Anda di halaman 1dari 10

Globe Volume 14 No.

2 Desember 2012 : 124 - 133

PENGGUNAAN DATA SATELIT OPTIK DAN SAR UNTUK


PENDETEKSIAN LEMPENG DAN STRUKTUR GEOLOGI
(The Use of Optical and SAR Satellite Data for Detecting Plate Tectonic
and Geological Structure)

oleh/by
1 1
Atriyon Julzarika dan Wiji
1
Kedeputian Penginderaan Jauh
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
email: verbhakov@yahoo.com

Diterima (received): 3 Agustus 2012; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 7 September 2012

ABSTRAK

Sejauh ini pengukuran lempeng dan struktur geologi dilakukan melalui pengukuran
lapangan. Namun perkembangan teknologi penginderaan jauh satelit dapat digunakan untuk
mendeteksi lempeng dan struktur geologi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan
pendeteksian lempeng dan struktur geologi yang efisien dan berbiaya rendah dengan
menggunakan data satelit (optik dan SAR). Pendeteksian lempeng dan struktur geologi ini
dilakukan dengan pendekatan geo-matematika (perataan). Penelitian ini menggunakan citra
optik Grace dan Altimetri dan citra SAR yaitu ALOS Palsar, XSAR, dan SRTM. Citra Grace
dan Altimetri digunakan untuk pembuatan model geoid yaitu Earth Gravitational Model
(EGM) 2008) dan defleksi vertikal. Hasil defleksi vertikal (xi dan eta) inilah yang digunakan
untuk pendeteksian lempeng. Data ALOS Palsar, XSAR, dan SRTM3 C digunakan untuk
pembuatan height model dengan metode integrasi dari ketiga height model dari data
tersebut sehingga dihasilkan height model yang akurat dan presisi. Koreksi bull eye’s
diterapkan pada height model untuk menghilangkan anomali tinggi dengan metode Height
Error Maps (HEM), yang dilanjutkan dengan koreksi undulasi geoid terhadap EGM2008.
Selanjutnya height model tersebut digunakan untuk mendeteksi struktur geologi berupa
sesar dengan metode Dip and Strike. Hasil dari penelitian ini bisa digunakan sebagai
alternatif dalam pembuatan peta pergerakan lempeng dan peta struktur geologi. Selain itu
juga bisa diaplikasikan untuk transformasi koordinat astronomis ke koordinat geodetik dalam
penentuan batas wilayah. Proses pendeteksian lempeng dan struktur geologi ini lebih efisien
dan berbiaya rendah sehingga bisa diaplikasikan untuk berbagai kepentingan keteknikan
dan non keteknikan.

Kata Kunci: Lempeng, Struktur Geologi, Citra Satelit Optik, SAR, Efisien

ABSTRACT

So far, measurement of plate tectonic and geology structure has been done by field
measurement. However, the advancement in satellite remote sensing technology enable it to
be used for detecting the plate tectonic and geology structure. This research aims to detect
plate tectonic and geology structure efficiently and low cost by using optical and SAR
satellite data. The detection used a geo-mathematical approach (averaging). This research
used optical image of Grace and Altimetry, and SAR imageries namely ALOS Palsar, XSAR,
and SRTM. The Grace and Altimetry imageries used for building geoid model which is Earth
Gravitational Model (EGM) 2008) and vertical deflection. The result of vertical deflection (xi

124
Penggunaan Data Satelit Optik dan SAR untuk Pendeteksian Lempeng ................................. (Julzarika, A. dan Wiji)

and eta) then used for detecting the plate. Meanwhile, the ALOS Palsar, XSAR, dan SRTM3
C imageries were used for building a height mode by integrated those three height models.
The result was a high accuracy and precision of height model. A “bull eye’s” correction using
Height Error Maps (HEM) method was applied to remove the height anomaly. The process
continues by correction of geoid undulating of the EGM2008. The integrated height model
then used for detecting the plate and geology structure i.e. fault using dip and strike method.
The research result shows that this method can be alternative for mapping plate movement
and geology structure. Besides that, it can also be applied for transforming astronomical
coordinate into geodetic coordinate in an area boundary delimitation. In sum, the plate and
geology structure process developed is considered efficient and low cost, so that it can be
applied for several technical and non-technical purposes.

Kata Kunci: Plate Tectonic, Geology Structure, Optical Satellite Imagery, SAR, Efficient

PENDAHULUAN tektonik lempeng struktur geologi pada


` batuan ditentukan oleh sifat fisik batuan
Latar Belakang (kekerasan, berat jenis, kepadatan), gaya-
gaya kompresi, gaya-gaya stress dan
Teknik Geodesi Geomatika merupakan strain.
bagian dari matematika terapan yang Kekuatan tektonik dan orogenik yang
memiliki fungsi dalam pengukuran bumi membentuk struktur geologi itu berupa
dan antariksa, yang meliputi kondisi stress (tegangan). Berdasarkan kesera-
dalam dan permukaan bumi. Salah gaman kekuatannya, stress dapat
satunya adalah pengukuran lempeng dan dibedakan menjadi 2 yaitu:
struktur geologi. Selama ini pengukuran 1. Uniform Stress (Confining Stress) yaitu
lempeng dan struktur geologi dilakukan tegangan yang menekan atau menarik
melalui pengukuran lapangan. Sekarang dengan kekuatan yang sama dari atau
sudah ada teknologi dari satelit ke segala arah.
Penginderaan Jauh (inderaja) untuk 2. Differential Stress yaitu tegangan yang
mendeteksi lempeng dan struktur geologi, menekan atau menarik dari atau ke
yang dilakukan dengan pendekatan satu arah saja dan bisa juga dari atau
secara geomatematika (perataan). Citra ke segala arah, tetapi salah satu arah
satelit yang digunakan berupa optik dan kekuatannya ada yang lebih dominan.
Synthetic Aperture Radar (SAR). Pada Pengenalan struktur geologi secara
penelitian ini menggunakan citra optik tidak langsung dapat dilakukan melalui
Grace dan Altimetri, sedangkan data SAR cara-cara berikut ini :
yang digunakan adalah ALOS Palsar, a. Pemetaan geologi dengan mengu-
XSAR, dan SRTM. Metode interferometri kur strike dan dip.
digunakan untuk pembuatan height model b. Interprestasi peta topografi, yaitu
(Li, et al., 2005) dari penampakan gejala penelu-
Geologi struktur adalah studi suran sungai, penelusuran morfo-
mengenai distribusi tiga dimensi tubuh logi dan garis kontur serta pola
batuan dan permukaannya yang datar garis konturnya.
ataupun terlipat, beserta susunan c. Foto udara.
internalnya (Davis and Reynolds, 1996). d. Pemboran.
Struktur geologi mencakup bentuk e. Geofisika, yang didasarkan pada
permukaan yang juga dibahas pada studi sifat-sifat yang dimiliki oleh batuan.
geomorfologi, metamorfisme dan geologi
rekayasa. Bentuk-bentuk alamiah pada Bentuk-bentuk geometri yang terdapat
batuan (beku, sedimen dan malihan) yang pada kulit bumi yang terbentuk oleh
diakibatkan oleh adanya gaya-gaya pengaruh gaya-gaya endogen, baik

125
Globe Volume 14 No. 2 Desember 2012 : 124 - 133

berupa tekanan maupun tarikan. Para ahli Geoid dengan metode geometrik,
geologi menyebutnya Struktur Geologi, sedangkan undulasi Geoid geometrik
dan dikenal dengan kekar, sesar, serta diperoleh dari hitungan tinggi geometrik
lipatan (Ragan, 2009). Ada beberapa (elipsoid) dan hitungan tinggi orthometrik.
faktor yang mempengaruhi proses suatu Penghitungan undulasi secara absolut
pembentukan struktur geologi dari batuan dapat dilihat pada Persamaan 1.
yaitu sifat elastisitas batuan, resistivity, Undulasi yaitu nilai jarak antara Geoid
plastisitas dan viskositas, juga faktor- dengan elipsoid referensi yang diukur
faktor lain seperti pori-pori batuan dan sepanjang normal elipsoid. Undulasi
tekstur batuan. Suatu struktur geologi Geoid atau tinggi Geoid adalah jarak dari
dapat terbentuk akibat suatu gaya-gaya elipsoid referensi dengan permukaan
yang terjadi, yaitu tensi (gaya tarik), Geoid yang diukur sepanjang normal
kompresi (gaya tekan), kopel (gaya elipsoid. Metode penentuan undulasi, ada
ganda) dan torsi (gaya putar). 2 macam yaitu metode gravimetrik dan
Gaya berupa kompresi dapat metode geometrik. Secara garis besar
menghasilkan struktur berupa perlipatan, diagram alir penelitian tersaji pada
pensesaran dan penunjaman. Sedang- Gambar 2.
kan gaya berupa tensi menghasilkan
struktur berupa patahan. N=h–H …………………….. (1)

Tujuan Penelitian dimana :


H = tinggi orthometrik
Penelitian ini bertujuan untuk pende- h = tinggi normal
teksian lempeng dan struktur geologi N = undulasi
menggunakan data citra satelit (optik dan
Undulasi Geoid geometrik dapat
SAR) yang efisien dan berbiaya rendah.
dihitung bila pada satu titik yang sama
diketahui tinggi geometrik dan tinggi
METODOLOGI PENELITIAN
orthometriknya. Nilai undulasi Geoid
geometri dapat dihitung dengan dua
Lokasi Penelitian
metode yaitu metode absolut dan metode
relatif (Vanicek, 1976). Metode absolut
Lokasi penelitian adalah wilayah merupakan penghitungan undulasi hanya
Indonesia pada umumnya dan di Kab. pada satu titik. Sedangkan metode relatif
Tabalong dan Kab. Paser. Kab. Tabalong merupakan penghitungan undulasi secara
(Kalimantan Selatan) dan Kab. Paser relatif antar titik (dN). Persamaan
(Kalimantan Timur), wilayah khusus untuk penghitungan undulasi secara relatif
studi ketinggian, struktur dan formasi dapat diturunkan dari Persamaan 2 dan
geologi. direduksi menjadi Persamaan 3.

Motode Penelitian
Satelit Grace dan Altimetri digunakan ......(2)
untuk pembuatan model gaya berat bumi
dan defleksi vertikal. Metode penelitian ......(3)
yang digunakan adalah gravimetrik relatif. dimana :
Dasar perhitungan yang dipakai didalam N = undulasi geoid
penelitian ini adalah hubungan antara h = tinggi geometrik
Geoid, Ellipsoid dan Undulasi yang tersaji H = tinggi orthometrik
pada Gambar 1. Penentuan undulasi

126
Penggunaan Data Satelit Optik dan SAR untuk Pendeteksian Lempeng ................................. (Julzarika, A. dan Wiji)

Gambar 1. Hubungan Geoid, ellipsoid dan undulasi

Grace, Altimetri X SAR SRTM C

Interferometri Interferometri
Gravimetrik relatif

Height model Height model

Kriging

Integrasi

Koreksi free air


Height model

EGM2008
Koreksi bull eye’s

Koreksi undulasi geoid


Deteksi lempeng
Deteksi struktur geologi

Batas lempeng Struktur geologi

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

127
Globe Volume 14 No. 2 Desember 2012 : 124 - 133

Penentuan undulasi Geoid dengan Gangguan potensial (potensial


metode gravimetrik. Metode gravimetrik disturbing) pada titik P didefinisikan seba-
diperoleh dengan cara pengukuran gaya gai perbedaan antara aktual potensial
berat terestris atau pengukuran gaya gaya berat bumi dan potensial normal
berat dengan satelit gaya berat. dapat diformulasikan pada Persamaan 5
Penentuan undulasi Geoid gravimetrik (Wellenhof and Moritz, 2006). Dari
memerlukan data anomali gaya berat Persamaan 4 dan 5 maka didapatkan
yang terdistribusi merata di seluruh undulasi Geoid sebagai Persamaan 6
permukaan bumi. dan Persamaan 7.
Hal ini sangat sulit untuk direalisasikan Nilai No biasanya diabaikan, terutama
secara nyata. Pada level ketelitian untuk perhitungan undulasi Geoid
tertentu Geoid dapat diturunkan dari regional. Pengabaian ini berdasarkan
model koefisien geopotensial global yang asumsi bahwa GM=GMo dan Wo=Uo,
didapat dari pengukuran gaya berat atau kalaupun No= 0 , kesalahan yang
dengan satelit gaya berat. Potensial pada ditimbulkan hanyalah merupakan
sebuah titik P dengan koordinat jari-jari kesalahan bias yang dapat dieliminasi
geosentris r, lintang dan bujur geosentris dengan merelatifkan hasil perhitungan
masing-masing φ, λ dapat dipresentasi- undulasi Geoid ke sebuah titik referensi di
kan sebagai Persamaan 4 (Heiskanen daerah perhitungan, seperti diilustrasikan
dan Moritz, 1967). pada Gambar 4 (Khafid, 1999).

(a) (b)
Gambar 3. Perhitungan undulasi, (a) undulasi absolut dan (b) undulasi relatif

Gambar 4. Hubungan geometrik antara Geoid dengan


ellipsoid dengan pendekatan geopotensial

128
Penggunaan Data Satelit Optik dan SAR untuk Pendeteksian Lempeng ................................. (Julzarika, A. dan Wiji)

….......… (4)

dimana :
GM = konstanta gravitasi bumi
a = setengah sumbu panjang elipsoid
r = jarak ke pusat bumi
φ = koordinat lintang geosentris bola
λ = koordinat bujur geosentris bola
n,m = derajat dan orde harmonik bola
Cnm, Snm = koefisen geopotensial bola ternormalisasi penuh
Pnm = fungsi legendre jenis pertama terasosiasi dan ternormalisasi penuh

…………… (5)

….….......... (6)

……..…..... (7)

dimana :
T = potensial gangguan
r = jarak ke pusat bumi
φ = koordinat lintang geosentris bola
λ = koordinat bujur geosentris bola
GM = konstanta gravitasi bumi
No = undulasi geoid pada titik awal
Np = undulasi geoid pada titik akhir
W = geoid
U = elipsoid

HASIL DAN PEMBAHASAN seperti pada Gambar 6, dan eta (arah


barat-timur) seperti pada Gambar 7.
Hasil dari penelitian ini berupa batas Kedua komponen ini bisa digunakan
lempeng dan struktur geologi berupa untuk pendeteksian lempeng.
kekar, sesar dan lipatan. Selain itu juga Pendeteksian lempeng (Gambar 8)
dihasilkan formasi geologi wilayah kajian, dimulai dengan pendeteksian mengguna-
yaitu di Tabalong dan Paser. Gambar 5 kan komponen eta. Cara yang dilakukan
merupakan tampilan pembuatan gaya adalah dengan mencari nilai minimum
berat bumi menggunakan citra Grace dan kemudian dilakukan pendeteksian arah
Altimetri, yang lebih dikenal dengan nama utara selatan.
Earth Gravitational Model (EGM2008). Selanjutnya dilakukan pendeteksian
Selain untuk pembuatan gaya berat bumi, komponen eta. Hal yang sama dengan xi
satelit Grace dan Altimetri bisa juga juga dilakukan pada eta. Proses pertama
digunakan untuk pembuatan defleksi yang dilakukan adalah dengan mencari
vertikal. Defleksi vertikal memiliki dua nilai minimum, kemudian dilakukan
komponen, yaitu xi (arah utara-selatan) pendeteksian arah barat-timur.

129
Globe Volume 14 No. 2 Desember 2012 : 124 - 133

Gambar 5. EGM2008

Gambar 6. Defleksi vertikal (xi)

Gambar 7. Defleksi vertikal (eta)

Gambar 8. Hasil Deteksi Lempeng

130
Penggunaan Data Satelit Optik dan SAR untuk Pendeteksian Lempeng ................................. (Julzarika, A. dan Wiji)

Gambar 9. Batas Lempeng

Gambar 10. Height Model Gambar 11. Struktur Geologi

Gambar 12. Formasi Geologi


Setelah itu dilakukan penggabungan Deteksi struktur geologi dapat dilaku-
kedua hasil dengan konsep penjumlahan kan dengan menggunakan height model
vektor, maka diperoleh arah pergerakan akurasi tinggi. Pembuatan height model
lempeng. Sedangkan dengan pengga- menggunakan metode integrasi dengan
bungan kedua hasil tersebut dengan data masukan height model dari SRTM C
rerata nilai batas maka akan diperoleh dan X SAR. Pada penelitian ini menggu-
batas lempeng seperti tersaji pada nakan height model integrasi dengan
Gambar 9. Dari pendeteksian tersebut akurasi vertikal 3-5 m seperti pada
akan diperoleh batas-batas lempeng Gambar 10.
tektonik, diantaranya lempeng Eurasia, Kemudian dengan menggunakan
Indo-Australia dan Pasifik. metode dip and strike dengan pendekatan

131
Globe Volume 14 No. 2 Desember 2012 : 124 - 133

secara hitung perataan, maka diperoleh sp, dan Biplanispira, yang berumur Eosen
hasil pendeteksian struktur geologi. Akhir (Tb). Formasi ini tidak selaras di
Struktur geologi seperti pada Gambar 11, atas batuan Mesozoikum, terlipat hampir
lebih didominasi pada jenis sesar dari- dari utara ke selatan dengan kemiringan
pada kekar dan lipatan. lapisan umumnya 20°, serta mempunyai
Setelah dilakukan pendeteksian tebal sekitar 1.300 meter, serta tersebar
struktur geologi maka kemudian dilakukan di atas perbukitan.
pendeteksian formasi geologi. Cara
pendeteksiannya memerlukan beberapa Formasi Berai
data, diantaranya informasi spasial
penutup lahan, topografi (nilai tinggi, Batu Gamping berlapis dengan Batu
lereng, aspek) dan struktur geologi. Lempung, Napal dan Batubara, sebagian
Klasifikasi formasi geologi menggunakan tersilikakan dan mengandung Limolit.
konsep klasifikasi berbasis objek. Batu Gamping berfosil foram besar antara
Gambar 12, memperlihatkan struktur lain Spiroclypeous sp, Lepidocyclina
geologi pada lokasi penelitian. Setelah (Eulepidina), Ephipiodes JONES &
diperoleh hasil klasifikasi formasi, maka CHAPMAN, Operculina sp, Spiroclypeous
penamaannya disesuaikan dengan nama Tidoengenesis VAN DER VLERK,
lempeng tektonik yang dideteksi. Heterostegina sp dan Amphisiegina sp,
Lokasi penelitian adalah dua wilayah yang menunjukkan umur Oligosen tengah
perbatasan antara Kalimantan Selatan – Oligosen Akhir (Td – e). Selain itu juga
dengan Kalimantan Timur. Hal ini ada berfosil foram Bentos. Formasi ini
disebabkan oleh batas potensi tambang, diendapkan di laut dangkal dengan tebal
formasi, dan struktur geologi tidak bisa mencapai 1.250 meter, serta menempati
dipisahkan berdasarkan batas adminis- morfologi perbukitan karst yang terjal.
trasi. Pada lokasi penelitian mempunyai
formasi geologi, yang dijelaskan sebagai Formasi Montalat
berikut:
Batu Pasir Kuarsa Putih, berstruktur
Formasi Tanjung silang siur, sebagian Gampingan,
bersisipan Batu Lanau/Serpih dan Batu-
Bagian bawah perselingan antara Batu bara. Berfosil foram kecil, antara lain:
Pasir, Serpih, Batu Lanau dan Konglo- Globigerina Venezuelana HEDBERG,
merat aneka bahan, sebagian bersifat Globigerina Tripartite KOCH, Globigerina
gampingan. Komponen Konglomerat Selli (BOR SETTI), Globigerina Praebu-
antara lain Kuarsa, Feldsfar, Granit, lloides BLOW, Globigerina Angustiumbili-
Sekis, Gabro dan Basal. Di dalam Batu cata BOLLI, Globigerina Officinalis
Pasir Kuarsa dijumpai komponen Glau- Suboptima, Globigerina sp., Globigerina
konit. spp. Globorotalia Optima BOLLI, Globoro-
Bagian Atas, perselingan antara Batu taliana BOLLI dan Cassigerinella Chipo-
Pasir Kuarsa bermika, Batu Lanau, Batu lensis (CUSHMAN & POTTON), yang
Gamping dan Batubara. Batu Lanau berumur Oligosen (P19 – N3). Formasi ini
berfosil foram Plangton, antara lain: diendapkan di laut dangkal terbuka,
Globiferina Tripartite KOCH, Globigerina dengan tebal mencapai 1.400 meter.
Ochitaensis HOWE & WALLACE, Formasi ini menjemari dengan Formasi
Globigerina spp. dan Globorotalia spp, Berai dan selaras di atas Formasi
yang menunjukkan umur Eosen–Oligosen Tanjung. Jenis perlipatan mirip dengan
(P16–N3). Formasi Tanjung tetapi lebih sedikit
Batu Gampingnya berforam besar, terbuka. Formasi Montalat menempati
antara lain: Operculina sp, Discocyclina morfologi perbukitan.

132
Penggunaan Data Satelit Optik dan SAR untuk Pendeteksian Lempeng ................................. (Julzarika, A. dan Wiji)

Formasi Warukin KESIMPULAN

Batu Pasir kasar–sedang, sebagian Hasil dari penelitian ini bisa digunakan
Konglomeratan, bersisipan Batu Lanau sebagai alternatif dalam pembuatan peta
dan Serpih, setengah padat berlapis dan pergerakan lempeng dan peta struktur
berstruktur perairan silang-siur dan geologi. Selain itu juga bisa diaplikasikan
lapisan bersusun. Struktur lipatan terbuka untuk transformasi koordinat astronomis
dengan kemiringan lapisan batuan sekitar ke koordinat geodetik dalam penentuan
10°. Formasi ini berumur Miosen Tengah– batas wilayah.
Miosen Atas, dengan tebal bisa mencapai Data Grace, Altimetri, ALOS Palsar, X
500 meter, dan diendapkan di daerah SAR bisa digunakan untuk pendeteksian
transisi. Formasi Warukin berada selaras lempeng dan struktur geologi. Dengan
di atas Formasi Berai dan Montalat. data tersebut juga bisa digunakan untuk
Sesuai dengan sifat fisiknya formasi ini deteksi struktur dan formasi geologi.
menempati daerah morfologi dataran Kesemuanya dapat diaplikasikan untuk
menggelombang landai. berbagai kepentingan keteknikan dan non
keteknikan dengan efisien dan berbiaya
Formasi Dahor rendah.

Batu Pasir kurang padat sampai lepas, DAFTAR PUSTAKA


bersisipan Batu Lanau, Serpih, Lignit dan
Limonit. Terendapkan dalam lingkungan Davis, G. and Reynolds, S. 1996.
peralihan dengan tebal mencapai 300 Structural Geology of Rocks and
meter. Umurnya diduga Plio–Plistosen, Regions. John Wiley & Sons, Inc.
formasi ini tidak selaras di atas formasi- USA.
formasi di bawahnya, dan umumnya Heiskanen, W. A., and Moritz, H. 1967,
berada pada morfologi dataran rendah Physical Geodesy. W. H. Freeman and
yang kadang-kadang sulit dipisahkan Company. San Fransisco and London.
dengan endapan permukaan. Khafid. 1999. Penentuan Tinggi Ortho-
metrik dengan GPS Evaluasi Berbagai
Formasi Pitap Macam Geoid di Wilayah Indonesia.
Badan Koordinasi Survei dan
Batuan sedimen dan vulkanik yang Pemetaan Nasional. Cibinong. Bogor.
terdiri bertingkat tak terpisahkan. Batuan Li, Z., Zhu, Q., and Gold, C. 2005. Digital
sedimen dalam bentuk Batu Lanau abu- Terrain Modeling Principles and
abu tua, Batu Gamping kristalin abu-abu Methodology. CRC Press. Florida.
gelap, Batu Pasir halus abu-abu, Serpih USA.
merah dan Napalan Serpih, ketebalan Ragan, D. 2009. Structural Geology: An
antara 20 cm - 300 cm, sebagian dilipat. Introduction to Geometrical Tech-
Batuan Andesit, Basal dan Amfibolit. niques. Cambridge University. UK.
Leleran Andesit dan bentuk Basalt abu- Vaníček, P. 1976. Physical Geodesy.
abu, hijau, berubah menjadi mineral Department of Surveying Engineering,
Lempung, Kalsit atau Klorit, berpiroksen University of New Brunswick.
dan Porfiritik. Pilotaksit bertekstur Basal Vanicek, P. & Krakiwsky, E. 1986.
dan Amigdaloid. Amfibolit retak lensa Geodesy, the concepts. North-Holland,
dalam bentuk Basalt, ketebalan mencapai Amsterdam, NY, Oxford, Tokyo.
40 cm. Unit ini menempati daerah Wellenhof, B.H., and Moritz, H. 2006,
perbukitan yang tinggi, dan morfologi Physical Geodesy. Second Edition.
kasar. Ketebalan dapat mencapai 100 Sprienger Wien New York. New York.
meter Kapur Akhir (KSP).

133

Anda mungkin juga menyukai