Anda di halaman 1dari 20

KORELASI LOG SUMUR (WELL LOG)

(Laporan Praktikum Seismik Stratigrafi)

Oleh:
Bagus Tri Cahyo
1715051041

LABORATORIUM TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
Judul Percobaan : Korelasi Log Sumur (Well Log)

Tanggal Percobaan : 13 Maret 2020

Tempat Percobaan : Laboratorium Teknik Geofisika

Nama : Bagus Tri Cahyo

NPM : 1715051041

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Geofisika

Kelompok : 3 ( Tiga )

Bandar Lampung, 19 Maret 2020

Mengetahui,
Asisten,

Clara Armiliany
NPM. 1615051046

i
KORELASI LOG SUMUR (WELL LOG)

Oleh
Bagus Tri Cahyo

ABSTRAK

Proses pengendapan menghasilkan adanya retrogradasi, progradasi dan agradasi.


Regresi adalah kondisi dimana laut yang semakin menyempit karena adalanya
akumulasi endapan. Retrogradasi yaitu perkembangan pola pengendapan yang
mundur mengisi tempat akomodasi yang ada diatas pengendapan yang sudah ada
sebelumnya dan terjadi back stapping. Progradasi yaitu perkembangan pola
pengendapan yang maju mengisi tempat akomodasi yang berada di depannya.
Agradasi, perkembangan pola yang tetap dimana volume pasokan sedimen
(supply sediment) seimbang. Korelasi merupakan penghubungan antara unit yang
sama dengan menghubungkan satuan-satuan stratigrafi dengan kesamaan waktu,
dimana korelasi dilakukan untuk mengetahui sebaran reservoar dan lokasi yang
cocok untuk dilakukan pengeboran atau eksplorasi seismik ataupun well log.
Adapun 3 prinsip korelasi yaitu litokorelasi, biokorelasi, dan kronokorelasi,
sedangkan pola log Gamma Ray ada lima yaitu, boxcar, funnel, bell, symmetric,
dan irregular. Masing-masing pola log gamma ray.

Kata kunci: Retrogradasi, Progradasi, Agradasi Dan Korelasi

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Diagram Alir.........................................................................................6

iv
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i

ABSTRAK..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI …………....…………………………………………....................iii

DAFTAR GAMBAR …………....…………………………………....................iv

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………......1
B. Tujuan Praktikum ………………………………………………...…...1

II. TEORI DASAR

III.METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan ………………………………...………………….…..5
B. Prosedur praktikum ………………………………...………………....5
C. Diagram Alir…………………………………………………………..5

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Data Pengamatan.………...………………………………...……….…6
B. Pembahasan ………………………………………………...………....6

V. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi. Untuk melakukan interpretasi sebuah data seismik,
perlu melakukan beberapa tahapan yang harus dilakukan. Dasarnya seismik
stratigrafi adalah penafsiran dari data seismik. Karakter unik dari rekaman
seismik refleksi memungkinkan dilakukannya penerapan langsung konsep
geologi berdasarkan kenampakan fisik stratigrafi dari rekaman tersebut.
Refleksi primer gelombang seismic terjadi akibat perbedaan impedansi
akuistik permukaan batuan yang umurnya beruapa permukaan lapisan atau
bidang ketidakselarasan.

Dalam seismik stratigrafi terdapat proses korelasi. Korelasi adalah


penghubungan titik-titik kesamaan waktu atau penghubugan satuan-satuan
stratigrafi dengan mempertimbangkan waktu. Korelasi yang dimaksud dalam
percobaan ini adalah melakukan korrelasi dengan dua data sumur atau lebih
dan juga dari pengukuran dua metode, yaitu metode well log dengan seismik,
dimana dilakukan korelasi ini adalah agar kedua data tersebut dapat lebih
mengoptimakan ke-akuratan proses interpretasi nantinya. Hal yang perlu
diingat adalah seismik merupakan fungsi dari waktu, sedangkan well log
merupakan fungsi dari kedalaman sehingga dibutuhkan korelasi agar dapat
melihat sebaran lapisan dan struktur geologi yang mendeformasi lapisan
tersebut.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Praktikan mampu memahami konsep korelasi data log.
2. Praktikan mampu memahami konsep korelasi lapisan reservoir.
II. TEORI DASAR

Unconformity merupakan suatu jeda pengendapan (hiatus) yangterjadi pada


kondisi diatas muka air laut (Sub-aerial) yang biasanya ditunjukan oleh
perubahan drastis dari fining upward menjadi coarsening upward atau sebaliknya,
sebagian ahli menyamakan antara sequence boundary dengan unconformity,
sedangkan pengertian sequence boundary sendiri merupakan batas atas dan bawah
satuan sikuen stratigrafi yang berupa bidang ketidakselarasan atau bidang-bidang
keselarasan padanannya (Armentrout, 1991).

Korelasi ialah penghubungan titik-titik kesamaan waktu atau penghubungan


satuan-satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan waktu. Tahap awal
dalam melakukan korelasi suatu unit stratigrafi terlebih dahulu kita harus
menyamakan datum yang akan dipakai (Di- flatten pada satu datum), datum yang
dipakai harus sama antara satu sumur dengan sumur lainnya supaya sumur dapat
dikorelasikan. Datum merupakan suatu kesamaan data yang dimiliki oleh semua
sumur yang akan dikorelasikan, datum tersebut dapat berupa kedalaman (depth)
lapisan maupun kesamaan waktu geologi yang dikontrol oleh dinamika muka air
laut (principal of stratigraphic sequence) dalam hal ini yang biasa dipakai adalah
Maximum Flooding Surface (MFS), Unconformity (UC)/Sequence Boundary (SB).
pengertian sequence boundary sendiri merupakan batas atas dan bawah satuan
sikuen stratigrafi yang berupa bidang ketidakselarasan atau bidang keselarasan
padanannya. Maximum flooding surface dapat teridentifikasi oleh adanya
maximum landward onlap dari lapisan marine pada batas basin dan kenaikan
maksimum secara relatif dari sea level. MFS biasanya ditunjukan oleh adanya
akumulasi shale yang melimpah yang merupakan amplitude dari log pada daerah
shale (High gamma ray), akan tetapi pada kondisi litologi berupa batugamping
terumbu (Reef Carbonate). MFS biasanya ditandai oleh pertumbuhan gamping
yang optimal pada saat genang laut sehingga datum yang dipakai yaitu pada
zonareservoir (low gamma ray) yaitu kondisi dimana log gamma ray menunjukan
akumulasi batugamping yang sangat melimpah (Mastoadji, 1996).

Log adalah suatu terminologi yang secara original mengacu pada hubungan nilai
dengan kedalaman, yang diambil dari pengamatan kembali (mudlog). Sekarang itu
3

diambil sebagai suatu pernyataan untuk semua pengukuran kedalam lubang


sumur. Tahap awal dalam melakukan korelasi suatu unit stratigrafi terlebih dahulu
kita harus menyamakan datum yang akan dipakai (Di-flatten pada satu datum),
datum yang dipakai harus sama antara satu sumur dengan sumur lainnya supaya
sumur dapat dikorelasikan. Datum merupakan suatu kesamaan data yang dimiliki
oleh semua sumur yang akan dikorelasikan, datum tersebut dapat berupa
kedalaman (depth) lapisan maupun kesamaan waktu geologi yang dikontrol oleh
dinamika muka air laut (principal of stratigraphic sequence) dalam hal ini yang
biasa dipakai adalah Maximum Flooding Surface (MFS), Unconformity (UC) /
Sequence Boundary (SB). Maximum flooding surface dapat teridentifikasi oleh
adanya maximum landward onlap dari lapisan marine pada batas basin dan
kenaikan maksimum secara relatif dari sea level, MFS biasanya ditunjukan oleh
adanya akumulasi shale yang melimpah yang merupakan amplitude dari log pada
daerah shale (High gamma ray), akan tetapi pada kondisi litologi berupa
batugamping terumbu (Reef Carbonate) MFS biasanya ditandai oleh pertumbuhan
gamping yang optimal pada saat genang laut sehingga datum yang dipakai yaitu
pada zona reservoir (low gamma ray) yaitu kondisi dimana log gamma ray
menunjukan akumulasi batugamping yang sangat melimpah (Wijaya, 2006).

Posisi sumur eksplorasi ditentukan berdasarkan informasi struktur geologi saja.


Tetapi pada kenyataannya struktur geologi yang dianggap dapat mengandung
hidrokarbon belum tentu mengandung hidrokarbon yang ekonomis. Maka
diperlukan suatu ide baru untuk mengidentifikasi keberadaan reservoir
hidrokarbon tersebut, sehingga kesalahan dalam penentuan posisi sumur bor dapat
diminimalkan. Data utama yang dipakai pada tahapan eksplorasi maupun
pengembangan lapangan migas adalah data log dan data seismik. Data seismik
memiliki resolusi horizontal yang baik dengan resolusi vertikal yang kurang baik.
Sementara data log memiliki resolusi vertikal yang sangat baik namun resolusi
horisontalnya buruk. Integrasi dari kedua data tersebut dapat memberikan
interpretasi bawah permukaan yang lebih baik (Abdullah dan Sukmono, 2001).

Konsep geologi dapat diterapkan secara langsung pada refleksi seismik, karena
refleksi seismik terjadi akibat adanya perbedaan impendansi akustik dari
permukaan batuan yang merupakan permukaan lapisan dan atau bidang
ketidakselarasan (bidang diskontinuitas). Bidang permukaan lapisan tersebut
mewakili suatu hiatus kecil atau suatu ruang waktu minimal, sehingga untuk
keperluan praktis dapat dianggap sebagai permukaan waktu/isokron. Dalam hal
ini horison seismik dianggap pula sebagai bidang permukaan lapisan, dengan
demikian penarikan horison seismik pada penampang seismik adalah merupakan
bidang kesamaan waktu (Koesoemadinata,1980).
3
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan bahan


Adapun alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut :
1. Alat Tulis
2. Software IP/PETREL
3. Data .LAS

B. Prosedur Praktikum
Adapun prosedur dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Membuka software Petrel 2009/2015.
2. Melakukan import data .las pada software Petrel.
3. Atur koordinat dan elevasi, kemudian klik ‘new well section’ dan atur
range nilai Log Gamma Ray 0-150 API.
4. Identifikasikan setiap sumur dengan Pola Log Gamma Ray.

C. Diagram Alir
Adapun diagram alir dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

Mulai

Petrel 2009/2015

Impor Data. Las

Koordinat dan elevasi

Interpretasi Log

Selesai
Gambar 1. Diagram Alir
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan
Adapun data pengamatan pada praktikum terdapat dilampiran.

B. Pembahasan
Praktikum Seismik Stratigrafi dilakukan dilaboratorium Teknik Geofisika
Universitas Lampung pada tanggal 13 Maret 2020. Praktikum ini membahas
tentang sistem Korelasi Log Sumur (Well Log). Proses pengendapan terdapat
istilah mengenai transgresi serta regresi yang sangat berpengaruh dalam
proses pengendapan. Dimana transgresi adalah suatu kondisi laut dimana
terbentuk karena naiknya permukaan air laut sehingga mengakibatkan daratan
tergenang ini terjadi karena beberapa sebab seperti pasokan sedimen (sedimen
supply) lebih kecil daripada tempat akomodasi, perubahan global dan relative
sea level, sedangkan regresi adalah kondisi dimana laut yang semakin
menyempit karena adalanya akumulasi endapan. material dari sungai yang
bermuara ke sana, dan terjadi perubahan garis pantai yang menuju ke arah
lautan. Hal ini terjadi karena beberapa sebab seperti pasokan sedimen lebih
besar dari tempat akomodasi perubahan global dan relative sea level.

Adapun hasil dari proses tersebut yaitu adanya retrogradasi, progradasi dan
agradasi. Retrogradasi yaitu perkembangan pola pengendapan yang mundur
mengisi tempat akomodasi yang ada diatas pengendapan yang sudah ada
sebelumnya dan terjadi back stapping. Pola pengendapan mundur ini salah
satunya disebabkan oleh naiknya muka air atau garis pantai menuju ke arah
darat identik dengan transgresi. Progradasi yaitu perkembangan pola
pengendapan yang maju mengisi tempat akomodasi yang berada di depannya.
Pola pengendapan maju ini salah satunya disebabkan oleh turunnya muka air
atau garis pantai menuju ke arah laut identik dengan regresi. Hal ini terjadi
dimana pasokan sedimen (supply sediment) lebih besar dibandingkan dengan
tempat akomodasi (accommodation space). Agradasi, perkembangan pola
yang tetap dimana volume pasokan sedimen (supply sediment) seimbang
7

dengan tempat akomodasi (accommodation space) (keseimbangan antara


sediment supply dan kenaikan muka air laut).

Korelasi data log berupa Gamma Ray, NPHI dan RHOB. Berdasarkan
interpretasi log analisis fasies dilakukan untuk mengetahui lingkungan
pengendapan saat reservoar diendapkan. Selain itu tumpang tindih(overlay)
profil litologi dan penampang impedansi akustik juga digunakan untuk
mengetahui penyebaran litologi reservoir.

Pada tugas yang terlampir pada pada lampiran dilakuakan dengan


menginterpretasi menggunakan acuan pada sumur ke-2. Kemudian pada
kedalaman 530- 560m diidentifikasikan sebagai lapisan yang memiliki nilai
Gamma Ray sebesar 10-16 API yang menandakan bahwa lapisan tersebut
merupakan lapisan dengan Pola Log yaitu Funnel dan pada zona tersebut
memiliki litologi sandstone (gamma ray rendah) sehingga memiliki kondisi
yang kasar ke atas, dan merupakan hasil dari proses propragradasi. Dan juga
pada kedalaman 810- 850 m memiliki nilai log Gamma Ray sebesar 15-20
API yang dapat diindikasikan sebagai lapsan sandstone (gamma ray rendah)
dengan pola log Gamma Ray yaitu Boxcar dengan dapat ditemukan pada pasir
pantai yang cenderung memeiliki nilai mma ray yang kecil. kemudian pada
kedalaman 1150-1200 m diperkirakan sebagai lapisan yang memiliki pola log
GR symmetric dengan bentuk yang simetrik dan memiliki nilai log GR 70
API. Kemudian pada kedalaman 2048-2079 m memiliki pola log gamma ray
yaitu Bell dengan nilai log gamma Ray 42-48 API, zona tersebut
diindikasikan sebagai zona dengan litilogi sandstone dengan kondisi yang
halus ke atas karena nilai tersebut besar ke atas. Dan terakhir pada kedalaman
2120-2150 m dapat diindikasikan sebagai zona yang memiliki pola log
gamma ray yaitu boxcar dengan nilai gamma ray sebesar 41-48 API. Litologi
pada zona tersebut diindikasikan litologi standstone (gamma ray rendah).

TVD (True Vertical Depth) adalah kedalaman sumur bor secara vertikal dari
permukaan tanah sampai ke TD (Terminal Depth). MD (Measured Depth)
adalah kedalaman sumur bor secara keseluruhan dihitung dari permukaan
tanah. Pada kasus sumur bor vertikal, MD akan sama dengan TVD. MD
tentunya akan sama dengan TD. TVD dan MD digunakan untuk kasus sumur
bor di darat. TVDSS (True Vertikal Depth Sub Sea) sama seperti kasus TVD
diatas hanya saja dihitung dari muka air laut (MSL = Mean Sea Level).
TVDBML (True Vertical Depth Below Mud Line) adalah TVD yang dihitung
dari Sea Floor (ML=Mud Line) MDSS (Measured Depth Sub Sea) sama
seperti definisi MD diatas hanya saja dihitung dari MSL. MDBML (Measured
Depth Below Mud Line) adalah MD dihitung dari ML.
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Korelasi dilakukan dengan cara menghubungan suatu unit yang sama dengan
satuan-satuan stratigrafi dan mempertimbangkan kesamaan waktu, korelasi
terdapat 3 prinsip yaitu litokoelasi, biokorelasi, dan kronokorelasi.
2. Berdasarkan interpretasi Korelasi data log analisis fasies dilakukan untuk
mengetahui lingkungan pengendapan saat reservoar diendapkan dan tumpang
tindih (overlay) profil litologi serta penampang impedansi akustik juga
digunakan untuk mengetahui penyebaran litologi reservoir.
3. Litologi batuan yang mendominasi adalah sandstone pada setiap sumur.
4. Pada kedalaman 530- 560m diidentifikasikan lapisan dengan Pola Log Funnel,
dan pada kedalaman 810- 850 m diidentifikasikan pola log GR, kemudian pada
kedalaman 1150-1200 m diperkirakan sebagai lapisan yang memiliki pola log
GR symmetric, lalu pada kedalaman 2048-2079 m memiliki pola log gamma ray
yaitu Bell, dan terakhir pada kedalaman 2120-2150 m dapat diindikasikan
sebagai zona yang memiliki pola log GR yaitu boxcar.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A., dan Sukmono, S. (2001). Karakterisasi Reservoar Seismik,


Departemen Teknik Geofisika ITB, Bandung.

Armentrout, J.M. dan S.H. Gabay, J.E. Damuth. 1991. Methodology for Seismic.
Stratigraphic Analysis. Texas.

Cant, D.J. 1992. Subsurface facies analysis in facies models: Response to Sea
level Change. Geological Association of Canada, p. 195-218.

Koesoemadinata, R. Prayatna (1980), Geologi minyak dan gas bumi, Penerbit


ITB, Bandung.

Mastoadji, E.K. 2007. Basic Well Log Interpretation. Handout of AAPG SC


UNDIP Course.

Wijaya, H. 2006. KORELASI WELL LOG. Department of Geology: Diponegoro


University. Semarang.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

KOLERASI LOG DENGAN 3 SUMUR BERDASARKAN KEDALAMAN

Gambar 1. Korelasi Log

Gambar 2. Korelasi Log


Gambar 3. Korelasi Log

Anda mungkin juga menyukai