Anda di halaman 1dari 26

METODE GRAVITY

Metode gaya berat (gravitasi) adalah salah satu metode geofisika yang
didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di
permukaan bumi, di kapal maupun di udara. Dalam metode ini yang dipelajari adalah
variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah permukaan
sehingga dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah perbedaan medan gravitasi
dari suatu titik observasi terhadap titik observasi lainnya. Metode gravitasi umumnya
digunakan dalam eksplorasi jebakan minyak (oil trap). Disamping itu metode ini juga
banyak dipakai dalam eksplorasi mineral dan lainnya.
Prinsip pada metode ini mempunyai kemampuan dalam membedakan rapat
massa suatu material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian struktur
bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan tentang struktur bawah permukaan
ini penting untuk perencanaan langkah-langkah eksplorasi baik minyak maupun
mineral lainnya. Untuk menggunakan metode ini dibutuhkan minimal dua alat
gravitasi, alat gravitasi yang pertama berada di base sebagai alat yang digunakan
untuk mengukur pasang surut gravitasi, alat yang kedua dibawa pergi ke setiap titik
pada stasiun mencatat perubahan gravitasi yang ada. Biasanya dalam pengerjaan
pengukuran gravitasi ini, dilakukan secaralooping.

DASAR TEORI
Teori medan gravitasi didasarkan pada hukum Newton tentang medan
gravitasi universal. Hukum medan gravitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya
tarik antara dua titik massa m1 dan m2 yang berjarak r (gambar 1) adalah
m1m2
F12  G r̂12 (1)
r122
dimana F12 adalah gaya yang dialami oleh benda m1 dan G adalah tetapan medan
gravitasi.

F 12 F 21

m1   m2
r
Gambar 1. Gaya tarik menarik antara m1 dan m2 pada jarak r.
Gaya persatuan muatan pada sembarang titik berjarak r dari m1
didefinisikan sebagai kuat medan gravitasi m1. Bila m1 adalah massa bumi, maka
kuat medan gravitasi bumi sering disebut dengan percepatan medan gravitasi
bumi, yang dapat dirumuskan sebagai:
M
g  G r (2)
r3
dengan M adalah massa bumi.
Medan gravitasi merupakan medan konservatif, yang merupakan gradien
dari suatu fungsi potensial skalar U (r ) , sebagaimana berikut:

F (r )  U (r ) (3)

di mana U (r )  GM / r adalah potensial medan gravitasi bumi.


Potensial medan gravitasi yang disebabkan oleh distribusi massa kontinu
(bukan merupakan titik massa) dapat dihitung dengan pengintegralan. Jika massa
terdistribusi secara kontinu dengan densitas  ( r 0 ) di dalam volume V, potensial
medan gravitasi pada sembarang titik P di luar benda adalah
 (r 0 )d 3r0
U P (r )   G  (4)
V r  r0

Hubungan antara besar percepatan medan gravitasi dan potensial medan


gravitasi adalah g  U P . Percepatan medan gravitasi bumi bervariasi di
permukaan bumi, dan harganya bergantung pada (a) distribusi massa di bawah
permukaan, sebagaimana ditunjukkan oleh fungsi densitas  ( r 0 ) dan (b) bentuk
bumi yang sebenarnya, sebagaimana ditunjukkan oleh batas integral.

1. Reduksi Data Gravitasi


Penelaahan tentang konsep reduksi data gravitasi lebih mudah dipahami
dengan cara menelaah terlebihdahulu arti anomali medan gravitasi. Secara
matematis dapat didefinisikan bahwa anomali medan gravitasi di topografi atau
di posisi (x,y,z) merupakan selisih dari medan gravitasi observasi di topografi
terhadap medan gravitasi teoritis di topografi. Medan gravitasi teoritis yaitu
medan yang diakibatkan oleh faktor-faktor non-geologi dan harganya dihitung
berdasarkan rumusan-rumusan yang dijabarkan secara teoritis. Nilai Medan ini
dipengaruhi oleh letak lintang, ketinggian, dan massa topografi di sekitar titik
tersebut. Secara matematis, Anomali medan gravitasi di topografi dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut :
g(x,y,z) = gobs (x,y,z) – gTeoritis (x,y,z) (5)

dengan g (x,y,z) merupakan anomali medan gravitasi di topografi, dan


gobs(x,y,z) adalah medan gravitasi observasi di topografi yang sudah
dikoreksikan terhadap koreksi pasang-surut, koreksi tinggi alat dan koreksi drift.
Sedangkan gTeoritis( x, y, z ) merupakan medan gravitasi teoritis di topografi.
Medan gravitasi teoritis yang ditentukan lebih awal adalah medan
gravitasi normal yang terletak pada bidang datum (pada ketinggian z = 0) sebagai
titik referensi geodesi. Rumusan medan gravitasi normal pada bidang datum ini
telah ditetapkan oleh The International Association of geodesy (IAG) yang diberi
nama Geodetic Reference System 1980 (GRS80) sebagai fungsi lintang (Joenil
Kahar, 1990) yaitu :
g() = 978032,700 (1 + 0,0053024 sin2 - 0,0000058 sin22) (mgal)
(6)
dengan  adalah garis lintang.
Dari persamaan (6) terlihat bahwa semakin tinggi letak lintangnya maka
semakin besar percepatan gravitasinya. Jadi medan gravitasi bumi cenderung
bertambah besar ke arah kutub.

2.1. Reduksi Free Air (Udara Bebas)


Jika persamaan (6) sebagai medan gravitasi teoritis disubtitusikan ke
persamaan (5) maka anomali medan gravitasi di topografi yang dihasilkannya
belum dapat didefinisikan secara fisis. Hal ini disebabkan karena medan gravitasi
nomal, g(), masih berada pada bidang datum (z = 0) sedangkan medan gravitasi
observasinya, gobs (x,y,z), berada pada topografi. Untuk mengatasi masalah ini,
diperlukan suatu teknik untuk membawa medan gravitasi normal yang berada
pada bidang datum itu ke permukaan topografi, sehingga medan gravitasi normal
dan medan gravitasi observasi sama-sama berada pada topografi. Teknik yang
digunakan untuk mengatasinya yaitu dengan melakukan koreksi udara-bebas
(free-air correction) yang rumusan matematisnya adalah :
gf.a.  - 0,308765 h miligal/m
(7)
dengan h merupakan ketinggian stasiun dari datum. Persamaan (7) di atas disebut
sebagai koreksi udara-bebas karena hanya memperhitungkan elevasi antara
permukaan topografi (titik-titik observasi) dengan reference spheroid dengan
mengabaikan massa diantaranya.
Dengan melibatkan reduksi free air sebagaimana di atas, maka g teoritis
di permukaan topografi dapat dituliskan sebagai :
gTeoritis (x,y,z) = g() + gf.a
(8)
Dengan koreksi udara-bebas ini maka diperoleh anomali medan gravitasi
udara-bebas di topografi yang diformulasikan dalam persamaan berikut
g(x,y,z)f.a. = gobs (x,y,z) – gTeoritis (x,y,z)
(9)
Pada penghitungan anomali medan gravitasi udara-bebas di atas, massa
yang terletak antara datum dan permukaan topografi tidak diperhitungkan,
padahal massa ini sangat mempengaruhi harga anomali medan gravitasi. Maka
persamaan (9) akan lebih sempurna jika massa ini turut diperhitungkan. Grand
and West, 1965, mendefinisikan bahwa massa yang terletak antara permukaan
topografi dan bidang datum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Bagian massa yang terletak antara bidang Bouguer dengan bidang datum
dimana efek dari massa ini disebut efek Bouguer. Anomali yang dihasilkan
setelah dilakukan koreksi Bouguer terhadap anomali udara-bebas disebut
anomali medan gravitasi Bouguer sederhana.
b. Bagian massa yang berada di atas bidang Bouguer dan bagian massa yang
hilang di bawah bidang Bouguer. Efek dari massa ini disebut efek medan
(terrain effect). Anomali yang dihasilkan setelah dilakukan koreksi medan
terhadap anomali Bouguer sederhana disebut anomali medan gravitasi
Bouguer lengkap.
Secara matematis, anomali medan gravitasi Bouguer sederhana di
topogra-fi, g B.L. ( x, y, z ) , dinyatakan oleh persamaan berikut :

g B.S . ( x, y, z ) = gobs (x,y,z) – gTeoritis (x,y,z) . + gB 


(10)
Sedangkan anomali medan gravitasi Bouguer lengkap di topografi adalah :
g B.L. ( x, y, z ) = gobs (x,y,z) – gTeoritis (x,y,z) . + gB - gT
(11)
dengan gB merupakan koreksi Bouguer dan gT adalah koreksi medan (terrain
correction). Anomali medan gravitasi Bouguer lengkap merefleksikan adanya
variasi-variasi densitas dalam kerak.
Dengan dilakukannya koreksi Bouger tidak menghilangkan anomali
massa yang terdapat di atas datum karena densitas massa yang digunakan dalam
perhitungan koreksi Bouguer adalah densitas rata-rata dengan menganggap
massa topografi bersifat homogen. Seperti halnya koreksi udara-bebas, dengan
dilakukan koreksi Bouguer tidak berarti secara fisis memindahkan titik-titik
observasi ke reference spheroid, dan tidak pula menimbulkan diskontinyuitas
densitas dari massa-massa yang berada di atas dan di bawah reference spheroid.

2.2. Berbagai Model Koreksi Bouguer


Model pendekatan terhadap koreksi Bouguer telah mengalami
perkembangan dan pembaharuan. Model yang pertama dikenal adalah model
slab horizontal tak hingga dengan ketebalan h relatif dari datum ke titik amat
(stasiun). Besarnya koreksi Bouguer untuk model slab horizontal tak hingga
adalah
gB=2Gh
(12)
dengan  adalah densitas massa Bouguer (massa topografi) dan h adalah
ketinggian stasiun dari datum. Jika daerah penelitianya sangat luas, dari model
ini akan terdapat banyak massa kosong yang turut menyumbang dalam
penghitungan koreksi Bouguer. Di samping itu, secara geometris model ini
kurang dapat dipertanggungjawab-kan karena bentuk permukaan bumi tidak
datar. Meskipun demikian, untuk daerah penelitian yang sempit (tidak luas) dan
undulasinya kecil model ini masih signifikan digunakan karena makin sempit
daerahnya maka secara geometris makin rendah derajat kelengkungannya atau
makin mendekati bentuk datar. Hal ini dapat dilihat dari persamaan (15).

Gambar 2. Koreksi Bouguer model slab horizontal tak hingga

Model lain dari koreksi Bouguer adalah model cangkang bola (spherical
shell) yang diajukan oleh Karl (1971). Karl menganggap bahwa bagian massa
Bouguer berbentuk cangkang bola dengan ketebalan h dari datum. Besar koreksi
Bouguer untuk model ini adalah :
gB4Gh
(13)

Dari persamaan (13) terlihat bahwa model cangkang bola tidak merubah bentuk
efek Bouguer model slab horizontal tak hingga (masih linear terhadap  dan h)
dan hanya memperbesar menjadi 2 kali. Meskipun mendekati geometri
permukaan bumi dan cukup mereduksi massa kosong yang diperhitungkan dalam
model slab horizontal tak hingga, tetapi model cangkang bola ini tidak
memberikan batasan radius permukaan guna meminimalkan perbedaan antara
efek yang diperoleh dari model cangkang bola dengan efek dari model slab
horizontal tak hingga.

Gambar 3. Koreksi Bouguer model cangkang bola (Karl, 1971)


Model koreksi Bouguer yang lebih eksak diusulkan oleh La Fehr (1990)
dengan memodifikasi slab horizontal tak hingga ke suatu topi sferis dengan
radius permukaan 166,735 km. Maksud dari pemilihan radius permukaan ini
adalah untuk meminimalkan perbedaan antar efek yang diperoleh dari model topi
sferis dengan efek yang diperoleh dari model slab horizontal tak hingga yang
tidak diperhitungkan oleh Karl. Koreksi Bouguer model topi sferis La Fehr
dinyatakan dalam formula berikut :
gB = 2 Gh + 2 G (h - R )
(14)
dengan  dan  merupakan koefisien-koefisien tanpa dimensi dan R adalah
radius bumi sampai di stasiun. Suku kedua di ruas kanan persamaan (14)
didefinisikan sebagai koreksi kelengkungan. Koreksi kelengkungan ini
memodifikasi harga slab horizontal tak hingga ke suatu topi sferis yang
mempunyai radius permukaan sebesar 166,735 km dan ketebalannya sama
dengan ketebalan slab horizontal tak hingga.
Gambar 4. Model Topi Sferis La Fehr

La Fehr tidak memberikan interpretasi fisis terhadap koreksi


kelengkungan yang diusulkannya. Interpretasi fisis terhadap koreksi
kelengkungan La Fehr justeru diberikan oleh Whitman (1991) yang mengusulkan
bentuk koreksi Bouguer sebagai berikut :
  1 
g B  2Gh  2Gh  H   1
2  2 
(15)
dengan H adalah rasio h terhadap R (dengan R = Ro + h dan Ro adalah radius
bumi normal sampai datum) dan  merupakan sudut dari pusat bumi. Suku kedua
persamaan (15) merupakan koreksi kelengkungan Whitman. Pada persamaan di

atas, suku menunjukkan gaya gravitasi vertikal akibat kelengkungan bumi
2
H
dengan sudut kelengkungan  , suku menunjukkan efek pemotongan slab
2
flat pada radius permukaan Bullardnya ( s  RO ) , sedangkan suku H
menunjukkan berkurangnya kelengkungan bumi dengan bertambahnya radius
permukaan bumi R (dengan R  RO  h) atau dengan bertambahnya ketebalan
slab h .
Gambar 5. Model Koreksi Bouguer Whitman (1991)
Pendekatan-pendekatan tehadap koreksi kelengkungan (Bullard B
correction) dalam bentuk deret pangkat ketebalan h ( h dalam meter) diajukan
oleh USGS dan oleh La Fehr sebagai berikut :
USGS :
BB  1,464  106 h  3,533  1010 h2  4,5  106 h3 milligal
(16)
La Fehr :
BB  1,46306  106 h  3,552725  1010 h2  5,1 106  h3 milligal
(17)

Dari beberapa model koreksi Bouguer di atas, model slab horizontal tak
hingga merupakan model yang digunakan dalam penelitian ini. Alasan pemilihan
model ini adalah disamping praktis penerapannya, juga karena daerah
penelitiannya tidak luas dan undulasinya kecil sehingga penggunaan model ini
masih signifikan.

2.3. Koreksi Medan


Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat bagian massa yang
berada di atas bidang Bouguer dan bagian massa yang hilang di bawah bidang
Bouguer yang pada kenyataannya merepresentasikan keberadaan bukit dan
lembah. Efek dari massa ini disebut efek medan (terrain effect). Adanya lembah
akan mengurangi nilai medan gravitasi di titik pengamatan, demikian pula
dengan adanya bukit mengakibatkan berkurangnya medan gravitasi di titik
pengamatan. Massa bukit mengakibatkan terdapatnya komponen gaya ke atas
yang berlawanan arah dengan komponen gaya gravitasi. Jadi adanya lembah dan
bukit di sekitar titik pengamatan akan mengurangi besarnya medan gravitasi
sebenarnya di titik tersebut, sehingga koreksi medan yang diperhitungkan selalu
berharga positif. Pada penelitian ini penghitungan koreksi medan menggunakan
metode yang diusulkan oleh Kane (1962). Metode ini didesain untuk menyeleksi
data ketinggian disekitar stasiun gravitasi dimana koreksi medan akan dicari.
Pada model ini dibuat grid dengan stasiun gravitasi sebagai pusatnya dan daerah
perhitungan dibagi atas dua zona yaitu zona eksternal dan zona internal. Dengan
menggunakan metode tersebut akan lebih efisien dalam perhitubgan koreksi
medan. Program komputasi dari model ini telah dibuat oleh Ballina (1990)
dengan menggunakan bahasa Fortran.

2.4. Penentuan Densitas Batuan


Pada koreksi topografi di atas (koreksi Bouguer dan koreksi medan) ada
satu nilai yang belum diketahui yaitu densitas batuan permukaan (densitas
topografi). Densitas batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
rapat massa butir pembentuknya, porositas, kandungan fluida yang mengisi pori-
porinya, serta pemadatan akibat tekanan dan pelapukan yang dialami batuan
tersebut.
Metode penentuan densitas lapisan permukaan kerak bumi dari data hasil
pengukuran gravitasi dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :
a) Metode yang memanfaatkan data pengukuran gravitasi di permukaan.
b) Metode yang memanfaatkan data pengukuran gravitasi di bawah permukaan
pada pertambangan dan boreholes.
Penentuan densitas dengan memanfaatkan data-data hasil pengukuran di
permukaan dapat dilakukan dengan menggunakan metode Nettleton yang dapat
ditempuh dengan dua cara, yaitu :
a. Secara grafis yaitu dengan membuat profil topografi dan profil anomali
Bouguer untuk densitas yang berbeda-beda dari tiap-tiap lintasan yang dipilih.
Harga densitas yang dipilih sebagai densitas batuan permukaan (atau densitas
topografi) adalah densitas yang profil anomali Bouguernya berkorelasi
minimum terhadap profil topografi.
b. Secara analitik yaitu dengan menggunakan persamaan matematis untuk
menghitung koefisien korelasi dari semua data pengukuran gravitasi. Cara ini
sangat baik karena memasukkan semua data pengukuran gravitasi sehingga
menjadi kros korelasi dua dimensi. Persamaan analitik yang dipakai
menghitung koefisien korelasi k adalah :
 
n

 g k ( i )  g ( i ) hk  h
k k 1

 g k ( i )  g ( i )  hk h 
n n
2

k 1 k 1

(18)
dengan g (  ) adalah anomali medan gravitasi Bouguer sederhana yang
diformulasikan oleh persamaan (10). Jika k = 0 maka harga-harga anomali
Bouguer dan harga-harga elevasi tidak terkorelasi, yang berarti bahwa densitas
yang diasumsikan merupakan harga densitas massa topografi yang tepat.
Guna memperkuat keyakinan terhadap hasil perhitungan densitas dengan
menggunakan metoda di atas diperlukan pula informasi geologi tentang struktur
batuan daerah survei.

Diagram alir survei metode gravitasi dapat digambarkan sebagai beikut :


Gambar 6. Diagram alir pengolahan data
Akuisisi Data gravity
Sebelum dilakukan pengambilan data di lapangan, terlebih dahulu
dilakukan survei awal untuk mempelajari sebaran titik amat yang akan diukur.
Kemudian dilakukan desain survei untuk menentukan luas daerah survei dan
spasi antar titik amat yang akan digunakan. Dalam pengambilan data di
lapangan, hal yang pertama dilakukan adalah pembuatan titik ikat baik gravitasi
maupun posisi. Pengumpulan data meliputi data gravitasi dan data posisi yang
dilakukan secara bersamaan. Penentuan titik amat memperhatikan beberapa hal,
antara lain; letak titik amat harus jelas dan mudah dikenali, lokasinya relatif
terbuka untuk memudahkan pengukuran GPS, titik amat harus bisa dilihat dalam
peta, relatif jauh dari gangguan (seperti getaran-getaran mesin, kendaraan berat)
dan titik amat diusahakan pada daerah yang tanahnya stabil.

1. Luas Daerah Survey


Luas daerah survei disesuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target
anomali berukuran local (cukup kecil), maka daerah survey tidak perlu terlalu
luas, diperkirakan sekitar 5 x 5 km2 dengan spasi titik amat yang cukup rapat
(sekitar 200 meter). Bila target merupakan struktur geologi yang cukup besar,
maka daerah pengamatan dapat diperluas menjadi sekitar 10 x 10 km2 s/d 20 x 20
km2 atau lebih luas lagi. Pengamatan pada lokasi yang diperkirakan merupakan
lokasi anomali dibuat lebih rapat. Peta lapangan yang digunakan disesuaikan
dengan luas daerah pengamatan, namun hendaknya tidak lebih kecil dari 1 :
25000.

2. Peralatan Yang Dipergunakan


Peralatan yang digunakan dalam survey adalah :
1. Gravitymeter La Coste & Romberg Model G-1118 MVR Feedback System
yang mempunyai ketelitian 0.005 mgal.
2. GPS, 2 buah Trimbel Navigation 4600 LS Geodetic System Surveyor Single
Frequence dan perlengkapannya.
3. Alat-alat bantu berupa penunjuk waktu (jam tangan), kompas, pelindung
peralatan (payung) dan Handy Talky.
3. Penentuan Lokasi Pengukuran
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi pengukuran
adalah penyediaan peta topografi dan peta geologi. Untuk keperluan orientasi
medan digunakan peta topografi skala terkecil yang tersedia.
Setelah tersedia peta yang sesuai kemudian ditentukan lintasan
pengukuran dan base stasiun yang harga percepatan gravitasinya diketahui
(diikatkan dengan titik yang telah diketahui percepatan gravitasinya). Penentuan
lintasan, titk ikat dan base stasiun diusahakan sedemikianrupa sehingga
pelaksanaan pengukuran efektif dan memenuhi sasaran.
Pengambilan data posisi dan titik pengukuran medan gravitasi dilakukan
secara bersama-sama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan
titik pengukuran yaitu :
 Letak titik pengukuran harus jelas dan mudah dikenal, sehingga apabila
dikemudian hari dilakukan pengukuran ulang akan mudah untuk
mendapatkannya.
 Lokasi titik pengukuran harus dapat dibaca dalam peta.
 Lokasi titik pengukuran harus bersifat permanen dan mudah dijangkau oleh
peneliti, serta bebas dari gangguan kendaraan bermotor, mesin dan lain-lain.
 Lokasi titik pengukuran harus terbuka sehingga GPS mampu menerima sinyal
dari satelit dengan baik tanpa ada penghalang. Pada umumnya ruang pandang
langit yang bebas ke segala arah di atas elevasi adalah 100 atau 150.
Disamping itu titik pengukuran diusahakan jauh dari obyek-obyek reflektif
yang mudah memantulkan sinyal GPS, untuk meminimalkan atau mencegah
terjadinya multipath.

4. Pembuatan Base Station (Titik Ikat) Pengukuran Medan Gravitasi


Pada prinsipnya gravitymeter LaCoste&Romberg mengukur variasi
percepatan gravitasi dari satu titik ke titik yang lain dan tidak mengukur
percepatan gravitasi mutlak di suatu titik. Oleh karena itu untuk melakukan
serangkaian pengukuran di lapangan diperlukan satu atau beberapa titik ikat yang
sudah diketahui harga percepatan gravitasinya secara mutlak, yang disebut
sebagai Base Station.
Besarnya harga medan gravitasi pada suatu base stasiun (titik ikat)
pengukuran adalah :
gbs  g ref  ( g relbs  g relref )
(4.1)
dengan :
g bs = harga medan gravitasi Base Station (titik ikat)
g ref = harga medan gravitasi di titik referensi
grelikk = harga pembacaan gravitasi di titik ikat
g relref = harga pembacaan gravitasi di titik referensi

5. Format Data Lapangan


Data yang diperoleh dari lapangan hendaknya dicatat didalam buku
lapangan, tidak dalam lembaran kertas yang mudah hilang. Format data
disesuaikan dengan data yang diamati, yaitu memuat semua data yang perlu
dicatat. Data tersebut antara lain :
1. Hari dan tanggal pengamatan, cuaca, operator, dll.
2. Nama stasiun (titik amat), misalkan L01-01, dimana L menyatakan lintasan,
01 adalah nomor lintasan dan 01 berikutnya adalah nomor titik amat.
3. Pembacaan skala gravitymeter.
4. Pembacaan feedback.
5. Tinggi alat ukur terhadap titik amat.
6. Besar pasang surut teoritis (berupa table yang telah disiapkan lebih dulu).
7. Data lainnya berupa keterangan saat pengamatan atau dapat diisi dengan
session pengukuran GPS pada titik tersebut.

x y z Nama Sta. Waktu Skala pemb. Feed- Tinggi alat Pasang surut
pengukuran back

Pengamatan tersebut dapat dibuat tabel dalam bentuk contoh sebagai berikut :
INSTRUMENTASI

Petunjuk praktis pemakaian Gravitymeter LaCoste & Romberg

I. Pendahuluan
Kebutuhan dan harapan pada suatu kegiatan pengukuran di lapangan
ialah dapat diperolehnya data yang tepat, benar dan akurat, karena data sangat
mempengaruhi hasil akhir yang didapat. Untuk mengoperasikan gravitymeter
dengan baik diperlukan seorang operator yang cermat, terutama dalam hal
pengaturan dan pengamatan untuk memperoleh data medan gravitasi yang
akurat, baik di lapangan maupun di laboratorium. Pengetahuan yang baik tentang
alat yang digunakan sangat membantu memperoleh prosedur yang benar dalam
memperoleh data yang akurat.
Gravitymeter LaCoste & Romberg terdiri dari dua model, yaitu model G
dan model D. Model G mempunyai jangkauan skala yang lebar (sekitar 7000
skala, setara dengan 7000 mgal), sehingga dalam pengoperasiannya tidak perlu
diset ulang. Model D mempunyai ketelitian satu orde lebih tinggi dari model G,
tetapi jangkau skala hanya sekitar 200 mgal. Ini berarti bila digunakan untuk
pengukuran yang mempunyai variasi medan gravitasi lebih dari 200 mgal,
gravitymeter perlu diset ulang pada salah satu titik amat di lapangan. Dalam
bagian berikutnya hanya dibahas untuk gravitymeter LaCoste & Romberg model
G.
Setiap gravitymeter LaCoste & Romberg dalam pengukurannya
menggunakan sistem pengukuran secara relatif. Data yang terbaca dari
gravitymeter tidak langsung dalam satuan mgal, tetapi dalam satuan skala
pembacaan, yang dapat dikonversi ke satuan mgal dengan menggunakan tabel
kalibrasi. Sistem pengungkit (lever) dan sekrup (screw) pada gravitymeter ini
dikalibrasi secara teliti pada semua jangkauan pembacaan. Faktor kalibrasi (yaitu
tabel kalibrasi) hanya bergantung pada sistem pengungkit dan sekrup pengukur,
tidak pada pegas lemah sebagaimana pada alat yang lain. Dengan alasan ini,
faktor kalibrasi pada gravitymeter LaCoste & Romberg tidak berubah terhadap
waktu secara jelas. Untuk mengeliminasi perubahan, pengecekan terhadap faktor
kalibrasi dapat dilakukan secara berkala.
II. Menjalankan Gravitymeter

II.1. Posisi Pengamat terhadap Gravitymeter


Untuk mendapatkan harga pembacaan yang teliti dan cepat, di samping
kondisi gravitymeter yang baik, peranan pengamat dalam melakukan
pengamatan amat besar. Untuk itu sangat dianjurkan :
1. Letakkan piringan pada titik amat yang ditentukan. Apabila titik amat tidak
mungkin ditempati piringan (tanah labil, miring, banyak akar pohon, dll),
disarankan titik amat dipindah, atau letakkan piringan di tempat yang
memungkinkan sedekat mungkin dengan titik amat.
2. Letakkan kotak pembawa gravitymeter di depan titik amat.
3. Usahakan berdiri menghadap alat dengan membelakangi matahari, dengan
harapan sinar matahari tidak mengenai gravitymeter. Apabila tidak
memungkinkan, gunakan payung untuk melindungi gravitymeter. Demikian
pula pada waktu hujan, dianjurkan untuk berhenti mengukur. Bila tetap harus
dilanjutkan, lindungi gravitymeter dari air.
4. Perhatikan arah angin (terutama bila bertiup kencang) agar tidak mengganggu
pergerakan benang bacaan.
5. Hindarkan alat-alat berat (kunci, koin, kacamata dalam saku, dsb.) berada di
dekat gravitymeter pada saat mengukur. Dengan demikian gravitymeter
terhindar dari kemungkinan kejatuhan barang-barang tersebut.
6. Ambillah sikap serelaks mungkin (disarankan dengan cara berlutut) pada saat
mulai pengamatan. Jangan membuat banyak gerakan pada saat melakukan
pengamatan.
7. Sediakan bantalan bila daerah pengamatan berada pada arean yang berbatu
dan berkerikil.

II.2. Menegakkan Gravitymeter


Teknik menegakkan gravitymeter dilakukan dengan cara mengatur level
memanjang dan melintang. Bila terdapat 2 tipe level (yaitu air dan elektronik),
gunakan level elektronik. Lakukan langkah-langkah berikut untuk membantu
menegakkan gravitymeter secara sempurna dalam waktu singkat.
1. Letakkan piringan dan tekan sisi-sisinya pada permukaan tanah sehingga
ketiga kakinya tertanam pada tanah secara mantap. Lakukan ini dengan
mengusahakan gelembung nivo pada piringan berada di tengah.
2. Jika pengamatan dilakukan pada tanah yang lunak, letakkan sekeping papan,
atau sesuatu yang lain sebagai landasan di antara piringan dan permuakaan
tanah. Letakkan piringan di atas papan tersebut sehingga mendapat kedudukan
yang mantap. Tanpa alas papan (atau lainnya)
3. Buka penutup kotak pembawa dan periksa temperatur gravitymeter. Untuk
LaCoste & Romberg G-1118, temperatur minimumnya adalah 55.70 C. Kabel
penghubung batteray sebaiknya dalam keadaan bebas.
4. Kelurakan gravitymeter dengan cara mengangkat pada bagian sekerup
penegak dengan menggunakan ibujari dan jari lainnya menekan badan
gravitymeter. Letakkan gravitymeter di atas piringan secara hati-hati.
Hindarkan gravitymeter goncangan dan benturan keras dengan.
5. Geser gravitymeter untuk mendapatkan perkiraan posisi tegak dengan cara
sedikit mengangkatnya. Lakukan dengan kedua telapak tangan dan ibu jari
menempel pada bagian kiri dan kanan badan gravitymeter, sedang jari lainnya
menyangga pada bagian bawah gravitymeter. Bila level (elektronik atau
gelembung) telah mendekati posisi tengah (seimbang), hentikan pergeseran
tersebut.
6. Nyalakan lampu gravitymeter.
7. Gunakan sekerup penegak untuk mendapatkan posisi tegak sempurna.
Pengaturan level ini dengan menggunakan sekerup-sekerup penegak yang
berjumlah 3 buah. Usahakan menggunakan hanya 2 buah saja, yaitu salah satu
sekerup memanjang dan satu sekerup melintang.

II.3. Pembacaan gravitymeter.


II.3.1. Tanpa MVR Feedback
Setelah gravitymeter dalam posisi tegak sempurna, pembacaan gravitymeter
dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Putar sekerup pengunci (clamp) berlawanan jarum jam sampai habis.
2. Amati posisi benang bacaan pada lensa pengamatan. Perhatikan posisinya
setelah berhenti bergerak, apakah terletak di sebelah kiri atau kanan garis baca
(reading line, untuk LaCoste & Roimberg G-1118 adalah 2.70).
3. Amati dan gerakkan benang bacaan dengan memutar sekerup pembacaan
secara pelahan searah atau berlawanan jarum jam. Bila benang bacaan terletak
di sebelah kiri putar sekerup pembacaan searah jarum jam dan sebaliknya.
Hentikan putaran saat benang bacaan berimpit dengan garis baca.
4. Untuk mendapatkan harga pembacaan yang baik, putaran sekerup pembacaan
disarankan dari arah kiri ke kanan (searah jarum jam). Langkah ini dapat
langsung dilaksanakan bila benang bacaan terletak di sebelah kiri garis baca.
Bila benang bacaan terletak di sebelah kanan garis baca, putar sekerup
pembacaan berlawanan jarum jam hingga benang bacaan bergeser ke sebelah
kiri garis baca. Baru kemudian lakukan putaran balik (searah jarum jam)
sampai benang bacaan berimpit dengan garis baca. Hal ini dilakukan untuk
menghindari pembacaan semu (backlash) akibat putaran sekerup pembacaan
yang tidak seragam.
Catatan :
Posisi garis baca yang benar adalah keadaan dimana batas bawah (bagian
kiri) dari benang bacaan berimpit dengan garis baca (lihat gambar pada
buku manual Gravitymeter LaCoste & Romberg).
5. Periksa level memanjang dan melintang, bila level berubah lakukan
pembetulan level untuk mendapatkan posisi tegak sempurna. Periksa kembali
posisi benang bacaan, apakah masih berimpit dengan garis baca atau berubah.
Bila berubah putar sekerup pembacaan lagi sampai mendapatkan posisi
benang pembacaan yang benar (Ingat aturan putaran dari kiri ke kanan).
6. Matikan lampu gravitymeter secara pelahan, jangan membuat gerakan yang
mengejut.
7. Putar sekerup pengunci searah jam sampai habis untuk mengunci pegas.
8. Baca hasil pengukuran pada skala pembacaan.

Catatan :
Jangan lupa untuk selalu melakukan pengecekan terhadap battery dan
suhu alat, yaitu dengan memutar switch MVR Internal Feedback ke pilihan A
untuk battery dan B untuk suhu. Bila battery sudah mendekati angka 10, segera
ganti dengan battery yang penuh. Untuk praktisnya, lakukan penggantian battery
tiap 6 atau 7 jam selama pengukuran di lapangan.
Ingat pengukuran medan gravitasi merupakan pengukuran relatrif dan hasil
bacaan masih dalam satuan skala baca. Untuk mendapatkan harga dalam mgal
perlu dikonversi dengan menggunakan tabel kalibrasi.
Hasil pembacaan merupakan hasil dari pengamatan pada titik amat
tersebut. Untuk tiap titik amat dilakukan prosedur yang sama. Langkah-langkah
ini merupakan prosedur bila pengamatan dilakukan tidak dengan menggunakan
MVR feedback. Prosedur pengamatan dengan menggunakan MVR feedback
agak sedikit lain.

II.3.2. Dengan menggunakan MVR Feedback


1. Hidupkan MVR feedback dengan memindahkan switchnya ke pilihan yang
ditentukan (30 V atau 10 V). Lihat keterangannya pada bagian MVR
feedback.
2. Pada titik amat yang ditentukan lakukan langkah 1 s/d 6 sebagaimana bila
tanpa MVR feedback
3. Amati besar pembacaan feedback pada DVM (Digital Volt Meter), pada
bagian yang bertuliskan MVR Internal Feedback, dengan memindah
switchnya ke pilihan D (bila digunakan 10 V) atau E (bila 30 V). Pembacaan
feedback dilakukan setelah angka tidak menunjukkan perubahan (sudah
konstan atau stabil) atau paling tidak sudah lambat perubahannya. Usahakan
pembacaan feedback mendekati angka nol, kecuali digunakan prosedur
pengukuran di lapangan dengan memanfaatkan feedback tanpa mengubah
skala pembacaan.
4. Lakukan langkah 7 dan 8 sebagaimana pembacaan dengan tanpa feedback.

Processing
Dalam metode Gravitasi, pengolahan data dilakukan dengan tujuan untuk
mencari perbedaan harga percepatan gravitasi dari satu titik ke titik yang lain di
suatu tempat yang disebabkan oleh adanya massa batuan di kulit terluar bumi.
Seperti diketahui bahwa massa tersebut hanya menyumbang sekitar 0,05% dari
harga gravitasi yang didapat. Oleh karena itu, penyebab-penyebab gravitasi
selain itu harus dihilangkan atau direduksi. Pengolahan data dimulai dari data
mentah kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data awal dan pengolahan data
lanjutan.
Pengolahan data awal gravitasi dimulai dari data mentah, konversi ke harga
miligal, koreksi tinggi alat, koreksi pasang surut serta koreksi drift.
a. Konversi ke Harga Miligal
Pembacaan pada gravitymeter masih berupa pembacaan skala, belum
mempunyai satuan dan setiap model gravitymeter mempunyai tabel konversi
yang berlainan tergantung spesifikasi model gravitymeternya. Oleh karena itu
untuk mengubah dari satuan skala menjadi satuan miligal maka harga
pembacaan dari gravitymeter harus dikonversikan terlebih dahulu ke harga
miligal dengan menggunakan tabel konversi.
Rumus Konversi ke harga miligal yaitu :
GS  Gm  ( F  0,001029411) k (4.2)
dengan :
Gs = g bacaan dalam satuan miligal
Gm = g bacaan skala
F = pembacaan feedback dalam volt
` k = harga konversi skala ke miligal.
b. Koreksi Tinggi Alat
Tinggi alat merupakan jarak antara permukaan atas gravitymeter dengan titik
ukur posisi (GPS). Tujuan dilakukan koreksi tinggi alat adalah agar
pembacaan gravitasi di setiap pengukuran mempunyai posisi ketinggian yang
sama dengan pengukuran hasil data GPS. Koreksi tinggi alat ini mengurangi
besar nilai g sehingga harus ditambahkan.
GSH = GS + 0,3086h (4.3)
dengan :
GSH = pembacaan gravitasi terkoreksi tinggi alat
GS = pembacaan gravitasi dalam miligal
h = tinggi alat dalam meter
c. Koreksi Pasang Surut
Data hasil pengukuran gravitasi dipengaruhi oleh gaya tarik menarik Bumi
dengan benda-benda langit khususnya Matahari dan Bulan. Untuk
menghilangkan pengaruh yang timbul tersebut, maka data hasil pengukuran
perlu dilakukan koreksi terlebih dahulu. Koreksi untuk menghilangkan
pengaruh gaya tarik menarik antara Bumi dengan Matahari dan bulan disebut
koreksi pasang surut. Besarnya koreksi pasang surut ini dihitung dengan
menggunakan program komputer berdasarkan perumusan Longman (1969)
dalam bahasa FORTRAN. Koreksi pasang surut menambah besarnya nilai g
sehingga harus dikurangkan.
GSHT = GSH - T (4.4)
dengan :
GSHT = pembacaan gravitasi terkoreksi tinggi alat dan pasang surut
GSH = pembacaan gravitasi dalam miligal terkoreksi Tinggi alat
T = koreksi pasang surut dalam miligal
d. Koreksi Drift/apungan
Drift adalah pergeseran pembacaan titik nol yang disebabkan oleh adanya
struktur dalam dari gravitymeter yang berupa pegas yang sangat halus, sangat
peka terhadap sejumlah penyimpangan ketika terjadi guncangan yang timbul
sewaktu mengadakan pengukuran di lapangan, atau pada waktu
mengangkutnya dari titik amat yang satu ke titik amat yang lainnya. Besarnya
drift ini merupakan fungsi waktu. Koreksi drift dilakukan dengan cara
looping, yaitu dengan mengadakan pembacaan ulang pada stasiun pangkal
(titik ikat) dalam satu loop, sehingga dapat diketahui harga penyimpangannya.
Selanjutnya dengan menganggap bahwa besarnya harga drift tersebut linier
terhadap waktu maka harga penyimpangan tersebut dapat dikoreksikan
terhadap titik amat lain dalam loop tersebut. Besarnya koreksi drift pada tiap-
tiap titik amat dapat dirumuskan sebagai berikut :
t S1  t S 0
DS1   PS"0  PS 0  (4.5)
t S" 0  t S 0
dengan :
DS1 = koreksi drift pada titik amat S1
tS1 = waktu pembacaan pada titik amat S1
tS0 = waktu pembacaan pada titik amat S0
t”S0 = waktu pembacaan ulang (looping) pada titik amat S0
P”S1 = pembacaan gravitasi ulang (looping) pada titik amat S0
PS0 = pembacaan gravitasi pada titik amat S0
e. Harga Gravitasi Pengamatan (gobs)
Harga gravitasi observasi diperoleh dengan melakukan pengolahan awal yaitu
konversi harga pembacaan dari gravitymeter ke harga miligal, selanjutnya
dikoreksi dengan koreksi tinggi alat, koreksi pasang surut dan koreksi drift.
Untuk memperoleh harga percepatan gravitasi mutlak di masing-masing titik
amat, dilakukan konversi dari harga pembacaan dalam miligal ke harga
percepatan gravitasi dalam miligal. Konversi ini dilakukan dengan cara
mengurangi harga pembacaan dalam miligal masing-masing titik amat dengan
harga pembacaan dalam miligal di titik ikat. Selisih titik-titik amat dengan
titik ikat, dinamakan delta g relatif, ditambahkan pada harga percepatan
gravitasi mutlak di titik ikat sehingga didapatkan harga percepatan gravitasi
mutlak masing-masing titik amat (g observasi/g obs).

Tahapan selanjutnya harga gravitasi observasi tersebut direduksi dengan


berbagai macam reduksi antara lain: reduksi gravitasi normal/lintang, reduksi
udara bebas (free air), reduksi topografi dan diperoleh anomali Bouguer lengkap
pada topografi (terletak pada ketinggian topografi).
a. Reduksi Gravitasi Teoritis (gn)/gravitasi normal/koreksi lintang
Aktivitas bumi yang berotasi pada sumbunya mengakibatkan bumi berbentuk
spheroid dan flat pada kedua kutubnya. Hal ini mengakibatkan medan
gravitasi di kutub lebih besar daripada di khatulistiwa, semakin ke kutub besar
medan gravitasi semakin bertambah. Oleh karena itu besar medan gravitasi di
suatu tempat dipengaruhi oleh lintangnya, sehingga reduksi lintang diperlukan
dalam perhitungan gravitasi. Besarnya percepatan gravitasi sebagai fungsi
lintang adalah (Kahar, 1990):
gn =
g ( )  978032.7(1  0.0053024 sin 2   0.0000058 sin 2 2 ) (4.6)
dengan φ adalah sudut lintang.
Persamaan (4.6) merupakan Geodetic Reference System 1980 (GRS 80).
b. Reduksi Udara Bebas (rub)
Perbedaan ketinggian titik-titik amat yang bervariasi berpengaruh terhadap
besarnya gravitasi pada titik amat tersebut. Nilai gravitasi berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak, sehingga semakin tinggi suatu tempat maka semakin
kecil gravitasinya. Besarnya reduksi udara bebas (Untung dan Sato, 1978)
yaitu – 0,3086h mgal/meter, dimana h adalah ketinggian titik amat
terhadap sferoida acuan.
c. Reduksi Topografi (rtp)
Reduksi topografi merupakan gabungan dari reduksi Bouguer dan reduksi
medan. Massa yang terletak antara titik amat dengan datum menimbulkan
efek gravitasi, dan hal tersebut belum diperhitungkan dalam reduksi udara
bebas, sehingga reduksi Bouguer dimaksudkan untuk mereduksi efek gravitasi
yang ditimbulkan oleh massa tersebut. Reduksi Bouguer ini didasarkan pada
suatu pengandaian bahwa titik amat berada pada suatu bidang horizontal yang
luas dan mempunyai massa batuan dengan kerapatan tertentu. Apabila suatu
titik amat terletak pada suatu slab atau daratan yang sangat luas, maka
pembacaaan percepatan gravitasi di titik amat akan diperbesar oleh efek slab
ini. Oleh karena itu reduksi Bouguer dikoreksikan berlawanan dengan reduksi
udara bebas, yaitu dikurangkan apabila titik amat berada di atas datum.
Reduksi Bouguer (Stacey, 1977) dirumuskan sebagai berikut :
g b  2Gh  0.04193h mgal (4.7)
dengan
ρ : rapat massa (densitas) slab Bouguer (gr/cm3)
h : ketinggian titik amat (meter)

Densitas Bouguer ditentukan dengan metode analitik Nettleton yaitu


menggunakan persamaan matematis berikut ini (Safani, 2000):

 g (   
n

i j )  g (  j ) hi  h
k i 1
(4.8)
 g (    h  h
n n
2 2
i j )  g (  j ) i
i 1 i 1

dengan
k : koefisien korelasi
Δgi (ρj) : Anomali Bouguer Sederhana (ABS) fungsi densitas
hi : ketinggian titik amat.
ρj : densitas batuan
g (  j ) : rata-rata ABS sebagai fungsi densitas
h : rata-rata ketinggian titik amat
j : 1, 2, 3,…
n : jumlah titik amat
Densitas yang dipilih yaitu densitas dengan nilai k = 0 karena harga anomali
Bouguer dan harga ketinggiannya tidak terkorelasi, yang berarti bahwa
densitas tersebut merupakan harga densitas massa topografi yang tepat.
Metode analitik ini digunakan apabila titik-titik pengukuran terdistribusi
secara merata.
Pada reduksi Bouguer dianggap bahwa permukaan lempeng di atas bidang
acuan adalah rata. Pada kenyataannya tidak demikian , akan tetapi berlembah
dan bergunung, sehingga tidak mewakili keadaaan yang sebenarnya. Terdapat
lembah ataupun bukit akan mengurangi harga percepatan gravitasi di titik
amat, hal ini disebabkan adanya pengaruh massa di bukit.

A Bidang
Bouguer
ro Permukaan
vo topografi
ρ h
Q(ro
) Sferoida
referensi

Gambar IV.4. Titik Amat diantara bukit, lembah dan slab Bouguer

Koreksi topografi dapat dihitung dengan menggunakan suatu paket program


dalam bahas C++ berdasarkan pada sistem perhitungan yang diajukan oleh
Forsberg (1984). Dalam metode yang diajukan Forsberg (1984) dibutuhkan
data model ketinggian digital (Digital Elevation Model) untuk luasan tertentu.
U Data model ketinggian digital tersebut didapatkan dengan menggunakan
program Microdem-TerraBaseII, yang memiliki resolusi 900 meter.
Caranya adalah:
Buka program Microderm Terrabase =>> Microderm =>> File =>> Data
Manipulation => Import => DEMS => GTOPO30 => masukkan data di
folder GTOPO (E100N40.HDR) =>Kemudian masukkan nilai latitude
dan longitude daerah penelitian yang kira2 mencakup wilayah daerah
penelitian => kemudian di save dalam .DEM
Masih dalam program Data Manipulation => Export => Ascii XYZ, full
DEM => dibuka file yang di save dalam DEM tadi => kemudian di save
dalam bentuk file XYZ.
File yang sudah dalam format XYZ ini dapat dibuka di surfer.
Kemudian dipisahkan antara komponen x, y dan z nya.
Sesudah itu masuk ke program thopogcorr yang memiliki resolusi 900 m.

Data

Topo dem

File save

Data X_DATA, Y_DATA, Z_DATA MERUPAKAN data asli posisi yang


didapatkan dengan GPS, sedangkan X_TOPO, Y_TOPO, Z_TOPO,
merupakan data yang didapatkan dari program MICRODERM dan semua
masukan data ini dalam format .txt.
Kemudian dapat dihasilkan output file yang disave dalam format .txt.
Output file ini dapat dibuka di surfer ataupun excel dan akan menghasilkan
kolom-kolom. Kolom yang ke-4 merupakan koreksi topografinya.
Hasil koreksi
topografi

d. Anomali Bouguer Lengkap (ABL)


Anomali bouguer lengkap merupakan harga anomali gravitasi di suatu tempat
dimana perhitungannya telah memasukkan seluruh reduksi-reduksinya.
ABL = gobs – gn + rub – rtp (4.9)
dengan :
ABL : anomali Bouguer lengkap
gobs : harga gravitasi pengamatan
gn : harga gravitasi normal (gravitasi teoritis)
rub : reduksi udara bebas
rtp : reduksi topografi

Setelah semua koreksi diketahui untuk mendapatkan ABL dapat dibuat


template yang dikerjakan pada program Excell

e. Proyeksi ke Bidang Datar


Anomali Bouguer lengkap diatas masih terletak pada topografi dengan
ketinggian yang bervariasi. Oleh karena itu diperlukan suatu metode untuk
membawa ke bidang datar. Salah satu metode tersebut adalah sumber ekivalen
titik massa (Dampney, 1969).

Ini dapat dilakukan pada program Matlab dengan work dampney,


dengan masukan file txt yang didalamnya terdiri dari 4 kolom x, y, z dan
abl. Setelah diberi masukan nanti akan didapatkan output
bidangdatarfix.txt
Setelah itu dapat di plot kembali dengan program surfer. Kemudian
dapat dibuat kontur kontur gravitasi dalam surfer

Interpretasi
Interpretasi data yang digunakan dalam metode gravitasi adalah secara
kualitatif dan kuantitatif. Dalam hal ini interpretasi secara kuantitatif adalah
pemodelan, yaitu dengan pembuatan model benda geologi atau struktur bawah
permukaan dari respon yang ditimbulkan oleh medan gravitasi daerah penelitian.
Pemodelan yang digunakan adalah benda 2 ½ dimensi seperti yang diajukan oleh
Talwani (1959) dengan program komputer Grav-2DC. Sedangkan untuk
interpretasi kualitatif dilakukan dengan cara menafsirkan peta kontur anomali
Bouguer lengkap di bidang datar.
Untuk interpretasi kuantitatif dapat dilakukan dengan menslice kontur
ABL yang tentunya dapat menggambarkan anomali pada lokasi penelitian. Hasil
slice ini di save disave format .dta Kemudian hasil slice tadi dibuat suatu bentuk
permodelan dengan program Grav-2DC yang menggambarkan kondisi bawah
permukaan dari anomalinya.

Ground survey gravity

Anda mungkin juga menyukai