Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM INVESTIGASI

GEOFISIKA
“AKUISISI SEISMIK MENGGUNAKAN VIBROSEIS DI
KAWASAN HUTAN UNIVERSITAS INDONESIA”
KAMPUS UI DEPOK, 21-23 MARET 2018

Disusun oleh:
Muhammad Farkhan Khoir
1506727015

PROGRAM STUDI GEOFISIKA


UNIVERSITAS INDONESIA
2018
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

I. TUJUAN PRAKTIKUM
 Mengerti prinsip survey metode seismik menggunakan mini vibroseis
 Mengetahui teknis akuisisi data seismik menggunakan mini vibroseis
 Mempraktekan akuisisi survey seismik dengan source mini vibroses dari tahap awal
sampai akhir

II. DASAR TEORI


II.1. Konsep Seismik Refleksi

Metode seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang menggunakan
perambatan gelombang elastik yang dihasilkan oleh suatu sumber pada permukaan
kemudian berpropagasi ke bawah permukaan dan sebagian energinya direfleksikan dan
direkam oleh penerima di permukaan. Gelombang elastik terdiri dari dua macam
gelombang, yaitu gelombang body yang terdiri dari gelombang P dan gelombang S, dan
gelombang permukaan, yaitu gelombang Love dan gelombang Rayleigh. Pada metode
seismik refleksi, jenis gelombang yang digunakan yaitu gelombang body terutama pada
gelombang P atau gelombang kompresi. Gelombang kompresi ini atau disebut dengan
gelombang suara, yaitu gelombang yang arah gerak partikelnya searah dengan arah
rambatnya dan kecepatannya lebih besar dari gelombang S yang arah gerak partikelnya
tegak lurus dengan arah rambatnya.

II.2. Hukum Snellius

Hukum Snellius menunjukkan hubungan antara sudut refleksi dan sudut refraksi
muka gelombang pada batas antar medium yang memiliki perbedaan kecepatan
gelombang. Gambar 3 memperlihatkan penjalaran secara periodik gelombang bidang
yang melewati permukaan datar perbatasan antara dua medium. Pada medium
pertama panjang gelombangnya adalah λ1 = v1/f, sedangkan untuk medium kedua λ2 = v2/f.
Pada saat gelombang melewati daerah perbatasan antara dua medium maka harus berlaku
kontinuitas untuk gelombang refleksi dan gelombang transmisi. Jika kontinuitas tidak
berlaku maka muka gelombang di medium 1 akan mendahului atau justru tertinggal
dari muka gelombang di medium 2. Untuk menghindari hal ini dan mempertahankan
kontinuitas selama melewati daerah batas dengan panjang gelombang yang berbeda
maka gelombang refleksi dan gelombang transmisi haruslah memiliki besar sudut
yang berbeda terhadap garis normal bidang batas.
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Gambar 1, Hukum Snellius, Penjalaran Sinar Gelombang


Melalui Medium Berbeda

II.3. Prinsip Fermat

Dalam penjalarannya, gelombang akan memenuhi prinsip Fermat


yaitu:“Gelombang yang menjalar dari satu titik ke titik yang lain akan memilih lintasan
dengan waktu tempuh lain, prinsip Fermat dapat diaplikasikan untuk membuang semua
jejak sinar kecuali satu jejak sinar yang memiliki waktu tempuh paling cepat. Prinsip
fermat digunakan dalam menentukan tercepat”. Jejak sinar juga menentukan arah dari
aliran energi. Diantara serangkaian sinar dari suatu titik ke titik yang titik pemantul
(reflektor) pada penjalaran gelombang refleksi. Kita ambil contoh pada penjalaran
gelombang pantul dalam medium tak homogen. Gambar 4 menjelaskan bagaimana ray
akan memilih satu jalur dari sekian banyak ray dengan waktu tempuh minimum.
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Gambar 2. Model Jejak Gelombang pada medium non-homogen

Sesuai dengan prinsip Fermat maka dalam menentukan titik reflektor maka haruslah:

(TAP + TPB)direflektor minimum = titik pemantul (1)

Dari rumusan diatas, jika kita menjalarkan gelombang dari kedua titik (titik A dan titik B)
menuju titik-titik pemantul (P1,P2,P3,P4,...Pn) maka kita dapat menentukan titik pemantul
yang sebenarnya dengan membandingkan nilai-nilai dari

(TAP1 + TBP1), (TAP2 + TBP2), (TAP3 + TBP3) … (TAPn + TBPn). Dari hasil
penjumlahan diatas, titik pemantul P tertentu yang memberikan hasil penjumlahan
terkecil adalah titik pemantul yang dilewati oleh sinar (rays).

III.4. Prinsip Huygens

Gelombang dalam media yang serba sama (homogen) menyebar dari titik sumber
sebagai bola yang mengembang dan selama proses pengembangannya gelombang ini
akan menciptakan muka-muka gelombang. Prinsip Huygens menyatakan bahwa muka
gelombang yang tercipta juga bersifat sebagai sumber gelombang baru. Prinsip Huygens
ini dapat diilustrasilkan seperti pada Gambar 5.
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Gambar 3. Prinsip Huygens

Prinsip Huygens menjelaskan bahwa setiap titik pada muka gelombang merupakan
sumber gelombang baru yang menjalar dalam bentuk bola (spherical). Jika gelombang
bola menjalar pada radius yang besar, gelombang tersebut dapat diperlakukan sebagai
bidang. Garis yang tegak lurus dengan muka gelombang tersebut di sebut wave-path
atau rays atau sinar.

III.5. Akuisisi Seismik

Akuisisi seismik merupakan perencanaan pengambilan data seismik eksplorasi


dalam upaya memperoleh peta bawah permukaan daerah yang di indikasi memiliki objek
yang dicafri. Akuisisi seismik perlu direncanakan dan diperhitungkan bedasarkan target
yang ingin diperoleh. Berdasarkan proses analisa hasil dibagi menjadi akuisisi seismik 2D
dan 3D. Akuisisi Seismik 2D memiliki lintasan berupa garis dan memiliki sudut pandang
titik pantul gelombang berupa titik. Akuisisi seismik 3D memiliki lintasan yang berupa
sebuah bidang (template) yang terdiri dari lebih dari satu lintasan dan memiliki sudut
pandang titik pantul gelombang berupa bidang ilustrasi nya dapat dilihat pada lampiran
terkait konfigurasi akuisisi seismik 2D dan 3D. Pada penelitian ini akuisisi seismik yang
dibahas adalah akuisisi seismik 2D secara dinamik. Definisi dinamik adalah menggunakan
permodelan penjalaran gelombang pada objek geologi sesuai desain akuisisi sesimik 2D
yang di simulasikan di permukaan. Desain yang telah dibuat akan mempengaruhi
penampang seismik yang di olah. Sehingga perlu perencanaan yang baik dalam melakukan
akuisisi seisimik 2D .
Parameter akuisisi terbagi atas beberapa bagian yakni :

1) Konfigurasi Survei

Meliputi konfigurasi antara shot point dan receiver yang terdiri dari konfigurasi
symetrical split spread dan off end. Pada konfigurasi ini juga dibahas mengenai :
Jarak antar Receiver dan Shot Point
jarak antar receiver dan shot point dirumuskan dengan persamaan dibawah ini

(1)

(2)

Berdasarkan persamaan (1) dan (2), dan adalah jarak antara Receiver dengan
receiver dan Shot point dengan Shot point. Nilai jarak antar shot point tidak selalu dua
kali melainkan bisa lebih dari dua, dari Hubungan ini di lihat dari jarak terkecil antara
shot dan jarak antar receiver yang dibagi dua, hasil terkecil merupakan nilai CMP
(Common Mid Point).
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Jumlah Receiver
jumlah receiver dirumuskan dengan persamaan dibawah ini

(3)

berdasarkan permaan (3) merupakan jumlah dari total receiver dalam satu
lintasan seismik, dan merupakan jarak interval antar receiver.

Gambar 4. Ilustrasi Common Depth Point Interval dan Fold Coverage pada Akuisisi
Seismik 2D

CHARGE SIZE
Charge size merupakan besar energi yang digunakan dalam melakukan penembakan
akuisisi seismik. Jenis charge size dapat dibagi menjadi dua berdasarkan bentukan wavelet
yakni Dinamit dan Vibroseis. Wavelet yang terbentuk dari jenis dinamit membentuk
minimum phase sedangkan untuk jenis vibroseis memberikan bentuk wavelet zero phase
wavelete .

COMMON DEPTH POINT INTERVAL


Common depth point interval (CDP Interval) adalah interval antara titik pantul yang
terjadi dibawah
permukaan yang dapat memberikan informasi geologi bawah permukaan yang dilalui oleh
gelombang. CDP Interval dapat mempengaruhi resolusi lateral penampang seismik dalam
menggambarkan kondisi bawah permukaan. Gambar 2. Menunjukkan titik bawah
permukaan akibat adanya pantulan gelombang seismik. Titik tersebut adalah Common
Depth Point Interval. CDP Interval dapat dirumuskan dengan persamaan dibawah ini

(4)
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Berdasarkan (4), CDP adalah jarak antar CDP pada bidang pantul,Vrms adalah kecepatan
rata rata yang telah melalui beberapa lapisan,fmax adalah frekuensi maksimal dari sebuah
gelombang seismik yang digunakan pada survei,dan Sinα adalah kemiringan dari target.

FOLD COVERAGE
Fold coverage adalah banyaknya gelombang seismik atau trace seismik yang melewati
satu titik pantul (CDP Interval). Fold Coverage dapat dirumuskan dengan persamaan
berikut

(5)

Berdasarkan persamaan (5), RI adalah Receiver interval, SI adalah shot interval, dan Ch
adalah jumlah chanel. Jumlah Fold Coverage ini akan mempengaruhi rasio antara signal
dengan noise, dalam hal ini akan mempengaruhi dalam pencitraan data seismik dan
resolusi lateral.

FAR OFFSET
Far Offset adalah jarak terjauh antara satu konfigurasi shot point dengan receiver. Far
Offset ini dapat mempengaruhi penetrasi kedalaman untuk menggambarkan kondisi bawah
permukaan. Far Offset dirumuskan dengan persamaan berikut

FarOffset ~ 1.5 Depth (6)

Berdasarkan persamaan (6), depth merupakan target kedalaman yang diinginkan dari
sebuah survei seismik, dapat didekati dengan perencanaan bentangan garis survei seismik.
Jika dalam survei seismik 3D yaitu bentangan sebuah bidang yang terbentuk dari sebuah
garis survei seismik.

III. ALAT DAN KOMPONEN YANG DIGUNAKAN


1. GPS Handheld (Global Positioning System)
2. Trimble GeoXH
3. Geophone
4. Wireless Remote Unit
5. Recording System
6. Force III
7. Line Interface Unit
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

8. Kabel
9. Theodolit
10. Mini Vibroseis
11. Handie Talkie

IV. PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Har Sebelum Pengukuran


1. Tahap Persiapan Akusisi Seismik dengan Vibroseis
Survey seismik merupakan semua kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan
data seismik, mulai dari survey pendahuluan dengan menggunakan survey detail. Akuisisi
dataseismik adalah tahapan survey untuk mendapatkan data dilapangan. Kegiatan akuisisi
data terbatas hingga proses perekaman, dimana data hasil kegiatan akuisisi data akan
dibawa ke bagian pengolahan.

Persiapan teknis akusisi data seismic dimulai dengan


mengatur desain survei koordinat teoritik. Tahapan ini
meliputi bentuk lintasan, group interval, koordinat teoritik,
serta panjang lintasan. Gambar 1 yang ditandai dengan warna
merah merupakan lintasan yang direncanakan akan dilakukan
akusisi. Lintasan ini memanjang sejauh 2 kilometer dari
Damkar UI sampai Stadion UI. Group interval yang
digunakan adalah 20 meter. Sehingga, dibutuhkan kurang
lebih 100 geophone. Titik 1001 berada di dekat labo atau
basecamp. Sementara titik terjauh adalah titik 1100.

Gambar 1. Lintasan akusisi


 Penentuan Desain Survey
Tahap ini dapat dilakukan secara manual apabila medannya memungkinkan dan
cenderung mudah seperti di UI. Namun, apabila medannya rumit, permodelan ini dapat
dilakukan dengan software MESA untuk membuat desain dan perencanaan survey seismic.
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Gambar 2. Layout pengukuran akusisi seismic

 Penentuan titik receiver

Selanjutnya, dilakukan penandaan pada koordinat yang telah ditentukan secara teoritik.
Penandaan ini menggunakan paku yang telah diberi pita dengan warna mencolok sehingga mudah
dilihat. Biasanya, titik tersebut diukur dilapangan untk memastikan letaknya menggunakan
Theodolith. Theodolith biasa hanya menghitung sudut, namun TS Trimble yang kami gunakan
dapat menghitung sudut sekaligus jarak tertentu. Untuk mementukan titik geophone, juga
digunakan alat Geo XH dan prisma
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Gambar 3. TS Trimble

2. Hari Pertama (Penjelasan Alat dan Komponen)


Pada hari pertama dilakukan pengenalan alat-alat yang biasa digunakan pada skala
industri. Beberapa alat yang diperkenalkan dadalah:

1. Trimble GeoXH
Trimble GeoXH merupakan
GPS Differensial yang memiliki
akurasi sangat tinggi dibandingkan
GPS Handheld umumnya.
Ketelitiannya dapat mencapai 10cm-
30cm. GPS ini bisa dioperasikan
secara online dengan menggunakan
sistem networking dari pusat atau
secara offline dengan menentukan
titiknya secara manual. Domain yang
digunakkan untuk GPS tipe ini bisa
disewa lewat berbagai penyedia satelit
salah satunya adalah BIG. GPS ini digunakan untuk mendapatkan titik yang benar-
benar akurat agar mendapat hasil yang representatif setelah prosesing.
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Gambar 5. Trimble GeoXH

2. Theodolit
Untuk penentuan titik secara
manual juga digunakan theodolit.
Fungsi utamanya adalah untuk
ketepatan interval geophone, lurusnya
lintasan survey, dan data elevasi per
titik geophone.

Gambar 6. Theodolit

3. Geophone, WRU dan Wireless Seismic

Gambar 7. Geophone dan WRU

Pada hari pertama juga dikenalkan mengenai Receiver (Geophone) yang


dipasangkan WRU (Wireless Remote Unit). Wireless Receiver Unit memiliki fungsi
yang sama dengan kabel yaitu menghubungkan semua geophone ke Laboratorium
sebagai pusat pengumpulan data.
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Gambar 7.
Wireless Seismic
di Laboratorium

Di
laboratorium terdapat box Wireless Seismic yang menerima sinyal dari Wireless
Remote Unit. Wireless Seismic ini dihubungkan dengan Komputer yang berfungsi
untuk mengecek kesiapan semua Wireless Receiver Unit sebelum dilakukan Shoot
Vibroseis.
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Gambar 8. Perangkat Komputer di Laboratorium

4. Mini Vibroseis
Vibroseis yang digunakan pada praktikum ini adalah vibroseis tipe BV44LF
dengan berat 4 ton dan merupakan ukuran paling kecil (2,65x1,65x2,3 meter)
dibanding vibroseis umumnya. Vibroseis mini digunakan untuk daerah perkotaan
yang tidak memungkinkan dilakukan survey seismik dengan menggunakan source
menggunakan dinamit. Vibroseis ini digerakkan dengan remote control dan
menggunakan bermesin diesel. Vibroseis dioperasikan dari labo dengan
menggunakan alat seismik source yang akan diteruskan ke Force-III pada vibroseis
yang mengatur parameter seismiknya.

Gambar 9. Mini Vibroseis

Vibroseis biasanya dipakai di daerah perkotaan supaya tidak merusak bangunan


sekitar, dan gurun sebab jika memakai dinamit akan menyebabkan kerusakan pada
bangunan sekitar dan menganggu ketenangan.

5. Peralatan Laboratorirum
Pada akuisisi seismik ada 1 ruangan yang bernama Laboratorium atau yang
biasa disebut Labo. Ruang ini berfungsi sebagai tempat pengoperasian komputer
yang merekam data-data akuisisi seismik. Semua pengoperasian mini vibroseis
dilakukan melalui Labo dengan mengirimkan sinyal lewat Force III yang terintegrasi
dalam vibroseis. Operator vibroseis hanya menggerakan vibroseis ketitik tempat
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

masing-masing geophone berada dan berkomunikasi dengan operator di Labo ketika


vibroseis sudah siap. Berbagai peralatan di Labo antara lain :
1. Komputer
2. Wireless Seismic
3. Force III
4. Receiver sinyal

Gambar 10. Force III di Laboratorium

3. Hari Kedua (Penentuan Titik Survey dan Pemasangan Geophone)


Sebelum melakukan pengukuran pertama-pertama menentukan lintasan
terlebih dahulu yang dapat dilakukan menggunakan Google Earth. Penentuan dan
penyimpanan titik-titik survey menggunakan alat Teodolit Total Station (manual)
dan GeoXH (digital). Titik-titik survey kemudian ditandai menggunakan paku
dengan nomor yang berurut dari titik 1 hingga 66.

Interval = 20 m
1001 1002 1003 1004 1005 1006

1,3 Km
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Gambar 11. Interval Geophone dan Panjang Lintasan

Proses penyebaran geophone dan WRU dilakukan pertitik beriringan dengan


penentuan titik menggunakan Theodolit dan GeoHX. Tim pertama yang bertanggung
jawab akan penentuan titik berjalan terlebih dahulu dan menggunakan theodolit
untuk menentukan titik nol untuk menjadi acuan atau titik referensi kelurusan
lintasan dan sebagai titik awal. Titik-titik yang diplot pada pengukuran
menggunakan Teodolit adalah interval 20 meter dengan lintasan sepanjang 1,3
kilometer yang berawal dari Labo hingga portal teknik yang berjumlah 66 titik. Tim
1 akan memberikan tanda berupa paku dan nomor titik pada tiap-tiap titik
pemasangan geophone. Kemudian Tim 2 yang bertanggung jawab memasang
Geophone dan WRU akan memasang Geophone sesuai titik yang ditentukan. Data
yang didapat dari teodolit ini adalah data lintasan, koordinat titik lokasi geophone,
dan topografi per titik. Untuk pengambilan data ini toleransi maksimal 50 cm tetapi
lebih baik jika kurang dari 0,1 cm yang akan digunakan pada processing nantinya.
Adapun teknik penembakan sudut theodolit pada akuisisi ini adalah :

“TS ditaruh di satu titik yg tadi secara lurusnya tidak memiliki halangan,
ditembakkann 0 derajat ke prisma, prismanya digeser sesuai arahan TS supaya 0
derajat dengan melihat focus adjustment. Untuk mengatur TS ini juga hampir
sama seperti alat syntrek pada gravity ada X dan Y nya supaya rata (datar). Dari
focus adjustment bila sudah tepat pada prisma, klik measure.”

Proses pemasangan ini memakan waktu 1 hari penuh. Setelah semua Geophone dan
WRU terpasang. Labo akan mengecek apakah semua WRU sudah terkoneksi dengan
baik. Prinsip WRU adalah koneksi berantai dimana ketika ada 1 WRU yang tidak
berfungsi maka akan menjadi kendala terhadap WRU selanjutnya atau terputus
koneksinya. Di labo akan terlihat masing-masing WRU yang bermasalah. Proses
troubleshooting ini memakan waktu lama karena berbagai kendala seperti baterai
WRU yang mati, kabel yang tidak terpasang dengan baik dan pairing geophone dan
WRU yang tidak tepat. Bila ada WRU yang bermasalah operator labo akan
menginstruksikan pengecekan kepada Tim Lapangan hinggan semua WRU
terkoneksi dengan baik.
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Gambar 12. Proses Monitoring WRU di Labo

4. Hari Ketiga (Akuisisi Seismik)


Pada hari kedua setelah proses troubleshooting, alat kemudian dilepas
kembali karena khawatir adanya kehilangan alat. Pada Geophone dan WRU
kembali dipasang sesuai titik yang ditentukan di hari kedua. Pemasangan WRU dan
geophone harus disesuaikan dengan nomor pada titik pada hari sebelumnya dan
jangan sampai tertukar. Operator Labo kemudian akan kembali melakukan
troubleshooting ulang untuk memastikkan semua WRU dan Geophone terkoneksi
dengan baik. Pada komputer di laboratorium juga dapat terlihat apabila geophone
tidak terpasang tegak lurus dengan datum yang kemudian akan diinstruksikan
kepada Tim Lapangan untuk diperbaiki. Barulah setelah semua WRU dan
Geophone kembali terkoneksi dengan baik. Akuisisi dilakukan dan mini vibroseis
mulai dilakukan Cluster Test. Cluster test dilakukan untuk mengetahui parameter
yang tepat untuk digunakan pada wilayah pengukuran.

Vibroseis digerakkan menggunakan remote control ke titik pengukuran oleh


operator vibroseis. Penggunaan vibroseis biasanya pada wilayah padat penduduk
yang tidak memungkinkan penggunaan dinamit, ataupun di padang pasir. Source
dari vibroseis ini tidak akan sampai merobohkan bangunan yang berpotensi terjadi
bila menggunakan dinamit.
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Gambar 13. Remote Control Vibroseis

Adapun spesifikasi dan cara kerja vibroseis adalah sebagai berikut :


 Digerakkan Mesin Diesel
 Kekuatannya 19kN, 4rps
 SIstem Penggerak menggunkan diesel, menggerakkan hydraulic
 Memiliki 3 pompa hydraulic, 1 hydraulic untuk menggerakkan vibroseis
(base plate), 2 untuk drive kiri dan kanan
 Komunikasi alat dengan labo menggunakan Force III, parameter yang
dikirim adalah :
o Frekuensi end
o Linearity
o Frekuensi start
o Sweep
o Drive level
o Waktu atau length
o Taper
 Untuk operasional perlu di set 2000 rpm Pressure dan 3000psi sehingga
vibrasi yang diinginkan bisa didapat
 Cara kerja vibroseis menggunakan Servo Valve yang digerakkan Torque
Motor
 Torque Motor akan bergerak akibat perbedaan tekanan pada akumulator
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Gambar 14. Perbedaan Tekanan pada Akumulator

Sistem penembakaannya (shooting) adalah operator akan membawa vibroseis ke


lokasi geophone pertama. Operator kemudia akan melakukan setting pressure pada
hydraulic dan menurunkan base plate. Kemudian operator akan memberi sinyal siap
kepada operator di Labo menggunakan HT. Operator labo akan mengirimkan
parameter melalui Force III dan memulai penembakkan. Penembakkan akan
dilakukkan sampai data yang diharapkan didapat. Kemudian operator melanjutkan
penembakkan ke geophone selanjutnya sampai geophone terakhir

PERTANYAAN LAPORAN AKUSISI DATA SEISMIK 21-23 MARET 2018

1. Jelaskan prinsip dari metode seismic!

Seismik adalah suatu metode geofisika yang didasari oleh prinsip perambatan
gelombang. Prinsip kerja metode seismik yaitu membuat gelombang kejut mekanis dari
sumber getar buatan dipermukaan bumi, kemudian merambat ke dalam media batuan.
Selanjutnya sinyal yang dihasilkan adalah gelombang pantul yang merambat kembali ke
permukaan bumi, direkam dengan menggunakan geophone atau hydrophone (Aswad,
2006).

Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang merambat dalam bumi dimana
bumi sebagai medium gelombang terdiri dari beberapa lapisan batuan yang antar satu
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

lapisan dengan lapisan lainnya mempunyai sifat fisis yang berbeda sehingga ketidak-
kontinuan sifat medium ini menyebabkan gelombang seismik yang merambatkan sebagian
energinya dan akan dipantulkan serta sebagian energi lainnya akan diteruskan ke medium
di bawahnya (Telford dkk, 1976).

Sumber: www.iris.edu

Metode seismik merupakan metode geofisika yang sering digunakan dalam


mencitrakan kondisi bawah permukaan bumi, terutama dalam tahap eksplorasi hidrokarbon
dengan menggunakan prinsip perambatan gelombang mekanik. Prinsip metode seismik
yaitu pada tempat atau tanah yang akan diteliti dipasang geophone yang berfungsi sebagai
penerima getaran. Sumber getar antara lain bisa ditimbulkan oleh ledakan dinamit atau
suatu pemberat yang dijatuhkan ke tanah (Weight Drop). Gelombang yang dihasilkan
menyebar ke segala arah. Ada yang menjalar di udara, merambat di permukaan tanah,
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

dipantulkan lapisan tanah dan sebagian juga ada yang dibiaskan, kemudian diteruskan
ke geophone-geophone yang terpasang dipermukaan.

2. Apa yang dimaksud seismic aktif dan sesmik pasif?

Gelombang seismik dapat ditimbulkan dengan dua metode yaitu metode aktif
dan metode pasif. Metode aktif adalah metode penimbulan gelombang seismik secara
aktif atau disengaja menggunakan gangguan yang dibuat oleh manusia, biasanya
digunakan untuk eksplorasi. Metode pasif adalah gangguan yang muncul terjadi secara
alamiah, contohnya gempa.

Sumber: parkseismic.edu

Gelombang seismik termasuk dalam gelombang elastik karena medium yang


dilalui yaitu bumi bersifat elastik. Oleh karena itu sifat penjalaran gelombang seismik
bergantung pada elastisitas batuan yang dilewatinya. Teori lempeng tektonik telah
menjelaskan bagaimana pergerakan dari lempeng bumi. Pergerakan lempeng bumi
menyebabkan batuan terdeformasi atau berubah bentuk dan ukuran karena adanya
pergerakan antar lempeng. Deformasi akibat bergerakan lempeng ini berupa tegangan
(stress) dan regangan (strain).
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Eksperimen seismik aktif pertama kali dilakukan pada tahun 1845 oleh Robert
Mallet, yang oleh kebanyakan orang dikenal sebagai bapak seismologi instrumentasi.
Mallet mengukur waktu transmisi gelobang seismik, yang dikenal sebagai gelombang

permukaan, yang dibangkitkan oleh sebuah ledakan. Mallet meletakkan sebuah wadah
kecil berisi merkuri pada beberapa jarak dari sumber ledakan dan mencatat waktu
yang diperlukan oleh merkuri untuk beriak. Pada tahun 1909, Andrija Mohorovicic
menggunakan waktu jalar dari sumber gempa bumi untuk eksperimennya dan
menemukan keberadaan bidang batas antara mantel dan kerak bumi yang sekarang
disebut sebagai Moho.

3. Pada seismic aktif, jelaskan cara kerja alat penghasil sumber gelombang seismic!

Sumber gelombang seismik pada mulanya berasal dari gempabumi alam yang
dapat berupa gempa vulkanik maupun gempa tektonik, akan tetapi dalam seismic aktif
sumber gelombang yang digunakan adalah gelombang seismik buatan. Ada beberapa
macam sumber gelombang seismik buatan seperti dinamit, benda jatuh, airgun,
watergun, vaporchoc, sparker, maupun vibroseis.

Sumber: Aryanto (2015)

Sumber gelombang seismik buatan tersebut membuat gangguan sesaat dan


lokal yang disebut sebagai gradien tegangan (stress). Gradien tegangan mengakibatkan
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

terganggunya keseimbangan gaya-gaya di dalam medium, sehingga terjadi pergeseran


titik materi yang menyebabkan deformasi yang menjalar dari suatu titik ke titik lain.
Deformasi ini dapat berupa pemampatan dan perenggangan partikel-partikel medium
yang menyebabkan osilasi densitas/tekanan maupun pemutaran (rotasi) partikel-
partikel medium. Apabila medium bersifat elastis sempurna, maka setelah mengalami
deformasi sesaat tadi medium kembali ke keadaan semula.

Sumber: Hariyadi, 2015

4. Jelaskan cara kerja sensor gelombang seismic!

Metode seismik memanfaatkan fenomena rambat gelombang seismik, yang


merupakan gelombang usikan mekanis yang menjalar dari suatu tempat ke tempat
yang lain melalui lapisan batuan bawah permukaan bumi. Gelombang ini dapat
mengalami pemantulan oleh perlapisan batuan yang memiliki perbedaan densitas dan
kecepatan dalam merambatkan gelombang, dan kemudian terekam sebagai fungsi
waktu. Sebagai unit perekam fenomena seismik tersebut, dalam dunia seismik
eksplorasi pada khususnya, digunakan suatu sensor perekaman/receiver khusus, yang
juga jenisnya berbeda sesuai dengan daerah/lingkungan pengukuran. Untuk survey
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

seismik darat, alat ini berupa geophone, dan untuk survey seismik laut berupa
hydrophone.

Sensor geophone, sumber: google.com

Sensor geophone umumnya berjenis moving coil, yang bekerja atas prinsip
fisika Hukum Lenz, yang berupa kumparan kawat yang bergerak di dalam medan
magnet). Sedangkan hydrophone, sensornya berupa kristal piezo elektrik yang peka
terhadap perubahan tekanan.
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Sensor hydrophone. Sumber: google.com

Sistem perekaman data lapangan terdiri dari satu sumber seismik dan banyak
penerima, dimana gelombang-gelombang seismik terpantul (refleksi) tiba ke
permukaan hampir bersamaan. Kondisi tersebut mengakibatkan perekaman dilakukan
secara simultan, dengan suatu instrumen multiplexer.

Mekanisme instrument perekaman data seismik


Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Multiplexer berfungsi sebagai pencuplik amplitudo gelombang, yang dengan


mekanismenya berputar sangat cepat, mencuplik gelombang 1 dari penerima 1 ke 2, 3,
dst, mencuplik gelombang 2 dari penerima 1,2,3, dst. Mekanisme tersebut
menyebabkan amplitudo gelombang seismik tidak terekam berdasarkan urutan
waktu/trace seismik, namun berdasarkan urutan posisinya. Hal ini pun akan menjadi
permasalahan tersendiri, yang dalam tahapan Pengolahan Data Seismik dilakukan
proses demultiplexing untuk mengatasinya. Melalui alat ini juga dilakukan pengaturan
laju pencuplikan (sampling rate), sehingga data yang terekam terhindar dari gejala
aliasing.

Banyak faktor yang mempengaruhi perambatan gelombang seismik melalui


medium bumi, sehingga mengakibatkan adanya pelemahan amplitudo yang akan
menjadi sulit untuk direkam seiring bertambahnya waktu. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, dipergunakan instrumen penguat elektronik (amplifier) yang
nilai penguatannya (gain) dapat diatur sesuai dengan bertambahnya waktu. Terdapat
dua macam amplifier yang umumnya digunakan :

 Binary Gain Amplifier, dimana penguatannya dapat diatur naik +6 dB


(penguatan sekitar 12 kali) dan turun -6 (pelemahan sekitar 0,5 kali).
 Automatic Gain Control (AGC), amplifier yang mampu menguatkan
sinyal yang terlalu lemah, sekaligus melemahkan sinyal yang terlalu
kuat, sesuai dengan batas dynamic range•-nya.

5. Jelaskan proses akusisi data seismik!

Proses akusisi terdiri atas persiapan dan pelaksanaan. Pada tahap persiapan,
dialakukan perizinan, pemasangan alat, pengukuran sudut dan total jarak antarstation,
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

control labo, serta cluster dan stress test. Sementara proses akusisi meliputi pergerakan
vibroseis yang ditangkap oleh geophone dan diterima oleh labo.
Laporan Praktikum Investigasi Geofisika 2018

Pre-processing merupakan langkah awal yang bertujuan untuk menyiapkan data


yang akan digunakan pada proses pengolahan data (processing). Pada tahap preprocessing data
hasil akuisisi masih mengandung noise yang merupakan gelombang langsung (direct wave) dari
tembakan airgun. Data yang masih mengandung noise ini akan diubah ke dalam format
demultiplex dan akan diedit untuk menghilangkan noise

Anda mungkin juga menyukai