Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENGOLAHAN DATA MAGNETIK

PANTAI LOMBANG, SUMENEP, JAWA TIMUR

Oleh : Rizka Amelia


(03411740000027)

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2019
ABSTRAK

Telah dilakukan pengolahan data magnetik untuk lokasi Pantai Lomabng,


Sumenep, Jawa Timur dengan koordinat latitude -6.918618 dan longitude
114.065042. Datanilai IGRF, deklinasi dan inklinasi masing-masing pada daerah
ini 44232.6, 0.817576 dan -29.9421. Pengolahan data menggunakan software
MagPick, Surfer dan Microsoft Excel. Koreksi yang digunakan pada pengolahan
data ini adalah koreksi harian, IGRF dan kontinuasi ke atas. Hasil rata-rata nilai H
anomali total yakni 116.7760. Kemudian data di olah sampai didapatkan kontur
magnetik hasil kontinuasi ke atas. Variasi elevasi yang digunakan yakni 200, 300,
400, 500, 600, 700, 800, 900 dan 1000. Variasi elevasi untuk kontinuasi ke atas
yang dirasa paling merepresentasikan yakni pada upward elevasi 800. Dipilih
elevasi 800 karena bentuk kontur sudah cukup halus dan chart elevasi nya sudah
representatif.

Kata kunci: IGRF, Kontinuasi ke Atas, Lombang Sumenep, Magnetik


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia geofisika, kita bisa menggunakan banyak metode untuk


eksplorasi. Salah satu metode yang sering digunakan yakni metode magnetik.
Metode ini memanfaatkan bermacam-macam nilai suseptibilitas dari batuan di
bawah permukaan. Nilai suseptibilitas tiap batuan berbeda-beda, sehingga dari
metode magnetik ini akan didapatkan model anomali magnetik.

Eksplorasi pendahuluan dapat dilakukan dengan metode magnetik ini.


Pengolahan data setelah akuisisi data magnetik tentunya membutuhkan koreksi.
Koreksi pada metode magnetik yakni seperti koreksi harian dan IGRF serta
kontinuasi ke atas. Pengolahan data magnetik ini juga memerlukan beberapa
software. Output dari metode magnetik dalam kepentingan geofisika yakni anomali
residual yang memerlukan banyak langkah untuk mendapatkan dan
menginterpretasikannya. Salah satu analisis yang dibutuhkan untuk mendapatkan
output anomali residual yakni batas ketinggian kontinuasi ke atas.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Berapa nilai H anomali total di Pantai Lombang, Sumenep, Jawa


Timur?

1.2.2 Bagaimana pengaruh elevasi terhadap kontinuasi ke atas?

1.2.3 Elevasi manakah yang paling tepat untuk kontinuasi ke atas pada data
magnetik Pantai Lombang ini?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui nilai H anomali total di Pantai Lombang, Sumenep,


Jawa Timur

1.3.2 Untuk mengetahui pengaruh elevasi terhadap kontinuasi ke atas .

1.3.3 Untuk mengetahui elevasi manakah yang paling tepat untuk kontinuasi
ke atas pada data magnetik Pantai Lombang ini.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Metode Magnetik

Metode geomagnet (magnetik) dilakukan berdasarkan pengukuran


anomali geomagnet yang diakiba-tkan oleh perbedaan kontras suseptibilitas
atau per-meabilitas magnetik tubuh jebakan dari daerah sekelilingnya.
Perbedaan permeabilitas relatif itu dia-kibatkan oleh perbedaan distribusi mineral
ferro-magnetic, paramagnetic dan diamagnetic. Alat yang digunakan untuk
mengukur anomali geomagnet yaitu magnetometer. Metode geomagnet ini
sensitif terhadap perubahan vertical, umumnya digunakan untuk mempelajari
tubuh intrusi, batuan dasar, urat hydrothermal yang kaya akan mineral
ferromagnetic dan struktur geologi (Yopanz, 2007).

2.2 Medan Magnet

Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga
elemen medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan
intensitas kemagnetannya. Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian, yakni medan
magnet utama, medan magnet luar dan medan magnet anomali. Medan magnet
utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran dalam jangka
waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106km2.
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil
ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena
sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam
lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh
lebih cepat. Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal
(crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung
mineral bermagnet seperti magnetite, titanomag-netite dan lain-lain yang berada
di kerak bumi. Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari
pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali
magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan oleh medan
magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet remanen
mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar
dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan
sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari
survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi.

Gambar 2.1 Deklinasi dan inklinasi

2.3 Deklinasi dan Inklinasi


Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen
horizontal yang dihitung dari utara menuju timur. Inklinasi(I), yaitu sudut antara
medan magnetik total dengan bidang horizontal yang dihitung dari bidang
horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.
2.4 Koreksi Magnetik
2.4.1 Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai
medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari
dalam satu hari. Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan
waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran)
yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian
dilakukan dengan cara menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada
waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya
apabila variasi harian bernilai positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara
mengurangkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap
data medan magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan:
ΔH=Htotal±ΔHharian…………………………..(2.1)
2.4.2 Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi
dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik
luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali
IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian,
maka kontribusi medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF.
Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai
medan magnetik total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran
pada posisi geografis yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi
harian) dapat dituliskan sebagai berikut :
ΔH=Htotal±ΔHharian±H0…………………………..(2.2)
2.5 Kontinuasi ke Atas
Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan proses
transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang datar lainnya
yang lebih tinggi. Pada pengolahan data geomagnetik, proses ini dapat
berfungsi sebagai filter tapis rendah, yaitu unutk menghilangkan suatu
mereduksi efek magnetik lokal yang berasal dari berbagai sumber benda magnetik
yang tersebar di permukaan topografi yang tidak terkait dengan survei. Proses
pengangkatan tidak boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali
magnetik lokal yang bersumber dari benda magnetik atau struktur geologi yang
menjadi target survei magnetik.

2.6 Geologi Pantai Lombang


Gambar 2.2 Peta Geologi Regional Madura

Dari peta geologi regional, daerah Lombang didapatkan bahwa


daerah penelitian merupakan daerah yang didominasi oleh Batuan Alluvium (Qa)
dan Formasi Madura (Tpm). Menurut yang disebutkan pada peta geologi, Batuan
Alluvium terdiri dari pasir kuarsa, lempung, kerikil dan kerakal. Sedangkan pada
Formasi Maduru terdiri atas Batugamping dan batugamping dolomitan. Dari peta
geologi regional dapat dimungkinkan bahwa akan ditemukan beberapa singkapan
di daerah penelitian yang tersusun dari Formasi Madura.

2.7 Reduksi ke Kutub (RTP)


Menghapus ketergantungan data magnetik pada kecenderungan magnetik,
yaitu, mengubah data yang telah direkam dalam medan magnet Bumi yang
cenderung menjadi seperti apa bentuknya jika medan magnet itu vertikal.
Pengurangan pada kutub menghilangkan asimetri anomali yang disebabkan oleh
kecenderungan dan menempatkan anomali di atas badan penyebab, dengan asumsi
bahwa magnetisme remanen lebih kecil dibandingkan dengan magnet yang
diinduksi. Sulit untuk dilakukan pada kemiringan magnetik rendah, dalam hal ini
reduksi ke ekuator lebih disukai.
BAB III

METODOLOGI

3.1 Pengolahan data


Software yang diperlukan dalam pengolahan data magnetik ini adalah
Surfer, MagPick dan Excel.
3.2 Diagram Alir Pengolahan Data
3.2.1 Pengolahan I : Data Excel

START

Konversi waktu
menjadi sekon

Konversi latitude
longitude ke UTM

Input nilai
IGRF 44232.6

Kalkulasi koreksi
harian

Kalkulasi nilai
anomali magnetik
total

x → x UTM, y → y
Input nilai x, y, z UTM, z → anomali
ke SURFER magnetik total

3.2.2 Pengolahan II : Surfer – Kontur

Input nilai x, y, z
ke SURFER

Save as ‘tugas olah


1.bln’

Plot > grid > data > contour


map > ‘tugas olah 1.bln’ >
save as ‘tugas olah 1.grd’
3.2.3 Pengolahan III : MagPick – Upward Continuation – Surfer

Buka file ‘tugas olah


1.grd’ di MagPick

Operations > upward


continuation

Atur elevasi

File with continue field > upward


‘(elevasi)’.grd
File with original – continued> residual
‘(elevasi)’ .grd

SURFER > contour map >


file upward ‘(elevasi)’.grd

Lakukan perulangan
variasi elevasi

3.2.4 Pengolahan IV : Excel – Sayatan

Upward > digitize > buat


sayatan > save as sayatan
‘(elevasi)’.bln

Grid > slice > open file nilai


upward yang disayat > open
file sayatan > output.dat

New worksheet > open file


output.dat > kolom D sebagai
x, kolom C sebagai y

Plot chart x,y

Lakukan perulangan
untuk elevasi lain

HASIL
3.3 Petunjuk Gambar Langkah Kerja

Gambar 3.1 Data yang diolah

Gambar 3.2 Input data x y z

Gambar 3.3 Save as bentuk .bln


Gambar 3.4 Anomali Magnetik Total : grid > data > file bln yang disimpan > contour maps > file grd yang
disimpan

3.3 Data Magnitudo Gempa Bumi

Gambar 3.5 MagPick > File > Open > File grd yang telah disimpan

Gambar 3.6 Variasi elevasi: Operations > Upward Continuation > variasi elevasi > continued : upward.grd >
original – continued : residual.grd
Gambar 3.7 Variasi kontur magnetik yang sudah di upward

Gambar 3.8 Digitize untuk membuat sayatan

Gambar 3.9 Buat sayatan > save file .bln


Gambar 3.10 Output dat: grid > slice > file grd kontur > file bln sayatan > output .dat

Gambar 3.11 Open file output.dat pada new worksheet

Gambar 3.12 Pindah data output.dat ke excel, kolom D sebagai x, kolom C sebaagai y
Gambar 3.13 Buat plot chart x,y untuk seluruh variasi elevasi

Gambar 3.14 Elevasi upward800 yang paling realistis

Gambar 3.15 Chart elevasi upward800 yang paling realistis


BAB IV
ANALISIS

4.1 Analisis Olah Data Excel


Pengolahan data yang dilakukan dengan software Microsoft Excel
meghasilkan rata-rata dari nilai H anomali total yakni 116.7760 nT. Data
sebelumnya dikoreksi dengan koreksi harian dan IGRF. Nilai H pada masing-
masing titik pengukuran berbeda-beda, bergantung pada sifat magnetik batuan
bawah permukaan.

4.2 Analisis Kontinuasi ke Atas

Pengolahan data kontinuasi ke atas ini menggunakan software seperti


MagPick, Surfer dan Microsoft Excel. Kontinuasi ke atas dilakukan dengan variasi
elevasi 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900 dan 1000 (dapat dilihat pada gambar
3.7). Pengaruh elevasi terhadap kontur magnetik yakni, semakin ke atas, atau
semakin tinggi elevasi yang digunakan, maka akan semakin halus kontur dan
semakin tidak berkelok-kelok. Parameter untuk menentukan elevasi yakni apabila
dibuat perbandingan antara satu elevasi dengan elevasi di atasnya tidak ada
perubahan yang berarti, maka elevasi tersebut yang digunakan. Namun, elevasi
yang dilakukan juga tidak boleh terlalu tinggi, karena dapat menghilangkan anomali
yang menjadi target. Sehingga, elevasi yang paling representatif dari proses
kontinuasi ke atas data ini adalah elevasi 800. Karena, apabila elevasi dinaikkan ke
900 tidak ada perubahan yang berarti. Pada elevasi 800 juga kontur sudah cukup
halus dan tidak terlalu rapat, karena data menunjukkan lokasi pengukuran yang
tidak luas, sehingga kontur seharusnya tidak rapat. Dari kurva atau chart yang telah
dibuat pun, elevasi 800 sudah representatif (dapat dilihat pada gambar 3.15).
BAB IV

KESIMPULAN

Dari pengolahan data magnetik yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata dari nilai H anomali total di Pantai Lombang, Sumenep, Jawa


Timur, yakni 116.7760 nT
2. Pada kontinuasi ke atas, semakin ke atas, atau semakin tinggi elevasi yang
digunakan, maka akan semakin halus kontur magnetik dan semakin tidak
berkelok-kelok.
3. Elevasi yang tepat digunakan dalam kontinuasi ke atas dalam pengolahan
data magnetik Pantai Lombang, Sumenep, jawa Timur, yakni 800.
DAFTAR PUSTAKA

Laporan Kuliah Lapangan Terpadu Teknik Geofisika ITS 2018


https://www.researchgate.net/publication/320833460_INTERPRETASI_METOD
E_MAGNETIK_UNTUK_PENENTUAN_STRUKTUR_BAWAH_PERMUKA
AN_DI_SEKITAR_GUNUNG_KELUD_KABUPATEN_KEDIRI
https://www.researchgate.net/publication/260342361_APLIKASI_METODE_GE
OMAGNET_DALAM_EKSPLORASI_PANASBUMI
https://wiki.seg.org/wiki/Dictionary:Reduction_to_the_pole_(RTP)
http://www.bmkg.go.id/geofisika-potensial/kalkulator-magnet-
bumi.bmkg?datepicker=2019-05-13&Lin=-6.9185&Buj=114.06518

Anda mungkin juga menyukai