Anda di halaman 1dari 8

PENENTUAN STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN

BERDASARKAN ANALISIS DERIVATIF PADA DATA


GRAVITASI DI WILAYAH PROSPEK PANAS BUMI

Aditya Verry Saputra1)*, Tony Rahadinata2), Sukmaji Anom Raharjo3)


1) Mahasiswa Program Studi Fisika FMIPA Universitas Jenderal Soedirman

2) Pembimbing Teknis Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi, Bandung

3) Dosen Jurusan Fisika FMIPA Universitas Jenderal Soedirman

Email korespodensi: verrygeophysics@gmail.com

ABSTRAK − Daerah panas bumi Kepahiang berada pada daerah vulkanik tinggi dan berada di jalur
subduksi pada daerah busur magmatik yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatra. Indikasi panas bumi di
daerah ini dicirikan dengan terdapatnya mata air panas yaitu di daerah Sempiang dan Babakan Bogor. Untuk
mengetahui informasi geologi bawah permukaan daerah panas bumi, maka dilakukan survei metode
gravitasi. Jumlah pengukuran titik gravitasi sebanyak 332 data dengan cakupan luas sekitar
Gunung Kaba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui densitas dengan membuat model struktur geologi
bawah permukaan bumi dan mengidentifikasi struktur geologi bawah permukaan bumi dengan analisis
derivatif. Analisis ini mampu mengetahui kontak vertikal antara massa bawah permukaan bumi dan dapat
mengetahui jenis struktur patahan yang dihasilkan. Hasil pemodelan memperlihatkan suatu blok dengan
densitas rendah yang bentuknya ke arah selatan-barat dan terletah di daerah mata air panas. Densitas batuan
rendah tersebut bernilai sekitar g/cm3 dan diiterpretasi sebagai jenis batuan piroklastik yang telah
mengalami pelapukan akibat naiknya larutan hidrotermal. Hasil pemodelan juga memperlihatkan suatu blok
dengan densitas tinggi yang diinterpretasikan sebagai respon batuan andesit, basalt yang masih kompak dan
memungkinkan sebagai sumber panas bagi daerah panas bumi Kepahiang.

Kata kunci: Panas Bumi, Gravitasi, Analisis Derivatif, Pemodelan

ABSTRACT − The Kepahiang geothermal area is located in a high volcanic area and is under subduction
in a arc magmatism region located west of the island of Sumatra. Geothermal indications in this area are
made with hot springs in the Sempiang and Babakan areas of Bogor. To find out the geological information
below the surface of the geothermal area, a survey method was taken. The number of recovery point
measurements was 332 data with a wide support around Mount Kaba. This study aims to
determine the density by modeling the subsurface geological structure and subsurface geological structure
with derivative analysis. This analysis can study the vertical contact between the subsurface masses of the
earth and can determine the type of fracture structure produced. The results of the modeling study a block
with low density that forms it to the south-west and is located in the hot spring area. This low rock density is
needed around g/cm3 and is interpreted as a type of pyroclastic rock which has improved weathering
and obtained hydrothermal. The modeling results also discuss a block with high density that is interpreted
as an andesite response, a basalt that is still compact and uses a heat source for the Kepahiang geothermal
area.

Keywords: Geothermal, Gravity, Derivative Analysis, Modeling

I. PENDAHULUAN Sistem panas bumi merupakan suatu sistem


Energi panas bumi merupakan energi yang memungkinkan terjadinya fluida dari
yang berasal dari batuan di bawah daerah meteoric recharge ke dalam reservoir
permukaan bumi yang sangat panas. Batuan yang berada di atas sumber panas. Struktur
dapat memanasi fluida yang berinteraksi seperti rekahan dan patahan yang terdapat di
dengan lapisan bawah permukaan bumi. permukaan membuat air dapat masuk ke
Umumnya panas bumi berada pada daerah dalam pori-pori batuan. Ketika air sampai ke
vulkanik dengan topografi yang beragam. sumber panas maka temperatur air akan
Saputra, Verry.A, dkk Penentuan Struktur Geologi Bawah Permukaan Berdasarkan Analisis Derivatif 2
Pada Data Gravitasi Di Wilayah Prospek Panas Bumi

meningkat. Jika temperatur yang diterima pengukuran dan data inner atau terrain sekitar
oleh air tinggi, sebagian air akan menguap titik pengukuran. Nilai bacaan alat akan
sedangkan sebagian lagi akan tetap menjadi dikonversi ke dalam mGal yang kemudian
air (Torkis, 2012). diikatkan ke nilai gaya berat nasional (IGSN
Eksplorasi panas bumi terdiri dari 71) DG0 Bandung. Stasiun basis (BS) dibuat di
eksplorasi secara geologi, geofisika, dan base camp sebagai titik looping pengukuran.
geokimia. Eksplorasi geologi dan geokimia Hasil pengukuran BS di daerah panas bumi
digunakan untuk mengetahui kondisi Kepahiang terhadap DG0 menghasilkan nilai
permukaan daerah panas bumi, sedangkan gravitasi 97786,976 mGal.
eksplorasi geofisika digunakan untuk melihat
kondisi bawah permukaan daerah panas
bumi. Salah satu metode geofisika yang
digunakan dalam kegiatan eksplorasi panas
bumi adalah metode gravitasi. Metode
gravitasi digunakan untuk pengukuran
variasi medan gravitasi di permukaan bumi
akibat adanya kontras densitas bawah
permukaan. Metode ini biasanya digunakan
sebagai survei pendahuluan di setiap
kegiatan eksplorasi. Selain itu, metode ini Gambar 1. Peta titik ukur gravitasi
dapat mengidentifikasi struktur geologi
Estimasi densitas yang dihasilkan
bawah permukaan, seperti adanya struktur
adalah densitas rata-rata permukaan daerah
patahan, cekungan, dan graben (Mussett &
penelitian yang dapat diperoleh dengan
Kham, 2000). Hasil yang diperoleh dari
mengukur densitas sempel batuan dari lokasi
metode gravitasi adalah nilai Complete
penelitian di laboratorium dan dibandingkan
Bouguer Anomaly (CBA).
dengan menggunakan analisis kulitatif dan
Analisis derivatif adalah lanjutan dari
kuantitatif seperti metode metode Nettleton
anomali residual untuk memperjelas anomali
dan Parasnis.
gravitasi yang berkaitan dengan objek target
Tabel 1. Densitas batuan daerah panas bumi
(struktur patahan). Analisis ini digunakan
untuk mengetahui keberadaan dan jenis
patahan yang dihasilkan. Analisis ini terdiri
atas dua metode yaitu First Horizontal
Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative
(SVD). Agar interpretasi data lebih akurat, Hasil grafik metode Parasnis yang
maka akan dibuat suatu model struktur didapat sebesar g/cm3, jika dibulatkan
geologi bawah permukaan bumi. menjadi g/cm3.

II. METODE PENELITIAN


Pada penelitian ini data yang
digunakan merupakan data gravitasi daerah
prospek panas bumi Kepahiang, Bengkulu.
Jumlah pengukuran titik gravitasi yang
dilakukan sebanyak 332 titik ukur dan sepasi
titik pengukuran dalam lintasan adalah 250
meter. Data yang dicatat dalam pengukuran
gravitasi adalah nilai bacaan alat, waktu Gambar 2. Grafik metode Parasnis
Saputra, Verry.A, dkk Penentuan Struktur Geologi Bawah Permukaan Berdasarkan Analisis Derivatif 3
Pada Data Gravitasi Di Wilayah Prospek Panas Bumi

Metode Nettleton, penentuan mengetahui keberadaan dan batas suatu


densitas batuan dengan korelasi antara struktur patahan dari data gravitasi dan
grafik topografi, gravitasi observasi dan Second Vertical Derivative (SVD) untuk
densitas. Anomali Bouguer titik ukur pada mengetahu jenis patahan yang diperoleh.
suatu lintasan diplot dengan berbagai Adanya patahan dapat diinterpretasikan
macam densitas. Nilai densitas diperoleh sebagai media perambatan panas ke
apabila nilai anomali gravitasi yang permukaan, melalui rekahan-rekahan atau
dihasilkan tidak mempunyai korelasi celah dari aktivitas patahan tersebut. Kedua
dengan topografi di daerah tersebut yaitu metode ini dapat digunakan untuk
densitas g/cm3. menggambarkan kondisi struktur bawah
permukaan yang dangkal maupun dalam.
Proses inversi merupakan proses
pengolahan data observasi yang melibatkan
teknik penyelesaian matematika dan statistik
untuk mendapatkan informasi mengenai
distribusi sifat fisis bawah permukaan yaitu
densitas. Dalam proses inversi, melakukan
analisis terhadap data observasi dengan cara
melakukan curve fitting (kesesuaian kurva)
antara model matematika dan data observasi.
Tujuan dari proses inversi adalah untuk
mengestimasi parameter fisis batuan yang
tidak diketahui sebelumnya (Supriyanto,
Gambar 3. Grafik metode Nettleton 2007).
Data hasil pengukuran, diolah untuk Interpretasi dilakukan berdasarkan
mendapatkan Complete Bouguer Anomaly metode Nettleton dan Parasnis sebagai
(CBA) dengan menggunakan persamaan penentuan densitas batuan, agar lebih akurat
(1). penulis membandingkan dengan
( ) (1) pengambilan sempel batuan di daerah
Nilai gravitasi dari CBA merupakan penelitian secara langsung dengan
gabungan dari anomali gravitasi regional dan menganalisa di laboratorium. Hasil dari
residual sehingga perlu dilakukan pemisahan respon gravitasi daerah penelitian berupa
anomali regional dan residual. Pemisahan ini peta kontur Complete Bouguer Anomaly (CBA)
dilakukan untuk mengamati sumber anomali yang merupakan gabungan dari anomali
yang berkembang di daerah penelitian. Salah regional dan residual. Anomali residual akan
satu metodenya adalah dengan menggunakan dilanjutkan ke analisis derivatif untuk
filter moving average. Lebar window yang mengetahu struktur geologi di bawah
digunakan pada moving average dapat permukaan prospek panas bumi. Untuk
diestimasi dengan analisis spektrum. mendapatkan hasil yang akurat dilakukan
Tabel 2. Hasil analisis spektrum dari slicing inversi modelling untuk mengetahui struktur
geologi bawah permukaan dari dekat
permukaan hingga kedalam, sehingga data
yang digunkan sebagai input pemodelan
berupa nilai Complete Bouguer Anomaly (CBA).
Dari identifikasi yang sudah didapat, semua
parameter model akan diintegrasiakan
Analisis derivatif yang digunakan yaitu dengan data geologi daerah panas bumi.
First Horizontal Derivative (FHD) untuk
Saputra, Verry.A, dkk Penentuan Struktur Geologi Bawah Permukaan Berdasarkan Analisis Derivatif 4
Pada Data Gravitasi Di Wilayah Prospek Panas Bumi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Anomali residual didapat dari proses


Berdasarkan peta kontur Complete pengukuran antara nilai Complete Bouguer
Bouguer Anomaly (CBA) terlihat persebaran Anomaly (CBA) dengan anomali regional.
titik-titik pengukuran pada daerah penelitian. Anomali residual merupakan respon dari
Titik pengukuran tersebuat mencakup objek bawah permukaan yang menunjukan
seluruh daerah penelitian. Respon nilai struktur pada kedalaman yang dangkal.
anomali gravitasi pada daerah penelitian Pada bagian utara hingga barat terlihat
berkisar 25,78 mGal sampai 46,56 mGal. pola anoali dengan liniasi dan kerapatan
kontur antara anomali rendah dan sedang
yang cukup tajam. Liniasi ini
menggambarkan seperti suatu struktur
kaldera yang melingkupi mata air panas
Sempiang dearah Gunung Kaba.

Gambar 4. Peta Kontur Complete Bouguer Anomaly


Peta anomali regional merupakan
respon dari objek bawah permukaan yang
menunjukkan struktur geologi yang dalam.
Berdasarkan peta anomali regional yang
ditujukan pada Gambar 5, bentuk kontur
kontur terlihat smooth karena disebabkan oleh Gambar 6. Peta Anomali Residual
densitas batuan regional yang relatif FHD dilakukan terhadap peta anomali
homogen. residual guna untuk memperjelas keberadaan
struktur patahan. Prinsip metode ini adalah
apabila pada peta lokasi penelitian
mengandung nilai FHD tinggi, maka dapat
diduga di bawah lokasi tersebut terdapat
struktur geologi berupa patahan (Zain, 2015).
Hasil interpretasi peta kontur kontur
anomali First Horizontal Derivative (FHD),
garis tebal berwarna putih merupakan
struktur geologi berupa patahan menurut
data gravitasi yang telah dianalisis.
Indentifikasi ini dilihat pada peta lokasi yang
memiliki nilai FHD tinggi.

Gambar 5. Peta Anomali Regional


Saputra, Verry.A, dkk Penentuan Struktur Geologi Bawah Permukaan Berdasarkan Analisis Derivatif 5
Pada Data Gravitasi Di Wilayah Prospek Panas Bumi

hitam. Struktur patahan dari data geologi


berada diperbatasan antara nilai anomali SVD
yang tinggi dan rendah. Jika tidak terdapat
kontras nilai anomali SVD, maka dapat
diiterpretasikan tidak terdapat struktur
patahan.
Nilai ini akan dibandingkan, apabila
nilai mutlak maksimum lebih besar daripada
nilai mutlak minimum, maka patahan yang
terdeteksi sebagai patahan turun. Jika nilai
mutlak maksimum lebih kecil daripada nilai
mutlak minimum maka terdeteksi sebagai
patahan naik.

Gambar 7. Peta Anomali FHD


Terdapat tiga struktur patahan menurut data
geologi yang disimbolkan dengan garis tebal
hitam pada lokasi KPH-01, KPH-02 dan KPH-
03. Informasi data keberadaan struktur
geologi berupa patahan yang terintegrasi
antara data geologi dan data gravitasi akan
diidentifikasi jenis struktur patahan dengan
Second Vertical Derivative (SVD).
SVD diperlukan untuk memastikan
adanya keberadaan struktur geologi berupa
patahan dan menidentifikasi jenis
patahannya.
Gambar 9. Kurva hasil slice peta kontur SVD
Berdasarkan data geologi, diketahui
bahwa tiga lokasi pada peta kontur anomali
SVD merupakan jenis patahan turun. Hasil ini
sesuai dengan teori dasar pada metode SVD
yang menyatakan bahwa resolusi SVD akan
lebih besar tiga kali lipat dibandingkan
resolusi anomali residualnya.
Pemodelan gravitasi difokuskan untuk
mengetahui struktur geologi bawah
permukaan dari dekat permukaan hingga
kedalaman, sehingga data yang digunakan
sebagai input pemodelan adalah nilai CBA
(Sugianto, 2015). Model awal dibuat berupa
blok dengan densitas awal 2,67 g/cm3 dimana
Gambar 8. Peta Anomali SVD
sumbu X dibagi menjadi 33 blok, sumbu Y
Keberadaan struktur geologi berupa menjadi 26 blok dan sumbu Z menjadi 5 blok,
patahan menurut peta kontur anomali SVD sehingga menghasilkan 4290 blok minor. Data
dapat diinterpretasikan berdasarkan data dari nilai CBA diinversikan terhadap model
geologi yang disimbolkan dengan garis tebal awal.
Saputra, Verry.A, dkk Penentuan Struktur Geologi Bawah Permukaan Berdasarkan Analisis Derivatif 6
Pada Data Gravitasi Di Wilayah Prospek Panas Bumi

Lapisan pertama Gambar 12 memiliki


distribusi densitas sebesar g/cm3
pada kedalaman 0 km hingga 1 km. Distribusi
densitas batuan pada lapisan ini
diinterpretasikan sebagai respon jenis batuan
piroklastik yaitu dasait dan andesit.

Gambar 10. Model awal pemodelan


Respon pemodelan gravitasi akan
menghasilkan kontur anomali measured,
difference, computed dan kurva matching. Hasil
pemodelan ditampilka dalam bentuk
penampang dan peta distribusi densitas.
Model 2D daerah Kepahiang berdasarkan Gambar 12. Model 2D dan 3D pada lapisan 1
hasil inversi dapat ditampilkan dalam arah X Lapisan kedua Gambar 13 memiliki
dan Y. Model 3D bawah permukaan daerah distribusi densitas sebesar g/cm3
Kepahiang dapat ditampilkan dalah arah X, Y pada kedalaman 1 km hingga 2 km. Distribusi
dan Z. Terdapat lima lapisan yang di buat densitas batuan pada lapisan ini
dalam penelitian ini dengan ketebalan diinterpretasikan sebagai respon jenis batuan
masing-masing lapisan adalah 1 km sehingga basalt dan andesit basaltis.
jumlah kedalaman dari lapisan pertama
sampai terakhir adalah 5 km.

Gambar 13. Model 2D dan 3D pada lapisan 2

Gambar 11. Respon pemodelan gravitasi


Saputra, Verry.A, dkk Penentuan Struktur Geologi Bawah Permukaan Berdasarkan Analisis Derivatif 7
Pada Data Gravitasi Di Wilayah Prospek Panas Bumi

Lapisan ketiga Gambar 14 memiliki Lapisan kelima Gambar 16 memiliki distribusi


distribusi densitas sebesar g/cm3 densitas sebesar g/cm3 pada kedalaman 4
pada kedalaman 2 km hingga 3 km. Distribusi km hingga 5 km. Distribusi densitas batuan pada
densitas batuan pada lapisan ini lapisan ini diinterpretasikan sebagai respon jenis batuan
diinterpretasikan sebagai respon jenis batuan
piroklastik yang telah mengalami pelapukan dari tingkat
basalt dan andesit yang didominasi oleh
lemah sampai kuat akibat naiklnya larutan hidrotermal
batuan piroklastik yang telah mengalami
pelapukan lemah hingga sedang. dan terjadi liniasi densitas yang tinggi. Maka liniasi ini
menggambarkan struktur geologi berupa patahan aktif
Sumatera serta terdapat manifestasi berupa anir panas
Sempiang dan Babakan Bogor.

Gambar 14. Model 2D dan 3D pada lapisan 3


Lapisan keempat Gambar 15 memiliki
distribusi densitas sebesar g/cm3
pada kedalaman 3 km hingga 4 km. Distribusi
densitas batuan pada lapisan ini
Gambar 16. Model 2D dan 3D pada lapisan 5
diinterpretasikan sebagai respon jenis batuan
Hasil pemodelan gravitasi 3D daerah penelitian
lava tua, batuan piroklastik yang telah
mengalami pelapukan akibat naiknya larutan dari seluruh lapisan Gambar 17 memperlihatkan
hidrotermal dan diapit dengan batuan batuan dengan densitas rendah tersebar di antara
andesit, basalt yang masih kompak . densitas tinggi dan sedang, densitas tinggi tersebar di
bagian bawah. Di sekitar gunung kuba batuan dengan
densitas tinggi terlihat hingga ke permukaan yang
diperkirakan berasosiasi dengan batuan dasit dan
andesit. Densitas rendah yang berada di sekitar mata air
panas Sempiang dan Babakan Bogor diperkirakan
berasosiasi dengan zona patahan yang menyebabkan
densitas batuan menjadi lebih rendah dan
memungkinkan batuan menjadi permeable. Zona
tersebut sangat memungkinkan menjadi zona reservoir
panas bumi.

Gambar 15. Model 2D dan 3D pada lapisan 4


Saputra, Verry.A, dkk Penentuan Struktur Geologi Bawah Permukaan Berdasarkan Analisis Derivatif 8
Pada Data Gravitasi Di Wilayah Prospek Panas Bumi

Reynolds, J. (1997). An Introduction to Applied


and Environmental Geophysic.
Chichester: John Wiley dan Sons.
Sarkowi, M. (2011). Metode Eksplorasi
Gayaberat. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Tulak, N. (2011). Pemodelan Struktur Bawah
Permukaan Daerah Yapen dan
Mamberamo. Tesis. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Telford, W., Geldart, L., & Sheriff, R. (1990).
Applied Geophysics Second Edition.
Gambar 17. Model 3D seluruh lapisan
Cambridge: Cambridge University
IV. DAFTAR PUSTAKA Press.
Apriani, M. (2017). Estimasi Ketebalan Torkis, R. (2012). Analisa dan Pemodelan
Sedimen Dengan Analisis Power Struktur Bawah Permukaan Berdasarkan
Spectral Pada Data Anomali Metode Gayaberat di Daerah Prospek
Gayaberat. BMKG, 65-74. Panas Bumi Gunung Lawu. Depok:
Aufia, Y.F., Karyanto, & Rustadi. (2019). Universitas Indonesia.
Pendugaan Patahan “Y” Beerdasarkan Zain, M. A., Rozi, M. F, & Septikasari, A.
Anomali Gayaberat Dengan Analisis (2015). Studi Penerapan Metode
Derivative. Jurnal Geofisika Eksplorasi, Analisis Derivatif Pada Data Potensial
75-88. Gravitasi. SNF-UNJ. 65-70.
Blakely, R. (1995). Potential Theory in Gravity
and Magnetic Application. Cambridge:
Cambridge University Press.
Grandis, H. (2009). Pengantar Pemodelan Inversi
Geofisika. Jakarta: HAGI.
Longman, I. (1959). Formulas for Computing
the Tidal Accelerations due to the Sun.
Journal of Geophysical Research, 64: 2351-
2355.
Musset, A. E., & Kham, M. A. (2000). Looking
Into The Earth. Cambridge: Cambridge
University Press.

Anda mungkin juga menyukai