Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 2 Nomor 1, Februari 2019 E-ISSN 2645-5176

Geofisika FMIPA UNMUL

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN


METODE GPR (GROUND PENETRATING RADAR) DI
AMBLESAN JALAN RING ROAD II KOTA SAMARINDA

Ari Anggono Putro1, Supriyanto1,2,*, Aditya Rinaldi1,3


1Program
Studi Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Mulawarman
2Laboratorium
Geofisika, Fakultas MIPA, Universitas Mulawarman
3Laboraturium Elektronika dan Instrumentasi, Fakultas Mipa, Universitas Mulawarman

*Corresponding Author: arieanggono5@gmail.com

ABSTRACT
This research has been conducted using the Ground Penetrating Radar method to
interpretation subsurface conditions that have the potential to become Subsidence on Jalan
Ring Road II Samarinda. East Kalimantan, Ground Penetrating Radar Method is a
geophysical method that utilizes the propagation of electromagnetic waves to identify
subsurface structures, where the recorded penetration of depth and amplitude is affected by
the dielectric properties of a material. This study uses an antenna with a frequency of 100
MHz. Based on the interpretation of radar data the potential for a subsidence to occur on
track 1 and track 2, in this layer explains that there is a weak field that occurs due to
infiltration where the entry of water flow into the soil through the surface of the ground and
the condition of the road is steep so that water easily enters the area that has experienced
subsidence due to fractures. On lines 3 and 4 there are several different amplitude intervals
that are marked by changes in color on radar data which results in factors of material
heterogeneity or water content in the layer.

Keywords: Subsidence, Ground Penetrating Radar, Infiltration, Amplitude

1. PENDAHULUAN harus memiliki struktur tanah yang kuat


Adanya pembangunan jalan di suatu dan dapat menahan beban yang
wilayah merupakan peranan yang sangat melewatinya serta melakukan uji
penting untuk kemajuan antar wilayah. kepadatan tanah dengan tes kepadatan.
Karena masyarakat akan mendapatkan Kalimantan Timur merupakan suatu
keuntungan dalam pembangunan jalan provinsi yang memiliki banyak jalan
tersebut yaitu diantaranya untuk sarana seperti Samarinda, Bontang, dan
transportasi darat untuk berbagai Balikpapan. Jalan-jalan yang terdapat di
keperluan, sebagai penghubung antara ketiga wilayah tersebut banyak yang
jalan ke jalan yang lain dan memprihatinkan karena kondisi jalan
memudahkan segala aktivitas menjadi yang sudah banyak rusak dan kondisinya
lebih efektif dan dan efisien. mengkhawatirkan seperti jalan yang
Melihat fungsi sebuah jalan maka berlubang, jalan yang longsor, dan jalan
dapat dilihat bahwa sebuah jalan harus yang mengalami amblesan (subsidence).
memiliki daya topang yang sangat kuat Melihat adanya kondisi yang dapat
karena banyak yang akan melintasi jalan menyebabkan bencana yang akan terjadi
tersebut seperti kendaraan-kendaraan nantinya perlu dilakukan penelitian
yang sangat besar, sehingga sebuah jalan terhadap kondisi jalan tersebut mengenai

1
Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 2 Nomor 1, Februari 2019 E-ISSN 2645-5176
Geofisika FMIPA UNMUL

kondisi bawah permukaan jalan yang lingkungan. Sistem GPR terdiri atas
mengalami amblesan (subsidence) pengirim (transmitter), yaitu antena
tersebut untuk mencegah terjadinya yang terhubung ke sumber pulsa
bencana. (generator pulsa) dengan adanya
Salah satu dampak yang mengalami pengaturan timing circuit, dan bagian
amblesan (subsidence) di Samarinda penerima (receiver), yaitu antena yang
yaitu contohnya amblesnya 5 rumah di terhubung ke LNA dan ADC yang
Kompleks Perumahan Talang Sari PGRI kemudian terhubung ke unit
1, Blok DE, RT 6, Kelurahan Tanah pengolahan (data processing) serta
Merah, Samarinda, Kalimantan Timur, display sebagai tampilan outputnya
rusak akibat longsor. Akibat peristiwa (Bahri S. Ayi, 2009).
itu kata Hardi, seorang warga yang
bernama Rifai (50), terluka karena
terjatuh dari atap rumah saat
membongkar salah satu rumah yang
rusak.
Melihat kondisi bencana yang terjadi di
suatu jalan dan potensi bahaya yang biasa
menimbulkan korban, maka diperlukan
melakukan sebuah penelitian ini untuk
memfokuskan identifiasi kondisi bawah
Gambar 1 Sistem GPR
permukaan dengan menggunakan metode
(Bahri S. Ayi, 2009).
geofisika (Ground Penetrating Radar) di
amblesan (subsidence) jalan yang di teliti Prinsip kerja alat GPR yaitu dengan
untuk melihat potensi terjadinya bencana mentransmisikan gelombang radar
pada jalan yang mengalami amblesan di (Radio Detection and Ranging) ke dalam
lokasi penelitian. medium target dan selanjutnya
gelombang tersebut dipantulkan kembali
2. TEORI ke permukaan dan diterima oleh alat
Ground Penetrating Radar (GPR) penerima radar (receiver), dari hasil
biasa disebut georadar. Georadar berasal refleksi itulah barbagai macam objek
dari dua kata yaitu geo yang berarti bumi dapat terdeteksi dan terekam dalam
dan radar singkatan dari radio detection radargram. Mekanisme kerja GPR dan
and ranging. Jadi, arti harfiahnya contoh rekaman radargram (Reynolds, J.
adalah alat pelacak bumi A, 1997).
menggunakan gelombang radio. Ground
Penetrating Radar (GPR) merupakan
teknik eksplorasi geofisika yang
menggunakan gelombang
elektromagnetik, bersifat non-destruktif
dan mempunyai resolusi yang tinggi
terhadap kontras dielektrik material
dan formasi geologi yang relatif
dangkal. Prinsip dasar metode ini tidak
jauh berbeda dengan metoda seismik
refleksi yang telah berkembang luas
penggunaannya di berbagai bidang Gambar 2 Prinsip Kerja Ground
seperti: konstruksi dan rekayasa, Penetrating Radar (Jol. H. M., 2009).
pencarian benda-benda arkeologi, .
untuk melihat kondisi geologi Untuk mendeteksi suatu objek
bawah permukaan dan masalah diperlukan perbedaan parameter
kelistrikan dari medium yang dilewati

2
Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 2 Nomor 1, Februari 2019 E-ISSN 2645-5176
Geofisika FMIPA UNMUL

gelombang radar. Perbedaan parameter


kelistrikan itu antara lain permitivitas (4)
listrik, konduktivitas dan
permeabilitasmagnetik. Sifat Dengan:
elektromagnetik suatu material E = kuat medan listrik (volt/meter)
bergantung pada komposisi dan B = induksi magnet (weber/meter2)
kandungan air didalamnya, dimana D = pergeseran medan listrik
keduanya merupakan pengaruh utama (coulomb/meter2)
pada perambatan kecepatan gelombang H = kuat medan magnet (ampere/meter)
radar dan atenuasi gelombang q = rapat muatan listrik
elektromagnetik dalam material. (coloumb/meter2)
(Reynolds, 1997) menyatakan bahwa J = rapat arus (ampere/meter2)
kecepatan gelombang radar dalam suatu Persamaan gelombang elektromagnetik
medium tergantung pada kecepatan yang memalui medium ditentukan oleh
cahaya dalam ruang hampa (c = 0.3 tiga sifat material yaitu permivitas listrik
m/ns), konstanta dielektrik relatif (  ), permeabilitas magnet (  ), dan
medium (εr) dan permeabilitas magnetic konduktivitas listrik (  ) (Supriyanto,
relatif (μr) (Reynolds, J. A, 1997). 2007).
Gelombang elektromagnetik Tabel 1 Konstanta Dielektrik Relatif dan
mempunyai prinsip dasar dari persamaan Cepat Rambat Gelombang
Maxwell. Persamaan Maxwell terdiri Elektromagnetik untuk Mater al Geologi
atas empat persamaan medan. Setiap (Reynolds, J. A, 1997).
persamaan dapat dipandang sebagai Material (tak bersataun) V (m/μs)

Udara 1 300
hubungan antara medan dengan Air (bersih & laut) 81 33

distribusi sumber (muatan atau arus) Salju (kutub)


Es Kutub
1,4_3
3,3_15
195_252
168

yang bersangkutan. Persamaan Maxwell Es Hangat


Es Murni
3,2
3,2
167
167

I, persamaan yang menyatakan bahwa Danau Beku


Laut Beku
4
2,5_8
150
78_157

medan listrik dihasilkan dari perubahan Petramafros 18 106300


Pasir Pantai 10 95
medan induksi magnet: Pasir Kering 3_6 120_170
Pasir Basah 25_30 55_60
(1) Lanau Basah 10 95
Lempung Basah 8_15 86_110

Lempung Kering 3 173

Persamaan Maxwell II, persamaan yang Rawa


Dataran Algrokultur
12
15
86
77

menyatakan bahwa medan magnet Dataran Kapastoran 13 83

Rata – Rata Lahan 16 75


dihasilkan dari aliran arus listrik : Granit 5_8 106_120
Batu Gamping 7_8 100_113

(2) i
Material (tak bersataun) V (m/μs)

Dolomit 6,8_8 106_115


Basalt Basah 8 106

Persamaan Maxwell III, persamaan yang Serpih Basah 7 113

menyatakan berlakunya sifat loop Batu Pasir Basah


Batubara 4_5
6 112
134_150

tertutup perpindahan listrik pada suatu Kwarsa 4,3 145


Beton 6_30 55_112
rapat muatan listrik : Aspal 3_5 134_173

PVC, Expoxy, Polyster 3 173

(3)
Peristiwa amblesan tanah tersebut
Persamaan Maxwell IV, persamaan yang turut dipercepat dengan penurunan muka
menyatakan berlakunya sifat loop tanah oleh factor kompaksi/konsolidasi
tertutup untuk flux magnet jika tidak batuan, penurunan muka airtanah dan
terdapat arus magnet bebas : pengurugan lahan. Karakter lingkungan
keteknikan lahan dan ketidakhomogenan

3
Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 2 Nomor 1, Februari 2019 E-ISSN 2645-5176
Geofisika FMIPA UNMUL

tanah/batuan bawah permukaan 1. Melakukan observasi terhadap lokasi


dipengaruhi oleh beberapa faktor antara yang akan dilakukan penelitian, agar
lain unsur geologi, kondisi keairan, pada kondisi stabil dan siap untuk
komposisi mineral penyusunnya dan dilakukan pengambilan data
proses sedimentasi, terutama pada penelitian.
material berbutir halus seperti lempung. 2. Melakukan pengecekkan terhadap
Keberadaan lempung ekspansif sering alat-alat yang akan digunakan agar
menimbulkan msalah terutama yang dalam kondisi baik.
berkaitan dengan geoteknik, diantaranya 3. Menentukan posisi dan letak lintasan
adalah dapat menimbulkan retak pada untuk pengambilan data.
batuan dan selain itu juga menyebabkan 4. Melakukan pengukuran terhadap
kerusakan struktur batuan yang dibangun panjang lintasan yang akan diukur
pada basement tersebut. Sifat ekspansif dengan menggunakan alat GPR.
lempung umumnya dapat diamati di 5. Merangkai alat GPR dengan
lapangan dari sifat batuan yang khas mengaktifkan software pendukung
berupa rekahan-rekahan pada saat kering yang terdapat pada alat tersebut.
(mengkerut) dan sifat licin dan plastis 6. Mengatur kalibrasi alat sebelum
pada saat basah (mengembang). Sifat digunakan untuk mengukur agar
ekspansif pada lempung, selain hasil yang didapat sesuai dengan
disebabkan oleh ukuran butir yang diinginkan.
penyusunnya juga sangat dipengaruhi Tabel 2 Parameter Aquisisi Data
oleh mineralogi penyusun lempung
Global Setup Mode
tersebut. Kelimpahan mineral lempung
Setting
sendiri sangat bervariasi dipengaruhi
oleh berbagai macam hal diantaranya Type :
adalah jenis batuan asal, pelapukan serta Dry Scan Gain Filter Wheel
proses diagenesis sehingga Concrete Calibr
menyebabkan terdapatnya variasi baik ation
secara vertikal maupun lateral Scan High Encor
(Yuliyanti, A., D. Sarah, & E. Soebowo, RDP : 27 range 0 pass der
2012). : 200 filter : (Inter
50 nal)
3. METODE Low
Penelitian ini dilakukan selama 3 Offset 10 pass Marke
bulan, untuk pengambilan data : 12.5 filter : r : 1
dilaksanakan di Jalan Ring Road II Units : 200
daerah Sempaja Utara. Kemudian data Metric Anten Calibr
penelitian diolah di Laboratorium (m) na 30 Stack ation
Geofisika, Fakultas Matematika danI GCB :3 dist
lmu Pengetahuan Alam (MIPA) 100 unit :
Universitas Mulawarman. Adapun 5
rencana penelitian dapat dilihat di Scan Backg Cirre
lampiran (Jadwal rencana penelitian rate round nt
terlampir). (Dista index count
Pengolahan dan Analisis Data nce) : 20 : 425
Tahap dalam pengambilan data pada Calibr
metode penelitian menggunakan Ground Trace ation
Penetrating Radar (GPR) adalah sebagai s Unit value
berikut: : 86 : 86.0

4
Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 2 Nomor 1, Februari 2019 E-ISSN 2645-5176
Geofisika FMIPA UNMUL

4. HASIL DAN PEMBAHASAN zona lemah berkisar 1 m sampai dengan


Lokasi 1 dengan Kode titik 4 meteran sesuai dengan hasil olahan
koordinat A1 dan A2 merupakan alat GPR yang digunakan.
lintasan 1 dan dengan kode titik
koordinat A3 dan A4 adalah lintasan 2
yang terletak pada Jl. Ring Road II arah
Lok Buah dengan sketsa lintasan
pengambilan data Ground Penetrating
Radar seperti gambar 3.

Gambar 5 Data Ground Penetrating


Radar Lintasan 1

Gambar 6 Data Ground Penetrating


Gambar 3 Sketsa Lintasan Lokasi 1 Radar Lintasan 2
Lokasi 2 dengan Kode titik
koordinat B1 dan B2 merupakan lintasan Pada gambar 7 dapat dilihat
3 dan dengan kode titik koordinat B3 gabungan antara lintasan 1 dengan
dan B4 adalah lintasan 4 yang terletak lintasan 2 pada lokasi 1 menjelaskan
pada Jl. Ring Road II arah Lok Buah bahwa adanya bidang lemah yang terjadi
dengan sketsa lintasan pengambilan data karena adanya infiltrasi dimana
Ground Penetrating Radar seperti masuknya aliran air kedalam tanah
gambar 4. melalui permukaan tanah yang
mengalami rekahan sehingga terjadinya
amblesan. A1 dan A2 merupakan
koordinat awal sampai koordinat akhir
dalam pengukuran lintasan 1 dengan alat
Geo Penetrating Radar, A3 dan A4
merupakan koordinat awal sampai
koordinat akhir dalam lintasan 2. Dapat
disimpulkan bahwa lintasan 1 ditemukan
adanya kenampakan bidang lemah yang
dapat menyebabkan amblesan di akhir
lintasan 1, saat melakukan pengkuran
Gambar 4 Sketsa Lintasan Lokasi 2
kemudian dilanjutkan dengan
Dalam data Ground Penetrating pengukuran lintasan 2 yang ditemukan
Radar lintasan 1 pada gambar 5 dan adanya zona lemah pada awal
lintasan 2 pada gambar 6 dapat pengukuran, hal tersebut menunjukkan
diinterpretasi adanya kenampakan bahwa kedua lintasan tersebut memilki
penurunan bidang lemah yang terjadi. hubungan yang ada kaitannya karena
Panjangnya zona lemah yang terdeteksi kenampakan yang terlihat dalam hasil
berkisar antara 46-52 m pada lintasan pengolahan data lintasan 1 dan 2 tersebut
1dan pada lintasan 2 terjadi kenampakan memiliki hasil yang sama dengan jarak
adanya penurunan bidang lemah pada yang relaif sama.
jarak sekitar 14-24 m dengan kedalaman

5
Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 2 Nomor 1, Februari 2019 E-ISSN 2645-5176
Geofisika FMIPA UNMUL

koordinat akhir dalam lintasan 4. Dapat


disimpulkan bahwa lintasan 3 dan 4
menunjukkan amplitudo yang berbeda di
karenakan hasil pada gambar 10
mengalami perubahan warna, dengan
adanya perubahan warna tersebut dapat
dijelaskan bahwa daerah tersebut
memungkinkan adanya rembesan air
yang menyebabkan zona yang di lalui
Gambar 7 Data Ground Penetrating
menjadi lemah.
Radar Lintasan 1 & 2

Dalam data Ground Penetrating


Radar lintasan 3 pada gambar 8 dan
lintasan 4 pada gambar 9 dapat
diinterpretasi adanya kenampakan
amblesnya tanah yang dominan pada
lapisan atas permukaan hingga bawah Gambar10 Data Ground Penetrating
permukaan pada interval ≤ 1 meter. Radar Lintasan 3 & 4
Amblesnya area yang diukur dengan
Ground Penetrating Radar 5. KESIMPULAN
memungkinkan terjadinya infiltrasi Dari hasil penelitian ini, dapat
dimana masuknya aliran air kedalam disimpulkan bahwa pada lintasan 1 dan
tanah melalui permukaan tanah itu lintasan 2 terdapat adanya bidang lemah
sendiri. dan keberadaan lapisan lempung yang
dekat dengan permukaan. Lapisan
tersebut merupakan lapisan lempung
ekspansif dan diindikasikan dapat
mempercepat proses konsolidasi pada
daerah penelitian dan memperbesar
Gambar 8 Data Ground Penetrating potensi amblesan tanah di daerah
Radar Lintasan 3 tersebut. Pada lintasan 3 dan lintasan 4,
bidang lemah yang terjadi disebabkan
adanya infiltrasi didaerah tersebut yaitu
pengisian air ke dalam tanah yang
melebihi kapasitasnya, air tersebut dapat
masuk kedalam lapisan lempung karena
batuan tersebut memiliki porositas yang
Gambar 9 Data Ground Penetrating tinggi sehingga menyebabkan daya
Radar Lintasan 4 kompaksi lapisan lempung melemah dan
lokasi 2 menjelaskan bahwa adanya juga adanya bidang gelincir dari batuan
bidang lemah yang terjadi karena adanya lempung ekspansif yang dilewatinya
infiltrasi yaitu masuknya aliran air Getaran- getaran tanah yang diakibatkan
kedalam tanah melalui permukaan tanah oleh kendaran berat yang melintas dan
yang mengakibatkan adanya amblesan. curah hujan yang sangat tinggi juga
B1 dan B2 merupakan koordinat awal menjadi faktor yang menyebabkan
sampai koordinat akhir dalam daerah tersebut ambles dan bahkan
pengukuran lintasan 3 dengan alat Geo longsor.
Penetrating Radar dan B3 dan B4
merupakan koordinat awal sampai

6
Jurnal Geosains Kutai Basin Volume 2 Nomor 1, Februari 2019 E-ISSN 2645-5176
Geofisika FMIPA UNMUL

6. DAFTAR PUSTAKA

Bahri S. Ayi(2009), Penentuan Karakteri


stik Dinding Gua Seropan Gunung
kiduldengan Metode Ground Penetra
ting Radar. Surabaya: ITS.
Jol. H. M. (2009), Ground penetrating
radar theory and application,
Elsevier science. University of
Wisconsin-Eau Claire. Netherlands.
Reynolds, J. A. (1997), An Introduction
to Applied dan Environmental
Geophysics. Wiley, Chichester.
Supriyanto (2007), Perambatan
Gelombang Elektromagnetik.
Jakarta: Fisika-FMIPA Universitas
Indonesia.
Yuliyanti, A., D. Sarah, & E. Soebowo
(2012), Pengaruh Lempung
Ekspansif Terhadap Potensi
Amblesan Tanah di Daerah
Semarang. Jurnal Riset Geologi dan
Pertambangan, (22) 2: 93-103.

Anda mungkin juga menyukai