
2. Paramagnet
Paramagnet adalah bahan yang jumlah elektron pada kulit atomnya tidak
lengkap (sebagian ada elektron yang tidak berpasangan). Tanpa pengaruh kuat
medan magnet luar, momen magnet memiliki arah orientasi yang acak. Jika ada
pengaruh dari medan luar, maka momen magnet akan sejajar dengan medan
−6
tersebut. Paramagnet memiliki nilai suseptibilitas 0 <k< 10 dalam satuan
cgs.
Contohnya adalah pyrite, zincblende, dan hematite (Siswoyo, dkk, 2010).
3. Ferromagnet
Ferromagnet adalah bahan yang sifat kemagnetannya dipengaruhi oleh
temperatur, yaitu pada temperatur di atas temperatur Curie akan kehilangan sifat
kemagnetannya. Jika dimasukkan ke dalam medan magnet luar, magnetisasi
bahan ini akan meningkat tajam. Ferromagnet memiliki nilai suseptibilitas
1<k< 106 dalam satuan cgs. Contohnya adalah besi, nikel, kobalt, dan baja
(Siswoyo, dkk, 2010).
4. Ferrimagnet
Ferrimagnet adalah bahan yang sifat kemagnetannya seperti ferromagnet yaitu
dipengaruhi oleh temperatur. Tanpa adanya pengaruh kuat medan magnet luar,
arah momen magnetnya parallel dan saling berlawanan. Ferrimagnet memiliki
nilai suseptibilitas 10-6<k<1 dalam satuan cgs. Contohnya adalah magnetit,
ilmenite, pirhotit, dan hematit (Siswoyo, dkk, 2010).
BAB III METODE PENELITIAN

III.1. LOKASI PENELITIAN

Pengambilan data lapangan telah dilaksanakan pada tanggal 22


Desember 2018 bertempat kampus UHO,dimana pada pengukuran ada empat
line. pada line pertama dilakukan digerbang utama kampus UHO,line kedua
tepat diloring manggarai dan line ketiga dan keempat dilakukaan didalam area
kampus dekat fakultas teknik UHO Kendari. Dengan metode yang digunakan
adalah metode Magnetik Suseptibilitas .
III.2 ALAT DAN BAHAN
Metode ALAT/BAHAN FUNGSI
1 set alat magnetik untuk menghitung nilai suseptibilitas bahan
Roll Meter untuk menentukan lintasan
Magnetik GPS untuk menentukan titik koordinat
Payung untuk melindungi alat
kamera sebagai dokumentasi kegiatan akuisisi data

III.3 PROSEDUR PENELITIAN


Dalam pelaksanaan penelitian ini ada 5 (lima) tahapan yang dilakukan,
yaitu survei pendahuluan, penyiapan alat, pengambilan data (data acquisition),
pengolahan data (data processing), dan interpretasi (interpretation)
III.4 AKUISISI DATA
gambaran umum akuisisi data magnetik suseptibilitas yaitu :
 Menentukan lokasi pengukuran serta memplot koordinat pengukuran
untuk lintasan vertikal maupun lintasan horizontal
 Membentangkan rol meter untuk mengetahui panjang lintasan
 Mencatat nilai suseptibiltas yang terbaca oleh alat, baik sensor MS2K
maupun sensor MS2D.

III.5 PROSESING DATA


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 HASIL

Hasil yang diperoleh dari kuliah lapangan menggunakan metode magnetik

suseptibilitas ini adalah nilai – nilai suseptibilitas magnetik material lapangan

pada stasiun 1, stasiun 2, dan stasiun 3. Adapun nilai – nilai suseptibilitas

magnetik tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

k (10−5 S 1)
ST.3
NO Jarak (m) Line 1 Line 2
ST.1 ST.2
1 0 42 56 6 7
2 1 14 54 2 9
3 2 12 43 12 6
4 3 26 9 13 6
5 4 16 25 9 5
6 5 41 41 7 5
7 6 28 97 6 6
8 7 17 29 11 4
9 8 13 19 4 4
10 9 57 21 6 2
11 10 18 9 8 7
12 11 15 33 8 7
13 12 23 36 4 7
14 13 19 34 8 8
15 14 56 9 3 8
16 15 184 23 2 5
17 16 142 25 7 15
18 17 37 8 3 6
19 18 13 49 4 11
20 19 25 12 2 5
21 20 28 90 9 9
22 21 23 37 6 16
23 22 14 104 7 8
24 23 20 21 5 7
25 24 29 763 9 8
26 25 22 321 9 8
27 26 33 646 15 9
28 27 29 92 26 14
29 28 32 69 27 20
30 29 17 129 11 5
31 30 29 33 16 4
32 31 6 47 38 4
33 32 18 67 36 5
34 33 13 160 19 8
35 34 11 47 5 37
36 35 28 129 8 69
37 36 4 538 8 24
38 37 21 52 5 67
39 38 27 125 6 18
40 39 12 4 13 10
41 40 11 27 9 10
42 41 88 26 10 24
43 42 15 7 15 18
44 43 18 45 18 36
45 44 16 90 24 39
46 45 93 74 34 36
47 46 66 35 47 15
48 47 73 211 117 30
49 48 286 23 26 25
50 49 120 44 27 22
51 50 685 93 32 24
52 51 875 15
53 52 53 3
54 53 31 31
55 54 137 67
56 55 149 21
57 56 42 48
58 57 32 32
59 58 37 39
60 59 25 12
61 60 38 29
62 61 286 5
63 62 16 62
64 63 17 157
65 64 17 25
66 65 19 84
67 66 81 114
68 67 24 123
69 68 42 40
70 69 25 15
71 70 37 15
72 71 25 29
73 72 21 30
74 73 18 123
75 74 39 114
76 75 25 161
77 76 31 407
78 77 18 151
79 78 35 46
80 79 24 51
81 80 36 34
82 81 31 78
83 82 11 127
84 83 23 11
85 84 228 53
86 85 23 38
87 86 26
88 87 34
89 88 47
90 89 86
91 90 64
92 91 66
93 92 26
94 93 40
95 94 84
96 95 56
97 96 41
Rerata 61.11628 80.83505 14.94118 14.94118

1. Gambar grafik nilai susebtibilitas pada ST. 1

Grafik Susebtibilitas Vs Jarak


1000
900
800
700
600
ĸ(10-5SI)

500
400
300
200
100
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Jarak (m)
2.

Grafik Susebtibilitas Vs Jarak


900
800
700
600
ĸ(10-5SI)

500
Susebtibiitas
400
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100 120

Jarak (m)

Gambar grafik nilai suseptibilitas pada ST.2

3. Gambar Grafik Perbandingan Nilai Susebtibilitas ST. 3 Line 1 dan Line 2


Grafik Susebtibilitas ST3 Line1 vs Line2
140

120

100
ĸ(10-5SI)

80 Line 3
Line 4
60

40

20

0
0 10 20 30 40 50 60
Jarak (m)

Dalam grafik suseptibilitas vs jarak pada stasiun 1, terlihat pada bentangan 0 – 40

meter dominan rendah sedangkan bentangan 40 – 60 meter dominan tinggi dan

bentangan 60 – 86 dominan rendah. pada grafik susebtibilitas vs jarak stasiun 2,

terlihat jarak 0 – 20 meter nilai suseptibilitas dominan rendah dibandingkan jarak

20 – 40. dan jarak 40 – 97 meter nilai suseptibilitas kembali rendah. untuk grafik

suseptibilitas stasiun 3, bentangan pada meteran ke 0 – 30 merupakan dominan

rendah sedangkan bentangan 30 – 51 meter berada pada dominan tinggi.


BAB V PENUTUP

KESIMPULAN
SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Serway, R.A. and Jeweet, J.W. (2004). Physics for Scientists and Engineers Six
Edition. Belmont: Thomson Brooks/Cole.
Siswoyo, dkk. (2010). Interpretasi Anomali Magnetik Pada Penentuan Lokasi
Baru Stasiun Magnet (Stasiun Geofisika Angkasa Jayapura). Laporan
Penelitian. Stasiun BMKG Jayapura

Reynold, J.M., 1995. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics.


Mold, Clwyd, North Wales, United Kingdom.

Rusmana, E., Sukido, D., Haryono, Simandjuntak, T. O., 1993, Geologi Lembar
lasusua Kendari, Sulawesi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.

Telford, W.M., Geldart, L.P., and Sheriff, R.F. (2004). Applied Geophysics Second
Edition. Edinburgh: Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai