Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL PENELITIAN

STUDI MIKROZONASI SEISMIK MENGGUNAKAN DATA


MIKROTREMOR DI DESA NEKBAUN KECAMATAN AMARASI
BARAT KABUPATEN KUPANG

Oleh
ANGGRENI HAMBARONJA
1606060016

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................i

DAFTAR GAMBAR...................................................................................iv

DAFTAR TABEL.........................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

1.1. Latar Belakang.............................................................................1


1.2. Rumusan Masalah........................................................................4
1.3. Tujuan...........................................................................................4
1.4. Batasan Masalah..........................................................................4
1.5. Manfaat.........................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................6

2.1. Kondisi Geologi............................................................................6


2.2. Gelombang Seismik......................................................................7
2.2.1 Gelombang Badan (Body Wave)................................7
2.2.2 Gelombang Permukaan (Surface Wave).....................8
2.3. Gempa Bumi...............................................................................10
2.3.1. Parameter Gempa Bumi............................................11
2.3.2. Jenis-Jenis Gempa Bumi...........................................12
2.3.3. Jalur-Jalur Utama Gempa Bumi................................12
2.3.4. Magnitudo Gempa Bumi...........................................13
2.3.5. Intensitas Gempa Bumi.............................................15
2.4. Percepatan Tanah Maksimum (Peak Groud Acceleration)...17
2.4.1 Formula Empiris Donovan........................................18
2.4.2 Formula Empiris Katayama......................................18
2.4.3 Formula Empiris Murphy O’brein............................18
2.4.4 Formula Empiris Kanai.............................................19
2.4.5 Formula Empiris Mc.Guirre R.K.............................19
2.4.6 Formula Empiris Esteva............................................19

ii
2.5. Mikrotremor...............................................................................19
2.6. Horizontal To Vertical Spectral Ratio.....................................21
2.7.1. Frekuensi Dominan Tanah dan Periode Dominan....23
2.7.2. Faktor Amplifikasi Spektrum Tanah.........................25
2.7. Indeks Kerentanan Seismik.....................................................26
2.8. Mikrozonasi................................................................................27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................28

3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian...............................................28


3.2. Alat............................................................................................28
3.3. Teknik Pengambilan Data.......................................................28
3.3.1. Pra Survei..................................................................28
3.3.2. Survei Lokasi Penelitian............................................29
3.3.3. Pengambilan Data.....................................................31
3.4. Prosedur Kerja.........................................................................31
3.5. Pengolahan Data......................................................................32
3.5.1. Data Mikrotremor..........................................................32
3.5.2. Perhitungan Data Frekuensi Dominan (Fo), Faktor Amplifikasi
(Ag) Dan Periode Dominan............................................32
3.5.3. Perhitungan Indeks Kerentanan Seismik.......................34
3.5.4. Perhitungan Peack Ground Acceleration.......................34
3.6. Diagram Alir............................................................................35

DAFTAR PUSTAKA......................................................................36

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta geologi lokasi penelitian.......................................6

Gambar 2.2. a) Gelombang primer, b) gelombang sekunder............8

Gambar 2.3. a) Gelombang Love, b) Gelombang Rayleigh..............9

Gambar 2.4. Mekanisme terjadinya gempa bumi...........................11

Gambar 2.5. Karakteristik Seismogram Mikrotremor....................21

Gambar 3.1. Peta pra survei lokasi penelitian ................................29

Gambar 3.2. Diagram alir analisis kurva HVSR.............................34

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Intensitas Gempabumi Skala MMI (Modified Mercally Intensity)16

Tabel 2.2. Klasifikasi tanah berdasarkan nilai frekuensi predominan mikrotremor


oleh Kanai .................................................................................25

Tabel 2.8. Klasifikasi nilai faktor amplifikasi..............................................26

Tabel 3.1. Aturan SESAME European Research Project............................30

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan
energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai patahnya lapisan
batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempa
bumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang
dilepaskan akan dipancarkan ke segala arah berupa gelombang seismik
sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi (Sianturi,
2019).
Indonesia merupakan wilayah yang termasuk kawasan rawan
gempa bumi. Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak di lempeng
bumi yang terus bergerak yakni Indo-Australia dari sebelah selatan,
Eurasia dari utara dan Pasifik dari timur. Kondisi ini menyebabkan hampir
seluruh wilayah di Indonesia rentan dengan bencana Seismik.
Indonesia termasuk daerah kegempaan aktif dimana selama tahun
1976‐2006 sudah terjadi 3.486 gempa bumi dengan magnitudo lebih dari
6,0 SR. Penelitian Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
sejak tahun 1991‐2009 (19 tahun) menunjukkan bahwa telah terjadi 27 kali
gempa bumi merusak dan 13 kali gempa bumi menimbulkan tsunami.
Kalau dirata-ratakan dan dilakukan pembulatan, Indonesia mengalami
kejadian gempa bumi sebanyak 2 kali dan tsunami 1 kali setiap tahunnya.
Pada tahun 2009 telah terjadi gempa bumi merusak di daerah Papua,
Tasikmalaya, Padang, dan Ujung Kulon (Sunarjo dkk, 2012).
Gempa bumi adalah bencana yang tidak dapat diperkirakan waktu
terjadinya, di mana tempat terjadinya dan seberapa banyak energi yang
dilepaskan, sehingga akibat dari ketidakpastian terjadinyaa gempa bumi
dapat menyebabkan berbagai kerusakan di lingkungan tempat terjadi
gempa bumi seperti kerusakan struktur, kerusakan infrastruktur, kerusakan
pemukiman warga dan kerusakan bangunan-bangunan sipil, hal ini

1
disebabkan karena bencana alam ini terjadi begitu cepat dan tidak dapat
diprediksi.
Untuk mengurangi kerugian yang besar, maka perlu dilakukan
studi kegempaan yang akurat salah satunya yaitu studi seismotektonik.
Studi seismotektonik merupakan cabang ilmu geofisika yang berdasarkan
seismologi dan mempelajari tentang gempa bumi dan tektonik lempeng
beserta keberadaan sesar pada suatu daerah. Studi seismotektonik ini
diperlukan untuk penentuan lokasi gempa, data-data tersebut kemudian
akan diolah untuk menentukan percepatan getaran maksimum gempa (A.
Husyain, dkk, 2017). Salah satu metode dalam seimotektonik adalah
mikrotermor dan juga untuk meminimalkan kerusakan diperlukan
Mikrozonasi Seismik.
Dalam pengambilan data mikrotremor diperlukan teknik HVSR
(Horizontal To Vertikal Spectral Ratio), Metode ini menarik karena
memberikan kemudahan dalam pengumpulan data dan metode ini dapat
diaplikasikan pada daerah dengan tingkat seismistas yang rendah bahkan
tanpa tingkat seismisitas sekalipun (Pratama, 2017).
Mikrozonasi seismik adalah proses mebagi-bagi daerah yang
berpotensi mengalami bencana seismik didasarkan pada karekteristik
geologi dan geofisika. Tujuan dari mikrozonasi seismik adalah untuk
meminimalkan kerusakan terhadap lingkungan akibat bencana seismik.
Mikrozonasi seimik dengan meninjau pergerakan tanah maksimum di
lokasi penelitian menggunakan formula empiris Kanai.
Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah wilayah di Indonesia yang
masuk dalam kategori rawan gempa. Hal ini disebabkan karena daerah
Nusa Tenggara Timur diapit oleh 2 zona penyebab gempa bumi,
yaitu wilayah selatan merupakan tempat bertemunya dua lempeng yaitu,
lempeng Eurasia dan Indo-Australia secara subduksi, dan dibagian
sebelah utara terdapat patahan naik busur (Rysnawati dkk, 2017).
Gempa yang terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur didominasi gempa

2
skala kecil dengan kegempaan besar dan periode pengembalian tercepat
adalah di pulau Alor dan Timor yaitu 44 hari (Sianturi et all,2019).
Desa Nekbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang
adalah wilayah yang berada pada daerah dekat dengan pantai, berdasarkan
keadaan geologi di lokasi tersebut terdapat persesaran yaitu sesar jurus.
Daerah penelitian mempunyai topografi yang beraneka ragam meliputi
dataran tinggi/perbukitan sampai pada dataran rendah. Daerah penelitian
memiliki ketinggian antara kurang lebih 200 mdpl.
Mala pada tahun 2015 pernah melakukan penelitian mengenai
kajian mikrotremor dan geolistrik resistivitas di sekitar jalan Arteri Primer
Trans Timor Kupang. Penelitian tersebut memperoleh nilai PGA 80 gal-
500 gal, sehingga disimpulkan bahwa daerah tersebut beresiko mengalami
kerusakan akibat gempa (Mala, 2015). Sianturi juga pada tahun 2018
dalam jurnal The Study Of Maximum Land Acceleration Using
Deterministic Seismic Hazard Analysis (DSHA) Method In Kupang
Regency – NTT menyatakan bahwa Kabupaten Kupang merupakan daerah
rawan gempa. Hal ini ditunjukkan oleh aktivitas gempa tektonik yang
terjadi dengan besaran yang bervariasi. Hal Ini juga disebakan karena
Kupang sebagai kabupaten yang sangat dekat dengan parit Timor dan
sumber sesar lainnya, seperti sesar Flores, Alor, Wetar dan Romang
(Sianturi et all, 2018).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan


penelitian dengan judul “Studi Mikrozonasi Seismik Menggunakan
Data Mikrotremor di Desa Nekbaun Amarasi Barat Kabupaten
Kupang”.

3
1.2. Rumusan masalah
1.2.1. Bagaimana mikrozonasi frekuensi predominan, faktor
amplifikasi, dan penampang seismik kurva H/V pada kawasan
sesar di Nekbaun?
1.2.2. Bagaimana percepatan tanah maksimum pada permukaan tanah
di Nekabaun?
1.2.3. Bagaimana bahaya seismik di Nekbaun?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui mikrozonasi frekuensi predominan, faktor
amplifikasi, dan penampang seismik kurva H/V pada kawasan
sesar di Nekbaun.
1.3.2. Menganalisis percepatan gempa maksimum pada permukaan
tanah di Nekbaun.
1.3.3. Menganalisis bahaya seismik di Nekbaun?
1.4. Batasan Masalah

Untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan terhadap


permasalahan yang mungkin meluas dalam Tugas Akhir ini, maka
diberikan suatu batasan masalah sebagai berikut:

1.4.1. Studi seimotektonik yang ditinjau adalah Nekbaun, sehingga


batasan bahaya seismik yang ditinjau adalah hanya di Nekbaun.
1.4.2. Perhitungan hanya untuk memperoleh nilai percepatan tanah
maksimum untuk tiitik yang ditinjau dengan menggunakan data
mikrotremor.
1.4.3. Pengambilan data mikrotremor mengacu pada aturan yang
ditetatapkan oleh SESAME European Research Project
(SESAME, 2004).

4
1.4.4. Sinyal mikrotremor diukur menggunakan Digital Portable
Seismograph tipe TDL-303S dengan titik penelitian sebanyak 40
titik.
1.4.5. Penelitian ini difokuskan pada analisis kurva H/V untuk
mendapatkan informasi tentang frekuensi dominan tanah, faktor
amplifikasi spektrum tanah, indeks kerentanan seismik dan
percepatan tanah puncak.
1.4.6. Perhitungan nilai PGA di Nekbaun yang dilakukan peneliti
dengan menggunakan rumusan atenuasi gempa Kanai 1966 dalam
John Douglas, 2011.

1.5. Manfaat
Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini sebagai berikut.
1.5.1. Bagi mahasiswa dapat memberikan informasi atau referensi untuk
penelitian selanjutnya.
1.5.2. Bagi masyarakat di desa Nekbaun, Amarasi Barat dapat
memberikan informasi untuk pembangunan tempat tinggal atau
tempat usaha dapat memperhatikan percepatan tanah di lokasi
tersebut.
1.5.3. Bagi pemerintah memberikan informasi untuk pembangunan
infrastruktur dan fasilitas umum di desa Nekbaun, Amarasi Barat
dapat memperhatikan lokasi pembangunan atau kuatnya
bangunan terhadap percepatan tanah di lokasi tersebut.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kondisi Geologi

Gambar 2.1. Peta Geologi (Rosidi dkk, 1996)


Wilayah Amarasi Kabupaten Kupang merupakan salah satu
wilayah yang tergolong sering terjadi bencana tanah longsor di Provinsi

6
Nusa Tenggara Timur. Beberapa lokasi di wilayah ini sering terjadi
longsor dalam dimensi kecil sampai besar yang mengakibatkan kerusakan
infrastruktur, rumah dan fasilitas milik penduduk hancur, terganggunya
kegiatan sosial ekonomi dan terancamnya keselamatan penduduk.
Penyebab bencana tanah longsor di wilayah ini adalah kelerengan,
morfologi, kondisi geologi, jenis litologi, tata ruang dan konversi hutan
menjadi tanaman pangan atau perkebunan (Rompon dkk, 2018).
Desa Nekbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang
terletak pada koordinat 10 ° 16 ' 40.75 LS dan 123 ° 39' 42.61 BT adalah
daerah yang dekat dengan pantai dan juga berdasarkan peta geologi
terdapat patahan. Daerah tersebut memiliki dua jenis batuan yaitu batuan
gamping koral dan formasi noele dengan batuan yang mendominasi adalah
formasi noele. Desa Nekbaun memiliki keadaan geomorfolgi perbukitan
sampai pada dataran rendah.
2.2. Gelombang Seismik
Gelombang seismik adalah gelombang berfrekuensi sangat rendah
yang menjalar menembus bumi. Gelombang seismik juga merupakan
gelombang elastik yang terjadi akibat adanya pelepasan energi dari lapisan
batuan yang patah secara tiba-tiba atau akibat adanya suatu ledakan.
Gelombang ini akan menjalar keseluruh bagian dalam bumi dan melalui
permukaan bumi (Sianturi, 2019).
Perambatan gelombang bergantung pada sifat elastik bumi, sifat-
sifat medium tempat gelombang menjalar seperti rigiditas dan kerapatan
medium. Berdasarkan sifat penjalarannya, gelombang seismik dapat
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu gelombang badan (body wave) dan
gelombang permukaan (surface wave).
2.2.1. Gelombang Badan (Body Wave)
Gelombang badan atau body wave adalah gelombang yang sifat
penjalarannya melalui bagian dalam bumi atau biasa disebut free wave.
Gelombang body terdiri dari 2 macam yaitu gelombang primer dan
gelombang sekunder.

7
1. Gelombang Primer
Gelombang primer adalah gelombang yang arah penjalarannya
sejajar atau searah dengan arah perambatannya, gelombang primer
juga merupakan gelombang tercepat yang tercatat di Seismograph,
dapat dilihat pada gambar 2.1(a)

2. Gelombang Sekunder
Gelombang sekunder adalah gelombang yang arah penjalarannya
tegak lurus dengan arah perambatannya. Gelombang imi hanya
dapat menjalar melalui material padat, sehingga pada bagian inti
bumi bagian luar tidak dapat terdeteksi sedangkan pada inti bumi
bagian dalam mampu dilewati, dapat dilihat pada gambar 2.1(b).

Gambar 2.1. (a) Gelombang Primer, (b) gelombang Sekunder (Kramer,


1996).
2.2.2. Gelombang Permukaan (Surface Wave)

8
Gelombang permukaan adalah gelombang yang sifat
penjalarannya melalui permukaan bumi atau biasa disebut tide wave,
gelombang permukaan juga berbeda dari gelombang badan karena pada
gelombang permukaan gelombaang menjalar lebih lambat dari gelombang
badan. Gelombang ini menjalar melalui permukaan maka gelombang ini di
bagi menjadi 2 jenis, yaitu gelombang love dan gelombang Rayleigh
1. Gelombang Rayleigh
Gelombang Rayleigh diperkenalkan oleh Lord Rayleigh pada tahun
1885. Gelombang Rayleigh adalah gelombang yang merambat pada
permukaan bebas baik medium berlapis maupun medium homogen.
Gerakan dari gelombang Rayleigh adalah ground roll yaitu tanah memutar
ke belakang tetapi secara umum gelombang memutar ke depan. Pada saat
terjadi gempa bumi besar, Gelombang Rayleigh terlihat pada permukaan
tanah yang bergerak ke atas dan ke bawah (Pratama, 2017). Partikel
Gelombang Rayleigh bergerak secara vertikal, sehingga gelombang
Rayleigh hanya dapat ditemukan pada komponen vertikal seismogram.
Gelombang Rayleigh adalah gelombang yang dispersif sehingga
periode yang lebih panjang akan lebih cepat mencapai material yang lebih
dalam dibandingkan dengan gelombang yang memiliki periode pendek,
sehingga Gelombang Rayleigh sangat berguna untuk menentukan struktur
bawah tanah di suatu area. Gelombang ini seperti tampak pada Gambar
2.2. (a).
2. Gelombang Love

Gelombang ini dinamakan Love Wave karena gelombang ini


ditemukan oleh seorang ahli matematika berkebangsaan Inggris A.E.H
Love ditemukan melalui pemodelan matematika pada tahun 1911.
Gelombang ini adalah gelombang yang bergerak di permukaan tanah.
Untuk jenis gelombang permukaan gelombang Love adalah gelombang
tercepat. Penjalaran gelombang Love semakin kebawah permukaan akan
semakin kecil pada titik yang semakin dalam dari permukaan tanah.
Gelombang ini seperti tampak pada Gambar 2.2.(b)

9
Gambar 2.2. (a) Gelombang Rayleigh, (b)gelombang Love
(Kramer, 1996)

2.3. Gempa Bumi


Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan
energi didalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya
lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya
gempa bumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi
yang dilepaskan akan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang
seismik sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi
(Sianturi, 2019).
Gempa bumi adalah bencana yang tidak dapat diperkirakan waktu
terjadinya, di mana tempat terjadinya dan seberapa banyak energi yang
dilepaskan, sehingga akibat dari ketidakpastian terjadinyaa gempa bumi
dapat menyebabkan berbagai kerusakan di lingkungan tempat terjadi
gempa bumi seperti kerusakan struktur, kerusakan infrastruktur, kerusakan
pemukiman warga dan kerusakan bangunan-bangunan sipil hal ini
disebabkan karena bencana alam ini terjadi begitu cepat dan tidak dapat
diprediksi.
Bencana gempa yang terjadi menyebabkan banyak kerugian
diberbagai pihak. Untuk mengurangi kerugian yang besar, maka perlu
dilakukan studi kegempaan yang akurat salah satunya yaitu studi
seismotektonik. Studi seismotektonik merupakan cabang ilmu geofisika
yang berdasarkan seismologi dan mempelajari tentang gempa bumi dan
tektonik lempeng beserta keberadaan sesar pada suatu daerah. Studi

10
seismotektonik ini diperlukan untuk penentuan lokasi gempa, data-data
tersebut kemudian akan diolah untuk menentukan percepatan getaran
maksimum gempa (A. Husyain, dkk, 2017). Mekanisme terjadinya gempa
bumi dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3. Mekanisme terjadinya gempa bumi (Thomson, 2008)


2.3.1. Parameter Gempa Bumi
Parameter gempa bumi adalah informasi yang berkaitan dengan kejadian
gempa bumi yang diperoleh dari pengumpulan, pengolahan dan analisis.
Gempa bumi memiliki parameter-parameter sumber gempa bumi meliputi
magnitudo, origin time, lokasi epicenter dan kedalaman sumber gempa
bumi.
1. Magnitudo
Magnitudo gempa bumi adalah parameter gempa bumi yang
berhubungan dengan besarnya ukuran atau kekuatan gempa bumi
di sumbernya. Magnitudo juga berkaitan dengan besarnya energi
yang telepas akibat gempa bumi, degan skala yang digunakan
adalah skala Richter (SR).
2. Origin Time
Origin time adalah waktu terlepasnya akumulasi tegangan (stress)
dalam bentuk penjalaran gelombang gempa bumi dan origin time

11
dinyatakan dalam hari, tanggal, bulan, tahun, jam, menit dan detik
dalam satuan UTC (Universal Time Coordinated).
3. Lokasi Epicenter
Lokasi Epicenter adalah titik di permukaan bumi yang merupakan
refleksi tegak lurus dari pusat gempa bumi. Epicenter dinyatakan
dalam bentuk bujur dan lintang.

4. Kedalaman Sumber Gempa Bumi


Kedalaman sumber gempa bumi adalah jarak hiposenter dihitung
tegak lurus dari permukaan bumi. Kedalaman dinyatakan oleh
besaran jarak dalam satuan kilometer (km).
2.3.2. Jenis-jenis Gempa Bumi
Gempa bumi adalah bencana alam yang memiliki dampak
terhadap bumi tergantung dari seberapa banyak energi yang dilepaskan,
jika energi yang dilepaskan besar maka bencana alam ini akan
menyebabkan kerusakan dan juga dapat menimbulkan bencana. Ada
beberapa factor penyebab terjadinya gempa bumi yaitu:
1. Gempa bumi tektonik
Sumber penyebab dari gempa bumi tektonik adalah aktivitas
tektonik ditinjau dari pergerakan lempeng-lempeng dengan arah
dan kecepatan berbeda-beda
2. Gempa bumi vulkanik
Sumber penyebab dari gempa bumi vulkanik adalah aktivitas
vulkanik yaitu ditandai dengan adanya magma akibat letusan
gunung berapi. Kaitannya dengan gempa bumi adalah jika
keaktifan gunung berapi semakin tinggi maka akan menyebabkan
ledakan yang berdampak pada daerah sekitar gunung berapi akan
merasakan gempa bumi.
3. Gempa bumi runtuhan
Sumber penyebab dari gempa bumi ini adalah runtuhan gempa
bumi ini bersifat local yang terjadi pada kawasan pertambangan.

12
4. Gempa bumi buatan
Penyebab dari gempa bumi adalah aktivitas manusia seperti bom
nuklir atau peledak dinamit.
2.3.3. Jalur-Jalur Utama Gempa Bumi
Pertemuan beberapa lempeng tektonik aktif menyebabkan adanya
beberapa jalur gempa bumi (Fulki A, 2011) sebagai berikut.

1. Jalur gempa bumi sirkum Pasifik


Jalur gempa bumi ini dimulai dari Cardilleras de Los Andes (Chili,
Equador dan Columbia), Amerika Tengah, Mexiko, California
British Columbia, Alaska, Alaution Island, Kamchatka, Jepang,
Taiwan, Filipina, Indonesia, Polynesia, dan berakhir di New
Zealand.
2. Jalur gempa bumi Mediteran atau Trans Asiatic
Jalur ini dimulai dari Azores, Mediteran (Maroko, Portugal, Italia,
Balkan, Rumania), Turki, Kaukasus, Irak, Iran, Afganistan,
Himalaya, Burma, Indonesia (Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan
Laut Banda) dan akhirnya bertemu dengan jalur sirkum Pasifik di
daerah Maluku.
3. Jalur gempa bumi Mid-Atlantic
Jalur ini mengikuti Mid-Atlantic Ridge adalah Spitchbergen,
Iceland, dan Atlantik Selatan.
2.3.4. Magnitudo Gempa Bumi
Magnitudo adalah harga atau skala besarnya energi seimik yang
diradiasikan oleh pusat gempa bumi. Konsep magnitudo pertama kali
dikemukakan oleh K. Wadati dan C Richter sekitar tahun 1930.
Magnitudo gempa bumi bergantung pada amplitudo getaran tanah,
periode gelombang, jarak epicenter, kedalaman pusat gempa dengan
memperhitungkan koreksi jarak stasiun pencatat ke epicenter gempa bumi
(Sianturi, 2019). Hubungannya sebagai berikut.

13
a
M =log + f ( ∆ , h ) +Cs+Cr ............................................................(2.1)
T
Dengan M=magnitude gempa bumi (SR)
A=Amplitudo getaran tanah (dalam micron)
T=Periode gelombang (detik)
∆=Jarak epicenter (derajat, 1°=111,1 km)
h=Kedalaman (km)
Cs=Koreksi stasiun yang memperbaiki adanya keadaan istimewa
dari stasiun
Cr=Koreksi Regional

Secara umum terdapat empat jenis magnitudo yaitu: magnitudo


lokal, magnitudo body, magnitudo permukaan dan magnitudo momen.

1. Magnitudo Lokal
Magnitudo lokal pertama kali diperkenalkan oleh Richter pada tahun
1930, menggunakan data kejadian gempa di daerah California yang
direkam oleh Seismograf Wood-Anderson. Besarnya magnitude lokal
dapat ditentukan dengan rumus:
ML¿ log a+3 log ∆−2.92.........................................................(2.2)
Dengan ML=Magnitudo lokal gempa bumi (SR)
a=Amplitudo getaran tanah (μm)
∆=Jarak stasiun pencatat ke sumber gempa bumi (km)
2. Magnitudo Gelombang Body
Magnitudo gelombang body dikembangkan karena terbatasnya
penggunaan magnitude lokal untuk jarak tertentu. Magnitudo body
ditentukan dengan rumus sebagai berikut.
a
m b=log( )+Q( h , ∆)..............................................................(2.3)
T
Dengan m b= Magnitudo gelombang bodi (SR)
A= Amplitudo getaran tanah (μm)
∆=Jarak stasiun pencatat ke sumber gempa bumi (km)
3. Magnitudo Gelombang Permukaan

14
Magnitudo gelombang permukaan didapatkan sebagai hasil
pengukuran terhadap gelombang permukaan. Magnitude permukaan
mempunyai bentuk rumus sebagai berikut.
M s=log a+α log ∆+ β ..............................................................(2.4)

Dengan Ms= Magnitudo gelombang permukaan (SR)

a= Amplitudo maksimum dari pergeseran tanah horizontal


pada periode 20 detik (μm)

∆= Jarak epicenter (km)

α dan β= Koefisien dan konstanta yang diperoleh dari


pendekatan empiris

4. Magnitudo Momen
Teori Elastik Rebound memperkenalkan istilah momen seismik
(seismic moment). Momen seismik dapat diestimasi dari dimensi
pergeseran bidang sesar atau dari analisis karakteristik gelombang
gempa bumi yang direkam di stasiun pencatat khususnya dengan
seimograf periode bebas (broadband seismograph) (Sianturi, 2019).
Momen seismik, dapt ditentukan dengan rumus:
M 0=μDA ...................................................................................(2.5)
Dengan M0= momen seismic
μ= rigiditas atau kekakuan
D= pergeseran rata-rata bidang sesar
A= luas bidang sesar
Hubungan Antara momen seismic dan magnitude permukaan
sebagai berikut.
log M 0=1.5 Ms+16.1.................................................................(2.6)
Secara empiris magnitudo momen dirumuskan sebagai berikut.
log M 0
M w= ( 1.5 )
−10.73...............................................................(2.7)

Dengan Mw=magnitude momen

15
M0= momen seismik
2.3.4. Intensitas Gempa Bumi
Intensitas gempa bumi merupakan ukuran gempa bumi yang
pertama kali digunakan untuk menyatakan besar gempa bumi sebelum
manusia dapat mengukur besarnya gempa bumi dengan alat. Ukuran ini
dapat ditinjau dari pengamatan langsung efek gempa bumi terhadap
manusia, struktur bangunan dan lingkungan pada suatu lokasi tertentu.
Intensitas gempa bumi dapat dinyatakan dalam skala Mercally yang biasa
disebut MMI (Modified Mercally Intensity) (Arifudin, 2018). Skala
gempa bumi MMI bersifat kualitatif, skala intensitas ini sangat subjektif
dan bergantung pada kondisi lokasi dimana gempa terjadi. Badan
Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menetapkan skala
intensitas gempa bumi terbaru yang disesuaikan dengan wilayah
Indonesia seperti dijelaskan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Intensitas Gempabumi Skala MMI (Modified Mercally Intensity)
(BMKG, 2016)

Skala Warna Deskripsi Deskripsi Rinci Skala PGA


SIG Sederhana MMI (gal)
BMKG
I Putih Tidak Dirasakan Tidak dirasakan atau I-II < 2,9
(Not Felt) dirasakan hanya oleh
beberapa orang tetapi terekam
oleh alat.
II Hijau Dirasakan (felt) Dirasakan oleh orang banyak III-IV 2,9 - 88
tetapi tidak menimbulkan
kerusakan. Benda-benda
ringan yang digantung
bergoyang dan jendela kaca
bergetar.
III Kuning Kerusakan ringan Bagian non struktur bangunan VI 89 - 167
(slight damage) mengalami kerusakan ringan,
seperti retak rambut pada
dinding, genteng bergeser ke
bawah dan sebagian
berjatuhan.
IV Jingga Kerusakan sedang Banyak Retakan terjadi pada VII-VIII 168- 564

16
(moderate damage) dinding bangunan sederhana,
sebagian roboh, kaca pecah.
Sebagian plester dinding
lepas. Hampir sebagian besar
genteng bergeser ke bawah
atau jatuh. Struktur bangunan
mengalami kerusakan ringan
sampai sedang.
V Merah Kerusakan berat Sebagian besar dinding IX-XII > 564
(heavy damage) bangunan permanen roboh.
Struktur bangunan
mengalami kerusakan berat.
Rel kereta api melengkung.

2.4. Percepatan Tanah Maksimum (Peak Ground Acceleration)


Percepatan tanah maksimum merupakan dampak gelombang
gempa di lokasi pengamat. Sehingga bisa menjadi ukuran resiko gempa
bumi. Percepatan tanah merupakan gangguan yang perlu dikaji untuk
setiap gempa bumi, kemudian dipilih percepatan tanah maksimum untuk
mendapatkan gambaran tentang efek paling parah yang pernah dialami
suatu lokasi kejadian (Sianturi, 2019).
Bencana gempa bumi memiliki banyak efek atau dampak pada
permukaan bumi, efek paling merugikan pada efek primer yaitu kerusakan
infrastruktur seperti jalan, jembatan, bangunan-bangunan bertingkat,
PTLN, dan fasilitas umum lainnya. Secara umum kerusakan yang
disebabkan dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar oleh semua
pihak. Daya rusak lokasi gempa bumi juga tergantung pada kedaan
geologi, geofisika dan geotektonik daerah tersebut, salah satu penyebab
juga yaitu pergerakan tanah. Pembangunan-pembangunan yang memiliki
kualitas baik dan tahan gempa harus meninjau percepatan tanah daerah
pembangunan dan ketahanan bangunan terhadap percepatan tanah.
Percepatan getaran tanah maksimum adalah percepatan getaran tanah
terbesar yang pernah terjadi di suatu daerah akibat gelombang gempa

17
dalam periode waktu tertentu. Percepatan getaran tanah terbesar disebut
Maximum Land Acceleration (PTM). Nilai-nilai PTM dihitung
berdasarkan besarnya dan jarak sumber gempa yang telah terjadi dengan
titik perhitungan, serta nilai periode dominan tanah di daerah tersebut.
Setiap peristiwa gempa menyebabkan gelombang gempa yang akan
menghasilkan nilai percepatan tanah di suatu tempat. Ukuran nilai
percepatan lahan adalah salah satu parameter yang dapat menunjukkan
tingkat risiko gempa yang harus dihitung sebagai bagian dari rencana
penggunaan lahan atau bangunan tahan gempa (Sianturi at all, 2018).
Nilai percepatan tanah pada suatu daerah dapat dilakukan dengan
pengukuran langsung atau tidak langsung. Dalam pengukuran tidak
langsung dapat menggunakan beberapa formula empiris beberapa ahli
seismologi. Metode empiris adalah metode yang dilakukan untuk
menghitung percepatan tanah dengan rumus yang sederhana dimana
perhitungan percepatan tanah metode empiris ini hanya dihubungkan
dengan magnitude dan jarak (Fulki A dkk, 2011).
2.4.1. Formulasi Empiris Donovan
Model empiris percepatan tanah yang diperoleh oleh Donovan, dengan
rumus:

1080× exp(0,5 Ms)


α= ..................................................................(2.8)
( R+25 ) ¹ ˙ ³²

Dengan α :Percepatan tanah permukaan (gal)


Ms:Magnitudo gelombang permukaan
R:Jarak hiposenter(km)

2.4.2. Formula Empiris Katayama


Formula empiris Katayama didasarkan pada gempa bumi Jepang, rumus
model empiris percepatan tanah yang diperoleh oleh Katayama sebagai
berikut.
log α =2.306−1637 × log ( R+30 ) +0.411 Ms..................................(2.9)

18
Dengan α : Percepatan tanah permukaan (gal)
Ms: Magnitudo gelombang permukaan
R: Jarak hiposenter(km)

2.4.3. Formula Empiris Murphy-O’Brein


Formula empiris Murphy-O’Brein dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut.
log α =0.14 I +0.24 Ms−0.68 log ∆+0.7....................................(2.10)

Dengan α: Percepatan tanah permukaan (gal)


Ms: Magnitudo gelombang Permukaan
∆: Jarak episenter (km)
I: Intensitas gempa bumi (MMI)

2.4.4. Formulasi Empiris Kanai


3.6 1.83
0.61 Ms− (1.66 + )
5 R
log R +0.167
R
α= 10 ..........................................(2.11)
√T g

Dengan α : Percepatan tanah permukaan (gal)


Ms: Magnitudo gelombang permukaan
R: Jarak hiposenter (km)
T: Periode dominan tanah titik pengamatan (S)
2.4.5. Formula Empiris Mc.Guirre R.K
α =4723× 10⁰· ²⁷⁸ ×( R+25)⁻ ¹ · ³⁰¹........................................(2.12)

Dengan α : Percepatan tanah permukaan (gal)


Ms: Magnitudo gelombang permukaan
R: Jarak hiposenter(km)
2.4.6. Formula Empiris Esteva

19
5600 exp(0.5 Ms)
α= .................................................................(2.13)
( R+ 40)²
Dengan α : percepatan tanah permukaan (gal)
Ms: Magnitudo gelombang permukaan
R: Jarak hiposenter(km)
2.5. Mikrotremor
Kerusakan akibat bencana seismik berhubungan langsung dengan
keadaan geologi lokal yang juga dapat mempengaruhi pergerakan tanah.
Memahami kondisi tanah pada suatu daerah diperlukan pendekatan yaitu
dengan pengamatan langsung terhadap keadaan seismik di daerah
tersebut, namun banyak penelitian-penelitian tersebut terbatas hanya
untuk daerah dengan tingkat seismisitas yang relatif tinggi, karena
keterbatasan-keterbatasan penelitian yang hanya dapat diaplikasikan pada
daerah yang memiliki seismisitas tinggi maka metode yang tidak
bergantung pada referensi tentang kondisi situs pun diterapkan untuk
penelitian mengenai respon situs. Mikrotremor adalah metode yang sangat
mudah untuk memperkirakan seberapa besar efek dari geologi di
permukaan terhadap gerakan akibat gelombang seismik tanpa
memerlukan informasi geologi lainnya (Nakamura, 2008).
Mikrotremor adalah getaran permukaan tanah dengan amplitudo
yang sangat kecil yang dihasilkan oleh sumber alami seperti angin,
gelombang air laut, geotermal dan getaran gempa bumi dengan magnitudo
yang sangat kecil (Sianturi, 2019). Dalam prakteknya, digunakan
seismometer dengan sensitivitas yang tinggi untuk merekamnya.
Semenjak penelitian awal yang dilakukan oleh Kanai (1983) seperti
dikutip Atakan dkk (2004), telah berulang kali ditemukan bahwa
kenampakan spektrum pada mikrotremor menunjukkan beberapa
hubungan dengan kondisi geologi di suatu situs. Karakteristik sinyal
mikrotremor mencerminkan karakteristik batuan di suatu daerah.
Penelitian mikrotremor juga banyak dilakukan pada studi struktur tanah

20
(soil investigaton) untuk mengetahui keadaan bawah permukaan tanah
(Buanawati, 2018).
Sinyal mikrotremor terdiri dari tiga komponen yaitu dua komponen
horizontal yaitu spektrum E (Barat-Timur), dan spektrum N (Utara-
Selatan) juga satu komponen vertikal yaitu spektrum Z. Sinyal
mikrotremor mempunyai amplitudo antara 0,1 μm sampai 1 μm dengan
rentang periodenya 0,05 sampai 2 detik (Ibrahim dan Subardjo, 2005).
Berdasarkan rentang periodenya, mikrotremor diklasifikasikan menjadi
dua jenis, yaitu periode pendek dan periode panjang. Mikrotremor periode
pendek berada pada periode kurang dari 1 detik. Periode ini hanya terkait
dengan struktur bawah permukaan yang dangkal. Sementara itu,
mikrotremor periode panjang berada pada periode lebih dari 1 detik dan
terkait dengan struktur yang lebih dalam menuju ke dasar batuan keras
(Utami, 2017). Observasi mikrotremor dapat digunakan untuk mengetahui
karakteristik lapisan tanah berdasarkan frekuensi predominannya dan
faktor penguatan gelombangnya (amplifikasi) (Buanawati, 2018).
Karakteristik rekaman getaran (seismogram) dari mikrotremor
berubah terhadap kondisi geomorfologis. Seismogram di dataran aluvial
lunak memiliki amplitudo lebih tinggi dengan durasi lebih panjang,
sementara seismogram di batuan dasar amplitudonya sangat rendah
dengan durasi pendek. Ilustrasinya seperti terlihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Karakteristik Seismogram Mikrotremor (Arifudin, 2018)


2.6. HVSR (Horizontal To Vertical Spectral Ratio )

21
Metode HVSR (Horizontal To Vertical Spectral Ratio) adalah
metode yang diperkenalkan oleh Nogoshi dan Iragashi pada tahun 1971,
kemudian diperkenalkan secara meluas oleh Nakamura sehingga metode
ini sering disebut teknik Nakamura. Teknik H/V dikembangkan penulis
(Nakamura) dengan menghubungkan penyelidikan lubang bor terhadap
analisa dari catatan-catatan gerakan tanah yang kuat, diberbagai kondisi
geologi.
Teknik H/V (HVSR) sangat banyak digunakan karena
kesederhanaan metodenya dan cepat dalam menyediakan informasi
mengenai karakteristik dinamik tanah dan bangunan. Metode ini menarik
karena memberikan kemudahan dalam pengumpulan data dan metode ini
dapat diaplikasikan pada daerah dengan tingkat seismistas yang rendah
bahkan tanpa tingkat seismisitas sekalipun (Pratama, 2017).
Metode HVSR didasarkan pada terperangkapnya getaran
gelombang geser (SH) pada medium sedimen di atas batuan dasar
(Sianturi, 2019). Teknik ini sangat efektif untuk mengidentifikasi
frekuensi resonansi dasar pada lapisan sedimen, dengan menyertakan
faktor amplifikasi yang lebih realistis dibandingkan yang didapat dari
rasio sedimen terhadap batuan keras. Telah ditunjukkan oleh banyak
peneliti (seperti Ohmachi et. Al., 1991; Lermo et. Al., 1992; Field and
Jacob, 1993, 1995 dalam Nakamura, 2008) bahwa rasio H/V yang didapat
dari noise dapat digunakan untuk mengidentifikasi frekuensi resonansi
dasar dan faktor amplifikasi di lapisan sedimen (Pratama, 2017).
Menurut Nakamura (2000), dalam kajian kerentanan gempabumi
di suatu tempat, estimasi tingkat kerentanan lapisan tanah permukaan
perlu mempertimbangkan nilai regangan horisontal tanah (ground shear-
strain).
HVSR cukup efektif untuk mengkaji karakteristik dinamis lapisan tanah
permukaan penyebab terjadinya lokal site effect saat terjadi gempa bumi
(Buanawati, 2018). Site effect (𝑇𝑆𝐼𝑇𝐸) pada lapisan sedimen permukaan
ditentukan dengan membandingkan faktor amplifikasi dari gerakan

22
horizontal (𝑇𝐻) dengan faktor amplifikasi dari gerakan vertikal (𝑇𝑉)
(Daryono et al., 2009).
Th
T site = ......................................................................................(2.14)
Tv
Besarnya faktor amplifikasi horizontal (𝑇𝐻) yang dirumuskan Nakamura
adalah:
SHS
T h= ....................................................................................(2.15)
SHB

Dengan 𝑆𝐻𝑆=Spektrum sinyal dari komponen horizontal di permukaan


tanah

𝑆𝐻𝐵=Spektrum dari komponen gerak horizontal pada dasar


lapisan tanah.

Besarnya faktor amplifikasi vertikal (𝑇𝑉) yang dirumuskan Nakamura


adalah:
SVS
TV = ...................................................................................(2.16)
SVB
Dengan 𝑆V𝑆= Spektrum sinyal dari komponen vertikal di permukaan
tanah
𝑆V𝐵= Spektrum dari komponen gerak vertikal pada dasar
lapisan tanah.

Pada sinyal mikrotremor, gelombang Rayleigh menjadi


gelombang yang mendominasi diantara gelombang lainnya. Pengaruh
gelombang Rayleigh pada rekaman sinyal mikrotremor memiliki besar
yang sama untuk komponen vertikal dan horizontal saat rentang
frekuensi 0,2 Hz – 20,0 Hz, sehingga rasio spektrum komponen
horizontal dan vertikal di batuan dasar mendekati satu (Bour et al., 1998).

SHB
≈ 1.....................................................................................(2.17)
SVB
Jika dibulatkan, maka rasio spektrum komponen horizontal dan vertikal
di batuan dasar menjadi persamaan berikut.

23
SHB SVB
=1 atau ≈ 1................................................................(2.18)
SVB SHB
Rasio spektrum antara komponen horizontal dan vertikal di batuan dasar
mendekati nilai satu. Maka dari itu dengan substitusi persamaan (2.15),
(2.16), dan (2.18) ke persamaan (2.14), dasar perhitungan rasio spektrum
sinyal mikrotremor komponen horizontal terhadap komponen vertikalnya
akan didapat dari persamaan (2.19)
SHS
HVSR=T SITE = √ ¿ ¿.........................................................................(2.19)
SVS
Metode HVSR menghasilkan spektrum mikrotremor dengan
puncak spektrum berada pada frekuensi predominannya. Parameter-
parameter yang dihasilkan metode HVSR berupa nilai frekuensi
predominan (𝑓0) dan faktor amplifikasi (𝐴0) yang memberikan informasi
mengenai karakteristik dinamis dan struktur lapisan tanah (Nakamura,
2000).
2.6.1. Frekuensi Dominan Tanah dan Periode Dominan
Frekuensi predominan merupakan gambaran sifat fisik batuan
berdasarkan pada penjalaran gelombang, frekuensi Dominan juga
berkaitan dengan kedalaman bidang pantul gelombang di bawah
permukaan, di mana batas bidang pantul tersebut merupakan batas antara
sedimen lepas dengan batuan keras, sehingga semakin kecil frekuensi dari
pemantulan gelombang tersebut menunjukkan bahwa semakin tebal
sedimennya atau semakin dalam bidang pantul gelombang tersebut.
Frekuensi dominan berkaitan dengan periode dominan tanah. Nilai periode
dominan tanah di suatu tempat berbanding terbalik dengan nilai frekuensi
dominannya. Nilai frekuensi dominan tanah dapat diestimasi dengan
metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) dari rekaman
mikrotremor yang diperkenalkan secara luas oleh Nakamura (1989),
seperti dijelaskan di atas, dengan diketahui frekuensi dominan tanah,
diketahui periode getaran tanahnya (Arifudin, 2018).

24
Nilai periode dominan digunakan untuk memperkirakan tingkat
kekerasan batuan. Sedangkan frekuensi dominan dipergunakan untuk
memperkirakan ketebalan lapisan. Frekuensi dominan disuatu tempat
dapat mengalami resonansi dengan frekuensi bangunan jika frekeunsi
keduanya bernilai sama atau mendekati sama. Efek resonansi ini akan
memperbesar simpangan bangunan saat terjadi goyangan yang
menyebabkan bangunan mudah rusak (Arifudin, 2018).
Frekuensi predominan merupakan nilai frekuensi yang sering
muncul sehingga diakui sebagai nilai frekuensi dari lapisan batuan di
wilayah tersebut yang dapat menunjukkan jenis dan karakteristik batuan
tersebut. Nilai frekuensi yang sangat rendah meningkatkan kerentanan
terhadap guncangan gempa bumi dengan periode yang panjang (Putri,
2016). Persamaan frekuensi predominan adalah sebagai berikut.
vs
f g= ........................................................................................(2.20)
4h
Periode predominan (𝑇𝑔) merupakan salah satu parameter yang
mempengaruhi nilai percepatan getaran tanah maksimum. Periode
predominan diperoleh dari frekuensi predominan (𝑓𝑔) yang dapat
mengindikasikan karakter lapisan batuan yang ada di suatu wilayah.
Kanai mengklasifikasi jenis tanah berdasarkan nilai frekuensi
predominan yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.2. Klasifikasi tanah berdasarkan nilai frekuensi predominan


mikrotremor oleh Kanai (Arifin et al., 2013)

Klasifikasi P Fre Keterangan


Tanah e kue
K O
r nsi
a m
i Pre
n e
o do

25
t
e
-
N
ai a
d min
j
e an
i
P (Hz
m
r )
a
e
d
o
m
J J 0 6,7 Batuan tersier atau lebih
e e , – tua. Terdiri dari batuan
ni n 0 20 pasir berkerikil keras
s i 5 (hard sandy gravel)
I s –
A 0
,
1
5
J J 0 4– Batuan alluvial dengan
e e , 6,7 ketebalan 5m. Terdiri dari
ni n 1 pasir keriki (sandy
s i – gravel), lempung keras
II s 0 berpasir (sandy hard
B , clay), lempung (loam),
2 dan sebagainya.

26
5
J J 0 2,5 Batuan alluvial yang
e e , –4 hampir sama dengan
ni n 2 tanah jenis II, hanya
s i 5 dibedakan oleh adanya
II s – formasi yang belum
I C 0 diketahui (buff
, formation).
4
J J > 1,4 Batuan alluvial yang
e e 0 – terbentuk dari sedimentasi
ni n , 2,5 delta, top soil, lumpur,
s i 4 tanah lunak, humus,
I s endapan delta atau
V D endapan lumpur, yang
tergolong ke dalam tanah
lembek, dengan
kedalaman 30m.
2.6.2. Faktor Amplifikasi Spektrum Tanah

Faktor amplifikasi spektrum tanah merupakan rasio spektrum


fourier yang dihasilkan pengolahan data rekaman mikrotremor di titik ukur
di permukaan tanah menggunakan metode HVSR (Arifudin 2018).
Besaran amplifikasi dapat diestimasi dari kontras parameter perambatan
gelombang yaitu densitas dan kecepatan pada bedrock dan sedimen
permukaan. Semakin besar perbedaan parameter tersebut, semakin besar
pula nilai amplifikasi perambatan gelombangnya (Gosar, 2007).

Menurut Nakamura et al. (2000) nilai faktor amplifikasi tanah


(Ag) dapat diketahui dari tinggi puncak spektrum kurva HVSR hasil
pengukuran mikrotremor yang telah diolah sehingga dihasilkan spektrum
HVSR Persamaan (2.19.). Beberapa peneliti telah menemukan adanya
korelasi antara puncak spektrum H/V dengan distribusi kerusakan gempa

27
bumi (Mucciarelli et al., 1998; Nakamura et al., 2000; Panou et al., 2004).
Amplifikasi merupakan dampak adanya site effect pada kondisi tanah
permukaan (Arifudin, 2018).

Klasifikasi faktor amplifikasi dibagi ke dalam 4 zona yaitu rendah,


sedang, tinggi dan sangat tinggi yang ditunjukkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Klasifikasi nilai faktor amplifikasi (Setiawan, 2009)

Zona Klasifikasi Nilai Faktor Amplifikasi


1 Rendah A<3
2 Sedang 3≤A<6
3 Tinggi 6≤A<9
4 Sangat tinggi A≥9

2.7. Indeks Kerentanan Seismik


Indeks kerentanan seismik (Kg) merupakan indeks yang
menggambarkan tingkat kerentanan lapisan tanah permukaan terhadap
deformasi saat terjadi gempabumi. Indeks kerentanan seismik sangat
berkaitan dengan kondisi geomorfologis. Indeks kerentanan seismik
diperoleh berdasarkan nilai amplifikasi dan frekuensi dominan batuan.
A2
Kg= ............................................................................(2.21)
fo
Semakin besar nilai indeks kerentanan seismik di suatu daerah, maka
tingkat resiko gempa bumi terhadap kerusakan akibat gempa bumi akan
semakin besar (Sianturi, 2019). Nilai indeks kerentanan seismik dapat
memberikan informasi potensi tingkat goncangan akibat gempa bumi
pada suatu daerah.
2.8. Mikrozonasi seismic
Mikrozonasi seismik ataupun mikrozonasi mikrotremor merupakan
proses pembagian area atau daerah yang berpotensi akan mengalami
kerusakan akibat dari aktifitas seismik atau gempa bumi dengan

28
mempertimbangkan karakteristik geologi dan geografis dari lapisan
sedimen daerah tersebut. Karakteristik yang dipertimbangkan meliputi
getaran tanah (ground shaking), kerentanan runtuh, gerakan tanah dan
lain sebagainya (Irjan dan Ahmad, 2011: t.h). Tujuan dari mikrozonasi
seismik adalah untuk meminimalisasi kerusakan terhadap lingkungan
akibat dampak dari bencana seismik, sehingga pemilihan parameter-
parameter mikrozonasi akan sangat berhubungan dengan tujuan
mikrozonasi (Sianturi 2019).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Nekbaun dan di Laboratorium Fisika
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana dan BMKG Kota
Kupang dari bulan April sampai bulan Mei.

3.2. Alat

29
1. GPS
2. Seismometer tiga komponen tipe DS-4a feedback short-
period seismometer
3. Digitizer tipe TDL 303S Digital Portable Seismograph
4. Perangkat lunak
a. Datapro
b. Geopsy
c. Google earth
d. Global Mapper 21.0
e. Q.Gis 3.12.1
f. Software ArcGIS Desktop 10.5
3.3. Teknik Pengambilan Data
3.3.1. Pra Survei
Tahapan yang dilakukan selama pra-survei yaitu penentuan lokasi
penelitian, survei umum lokasi penelitian dan pembuatan desain
survei.
1. Tahapan pertama yaitu penentuan lokasi penelitian
didasarkan pada indikasi patahan, batuan dasar, formasi
batuan dan rencana pembangunan kedepan.
2. Tahapan kedua yaitu survei umum lokasi penelitian,
bertujuan untuk mengetahui secara langsung daerah
penelitan baik dari segi kepadatan penduduk, lingkungan
sekitar juga kondisi topografi.

30
3. Tahapan ketiga yaitu pembuatan desain survei lokasi
penelitian yang dibuat secara grid sebanyak 40 titik dengan
spasi antar titik 200 m. Pembuatan desain survei mengacu
pada peta geologi lembar Kupang-Atambua, Timor (Rosidi
dkk, 1996)

Gambar 3.1 Peta pra survei lokasi penelitian

3.3.2. Survei Lokasi Penelitian


Survei lokasi penelitian bertujuan untuk menyesuaikan atau
menemukan titik yang telah ditentukan pada desain survei lokasi
penelitian, menentukan tempat penyimpanan sensor sesuai dengan
aturan SESAME European Research Project tabel 3.1.

Tabel 3.1. Aturan SESAME European Research Project (SESAME,


2014)

31
Jenis Parameter Saran yang di Anjurkan
fg minimum yang diharapkan Durasi pencatatan minimum yang
(Hz) disarankan (menit)

0,2 30
Durasi
Pencatatan 0,5 20
1 10
2 5
5 3
10 2
Coupling soil 1. Atur sensor langsung pada permukaan tanah
sensor 2. Hindari menempatkan sensor seismograf pada permukaan tanah lunak
alami (in situ) (lumpur, semak-semak) atau tanah lunak setelah hujan.

Coupling soil- 1. Hindari lempengan yang terbuat dari material lunak seperti karet atau
sensor buatan busa.
atau artificial 2. Pada kemiringan yang curam di mana sulit mendapatkan kedataran
sensor yang baik, pasang sensor dalam timbunan pasir atau wadah yang
diisi pasir

Keberadaan 1. Hindari pengukuran dekat dengan bangunan, gedung bertingkat, dan


bangunan atau pohon yang tinggi, jika tiupan angin di atas ±5 m/detik. Kondisi ini sangat
pohon mempengaruhi hasil analisa HVSR.
2. Hindari pengukuran di lokasi tempat parkiran, pipa air dan gorong-
gorong.
Kondisi cuaca 1. Angin : Lindungi sensor dari angin (lebih cepat dari 5 m/s).
2. Hujan : Hindari pengukuran pada saat hujan lebat. Hujan ringan tidak
memberikan gangguan berarti.
3. Suhu : Mengecek kondisi sensor dan mengikuti instruksi pabrik.
Gangguan 1. Sumber monokromatik : hindari pengukuran mikrotremor dekat dengan
mesin, industri, pompa air, generator yang sedang beroperasi.
2. Sumber sementara : jika terdapat sumber getar transient (jejak langkah
kaki, mobil lewat, motor lewat) tingkatkan durasi pengukuran untuk
memberikan jendela yang cukup untuk analisis setelah gangguan tersebut
hilang.

3.3.3. Pengambilan data

32
1. Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
mikrotremor. Data mikrotremor ini tersimpan berupa sinyal
digital 3 komponen, yaitu komponen horizontal utara-selatan,
timur-barat, dan vertikal up-down dalam bentuk soft file.
Data ini dikumpulkan melalui survei mikrotremor di
lapangan. Durasi rekaman kurang lebih 30 menit.
2. Data Sekunder
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder histori gempa dari tahun 1970 sampai tahun 2018
yang diperoleh dari USGS dan Badan Geofisika Kampung
baru Kupang (BMKG kota Kupang).
3.4. Prosedur Kerja
1. Melakukan survey lokasi yang akan menjadi tempat penelitian.
2. Persiapan alat dan kalibrasi alat yang digunakan dalam penelitian.
3. Pengambilan titik ukur sebanyak 40 titik dan koordinat pada setiap
titip ukur menggunakan GPS dengan jarak atar titik adalah 200
meter.
4. Pengukuran dan Pengambilan data mikrotremor menggunakan alat
Seismometer tiga komponen tipe DS-4a feedback short-period
seismometer, Digitizer tipe TDL 303S Digital Portable
Seismograph.
5. Pengolahan data mikrotremor pada software datapro dan software
geopsy, dari hasil pengolahan software diperoleh data frekuensi
dominan tanah dan amplifikasi disetiap titik ukur.
6. Menentukan nilai indeks kerentanan seismik yang diperoleh dari
nilai amplifikasi dan frekuensi dominan batuan.
7. Perhitungan nilai Peak Ground Acceleratiom (PGA) menggunakan
formula empiris Kanai.

33
3.5. Pengolahan Data
3.5.1. Data Mikrotremor
Pengolahan data mikrotremor menggunakan metode
analisis Horizontal to Vertical Spectrum Ratio (HVSR). Hasil
pengukuran mikrotremor di lapangan mendapatkan data getaran
tanah fungsi waktu. Data ini tercatat dalam 3 komponen, yaitu
komponen vertikal (Up-Down), utara-selatan (North-South), dan
barat-timur (East-West). Data mentah ini tidak dapat langsung
diolah karena dalam format hexadecimal. Data ini harus diubah ke
format ASCII atau format miniseed menggunakan perangkat lunak
DATAPRO dan menghasilkan empat file, yaitu file komponen
vertikal, utara-selatan, barat-timur, dan file header.
3.5.2. Perhitungan Data Frekuensi Dominan (Fo), Faktor Amplifikasi
(Ag) Dan Periode Dominan
Proses akuisisi data mikrotremor akan didapatkan data yang
berupa data getaran tanah yang masih dalam domain waktu. Data
getaran tanah merekam getaran dalam tiga komponen, yaitu satu
komponen vertical dan dua komponen horizontal (utara-selatan dan
barat-timur). Data hasil akuisisi yang didapat pada penelitian ini
memiliki format berupa .SAF. Data tersebut kemudian diolah
dengan metode HVSR (Horizontal To Vertical Spectral Ratio)
menggunakan perangkat lunak berupa Geopsy dan HV Explorer
mengacu pada SESAME H/V Users Guidelines. Geopsy akan
menghasilkan keluaran berupa kurva spektrum HVSR. Sedangkan
HV Explorer digunakan untuk memilih puncak dari kurva
spektrum HVSR yang akan menampilkan seberapa besar nilai
Frekuensi Dominan (fo) disuatu daerah atau titik pengukuran.
Adapun tahap pengolahan data mikrotremor adalah sebagai
berikut:
1. Membuka perangkat lunak Geopsy.

34
2. Selanjutnya yaitu melakukan import data .SAF kedalam Geopsy.
Langkahnya yaitu dengan Pilih Menu File - Import Signals – File,
lalu pilih file .SAF yang akan di-import.
3. Tahap selanjutnya adalah mengolah data dengan HV Tools. Tahap
ini adalah tahap inti pada pengolahan data mikrotremor dengan
menggunakan Metode HVSR. Pada tahap ini akan dilakukan olah
data dengan H/V Tools yang tersedia di Geopsy. Langkahnya yaitu
dengan memilih Menu Tools – H/V. Time Windows dapat diatur
panjang Time Window yang digunakan. Pada bagian Processing
dapat dipilih jenis smoothing pada grafik. Yang umum digunakan
yaitu metode smoothing Konno & Ohmachi. Pada bagian Output
dapat dipilih Frequency Sampling yang digunakan untuk
menampilkan grafik HVSR. Setelah itu kembali ke jendela Time
pilih Select* lalu pilih Auto. Setelah itu pilih Start.
4. Langkah selanjutnya yaitu dengan menyimpan hasil pengolahan
yang berupa kurva HVSR. Dengan memilih Menu Tools yang ada
pada jendela HV Results, lalu pilih Save Results, simpan dalam

1
format .HV. Berdasarkan hubungan T = , dari pengolahan data
fo
dengan metode f0 HVSR maka akan didapatkan nilai periode
dominan tanah (Tg) di lokasi pengukuran, karena yang terukur dari
kurva adalah fo. Dari nilai-niai yang terukur dari semua titik
pengukuran kemudian dibuat peta frekuensi dominan tanah (fg)
dan peta faktor amplifikasi spektrun (Ag) daerah penelitian.

35
Gambar 3.2. Diagram alir analisis kurva HVSR (Asmaul, 2013 dalam
Sianturi, 2019)

3.5.3. Perhitungan Indeks kerentanan Seismik


Nilai indeks kerentanan seismik (Kg) di semua titik ukur
diperoleh dengan menggunakan Persamaan (2.21).
A2
Kg= .............................................................................(2.21)
fo
Nilai-nilai indeks kerentanan seismik yang diperoleh kemudian
dipetakan untuk mengetahui distribusi nilai indeks kerentanan
seismik di daerah penelitian.
3.5.4. Perhitungan Peack Ground Acceleration (PGA)
Pengukuran Peack Ground Acceleration (PGA) daerah
penelitian dilakukan dengan penentuan PGA dari hasil survei
mikrotremor menggunakan formula Empiris Kanai (1966)
Persamaan (2.11)

36
3.6 1.83
0.61−( 1.66 + )
5 R
log R +0.167
R
α= 10 ......................................(2.11)
√T g
3.6. Diagram Alir

Mulai

Penentuan Lokasi Penelitian Peta Geologi

Pengambilan Data

Data Mikrotremor Parameter Sumber Gempa


1970-2018

Analisis HVSR software Geopsy: Analisis PGA Kanai


fo,Kg, Ag (1966)

Kurva HVSR Peta PGA dengan


software ArcGis

Peta fo,Kg, Ag dengan software


ArcGis

Peta Indeks Kerentanan Seismik dengan software


ArcGis

Selesai

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, S.S., Mulyatno, B.S., Marjiyono, Setianegara, R. 2013. Penentuan Zona


Rawan Guncangan Bencana Gempa Bumi berdasarkan Analisis Nilai

37
Amplifikasi HVSR Mikrotremor dan Analisis Periode Dominan Daerah
Liwa dan Sekitarya. Lampung: Universitas Negeri Yogyakarta

Arifudin, 2018. Karakteristik Situs Dan Kerentanan Seismik Di Kabupaten Klaten


Dengan Metode Horizontal To Vertical Spectral Ratio (Hvsr) Dari Data
Mikrotremor. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

Bour, M., Fouissac, D., Dominique, P., and Martin, C. 1998. On the Use of
Microtremor Recording in Seismic Microzonation. France: Soil Dynamics
and Earthquake Engineering 17 PII:S0267-7261(98)00014-1.
Buanawati 2018. Analisis Mikroseismik Pada Kawasan Jalur Sesar Kecamatan
Bagelen Kabupaten Purworejo. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Daryono, Sutikno, Prayitni, dan Setio, B. 2009. Data Mikrotremor dan


Pemanfaatannya untuk Pengkajian Bahaya Gempabumi. Yogyakarta:
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

Fulki A, 2011. Analisis Parameter Gempa, b-value dan PGA di daerah Papua.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Gosar, A. 2007. Microtremor HVSR Study for Assesing Site Effects in the Bovec
Basin (NW Slovenia) Related to 1998 Mw 5.6 and 2004 Mw 5.2 Earthquake.
Elsevier Engineering Geology 91.

Husyain., A. R. Djamaluddin., A. Arsyad., 2007. Analisis Percepatan Gempa Pada


Permukaan Tanah Di Wilayah Makassar Menggunakan Aplikasi
Equivalent- Liniear Earthquke Response Analysis (EERA), Jurnal Teknik
Sipil.

Hutapea, B.M., 2009, Analisis Hazard Gempa dan Usulan Ground Motion pada
Batuan Dasar untuk Kota Jakarta, Jurnal Teknik Sipil, Vol. 16 No. 3.

Ibrahim, G., & Subardjo. 2005. Pengetahuan Seismologi. Jakarta: Badan


Meteorologi dan Geofisika.

38
Irjan dan Bukhori Ahmad. “Pemetaan Wilayah Rawan Bencana Berdasarkan Data
Mikroseismik Menggunakan TDS (time Digital Seismograph) Tipe 303 S”.
Jurnal Neutrino 3, no.2 (2011): t.h.

Kramer dan Steven, L., 1996. Geotechnical Earthquake Engineering. Upper


Saddle River, New Jersey 07458: Prantice Hall, Inc.
Mala, H.U., Susilo, A., dan Sunaryo.2015. Kajian Mikrotremor dan Geolistrik
Resistivitas di Sekitar Jalan Arteri Primer Trans Timor Untuk Mitigasi
Bencana.Natural B, Vol.3.No.1.

Mucciarelli and M.R. Gallipoli., 1998. A Critical Review 0f 10 Years Of


Microtremor HVSR Technique. Università della Basilicata. Potenza, Italy.

Nakamura, Y. 2000. Clear Identification of Fundamental Idea of Nakamura’s


Technique Its Applications. Japan: System and Data Research.

Nakamura, Y. 2008. On The H/V Spectrum. The 14th World Conference on


Earthquake Engineering. Beijing, China.

Panou., N. Theodulidis., P. Hatzidimitrioub.,K. Stylianidisc., C.B. Papazachosb.,


2004. Ambient Noise Horizontal-To-Vertical Spectral Ratio In Site Effects
Estimation And Correlation With Seismic Damage Distribution In Urban
Environment: The Case Of The City Of Thessaloniki (Northern Greece).
Aristotle University of Thessaloniki.

Pratama, 2017. Karakterisasi Site Effect Dengan Hvsr Mikrotremor Dan Analisis
Bahaya Kegempaan Dengan Metode Dsha Di Kota Banda Aceh.Universitas
Lampung, Banda Aceh.

Putri, Y. D. A. 2016. Mikrozonasi Indeks Kerentanan Seismik di Kawasan Jalur


Sesar Opak berdasarkan Pengukuran Mikrotremor. Skripsi. Yogyakarta:
UNY.

H. M. Rosidi, S. Tjokrosapoeto, and S. Gafoer.1996. Peta Geologi Lembar


Kupang-Atambua, Timor.

39
Rysnawati N.M., I Ketut Sukarasa., Ida Bagus Alit Paramarta.,2017.Analisa
Tingkat Bahaya Dan Kerentanan Bencana Gempa Bumi Di Wilayah Nusa
Tenggara Timur (NTT). Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran,
Badung, Bali. Buletin Fisika Vol 18(1): 32 – 37.

SESAME. (2004). Guidelines for the Implementation of the H/V Spectral Ratio
Technique on Ambient Vibratio Measurement, Processing and
Interpretation. European Commission - Reseacrh General Directorate.
Sianturi H.L., Adi Susilo., Sunaryo.,Sukir Maryanto. 2018. The Study Of
Maximum Land Acceleration Using Deterministic Seismic Hazard Analysis
(Dsha) Method In Kupang Regency – NTT. Environmental Science,
Brawijaya University, Malang, East Java, Indonesia. International Journal of
Humanities, Religion and Social Science ISSN:2548-5725 Volume 2, Issue
12.
Sianturi H.L., Adi Susilo., Sunaryo.,Sukir Maryanto.2019. Correlation Analysis
of Spatial Distribution, Temporal Seismotectonics, and Return Period of
Earthquake in East Nusa Tenggara, Indonesia. Graduate School of
Environmental Science, University of Brawijaya Malang, East Java,
Indonesia. International Journal of Geophysics Volume 2019, Article ID
5485783, 1-11 .
Siaturi, 2019. Bahan Ajar Pengantar Seismologi. Universitas Nusa Cendana,
Kupang.

Sunarjo., M. Taufik Gunawan.,Sugeng Pribadi., 2012. Gempa Edisi Populer.


Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Kemayoran, Jakarta.

Utami, Zahroh. 2017. Analisis Indeks Kerentanan Seismik Berdasarkan


Pengukuran Sinyal Mikrotremor di Kecamatan Prambanan dan Kecamatan
Gantiwarno Kabupaten Klaten. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

40
41

Anda mungkin juga menyukai