Anda di halaman 1dari 3

IV.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan

Adapun data pengamatan dari praktikum analisis system tract dan lingkungan
pengendapan terlampir pada lampiran.

B. Pembahasan

Studi tentang stratigrafi dan fasies pengendapan yang diinterpretasikan dari


seismik data merupakan Seismik Stratigrafi. Dengan melakukan analisis
stratigrafi seismik tersebut memungkinkan diprediksi penyebaran batuan yang
ada di bawah permukaan secara lebih rinci. System tracts merupakan unit
stratigrafi genetis yang menggabungkan strata yang terdeposisi dalam suatu
sistem sedimen dispersal yang serempak. Sistem sedimen dispersal
merupakan sistem yang menggambarkan bagaimana sedimen terdistribusi
dalam basin berada dalam kondisi stabil selama proses sedimentasi
beralngsung. Sistem tracts dibatasi oleh stacking pattern yang spesifik,
berkaitan erat dengan perubahan garis pantai, dan respon sedimen akibat
interaksi antara suplai sedimen, fisiografi, energi pengendapan, dan
perubahan accomodation space. System tract dibagi menjadi 4 yaitu
Highstand System Tract (HST), Lowstand System Tract (LST), Transgrassive
System Tract (TST) dan Shelf Margin System Tract (SMST). HST terjadi pada
saat muka air laut berada pada titik maksimum, dimana pada waktu tersebut
akan aka lebih banyak sedimen yang terendapkan. LST terjadi pada saat muka
air laut berada pada level minimum, pada waktu itu juga hanya terdapat
sedikit sedimen yang terendapkan. SMST sendiri terbentuk di lingkungan
dekat daratan diatas permukaan titik mal, yang mana merupakan hasil
pengendapan dari material sedimen yang dibawa saat muka air laut berada
pada titik maksimum dan melewati bagian daratan. TST sendiri terjadi pada
kurun waktu saat HST menuju LST yang merupakan respon dari
6

berkurangnya suplai sedimen. Setelah itu akan terbentuk Highstand System


Tract. Saat muka air laut mulai turun, akan terjadi Shelf Margin System Tract.

System tracts terbagi menjadi empat yaitu low stand (sedimen terdeposisi
pada kondisi surut laut hingga awal genang laut mulai terjadi), transgressive
(sedimen terdeposisi saat proses genang laut terjadi), high stand (sedimen
terdeposisi pada kondisi genang laut), dan shelf-margin systems tracts
(sedimen terdeposisi saat terjadi proses surut laut) System tracts tersebut
didefinisikan berdasarkan fluktuasi eustasi. Saat faktor tektonika
dipertimbangkan bersama dengan faktor fluktuasi eustasi (dua faktor tersebut
mencerminkan perubahan relatif muka air laut), system tracts didefinisikan
menjadi dua tipe yaitu tipe 1 dan tipe 2. Tipe 1 menunjukkan sekuen yang
tersusun oleh lowstand-transgressive-highstand sedangkan tipe 2
menunjukkan sekuen yang tersusun oleh kombinasi shelf-margin-
transgressive-highstand. Tipe 1 terbentuk saat kecepatan surut laut >
kecepatan subsidensi pada tepi paparan (shelf edge). Tipe 2 terbentuk saat
kecepatan surut laut < kecepatan subsidensi pada tepi paparan (shelf edge).

Gambar 3. Tipe Pembentukan System Tract

Ada beberapa jenis lingkungan pengendapan sedimen. Terdapat perbedaan


fisik dari pengendapan yang terjadi dimana jika adanya jarak lingkungan
pengendapan dengan sedimennya materialnya maka akan butirnya
sediemnnya akan semakin halus. Tiap lingkungan pengendapan memiliki
karakteristik tersendiri, baik itu berkaitan dengan parameter fisika, kimia dan
juga biologi yang nantinya akan menentukan karakteristik tekstur khusus,
struktur dan sifat komposisi masing-masing sedimen yang terbentuk. Pada
daerah dengan topografi yang tinggi menuju ke daerah dengan topografi
rendah biasanya terjadi pengendapan biasanya akan terjadi dari atau dari
daerah fluvial menuju daerah aluvial. angin air dan gletser yang dapat
7

menjadi agen pengendapan yaitu. Dalam hal ini yang menjadi agen utama
pengendapannya yaitu sungai yang membawa material sedimen yang
nantinya akan diendapkan.

Proses pembentukan delta adalah akibat akumulasi dari sedimen fluvial


(sungai) pada “lacustrine” atau “marine coastline”. Delta merupakan sebuah
lingkungan yang sangat komplek dimana beberapa faktor utama mengontrol
proses distribusi sedimen dan morfologi delta, faktor-faktor tersebut adalah
regime sungai, pasang surut (tide), gelombang, iklim, kedalaman air dan
subsiden. Untuk membentuk sebuah delta, sungai harus mensuplai sedimen
secara cukup untuk membentuk akumulasi aktif, dalam hal ini prograding
system. Secara sederhana ini berarti bahwa jumlah sedimen yang diendapkan
harus lebih banyak dibandingkan dengan sedimen yang terkena dampak
gelombang dan pasang surut. Dalam beberapa kasus, pengendapan sedimen
fluvial ini banyak berubah karena faktor diatas, sehingga banyak ditemukan
variasi karakteristik pengendapan sedimennya, meliputi distributary channels,
river-mouth bars, interdistributary bays, tidal flat, tidal ridges, beaches, eolian
dunes, swamps, marshes dan evavorites flats. Ketika sebuah sungai memasuki
laut dan terjadi penurunan kecepatan secara drastis, yang diakibatkan
bertemunya arus sungai dengan gelombang, maka endapan-endapan yang
dibawanya akan terendapkan secara cepat dan terbentuklah sebuah delta.
Deposit (endapan) pada delta purba telah diteliti dalam urutan umur
stratigrafi, dan sedimen yang ada di delta sangat penting dalam pencarian
minyak, gas, batubara dan uranium. Delta - delta modern saat ini berada pada
semua kontinen kecuali Antartica. Bentuk delta yang besar diakibatkan oleh
sistem drainase yang aktif dengan kandungan sedimen yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai