Anda di halaman 1dari 9

TUGAS EKSPLORASI SEISMIK

JENIS JENIS DEKONVOLUSI

Disusun Oleh:
Fadlillah Nur Raharjo
3713100022

Dosen Pengampu:
Firman Syaifuddin, S.Si, MT

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015

DEKONVOLUSI
Dekonvolusi adalah sebuah proses untuk meniadakan konvolusi, karena fenomena
perambatan gelombang seismik yang dipakai dalam seismik eksplorasi dapat didekati dengan
model konvolusi. Dekonvolusi dilakukan untuk meningkatkan resolusi vertikal (temporal) dan
meminimalisir efek multiplex dengan cara mengkompres wavelet seismik. dekonvolusi
dilakukan dengan melakukan konvolusi antara data seismik dengan melakukan konvolusi
antara data seismik dengan Filter Wiener.
Tujuan proses dekonvolusi dalam pengolahan data seismik adalah sebagai berikut.
1. Menghilangkan noise yang bersifat koheren, seperti multipel dan dereverberasi.
2. Memisahkan suatu sinyal seismik dengan koefisien refleksi dari suatu seismogram dan
dilakukan pada data seismik yang sudah bebas noise.
3. Menghilangkan atau mengurangi pengaruh ground roll, pemantulan ganda atau
multipel, reverberation, efek pemantulan permukaan (ghost).
4. Memperbaiki bentuk wavelet yang kompleks akibat pengaruh noise dan merupakan
penerapan dari invers filter karena konvolusi merupakan suatu filter.

JENIS-JENIS DEKONVOLUSI
Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai jenis-jenis dekonvolusi pada
pengolahan data seismik.

1. Dekonvolusi Sebelum Stack


Merupakan dekonvolusi untuk membentuk sinyal dan meningkatkan resolusi data
seismik. jenis dekonvolusi ini antara lain Spiking Deconvolution, Filter Inversi dan
Folter Inversi di Domain Frekuensi.

1.1. Spiking Deconvolution


Spiking Deconvolution atau yang juga disebut juga whitening Deconvolution
di desain dengan asumsi bahwa wavelet yang digunakan berupa impuls atau spike
sehingga keluaran yang diharapkan adalah trace seismik yang mendeteksi fungsi
koefisien seismik.

Metode ini meminimumkan selisih antara masukan, yang berupa konvolusi


antara deret reflektivitas dan wavelet sumber, dan keluaran yang diinginkan, yaitu
deret reflektifitas yang berbentuk spike. Tujuan dari dekonvolusi ini adalah
meneliminasi multipel perioda pendek dan wavelet sumber. Konvolusi spiking
termasuk konvolusi deterministik menurut Sigit dan Sukmono (1999).

Gambar 1. Spectrum Amplitudo Seismik

Gambar 2. (Kiri) Dekonvolusi spiking dan (Kanan) Autokorelasinya

Gambar 1 diatas memperlihatkan spektrum amplitudo trace seismik yang


berupa masukan, operator, dan keluaran dari proses Spike Dekonvolusi ini. Terihat
bahwa spektrum amplitudo dari operator adalah invers spektrum amplitudo pada
trace masukan.

Gambar 3. Prinsip Filter Wiener yang mengubah sinyal menjadi Spike (paku) menurut
Claerbout 1985

Gambar 3 merupakan konsep Filter Wiener yang membantu menyelesaikan


Dekonvolusi Spike.

1.2. Filter Inversi


Anggapan bahwa bumi telah bertindak sebagai filter, sehingga sinyal seismik
yang kita rekam mempunyai bentuk yang rumit. Filter ini adalah sebuah filter yang
digunakan untuk mengembalikan bentuk sinyal seismik yang rumit sehingga
menjadi bentuk Spike yang sederhana.

1.3. Filter Inversi di Domain Frekuensi


Filter inversi dapat dilakukan di domain frekuensi, dimisalkan S(f)
merupakan spektrum seismik yang akan dikonvolusi. Sehingga filter inversinya
adalah sebagai berikut.

F(f) = 1 / S(f).........................................................(1)

Apabila S(f) > 0 maka filter tersebut dapat digunakan. Bila salah satu
komponen bernilai 0 (nol), maka F(f) tidak dapat digunakan karena akan
mengakibatkan hasil perhitungannya menghasilkan nilai tak terhingga. Untuk
mengatasi hal ini digunakan white noise kedalam spektrum sinyal.

2. Dekonvolusi Setelah Stack


Dekonvolusi dalam proses ini adalah untuk menekan noise koheren. Menurut
Schultz, noise koheren adalah sinyal seismik yang lintasan penjalarannya tidak
beraturan. Yang termasuk dekonvolusi setelah stack antara lain Filter Prediktif dan
dereverberasi.

2.1. Filter Prediktif


Merupakan filter digital yang beroperasi atas informasi yang didapatkan di
bagian awal sebuah gelombang untuk menghilangkan hal hal yang tidak kita
inginkan ada di gelombang tersebut. Noise-noise yang koheren pada sinyal seismik
di tekan. Misalkan sinyal ganda (multipel).

2.2. Dereverberasi
Merupakan fenomena yang dijumpai penerapan seismik di laut. Sebab dasar
laut dapat menjadi reflektor yang kuat dan permukaan laut menghasilkan pantulan
yang kuat dengan koefisien refleksi sebesar (-1). Dereverberasi merupakan sebuah
dekonvolusi untuk menghilangkan pengaruh reverberasi. Sebab, dengan
menghilangkan reverberasi akan data dekonvolusi semakin bagus sebab mendekati
bentuk impuls.

Gambar 4. Periode Reverberasi

3. Dekonvolusi yang lain.


Berikut ini akan dijelaskan dekonvolusi yang lain selain dekonvolusi sebelum dan
sesudah stacking.

3.1. Gap Deconvoution (Predictive Deconvolution)


Dekonvolusi ini dibuat dengan menggunakan fungsi autokorelasi dari trace
masukan dan diasumsikan sebagai signature wavelet. Gap adalah bagian yang tidak
aktif. Panjang gap diambil dari first zero crossing atau second zero crossing dari
fungsi auto korelasi. Dinamakan predictive karena efeknya menekan gangguangangguan yang diramalkan setelah terjadi suatu peristiwa refleksi yang belum
dapat dipastikan setelah multipel atau reverberasi.
Predictive deconvolution dilakukan dengan menset dua buah parameter,
yaitu minlag dan maxlag

dari rutin supef. Dalam melakukan predictive

deconvolution, kita perlu memperkirakan perioda wavelet dan perulangan wavelet


tersebut untuk menghilangkan efek reverberasi. Perioda wavelet disebut sebagai
gap length yang mewakili dari nilai minlag, sedangkan perulangan pertamanya
disebut operator length yang mewakili nilai maxlag nya. Gambar 4 dibawah ini
menunjukkan hubungan antara gap length dan operator length.
Nilai gap length berada pada second zero crossing, yang merupakan
perpotongan ke-dua dengan garis nol dan nilai operator length adalah perulangan
pertama dari sistem wavelet.

Gambar 5. Hubungan antara gap length dan operator length

Gambar 6 berikut ini adalah dekonvolusi prediktif dan autokorelasinya.


Seperti digambarkan dibawah ini.

Gambar 6. (Kiri) Dekonvolusi prediktif, (kanan) Autokorelasinya

3.2. Signature Deconvolution


Merupakan bentuk wavelet yang menghasilkan trace seismik akibat
dekonvolusi. Spectrum dari signature tersebut, diperoleh dari rekaman di lapangan
atau ekstrasi wavelet dari trace masukan atau juga dapar berdasarkan impuls respon
dari instrumen.

Gambar 7. (Atas) Source gelombang datang, (bawah) setelah di dekonvolusi signature.

3.3. Dekonvolusi Deterministik


Selain dekonvolusi spiking, yang menjadi jenis dekonvolusi ini adalah
dekonvolusi Zero-phase. Menurut Yilmaz (1987), dengan metode ini dapat
diestimasi spektrum wavelet terbaik dan diinverse dari spektrum amplitudo untuk
dilakukan proses whitening tanpa mempengaruhi fasanya.

3.4. Inversi Sparse Spike


Beberepa teknik dekonvolusi sekarang dapat dikelompokkan kedalam
katagori metoda sparse spike.

3.4.1. Dekonvolusi Maximum Likelihood

Gambar 8. Ilustrasi Dekonvolusi Maximum Likelihood

Dekonvolusi ini adalah reflektivitas bumi yan tersusun atas event-event


besar yang bercampur dengan latar belakang event-event kecil Gaussian.
Dekonvolusi ini berlawanan dengan dekonvolusi Spiking. Sehingga dapat
menurunkan fungsi objektif yang dapat diminimalkan untuk menghasilkan
reflektivitas yang paling mirip dan kombinasi wavelet yang konsisten.
Persamaannya adalah sebagai berikut.

.................(2)

Dimana r(k) merupakan koefisien refleksi pada sampel ke-k, m merupakan jumlah
refleksi, L merupakan jumlah total sampel, N merupakan akar kuadrat variasi
bising, n merupakan noise pada sampel ke-k, merupakan likelihood bahwa sampel
mempunyai sebuah refleksi. Dimana mempunyai nilai kurang dari 1.
3.4.2. Dekonvolusi Norma L1
Menurut Oldenburg pada tahun 1983, pada bagian awalnya di
diskusikan model konvolusional bebas noise dengan persamaan sebagai
berikut,
......................................(3)

.......................................(4)
dimana x(t) merupakan jejak seismik, w(t) merupakan wavelet, r(t)
merupakan reflektivitas. Oldenburg menunjukkan apabila dekonvolusi
resolusi semakin tinggi dilakukan pada trace seismik, estimasi reflektivitas
dapat dianggap sebagai nilai rata-rata dari reflektivitas asal.
Menurut Claerbuur dan Muir (1973) dan Taylor et al. (1979), Norma
L1 adalah solusi dari proses dekonvolusi.

3.4.3. Dekonvolusi Entropi Minimum


MED diusulkan oleh Wiggins tidak memerlukan asumsi dalam
dekonvolusi konvensional atau pada dekonvolusi homomorfik. MED sangat
efektif untuk menekan kebisingan dan dapat memulihkan koefisien refleksi
kecil. Kunci menggunakan MED adalah penggunaan norma untuk
mengukur entropi minimal sinyal yang dikonvolusikan.

Anda mungkin juga menyukai