Anda di halaman 1dari 129

KUMPULAN ABSTRAK

SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7


Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

i
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

KATA PENGANTAR

Seminar Nasional Kebumian ke-7 dilaksanakan tanggal 31 Oktober 2014 dan


merupakan salah satu kegiatan ilmiah rutin tahunan di Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, yang dimulai pertama kali di tahun
2008. Tujuan utama kegiatan ini ada dua: (a) menghimpun hasil penelitian
kebumian terbaru dari berbagai institusi pendidikan dan penelitian kebumian di
Indonesia sebagai salah satu sarana untuk melihat arah kekinian penelitian
kebumian nasional, dan (b) diseminasi hasil penelitian yang berlangsung dalam
tahun berjalan di lingkup Jurusan Teknik Geologi FT UGM, baik yang dikerjakan
oleh dosen maupun mahasiswa

Di tahun 2014 ini Seminar Nasional Kebumian diselenggarakan bersamaan dengan


Simposium Pendidikan Geologi Nasional. Semakin banyaknya pendidikan tinggi
bidang Geologi di berbagai universitas di Indonesia yang bermunculan dalam
dekade terakhir, memunculkan keinginan adanya forum dialog di kalangan
akademisi dan para pemangku kepentingan (stake holders). Simposium ini
diselenggarakan tanggal 30 Oktober 2014 dan dimaksudkan untuk menjadi
jembatan dialog dalam menyikapi kondisi pendidikan geologi nasional, hambatan
yang ada, serta tantangan ke depan. Dengan semangat dialog ini lah maka tema
yang diusung Seminar Nasional Kebumian ke-7 dan Simposium Pendidikan
Geologi Nasional adalah Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian
Kebumian.

Terdapat 83 makalah ilmiah yang disajikan dan didiskusikan pada Seminar Nasional
Kebumian ke-7 ini dengan kategori lima (5) topik geologi yaitu (i) Hidrogeologi -
Geoteknik, (ii) Sumberdaya Energi, (iii) Sumberdaya Mineral, (iv) penelitian dasar
geologi (Geologi Dinamik, Petrologi, Paleontologi, Sedimentologi-Stratigrafi), dan
(v) Pendidikan Geologi.

Atas nama Jurusan Teknik Geologi FT UGM, kami menyampaikan terimakasih


kepada seluruh peserta dan undangan yang telah berkenan hadir dalam acara
seminar maupun simposium. Tidak luput pula, kami mengucapkan terimakasih
kepada rekan rekan panitia baik staf maupun mahasiswa Teknik Geologi FT UGM
atas kerjakerasnya sehingga rangkaian seluruh acara dapat berjalan lancar.
Semoga Seminar Nasional Kebumian ke-7 dan Simposium Penididikan Geologi
Nasional dapat bermanfaat untuk kita semua.

Yogyakarta, Oktober 2014


Ketua Pelaksana
Salahuddin Husein

ii
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

Tim Editor :
1. Salahuddin Husein, Ph.D
2. Rahmadi Hidayat, M.Eng
3. Alfredo Di Stefano
4. Eva Mulyaningsih
5. Nadiar Ramadhan
6. Rikzan Norma S.
7. Peter Pratistha
8. Ridha Sidi M.
9. Mifrokhah Haniffa
10. Dani Mardiati

iii
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

SUSUNAN ACARA
Waktu Ruang Grand Ballroom
08:00 08:30 Registrasi
08:30 08:35 Pembukaan MC
08:35 08.40 Sambutan Ketua Panitia Seminar Nasional Salahuddin Husein, Ph.D
08:40 08.50 Sambutan Ketua Jurusan Teknik Geologi FT UGM Dr. Sugeng Sapto Surjono
08:50 09:45 Keynote Speech Prof. Hery Harjono (LIPI) : Tren Penelitian Geologi Masa Kini dan Masa Mendatang : Tantangan untuk Universitas di Indonesia
09:45 10:00 Coffee break
Presentasi Oral Presentasi Oral Presentasi Oral Prese ntas i Oral
Waktu Ruang Grand Ballroom Ruang Frangipani Ruang Heliconia Ruang Carnation
Moderator : Nugroho Im am Setiaw an Moderator : Waw an Budianta Moderator : Pri Utam i Moderator : Agus Hendratno
Evaluasi Pembelajaran Geologi Ditinjau dari Sensitivity Analysis in Shale Gouge Ratio IR-COPTER: Sebuah Instrumen Setianto, A., Freski,
Pramumijoyo, S., Pemodelan Airtanah Daerah Penambangan
Keberhasilan Pembelajaran Mata Kuliah Devy, S.D., Hendrayana, and Fault Permeability Model for Post Hidayat, R., Surjono, Penginderaan Jauh Berbasis Termal untuk Y.R., Refikhanata, V.,
10:00 10:15 P5O-01 Wijono, S., Hariadi, P1O-01 Batubara Pit Terbuka di Muara Law a, P2O-01 P4O-01
Metode Geologi Lapangan di Jurusan H., Putra, D.P.E. Mortem Re-evaluation of M Closure, S.S. Pengembangan Eksplorasi Sumber Daya Rahim, M., Prasidya,
B. W Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur
Teknik Geologi FT UGM Offshore Timor Sea, Indonesia Alam A.S.
Aplikasi Metode Analogue Sandbox
Kontribusi Pemodelan Aliran Airtanah untuk Applied Fairw ay Prospecting in Coal Bed Modeling dalam Analisis Struktur Geologi
Pendidikan Mikropaleontologi Radiolaria di Pramumijoyo, S.,
10:15 10:30 P5O-02 Munasri P1O-02 Mengatasi Permasalahan Lingkungan Putranto, T.T P2O-02 Methane Exploration, Case Study : CBM X Ontosari, D. P4O-02 yang Berkembang pada Sistem Thrust-Fold
Perguruan Tinggi : Sebuah usulan Suparna, R.H
Eastparc Hotel, Jumat, 31 Oktober 2014

: Studi Kasus Semarang Block Belt dengan Kehadiran Bidang Basal


Detachment
Identifikasi Kerusakan DAS Luk Ulo dan Lingkungan Pengendapan dan Dinamika
Geologi Militer di Kaw asan Nusantara, Komparasi Pemodelan Sumberdaya
Upaya Pemberdayaan Masyarakat (Studi Pusw anto, E. , Raharjo, Sasongko, W., Tarigan, Sedimentasi Formasi Muaraenim Surjono, S.S., Geger,
10:30 10:45 P5O-03 suatu Tantangan bagi Militer dan Zakaria, Z P1O-03 P2O-03 Batubara Menggunakan Perangkat Lunak P4O-03
Sesi A

Kasus : Karangsambung, Kabupaten P.D., Widiyanto, K. M. Berdasarkan Litofasies dan Sumur Daerah A.
Pendidikan Sains Kebumian di Indonesia Minescape dan Surpac
Kebumen) Sekayu, Sumatera Selatan
Studi Karakteristik Petrologi, Geokimia, dan
Optimalisasi Wisata Berbasis Edukasi Stefano, A.D.,
Sifat Keteknikan Andesit di Daerah Tinjauan Kembali Potensi Hidrokarbon Umur Formasi Kebo Butak Berdasarkan
Kebumian Daerah Gunungkidul dan Nurdiana, D.E., Hendratno, A. , Farih, Akmaluddin, Saputra,
10:45 11:00 M5O-01 P1O-04 Tanjungsari dan Sekitarnya, Kecamatan P2O-04 Cekungan Banyumas berdasarkan Data Purw asatriya, E.B. P4O-04 Nanofosil Gampingan Daerah Bayat, Kab.
Sekitarnya Sebagai Geopark Wardani, K.A., S.L.N. R. N.
Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jaw a Geologi dan Data Geofisika Klaten, Provinsi Jaw a Tengah
City Berkualitas Internasional Dew i, M.K.
Timur
Wulandari, I., Kharisa,
Wacana, P., Irfanianto,
Analisis Data Magnetik pada Sistem Panas N.A., Pertiw i, C.R.Y.,
Kajian Potensi Kaw asan Karst Kendeng Rodhialfalah, A., Geologi dan alterasi hidrotermal di Gunung Idrus, A., Setiadji, L. D.,
Ikatan Alumni TOIKI dan Perannya Dalam Ismail.K., Bumi yang Berasosiasi dengan Zona Harjiutomo, P.I.,
11:00 10:15 M50-02 P1O-05 Utara Pegunungan Rembang Madura Widjanarko, S., Suryono, M2O-01 P4O-05 Batur, Wediombo, Kabupaten Gunung Kidul, Warmada, I. W.,
Pendidikan Ilmu Kebumian di Indonesia Widyaningrum, A Manifestasi di Sekitar Candi Gedong Songo Permatasari, A.P.,
Kabupaten Rembang, Jaw a Tengah T., Chandra, F., Ahmad, Provinsi DI Yogyakarta Mustakim, W.
Ungaran Aisyiyah, S., Dan
F., Fauzi, I., Lukiarti, M.
Ramadhan, A
11:30 13:00 Coffee break
Ruang Grand Ballroom Ruang Frangipani Ruang Heliconia Ruang Carnation
Waktu
Moderator : I Wayan Warm ada Moderator : Doni Prakasa Eka Putra Moderator : Hendra Am ijaya Moderator : Agung Harijoko
Analisa Karakterisasi Reservoar Batupasir Komposisi Mineral Berat dalam Endapan
Studi Kekuatan Geser Terhadap Pengaruh Febrika, G.Y., Setijadji, L. D.,
Magmatic Arc Evolution in the Pongkor Titisari, A.D., Phillips, Saptono, S., Sudarsono, berdasarkan Seismik Inversi untuk Pasir Kuarsa di Kalimantan Barat
13:00 13:15 P3O-01 P1O-06 Kekasaran Permukaan Diaklas M2O-02 Sarmauli, O., P4O-06 Warmada, I. W.,
Epithermal Gold Mineralisation District D., Setyaraharja, E.P Hartono, Fiorettha, K Memetakan Sebaran Reservoar Batupasir Berdasarkan Studi Kasus di Daerah
Batugamping Endriasmoro Nabaw i, N. R.
pada Formasi Tanjung Singkaw ang dan Sekitarnya
Fluid Flow Pattern Interpretation of
Speculative Models of Exhumation on High- Penentuan Nilai Optimum Yield dan Well
Setiaw an, N.I., Geothermal Using Spontaneous Potential Gandapradana, M.T.,
Pressure Low -Temperature Metamorphic Yield pada Akuifer di Kecamatan Kalasan Hendrayana, H. , Yuliananto, Y., Biostratigraphy Study of Nyalindung Area,
13:15 13:30 P3O-02 Husein, S., Alfyan, P1O-07 M2O-03 (SP) and Shallow Surface Temperature M4O-01 Pernando, M.I.,
Rocks from Central Part of Indonesia: an dan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Ardendi, M. A Triahadini, A. Sukabumi, Southw est Region of Java
M.F Method at Geothermal System in District Nasution, K.M.F.
Implementation of Concepts and Processes Istimew a Yogyakarta
Paguyangan Brebes
Analisis Perubahan Distribusi Logam Berat Kondisi Paleogeografi Sepinggan Beds
Chaerul, M., Pallu, Genesa Mata Air Cumpleng dan Pablengan Pratama, I.P., Analisis Tafonomi Moluska pada Formasi
pada Batuan Ultrabasa dengan Waste di pada Miosen Akhir serta Implikasi
13:30 13:45 P3O-03 S., Selintung, M., P1O-08 di Kabupaten Karanganyar Propinsi Jaw a Wilopo, W., Dilaga, K M2O-04 Rizkyandana, R., M4O-02 Damar Kurniasih, A., Adha, I.
Sesi B

Daerah Motui, Kab. Konaw e, Utara terhadap Potensi Hidrokarbon Selatan


Patanduk, J Tengah Pratama, A.Z. di Kali Siw ungu Tembalang Semarang
Sulaw esi Tenggara Cekungan Kutai
Mengenali Interaksi Air Sungai dan Air Pratama, A. , Abdulbari,
The Physical, Mineralogical and Chemical Identifikasi Model Panas Bumi berdasarkan Analisis Proses Pengendapan dan
Tanah, serta Analisis Hubungan Sifat Kimia N. , Nugraha, M.I. ,
Characteristics of Ash and Lapilli Produced Respon Pengukuran Gaya Berat pada Rivandi, Destaw an, Lingkungan Pengendapan Serpih Formasi Al Ansori, A.Z.,
13:45 14:00 P3O-04 Sisw andi M1O-01 Air Melalui Metoda Grafik (Analisis Nilai R2) Prasetio, Y. , Tulak, G.P. M2O-05 M4O-03
by the Recent G. Slamet Eruption, a Daerah Dolok Maraw a, Kabupaten Hidayat Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta Amijaya, H.
dalam Penyelesaian Masalah Kekurangan , Warliana, A. , Iraw an,
Preliminary Study Simalungun Sumatera Utara berdasarkan Data Batuan Inti
Air Bersih Warga Sukalaya, Tasikmalaya D.E.

Microzonation Analysis using Peak Ground


Aplikasi Metode Geomagnetik Untuk Hubungan antara Evolusi Porositas dengan
Acceleration (PGA) and Seismic Studi Alterasi Hidrotermal Baw ah Vandani, C.P.K., Sari, I.
Identifikasi Persebaran Batuan Beku Dasit Wicaksono, C., Karakteristik Diagenesis Batuan Karbonat Asyari, M.R., Winardi,
14:00 14:15 M3O-01 M1O-02 Vulnerability Index at Prambanan Temple Mubin, F., Nurcahya, B.E M2O-06 Permukaan di Lapangan Panas Bumi Beta, W. A., Mulyaningsih, M4O-04
di Gunung Wungkal Kabupaten Sleman Alam, R.N Formasi Wonosari di Kecamatan Ponjong, S.
and Its Surrounding Area, Yogyakarta Ambon dengan Metode Petrografi E., Utami, P., Yunis, Y.
Daerah Istimew a Yogyakarta Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY
Province, Indonesia
14:30 14:45 Friday prayer dan lunch break

iv
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

Ruang Grand Ballroom Ruang Frangipani Ruang Heliconia Ruang Carnation


Waktu
Moderator : Wahyu Sasongko Moderator : I Gde Budi Indraw an Moderator : Djoko Wintolo Moderator : Akm aluddin
Eastparc Hotel, Jumat, 31 Oktober 2014

Inventarisasi Kaw asan Bentang Alam Karst


Unit Erupsi dan Hubungan Lava Bantal Investigasi Geologi Potensi Longsor Studi Alteradi Hidrotermal Baw ah
Audinno, R.T., Setiaw an, Sari, I. W. A., Vandani, dan Penyelidikan Potensi Panas Bumi
Watuadeg dengan Batuan Vukaniklastik di Hidiyaw ati, R., Berdasarkan Analisis Sifat Fisik dan Permukaan Lapangan Panas Bumi Beta,
14:45 15:00 M3O-02 M1O-03 M.I.N., Gunaw an, A., M2O-07 C.P.K., Mulyaningsih, M4O-05 Daerah Waw olesea, Kecamatan Lasolo, Dw iyono, I., Srijono
Desa Watuadeg, Berbah, Sleman, Harijoko, A Mekanik Batuan Daerah Kota Balikpapan, Ambon dengan Metode X-Ray Diffraction
Nandro, A.E. E., Utami, P., Yunis, Y. Kabupaten Konaw e Utara, Sulaw esi
Yogyakarta. Kalimantan Timur (XRD)
Tenggara
Petrophysical Analysis and Modeling, and
Petrogenesis Batuan Metamorf di Daerah Aplikasi WEAP (Water Evaluation and Ratna, S.A., Ariani,
Alfyan, M.F., Anatoly, N. Dan Putranto, Initial Oil Inplace Calculation of Low Pratama, E., ROCKSQUARE: Android App Recording
15:00 15:15 M3O-03 Perbukitan Jiw o, Kecamatan Bayat, M1O-04 Planning) Untuk Pengelolaan Sumber Daya M2O-08 M4O-06 N.P., Rabbani, B.,
Setiaw an, N.I. T.T. Resistive Pay Zones in Papa Field, Kutai Pamungkas, D.W. Data Lapangan
Kabupaten Klaten, Provinsi Jaw a Tengah Air Husein, S.
Basin, East Kalimantan
Studi Karakteristik dan Genesa Lava Bantal Studi Retakan yang Terdapat Ramadhan, B., Malda,
The Dynamic Interaction of Turbidity
Nampurejo, Kecamatan Bayat dan Pratiw i, F., Harijoko, pada Jalan Tol Semarang-Solo Rute Kota O., Cahyo, F.A., Lineament Density Analysis to Predict Fault: Prabow o, K., Iraw an,
Sesi C

15:15 15:30 M3O-04 M1O-05 Haq, M.A., Utomo, G.J. M4O-10 Current under Dense Stratified Water : A M4O-07
Sekitarnya, Kabupaten Klaten, Provinsi A Semarang hingga Ungaran, Kabupaten Fardiansyah, I., A Coal Mine Case D.E., Santosa, B.
Flume Experimental Model Approach
Jaw a Tengah Semarang Budiman, A.
Studi Aw al Tingkat Pelapukan pada
Pemetaan Bahaya Amblesan di Daerah Eksistensi Kars dan Caliche Formasi Dahyar, M., Wibow o,
Batugamping pada Anggota Kapung,
Zainudin, A., Karst Kecamatan Semanu, Kabupaten Widyaningtyas, C.P., Studi Fasies Karbonat Formasi Selatan Agastya, I.B.O., Wonosari terhadap Morfologi Daerah A., Prayogi A., Erlisa,
15:30 15:45 M3O-05 Formasi Kalibeng berdasarkan M1O-06 M4O-11 M4O-08
Setijadji, L.D Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimew a Putra, D.P.E Daerah Badung Provinsi Bali Sugiarto, S. Semanu, Gunung Kidul, Daerah Istimew a P., Said, S.,
Kenampakan Fisik Batuan: Studi Kasus
Yogyakarta Yogyakarta Premonow ati
Kavling Daerah Pemetaan Geologi 2014
Rohmana, R.C.,
Kadar dan Penyebaran Merkuri pada Media Analisis Tipe Longsor dan Kestabilan
Fahmi, F.L., Aprilia, F., Indraw an, Mitigasi Bencana dengan Pemetaan Risiko Quantitative Application of Fluvial Fardiansyah, I., Malda,
Geologi di Lokasi Penambangan Emas Lereng Berdasarkan Orientasi Struktur Permana, A., Rifai, A.,
15:45 16:00 M1O-08 Budianta, W., M1O-07 I.G.B., Adriansyah, Y., M1O-09 Tanah Longsor di Kecamatan Dlingo, M4O-09 Geomorphology: Insight into Modern O., Budiman, A.,
Tradisional di Kabupaten Banyumas, Jaw a Geologi di Dinding Utara Tambang Batu Wijono, S
Arifudin Maryadi, D. Kabupaten Bantul Equatorial River of Borneo, Indonesia Taufani, L., Yessica,
Tengah Hijau, Sumbaw a Barat
P., Prisila J.
16:15 16:30 Coffee break
Waktu Ruang Grand Ballroom
16:30 17:00 Penutupan MC

Kategori Topik :
Geohidrologi dan Geoteknik
Sumberdaya Energi
Sumberdaya Mineral
Geologi Umum (Geologi Dinamik, Petrologi, Paleontologi,
Sedimentologi-Stratigrafi)
Studi Pendidikan

v
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

POSTER
Kode Poster Judul Poster Penulis Kode Poster Judul Poster Penulis
Mulyaningsih, E., Sari,
Pus wanto, E., Dinamika Temperatur dan Komposisi Fluida
Analisis Geomekanika Formasi Halang Daerah Tinatah, I.W.A., Vandani, C.P.K.,
P1P-01 Winduhutomo, S., M2P-01 Panas Bumi Lapangan Beta, Ambon
Wonokromo, Kabupaten Kebumen Utami, P., Warmada, I.W.,
Raharjo, P.D Berdasarkan Studi Inklus i Fluida
Yunis, Y.
Perbaikan Tanah Ekspansif melalui Penambahan CaO dalam
Zakaria, Z., Muslim, Penerapan Metode Magnetotellurik dalam Umbara, I.G.A.H.J., Utami,
P1P-02 Upaya Meningkatkan Dayadukung Tanah untuk Pondasi M2P-02
D., Mulyo, A. Penyelidikan Sistem Panas Bumi P., Raharjo, I.B.
Dangkal
Hus ein, S., Kompilas i Metode Water Saturation dalam
P4P-01 Kompleks Ses ar Trembono s ebagai Gravitational Structures M2P-03 Dwiyono, I.F., Winardi, S.
Mulyawan, R. S. Evaluas i Formasi
Delineasi Daerah Pros pek Panas Bumi
Strategi Penanganan Abras i Lahan Bekas Tambang Daerah Pambudi, D.Y.W.S.,
Sakur, M., Ismail, berdasarkan Kelurus an Citra Landsat dan Digital
M1P-01 Pantai Mudong, Kabupaten Belitung Timur, Provins i Kep. M2P-04 Ismail, K., Sakur, M., Fajri,
K.., Wilopo, W. Elevation Model (DEM) Daerah Gunung Lawu,
Bangka Belitung I., Setijadji, L.D.
Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur
Remedias i Tanah Tercemar Kadmium (Cd) dengan Putrayana, N.,
Ramadhan, N.,
Menggunakan Zeolit dari Daerah Hargosari, Kecamatan Dhanu, B.E., Evaluas i Kondisi Geologi dan Geokimia Potens i
M1P-02 M2P-05 Prames wari, M., Harijoko,
Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Khasanah, U., Panasbumi Gunung Telomoyo
A.
Yogyakarta Budianta, W.
Analis i Fasies Batuan dan Lingkungan
Studi Karakteristik Geologi dalam Perencanaan dan Warman, G.,
Pengendapan Batupas ir Cr Dan Yb Formasi
M1P-03 Penentuan Lokasi Bangunan Pelimpah Darurat di Waduk Indrawan, I.G.B., M2P-06 Putri, R.., Setyowiyoto, J.
Air Benakat, Lapangan Rhamayanti Subcekungan
Jatigede, Sumedang, Jawa Barat Kuncoro, A.D
Jambi, Sumatera Selatan

Studi Interkoneks i Antara Sumur Reinjeksi


Nus antara, Y.P.,
Analisis Kes tabilan Lereng Berdasarkan Orientasi Struktur dengan Sumur Produksi dan Analisis Mas s Febriani, D., Wicaks ono,
M1P-04 Utama, P.P., M2P-07
Geologi di Singkapan Batupasir Formasi Kebo - Butak Recovery dengan Metode Isotop Stabil 18O dan D T., Utami, P., Muharini, A.
Indrawan, I.G.B.
di Lapangan Panas Bumi Kamojang, Jawa Barat

Hubungan Stratigrafi antara Satuan Batuan


Studi Potens i Geologi Daerah Kabupaten Gunungkidul dan Stefano, D.A.,
Vulkanik dengan Satuan Batuan Karbonat di
Sekitarnya dalam Integras i Transportas i Mas al dari Kota Nurdiana, E.D., Mulyani, S., Barianto,
M1P-05 M4P-01 Daerah Bangunjiwo dan Sekitarnya, Kecamatan
Yogyakarta menuju Kawasan Pantai Sebagai Upaya Wardani, A.K.A., D.H., Rahardjo, W
Kas ihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah
Pengembangan Wisata Dewi, M.K
Istimewa Yogyakarta
Analis a Arah Arus Purba berdasarkan Struktur Maarif, S.G., Firdausi,
Studi Batuan Vulkanik Perbukitan Sepuluhribu, Kota Dono, H.D.,
M3P-01 M4P-02 Sedimen Hummocky di Daerah Panggang, R.D., Widyastanto, A.,
Tasikmalaya dan Sekitarnya, Jawa Barat Setijadji, L.D
Gunung Kidul, Daerah Is timewa Yogyakarta Barianto, D.H
Studi Fasies Vulkanik dan Alteras i Hidrotermal
Karakteristik Mineralogi dan Perkembangan Endapan Travertin
Mardiati, D., Daerah Sungai Cikaniki dan Sekitarnya,
M3P-02 di Daerah Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera M4P-03 Haniffa, M., Harijoko, A
Harijoko, A Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa
Utara
Barat

Mekanisme Pengendapan Anggota Tuf Formasi


M4P-04 Waturanda Daerah Kali Kenteng, Sempor, Saputra, R.N., Novian, M.I
Kebumen, Jawa Tengah

Pengukuran Arah Arus Purba Formasi Waturanda


Putra, R. P., Barianto, D.
M4P-05 Jalur Des a Kenteng, Kecamatan Sempor,
H.
Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah

Stratigrafi Formasi Semilir di Dusun Krakitan,


Efendi, W.V., Novian, M. I.,
M4P-06 Des a Candirejo, Kecamatan Semin, Kabupaten
Utama, R.. W.
Kategori Topik : Gunung Kidul, Daerah Is timewa Yogyakarta
Geohidrologi dan Geoteknik
Sumberdaya Energi
Sumberdaya Mineral
Geologi Umum (Geologi Dinamik, Petrologi, Paleontologi, Sedimentologi-Stratigrafi)
Studi Pendidikan

vi
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................................. i


Kata Pengantar .............................................................................................................. ii
Susunan Acara .............................................................................................................. iii
Daftar Isi ....................................................................................................................... vii

1. KELOMPOK STUDI GEOHIDROLOGI DAN GEOTEKNIK

Pemodelan Airtanah Daerah Penambangan Batubara Pit Terbuka di Muara Lawa,


Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur
Devy, S.D., Hendrayana, H., Putra, D.P.E................................................................... 1

Kontribusi Pemodelan Aliran Airtanah untuk Mengatasi Permasalahan Lingkungan


Studi Kasus: Semarang
Putranto, T.T................................................................................................................. 2

Identifikasi Kerusakan DAS Luk Ulo dan Upaya Pemberdayaan Masyarakat (Studi
Kasus : Karangsambung, Kabupaten Kebumen)
Puswanto, E. , Raharjo, P.D., Widiyanto, K. ................................................................ 3

Studi Karakteristrik Petrologi, Geokomia, dan Sifat Keteknikan Andesit di Daerah


Tanjungsari dan Sekitarnya, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa
Timur
Hendratno, A. , Farih, S.L.N......................................................................................... 4

Kajian Potensi Kawasan Karst Kendeng Utara Pegunungan Rembang Madura


Kabupaten Rembang, Jawa Tengah
Wacana, P., Irfanianto, Rodhialfalah, A., Widjanarko, S., Suryono, T., Chandra, F.,
Ahmad, F., Fauzi, I., Lukiarti, M. ................................................................................. 5

Studi Kekuatan Geser Terhadap Pengaruh Kekasaran Permukaan Diaklas


Batugamping
Saptono, S., Sudarsono, Hartono, Fiorettha, K. ........................................................... 6

Penentuan Nilai Optimum Yield dan Well Yield Pada Akuifer di Kecamatan Kalasan
dan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
Hendrayana, H. , Ardendi, M. A. .................................................................................. 7

Genesa Mata Air Cumpleng dan Pablengan di Kabupaten Karanganyar Propinsi


Jawa Tengah

vii
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

Wilopo, W., Dilaga, K................................................................................................... 8

Analisis Geomekanika Formasi Halang Daerah Tinatah, Wonokromo, Kabupaten


Kebumen
Puswanto, E., Winduhutomo, S., Raharjo, P.D............................................................. 9

Perbaikan Tanah Ekspansif Melalui Penambahan Cao dalam Upaya Meningkatkan


Dayadukung Tanah untuk Pondasi Dangkal
Zakaria, Z., Muslim, D., Mulyo, A. ............................................................................... 10

Mengenali Interaksi Air Sungai dan Air Tanah, Serta Analisis Hubungan Sifat
Kimia Air Melalui Metoda Grafik (Analisis Nilai R2) dalam Penyelesaian Masalah
Kekurangan Air Bersih Warga Sukalaya, Tasikmalaya
Pratama, A. , Abdulbari, N. , Nugraha, M.I. , Prasetio, Y. , Tulak, G.P. , Warliana, A.
, Irawan, D.E................................................................................................................. 11

Microzonation Analysis Using Peak Ground Acceleration (Pga) and Seismic


Vulnerability Index at Prambanan Temple and Its Surrounding Area, Yogyakarta
Province, Indonesia
Mubin, F., Nurcahya, B.E. ............................................................................................ 12

Investigasi Geologi Potensi Longsor Berdasarkan Analisis Sifat Fisik dan Mekanik
Batuan Daerah Kota Balikpapan, Kalimantan Timur
Audinno, R.T., Setiawan, M.I.N., Gunawan, A., Nandro, A.E. ...................................... 13

Aplikasi Weap (Water Evaluation And Planning) untuk Pengelolaan Sumber Daya
Air
Anatoly, N. Dan Putranto, T.T...................................................................................... 14

Studi Retakan yang Terdapat pada Jalan Tol Semarang-Solo Rute Kota Semarang
Hingga Ungaran, Kabupaten Semarang
Haq, M.A., Utomo, G.J. ................................................................................................ 15

Pemetaan Bahaya Amblesan di Daerah Karst Kecamatan Semanu, Kabupaten


Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Widyaningtyas, C.P., Putra, D.P.E............................................................................... 16

Analisis Tipe Longsor dan Kestabilan Lereng Berdasarkan Orientasi Struktur


Geologi di Dinding Utara Tambang Batu Hijau, Sumbawa Barat
Aprilia, F., Indrawan, I.G.B., Adriansyah, Y., Maryadi, D. ......................................... 17

Kadar dan Penyebaran Merkuri pada Media Geologi di Lokasi Penambangan Emas
Tradisional di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
Fahmi, F.L., Budianta, W., Arifudin ............................................................................. 18

viii
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

Mitigasi Bencana dengan Pemetaan Resiko Tanah Longsor di Kecamatan Dlingo,


Kabupaten Bantul
Permana, A., Rifai, A., Wijono, S. ............................................................................... 19

Strategi Penanganan Abrasi Lahan Bekas Tambang Daerah Pantai Mudong,


Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Sakur, M., Ismail, K.., Wilopo, W. ................................................................................ 20

Remediasi Tanah Tercemar Kadmium (Cd) dengan Menggunakan Zeolit dari


Daerah Hargosari, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta
Putrayana, N., Dhanu, B.E., Khasanah, U., Budianta, W. ........................................... 21

Studi Karakteristik Geologi dalam Perencanaan dan Penentuan Lokasi Bangunan


Pelimpah Darurat di Waduk Jatigede, Sumedang, Jawa Barat
Warman, G., Indrawan, I.G.B., Kuncoro, A.D. ........................................................... 22

Analisis Kestabilan Lereng Berdasarkan Orientasi Stuktur Geologi di Singkapan


Batupasir Formasi Kebok - Butak
Nusantara, Y.P., Utama, P.P., Indrawan, I.G.B. .......................................................... 23

Studi Potensi Geologi Daerah Kabupaten Gunungkidul dan Sekitarnya dalam


Integrasi Transportasi Masal dari Kota Yogyakarta Menuju Kawasan Pantai Sebagai
Upaya Pengembangan Wisata
Stefano, D.A., Nurdiana, E.D., Wardani, A.K.A., Dewi, M.K....................................... 24

2. KELOMPOK STUDI SUMBERDAYA ENERGI

Sensitivity Analysis in Shale Gouge Ratio and Fault Permeability Model for Post
Mortem Re-Evaluation Of M Closure, Offshore Timor Sea, Indonesia
Hidayat, R., Surjono, S.S............................................................................................... 25

Applied Fairway Prospecting in Coal Bed Methane Exploration Case Study : Cbm
X Block
Ontosari, D. .................................................................................................................. 26

Studi Komparasi Pemodelan Sumberdaya Batubara Menggunakan Perangkat Lunak


Minescape dan Surpac
Sasongko, W., Tarigan, M............................................................................................. 27

Tinjauan Kembali Potensi Hidrokarbon Cekungan Banyumas Berdasarkan Data


Geologi dan Data Geofisika
Purwasatriya, E.B......................................................................................................... 28

ix
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

Analisis Data Magnetik Pada Sistem Panas Bumi yang Berasosiasi Dengan Zona
Manifestasi di Sekitar Candi Gedong Songo Ungaran
Wulandari, I., Kharisa, N.A., Pertiwi, C.R.Y., Harjiutomo, P.I., Permatasari, A.P.,
Aisyiyah, S., dan Ramadhan, A. .................................................................................... 29

Analisa Karakterisasi Reservoar Batupasir Berdasarkan Seismik Inversi untuk


Memetakan Sebaran Reservoar Batupasir pada Formasi Tanjung
Febrika, G.Y., Sarmauli, O., Endriasmoro ................................................................... 30

Fluid Flow Pattern Interpretation of Geothermal Using Spontaneous-Potential (Sp)


and Shallow Surface Temperature Method at Geothermal System in District
Paguyangan Brebes
Yuliananto, Y., Triahadini, A. ....................................................................................... 31

Kondisi Paleogeografi Sepinggan Beds pada Miosen Akhir serta Implikasi


Terhadap Potensi Hidrokarbon Selatan Cekungan Kutai
Pratama, I.P., Rizkyandana, R., Pratama, A.Z. ............................................................ 32

Identifikasi Model Panas Bumi Berdasarkan Respon Pengukuran Gaya Berat pada
Daerah Dolok Marawa, Kabupaten Simalungun - Sumatera Utara
Rivandi, Destawan, Hidayat ......................................................................................... 33

Studi Alterasi Hidrotermal Bawah Permukaan di Lapangan Panas Bumi Beta,


Ambon Dengan Metode Petrografi
Vandani, C.P.K., Sari, I. W. A., Mulyaningsih, E., Utami, P., Yunis, Y........................ 34

Studi Alterasi Hidrotermal Bawah Permukaan Lapangan Panas Bumi Beta,


Ambon Dengan Metode X-Ray Diffraction (XRD)
Sari, I. W. A., Vandani, C.P.K., Mulyaningsih, E., Utami, P., Yunis, Y. ....................... 35

Petrophysical Analysis and Modeling, and Initial Oil Inplace Calculation of Low
Resistive Pay Zones in Papa Field, Kutai Basin, East Kalimantan
Pratama, E., Pamungkas, D.W. .................................................................................... 36

Dinamika Temperatur dan Komposisi Fluida Panas Bumi Lapangan Beta, Ambon
Berdasarkan Studi Inklusi Fluida
Mulyaningsih, E., Sari, I.W.A., Vandani, C.P.K., Utami, P., Warmada, I.W., Yunis,
Y. ................................................................................................................................... 37

Penerapan Metode Magnetotellurik dalam Penyelidikan Sistem Panas Bumi


Umbara, I.G.A.H.J., Utami, P., Raharjo, I.B................................................................ 38

x
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

Kompilasi Metode Water Saturation dalam Evaluasi Formasi


Dwiyono, I.F., Winardi, S. ............................................................................................ 39

Delineasi Daerah Prospek Panas Bumi Berdasarkan Kelurusan Citra Landsat Dan
Digital Elevation Model (DEM) Daerah Gunung Lawu, Provinsi Jawa Tengah dan
Jawa Timur
Pambudi, D.Y.W.S., Ismail, K., Sakur, M., Fajri, I., Setijadji, L.D............................... 40

Evaluasi Kondisi Geologi dan Geokimia Potensi Panasbumi Gunung Telomoyo


Ramadhan, N., Prameswari, M., Harijoko, A............................................................... 41

Analisi Fasies Batuan dan Lingkungan Pengendapan Batupasir Cr Dan Yb


Formasi Air Benakat, Lapangan Rhamayanti Subcekungan Jambi, Sumatera Selatan
Putri, R.., Setyowiyoto, J............................................................................................... 42

Studi Interkoneksi Antara Sumur Reinjeksi dengan Sumur Produksi dan Analisis
Mass Recovery dengan Metode Isotop Stabil 18O dan D di Lapangan Panas Bumi
Kamojang, Jawa Barat
Febriani, D., Wicaksono, T., Utami, P., Muharini, A. .................................................. 43

3. KELOMPOK STUDI SUMBERDAYA MINERAL

Magmatic Arc Evolution in The Pongkor Gold Mineralisation District


Titisari, A.D., Phillips, D., Setyaraharja, E.P. ............................................................. 44

Speculative Models of Exhumation on High-Pressure Low-Temperature


Metamorphic Rocks From Central Part of Indonesia : An Implementation of
Concepts and Processes
Setiawan, N.I., Husein, S., Alfyan, M.F. ...................................................................... 45

Analisis Perubahan Distribusi Logam Berat pada Batuan Ultrabasa Dengan Waste
di Daerah Motui Kab. Konawe Utara Sulawesi Tenggara
Chaerul, M., Pallu, S., Selintung, M., Patanduk, J. ...................................................... 46

The Physical, Mineralogical and Chemical Characteristics of Ash and Lapilli


Producted by The Recent G. Slamet Eruption, A Preliminary Study
Siswandi ........................................................................................................................ 47

Aplikasi Metode Geomagnetik untuk Identifikasi Persebaran Batuan Beku Dasit di


Gunung Wungkal Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
Wicaksono, C., Alam, R.N............................................................................................ 48

xi
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

Unit Erupsi dan Hubungan Lava Bantal Watuadeg dengan Batuan Vukaniklastik di
Desa Watuadeg, Berbah, Sleman, Yogyakarta.
Hidiyawati, R., Harijoko, A. ....................................................................................... 49

Petrogenesis Batuan Metamorf di Daerah Perbukitan Jiwo, Kecamatan Bayat,


Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah
Alfyan, M.F., Setiawan, N.I.......................................................................................... 50

Studi Karakteristik dan Genesa Lava Bantal Nampurejo, Kecamatan Bayat dan
Sekitarnya, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah
Pratiwi, F., Harijoko, A. .............................................................................................. 51

Studi Awal Tingkat Pelapukan pada Batugamping pada Anggota Kapung, Formasi
Kalibeng Berdasarkan Kenampakan Fisik Batuan: Studi Kasus Kavling Daerah
Pemetaan Geologi 2014
Zainudin, A., Setijadji, L.D. .......................................................................................... 52

Studi Batuan Vulkanik Perbukitan Sepuluhribu, Kota Tasikmalaya dan Sekitarnya,


Jawa Barat
Dono, H.D., Setijadji, L.D. ........................................................................................... 53

Karakteristik Mineralogi dan Perkembangan Endapan Travertin di Daerah


Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara
Mardiati, D., Harijoko, A.............................................................................................. 54

4. KELOMPOK STUDI GEOLOGI DINAMIK, PETROLOGI,


PALEONTOLOGI DAN STRATIGRAFI-SEDIMENTOLOGI

Ir-Copter: Sebuah Instrumen Penginderaan Jauh Berbasis Termal untuk


Pengembangan Eksplorasi Sumber Daya Alam
Setianto, A., Freski, Y.R., Refikhanata, V., Rahim, M., Prasidya, A.S.......................... 55

Aplikasi Metode Analogue Sandbox Modeling dalam Analisis Struktur Geologi


yang Berkembang pada Sistem Thrust-Fold Belt dengan Kehadiran Bidang Basal
Detachment
Pramumijoyo, S., Suparna, R.H. ................................................................................... 56

Lingkungan Pengendapan dan Dinamika Sedimentasi Formasi Muaraenim


Berdasarkan Litofasies dan Sumur Daerah Sekayu, Sumatera Selatan
Surjono, S.S., Geger, A. ............................................................................................... 57

xii
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

Umur Formasi Kebo Butak Berdasarkan Nanofosil Gampingan Daerah Bayat,


Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah
Akmaluddin, Saputra, R. N. .......................................................................................... 58

Geologi dan Alterasi Hidrotermal di Gunung Batur, Wediombo, Kabupaten Gunung


Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Idrus, A., Setiadji, L. D., Warmada, I. W., Mustakim, W. ............................................. 59

Komposisi Mineral Berat dalam Endapan Pasir Kuarsa di Kalimantan Barat


Berdasarkan Studi Kasus di Daerah Singkawang dan Sekitarnya
Setijadji, L. D., Warmada, I. W., Nabawi, N. R. .......................................................... 60

Kompleks Sesar Trembono sebagai Gravitational Structures


Husein, S., Mulyawan, R.S........................................................................................... 61

Biostratigraphy Study of Nyalindung Area, Sukabumi, Southwest Region of Java


Gandapradana, M.T., Pernando, M.I., Nasution, K.M.F. ............................................ 62

Analisis Tafonomi Moluska pada Formasi Damar di Kali Siwungu, Tembalang,


Semarang
Kurniasih, A., Adha, I. ................................................................................................. 63

Analisis Proses Pengendapan dan Lingkungan Pengendapan Serpih Formasi


Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta Berdasarkan Data Batuan Inti
Al Ansori, A.Z., Amijaya, H. ......................................................................................... 64

Hubungan Antara Evolusi Porositas dengan Karakteristik Diagenesis Batuan


Karbonat Formasi Wonosari di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul,
Provinsi DIY
Asyari, M.R., Winardi, S.............................................................................................. 65

Inventarisasi Kawasan Bentang Alam Karst dan Penyelidikan Potensi Panas Bumi
Daerah Wawolesea, Kecamatan Lasolo, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi
Tenggara
Dwiyono, I., Srijono ..................................................................................................... 66

Rocksquare: Android App. Recording Data Lapangan


Ratna, S.A., Ariani, N.P., Rabbani, B., Husein, S. ........................................................ 67

Lineament Density Analysis to Predict Fault: A Coal Mine Case


Prabowo, K., Irawan, D.E., Santosa, B. ...................................................................... 68

xiii
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

Eksistensi Kars dan Caliche Formasi Wonosari Terhadap Morfologi Daerah


Semanu, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Dahyar, M., Wibowo, A., Prayogi A., Erlisa, P., Said, S., Premonowati ..................... 69

Quantitative Application of Fluvial Geomorphology: Insight into Modern Equatorial


River of Borneo, Indonesia
Rohmana, R.C., Fardiansyah, I., Malda, O., Budiman, A., Taufani, L., Prisila J. ....... 70

The Dynamic Interaction of Turbidity Current under Dense Stratified Water: A


Flume Experimental Model Approach
Ramadhan, B., Malda, O., Cahyo, F.A., Fardiansyah, I., Budiman, A......................... 71

Studi Fasies Karbonat Formasi Selatan Daerah Badung Provinsi Bali


Agastya, I.B.O., Sugiarto, S. ......................................................................................... 72

Hubungan Stratigrafi antara Satuan Batuan Vulkanik dengan Satuan Batuan


Karbonat di Daerah Bangunjiwo dan Sekitarnya, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Mulyani, S., Barianto, D.H., Rahardjo, W.................................................................... 73

Analisa Arah Arus Purba Berdasarkan Struktur Sedimen Hummocky di Daerah


Panggang, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Maarif, S.G., Firdausi, R.D., Widyastanto, A., Barianto, D.H.................................... 74
\
Studi Fasies Vulkanik dan Alterasi Hidrotermal Daerah Sungai Cikaniki dan
Sekitarnya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Haniffa, M., Harijoko, A. .............................................................................................. 75

Mekanisme Pengendapan Anggota Tuf Formasi Waturanda, Daerah Kali Kenteng,


Sempor, Kebumen, Jawa Tengah
Saputra, R.N., Novian, M.I............................................................................................ 76

Pengukuran Arah Arus Purba Formasi Waturanda Jalur Desa Kenteng, Kecamatan
Sempor, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah
Putra, R. P., Barianto, D. H.......................................................................................... 77

Stratigrafi Formasi Semilir di Dusun Krakitan, Desa Candirejo, Kecamatan Semin,


Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Efendi, W.V., Novian, M. I., Utama, R.. W.................................................................... 78

xiv
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

5. KELOMPOK STUDI PENDIDIKAN

Evaluasi Pembelajaran Geologi Ditinjau dari Keberhasilan Pembelajaran Mata


Kuliah Metode Geologi Lapangan di Jurusan Teknik Geologi FT UGM
Pramumijoyo, S., Wijono, S., Hariadi, B. W................................................................. 79

Pendidikan Mikropaleontologi Radiolaria di Perguruan Tinggi: Sebuah Usulan


Munasri......................................................................................................................... 80

Geologi Militer di Kawasan Nusantara Suatu Tantangan Bagi Militer dan


Pendidikan Sains Kebumian di Indonesia
Zakaria, Z...................................................................................................................... 81

Optimalisasi Wisata Berbasis Edukasi Kebumian Daerah Gunungkidul dan


Sekitarnya sebagai Geopark City Berkualitas Internasional
Stefano, A.D., Nurdiana, D.E., Wardani, K.A., Dewi, M.K. ......................................... 82

Ikatan Alumni Toiki dan Perannya dalam Pendidikan Ilmu Kebumian di Indonesia
Ismail.K., Widyaningrum, A.......................................................................................... 83

xv
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P1O-01
PEMODELAN AIRTANAH DAERAH PENAMBANGAN BATUBARA
PITTERBUKA DI MUARA LAWA, KABUPATEN KUTAI
BARAT,KALIMANTAN TIMUR

Devy, S.D.1,2, Hendrayana, H.1, Putra, D.P.E.1


1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
2
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman
*
E-mail : azvy_05@yahoo.co.id

Abstrak
Perubahan tata guna lahan berdampak pada ketersediaan airtanah baik secara
kualitas maupun kuantitas. Aktivitas penambangan batubara pit terbuka merupakan
aktivitas perubahan tata guna lahan yang berakibat langsung terhadap perubahan
perlapisan batuan yang berkorelasi dengan lapisan akuifer sebagai lapisan pembawa
airtanah. Kajian kondisi hidrogeologi, hidrologi, dan kondisi batas hidrogeologi
sangat berperan untuk mengetahui keberadaan airtanah pada cekungan airtanah dan
menentukan pemodelan airtanah sebelum sampai penutupan tambang.Daerah model
penelitian, di kecamatan Muara Lawa, termasuk dalam Formasi Pulaubalang,
Pamaluan, dan Balikpapan pada struktur Sinklin Lampanan. Kemiringan perlapisan
batuan (dip) 16-20 dengan sumbu sinklin yang membentang dari timur laut
menuju ke barat daya. Hasil pemboran eksplorasi mengindikasikan, bahwa
hidrogeologi daerah penelitian masuk dalam sistem akuifer batuan sedimen terlipat
yang terdiri dari tujuh lapisan akuifer yang berselang-seling antara akuitar, akuifer,
dan lapisan dasar berupa akuiklud. Daerah model penelitian dibatasi oleh batas air
permukaan pada dua sungai besar, yaitu Sungai Lawa (timur) dan Sungai Perak
(barat), serta batas pemisah airtanah dengan head tertinggi (utara dan selatan) yang
dibatasi oleh perbukitan homoklin berbentuk sayap sinklin. Hasil analisis tipe
akuifer daerah model termasuk kategori akuifer semi tertekan dengan dominasi
akuitar pada lapisan permukaan. Perubahan morfologi dan geologi akibat aktifitas
penambangan berpengaruh terhadap perubahan aliran airtanah, terutama pada
daerah pit tambang yang mengalami penurunan elevasi sampai -70 m dpl dan
penambahan elevasi hingga 40 m pada daerah disposal. Hal ini berdampak
perubahan pola arah aliran airtanah pada arah pit, penurunan muka airtanah
piezometrik, penurunan kecepatan aliran airtanah pada pit, dan terbentuknya
void/pit lake. Perubahan-perubahan dari dampak aktivitas penambangan (pra
tambang sampai pasca tambang) dapat diprediksi dengan memodelkan
menggunakan VisualModflow.
Kata kunci: lapisan akuifer, akuitar, akuiklud, head, pit, disosal,pit lake/void.

1
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P1O-02
KONTRIBUSI PEMODELAN ALIRAN AIRTANAH UNTUK MENGATASI
PERMASALAHAN LINGKUNGAN
STUDI KASUS: SEMARANG
Putranto, T.T.1
1
Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
*
E-mail : putranto@ft.undip.ac.id

Abstrak
Peningkatan ekonomi dan pertumbuhan penduduk di Kota Semarang tentunya
membawa konsekuensi perubahan fungsi tata guna lahan dari lahan pertanian
menjadi nonpertanian dalam proses perkembangan kota. Ternyata perubahan tata
guna lahan sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk dan peningkatan ekonomi
juga memberikan dampak negatif. Salah satu sumber daya alam yang ikut menjadi
korban akibat perubahan tata guna lahan adalah peningkatan eksploitasi airtanah
untuk memenuhi kebutuhan air baku. Permasalahan lingkungan akibat penggunaan
airtanah sampai saat ini belum bisa teratasi mengingat pendataan penggunaan
airtanah yang tidak terkontrol secara optimal. Oleh sebab itu, diperlukan kajian
secara kuantitatif untuk mengetahui total pemanfaatan airtanah yang sebenarnya
berdasarkan data geologi, hidrogeologi serta hidrologi melalui perhitungan numeris
menggunakan perangkat lunak Finite Element FLOW/FEFLOW. Pemodelan
airtanah dapat digunakan untuk memberikan informasi seberapa besar aktivitas
eksploitasi airtanah yang telah terjadi saat ini, peta aliran muka airtanah aktual dan
kesetimbangan airtanah (selisih air yang masuk dan keluar dari daerah model).
Kalibrasi hasil pemodelan serta validasi dengan kenyataan data di lapangan akan
memberikan gambaran seberapa akurat hasil pemodelan tersebut. Selain itu, hasil
model dapat dipakai untuk memprediksi bagaimana dampak yang terjadi di masa
depan seiring perkembangan jumlah penduduk dan perubahan penggunaan lahan
serta antisipasi perubahan iklim yang terjadi di masa depan. Pengambilan airtanah
yang intensif di Kota Semarang (hasil model terkalibrasi pada tahun 2010 sekitar 61
juta m3) menyebabkan cadangan airtanah dalam hanya sekitar 12 juta m3 (hanya
memenuhi 20% dari kebutuhan air baku dengan asumsi kebutuhan air 120
L/hari/orang) serta muka airtanah dalam turun di bawah muka air laut hingga -50 m,
sehingga menyebabkan terbentuknya kerucut airtanah di bagian utara kota
Semarang. Selain itu juga menyebabkan intrusi air asin di bagian utara Kota
Semarang seperti yang telah terjadi saat ini.

Kata kunci: Semarang, airtanah, pemodelan aliran airtanah, FEFLOW

2
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P1O-03
IDENTIFIKASI KERUSAKAN DAS LUK ULO DAN UPAYA
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(STUDI KASUS : KARANGSAMBUNG, KABUPATEN KEBUMEN)
Puswanto, E.1, Raharjo, P.D.1, Widiyanto, K.1
1
UPT BIKK Karangsambung - LIPI,
1
E-mail: epuswanto@gmail.com

Abstrak
Karangsambung dengan geodiversity yang unik dan langka menjadi dasar
ditetapkannya wilayah ini menjadi Kawasan Cagar Alam Geologi. Namun,
tampaknya keanekaragaman non-hayati ini baik berupa bentang alam dan batuan
bernilai tinggi belum sepenuhnya disadari oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji pengaruh tingkat kerusakan DAS Luk Ulo terutama erosi dan peran
masyarakat meminimalisir tingkat kerusakan dalam usaha konservasi geodiversity.
Hasil penelitian menunjukkan intensitas erosi pada segmen DAS Luk Ulo
Karangsambung sangat intensif. Salah satu indikator untuk monitoring tingkat erosi
DAS Luk Ulo dapat diamati dari peta NDVI (Normalized Difference Vegetation
Index) hasil transformasi citra satelit Landsat TM untuk mengetahui tutupan
kerapatan vegetasi. Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat Karangsambung
dan sekitarnya yang telah ditempuh adalah pembentukan Forum Peduli Konservasi
Lahan dan Batuan (FPKLB) yang diinisiasi dan difasilitasi oleh UPT BIKK
Karangsambung LIPI.

3
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P1O-04
STUDI KARAKTERISTRIK PETROLOGI, GEOKOMIA, DAN SIFAT
KETEKNIKAN ANDESIT DI DAERAH TANJUNGSARI DAN
SEKITARNYA, KECAMATAN PACITAN, KABUPATEN PACITAN,
PROVINSI JAWA TIMUR
Hendratno, A.1, Farih, S.L.N.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
1
E-mail: laili.geologi09@gmail.com

Abstrak
Andesit merupakan salah satu komoditas bahan galian yang keterdapatannya
melimpah di Pacitan, banyak ditambang dan dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Andesit di daerah Tanjungsari dan sekitarnya termasuk dalam Formasi Arjosari,
merupakan hasil vulkanisme Tersier, berupa lava yang berasal dari magma andesitik
dengan komposisi SiO2 sebesar 57,59 59,14 % berat, memiliki afinitas tholeiitic
calc-alkaline. Magma ini terbentuk pada tatanan tektonik yang berada di zona
subduksi (penunjaman), tepatnya di daerah busur kepulauan calk-alkaline. Sumber
magma berasal dari magma pikrit atau basal olivin asal mantel N-MORB yang telah
mengalami pengkayaan unsur Rb, Ba, Th, K dari kerak yang menunjam dan
mengalami proses fraksinasi olivin dan klinopiroksen sehingga berubah
komposisinya menjadi magma andesitik. Hasil uji keteknikan andesit menunjukkan
kekuatan andesit tergolong lemah, cukup kuat dan kuat, dan secara umum kualitas
andesit di daerah penelitian memenuhi standar batu alam untuk bahan bangunan.
Hasil analisis korelasi dan regresi menyajikan bentuk hubungan antara karakter
petrologi dan geokimia terhadap sifat keteknikan andesit dan model regresi.

Kata kunci: Andesit, Pacitan, Formasi Arjosari, petrologi, sifat keteknikan,


petrogenesa, kualitas batuan.

4
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P1O-05
KAJIAN POTENSI KAWASAN KARST KENDENG UTARA
PEGUNUNGAN REMBANG MADURA KABUPATEN REMBANG, JAWA
TENGAH
Wacana, P.1, Irfanianto1, Rodhialfalah, A.1, Widjanarko, S.1, Suryono, T.1, Chandra,
F.1, Ahmad, F.2, Fauzi, I.3, dan Lukiarti, M.4
1
Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta,
2
Semarang Caver Associaton (SCA),
3
Indonesia Caver Society (ICS),
4
Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Rembang

Abstrak
Bagian selatan Kabupaten Rembang terpapar pegunungan yang memanjang dari
barat timur, yang merupakan bagian dari Pegunungan Rembang Madura yang
masih berada di kelurusan Pegunungan Karst Sukolilo atau yang lebih dikenal
sebagai Pegunungan Karst Kendeng Utara Kabupaten Rembang yang memiliki
fenomena bentang alam karst. Kawasan ini merupakan kawasan imbuhan air atau
cekungan air tanah (CAT) terbesar di Kabupaten Rembang yang sering dikenal
sebagai Pegunungan Watuputih atau Kawasan Karst Watuputih, merupakan
Kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih yang tertuang dalam Keputusan
Presiden Nomor 26 Tahun 2011 Tentang Penetapan Cekungan Airtanah dalam
lampiran poin 124. Pola aliran (sistem hidrologi) yang berkembang adalah pola
pengaliran paralel yang dikontrol oleh struktur geologi dan proses pelarutan yang
ada dikawasan tersebut. Penjajaran mata air kars pada bagian Utara dan Selatan,
muncul pada ketinggian kisaran 100 -350 mdpl radius 1 3,5 km dari wilayah CAT
Watuputih, mata air yang tersingkap sebagian besar bersifat parenial atau mengalir
sepanjang tahun dan sebagian kecil bersifat musiman. Kawasan CAT Watuputih
merupakan kawasan bentang alam karst, ini dapat dilihat dari berkembangnya
proses karstifikasi yang membentuk sistem perguaan, sumber mata air dan sungai-
sungai bawah permukaan. Sebagai CAT kawasan ini merupakan kawasan yang
perlu mendapat perhatian dalam kontek perlindungan dan konservasi. Kawasan
CAT Watuputih menjadi pengontrol utama dalam memberikan suplai terhadap
sumberdaya air yang ada di di sekitar kawasan Pegunungan Watuputih,
Ditetapkannya kawasan CAT Watuputih sebagai kawasan lindung geologi dalam
Perda No 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Rembang seharusnya menjadi
dasar dalam memberikan perlindungan dan melakukan pengelolaan yang lebih baik,
agar fungsinya tetap terjaga sehingga, risiko bencana atas hilangnya sumberdaya air
dapat dihindarkan di kemudian hari.

Kata kunci: CATWatuputih, Parenial, Mata air karst, Konservasi, Perlindungan

5
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P1O-06
STUDI KEKUATAN GESER TERHADAP PENGARUH KEKASARAN
PERMUKAAN DIAKLAS BATUGAMPING
Saptono, S.1, Sudarsono1, Hartono1, dan Fiorettha, K.1
1
Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta,,
1
E-mail: singgihsaptono@upnyk.ac.id

Abstrak
Kekasaran permukaan bidang geser batuan dapat mempengaruhi kekuatan geser
batuan. Pada kegiatan penambangan, baik tambang terbuka maupun tambang bawah
tanah, hal ini sangat penting untuk ditentukan karena perubahan kekuatan geser
tersebut dapat menyebabkan penurunan faktor keamanan baik pada lereng maupun
lubang bukaan tambang. Penurunan faktor keamanan ini dapat menyebabkan
terjadinya longsoran ataupun runtuhan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan,
terancamnya keselamatan jiwa serta kerugian dari segi ekonomi. Penelitian ini
dilakukan terhadap batugamping yang diambil dari daerah Kecamatan Pengasih,
Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa berdasarkan kriteria kekuatan batuan Barton, diketahui bahwa
nilai JRC bidang geser batugamping pada diaklas mengalami penurunan kohesi
sebesar 81,7% dari kondisi permukaaan diaklas kasar hingga halus, sedangkan
terhadap sudut gesek mengalami penurunan dari kondisi permukaan kasar ke halus
sebesar 33% akan tetapi pada kondisi permukaan lurus dan planar mengalami
penurunan sebesar 61%. Dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan
kekuatan geser batuan ini disebabkan oleh perbedaan kekasaran permukaan bidang
geser batuan. Hasil ini menunjukan bahwa kekuatan geser kohesi pada diaklas
sangat dipenguhi oleh kekasaran dibandingkan pangaruh kekasaran terhadap sudut
gesek dalam.

Kata kunci: Batugamping, Diaklas, Kekasaran JRC, Kohesi, Sudut gesek dalam

6
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P1O-07
PENENTUAN NILAI OPTIMUM YIELD DAN WELL YIELD PADA
AKUIFER DI KECAMATAN KALASAN DAN NGEMPLAK,
KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Hendrayana, H. 1 , Ardendi, M. A. 1
1.
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Email: heruha@ugm.ac.id

Abstrak
Kecamatan Kalasan dan Ngemplak merupakan salah satu wilayah pada Cekungan
Air Tanah Yogyakarta-Sleman dengan potensi air tanah yang tinggi berdasarkan
nilai Konduktivitas Hidrolika dan Transmisivitasnya. Berdasarkan kondisi tersebut
perlu dilakukan analisis lebih detil tentang nilai optimum yield untuk menghitung
debit optimal air tanah yang dapat diambil pada suatu daerah. Hasil dari nilai
optimal yield ini akan digunakan untuk (1) mengetahui besarnya debit air tanah
yang dapat diambil pada suatu akuifer, (2) mengetahui debit air tanah yang dapat
dipompa, (3) analisis debit pengambilan air tanah untuk mencukupi kebutuhan
sumber air baku di wilayah lain. Tahap pertama untuk menghitung nilai optimum
aquifer yield maupun well yield dilakukan pengukuran ketinggian muka air tanah
guna mengetahui pola aliran air tanah dan pemetaan geologi dan hidrogeologi untuk
mengetahui system akuifer daerah penelitian. Selanjutnya dilakukan pengukuran
debit sungai pada tiap segmen sungai guna mengetahui nilai Inflow dan Outflow
aliran air tanah. Hasil dari perhitungan yang didapat digunakan untuk menganalisa
perhitungan safe yield, sustainable yield,optimum aquifer yield dan optimum well
yield. Perbandingan dari nilai optimum yield dan well yield digunakan untuk
menentukan besarnya nilai debit yang dapat digunakan untuk mensuplai kebutuhan
sumber air baku air tanah di wilayah sekitar daerah penelitian.
Kata kunci : system akuifer, optimum yield, safe yield, sustainable yield

7
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P1O-08
GENESA MATA AIR CUMPLENG DAN PABLENGAN DI KABUPATEN
KARANGANYAR PROPINSI JAWA TENGAH
Wilopo, W.1 dan Dilaga, K.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,

Abstrak
Kabuapten Karanganyar berada di sisi barat lereng Gunung Lawu. Pada daerah ini
banyak dijumpai mataair yang dipergunakan oleh penduduk untuk kebutuhan
sehari-hari. Salah satu mata air yang banyak dimanfaatkan adalah Mata air
Cumpleng di Kecamatan Tawangmangu dan Mata air Pablengan di Kecamatan
Matesih. Namun demikian sampai saat ini belum diketahui jelas mengenai genesa
dari kedua mata air tersebut. Untuk itu dilakukan penelitian meliputi survai
lapangan, pengambilan sample air dan batuan serta analisa dilaboratorium. Hasil
dari analisis menunjukkan bahwa suhu air dari kedua mata air tersebut lebih dari 30o
dan mempunyai komposisi kimia yang berbeda dengan airtanah disekitarnya. Hal
ini menunjukkan bahwa mataair tersebut berhubungan dengan system panas bumi
yang berkembang di sekitar Gunung Lawu.

Kata kunci: Mataair, panas bumi

8
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P1P-01
ANALISIS GEOMEKANIKA FORMASI HALANG DAERAH TINATAH,
WONOKROMO, KABUPATEN KEBUMEN

Puswanto, E.1, Winduhutomo, S.1, dan Raharjo, P.D.1


1
UPT BIKK Karangsambung-LIPI
1
E-mail: epuswanto@gmail.com
Abstrak
Batuan sedimen Formasi Halang memiliki pelamparan yang cukup luas di
Kabupaten Kebumen. Secara umum, satuan batuan anggota Formasi Halang di
lokasi penelitian didominasi oleh perselingan batupasir tufan dan batulempung.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kontrol intensitas geologi struktur terhadap
RQD (rock quality design) dan penilaian massa batuan atau RMR (rock mass
rating). Hasil analisis geomekanik Formasi Halang, khususnya di daerah Tinatah,
Desa Wonokromo Kecamatan Alian memberikan nilai RQD dan RMR terendah,
yaitu 8 dan 30. Kelas pembobotan dideskripsikan sebagai kelas V atau sangat jelek.
Hal ini mengindikasi bahwa potensi gerakan massa yang telah terjadi di daerah
penelitian berhubungan dengan hasil analisis geomekanika yang kurang baik.

9
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P1P-02
PERBAIKAN TANAH EKSPANSIF MELALUI PENAMBAHAN CaO
DALAM UPAYA MENINGKATKAN DAYADUKUNG TANAH
UNTUK PONDASI DANGKAL
Zakaria, Z.1, Muslim, D.1, dan Mulyo, A.1
1
Dosen Staf Pengajar Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran
1
E-mail: zufialdi_z@unpad.ac.id

Abstrak
Penelitian dilakukan di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, sebagai upaya untuk
mengetahui peningkatan dayadukung tanah pondasi dangkal melalui perbaikan
tanah. Dayadukung tanah bergantung kepada sifat fisik dan material tanah. Sampel
yang didapat berupa lempung plastisitas tinggi (CH) dengan angka aktivitas antara
0.96 sampai 1,34 (dengan metode Skempton) atau 1,06 sampai 1,49 (dengan metode
Seed) termasuk lempung aktivitas tinggi bersifat monmorilonitik.
Dalamperencanaan infrastruktur pondasi, desain pondasimembutuhkanfaktor
keamanan. Nilai dayadukung yang diijinkan (qa) dengan Faktor Keamanan=3
untuk pondasi dangkal bentuk segi-empat, didapatkan antara 3.819 sampai 4.325
T/M2, untuk bentuk pondasi melingkar, antara 3.808 sampai 4.313 T/M2, dan untuk
bentuk pondasi lajur, antara 3.117 sampai 3.517 T/M2. Untuk menghindari
kegagalan pondasi, beban bangunan tidak boleh melebihi dayadukung tanahnya.
Tanah yang diperkirakan ekspansif, perlu dilakukan soil improvement. Perbaikan
tanah melalui uji laboratorium dilakukan dengan penambahan kapur (CaO).
Melalui penambahan kapur secara bertahap per-5% sebanyak 20% sampai 40% dari
100% berat lempung, penurunan aktivitas tanah didapatkan dengan persamaan
A=4.9984 CaO-0.586. Sejalan dengan penurunan angka aktivitas, terjadi kenaikan
dayadukung tanah untuk pondasi dangkal bentuk square dengan persamaan: qa =
9,084e(0,0387 CaO), untuk pondasi dangkal bentuk circular: qa = 9,154e(0,0382 CaO),
untuk pondasi dangkal bentuk continuous: qa = 6,794e(0,0413 CaO).

Kata kunci: dayadukung tanah, pondasi dangkal, perbaikan tanah

10
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M1O-01
MENGENALI INTERAKSI AIR SUNGAI DAN AIR TANAH, SERTA
ANALISIS HUBUNGAN SIFAT KIMIA AIR MELALUI METODA GRAFIK
(ANALISIS NILAI R2) DALAM PENYELESAIAN MASALAH
KEKURANGAN AIR BERSIH WARGA SUKALAYA, TASIKMALAYA
Pratama, A. 1, Abdulbari, N. 1, Nugraha, M.I. 1, Prasetio, Y. 1, Tulak, G.P. 1,
Warliana, A. 2, dan Irawan, D.E. 1,
1
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
2
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung
1
E-mail: aditya16311209@yahoo.co.id

Abstrak
Sulitnya sumber air bersih di pemukiman sekitar sungai menjadi masalah yang
kerap kali terjadi, seperti di pemukiman sekitar Sungai Ciromban dan Sungai
Cibeureum, Sukalaya, Kota Tasikmalaya yang selalu mengalami kekurangan air
bersih ketika musim kemarau. Observasi kualitas air dilakukan di dua sungai sekitar
pemukiman, yaitu Sungai Ciromban dan Sungai Cibeureum, untuk mengetahui
distribusi pencemaran air di daerah tersebut. Sebanyak 20 titik pengamatan di sumur
warga, 17 titik di Sungai Ciromban, dan 11 titik di Sungai Cibeureum telah
diukurpada bulan Juli-Agustus 2014untuk membuatpetaaliran air dan grafik antara
sifat kimia air sungai dan air sumur.Peta isofreatik menunjukkan aliran air dari
akuifer ke arah sungai terjadi di bantaran Sungai Cibeureum. Sebaliknya data dari
Sungai Ciromban menunjukkan aliran air sungai masuk ke dalam akuifer. Grafik
antara pH air Sungai Ciromban dengan pH air sumur warga menunjukkan nilai
R2>0.5, begitupun dengan grafik antara nilai TDS air Sungai Ciromban dan air
sumur warga. Grafik antara pH air Sungai Cibeureum dan air sumur warga memiliki
nilai R2<0.5, begitupun dengan grafik antara nilai TDS air Sungai Cibeureum dan
air sumur warga. Sumber pencemar air berasal dari air Sungai Ciromban.Unsur-
unsur berbahaya yang diperkirakan terkandung dalam air Sungai Ciromban berupa
besi dan mangan dalam kadar berlebih, serta Cd, Cu, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn,
dan Mn yang timbul dari lindi yang dihasilkan dari tumpukan sampah di sekitar
sungai tersebut. Uji kualitas air perlu dilakukan untuk memberikan rekomendasi
solusi yang tepat dalam penyelesaian masalah tersebut.

11
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M1O-02
MICROZONATION ANALYSIS USING PEAK GROUND
ACCELERATION (PGA) AND SEISMIC VULNERABILITY INDEX
ATPRAMBANAN TEMPLE AND ITSSURROUNDINGAREA,
YOGYAKARTA PROVINCE, INDONESIA
Mubin, F.1 and Nurcahya, B.E.1
1
Geophysics Sub-Department, Physics Department, FMIPA, UGM
1
Email: mubinugm@gmail.com

Abstract
In 2006 a large earthquake ever occurred in the province of Yogyakarta,
which caused considerable damage. This is the basis need to investigate the seismic
vulnerability index in around of the earthquake zone. This research is called
microzonation of earthquake hazard. This research has been conducted at the site
and surrounding of Prambanan. The reason this research needs to be done because
in the event of an earthquake in 2006, there was damage to the temples at
Prambanan temple complex and its surroundings. In this research, data collection
carried out for 60 minutes using three component seismograph measurements
at 89 points with spacing of 1000 meters. The data recorded in time function
were analyzed using the spectral ratio method, known as the Horizontal to
Vertical Spectral Ratio (HVSR). Results from this analysis are predominant
frequency (f0) and amplification factor (A) is used to obtain seismic
vulnerability index. The results of research showed the dominant frequency
range from 0.2 to 21 Hz and the amplification is in interval from 0.2 to 7.
Interval value for seismic vulnerability index is 0.1 to 28.

Keywords: seismic vulnerability index, predominant frequency, amplification


factor, microzonation.

12
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M1O-03
INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN
ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA
BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR
Audinno, R.T. 1,Setiawan, M.I.N.1,Gunawan, A.2, dan Nandro, A.E.2;3
1
STT Migas Balikpapan
2
GeoPangea Research Group
3
Kaltim Prima Coal
1
Email: audinnolang@gmail.com

Abstrak
Lokasi penelitian terletak di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Secara geografis
daerah penelitian berada pada posisi1856LU 1165411BT. Kota Balikpapan
adalah kota terbesar kedua di Kalimantan Timur dengan jumlah penduduk sekitar
675.258 jiwa.Dilihat dari topografinya, Kota Balikpapan memiliki kemiringan dan
ketinggian permukaan tanah dari permukaan air laut yang sangat beragam. Mulai
yang terendah dari wilayah pantai dengan ketinggian 0 mdpl sampai dengan
wilayah berbukit dengan ketinggian 100 mdpl. Dominasi wilayah berbukit membuat
sebagian besar wilayah, yaitu 42,33% mempunyai kelas kemiringan 15% - 40%
yang rawan tanah longsor.Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan,kondisi
sebagian besar batuan daerah telitian terdiri dari batupasir unconsolidated dengan
bentuk butir sub-rounded rounded, nilai berat isi batuan adalah 1,478 gr/cm3 -
1,892 gr/cm3, nilai berat isi batuan kering adalah 1,023 gr/cm3 - 1,412 gr/cm3, nilai
kadar airnya adalah 37,48 % - 45,64 %, nilai berat jenis adalah 2,59 gr/cm3 - 2,68
gr/cm3. Pada analisa uji geser langsung yang bertujuan untuk mendapatkan sifat
mekanik batuan diperoleh nilai kohesi yaitu 0,2 - 0,6, dan sudut geser dalamnya
yaitu 25o - 38o.Dari hasil analisis Faktor Keamanan yang diperoleh menurut Bowles
(1984), didapatkan kriteria Kritis (1,07 < FK < 1,25) berada pada gerakan tanah
bertipe Subsidence, sedangkan kriteria Labil (FK < 1,25) berada pada gerakan tanah
bertipe Debris Slide.Faktor faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng di daerah
telitian antara lain adalah sifat fisik dan mekanik batuan, litologi, struktur geologi,
kemiringan lereng dan morfologi, vegetasi, dan curah hujan. Cara penanggulangan
ketidakstabilan lereng di daerah telitian dapat dilakukan dengan cara modifikasi
lereng, cara injeksi, dan pengendalian air permukaan.

Kata kunci: investigasi geologi, longsor

13
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M1O-04
APLIKASI WEAP (WATER EVALUATION AND PLANNING) UNTUK
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
Anatoly, N.1dan Putranto, T.T.1
1
Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
1
Email: nicoanatoly@gmail.com

Abstrak
Keberadaan air sebagai sumber daya di alam ini bersifat dinamis yang berkaitan
dengan siklus hidrologi. Permasalahan yang biasanya terjadi pada pengelolaan
sumber daya air yaitu terjadinya krisis air. Faktor utama krisis air ini ialah perilaku
manusia sendiri dan kerusakan lingkungan yang terjadi. Aplikasi Water Evaluation
and Planning atau WEAP merupakan salah satu program komputer yang dibuat
untuk membantu dalam hal evaluasi sumber daya air dan pengembangan
sumberdaya air yang berkelanjutan. Prinsip pengelolaan sumber daya air secara
umum harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain dilaksanakan secara terpadu
dan berwawasan lingkungan, pengelolaan infrastruktur keairan, dan pada dasarnya
berupa pemanfaatan, perlindungan, dan pengendalian. Aplikasi WEAP dibuat dan
dikembangkan oleh Stockholm Environment Institute - Tellus Institute, Boston,
Massachusetts. WEAP beroperasi dengan prinsip dasar kesetimbangan air dan dapat
diterapkan pada sistem suatu kota maupun daerah pertanian, daerah aliran sungai
tunggal atau daerah aliran sungai lintas wilayah. Pada hakikatnya, air tidak dibatasi
oleh batas administratif suatu daerah melainkan adanya daerah aliran sungai. Hal ini
menyebabkan banyak daerah aliran sungai yang bersifat lintas wilayah. Selain itu,
WEAP dapat mensimulasikan berbagai komponen alam dan rekayasa sistem,
termasuk curah hujan yang terjadi tiap satuan waktu, aliran air relatif, dan resapan
airtanah dari curah hujan, konservasi air, kebijakan air dan prioritas alokasi, operasi
reservoir, generasi hydropower, kualitas air, penilaian kerentanan sert persyaratan
ekosistem.

Kata kunci:Sumber daya air, kesetimbangan air, Aplikasi WEAP (Water


Evaluation and Planning)

14
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M1O-05
STUDI RETAKAN YANG TERDAPAT PADA JALAN TOL SEMARANG-
SOLO RUTE KOTA SEMARANG HINGGA UNGARAN, KABUPATEN
SEMARANG
Haq, M.A.1 dan Utomo, G.J.1
1
Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
1
Email: husada.ganda@yahoo.co.id

Abstrak
Pembangunan jalan tol Semarang-Solo rute Kota Semarang hingga Ungaran,
Kabupaten Semarang merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk
mempermudah akses perjalanan dari Semarang dan sekitarnya menuju Solo dan
sekitarnya, ataupun sebaliknya. Namun setelah pengerjaan pembangunan tol
tersebut berakhir, timbul beberapa masalah konstruksi yang diakibatkan oleh kurang
adanya perhatian terhadap aspek geologi. Penelitian ini bertujuan untuk dijadikan
sebagai salah satu media pembelajaran terhadap bahaya geologi yang dapat terjadi
pada pembangunan jalan tol. Metode yang digunakan dalam pembuatan paper ini
adalah studi pustaka dan observasi lapangan. Setelah pembangunan rute pertama
konstruksi tol ini dinyatakan selesai, timbul retakan yang terjadi pada KM 5,5
hingga KM 5,7 (Bibit Waluyo, 2011). Berdasarkan hasil analisis geomorfologi,
daerah tersebut diindikasikan mengalami pergerakan tanah. Selain itu, berdasarkan
hasil analisis petrologi ditemukan adanya tiga satuan, yaitu koluvial, breksi dan
batupasir Formasi Kaligetas, dan batulempung Formasi Kerek yang berperan
penting dalam pergerakan tanah tersebut. Serta berdasarkan hasil analisis struktur
geologi ditemukan adanya perlapisan, kekar dan sesar. Ketiga faktor tersebut saling
berkorelasi sebagai penyebab terjadinya retakan pada jalan tol Semarang-Solo rute
Kota Semarang hingga Ungaran, Kabupaten Semarang KM 5,5 hingga KM 5,7.

Kata kunci:retakan, pergerakan tanah, Tol Semarang-Solo

15
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M1O-06
PEMETAAN BAHAYA AMBLESAN DI DAERAH KARST KECAMATAN
SEMANU, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROPINSI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
Widyaningtyas, C.P.1& Putra, D.P.E.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada
1
Email: putra_dpe@yahoo.com

Abstrak
Kecamatan Semanu merupakan salah satu wilayah kecamatan di Kabupaten
Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Fenomena karst banyak dijumpai di
wilayah kecamatan ini, selain bukit kerucut, sinkholes sangat umum dijumpai pada
baik di batugamping segar ataupun lapuk. Sinkholes secara teori dapat memicu
terjadinya amblesan lahan dan membahayakan manusia ataupun properti/konstruksi
teknik diatas ataupun sekitarnya. Di daerah penelitian diketahui bahwa terdapat
telaga yang mengering akibat adanya amblesan yang disebabkan oleh adanya
sinkhole didasar telaga tersebut. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk memetakan zona bahaya amblesan akibat dari keberadaan sinkhole. Untuk
mencapai tujuan tersebut, observasi lapangan dan evaluasi data sekunder dilakukan
untuk mengumpulkan data morfologi, litologi, lineament, dan keberadaan sinkholes
serta kejadian amblesan yang sudah ada. Korelasi antara keberadaan sinkhole
dengan morfologi, litologi serta lineament dilakukan untuk memahami faktor
intrinsik yang berpengaruh terhadap keberadaan sinkhole. Untuk menentukan
parameter yang paling berpengaruh, evaluasi Analytic Hierarchy Process dilakukan
yang hasilnya menunjukkan bahwa faktor jenis litologi lebih berperanan
dibandingkan dengan lineaments dan faktor morfologi. Hasil bobot metode AHP ini
kemudian digunakan untuk membuat peta bahaya amblesan dengan metode overlay.
Berdasarkan cara ini, daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga zona tingkat
bahaya amblesan, yaitu (1) zona tingkat tinggi dengan probabilitas amblesan
sebesar 0,033% per km2, (2) zona tingkat sedang dengan probabilitas amblesan
sebesar 0,023% per km2, dan (3) zona tingkat rendah dengan probabilitas amblesan
sebesar 0,018% per km2. Peta bahaya ini divalidasi dengan kejadian amblesan dan
menunjukkan korelasi yang sangat baik dengan keberadaan amblesan yang telah
ada. Diharapkan dengan adanya peta bahaya amblesan ini, perencanaan wilayah dan
pembangunan konstruksi teknik di daerah penelitian memperhatikan zona-zona
bahaya amblesan yang ada.

16
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M1O-07
ANALISIS TIPE LONGSOR DAN KESTABILAN LERENG
BERDASARKAN ORIENTASI STRUKTUR GEOLOGI DI DINDING
UTARA TAMBANG BATU HIJAU, SUMBAWA BARAT
Aprilia, F.,1,Indrawan, I.G.B.1, Adriansyah, Y.2, dan Maryadi, D.2
1
Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Indonesia
2
Departemen Geoteknik & Hidrogeologi - PT. Newmont Nusa Tenggara, Indonesia
1
Email: faridha.aprilia@gmail.com

Abstrak
Batu Hijau merupakan salah satu tambang emas dan tembaga terbesar di Indonesia
yang dioperasikan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara dengan metode penambangan
terbuka. Selama pengoperasian tambang dari awal tahun 2000 hingga saat ini, telah
terjadi beberapa kasus longsor yang disebabkan oleh asosiasi struktur geologi dan
kondisi massa batuan yang lemah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tipe longsoran dan kondisi kestabilan lereng utara desain Phase 6 tambang Batu
Hijau yang sedang dioperasikan.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
struktur geologi sepanjang lereng hasil pemetaan geologi (line mapping), data
pemboran geoteknik, sifat keteknikan hasil uji laboratorium dan analisis balik
terhadap beberapa longsoran di daerah penelitian. Untuk mengetahui kondisi
kestabilan lereng dimaksud, maka analisis data yang digunakan meliputi analisis
kinematika dan kesetimbangan batas. Analisis kinematika menggunakan Schmidt
net dengan menggunakan Program Dips pada setiap blok analisis yang telah
ditentukan berdasarkan orientasi dan besar sudut kemiringan lereng. Dinding utara
desain Phase 6 dibagi menjadi tujuh blok analisis yakni blok TL-1, TL-2 dan TL-3
di bagian timurlaut, U-1, U-2 dan U-3 di bagian utara dan BL-1 di bagian baratlaut.
Analisis kesetimbangan batas menggunakan Program Slide dilakukan pada daerah
yang berpotensi tidak stabil secara kinematika. Adapun metode yang digunakan
adalah General Limit Equilibrium (GLE) dan perhitungan secara manual
menggunakan prinsip Mohr-Coulomb dan Hukum Newton untuk longsoran bidang
serta menggunakan Hoek-Bray Wedge Stability Chart untuk analisis longsoran baji.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tipe longsoran yang berpotensi menjadi pemicu
ketidakstabilan pada lereng penambangan di dinding utara tambang Batu Hijau
Phase 6 adalah tipe baji dan bidang dan/atau kombinasi keduanya. Hasil analisis
kestabilan lereng menunjukkan bahwa blok yang berpotensi tidak stabil adalah TL-1
dan BL-1.

17
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M1O-08
KADAR DAN PENYEBARAN MERKURI PADA MEDIA GEOLOGI
DI LOKASI PENAMBANGAN EMAS TRADISIONAL
DI KABUPATEN BANYUMAS, JAWA TENGAH
Fahmi, F.L. 1, Budianta, W. 1, Arifudin
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
1
Jl. Grafika 2 Kampus UGM, Yogyakarta, Tel. 0274-513668
1
E-mail: fraga_luzmi_fahmi@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini berlokasi di Desa Paningkaban, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas,
Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar dan penyebaran merkuri (Hg)
di sekitar daerah mineraliasasi emas dan lokasi penambangan emas tradisional berdasarkan
data kadar Hg pada 6 jenis media geologi yaitu urat/mineral bijih, tailing, tanah, air sungai,
sedimen sungai, dan air tanah. Pemetaan geologi detail dengan skala 1:25.000 dilakukan dan
pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan mempertimbangkan kondisi mineralisasi
dan penambangan emas tradisional. Pengujian kadar merkuri dilakukan dengan Portable X-
Ray Fluoroscence (XRF) dan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Hasil pengukuran
kadar merkuri pada berbagai jenis sampel kemudian disajikan ke dalam peta untuk
mengetahui penyebaran merkuri pada media geologi di daerah penelitian. Hasil pemetaan
geologi detail daerah penelitian menunjukkan litologi daerah penelitian tersusun oleh 3
satuan yaitu satuan batupasir graywacke, satuan batulempung-batulanau, dan satuan tuf
lempungan. Selain langsung sebagai media, satuan-satuan batuan ini juga merefleksikan
kondisi tanah di atasnya yang berperan menjadi media penyebaran merkuri di daerah
penelitian. Keterdapatan merkuri pada berbagai jenis media geologi, baik keterdapatan
secara alami maupun karena faktor manusia adalah pada sampel urat/mineral bijih dengan
rentang 0,005 0,012 ppm, rata-rata 0,008 ppm; sampel tailing dengan rentang 7,493 -
604,000 ppm, rata-rata 126,761 ppm; sampel tanah dan batuan dengan rentang 11,748 -
102,000 ppm, rata-rata 72,800 ppm; sampel sedimen sungai dengan rentang 7,673 - 11,886
ppm, rata-rata 9,747 ppm; sampel air sungai dengan rentang 0,479 - 1,928 ppm, rata-rata
1,003 ppm; sampel air tanah dengan rentang 0,219 - 1,574 ppm, rata-rata 0,867 ppm. Kadar
merkuri yang tinggi dijumpai pada tailing, tanah, dan batuan. Kadar merkuri tertinggi pada
sampel sedimen sungai dan air tanah ditemukan pada 2 daerah utama, yaitu di Desa Cihonje
dan Desa Paningkaban yang berdekatan dengan lokasi pengolahan bijih emas. Kadar
merkuri pada air tanah menunjukkan lebih tinggi di atas baku mutu lingkungan yang
disebabkan oleh kadar merkuri pada batuan yang mengalami mineralisasi, namun kadar
merkuri yang tinggi pada berbagai sampel lebih dominan disebabkan oleh aktivitas
penambangan dan pengolahan emas secara tradisional menggunakan merkuri (Hg) yang
masuk ke dalam tailing, tanah, batuan, air sungai, sedimen sungai, dan air tanah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor geologi dan manusia berperan dalam penyebaran
merkuri di daerah penelitian.
Kata kunci: penambangan emas tradisional, pencemaran merkuri, media geologi, AAS,
portable XRF

18
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M1O-09
MITIGASI BENCANA DENGAN PEMETAAN RESIKO TANAH LONGSOR
DI KECAMATAN DLINGO, KABUPATEN BANTUL
Permana, A.1, Rifai, A1, Wijono, S.2
1
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
2
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
2
E-mail : sugengwijono@gmail.com

Abstrak
Tanah longsor beberapa kali terjadi di Kecamatan Dlingo. Peristiwa longsor terakhir
terjadi di Desa Muntuk yang mengakibatkan dua rumah warga tertimbun pada 3
Januari 2013. Penelitian ini bertujuan untuk membuat peta risiko bencana tanah
longsor di Kecamatan Dlingo beserta saran untuk mitigasinya. Penelitian dilakukan
dengan interpretasi peta topografi, peta geologi regional dan observasi lapangan.
Penelitian didasarkan pada Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Analisis dilakukan menggunakan
aplikasi Sistem Informasi Geografis ArcGIS 9.3. Pembobotan skor faktor ancaman,
kerentanan dan kapasitas menggunakan metode Analytical Hierarchy Process. Peta
ancaman disusun berdasarkan bobot jenis batuan, kemiringan lereng, struktur
geologi, curah hujan, kegempaan dan air tanah. Peta kerentanan disusun
berdasarkan kerentanan ekonomi, sosial, fisik dan lingkungan. Peta kapasitas
disusun berdasarkan kapasitas kelembagaan, peringatan dini, jalur dan tempat
evakuasi serta countermeasure. Peta risiko disusun dari penggabungan hasil peta
ancaman, kerentanan dan kapasitas. Hasil penelitian berupa peta geologi detail dan
peta geologi tematik. Peta ini kemudian diolah menjadi peta ancaman. Peta
ancaman menghasilkan tiga zona ancaman, yaitu ancaman tinggi, sedang dan
rendah. Peta kerentanan memberikan informasi tiga desa termasuk dalam zona
kerentanan tinggi, dua desa zona kerentanan sedang dan satu desa zona kerentanan
rendah. Peta kapasitas menunjukkan satu desa dengan tingkat kapasitas tinggi dan
sedang serta empat desa dengan tingkat kapasitas rendah. Peta risiko menunjukkan
zona risiko tinggi relevan dengan zona ancaman tinggi. Dapat dikatakan, faktor
ancaman berperan lebih besar dalam menentukan tingkat risiko bencana tanah
longsor. Upaya mitigasi yang perlu ditingkatkan adalah membuat tempat evakuasi
di setiap desa dan perbaikan petunjuk jalur evakuasi. Rekayasa teknik yang
dilakukan bisa berupa pelandaian lereng dan pembuatan terasering.

19
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M1P-01
STRATEGI PENANGANAN ABRASI LAHAN BEKAS
TAMBANGDAERAH PANTAI MUDONG, KABUPATEN BELITUNG
TIMUR, PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG
Sakur,M.1, Ismail, K.1dan Wilopo, W.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
1
E-mail: mohamadsyakur1@gmail.com

Abstrak
Pantai Mudong merupakan salah satu pantai di daerah Manggar, Kabupaten
Belitung Timur yang dahulunya menjadi lahan bekas tambang timah. Tingkat abrasi
di pantai ini sangat cepat sehingga perlu upaya atau strategi untuk memperbaiki
kondisi lingkungan yang rusak. Metode penelitian yang dilakukan berupa survei
lapangan yang meliputi pengamatan litologi, kecepatan angin, lebar pesisir dan juga
data sekunder. Berbagai aktivitas dalam kegiatan penambangan menyebabkan
rusaknya karakter fisik tanah seperti struktur tanah, tekstur tanah, porositas dan bulk
density. Litologi penyusun Pantai Mudong berupa pasir kuarsa yang lepas-lepas
sehingga membuat tingkat abrasi pantai sangat cepat. Kecepatan angin di pantai ini
cukup besar sekitar 4 19 km/jam untuk angin dekat permukaan dan sekitar 12-31
km/jam untuk angin pada ketinggian 2 m. Selain itu, kondisi lahan di daerah
tersebut memiliki kandungan pH yang asam sehingga tumbuhan yang ditanam
masih sulit untuk tumbuh. Strategi untuk mengatasi abrasi dan mengembalikan
daratan dilakukan dengan dua cara yaitu penanaman tumbuhan yang paling cocok
untuk mengatasi abrasi dan mampu membentuk daratan baru dan pembangunan
konstruksi pemecah ombak. Rehabilitasi yang dilakukan berupa penanaman cemara
udang (Cassuarina equisetifolia) sepanjang bibir pantai Mudong sebagai alternatif
awal karena tumbuhan ini memiliki kemampuan bertahan hidup yang baik di
lingkungan asam, kecepatan pertumbuhan yang tinggi, mampu menghasilkan humus
dan pertumbuhan akar yang melebar. Pada bagian wave cut platform yang
keberadaannya setempat-setempat akan dibentuk bangunan pemecah ombak
sehingga dapat menahan laju abrasi.

Kata kunci: Lahan bekas tambang, abrasi, cemara udang, bangunan pemecah
ombak

20
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M1P-02
REMEDIASI TANAH TERCEMAR KADMIUM (Cd) DENGAN
MENGGUNAKAN ZEOLIT DARI DAERAH HARGOSARI, KECAMATAN
GEDANGSARI, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
Putrayana, N.1, Dhanu, B.E.1, Khasanah, U1. dan Budianta, W.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
1
E-mail: bimaekodhanu1@gmail.com

Abstrak
Pencemaran lingkungan merupakan suatu masalah serius bagi kehidupan manusia.
Salah satu contoh pencemaran lingkungan yang terjadi saat ini adalah pencemaran
tanah oleh beberapa zat berbahaya seperti kadmium (Cd) sebagai hasil dari aktivitas
manusia seperti industri. Metode remediasi tanah dengan menggunakan zeolit alam
diharapkan dapat menjadi solusi dari masalah pencemaran tanah tersebut. Pada
zaman modern seperti sekarang ini, material alam seperti zeolit telah banyak
digunakan untuk mereduksi logam berat dalam tanah kaitannya dengan usaha untuk
mengurangi keterdapatan logam berat tersebut pada tanaman. Dibandingkan dengan
metode-metode lainnya, penggunaan zeolit terbukti lebih cepat, lebih bersih, dan
lebih murah. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki pengaruh dari zeolit alam
daerah Hargosari (Kabupaten Gunung Kidul) dalam mereduksi kadmium pada
sejumlah tanah tercemar. Zeolit dari daerah Hargosari memiliki persebaran yang
cukup potensial. Pengurangan kadmium dalam tanah yang dicampur dengan zeolit
diukur dalam percobaan Batch dan percobaan Kolom. Hasil dari percobaan batch
menunjukkan bahwa penambahan zeolit terhadap tanah tercemar akan mengurangi
konsentrasi kadmium pada seluruh tanah tercemar. Semakin banyak jumlah massa
zeolit ditambahkan pada tanah tercemar kadmium, maka semakin sedikit
konsentrasi kadmium yang tersisa dalam tanah tercemar. Nilai pH zeolit dan
campuran tanah yang lebih tinggi akan lebih efektif dalam mengurangi kadmium
pada tanah tercemar. Hasil dari percobaan kolom menunjukkan bahwa penambahan
zeolit terhadap tanah tercemar akan mencegah penyebaran kadmium pada seluruh
tanah tercemar. Secara keseluruhan, zeolit sangat efektif digunakan untuk
meremediasikan kadmium pada sejumlah tekstur tanah.

Kata kunci: Zeolit, tanah tercemar, reduksi kadmium

21
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M1P-03
STUDI KARAKTERISTIK GEOLOGI DALAM PERENCANAAN DAN
PENENTUAN LOKASI BANGUNAN PELIMPAH DARURAT DI WADUK
JATIGEDE, SUMEDANG, JAWA BARAT
Warman, G.1, Indrawan, I.G.B.1 dan Kuncoro, A.D.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
1
E-mail: gusti.warman@ymail.com

Abstrak
Suatu konstruksi bendungan dikatakan baik apabila mampu dan stabil dalam
menahan laju air kolam waduk, sehingga pada suatu kondisi tertentu yang mana laju
air kolam waduk tersebut mencapai batas maksimal dibutuhkan suatu bangunan
pelimpah cadangan (disamping adanya bangunan pelimpah utama) yang dapat
difungsikan pada suatu waktu, yakni suatu bangunan pelimpah darurat atau yang
lebih dikenal dengan emergency spillway. Terdapat dua alternatif utama lokasi
pembangunan pelimpah darurat di Waduk Jatigede, yakni rencana pelimpah darurat
kiri (sebelah barat bendungan utama)dan pelimpah darurat kanan (sebelah timur
bendungan utama), dimana masing-masing pelimpah darurat alternatif memiliki
karakterististik geologi. Lokasi perencanan pembangunan pelimpah darurat kedua
alternatif secara umum berada pada areal dengan morfologi tinggian bergelombang
lemah hingga sedang ke arah lembah menuju aliran Sungai Cimanuk. Litologi pada
pelimpah darurat kiri didominasi oleh breksi tuff dan perselingan batupasir-
batulempung tufan dari Formasi Breksi Terlipat, sedangkan pelimpah darurat kanan
didominasi breksi vulkanik dari Formasi Halang Bawah. Kedua lokasi berada pada
Zona Sesar Baru Jatigede yang melewati lembah alur Sungai Cimanuk. Sesar besar
lain seperti halnya Sesar Eretan, Sesar Cipining, Sesar Cikandang, dan Sesar
Pejagan juga mempengaruhi perencanaan konstruksi bangunan tersebut. Dari segi
kerentanan tanah, pada zona pelimpah darurat kanan sangat rawan terjadi gerakan
tanah sehingga banyak diperkuat dengan bronjong dan geogrid. Berdasarkan data
morfologi, litologi, struktur geologi, dan tingkat kerentanan tanah, bangunan
pelimpah darurat diusulkan untuk dibangun di sebelah kiri dari bendungan utama.

22
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M1P-04
ANALISIS KESTABILAN LERENG BERDASARKAN ORIENTASI
STUKTUR GEOLOGI DI SINGKAPAN BATUPASIR FORMASI KEBOK -
BUTAK
Nusantara, Y.P.1, Utama, P.P.1 dan Indrawan, I.G.B.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
1
E-mail: yurrynusantara@gmail.com

Abstrak
Analisis kestabilan lereng yang rentan mengalami longsoran dilakukan dalam
penelitian ini. Lereng tersusun atas litologi berupa batupasir kuarsa, batupasir tufan,
dan perselingan batulanau tufan dan batupasir tufan yang terkekarkan dan telah
mengalami proses pelapukan secara intensif.Pengukuran orientasi dan kedudukan
perlapisan batuan dan stuktur geologi kekar dilakukan di lapangan. Analisis
kinematika dilakukan untuk mengetahui tipe longsoran. Analisis kesetimbangan
batas dilakukan untuk mengetahui tingkat kestabilan lereng berdasarkan angka
faktor keamanan lereng. Hasil analisis awal menunjukkan lereng cenderung
mengalami longsoran tipe wedge failure yang terjadi karena adanya dua bidang
lemah yang saling berpotongan, dengan dominasi arah bidang lemah tenggara-barat
laut dan barat daya-timur laut.

23
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M1P-05
STUDI POTENSI GEOLOGI DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
DAN SEKITARNYA DALAM INTEGRASI TRANSPORTASI MASAL DARI
KOTA YOGYAKARTA MENUJU KAWASAN PANTAI SEBAGAI UPAYA
PENGEMBANGAN WISATA
Stefano, D.A.1*, Nurdiana, E.D.1 , Wardani, A.K.A.2 , Dewi, M.K.3
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
2
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
3Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
*
E-mail : alfredodstefano@yahoo.com

Abstrak
Perkembangan potensi pariwisata Yogyakarta dalam satu dekade terakhir
menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Pada 2010 tercatat kunjungan
wisatawan sebanyak 1.456.980 orang, dengan rincian 152.843 dari mancanegara
dan 1.304.137 orang dari nusantara (ILPPD Pemprov DIY, 2010). Besarnya potensi
pariwisata ini tidak sebanding dengan penyediaan fasilitas seperti sektor
transportasi, terutama ketika wisatawan ingin mengunjungi objek wisata yang
terletak di kawasan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Oleh
karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pandangan mengenai
model integrasi transportasi masal, ditinjau dari studi potensi geologi. Sebelum
dilakukan pembangunan dan pengembangan hal tersebut, diperlukan studi potensi
geologi untuk mengetahui litologi, potensi positif maupun potensi negatif geologi
daerah setempat. Metode yang digunakan adalah studi geologi regional dan
perencanaan model jalur yang akan dilewati. Selanjutnya, akan dibuat sistem
transportasi masal dari Kota Yogyakarta yang terintegrasi dengan bandara dan
stasiun. Kemudian membuat sistem bus pariwisata dan MRT (Mass Rapid Transit).
Sistem bus pariwisata dibuat dengan penjadwalan keberangkatan per jam, dengan
titik keberangkatan di titik-titik strategis di Kota Yogyakarta. Selanjutnya untuk
MRT, disesuaikan dengan rute perjalanan atau rute wilayah pemukiman penduduk
sehingga cost yang dikeluarkan dapat diminimalisasi.
Kata Kunci: Potensi Geologi, Transportasi Masal, Kawasan Pantai, Pengembangan
Wisata

24
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P2O-01
SENSITIVITY ANALYSIS IN SHALE GOUGE RATIO AND FAULT
PERMEABILITY MODEL FOR POST MORTEM RE-EVALUATION OF
M CLOSURE, OFFSHORE TIMOR SEA, INDONESIA
Hidayat, R.1, and Surjono, S.S.2
1
Geological Engineering Department, Universitas Gadjah Mada,
1
E-mail: rahmadihidayat@ugm.ac.id

Abstract
Since gas discovery in Abadi Gas Field, Offshore Timor Sea, many exploration
works have been conducted in adjacent area, including M closure. However, no
gas findings were reported in M closure. In order to determine post mortem
evaluation of M closure, evaluating fault seal is critical to understand trapping
mechanism uncertainty in M closure. This evaluation is carried out at Triassic
Challis sandstone reservoir, utilizing well data to obtain volume shale properties as
well as 2D seismic data to map fault throw, orientation and juxtaposition. Shale
Gouge Ratio (SGR) and Fault Permeability (Kf) model will be calculated using
Yielding and Manzocchi algorithm. M closure is a horst structure, bounded by
two NNE-SSW trending vertical faults as part of extensional event in Jurassic
Rifting Event. Based on three sensitivity analysis conducted in this study, SGR
model revealed that bounding faults in M closure mostly have more than 0.2
while Kf model have 0.1mD. Utilizing reference from earlier studies, it indicates
that those bounding faults are categorized as likely sealed faults. Post mortem re-
evaluation suggests that fault breaching is not the main geological risk issue in M
closure. Furthermore, opportunities for discovery in Offshore Timor Sea are still
wide open. There are many undrilled tilt-block closures similar to M Closure
which can be potential for further development by determining its position relative
to hydrocarbon charge and migration pathway.

Keywords: Shale Gouge Ratio, Fault permeability, Challis reservoir

25
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P2O-02
APPLIED FAIRWAY PROSPECTING IN COAL BED METHANE
EXPLORATION
CASE STUDY : CBM X BLOCK
Ontosari, D.1
1
PHE Metana Suban I,

Abstrak
Coal Bed Methane (CBM) exploration in X Block, South Sumatera Basin, is
conducted using fairway prospecting method. Combination of the lower limit of gas
content at one side and the lower permeability limit at the other side, would result a
region called the fairway. The fairway boundary limits from a series of the proposed
exploration drilling pattern representing a CBM fairway work area. Overlaid from
among several maps; the coal seam distribution map, coal depth structure map, drill
spacing maps, and the accessibility map area, will produce a pattern of prospective
CBM exploration drilling more effectively and efficiently. The coal distribution
map, coal depth structure map generated from a series of subsurface data; seismic,
well, and the near surface to the surface outcrop data. Accessibility maps derived
from forest maps, and the road network map. Drilling spacing pattern maps derived
from simulation, generated by some neighbour and secondary reference data. The
results of applied fairway prospecting in CBM block X are several hypothetical
fairways from two potential CBM reservoir, and nine prospective CBM exploration
drilling locations. Two of the CBM exploration wells have produced some of the
data that can improve the status of CBM resources from Prospecting to CBM
Contingent resources.

Keywords: fairway prospecting, coal seam distribution map, depth structure map,
CBM drill spacing pattern

26
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P2O-03
STUDI KOMPARASI PEMODELAN SUMBERDAYA BATUBARA
MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK MINESCAPE DAN SURPAC
Sasongko, W.1 dan Tarigan, M.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
1
E-mail: wahyu_sas@ugm.ac.id

Abstrak
Perangkat lunak yang sering dipakai dalam pengolahan data eksplorasi batubara, baik data
geologi permukaan dan data pengeboran untuk menghasilkan model geologi batubara digital pada
saat ini adalah menggunakan perangkat lunak Minescape dan Surpac. Masing-masing perangkat
lunak tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pemodelan sumberdaya batubara. Studi
komparasi dari segi data masukkan, validasi data, proses, dan keluaran serta aplikasi lebih lanjut
dalam penambangan batubara, menarik untuk dikaji untuk mengetahui dan memahami kelebihan
dan kekurangan masing-masing perangkat lunak tersebut. Sehingga usaha penggunaan kedua
aplikasi perangkat lunak tersebut bisa lebih optimal dalam mengetahui koefisien variansi, presisi
dan akurasi dari model sumberdaya batubara tersebut. Metode perhitungan dan pemodelan kulitas
batubara yang digunakan pada Minescape dan Surpac memiliki penggunaan metode yang
berbeda. Kedua perangkat lunak ini sama-sama menggunakan metode dasar gridding seam
namun perbedaannya terletak pada pembacaan titik-titik bor yang diketahui. Pada Minescape
menggunakan penggabungan antara metode poligon dan metode triangle. Sedangkan pada Surpac
menggunakan metode inverse distance dalam pembacaan titik-titik bor. Berbeda halnya dalam
persebaran kualitas batubara, pada Minescape menggunakan metode extrapolation distance
sedangkan Surpac tetap menggunakan metode inverse distance. Tahapan penelitian terbagi
menjadi beberapa tahap yang meliputi tahap persiapan yang meliputi tahap formulasi
permasalahan, kajian literatur dan tahap validasi data. Yang kedua adalah tahap pemodelan
batubara yang terkait mengenai input data, proses dan output (keluaran) dari suatu pemodelan.
Tahap yang ketiga adalah uji komparasi perangkat lunak melalui analisis statistik yang meliputi
parameter standard deviasi, koefesien variansi, presisi, akurasi dan korelasi hingga tahapan
terakhir yakni pembahasan dan kesimpulan terhadap hasil studi komparasi kedua perangkat
lunak. Keluaran pemodelan sumberdaya batubara dihasilkan nilai tonase batubara batubara
menggunakan Minescape sebesar 846247.80ton dan menggunakan Surpac sebesar 840304.00ton.
Analisis hasil pemodelan sumberdaya batubara menunjukkan bahwa akurasi perhitungan volume
sumberdaya batubara pada minescape lebih besar dibandingkan dengan surpac. Hasil analisis
menunjukan bahwa nilai rata-rata akurasi pemodelan volume dengan menggunakan minescape
sebesar 72,96%, sedangkan pada surpac nilai rata-rata akurasi perhitungan volumenya adalah
sebesar 71,92 %. Metode inverse distance pada Surpac lebih menghasilkan presisi data yang lebih
rendah dibandingkan dengan metode poligon pada minescape dalam perhitungan volume
sumberdaya batubara, yakni dengan koefesien variansi rata-rata 55.60 % dan 22.50 % untuk
minescape. Metode extrapolation distance pada Minescape lebih menghasilkan presisi yang lebih
rendah dibandingkan dengan metode inverse distance pada surpac dalam memodelkan persebaran
kualitas batubara. Nilai koefesien variansi yang dihasilkan dengan metode extrapolation distance
adalah sebesar 5.86% dan metode inverse distance sebesar 5.37%. Hal ini menunjukkan bahwa
minescape lebih mewakili hasil yang lebih dalam perhitungan volume maupun persebaran
kualitas batubara, pada skema dan asumsi yang diberikan pada pemodelan sumberaya tersebut.

Kata kunci: Komparasi pemodelan sumberdaya batubara, minescape, surpac, inverse distance,
dan extrapolation distance

27
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P2O-04
TINJAUAN KEMBALI POTENSI HIDROKARBON CEKUNGAN
BANYUMAS BERDASARKAN DATA GEOLOGI DAN DATA GEOFISIKA
Purwasatriya, E.B.1
1
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman,
1
E-mail: bayusatriya@yahoo.com

Abstrak
Cekungan Banyumas merupakan salah satu cekungan sedimen di Jawa Tengah yang
mempunyai potensi hidrokarbon cukup baik namun sampai saat ini belum
ditemukan cadangan hidrokarbon yang ekonomis. Ada cukup banyak rembesan
minyak dan gas bumi terdapat di cekungan ini yang membuktikan adanya sistem
hidrokarbon yang aktif. Beberapa pemboran eksplorasi juga telah dilakukan oleh
beberapa perusahaan minyak namun belum mendapatkan hasil yang memuaskan.
Peneliti terdahulu juga ada yang menyebut Cekungan Banyumas sebagai Terra
Incognita atau daerah yang belum diketahui, yang maksudnya adalah bahwa
cekungan ini belum sepenuhnya diketahui sistem hidrokarbonnya sehingga perlu
dilakukan eksplorasi lebih lanjut untuk memahaminya. Penulis kemudian
melakukan tinjauan kembali potensi hidrokarbon Cekungan Banyumas ini
berdasarkan data geologi dan data geofisika, baik dari data sekunder maupun data
primer yang penulis lakukan sendiri. Tinjauan potensi hidrokarbon dilakukan
dengan melakukan evaluasi ulang faktor-faktor sistem hidrokarbon seperti batuan
induk, reservoir, perangkap dan batuan penutupnya serta migrasi hidrokarbon.
Evaluasi juga dilakukan pada batas-batas cekungan berdasarkan data geofisika,
dalam hal ini peta gravitasi regional untuk melakukan delineasi batas sub cekungan
dan luasannya. Peta gravitasi residual juga digunakan untuk melakukan delineasi
struktur geologi baik patahan maupun lipatan yang memungkinkan sebagai
perangkap hidrokarbonnya. Data penampang seismik refleksi dan data modeling
geolistrik juga menunjukkan sistem perangkap yang potensial dan jalur migrasi
vertikalnya. Hasil interpretasi dari data-data geologi dan geofisika menghasilkan
kesimpulan bahwa Cekungan Banyumas masih menyimpan potensi hidrokarbon
yang cukup menjanjikan dan sekaligus mengevaluasi kemungkinan penyebab
kegagalan dari pemboran eksplorasi terdahulu di daerah ini.

Kata kunci: Potensi, Hidrokarbon, Banyumas, Geologi, Geofisika

28
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M2O-01
ANALISIS DATA MAGNETIK PADA SISTEM PANAS BUMI YANG
BERASOSIASI DENGAN ZONA MANIFESTASI DI SEKITAR CANDI
GEDONG SONGO UNGARAN
Wulandari, I.1, Kharisa, N.A.1, Pertiwi, C.R.Y.1, Harjiutomo, P.I.1, Permatasari,
A.P.1, Aisyiyah, S.1, dan Ramadhan, A.1
1
Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Gadjah Mada
1
Email: wulannwulandari@yahoo.com

Abstrak
Survei Geofisika telah dilakukan dengan metode magnetik untuk mengetahui zona
demagnetisasi dan menginterpretasi sistem panas bumi di Gedong Songo yang
berada di lereng bagian selatan gunung Ungaran. Penelitian dilaksanakan total
selama 8 hari dengan luas area 3,8 km x 3,5 km. Dan spasi pengukuran antar titik
adalah 150 m menggunakan PPM Geometrics model G-856 dan GDSM 19T.
Pemrosesan data dimulai dengan koreksi IGRF dan variasi harian untuk
mendapatkan anomali medan magnet total. Proses selanjutnya yaitu reduksi ke
kutub, kontinuasi ke atas, dan anomali residual. Hasil tersebut menjadi interpretasi
selanjutnya pada tahapan kualitatif. Diketahui bahwa posisi benda terbesar akibat
anomali rendah berada pada arah barat laut. Peta sebaran anomali medan magnet
daerah ini menunjukkan adanya zona dengan nilai rendah dibagian selatan dan barat
dari manifestasi berupa fumarol, hotspring, dan steaming ground. Nilai rendah ini
diinterpretasi sebagai zona demagnetisasi yang menandakan adanya aktivitas
sumber panas. Kemudian memodelkan peta anomali yang digunakan untuk tahap
interpertasi kuantitatif. Hasil dari interpretasi kuantitatif adalah model perlapisan
batuan dan struktur geologi yang dapat memberikan informasi tentang sistem panas
bumi. Struktur yang mengontrol manifestasi berupa sesar turun. Dan informasi
lebih jauh dari interpretasi kuantitatif dapat diinterpretasikan tentang suseptibilitas
litologi batuan. Kemudian suseptibilitas litologi batuan antara lain andesit basaltik
sebagai sumber panas memiliki suseptibilitas sebesar( = 0.0014 emu), basaltik
sebagai batuan alterasi sebesar ( = 0.0016 emu), breksi volkanik sebagai
reservoar ( = 0.0026 emu), andesit porfiritik sebagai lapisan penudung ( =
0.004 emu), lava andesit ( = 0.003 emu), dan alluvium ( = 0.0007 emu).

Kata Kunci : Magnetik, Sistem Panas Bumi, Struktur Geologi, Suseptibilitas

29
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M2O-02
ANALISA KARAKTERISASI RESERVOAR BATUPASIR BERDASARKAN
SEISMIK INVERSI UNTUK MEMETAKAN SEBARAN RESERVOAR
BATUPASIR PADA FORMASI TANJUNG
Febrika, G.Y.1, Sarmauli, O.1, dan Endriasmoro1
1
Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro
1
Email: octavianisarmauli@gmail.com

Abstrak
Proses analisa karakterisasi reservoar seismik inversi dilakukan pada formasi
Tanjung yang berada pada cekungan Kalimantan Selatan. Pada penelitian ini
menggunakan satu buah sumur dikarenakan data sumur yang lengkap dan memiliki
korelasi paling baik saat well seismic tie. Wavelet yang digunakan pada penelitian
adalah bandpass dengan low cut 5 Hz, low pass 20 Hz, high pass 45 Hz dan highcut
55 Hz. Dalam proses inversi, horison yang digunakan adalah horison top TA dan
TB. Model inisial dibuat dengan menggunakan kontrol satu buah sumur dan sebuah
horison tersebut. Dilakukan dua jenis inversi yang diterapkan pada model inisial
yaitu Inversi Model Based dan Inversi Sparse-Spike Maximum Likelihood.Hasil
analisa inversi menunjukkan bahwa metoda inversi model based constraint
mempunyai korelasi yang tertinggi dimana error yang relatif lebih kecil jika
dibandingkan dengan metoda inversi sparse spike maximum likelihood. Dari volume
hasil inversi itu kemudian digunakan untuk pembuatan volume Vp/Vs selanjutnya
dari volume Vp/Vs kemudian dibuat peta penyebaran Vp/Vs bertujuan untuk
pengembangan lapangan. Dari peta penyebaran Vp/Vs dan peta struktur waktu
menunjukkan nilai Vp/Vs reservoar batupasir dibawah 1,75. Berdasarkan pada
overlay penyebaran Vp/Vs dengan struktur waktu dan setelah hasil diatas divalidkan
ada 1 zona prospek diluar sumur existing kearah baratlaut dari lapangan sebagai
pertimbangan untuk pengembangan sumur selanjutnya.

Kata Kunci : Inversi, Vp/Vs

30
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M2O-03
FLUID FLOW PATTERN INTERPRETATION OF GEOTHERMAL USING
SPONTANEOUS-POTENTIAL (SP) AND SHALLOW SURFACE
TEMPERATURE METHOD AT GEOTHERMAL SYSTEM IN DISTRICT
PAGUYANGAN BREBES
Yuliananto, Y.1dan Triahadini, A.1
1
Physics Department, Faculty of Sains and Mathematics, Diponegoro University.
Email : yayannanto@st.fisika.undip.ac.id
Abstract
Research on temperature and fluid flow already done in Paguyangan
geothermal manifestations with shallow surface temperature and Spontaneous-
Potential (SP) method. This study aims to determine the pattern of fluid flow
in Paguyangan geothermal manifestations, temperature distribution and SP in the
area also to determine the relationship between temperature and fluid flow in
Paguyangan area. Data acquisition for SP measurement use fixed electrode
configuration and shallow surface temperature measurement which taken in 75 cm
depth in around of Paguyangan manifestation area. The Result show that fluid flow
has a depth range between 8.21 50.47 meters and 17.92 45.19 meters with a tilt
range 86.93 87.6. SP values obtained has range -11 11 mV and temperature
range in 24 70 C with the pattern of fluid flow leads to the northwest.

Keywords: Spontaneous-Potential, shallow surface temperature, Pattern of fluid


flow, Paguyangan

31
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M2O-04
KONDISI PALEOGEOGRAFI SEPINGGAN BEDS PADA MIOSEN AKHIR
SERTA IMPLIKASI TERHADAP POTENSI HIDROKARBON SELATAN
CEKUNGAN KUTAI
Pratama, I.P.1, RizkyAndana, R.1, dan Pratama, A.Z.1
1
STT MIGAS Balikpapan
Email : rezharizkyandana@gmail.com

Abstrak
Sepinggan beds yang tersingkap ke permukaan pada tenggara kota Balikpapan
memberikan infomasi terhadap kondisi yang berada di bawah permukaan.
Sepinggan beds merupakan lingkungan pengendapan delta khususnya delta front
pada bagian upper mouth bar sampai lower mouth bar dengan litologi batupasir
sedang, lempung, dan batubara. Dijumpai struktur sedimen pada batupasir seperti
ripple mark, lenticular bedding dan fosil jejak (burrow) (Diponegoro
et.al)Sepinggan beds memiliki potensi yang besar sebagai caps rock sekaligus
reservoir dengan ditemukannya rembesan minyak kepermukaan pada klandasan
beds selatan Balikpapan. Kondisi Klandasan beds ini tersingkap pada bagian selatan
dan menunjam pada bagian timur laut dibawah sepinggan beds. Berdasarkan data
singkapan, Sepinggan beds merupakan antiklin yang memanjang dari barat daya
sampai timur laut kota Balikpapan dan dilewati sesar sepinggan yang memanjang
dari barat daya sampai barat laut yangmemungkinkan sebagai perangkap struktural
serta endapan lempung pada sepinggan bed yang dapat menjadi prangkap
stratigrafi. Klandasan beds telah terbukti sebagai reservoir produktif yang telah
matang pada lapangan yakin, samboja dan sepinggan serta pernah diproduksikan
Belanda sekitar tahun 1900an pada sumur mathilda daerah Gunung Pancur. Hal
yang menarik adalah ditemukannya fosil slumbergeria yang mengindikasikan
lingkungan pantai bersih seperti yang terdapat pada pantai lombok Nusa Tenggara
Timur. Fosil ini terendapkan pada daerah delta yang kami temukan pada salah satu
singkapan. Dengan hal ini kami berintepretasi dulunya Balikpapan memiliki
lingkungan pantai bersih dan Laut dangkal (pada klandasan beds) yang kemudian
diendapkan sekuen delta. Endapan ini membuat pantai balikpapan mengalami
kemajuan dari garis pantai sebelumnya (prograding) Dengan menganalisis arus
purba dan membuat model paleogeography serta model korelasi sepinggan beds
dapat memberikan informasi kondisi yang terjadi pada masa lampau dan
mengetahui penyebaran sepinggan beds pada bawah permukaan sebagai reservoir
dan batuan penutup pada daerah ini.

32
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M2O-05
IDENTIFIKASI MODEL PANAS BUMI BERDASARKAN RESPON
PENGUKURAN GAYA BERAT PADA DAERAH DOLOK MARAWA,
KABUPATEN SIMALUNGUN - SUMATERA UTARA
Rivandi1, Destawan1, dan Hidayat1
1
UPN Veteran Yogyakarta
1
Email : adekurniawangf@gmail.com

Abstrak
Penyelidikan dilakukan pada daerah Dolok Marawa, Kabupaten Simalungun,
Sumatra Utara menggunakan metode gaya berat. Penyelidikan dilakukan untuk
mengetahui model panas bumi yang ada pada daerah tersebut berdasarkan respon
pengukuran dengan metode gaya berat. Metode gaya berat adalah salah satu metode
geofisika yang mengukur nilai percepatan gravitasi di suatu daerah untuk diketahui
densitas litologi penyusun bawah permukaan. Metode ini biasanya digunakan
sebagai eksplorasi awal, salah satunya adalah untuk penyelidikan panas bumi.
Penyelidikan gaya berat dilakukan pada daerah penelitian sebanyak 160 titik
pengukuran yang tersebar pada daerah penelitian dengan luasan area sebesar 9
km2. Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai Anomali Bouguer Lengkap pada
daerah penelitian antara 40,27 mGal hingga 130,68 mGal. Nilai Anomali Bouguer
Lengkap 85 mGal hingga 130,68 mGal pada daerah penelitian diinterpretasikan
sebagai sumber panas (heat source) berupa batuan beku andesit yang dipengaruhi
oleh keberadaan kantong magmaGunung Bahtopu. Sedangkan sebaran nilai
Anomali Bouguer Lengkap 40 mGal hingga 80 mGal diinterpretasikan sebagai
reservoir rock dan batuan tudung(caprock) pada daerah penelitian. Berdasarkan
hasil pemodelan 3D gaya berat menggunakan software Grablox yang dikaitkan
dengan kondisi geologi daerah penelitian diperoleh 4 satuan batuan yaitu: Jatuhan
Piroklastik Toba (Qjt) dengan densitas 1.92 gr/cm3, Aliran Piroklastik Toba (Qjt)
densitas 2.00 gr/cm3, Andesit Gunung Bahtopu (Qlb) densitas 2.4 gr/cm3, dan
densitas 2.6 gr/cm3 yang dinterpretasikan sebagai batuan dasar (Basement) berupa
batuan kristalin. Sumber panas (heat source) berupa batuan beku andesit dan
kantong magma Gunung Bahtopu diperkirakan berada pada kedalaman 2 km di
bawah permukaan.

Kata kunci: Metode gaya berat, Anomali Bouguer, pemodelan 3D, model panas
bumi.

33
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M2O-06
STUDI ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN DI
LAPANGAN PANAS BUMI BETA, AMBON DENGAN METODE
PETROGRAFI
Vandani, C.P.K.1, Sari, I. W. A.1, Mulyaningsih, E.1, Utami, P.1, dan Yunis, Y.2
1
Jurusan Teknik Geologi UGM, Yogyakarta
2
Divisi Energi Baru dan Terbarukan PT. PLN (Persero), Jakarta
1
Email : clara.vandani@yahoo.com

Abstrak
Lapangan panas bumi Beta terletak di bagian timur Pulau Ambon, Maluku.
Sumur Beta-01 (76 mdpl, kedalaman 932,65 m) merupakan sumur pertama yang
dibor di lapangan ini. Studi alterasi hidrotermal bawah permukaan dilakukan
dengan metode petrografi terhadap 24 sampel serbukbor dan 2 intibor. Metode
petrografi digunakan untuk mengetahui mineral-mineral hidrotermal yang terbentuk
yang kemudian diinterpretasi sebagai indikator permeabilitas, temperatur, dan fluida
hidrotermal masa lampau. Litologi bawah permukaan tersusun atas breksi tuf
dengan sisipan tuf (0-360m) dan breksi andesit dengan sisipan lava andesit (360-
932,65m). Batuan-batuan tersebut telah teralterasi kuat dengan intensitas alterasi 0,5
hingga 1. Temperatur masa lampau diperkirakan mencapai >240C dengan
ditemukannya mineral hidrotermal pengganti, yaitu epidot (240-340C), prehnit
(250-350C), dan aktinolit (280-340C). Temperatur masa lampau berdasarkan
analisis XRD menunjukkan nilai yang berbeda dengan ditemukannya ilit/smektit,
kaolinit, dan haloisit (temperatur <220C). Hasil pengamatan petrografi dan analisis
XRD ini didukung oleh data inklusi fluida yang menghasilkan data temperatur
homogenisasi 135-291C. Kehadiran adularia menunjukkan adanya permeabilitas
tinggi pada masa lampau. Walaupun permeabilitas berkurang karena pengendapan
mineral seperti kuarsa dan kalsit, adanya zona hilang sirkulasi saat pengeboran
mengindikasikan adanya permeabilitas baru setelah pengendapan mineral tersebut.
Fluida panasbumi kemungkinan berupa fluida klorida netral, sebagaimana
ditunjukkan dengan stabilitas khlorit, epidot, zeolit, dan kuarsa. Paragenesa urat
yang terdiri dari tiga tahapan pengendapan yaitu anhidrit, kuarsa, kemudian kalsit
menunjukkan bahwa fluida panas bumi di kedalaman merupakan fluida yang
bersifat netral. Kehadiran anhidrit menunjukkan adanya proses penetralan fluida
asam dari permukaan. Fluida asam tersebut mengalami perkolasi ke bawah dan
bercampur dengan fluida yang lebih panas dan lebih netral.

Kata kunci : Panas bumi, Ambon, Alterasi hidrotermal, Petrografi

34
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M2O-07
STUDI ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN LAPANGAN
PANAS BUMI BETA, AMBON DENGAN METODE X-RAY
DIFFRACTION (XRD)
Sari, I. W. A. ,Vandani, C.P.K.1, Mulyaningsih, E.1, Utami, P.1, dan Yunis, Y.2
1

1
Jurusan Teknik Geologi UGM, Yogyakarta
2
Divisi Energi Baru dan Terbarukan PT. PLN (Persero), Jakarta
1
Email : istiqomah.was@gmail.com
Abstrak
Lapangan panas bumi Beta merupakan sistem panas bumi vulkanogenik pada
perbukitan struktural di tatanan tektonik busur Banda dalam. Sumur Beta-01 (76
mdpl, kedalaman 932,65 m) merupakan sumur pemboran pertama di lapangan panas
bumi ini. Litologi sumur Beta-01 berupa breksi tuf (0-360 m) dengan sisipan tuf dan
breksi andesit (360-932,65 m) dengan sisipan lava andesit. Analisis difraksi sinar X
(X ray diffraction/XRD) sampel bulk dan preparat mineral lempung dilakukan pada
20 sampel serbuk bor. Hasil analisis XRD sampel bulk menunjukkan kehadiran
kuarsa, kalsit, pirit dan sulfur sementara hasil analisis preparat mineral lempung
menunjukkan kehadiran mineral smektit, khlorit, kaolinit, haloisit, ilit/smektit dan
khlorit/smektit. Kehadiran mineral haloisit (20-260 m) menunjukkan temperatur
masa lampau <120 C dan kehadiran kaolinit serta ilit/smektit (20-900 m)
menunjukkan temperatur masa lampau 190-220 C. Temperatur masa lampau hasil
analisis difraksi sinar X lebih rendah dibandingkan dengan hasil analisis petrografi
yang menunjukkan temperatur >240C. Hal ini dikarenakan mineral lempung
terbentuk setelah pembentukan mineral penciri suhu tinggi (epidot, prehnit,
aktinolit) yang berarti telah terjadi proses pendinginan. Hasil analisis petrografi
menunjukkan kehadiran mineral adularia yang mengindikasikan permeabilitas masa
lampau yang baik. Permeabilitas tersebut kemudian terisi oleh mineral hidrotermal
seperti anhidrit, kalsit dan kuarsa. Zona permeabel masa kini ditunjukkan oleh
adanya hilang sirkulasi pada kedalaman 320-932,65 m. Keterdapatan haloisit,
kaolinit dan sulfur pada kedalaman <260 m mengindikasikan adanya fluida asam.
Fluida asam kemudian turun dan mengalami netralisasi yang diindikasikan oleh
keterdapatan anhidrit berdasarkan hasil analisis petrografi. Kehadiran mineral
ilit/smektit, khlorit/smektit, khlorit, kuarsa, epidot, zeolit, adularia, kalsit dan pirit
pada kedalaman 20-932,65 m menunjukkan adanya fluida netral.

Kata kunci: Panas bumi, Ambon, Alterasi hidrotermal, Difraksi sinar X

35
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M2O-08
PETROPHYSICAL ANALYSIS AND MODELING, AND INITIAL OIL
INPLACE CALCULATION OF LOW RESISTIVE PAY ZONES IN PAPA
FIELD, KUTAI BASIN, EAST KALIMANTAN
Pratama, E.1, and Pamungkas, D.W.2
1
Petroleum Engineering Department, UPN Veteran Yogyakarta
2
Geological Engineering Department, UPN Veteran Yogyakarta
1
Email : edo.pratama1@yahoo.com

Abstract
Low resistive pay zone is an unique reservoir where generally low resistive
formation which is identified as water bearing zone, but water free hydrocarbon are
produced. It is of crucial importance to identify, evaluate, and develop of low
resistive pay zones where nowadays oil and gas industry is facing decline of
production, a certain case that will be happened. Thus, development of low resistive
pay zones could be an alternative solution to answer this challenge. This paper
focuses on identifying and evaluating a low resistive pay zone in Papa Field,
Kutai Basin, East Kalimantan. Low resistive pay zone inPapa Field is a sandstone
formation, where previous petrophysical interpretations yield high estimates of
water saturation. A new workflow in petrophysical analysis is conducted to know
why low resistive pay zones in Papa Field, a suitable method for water saturation
calculation, and to get petrophysical properties accurately, i.e. shale volume,
porosity, and water saturation. Therefore, petrophysical model could be built to
calculate initial oil inplace and to know its distribution. From the results, five zones
are identified as low resistive reservoir in Papa Field with total inplace of 99.38
MMSTB according to volumetric calculation. Also, area which has a good prospect
for further development is recommended according to initial oil inplace and
petrophysical properties distributions.

Keywords: Low resistive pay zones, petrophysical analysis, initial oil in place

36
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M2P-01
DINAMIKA TEMPERATUR DAN KOMPOSISI FLUIDA PANAS BUMI
LAPANGAN BETA, AMBON BERDASARKAN STUDI INKLUSI FLUIDA
Mulyaningsih, E.1, Sari, I.W.A.1, Vandani, C.P.K.1, Utami, P.1, Warmada, I.W.1,
Yunis, Y.2
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
2
Divisi Energi Terbarukan, PT. PLN (Persero), Jakarta
*
E-mail : evamulyaningsih@rocketmail.com

Abstrak
Lapangan Beta berada di dalam seting Busur Banda Dalam yang berasosiasi
dengan gunungapi tua berumur Tersier, antara lain Gunung Eriwakang, Gunung
Huwe, Gunung Kadera dan Gunung Salahutu serta berada pada jarak sekitar <2km
dari pantai. Kemunculan mata air panas dan fumarol bertemperatur 34 90C
dengan pH netral menunjukkan kehadiran sistem panas bumi di bawah permukaan.
Di daerah penelitian terdapat Sumur Beta-01 yang berada pada elevasi 75 mdpl
dengan kedalaman 932,65m dan merupakan sumur pemboran pertama yang dapat
digunakan untuk melihat representasi kondisi bawah permukaan serta mempelajari
proses masa lampau dari sistem panas bumi Lapangan Beta. Melalui dua sampel
intibor dari Sumur Beta-01 dengan jenis litologi berupa batuan andesit dari
kedalaman 778 779m dan 927,62 932,65m dilakukan studi inklusi fluida untuk
mempelajari karakteristik fluida masa lampau yang terjebak di dalam mineral
hidrotermal. Sampel pertama dari kedalaman 778 779m menunjukkan temperatur
homogenisasi yang berkisar 174 238C dengan nilai salinitas 0,15 1,2wt.% NaCl
eq. Sampel kedua dari kedalaman yang sama dan secara relatif berumur lebih muda
dibanding sampel pertama menunjukkan kisaran temperatur homogenisasi yang
lebih rendah, yaitu 197 205C dengan nilai salinitas sebesar 0,15 0,69 wt.%
NaCl eq. Sampel dari kedalaman 927,62 932,65m menunjukkan kisaran
temperatur homogenisasi yang lebih panjang, yaitu 135 291C dengan nilai
salinitas 0,15 1,6 wt.% NaCl eq. Dari data tersebut terlihat adanya penurunan
temperatur dan salinitas fluida yang terjadi pada masa lampau yang
diinterpretasikan sebagai hasil dari pencampuran antara fluida di kedalaman dengan
air meteorik yang memiliki temperatur dan salinitas yang lebih rendah.

Kata kunci: Ambon, Fluida panas bumi, Inklusi fluida, Mikrotermometri,


Temperatur homogenisasi, Salinitas.

37
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M2P-02
PENERAPAN METODE MAGNETOTELLURIK DALAM PENYELIDIKAN
SISTEM PANAS BUMI
Umbara, I.G.A.H.J.1, Utami, P.1, Raharjo, I.B.2
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
2
Pertamina Geothermal Energy, Jakarta
*
E-mail : hevy.julia.u@mail.ugm.ac.id

Abstrak
Resistivitas merupakan salah satu parameter geofisika yang berguna dalam upaya
penyelidikan sistem panas bumi. Mineral alterasi, salinitas fluida, dan temperatur
yang tinggi adalah beberapa faktor geologi yang mengontrol anomali resistivitas
pada sistem panas bumi. Anomali ini dapat dideteksi melalui pengukuran
magnetotellurik (MT). Model resistivitas yang dihasilkan dari survei MT dapat
dikombinasikan dengan data geologi untuk pembuatan model konseptual sistem
panas bumi. Model konseptual yang dihasilkan bermanfaat dalam penyusunan
strategi pengembangan lapangan panas bumi. MT merupakan metode geofisika
pasif yang memanfaatkan penetrasi gelombang elektromagnetik (EM) ke bawah
permukaan bumi untuk mengetahui nilai impedansi suatu materi. MT sangat baik
dalam mendeteksi nilai resistivitas pada kedalaman yang besar, sementara TDEM
mampu melengkapi kelemahan MT di dekat permukaan. Data MT membutuhkan
beberapa tahap pemrosesan untuk mengurangi noise yang terekam, serta mengubah
domain data dari bentuk waktu menjadi frekuensi. Pergeseran statik kurva MT yang
terjadi didekat permukaan dikoreksi dengan menggunakan data TDEM, kurva hasil
koreksi statik ini selanjutnya digunakan untuk membuat model resistivitas bawah
permukaan. Pemodelan MT 1D menghasilkan model resistivitas pada suatu titik
pengukuran. Model dari beberapa titik ini kemudian dikombinasikan untuk
membuat penampang resistivitas. Model dalam bentuk penampang resistivitas dapat
menggambarkan sebaran zona konduktif dan zona resistif di bawah permukaan yang
mencerminkan struktur komponen sistem panas bumi. Pemodelan resistivitas MT
memerlukan data pendukung untuk menghasilkan model konseptual sistem panas
bumi. Data pendukung ini dapat berupa informasi geologi seperti stratigrafi, alterasi
hidrotermal, struktur geologi dan manifestasi panas bumi. Pada penelitian ini
penulis menyajikan hasil pemodelan MT dalam bentuk peta resistivitas, visualisasi
2D dan visualisasi 3D yang dikombinasikan dengan data geologi permukaan.

Kata kunci:Eksplorasi, Geofisika,Magnetotellurik, Panas Bumi, Resistivitas.

38
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M2P-03
KOMPILASI METODE WATER SATURATION DALAM EVALUASI
FORMASI
Dwiyono, I.F.1, Winardi, S.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
*
E-mail : imamfajrii@yahoo.com

Abstrak
Pada suatu pemboran eksplorasi, tahapan yang sangat penting adalah menganalisa
kejenuhan fluida pada reservoar. Sistem fluida yang ada pada suatu reservoar
biasanya multi fasa (air dan hidrokarbon). Saturasi hidrokarbon (minyak atau gas
bumi) dapat diketahui dengan terlebih dahulu menghitung saturasi airnya, dengan
demikian penentuan nilai saturasi air (Sw = water saturation) menjadi kunci untuk
mengetahui suatu interval reservoar apakah dominan mengandung air atau
hidrokarbon. Perkembangan teknologi eksplorasi khususnya teknologi logging serta
kondisi reservoar yang beragam mempengaruhi konsep penentuan saturasi air dari
waktu ke waktu. Tulisan ini berusaha mengkompilasi jenis-jenis metode penentuan
saturasi air khususnya pada reservoar clean sandstone dan shaly sandstone serta
kelebihan/kelemahan dari masing-masing metode. Kompilasi ini mendasarkan pada
publikasi ilmiah dari para penulis yang dicoba diurutkan berdasarkan kesamaan
konsep ataupun tahun dari publikasi tersebut. Manfaat dari kompilasi ini adalah
mempermudah ahli petrofisika didalam melakukan evaluasi formasi untuk memilih
metode yang sesuai dengan kondisi reservoar di masing-masing lapangan. Untuk
menentukan saturasi air pada clean sand formation terdapat 4 metode yang umum
digunakan yaitu : Archie (1942), Resistivity Ratio atau Rocky Mountain (1949),
Crossplots (1960-an) dan F Overlay (1962). Metode penentuan saturasi air pada
shaly-sand formation dapat dikelomokkan menjadi dua group berdasarkan
pendekatan dan konsep yang digunakan yaitu : Vsh group dan CEC group. Group
Vsh melakukan pendekatan dan konsep berdasarkan volume shale yang berada pada
suatu formasi, yang termasuk dalam group ini antara lain adalah Laminated shale,
Dispersed shale, Structural shale, Automatic Compensation (1950), Simandoux
(1963), Indonesia (1971) dan Worthington (1985). Group CEC melakukan
pendekatan dan konsep berdasarkan Cation Exchange Capacity yaitu pertukaran ion
yang dapat terjadi pada formasi yang mengandung shale, yang termasuk dalam
group ini antara lain adalah Waxman-Smith (1968), Dual-Water (1977) dan LSU
model (1989).

Kata kunci : Evaluasi formasi, water saturation, clean sandstone, shaly sandstone

39
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M2P-04
DELINEASI DAERAH PROSPEK PANAS BUMI BERDASARKAN
KELURUSAN CITRA LANDSAT DAN DIGITAL ELEVATION MODEL
(DEM) DAERAH GUNUNG LAWU, PROVINSI JAWA TENGAH DAN
JAWA TIMUR
Pambudi, D.Y.W.S.1, Ismail, K.1, Sakur, M.1, Fajri, I.1, Setijadji, L.D.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
*
E-mail : dwiyudawahyusp@gmail.com

Abstrak
Salah satu wilayah di Indonesia yang menunjukkan indikasi adanya sumber energi
panas bumi adalah wilayah Gunung Lawu. Sistem rekahan yang merupakan media
bagi fluida panas bumi seperti fumarol dan mata air panas yang muncul ke
permukaan dapat didelineasi dengan kelurusan pada citra. Penelitian ini merupakan
salah satu langkah survei pendahuluan dalam identifikasi potensi panas bumi di
daerah Gunung Lawu. Metode penelitian yang dilakukan meliputi analisis citra
Landsat ETM, Digital Elevation Model (DEM) dan survei lapangan. Kelurusan-
kelurusan yang diperoleh dari hasil analisis citra akan sangat membantu dalam
melakukan analisis struktur geologi daerah Gunung Lawu. Daerah yang memiliki
struktur geologi paling intensif dan pola umum dari struktur geologi berkaitan
dengan sistem pembentukan panas bumi daerah tersebut. Peta kerapatan kelurusan
(lineament density map) dapat digunakan untuk melakukan delineasi daerah yang
prospek panas bumi Gunung Lawu. Hasil analisis kelurusan struktur menunjukkan
bahwa pola kelurusan yang ada di daerah Gunung Lawu memiliki arah kelurusan
barat-timur dan barat daya- timur laut. Arah kelurusan barat-timur diperkirakan
berupa sesar turun yang mengontrol kemunculan manifestasi fluida panas bumi.
Arah kelurusan barat daya timur laut diperkirakan berupa sesar mendatar yang
mengakibatkan pergeseran persebaran batuan dan memotong struktur yang sudah
ada sebelumnya. Keberadaan anomali kerapatan struktur geologi yang tinggi dan
diperkirakan sebagai daerah prospek panas bumi berada di bagian barat daya dari
puncak Gunung Lawu. Hal ini didukung dengan adanya kondisi geologi permukaan
berupa manifestasi panas bumi berupa mata air panas.
Kata kunci : kelurusan, citra landsat, manifestasi, daerah prospek

40
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M2P-05
EVALUASI KONDISI GEOLOGI DAN GEOKIMIA POTENSI
PANASBUMI GUNUNG TELOMOYO
Ramadhan, N.1, Prameswari, M.1, Harijoko, A.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
*
E-mail : nadiar.aam@gmail.com

Abstrak
Keberadaan manifestasi mataair panas dan batuan alterasi di permukaan
mengindikasikan keberadaan potensi sistem panasbumi pada kompleks Gunung
Telomoyo. Kompleks Gunung Telomoyo merupakan kompleks gunungapi yang
berada di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kompleks gunung ini terdiri dari
beberapa pusat erupsi dengan batuan yang didominasi oleh lava andesit basaltik dan
aliran piroklastik yang bersifat setempat. Pada beberapa daerah penelitian dapat
ditemui batuan dengan struktur geologi berupa kekar yang cukup intensif. Struktur
ini akan sangat berhubungan dengan sistem panasbumi yang akan menjadi jalur
fluida panasbumi menuju permukaan. Zona-zona panas bawah permukaan yang ada
karena kehadiran struktur rekahan dapat didelineasi dengan metode geokimia.
Metode geokimia yang dilakukan adalah pengukuran konsentrasi gas udara tanah
CO2, Hg, serta suhu untuk menunjukkan zona-zona anomali yang muncul dari
ketiga parameter tersebut. Anomali positif dari pengukuran tersebut akan
menunjukkan zona-zona panas bawah permukaan yang berasosiasi dengan sistem
rekahan pengontrol sistem panasbumi tersebut. Analisis geokimia gas udara tanah
dan suhu pada kompleks Gunung Telomoyo menunjukkan anomali positif pada
daerah sekitar mataair panas. Kehadiran batuan yang teralterasi juga dapat
ditemukan di kompleks gunung ini. Analisis batuan alterasi menunjukkan bahwa
batuan mengalami alterasi yang ditunjukkan dengan kehadiran mineral lempung
smektit, ilit, dan kaolinit. Berbagai analisis yang telah dilakukan, menunjukkan
bahwa kompleks Gunung Telomoyo ini memiliki potensi panasbumi.
Kata kunci : panasbumi, rekahan, alterasi, manifestasi, CO2, Hg.

41
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M2P-06
ANALISI FASIES BATUAN DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN
BATUPASIR CR DAN YB FORMASI AIR BENAKAT, LAPANGAN
RHAMAYANTI SUBCEKUNGAN JAMBI, SUMATERA SELATAN
Putri, R. 1 , Setyowiyoto, J. 1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
2
Email : j_setyowiyoto@yahoo.com

Abstrak

Formasi Air Benakat (ABF) merupakan target kedua dari eksplorasi pertama di
Cekungan Sumatera Selatan, setelah Formasi Talang Akar. Kompleksitas struktur
ABF berupa flower structure, juga geometri dan ukuran reservoar yang kecil,
menjadi alasan ditinggalkannya formasi ini meskipun berhasil ditemukan minyak
bumi sekitar 626 MMBO. Hal demikian menjadi daya tarik tersendiri untuk
dilakukan penelitian pada ABF daerah penelitian. Tujuan penelitian adalah untuk
menganalisis fasies dan lingkungan pengendapan reservoar ABF pada Lapangan
Rhamayanti serta menganalisis petrofisiknya. Analisis fasies dan lingkungan
pengendapan batuan dilakukan dengan mengamati karakter litologi (warna, ukuran
butir, tekstur dan komposisi batuan) pada deskripsi cutting dan sidewall core
(SWC), diintegrasikan dengan elektrofasiesnya. Analisis petrofisik meliputi
perhitungan volume lempung, porositas dan saturasi air berdasarkan data log,
dengan menggunakan beberapa metode. Berdasarkan hasil analisis fasies,
lingkungan pengendapan dan petrofisik, daerah penelitian memiliki dua reservoar,
yaitu Reservoar CR dan Reservoar YB. Reservoar CR berupa batupasir fasies
offshore bar yang terdeposisi pada lowershoreface, dengan porositas yang sangat
baik (31,55%) dan saturasi air sebesar 46,36%, ketebalan bersih 76 cm. Reservoar
YB berupa batupasir fasies crevasse splay yang terdeposisi pada delta plain,
dengan porositas yang sangat baik (32,15%), saturasi air sebesar 53,81% dan
ketebalan bersih 850 cm. Berdasarkan hasil analisis sekuen stratigrafi dan dinamika
sedimentasi, Reservoar CR terbentuk pada fase TST-1 akhir, sedangkan
Reservoar YB terbentuk pada fase LST-1 akhir, dari muka air laut relatif pada
posisi terendah menjadi naik sangat lambat.

Kata kunci: Formasi Air Benakat, Fasies batupasir crevasse splay, Fasies
batupasir offshore bar, LST, TST.

42
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M2P-07
STUDI INTERKONEKSI ANTARA SUMUR REINJEKSI DENGAN SUMUR
PRODUKSI DAN ANALISIS MASS RECOVERY DENGAN METODE
ISOTOP STABIL 18O DAN D DI LAPANGAN PANAS BUMI KAMOJANG,
JAWA BARAT
Febriani, D. 1, Wicaksono, T.2, Utami, P.3, Muharini, A. 1
1
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
1
PT Pertamina Geothermal Energy area Lahendong
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
1
Email : dwi.febriani.19@gmail.com

Abstrak

Lapangan Kamojang terletak 42 km arah tenggara kota Bandung, Jawa Barat.


Lapangan ini adalah lapangan panas bumi pertama yang dikembangkan di
Indonesia dan merupakan sistem dominasi uap. Fluida pengisi sistem hidrotermal
lapangan Kamojang berasal dari air meteorik. Untuk mendukung ketersediaan uap
untuk memasok PLTP, maka diperlukan pengelolaan reservoir guna menjaga
kesetimbangan panas dan massa dalam reservoir panas bumi. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan menerapkansistem reinjeksi yang tepat sasaran. Tujuan
penelitian ini : 1) untuk mengetahui interkoneksi antara sumur reinjeksi dengan
sumur produksi ; 2) menentukan nilai mass recoveryfluida dari reinjeksi yang
muncul di sumur produksi. Untuk memantau pengaruh air reinjeksi terhadap
produksi uap dapat dilakukan melalui monitoring isotop stabil oksigen-18 dan
deuterium. Pada penelitian ini sampel air berasal dari 12 sumur produksi dan 2
sumur reinjeksi. Analisis isotop air menggunakan Liquid Water Isotope Analyzer
LGR DLT-100 untuk mengetahui komposisi isotop oksigen-18 (18O) dan
deuterium (D). Berdasarkan kandungan D dan 18O dari sampel diketahui
terdapat indikasi interkoneksi antara sumur produksi KMJ-62 dengan sumur
reinjeksi KMJ-55; serta sumur produksi KMJ-38 dan KMJ-45 dengan sumur
reinjeksi KMJ-21. Mass recovery air reinjeksi rerata sumur produksi KMJ-38, KMJ-
45, dan KMJ-62 masing-masing : 0,86 % ; 1,02 % dan 6,02 %.

Kata kunci: Kamojang, komposisi isotop oksigen-18 dan deuterium, interkoneksi,


mass recovery

43
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P3O-01
MAGMATIC ARC EVOLUTION IN THE PONGKOR GOLD
MINERALISATION DISTRICT
Titisari, A.D.1, Phillips, D.2, dan Setyaraharja, E.P.3
1
Department of Geological Engineering, Faculty of Engineering,
2
School of Earth Sciences, The University of Melbourne,
3
PT. ANTAM (Persero) Tbk.,
1
Email : adtitisari@gmail.com

Abstract
The Pongkor epithermal gold mineralisation district is located approximately 80 km
southwest of Jakarta. This district hosts the largest gold vein deposits in Java,
Indonesia. Although the Pongkor district has been the subject of several geological
studies, the arc history associated with the ore mineralisation requires further study.
The timing and geochemical evolution of the Pongkor volcanic rocks provides an
important background to understanding the volcanic successions of this magmatic
arc in relation to the epithermal gold mineralisation. This study presents 40Ar/39Ar
age, major and trace element data for the Pongkor volcanic rocks that provide
constraints on the magmatic processes associated with the epithermal gold
deposition in the region. A sequence of volcanic rocks of basaltic dacitic
compositions, consisting of volcanic breccias, lapilli tuffs and andesites, form the
host volcanic rocks of the Pongkor epithermal gold mineralisation. The 40Ar/39Ar
dating of the andesites yielded an average age of 2.74 0.03 Ma. However, the
whole-rock basaltic andesite gives a minimum estimate for the period of volcanism
of 2.09 0.04 Ma, with this result affected by hydrothermal alteration. Enriched
LILE (Large Ion Lithopile Element) and LREE (Light Rare Earth Element)
compositions for most of volcanic samples from the Pongkor district are
characteristic of calc-alkaline arcs. On the other hand, some Pongkor samples are
characterized by more enriched LILE and LREE compositions, which are indicative
of high-K calc-alkaline and shoshonite arcs. Trends in Nb/Y, Th/Nb, Ce/Yb, and
Ce/La(N) ratios of the volcanic samples reflect temporal evolution of the arcs, from a
mature arc (intermediate Nb/Y, Th/Nb, Ce/Yb and low Ce/La(N) ratios) represented
by the calc-alkaline volcanic samples, to an evolved arc (high Nb/Y, Th/Nb, Ce/Yb
and low Ce/La(N) values) typified by the high-K calc-alkaline shoshonite volcanic
samples.

44
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P3O-02
SPECULATIVE MODELS OF EXHUMATION ON HIGH-PRESSURE
LOW-TEMPERATURE METAMORPHIC ROCKS FROM CENTRAL
PART OF INDONESIA : AN IMPLEMENTATION OF CONCEPTS AND
PROCESSES
Setiawan, N.I.1, Husein, S.1, dan Alfyan, M.F.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,

Abstrak
High-pressure low-temperature metamorphic rocks are considered as fossil
subduction zones from the interpretation of progressive and retrogressive
metamorphism, metamorphic facies series, protolith, role of fluid, geochronology of
the various stages of metamorphism, P-T-t path, and exhumation model during
regional metamorphism. Worldwide discovery of these rock types (e.g., Kokchetav,
Dabie Shan, Indonesia, Franciscan, and Sanbagawa) have received much attention
from earth scientists (e.g., Platt, 1993; Maruyama et al., 1996; Herman et al., 2000;
Ernts, 2006; Agard et al., 2009; Maruyama et al., 2010) to demonstrate the
exhumation of the rocks that have been metamorphosed at great depths in
subduction zones that are exhumed at the surface. High-pressure metamorphic rocks
expose in the South Sulawesi, Central Java, and South Kalimantan, which
considered as central part of Indonesia. Northwesterly-directed Cretaceous
subduction was suggested responsible to build these formations. Most of the
metamorphic rocks occur in limited areas and is bounded by thrust fault with other
units such as dismembered ophiolites, cherts, mlanges, and serpentinites. This
contribution is implementation of published-exhumation concepts and processes,
which are focus on the high-pressure metamorphic rocks in central part of
Indonesia. The published-exhumation models on the high-pressure low-temperature
metamorphic rocks in subduction zones suggest that buoyancy is the only effective
force to exhume rocks from the deeply subducted levels to the base of the crust.
Serpentinites are extremely buoyant with respect to the oceanic crust that has been
transformed to eclogites during subduction and increasing their density, which are
denser than average mantle rocks. Indeed, serpentinites have restricted P-T limit in
the subduction zone. However the general P-T metamorphism of eclogites are
within the range of serpentinites stability field. Thus, serpentinites might be
counter-balancing the negative buoyancy, decouple, and facilitate exhumation of the
high-pressure metamorphic rocks. Only rapid uplift accompanied by relatively low
temperature rapid cooling maintains the high-pressure minerals in rocks.
Furthermore, presence of mlange units intercalated high-pressure metamorphic
rocks and chaotic occurrence of different metamorphic facies (e.g., eclogite,
blueschist, greenschist) are typically formed in the subduction channel environment.

Key words: exhumation, model, high-pressure metamorphic rocks, subduction,


Indonesia

45
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P3O-03
ANALISIS PERUBAHAN DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA BATUAN
ULTRABASA DENGAN WASTE DI DAERAH MOTUI KAB. KONAWE
UTARA SULAWESI TENGGARA
Chaerul, M.1, Pallu, S.2, Selintung, M.3, dan Patanduk, J.4
1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin,
1
E-mail: muh.chaerul@ymail.com

Abstrak
Kegiatan pertambangan ini menyebabkan perubahan lapisan endapan nikel laterit
yang disertai perubahan distribusi geokimia mineral logam pada batuan ultrabasa
dan logam berat pada settling pond. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana perubahan distribusi logam berat yang ada pada batuan ultrabasa dan
yang ada di dalam sampel waste. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode
kualitatif dan kuantitatif. Serta hasil penelitian laboratorium secara petrografi dan
mineragrafi dan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) yang
keseluruhannya dikaji, dianalisis, dan disintesis secara komprehensif. Teknik
pengolahan data menggunakan software SPSS v.21 dan metode Principal
Component Analysis (PCA). Analisis komponen matriks transformasi yang
dilakukan pada sampel batuan ultrabasa segar menunjukkan nilai perubahan logam
berat sebagai berikut : Ni (0,596), Fe (0,568), Co (0879) dan Cr (0,963). Nilai ini
menunjukkan bahwa logam Ni, Fe, Co dan Cr memiliki kesamaan letak yang saling
menjauh pada komponen 1, komponen2, komponen 3. Sedangkan pada sampel
waste analisis komponen matriks transformasi yang dilakukan pada sampel tipe B
menunjukkan nilai perubahan logam berat sebagai berikut : Ni (0,769), Fe (0,843),
Co (0,841) dan Cr(1,0). Nilai ini menunjukkan bahwa logam Ni, Fe, Co dan Cr
saling menjauh namun terletak pada komponen yang sama, yaitu komponen 1.

Kata kunci: Logam Berat, Ultrabasa, Waste, Atomic Absorption


Spectrophotometer (AAS), Principal Component Analysis (PCA)

46
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P3O-04
THE PHYSICAL, MINERALOGICAL AND CHEMICAL
CHARACTERISTICS OF ASH AND LAPILLI PRODUCTED BY THE
RECENT G. SLAMET ERUPTION, A PRELIMINARY STUDY
Siswandi1
1
Teknik Geologi UNSOED,
1
E-mail: wandisis@yahoo.com

Abstract
Slamet Volcano lied on Central Java is erupting. The eruption produce volcanic
products such as lahar, lava and pyroclastic materials. This preliminary study aim to
identify ash and lapilli of pyroclastic products. The identification includes physical,
mineralogical and chemical characteristics. The sample collect in two places
Baturraden, about 7 km from crater and Sokaraja, about 20 km. Physically the grain
shape is equal with high angularity; size 1 2 mm at Baturraden and 0,03 0,07
mm at Sokaraja. They transported by air and fall. Magnetically Paramagnetic to
Ferromagnetic. Mineralogical consist of glassy black opaque Obsidian, some
transparent Volcanic Glass, Pyroxene, Plagioclase, Amphibole and Hematite. XRF
Chemical analysis shows that the material have Fe2O3 (47,4 %), SiO2 (20,6%),
TiO2 (0,9%) and K2O (1,5%) hence MgO not detected.

Key words: Ash, Lapilli, G. Slamet, Resent Eruption

47
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M3O-01
APLIKASI METODE GEOMAGNETIK UNTUK IDENTIFIKASI
PERSEBARAN BATUAN BEKU DASIT DI GUNUNG WUNGKAL
KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Wicaksono, C.1 dan Alam, R.N.1
1
Prodi Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
1
Email : cimbynuralam@yahoo.com

Abstrak
Pada peta geologi regional Yogyakarta daerah Godean, terdiri dari batuan vulkanik
yang berumur Oligoen-Miosen. Pada daerah tersebut banyak tersingkap batuan
beku. Tepatnya pada daerah Gunung Wungkal, Dusun Margodadi, Desa Sayegan
memiliki intrusi berupa batuan beku dasit. Batuan beku ini memiliki nilai intensitas
magnetik cenderung lebih besar dibandingkan batuan sekitarnya. Oleh karena itu
dilakukan penelitian dengan tujuan identifikasi persebaran batuan beku dasit dengan
menggunakan metode geomagnetik. Metode geomagnetik adalah metode pasif
geofisika yang digunakan untuk mengetahui keadaan bawah permukaan bumi
dengan memanfaatkan sifat kemagnetan batuan. Parameter yang digunakan pada
metode geomagnet ini adalah suseptibilitas. Suseptibilatas adalah nilai kemampuan
medium untuk termagnetisasi. Teknik akuisisi yang digunakan yaitu metode satu
alat. Pengukuran satu alat ini hanya menggunakan satu alat PPM seri G-856 yang
menjadi base sekaligus rover. Penggunaan metode satu alat ini akan mendapatkan
nilai variasi harian sekaligus nilai intensitas medan magnet total. Pengambilan data
berada di daerah dengan koordinat X= 420250-420500 dan Y= 9141250-9144500.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Excel, Surfer 10 dan
Magpic. Dari peta Intensitas Medan Magnet Total diinterpretasikan bahwa batuan
beku dasit memiliki range nilai yang relatif tinggi dibandingkan dengan batuan
sekitarnya yaitu antara 140 sampai 240 nanoTesla dan terletak di sebelah barat daya
daerah penelitian yang penyebarannya berbentuk radial. Sedangkan dari interpretasi
peta Reduce to Pole, pusat intrusinya diperkirakan berada disebelah barat daerah
penelitian.

Kata kunci : Geomagnetik, Suseptibilitas, Peta Intensitas Medan Magnet Total,


Peta Reduce to Pole, Dasit

48
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M3O-02
UNIT ERUPSI DAN HUBUNGAN LAVA BANTAL WATUADEG DENGAN
BATUANVUKANIKLASTIK DI DESA WATUADEG, BERBAH, SLEMAN,
YOGYAKARTA.
Hidiyawati, R.1 dan Harijoko, A.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
1
Email : hidiawati.richa@gmail.com

Abstrak
Formasi Semilir tersusun oleh batuan vulkanik yang sangat tebal. Formasi ini
terendapkan dalam waktu yang singkat dari suatu periode puncak vulkanisme.
Pada Sungai Opak, Desa Watuadeg tersingkap batuan vulkanik setinggi 15
meter dan lava bantal pada samping sungai. Ngkoimani (2006) menyebutkan
bahwa Lava Bantal Watuadeg memiliki umur 56,7 juta tahun yang lalu, sedangkan
Smyth, et al (2011) menyebutkan bahwa inisiasi Busur Sunda terjadi pada 42
jutatahun yang lalu. Keberadaan lava tersebut yang diyakini merupakan hasil
tunjaman busur Sunda menjadi tidak relevan dengan hasil penarikan umur lava
bantal tersebut. Pada lava bantal terdapat sedimen yang menyisip pada sela-sela lava
bantal. Hasil pengukuran stratigrafi Formasi Semilir daerah tersebut, tersusun oleh
lava bantal, breksi batuapung, batupasir tufan, batulanau tufan yang membentuk
6 unit erupsi. Susunan batuan vulkanik ini memiliki struktur sedimen double
grading, bagian bawah unit memiliki ukuran material yang lebih kasar,
terdapat rip up, dan pada bagian atas unit terdapat struktur laminasi, laminasi
konvolut, flaser, dan slump. Batuan vulkanik ini memiliki bentuk material
dan mineral penyusun subangular-subrounded yang menunjukkan bahwa daerah
tersebut disusun oleh material vulkaniklastik. Batulanau yang berada disamping
lava bantal ini merupakan salah satu pengisi antara sela-sela lava bantal.
Batulanau ini berupa batuan sedimen berwarna hijau muda, ukuran material
halus (<2 mm) tersusun oleh plagioklas, kuarsa, litik, dan zeolit. Batuan diatasnya
berupa breksi polimik berwarna coklat kehijauan, tersusun oleh fragmen
berupa batuapung, batulanau, basalt dan matriks berupa batuapung, basalt,
plagioklas, zeolit, dan kuarsa. Kemunculan zeolit dalam batulanau yang
mengindikasikan bahwa pembentukannya didorong oleh adanya panas berlebih
yang diduga dari lava bantalnya. Adanya penarikan umur lava bantal yang
jauh lebih tua daripada inisiasi Busur Sunda, apalagi trench Jawa-Sunda sulit untuk
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa posisi lava bantal dan batuan vulkanik
tersebut adalah selaras. Adanya struktur sedimen yang tersebut di atas
menunjukkan bahwa susunan batuan tersebut adalah hasil endapan Subaqueous
volcanism. Sehingga menjadi relevan apabila terdapat pula unit lava bantaldan
lokasi tersebut disusun oleh 6 unit erupsi.

Kata Kunci: Lava Bantal Watuadeg, Unit Erupsi, Batuan Vulkanik, Formasi
Semilir.

49
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M3O-03
PETROGENESIS BATUAN METAMORF DI DAERAH PERBUKITAN
JIWO, KECAMATAN BAYAT, KABUPATEN KLATEN, PROVINSI JAWA
TENGAH
Alfyan, M.F.1 dan Setiawan, N.I.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
1
E-mail: faqih.alfyan@yahoo.com

Abstrak
Batuan metamorf tersingkap di Indonesia bagian tengah meliputi Jawa Tengah,
Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Kehadiran batuan metamorf tersebut
umumnya bertipe tekanan tinggi yang dijumpai bersama dengan melange, ofiolit,
dan batuan sedimen dasar samudera. Batuan metamorf tekanan tinggi seperti
eklogit, sekis biru, dan asosiasinya banyak dijumpai di Daerah Komplek Luk Ulo,
Jawa Tengah; Komplek Meratus, Kalimantan Selatan; dan Komplek Bantimala,
Sulawesi Selatan. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa kehadiran sekis biru
dijumpai di Perbukitan Jiwo Barat. Batuan-batuan metamorf dengan tipe yang
berbeda seperti derajat sangat rendah (filit),derajat menengah (sekis mika, sekis
grafit), dan metamorfisme kontak (marmer, hornfels) juga dijumpai di daerah ini.
Kehadiran sekis biru di daerah tersebut masih membutuhkan penelitian petrogenesis
yang lebih detil terkait dengan tidak dijumpainya melange, ofiolit, dan sedimen
dasar samudera sebagai bukti dari proses subduksi dan keterkaitan secara geologi
dengan variasi batuan metamorf yang lain.Tahap awal penelitian ini dilakukan
observasi lapangan dan pengambilan sampel batuan metamorf secara langsung di
Perbukitan Jiwo Barat dan Timur. Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa
pada Perbukitan Jiwo Barat dan Timur masing-masing ditemukan singkapan sekis
biru, serpentinit, talk, sekis mika, kuarsit, sekis grafit, dan marmer yang
kemungkinan berhubungan dengan proses metamorfisme regional terkait proses
subduksi berumur Kapur. Hornfels, marmer, dan skarn juga ditemukan di
Perbukitan Jiwo Barat dan Timur yang kehadirannya dapat dihubungkan dengan
proses metamorfisme kontak akibat intrusi pada Kurun Paleogen-Neogen.Hasil
analisis menggunakan metode petrografi dan X-Ray Fluoroscence pada beberapa
contoh batuan akan dibandingkan dengan hasil peneliti terdahulu untuk mengetahui
petrogenesis batuan metamorf di daerah penelitian. Tahap tersebut akan dilakukan
pada awal September dan hasilnya akan dipresentasikan pada saat pertemuan ilmiah
dilaksanakan.

Kata kunci: Petrogenesis, Perbukitan Jiwo, Bayat, batuan metamorf, subduksi

50
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M3O-04
STUDI KARAKTERISTIKDANGENESA LAVA BANTAL NAMPUREJO,
KECAMATAN BAYAT DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KLATEN,
PPOVINSI JAWA TENGAH
Pratiwi, F.1 danHarijoko, A.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
1
E-mail: fadiah.pratiwi@ymail.com

Abstrak
Penelitian dilakukan di Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah, dimana ditemukan
singkapan lava yang memiliki struktur bantal dan terbreksiasi, yang dikenal sebagai
anggota Nampurejo, Formasi Kebo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui karakteristik lava dan batuan sedimen disekitarnya sehingga kita dapat
mengetahui genesa lava dan hubungan diantara keduanya. Metode yang digunakan
adalah pemetaan geologi, pengukuran stratigrafi terukur dan pengambilan sampel
untuk analisa petrografi dan XRD. Berdasarkan hasil penelitian, persebaran lava
ditemukan setempat-setempat, lava berwarna abu-abu, bertekstur porfiro afanitik
dengan fenokris plagioklas (andesin) dan klinopiroksen (augit), sebagian besar masa
dasar telah terubah menjadi zeolit (analsim). Di antara rekahan-rekahan lava
ditemukan material sedimen yang menyisip dan telah terubah, berkomposisi
analsim, kalsit, pecahan-pecahan kristal plagioklas, klinopiroksen, dan lithik
andesit. Analsim dan kalsit juga ditemukan mengisi lubang-lubang gas pada lava
Lava umumnya ditemukan berasosiasi dengan breksi dan batupasir gunung api.
Dari hasil penelitian maka disimpulkan bahwa lava terbentuk di bawah permukaan
air dan merupakan produk hyaloklastit, kehadiran material sedimen yang menyisip
menunjukan bahwa ketika lava keluar ke permukaan, sedimen belum terlitifikasi
dan kemudian terperangkap diantara rekahan lava. Lava ini memiliki hubungan
yang menjari dengan batuan sedimen Formasi Kebo bagian bawah dan telah terjadi
proses alterasi hidrothermal yang mengubah komposisi mineralogi pada lava.

Kata kunci: Bayat, hyaloklastit, lava bantal,alterasi hidrothermal

51
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M3O-05
KARAKTERISTIK MINERALOGI DAN PERKEMBANGAN ENDAPAN
TRAVERTIN DI DAERAH SIPOHOLON, KABUPATEN TAPANULI
UTARA, SUMATERA UTARA
Mardiati, D.1, Harijoko, A.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
*
E-mail : dani.mardiati@gmail.com

Abstrak
Travertin Sipoholon merupakan salah satu travertin terbesar di Indonesia. Dimana
travertin terbentuk sebagai akibat dari pengendapan air geotermal.Oleh karena itu
diperlukan penelitian travertin di Sipoholon untuk mengetahui karakteristik
mineralogi dan perkembangan travertin daerah tersebut. Lokasi penelitian dibagi
menjadi dua yakni Si Ria-ria dan Sitompul-Sipahutar. Si Ria-ria merupakan teras-
teras travertin dengan luas 250 x 250 m2. Sedangkan travertin Sitompul-Sipahutar
terletak terpisah-pisah sehingga dilakukan 3 titik pengambilan sampel secara
terpisah. Keduanya dibedakan dari temperatur dan ukuran mineral. Si Ria-ria
mempunyai ukuran butir mineral yang lebih besar dengan suhu yang lebih tinggi
dibandingkan Sitompul-Sipahutar. Berdasarkan analisis petrografi dan XRD
travertin di kedua tempat tersusun atas mineral kalsit dan aragonit. Analisis SEM
menunjukkan bahwa kalsit penyusun travertin Sipoholon mempunyai bentuk equal,
trigonal, dengan porositas yang besar dan tidak memiliki orientasi. Selain itu, pada
permukaan kalsit ditemukan adanya cyanobakteria Phormodium yang membentuk
filamen. Sedangkan mineral aragonit mempunyai bentuk yang meruncing
menyerupai jarum dan ortorombik dengan ukuran kristal 5-20m. Setelah
diendapkan travertin kemudian mengalami proses rekristalisasi. Rekristalisasi
tersebut dipengaruhi oleh proses diagenesis yang berhubungan dengan struktur
geologi. Ukuran kristal kalsit yang halus lebih mudah larut dalam air. Kemudian
larutan jenuh Ca tersebut mengendapkan kalsit sebagai semen diantara pori-pori
mineral. Sehingga rongga mineral terisi dan terjadi proses rekristalisasi. Terdapat
setidaknya tiga macam bentuk rekristalisasi di Sipoholon, yakni rekristalisasi
travertin berlapis, rekristalisasi di sepanjang rekahan, dan rekristalisasi di dalam
gua. Kalsit pada travertin rekristalisasi memiliki bentuk memanjang dan radier.
Serta memiliki orientasi mineral yang saling sejajar dan saling tumbuh mengikuti
celah (rekahan). Berdasarkan analisis isotop di ketahui bahwa travertin sipoholon
berdasarkan CO2 pembawanya merupakan travertin termogen dimana CO2 berasal
dari proses termal dalam bumi. Berdasarkan kontak tuf Toba dengan travertin di
duga travertin Sipoholon terbentuk kurang dari 74.000 tahun yang lalu.
Kata kunci : travertin, karakteristik mineralogi, kalsit, aragonit, rekristalisasi,
diagenesis.

52
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M3P-01
STUDI BATUAN VULKANIK PERBUKITAN SEPULUHRIBU, KOTA
TASIKMALAYA DAN SEKITARNYA, JAWA BARAT
Dono, H.D.1, Setijadji, L.D.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
*
E-mail : hernanda.danar.dono@gmail.com

Abstrak
Perbukitan Sepuluhribu yang berada Kota Tasikmalaya dan sekitarnya merupakan
suatu bentukan perbukitan bergelombang (hummocky hills) yang terdiri dari bukit-
bukit kecil dengan diameter 10-100 m dan tinggi 10-150 m. Banyak peneliti
terdahulu menginterpretasikan bahwa seluruh batuan penyusun perbukitan ini
tersusun oleh hasil longsoran tubuh Gunung Galunggung (sector collapse) yang
menurut Bronto (1989) terjadi sekitar 4200 tahun yang lalu. Namun, berdasar pada
data singkapan terbaru yang didapat di lapangan terdapat batuan-batuan yang
diyakini bukan berasal dari produk longsoran Galunggung, karena memiliki
karakteristik yang berbeda. Untuk itu dilakukan penelitian untuk melakukan
pemetaan batuan vulkanik di Perbukitan Sepuluhribu secara lebih detail dengan
analisa pemeriaan fisik litologi, analisa petrografi dan analisa geokimia. Pada
pemeriaan singkapan batuan di lapangan, ditemukan singkapan intrusi, perlapisan
skoria-lapili-tuf, breksi autoklastika dan struktur geologi seperti kekar tektonik dan
sesar yang seharusnya tidak terdapat pada batuan hasil longsoran. Analisa geokimia
dan petrografi dilakukan pada batuan-batuan tersebut untuk dibandingkan dengan
hasil analisa peneliti terdahulu. Hasil perbandingan tersebut menunjukan batuan
vulkanik yang diduga insitu memiliki komposisi mineralogi yang lebih basaltik.
Hasil plot pada diagram geokimia juga menunjukan titik plot yang berbeda dengan
data peneliti terdahulu. Berdasar pada data lapangan dan analisa lebih lanjut
tersebut, dibuat satuan batuan di Perbukitan Sepuluhribu berdasar asal batuannya.
Batuan vulkanik di Perbukitan Sepuluhribu tidak hanya tersusun oleh endapan lahar
dan endapan hasil longsoran saja, namun juga terdapat batuan vulkanik insitu yang
dapat dikelompokkan menjadi lima batuan vulkanik, : batuan vulkanik Situgede,
batuan vulkanik Asasutra, batuan vulkanik Cintaraja, batuan vulkanik Rancamacan
dan batuan vulkanik Cipasung. Singkapan batuan vulkanik yang diyakini insitu
tersebut memiliki ukuran kecil dan terpisah-pisah, yang mengindikasikan hasil
vulkanisme yang relatif kecil ukurannya dan terpisah-pisah. Penelitian ini
menyimpulkan, minimal terdapat tiga interpretasi pusat erupsi insitu di Perbukitan
Sepuluhribu dan sekitarnya yang diduga menjadi sumber batuan vulkanik insitu,
yaitu : Gunung Asasutra, Maar Situgede, dan Gunung Cipasung. Sedangkan dua
pusat erupsi lainnya diyakini ada namun tidak diketahui letak dan karakteristiknya
karena keterbatasan singkapan yang ada di lapangan.
Kata kunci: Perbukitan Sepuluhribu Tasikmalaya, Perbukitan Bergelombang,
sector collapse, debris avalanche, batuan vulkanik.

53
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M3P-03
STUDI AWAL TINGKAT PELAPUKAN PADA BATUGAMPING PADA
ANGGOTA KAPUNG, FORMASI KALIBENG BERDASARKAN
KENAMPAKAN FISIK BATUAN: STUDI KASUS KAVLING DAERAH
PEMETAAN GEOLOGI 2014
Zainudin, A.1, Setijadji, L.D.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
*
E-mail : arifzain281094@yahoo.co.id

Abstrak
Pelapukan merupakan sesuatu hal yang pasti terjadi pada batuan yang sudah
tersingkap dipermukaan. Untuk daerah yang beriklim tropis pelapukan akan
berlangsung lebih intensif. Semua jenis batuan akan mengalami pelapukan
meskipun berbeda-beda intensitas dan penyebabnya. Salah satunya adalah
batugamping. Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat pelapukan yang
terjadi pada batugamping berdasarkan kenampakan fisiknya berupa warna dan
komposisinya.Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan pemetaan daerah
tersebut berupa pengukuran stratigrafi terukur. Kemudian dilihat pada bagian mana
terjadi perubahan kenampakan fisik yang mencolok pada batugamping
tersebut.Batugamping merupakan batuan karbonat yang mudah terubah oleh proses
pelapukan. Pelapukan disini yang terjadi yaitu karena faktor utamanya yaitu air
meteorik dari air hujan yang mengandung bermacam-macam unsur alam bereaksi
dengan batugamping yang berkomposisi CaCO3. Komposisi batugamping murni
ketika bereaksi denga air murni tidak akan membentuk tanah/ mineral lempung.
Hasil dari pelapukan tersebut membentuk tanah setebal 30-50cm pada bagian paling
atas singkapan ini, perubahan warna pada batugamping dari abu-abu menjadi coklat
kekuningan terjadi pada ketebalan lapisan 18,3m dari Grainstone menjadi
batugamping kristalin yang menunjukan kontras kenampakan fisik yang terjadi
akibat pelarutan oleh air meteorik.
Kata kunci: Pelapukan, batugamping, tanah, kenampakan fisik
.

54
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P4O-01
IR-COPTER: SEBUAH INSTRUMEN PENGINDERAAN JAUH BERBASIS
TERMAL UNTUK PENGEMBANGAN EKSPLORASI SUMBER DAYA
ALAM
Setianto, A.1, Freski, Y.R.1, Refikhanata, V.2, Rahim, M.2, dan Prasidya, A.S.3
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
2
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
3
Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
1
E-mail: agung.setianto@gmail.com

Abstrak
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah terdiri dari sumber daya
mineral dan energi. Semua sumber daya tersebut terbagi dalam status potensi dan
produksi. Pemanfaatan sumber daya alam tengah digalakkan dan terus
dikembangkan hingga saat ini. Eksplorasi harus dilakukan dalam perencanaan yang
matang guna mengurangi resiko kegagalan eksploitasi. Salah satu sumber daya
energi yang diketahui saat ini adalah energi panasbumi. Energi ini merupakan salah
satu energi yang dapat diperbarui. Saat ini, pemetaan sumber daya mineral dan
energi dapat melalui pendekatan fisis seperti pemantauan manifestasi panas bumi.
Sifat ini dapat ditangkap dan direkam menggunakan alat-alat berbasis infra merah
seperti sensor infra merah. Pada dasarnya, sensor infra merah menangkap
gelombang infra merah dengan panjang 0,7-12,5 mikrometer. Sifat panas
mempunyai panjang gelombang 10,4-12,5 mikrometer yang mirip dengan karakter
gelombang infra merah. Pada dasarnya, iR-Copter dibangun dengan perpaduan
sensor termal dan quadricopter. Penggabungan ini memerlukan sinkronisasi yang
terintegrasi dengan alat-alat spasial seperti global positioning system (GPS) dan
altimeter. Tahapan pelaksanaan pembuatan iR-Copter diawali dengan ujicoba
sensor termal dalam rangkaian sinkronisasi data ke dalam mikrokontroler Arduino
UNO. Penambahan GPS disesuaikan untuk memberikan data lintasan dan aplikasi
home position. Semua alat terhubung dengan tempat perekaman (SD Card/Memory
Card). Tahapan dilanjutkan dengan pembuatan kemasan rangkaian yang bisa
dipasang dalam Quadricopter AR.Drone 2.0. Seluruh instrumen diujikan dengan
simulasi buatan untuk menguji ketahanan instumen, lama maksimal operasi, dan
validitas data yang dihasilkan. iR-Copter dapat merekam perbedaan temperatur
permukaan bumi dengan ketahanan posisi yang stabil. Lama maksimal operasi
bervariasi bergantung pada daya baterai dengan korelasi 1500 mAh untuk waktu 18
menit. Ketelitian data yang diperoleh adalah 0.01oC dan 0.01oF. Keluaran data
berupa data koordinat (x,y) dan suhu titik (z) yang dapat diolah dengan piranti lunak
pengolah citra.

Kata kunci: Penginderaan jauh sistem termal, iR-Copter

55
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P4O-02
APLIKASI METODE ANALOGUE SANDBOX MODELING DALAM
ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI YANG BERKEMBANG PADA SISTEM
THRUST-FOLD BELT DENGAN KEHADIRAN BIDANG BASAL
DETACHMENT
Pramumijoyo, S.1 dan Suparna, R.H.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,

Abstrak
Studi terhadap perkembangan struktur geologi yang berkembang pada sistem thrust-
fold belt yang berasosiasi dengan kehadiran bidang detachment sangat baik
dilaksanakan dengan menggunakan metode analogue sandbox model. Modifikasi
model dilakukan dengan menambahkan lempeng alumunium pada bagian dasar
material pasir hingga pada jarak tertentu hingga lempeng alumunium terlepas dari
material pasir sebagai titik pengelupasan maksimal. Pemendekan yang dialami
model membentuk sistem thrust-fold belt dengan sistem imbricate thrust.
Manifestasi struktur yang terbentuk berupa forethrust, backthrust, dan overtuned
fold. Mekanisme fault-propagation folding merupakan mekanisme yang dominan
berkembang pada model dengan titik pengelupasan maksimal menjadi titik awal
perkembangan ramp. Kehadiran bidang basal detachment pada model menunjukkan
adanya pengaruh terhadap geometri struktur geologi yang terbentuk pada sistem
thrust fold belt meliputi (1) intensitas pembentukan struktur sesar naik (thrust), (2)
perkembangan sudut interlimb, (3) zona dan lokasi pembentukan struktur, dan (4)
distribusi arah gaya pada zona-zona tertentu. Model konseptual yang dibuat dengan
acuan model yang dihasilkan akan melengkapi model konseptual fault-propagation
folding dari peneliti pendahulu. Analogi data dilakukan dengan membandingkan
sistem thrust-fold belt prisma akresi Palung Nankai yang menunjukkan kesamaan
geometri struktur pada bagian zona pembentukan ramp. Kesamaan konfigurasi
struktur ini menunjukkan kesamaan genesa pembentukan pada sistem thrust-fold
belt Palung Nankai. Perbandingan dengan model sandbox peneliti pendahulu
menunjukkan pengaruh bidang detachment pada proses pembentukan struktur
geologi dalam model yang dihasilkan. Hasil percobaan menunjukkan model yang
dihasilkan baik untuk analisis detail individu struktur geologi overtuned fold dan
sesar naik (thrust).

Kata kunci: sandbox modeling, thrust-fold belt, bidang detachment

56
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P4O-03
LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN DINAMIKA SEDIMENTASI
FORMASI MUARAENIM BERDASARKAN LITOFASIES DAN SUMUR
DAERAH SEKAYU, SUMATERA SELATAN
Surjono, S.S.1 dan Geger, A.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
1
E-mail: sugengssurjono@ugm.ac.id ; sugengssurjono@gmail.com

Abstrak
Formasi Muaraenim di daerah Sekayu, Propinsi Sumatera Selatan merupakan
bagian dari pengisi Depresi Palembang Tengah, Subcekungan Palembang Selatan,
Cekungan Sumatera Selatan. Di daerah ini, Formasi Muaraenim tersingkap di
permukaan sebagai bagian Antiklinorium Sepintun. Analisis litofasies dan
parasekuen dari lima jalur pengukuran stratigrafi dan enam sumur dari Formasi
Muaraenim menunjukkan bahwa Formasi Muaraenim di daerah ini diendapkan
pada suatu zona transisi dengan pola suksesi batuan sedimen retrogradasi hingga
progradasi dengan lingkungan pengendapan delta. Data paleontologi
mengindikasikan batuan sedimen ini diendapkan selama Miosen Akhir. Suksesi
batuan sedimen umumnya didominasi oleh batupasir berselingan dengan serpih,
yang terkadang dijumpai sisipan batubara. Beberapa struktur sedimen dengan
struktur trough cross bedding, amalgamasi batupasir, yang berselingan dengan
laminasi serpih dan batulumpur yang tebal serta kehadiran beberapa layer gambut
sampai batubara mengindikasikan lingkungan pengendapan di upper sampai lower
delta plain. Singkapan ini secara vertikal dijumpai berulang-ulang, baik dari data
permukaan maupun data sumur yang mengindikasikan bahwa dinamika sedimentasi
yang terjadi selama kurun waktu itu adalah pada upper delta plain sampai lower
delta plain dengan beberapa layer menunjukkan endapan di daerah estuarin.

Kata kunci: Muaraenim, Sekayu, litofasies, upper dan lower delta plain.

57
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P4O-04
UMUR FORMASI KEBO BUTAK BERDASARKAN NANOFOSIL
GAMPINGAN DAERAH BAYAT, KABUPATEN KLATEN,
PROVINSI JAWA TENGAH
Akmaluddin1, Saputra, R. N. 1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM
1
E-mail : akmaluddin@ugm.ac.id

Abstrak

Banyaknya perbedaan pendapat mengenai umur pengendapan Formasi Kebo Butak


di daerah Bayat membuat daerah ini menarik untuk diteliti. Formasi Kebo Butak
telah diketahui berumur Oligosen akhir Miosen awal dengan menggunakan fosil
foraminifera, namun penelitian terbaru melaporkan Formasi Kebo Butak sudah
diendapkan sejak Eosen Tengah (zona P11). Penilitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi umur pengendapan Formasi Kebo Butak dengan menggunakan
nanofosil gampingan dengan mengambil sampel pada lokasi yang sama dengan
peneliti terdahulu yang menggunakan foraminifera. Penelitian mengambil lokasi
pada jalur Tegalrejo-Cermo (Baturagung) dan Kalinampu-Trembono. Hasil
pengamatan nanofosil gampingan pada jalur Tegalrejo memperlihatkan kelimpahan
spesies Cyclicargolithus floridanus, Sphenolithus ciperoensis dan Dictyococcites
bisecta yang masuk ke dalam zona NN1 (Miosen awal). Jalur Cermo yang
merupakan kemenerusan jalur Tegelrejo memperlihatkan kehadiran Discoaster
druggii yang merupakan penciri untuk zona NN2. Jalur Kalinampu-Trembono yang
dianggap berumur Eosen Tengah oleh peneliti terdahulu menghasilkan umur
Oligosen akhir atau pada zona NP24-NP25 yang dicirikan dengan kehadiran
Cyclicoccolitus abisecta, Sphenolithus ciperoensis dan Helicosphaera recta. Hasil
pengamatan nanofosil di daerah penelitian menunjukkan pengendapan Formasi
Kebo Butak diendapkan pada Oligosen akhir Miosen awal atau pada zona NP24
NN2. Hal ini memperlihatkan bahwa awal pengendapan Formasi Kebo Butak tidak
setua yang diperkirakan yaitu Eosen Tengah.

58
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P4O-05
GEOLOGI DAN ALTERASI HIDROTERMAL DI GUNUNG BATUR,
WEDIOMBO, KABUPATEN GUNUNG KIDUL,
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Idrus, A. , Setiadji, L. D. , Warmada, I. W. , Mustakim, W.
Jurusan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada
E-mail: arifidrus@ugm.ac.id

Abstrak

Daerah penelitian berada di Gunung Batur dan sekitarnya, Wediombo, Kecamatan


Rongkop, Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi DI Yogyakarta yang terletak 70 km
sebelah tenggara Kota Yogyakarta atau 30 km ke arah selatan kota Wonosari.
Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi geologi, karakteristik mineralogi
alterasi dan geokimia, mineralisasi bijih dan fasies gunungapi dalam kaitannya
dengan sistem hidrotermal daerah penelitian. Metoda penelitian yang dilakukan
berupa pemetaan geologi dan zonasi alterasi hidrotermal serta analisis sampel
berupa petrografi, mikroskopi bijih, XRD, XRF dan AAS. Litologi daerah
penelitian tersusun oleh satuan seperti satuan intrusi diorit, lava andesit dari Formasi
Wuni dan batugamping dari Formasi Wonosari. Alterasi yang dijumpai adalah
silisifikasi, argilik lanjut, argilik dan propilitik. Mineral penciri alterasi argilik lanjut
yang diidentifikasi yaitu dikit, alunit, dan jarosit. Mineralisasi logam dicirikan
dengan kehadiran enargit, kalkopirit, emas, pirit dan hematit, dengan tekstur bijih
berupa massive silica dan vuggy silica. Geokimia bijih dari 3 sampel batuan
menunjukan kadar emas dan tembaga relatif rendah yaitu dari 0,008-0,41 g/t Au,
14-78 g/t Cu, serta Ag (perak) kurang dari detection limit (<0,001 g/t). Berdasarkan
pendekatan morfologi dan asosiasi batuan gunungapi, Gunung Batur merupakan
fasies sentral dan daerah sekitarnya merupakan fasies proksimal dari sistem
gunungapi. Mengacu pada karakteristik mineralogi, tekstur bijih, geokimia bijih dan
kaitannya dengan fasies gunungapi, maka mineralisasi di Gunung Batur
(Wediombo) diinterpretasikan sebagai sistem epitermal sulfidasi tinggi (HS
epithermal system).

Kata kunci: Alterasi hidrotermal, mineralisasi, HS epithermal, Wediombo

59
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P4O-06
KOMPOSISI MINERAL BERAT DALAM ENDAPAN PASIR KUARSA DI
KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN STUDI KASUS
DI DAERAH SINGKAWANG DAN SEKITARNYA
Setijadji, L. D. 1 , , Warmada, I. W. 1 , Nabawi, N. R. 2
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
2
P.T. Timah Tbk., Pangkalpinang, Bangka-Belitung
Email: lucas_donny@yahoo.com

Abstrak
Endapan letakan pasir kuarsa berumur Kuarter di daerah Kalimantan Barat
diketahui memiliki potensi sumberdaya logam ekonomis, seperti emas dan zirkon.
Beberapa peneliti terdahulu juga mengindikasikan kehadiran logam lainnya seperti
timah. Untuk itulah perlu dilakukan kajian tentang potensi tersebut, dan pada
kesempatan ini studi diawali di sekitar kota Singkawang. Selain untuk
menginterpretasi hubungan antara komposisi mineral berat dengan tatanan geologi
daerah penelitian, hasil ini juga diharapkan dapat menunjukkan potensi logam
ekonomis di dalamnya. Sampel endapan pasir kuarsa diambil dari enam lokasi di
sekitar kota Singkawang yang mewakili lokasi yang berbeda-beda di sekitar tubuh
batolith Singkawang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di sekitar batholit
Singkawang dijumpai kandungan zirkon yang cukup tinggi khususnya di daerah
Mempawah, Monterado, dan Tayan yang diduga berasal dari hasil erosi terhadap
batholit Singkawang. Sedangkan mineral berat lainnya dijumpai berupa rutil, topas,
magnetit, hornblende, aegirin, epidot, staurolit, hematit, pirit, molibdenit dan
kalkopirit. Beberapa mineral berat lainnya yang dikenal membawa logam ekonomis
seperti kasiterit (Sn), monasit (Th, REE) dan alanit (REE) dijumpai di beberapa
tempat seperti pantai Pasir Panjang, Sambas, dan Bengkayang. Satu sampel di
selatan kota Singkawang ternyata tidak dijumpai kandungan mineral berat sama
sekali, yang diduga karena terbentuk sebagai endapan aeolian. Hasil ini
menunjukkan bahwa perbedaan kandungan mineral berat antar lokasi penelitian
dipengaruhi oleh batuan sumber, proses transportasi, dan lingkungan pengendapan.
Khususnya tentang kehadiran kasiterit dan monasit, ini menunjukkan adanya
potensi endapan logam timah, Th dan REE yang diduga berasal dari granit tipe-S
yang belum diketahui dengan pasti umur dan lokasi keberadaannya.
Kata kunci: mineral berat, endapan letakan (placer), pasir kuarsa, Kalimantan
Barat.

60
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P4P-01
KOMPLEKS SESAR TREMBONO SEBAGAI GRAVITATIONAL
STRUCTURES
Husein, S.1 dan Mulyawan, R.S.2
1
Dosen Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
2
Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
1
E-mail: shddin@gmail.com

Abstrak
Di Sungai Trembono, Kecamatan Bayat, Jawa Tengah, dijumpai jejak struktur besar
yang selama ini ditafsirkan sebagai Sesar Trembono yang berarah timurlaut-
baratdaya, dengan kinematika pergeseran sinistral. Sesar Trembono merupakan
salah satu sesar utama di Pegunungan Selatan, yang memotong berbagai formasi
batuan vulkaniklastik berumur Oligo-Miosen Formasi Kebo-Butak dan Formasi
Semilir, dan diduga sebagai struktur tua di Pegunungan Selatan. Hasil kunjungan
lapangan mengindikasikan bahwa Sesar Trembono bukanlah hasil deformasi
tektonik saja, namun juga terpengaruh proses pembebanan material sedimentasi
volkanik.

Kata kunci: Sesar Trembono, Bayat, gravitational structure

61
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4O-01
BIOSTRATIGRAPHY STUDYOFNYALINDUNG AREA, SUKABUMI,
SOUTHWESTREGION OF JAVA
Gandapradana, M.T.1, Pernando, M.I. danNasution, K.M.F.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Padjajaran,
1
E-mail: tressna.gandapradana@gmail.com

Abstract
Nyalindung Area is located in Sukabumi, West Java Province. This area is part of
Bogor Basin which is formed since Paleocene. Physiographically, the area is located
in Bayah Mountain (Van Bemmelen, 1949). The main structural trend is northwest-
southeast. The lithology consist of Miocene sedimentary rocks and quarter volcanic.
This research purposes is to determine the relative age and the depositional
environment of the Nyalindung sandstone unit by using fossil data. The method of
this research is by detail mapping in Nyalindung area. Mapping done in 25 km2 .
Several samples collected from the mapping to be analysed in the laboratory. The
result of this research is 4 planktonic foraminifera samples to be analysed by its
fossil. And the fossil is Globigerina nephentes, Globigerine insueta, Globigerina
selli, and Globigerina primordius. The relative age from this 4 samples is in Early
Miocene (N5-N6) and the depositional environment is in deep marine environment.

Keywords: Nyalindung, Bogor Basin, fossil analysis, sandstone, planktonic


foraminifera, Early Miocene

62
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4O-02
ANALISIS TAFONOMI MOLUSKA PADA FORMASI DAMAR DI KALI
SIWUNGU, TEMBALANG, SEMARANG
Kurniasih, A.1 dan Adha, I.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
1
E-mail: anis.kurniasih_tg@undip.ac.id

Abstrak
Analisis tafonomi dalam geologi dapat diaplikasikan untuk menginterpretasi
perubahan relatif muka air laut. Dalam penelitian ini dilakukan analisis tafonomi
moluska pada Formasi Damar yang bertujuan untuk mengetahui perubahan relatif
muka air laut dalam kaitannya dengan sekuen stratigrafi. Lokasi penelitian berada di
Kali Siwungu Desa Jurangbelimbing Kecamatan Tembalang Semarang yang secara
geologi termasuk dalam Formasi Kaligetas dan Formasi Damar.Objek penelitian
adalah singkapan batuan Formasi Damar dengan kandungan fosil moluska di Kali
Siwungu Desa Jurangbelimbing, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jawa
Tengah. Data yang digunakan adalah hasil pengamatan dan pengukuran singkapan
batuan di lapangan. Data tersebut dianalisis untuk interpretasi proses perubahan
relatif muka air laut dalam konteks system tract berdasarkan litologi dan tafonomi
moluska dalam batuan.Berdasarkan ciri ciri tafonomi moluska dapat diinterpretasi
singkapan batuan yang diteliti diendapkan pada fase kenaikan muka laut, yaitu pada
bagian bawah yang ditandai oleh tafonomi moluska dengan tingkat fragmentasi dan
abrasi yang sangat tinggi, disartikulasi, serta ditemukan fosil jejak berupa conichnus
dan konkresi yang merupakan awal fase transgressive system tract (Early TST). Di
bagian atas ditandai oleh tafonomi moluska dengan tingkat fragmentasi dan abrasi
yang lebih rendah dan tidak ditemukan fosil jejak maupun konkresi yang
merupakan akhir dari fase transgressive system tract (Late TST).

Kata kunci: Tafonomi, moluska, siklus pengendapan

63
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4O-03
ANALISIS PROSES PENGENDAPAN DAN LINGKUNGAN
PENGENDAPAN SERPIH FORMASI NANGGULAN, KULON PROGO,
YOGYAKARTA BERDASARKAN DATA BATUAN INTI
Al Ansori, A.Z.1 dan Amijaya, H.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
1
E-mail: zakariya_addimmki@yahoo.com

Abstrak
Indonesia is one of country that has big potential of shale gas. Most of the source
rock in the western Indonesia as a potential target of shale gas exploration is synrift
sediments Eocene to Oligocene shale. Nanggulan Formation which exposed in
Kulon Progo, Yogyakarta is one of the Eocene shale interval. However, the data
about it is still limited. Further studies on the Nanggulan Formation in Kulon Progo
is necessary to know the characteristics of the Eocene shale more detail. Research
uses lithofacies and lithofacies association analysis from core data. Succession of
lithofacies Nanggulan shale, Kulon Progo, Yogyakarta based on core data consist of
1. Laminated sandstone facies, 2. Massive sandstone facies, 3. Flaser-Wavy
sandstone facies, 4. Massive claystone facies, 5. Massive mudstone facies, 6.
Molusca rich mudstone facies, 7. Floatstone facies, 8. Crystalline carbonate facies,
9. Coal facies, 10. Claystone and sandstone interbedded facies, 11. Lenticular
mudstone facies. Depositional environment of Nanggulan Formation starts from
fluvial, tidal dominant estuarine to shallow marine. In general, depositional
environment is deepening. Deposition process in the fluvial and estuarine
influenced by river flow and tidal currents. Deposition process in a shallow marine
is hypopycnal flow and hyperpycnal flow.

Kata kunci: Shale gas, Nanggulan Formation, lithofacies, depositional environment


and depositional process

64
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4O-04
HUBUNGAN ANTARA EVOLUSI POROSITAS DENGAN
KARAKTERISTIK DIAGENESIS BATUAN KARBONAT FORMASI
WONOSARI DI KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNG
KIDUL, PROVINSI DIY
Asyari, M.R.1dan Winardi, S.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
1
E-mail: asyari.rizki@gmail.com

Abstrak
Proses diagenesis merupakan proses yang umum terjadi pada batuan, salah satunya
pada batuan karbonat. Proses ini akan menyebabkan perubahan pada batuan mulai
dari komposisi material penyusun, geometri semen, hingga porositas batuan. Batuan
dapat mengalami peningkatan dan penurunan nilai porositas, tergantung pada proses
diagenesis yang bekerja. Proses diagenesis akan bervariasi sesuai dengan faktor
pengontrolnya terutama adalah lingkungan. Proses yang bervariasi tersebut nantinya
akan menghasilkan produk diagenesa yang bervariasi pula, sehingga pada proses
diagenesis tertentu akan menghasilkan tipe pori dan karakteristik diagensis tertentu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh model tipe diagenesis dan
evolusi porositas secara vertikal pada batuan karbonat dengan studi kasus pada
Formasi Wonosari yang mewakili bagian bawah Formasi berdasarkan hasil
identifikasi produk diagenesis dan tipe pori batuan karbonat dalam satu jalur
pengamatan di sekitar Kecamatan Ponjong. Metode yang digunakan antra lain
berupa pengukuran statigrafi di lapangan untuk mengetahui litologi penyusun,
produk diagenesis dan tipe pori megaskopis, analisa petrografi untuk
mengidentifikasi produk diagenesis secara mikroskopis(tipe semen, morfologi
semen, dan mineralogi) serta tipe pori (primer dan sekunder) dan uji porositas untuk
mengetahui nilai porositas secara kuantitatif dari sampel batuan karbonat. Secara
umum Formasi Wonosari bagian bawah umumnya sudah mengalami proses
diagenesis yang cukup intensif. Dijumpai produk-produk diagenesis berupa kars dan
caliche. Tipe pori yang umum dijumpai berupa tipe pori vug dan tipe pori
interpartikel. Pori vug yang intensif banyak dijumpai pada batuan yang mengalami
proses karstifikasi. Pori interpartikel yang baik dijumpai pada batuan karbonat
ubahan, yaitu chalky limestone. Kedua tipe pori yang umum dijumpai memiliki nilai
porositas yang cukup baik.

Kata kunci: Diagenesis, evolusi porositas, FormasiWonosari

65
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4O-05
INVENTARISASI KAWASAN BENTANG ALAM KARST DAN
PENYELIDIKAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH WAWOLESEA,
KECAMATAN LASOLO, KABUPATEN KONAWE UTARA, SULAWESI
TENGGARA
Dwiyono, I.1dan Srijono1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
1
E-mail: imamfajrii@yahoo.com

Abstrak
Karst Wawolesea merupakan suatu bentang alam yang dicirikan adanya lorong-
lorong yang terisi oleh air panas dan air asin. Pada beberapa tempat bahkan sudah
terdapat jembatan alam (natural bridge). Tipe karst ini terutama dicirikan oleh
kontrol hidrologi air panas yang dominan sehingga terjadi proses pengendapan
ulang larutan kalsit hingga membentuk suatu undak travertin yang beraneka ragam
serta jarang dijumpai di tempat lain. Sifat asin pada air yang dijumpai pada daerah
ini dipengaruhi oleh air laut yang pada saat pasang dapat masuk ke dalam sistem air
yang berada di darat.Dari kawasan batuan karbonat yang berada pada daerah
tersebut memancar air panas dan bersifat asin yang berasal dari lorong-lorong
sungai bawah tanah. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian untuk mengetahui
sebaran bentang alam karst yang ada pada daerah penelitian, selain itu perlu juga
diadakan penelitian tentang fenomena sumber mata air panas yang muncul di daerah
penelitian. Adapun metode yang digunakan berupa survei lapangan meliputi
identifikasi kawasan bentang alam karst serta mendata persebaran mata air panas
yang ada.Secara topografi, Kawasan Wawolesea ini berada pada ketinggian 1-400
meter di atas permukaan laut. Adapun lokasi sumber air panas berada pada
ketinggian 1-20 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan peta geologi regional
lokasi mata air panas terletak pada endapan permukaan aluvium dan terumbu koral
kuarter. Kawasan bentang alam karst yang terbentuk didominasi oleh undak-undak
travertin dimana hal ini sangat berhubungan erat dengan adanya fenomena mata air
panas pada daerah penelitian. Adapun munculnya fenomena mata air panas pada
daerah penelitian dapat diakibatkan oleh kontrol struktur geologi berupa Sesar.

Kata kunci: Wawolesea, karst, geothermal, travertin

66
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4O-06
ROCKSQUARE: ANDROID APP. RECORDING DATA LAPANGAN
Ratna, S.A.1, Ariani, N.P.1, Rabbani, B.2dan Husein, S.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
2
Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
1
E-mail: syera_afita@yahoo.com

Abstrak
Rocksquare merupakan piranti lunak berupa aplikasi android yang dibuat untuk
recording data lapangan dengan praktis via tablet sistem android.Menimbang
populernya Android sebagai OS No.1 dunia dan meluasnya penggunaan tablet di
semua kalangan, maka tercetuslah ide untuk membuat suatu aplikasi dengan fungsi
untuk menggantikan buku catatan lapangan konvesional dengan keunggulan praktis
dan inovatif. Aplikasi ini dikembangkan bersama mitra dalam kegiatan PKM-T
2013. Pembuatan aplikasi ini menggunakan software development bernama Eclipse
versi Indigo dan Juno pada Windows. Aplikasi ini terdiri dari beberapa bahasa
pemrograman dalam pembuatannya diantaranya adalah xml, java, php, dll. Xml
digunakan untuk membangun interface dari aplikasi ini. Java digunakan untuk
bahasa algoritma dalam aplikasi ini atau dapat dikatakan sebagai otak atau
penggerak dari aplikasi ini yang membuat semua komponen dalam aplikasi
bersinergi satu dengan yang lainnya. Sedangkan, php biasa digunakan untuk media
penyimpanan atau database di dalam aplikasi itu sendiri.Rocksquare telah selesai
dibuat untuk versi pertama dan memiliki beberapa fitur yang menarik yaitu :note,
informasi cuaca, keterangan pengambilan data, keterangan lokasi, kompas digital,
GPS, kamera,voice note.Aplikasi ini telah uji coba lapangan dengan lokasi di
Mengger, Kecamatan Mntiangan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Harapan kami
aplikasi ini mendapat respon positif di kalangan pekerja lapangan khususnya
geologist untuk selanjutkan dapat membuat aplikasi versi berbayar.

Kata kunci: Rocksquare, android, eclipse, record, tablet

67
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4O-07
LINEAMENT DENSITY ANALYSIS TO PREDICT FAULT: A COAL MINE
CASE
Prabowo, K.1, Irawan, D.E.1dan Santosa, B.2
1
Department of Geology, Institut Teknologi Bandung,
2
Department of Geology, PT. Kaltim Prima Coal, Sangatta, East Borneo, Indonesia,
1
E-mail: ken.prabowo@gmail.com

Abstract
Pelikan and Kanguru Pits are two of the coal mining sites owned by PT. KPC in
Sangatta, East Borneo. Those two were pits with multiple seam that consisted over
one hundred layers of coal seam and has the highest coal production per December
2013. Over the last few years the mining activities has been disturbed from time to
time by washed-out coal seams. Those missing coal seams have reduced the
reserves and can lead to geotechnical disaster due to the resulting undercut. Thus
previous geological model based on borehole data correlation was proven to be
faulty. In early 2014, a buffer analysis was conducted based on geomorphological
lineaments, geological structure map and actual seam floor geometry showed the
coal seams were cut by faults within the area rather than ancient fluvial channel. A
lineament density map was created with simple stochastic method that average and
grid lineaments within the research area. The method was devised to predict the
presence of faults based on the regional stress and lineament trend that match the
detailed geological structure map. Further study with flooding simulation showed
that the drilling pattern for the area itself was sparse because of huge swamp within
the valley that may have been produced by a fault zone. This method could
improvise the drilling pattern on exploration stage and reduce the risk of faulty
correlation caused by faults on development stage.

Kata kunci: Lineament density, coal seam discontinuity, faults, lineament,


stochastic method

68
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4O-08
EKSISTENSI KARS DAN CALICHE FORMASI WONOSARI TERHADAP
MORFOLOGI DAERAH SEMANU, GUNUNG KIDUL, DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
Dahyar, M.1, Wibowo, A.1, Prayogi A.1, Erlisa, P.1, Said, S.1dan Premonowati1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, UPN Veteran,
1
E-mail: muhdahyarr@gmail.com

Abstrak
Batugamping Formasi Wonosari tersingkap dengan baik pada daerah Ngeposari dan
sekitarnya, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Keberadaan batugamping yang sangat dikontrol oleh tingkat diagenesa
berupa pelarutan yang berperan dalam pembentukan morfologi pada derah tersebut.
Tingkat diagenesa pada batugamping membentuk perbedaan morfologi pada daerah
telitian dan menimbulkan suatu pertanyaan yang harus dipecahkan. Pemetaan
geologi terperinci pada fasies karbonat pun dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut. Perbedaan morfologi
tersebut dipengaruhi oleh sifat dari batuan penyusunnya yaitu berupa karst dan
caliche. Perbedaan morfologi perbukitan caliche teramati pada beberapa tempat
dimana pada bagian utara membentuk morfologi kubah (kemiringan berkisar 20-
30o) dan pada bagian selatan merupakan perbukitan karst yang membentuk
morfologi kerucut (kemiringan berkisar 30-40o). Stratigrafi daerah telitian dibagi
menjadi 2, yaitu satuan batugamping terumbu dengan dominasi fasies massivered
algae boundstone yang tersebar pada bagian selatan dan satuan batugamping
berlapis dengan dominasi fasies large foraminifera wackestone tersebar pada bagian
utara daerah telitian. Adanya sifat perlapisan serta porositas primer berupa
intergranular sangat mendukung terbentuknya caliche sehingga tekstur asli batuan
sulit teramati dengan jelas. Sebaliknya sifat masif yang didukung porositas sekunder
berupa struktur kekar membentuk kars pada daerah selatan.

Kata kunci: Semanu, Kars, caliche, batugamping, porositas karbonat

69
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4O-09
QUANTITATIVE APPLICATION OF FLUVIAL GEOMORPHOLOGY:
INSIGHT INTO MODERN EQUATORIAL RIVER OF BORNEO,
INDONESIA
Rohmana, R.C.1,2, Fardiansyah, I.2, Malda, O.2, Budiman, A.2, Taufani, L.2
&Prisila J.3
1
Department of Geology UPNVeteranYogyakarta
2
GeoPangea Research Group (GPRG)
3
Remote Sensing Lab. UPNVeteranYogyakarta
1
E-mail:riancrohmana@gmail.com
Abstract
Borneo is the largest island in South East Asia that drains through the longest and
biggest tropical rivers. Most of the rivers are charged with great amounts of
sedimentary material resulting from equatorial weathering condition, and
combinations of climate, tectonics, base level changes and avulsion. Study of fluvial
controls and morphology of three major rivers in Borneo (i.e., the Kapuas,
Mahakam, and Barito) using Landsat data and field surveys. Fluvial morphometric
measurements were quantified from upstream to downstream of the three main
rivers using Landsat images. Measurements include channel width (CW), channel
length (CL), meander belt width (MBW), meander wavelength (ML), radius of
curvature (RC), and sinuosity (SI). In areas with sparse data and/or 3D seismic time
slices with low resolution, the morphometric quantification of Landsat images is
useful as an analogue to identify the paleo-fluvial style. Study cases from rivers in
the Borneo Island provide insights and new perspective with regards to equatorial
fluvial geomorphology using integrated quantitative approach. First, Structural
control does not necessarily influence development of river in the upstream area.
However they can occur in downstream area. Second, Mature/immature provenance
source and local uplift may contribute to the lithological composition of river
sediments even in the upstream or downstream area. Modern geomorphic features
and morphometric parameters help to predict ancient fluvial morphology and its
dimensions, lateral facies associations, dominant lithological contents (shaliness,
sand ratio) and variable control of geometry (faulting and local uplift). Identification
of channel styles is also important, particularly in reservoir analysis for hydrocarbon
exploration. The reason being interpretation of river channel styles holds
fundamental controls on the geometry and heterogeneity of fluvial reservoirs. The
relationships can be examined from morphometrics of the Kapuas, Mahakam and
Barito rivers that can aid in resolving uncertainty in subsurface reservoir character.
Keywords: Borneo River, Quantitative Measurement, Fluvial Morphometric.

70
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4O-10
THE DYNAMIC INTERACTION OF TURBIDITY CURRENT UNDER
DENSE STRATIFIED WATER: A FLUME EXPERIMENTAL MODEL
APPROACH
Ramadhan,B.1, Malda, O.2, Cahyo, F.A.2, Fardiansyah, I.3 and Budiman, A.3
1
Department of Geology UPNVeteranYogyakarta
2
Sedimentology Lab. UPNVeteran
3
GeoPangea Research Group (GPRG)
1
E-mail: bondanrmdn@gmail.com

Abstract
Turbidity currents are gravity-driven turbid suspensions of fluid and sediment
entering the water. They form a sediment gravity flow in which the suspended
sediment is supported by fluid turbulence during the transportation.Velocity of
turbidity currents usually decrease due to the flattening of slope, overbank flux from
currents along submarine channel, or the spreading of streams over seabeds at the
bottom of slope. An experiment was performed within a flume box to demonstrate
how a simple turbidity currents simulation can help understanding the currents
mechanism during deposition. The method conducted by grain density, mud and
water with different certain composition.Experiment results revealed that the
velocity of turbidity currents are faster in the beginning than at the end of
deposition, while the bulk density of the turbidity current was less denser than water
layer, the current spread at the pycnocline (boundary between fresh and saline
water). The head of the current advanced rapidly when it lost contact with the bed.
Grains settling out of the current fell through the dense water layer forming an
extensive deposit. Meanwhile if the bulk density of the turbidity current was denser
than the water layer, the current continued as an underflow moving into the deeper
water.In addition, the movement of turbidity currents is formed because there is
density difference between fluid and sediment material. At the end, understanding
the quantitive aspect of turbidity currents is essential towards betterment analysis of
turbidity currents itself.

Keywords: Turbidity currents, flume box, density, deposition

71
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4O-11
STUDI FASIES KARBONAT FORMASI SELATAN DAERAH BADUNG
PROVINSI BALI
Agastya,I.B.O.1 dan Sugiarto, S.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
1
E-mail: geosugiarto@yahoo.co.id

Abstrak
Fasies adalah suatu tubuh batuan yang dicirikan oleh kombinasi ciri litologi, fisik
dan biologi yang membedakannya dengan tubuh batuan yang berdekatan (Walker,
1992). Lokasi daerah penelitian secara administratif terletak di Kabupaten Badung,
Provinsi Bali dan masuk kedalam peta geologi regional lembar Bali-Nusatenggara.
Metode yang digunakan adalah pemetaan geologi dan measuring section. Kajian ini
membahas tentang studi fasies pada karbonat Fomasi Selatan serta model
lingkungan pengendapannya. Secara regional Formasi Selatan terdiri dari
batugamping terumbu, napal setempat, batugamping terhablur ulang dan
batugamping berfosil (Purbo-Hadiwijoyo, 1998). Pada lokasi pantai Dreamland
dijumpai fasies bafflestone branching coral, rudstone, grainstone dan floatstone
yang mengindikasikan fasies ini pada pertumbuhan fase colonization, sedangkan
dilokasi pantai Pandawa terdiri dari fasies bafflestone branching coral, rudstone dan
floatstone yang merupakan pertumbuhanfase colonization diversification. Daerah
Ungasan mempunyai fasies framestone coral reef (platy coral) yang merupakan
pertumbuhan pada fase domination.Bedasarkan interpretasi fasies pada lokasi
penelitian disimpulkan 3 lingkungan pengendapan : (1) Backreef- reef flat dengan
ciri berlapis, dominasi matriks pasiran, floatstone, fosil pelecypoda, gastropoda dan
terdapat branching coral secara setempat-setempat yang berselingan dengan
rudstone (2) Reef crest reef front dengan cirididominasi oleh koloni coral
berbentuk pipih (platy), branching coral secara setempat, fosil pelecypoda,
berlapis, bioherm dan matriks berupa pasir kasar (3) Reef front - fore reef
mempunyai ciri didominasi oleh branching coral berselingan dengan rudstone,
beberapa fragmen pecahan branching coral, berlapis dengan dimensi lapisan yang
cukup tebal.

Kata kunci: Fasies karbonat, formasi selatan, lingkungan pengendapan

72
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4P-01
HUBUNGAN STRATIGRAFI ANTARA SATUAN BATUAN VULKANIK
DENGAN SATUAN BATUAN KARBONAT DI DAERAH BANGUNJIWO
DAN SEKITARNYA, KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL,
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Mulyani, S.1, Barianto, D.H.1, Rahardjo, W.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
*
E-mail : didithadibarianto@gmail.com

Abstrak
Latar belakang penelitian adalah terdapatnya batuan vulkanik berupa breksi andesit
pada lokasi penelitian yang sebelumnya dipetakan sebagai batuan karbonat dari
Formasi Sentolo dan endapan vulkanik kuarter Gunung Merapi dalam Peta Geologi
Yogyakarta (1997). Tujuan penelitian adalah untuk menentukan hubungan
stratigrafi antara satuan batuan vulkanik dengan satuan batuan karbonat. Daerah
penelitian secara administratif berada di Desa Bangunjiwo dan sekitarnya,
Yogyakarta, Indonesia. Metode yang digunakan meliputi pemetaan geologi,
pengambilan sampel paleontologi dan petrografi, serta pengamatan sampel fosil dan
sayatan. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan didapatkan bahwa daerah
penelitian dibagi menjadi enam satuan batuan yaitu: satuan packestone-wackestone,
packestone-grainstone, packestone-rudstone, konglomerat andesit-tuf kristal,
konglomerat andesit-breksi andesit, dan pasir kerakalan. Batuan karbonat terbentuk
pada Miosen tengah sampai Pliosen akhir (N10-N21) di lingkungan batial bawah
sampai neritik luar dengan proses pengendapan yang menerus. Batuan vulkanik
terbentuk pada Kala Pleistosen sampai Holosen di lingkungan darat dan fluvial oleh
mekanisme pengendapan berupa pyroclatic flow, traction flow, dan mass flow
dengan proses pengendapan yang tidak menerus. Hubungan stratigrafi antara satuan
batuan vulkanik dengan satuan batuan karbonat adalah tidak selaras, dengan jenis
ketidakselarasan menyudut pada beberapa lokasi, dan kontak berupa bidang
ketidakselarasan erosional.

Kata kunci: Daerah Bangunjiwo, hubungan stratigrafi, batuan karbonat, batuan


vulkanik
.

73
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4P-02
ANALISA ARAH ARUS PURBA BERDASARKAN STRUKTUR SEDIMEN
HUMMOCKY DI DAERAH PANGGANG, GUNUNG KIDUL, DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
Maarif, S.G.1, Firdausi, R.D.1, Widyastanto, A.1, Barianto, D.H.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
*
E-mail : rendy.defriza@gmail.com

Abstrak
Struktur sedimen hummocky dapat digunakan sebagai dasar penentuan arah arus
purba yang bekerja pada suatu daerah di masa lampau. Penelitian ini dilakukan
untuk menentukan arah arus purba yang terekam pada batuan karbonat Formasi
Wonosari yang terbentuk pada Miosen tengah hingga Miosen akhir di daerah
Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang di
dalamnya terdapat struktur sedimen hummocky yang dapat diukur strike/dip
lengannya. Metode analisa yang digunakan untuk menentukan arah badai adalah
melalui statistik data-data arah strike/dip dari lengan Hummocky dengan bantuan
software komputer. Data strike/dip lengan Hummocky diambil pada tiga lapisan
batuan karbonat dengan jumlah data pada lapisan pertama adalah 31 data, lapisan
kedua berjumlah 29 data, dan lapisan ketiga berjumlah 48 data. Berdasarkan dari
analisa tersebut didapatkan pada lapisan pertama memiliki arah arus yang bimodal
berarah tenggara dan selatan-barat daya, pada lapisan kedua memiliki arah arus
yang unimodal berarah tenggara, dan pada lapisan ketiga memiliki arah arus yang
bimodal berarah timur-tenggara dan barat-barat daya.

Kata kunci: hummocky, Formasi Wonosari, Panggang


.

74
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4P-03
STUDI FASIES VULKANIK DAN ALTERASI HIDROTERMAL DAERAH
SUNGAI CIKANIKI DAN SEKITARNYA, KECAMATAN NANGGUNG,
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Haniffa, M.1, dan Harijoko, A.1


1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran
1
E-mail: mifrokhah.haniffa@gmail.com

Abstrak
Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor yang terletak di Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat secara geologi berada di daerah bentang alam
vulkanik. Mineralisasi emas terbentuk oleh proses hidrotermal dengan tipe
mineralisasi epitermal sulfidasi rendah berupa urat kuarsa yang memotong batuan
induk berupa batuan vulkanik. Dari hasil penelitian terdahulu diketahui hubungan
erat antara mineralisasi emas tipe epitermal dengan keberadaan gunung api.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui fasies vulkanik dan alterasi hidrotermal,
serta hubungan genesa antara keduanya. Daerah penelitian berada di Sungai
Cikaniki dan sekitarnya yang masuk ke dalam wilayah UBPE Pongkor. Metode
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah logging conto inti pemboran, pemetaan
geologi, dan pengambilan sampel untuk analisis petrografi dan XRD. Litologi yang
tersingkap di permukaan adalah andesit piroksen, breksi tuf, dan tuf lapili-tuf, serta
accretionary lapilli yang ditemukan setempat-setempat. Sedangkan litologi yang
ditemukan pada conto inti batuan adalah andesit masif, andesit autoklastik, breksi
tuf, tuf lapili, tuf, dan perselingan batulanau dengan tuf. Mineral sekunder yang
dijumpai adalah ilit, smektit, kaolinit, klorit, kalsit. Mineral sekunder ini hampir
ditemukan pada keseluruhan daerah penelitian. Secara setempat dijumpai batuan
yang tersilisifikasi kuat dan bongkahan silika residu. Mineralisasi dijumpai dalam
bentuk veinlet kuarsa, kalsit, dan kuarsa-kalsit yang berasosiasi dengan mineral
sulfida. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian berada
pada fasies proksimal gunungapi dan merupakan produk dari erupsi efusif dan
ekplosif subaerial. Erupsi ini berasosiasi dengan pembentukan cekungan (danau)
yang selanjutnya terisi oleh material piroklastik halus dan sedimen non vulkanik.
Alterasi dan mineralisasi diinterpretasikan berasosiasi dengan intrusi pada fasies
sentral gunungapi sehingga alterasi pada daerah penelitian terbentuk pada suhu dan
pH menengah.

Kata kunci: Pongkor, fasies vulkanik, alterasi hidrotermal

75
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4P-04
MEKANISME PENGENDAPAN ANGGOTA TUF FORMASI
WATURANDA, DAERAH KALI KENTENG, SEMPOR, KEBUMEN, JAWA
TENGAH
Saputra, R.N.1, Novian, M.I.1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
*
E-mail : rikzan.norma@gmail.com

Abstrak
Lokasi penelitian ini berada di Kali Kenteng yang melewati Desa Merden,
Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Pengukuran
dimulai dari koordinat UTM 0339615 9164965 hingga 0339738 9165085.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme pengendapan Anggota Tuf
Formasi Waturanda yang terbentuk selaras di atas Formasi Totogan. Penelitian ini
dilakukan dengan melakukan pengukuran stratigrafi skala 1:100 pada jalur yang
ditentukan, membagi fasies batuan, kemudian melakukan interpretasi mekanisme
pengendapan dengan didukung data paleontologi dan petrografi. Anggota Tuf
Formasi Waturanda terdiri dari 10 fasies, yaitu Fasies breksi polimik ngarai bawah
laut dengan pengendapan gaya berat, Fasies batupasir karbonatan ngarai bawah laut
oleh arus traksi, Fasies batupasir ngarai bawah laut oleh arus traksi, Fasies
batulanau karbonatan ngarai bawah laut dengan mekanisme suspended load, Fasies
batupasir tufan ngarai bawah laut oleh arus traksi, Fasies tuf pasiran ngarai bawah
laut dari piroklastik jatuhan, Fasies andesit pada daerah proksimal gunungapi bawah
laut hasil erupsi lelehan, Fasies breksi andesit pada slope gunungapi bawah laut
dengan pengendapan gaya berat, Fasies perselang-selingan batupasir dan batulanau
kipas bawah laut oleh arus traksi, dan Fasies perselang-selingan batupasir kipas
bawah laut oleh arus traksi. Pada akhirnya diketahui bahwa Formasi Waturanda Tuf
terbentuk pada akhir Miosen Awal di daerah ngarai bawah laut yang berada di
depan busur gunungapi oleh pengendapan gaya berat dan diselingi dengan arus
traksi ketika energi melemah lalu terjadi selaan erupsi gunung api intermediet
bersifat lelehan, semakin ke atas kondisi berubah menjadi relatif lebih tenang, yaitu
pada daerah cuping kipas bawah laut dengan mekanisme pengendapan arus traksi.
Kata kunci : Fasies, Formasi Waturanda Tuf, Mekanisme pengendapan

76
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4P-05
PENGUKURAN ARAH ARUS PURBA FORMASI WATURANDA JALUR
DESA KENTENG, KECAMATAN SEMPOR, KABUPATEN KEBUMEN,
PROPINSI JAWA TENGAH
Putra, R. P. 1 , Barianto, D. H. 1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
1
Email : didithadibarianto@gmail.com

Abstrak

Daerah penelitian berada di Desa Kenteng, Sempor, Kebumen dan Jawa Tengah.
Secara geografis, daerah ini terletak pada koordinat UTM 49 S koordinat barat-
timur 9162500-9167800 UTM dan koordinat utara-selatan 339000-343000.
Penelitian ini berlatar belakang dari dijumpainya ripple mark dan cross-bed yang
terdapat pada Formasi Waturanda. Struktur ripple mark ini sulit untuk terawetkan
sehingga jarang dijumpai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
litologi penyusun dari Formasi Waturanda, mengetahui pola arah arus purba dan
dinamika arus purba tersebut sepanjang waktu yang kemudian akan digunakan
untuk membantu interpretasi dan rekonstruktsi paleomorfologi. Penelitian ini mula-
mula dilakukan dengan melakukan pemetaan geologi yang bertujuan untuk
mengetahui pelamparan Formasi Waturanda yang dilanjutkan dengan pengukuran
stratigrafi dan pengukuran arah arus purba. Sebanyak 20 hasil pembacaan arah arus
purba yang diperlukan untuk mengolahnya dengan metode statistik. Metode statistik
yang digunakan adalah metode statistik sederhana dengan menghitung rata-rata dari
nilai pembacaan arus purba. Jumlah total arah arus purba terukur adalah sebanyak
19 data yang kemudian data-data ini disajikan dalam bentuk diagram mawar dan
diagram vektor. Pengolahan dan penyajian data tersebut dilakukan dengan bantuan
piranti lunak yang bernama Stereonet. Hasil dari pengukuran stratigrafi kemudian
diintegrasikan dengan arah arus purba di sepanjang suksesi vertikal formasi ini.
Selanjutnya dilakukan interpretasi lingkungan pengendapan dan rekonstruksi
paleogeomorfologi. Berdasarkan hasil penelitian, suksesi vertikal Formasi
Waturanda dibagi menjadi tiga berdasarkan pola arah arusnya yaitu fasies breksi
basalt yang merupakan facies paling tua, diikuti oleh facies bimodal dan facies
unimodal sebagai facies yang paling muda. Lingkungan pengendapan dari Formasi
Waturanda ini adalah lingkungan shelf dengan vulcanic ridge sebagai barrier.
Dinamika arah arus purba pada formasi ini dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik.

Kata kunci: Daerah Kenteng, Formasi Waturanda, dinamika dan pola arus purba.

77
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M4P-06
STRATIGRAFI FORMASI SEMILIR DI DUSUN KRAKITAN, DESA
CANDIREJO, KECAMATAN SEMIN, KABUPATEN GUNUNG KIDUL,
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
W. V. Efendi1, M. I. Novian1, R. W. Utama1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
1
E-mail: welsen.victor@gmail.com
Abstrak
Formasi Semilir merupakan salah satu formasi di Pegunungan Selatan yang tersusun
oleh material material asal vulkanik pada umur Miosen Awal. Formasi ini
terendapkan pada lingkungan darat hingga laut dengan mekanisme pengendapan
yang bervariasi. Di dusun Krakitan, desa Candirejo, Kecamatan Semin, Kabupaten
Gunung Kidul, DIY dijumpai bentukan kerucut sirkuler yang tersusun oleh batuan
batuan dari Formasi Semilir. Pengukuran stratigrafi dengan skala 1 : 100 dan analisa
petrografi serta paleontologi akan menghasilkan 7 fasies pada daerah ini, yaitu
fasies tuf, fasies tuf silang siur, fasies tuf lapili silang siur, fasies tuf lapili, fasies tuf
foraminifera, fasies tuf lapili foraminifera, dan fasies breksi piroklastik.
Berdasarkan pengamatan fosil foraminifera kecil dan didukung dengan data
foraminifera besar yang ada, umur dari formasi Semilir di daerah ini menunjukkan
Miosen Tengah (N9) dan Miosen Atas (N16). Sedangkan lingkungan
pengendapannya akan menunjukkan lingkungan laut dalam dan transisi laut ke
darat. Proses sedimentasinya merupakan hasil endapan piroklastik dimana gunung
api sumbernya memiliki jarak relatif dekat dan erupsi yang terjadi berulang ulang
dengan kekuatan yang berbeda.

78
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P5O-01
EVALUASI PEMBELAJARAN GEOLOGI DITINJAU DARI
KEBERHASILAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH METODE
GEOLOGI LAPANGAN DI JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FT UGM
Pramumijoyo, S.1, Wijono, S. 1, dan Hariadi, B. W. 2
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
1
E-mail: agung.setianto@gmail.com

Abstrak
Mata kuliah Metode Geologi Lapangan (MGL) adalah mata kuliah di semester
IV yang silabusnya berisi: Integrasi mata kuliah-mata kuliah dasar teknik
geologi (mata kuliah prasyarat). Berisi uraian tentang teknik dan metode
lapangan yang diperlukan untuk pembuatan peta geologi dari saat pra pemetaan
geologi, pemetaan geologi dan pembuatan laporan pemetaan geologi. Mata
kuliah MGL bertujuan agar mahasiswa mampu melaksanakan kegiatan
interpretasi geologi melalui data sekunder dalam bentuk peta geologi tentatif
yang akan digunakan untuk kegiatan pemetaan geologi di lapangan dan
pembuatan laporan pemetaan geologi dalam bentuk peta geologi final beserta
kelengkapannya, sedangkan keluaran pembelajarannya adalah: Mahasiswa
dapat membaca data sekunder seperti peta topografi, citra satelit, Digital
Elevation Model, foto udara dan peta geologi regional yang memiliki
beramacam-macam skala dan dapat memanfaatkannya untuk interpretasi geologi
(tentative). Di samping itu, mahasiswa dapat memanfaatkan peta geologi
(interpretative/tentative) untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaan
lapangan pemetaan geologi untuk menghasilkan peta geologi hasil lapangan
beserta kelengkapannya. Kenyataannya pada saat pra-pemetaan, mahasiswa masih
mengalami kesulitan di dalam melahrkan analisis citra, DEM untuk
dibandingkannya dengan peta regional. Selain itu mereka masih mengalami
kesulitan di dalam menentukan unit-unit geomorfologi, unit-unit litostratigrafi
dan struktur geologi. Kesulitan ini akan berpengaruh pada saat perencanaan
pemetaan geologi. Pada saat pemetaan para mahasiswa masih mengalami
kesulitan di dalam deskripsi litologi, membuat sketsa, membuat satu satuan
litostratigrafi. Apalagi mencari hubungan antara geomorfologi-stratigrafi-struktur
geologi. Mungkin hal ini antara lain disebabkan oleh karena kekurangan di
dalam melihat-lihat di lapangan (peninjauan lapangan pada mata kuliah - mata
kuliah dasar).

79
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P5O-02
PENDIDIKAN MIKROPALEONTOLOGI RADIOLARIA DI PERGURUAN
TINGGI: SEBUAH USULAN

Munasri1
1
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
1
E-mail: irsanum@yahoo.co.id

Abstrak
Dalam pendidikan geologi di perguruan tinggi di Indonesia, pada mata kuliah
bidang mikropaleontologi dipelajari mikrofosil (fosil renik) foraminifera dan sedikit
tentang ostracoda, diatom, calcareous nanofossil dan pollen. Secara akademik,
belum ada pengetahuan tentang fosil renik radiolaria yang dimasukkan kedalam
mata kuliah bidang mikropaleontologi. Radiolaria adalah binatang plankton laut
berukuran rata-rata 20-200 m (mikron). Fosilnya dijumpai di dalam batuan rijang,
serpih silikaan, batulumpur dan sejenisnya. Sesungguhnya keberadaan fosil renik
radiolaria di Indonesia sudah diketahui sejak akhir abad ke-19, diikuti dengan
laporan penemuan radiolaria di Pulau Rote (Tan Sin Hok, 1927) yang menjadi
salah satu acuan para peneliti radiolaria di dunia. Namun sebagai objek
mikropaleontologi, radiolaria belum banyak dipahami di Indonesia. Pusat Penelitian
Geoteknologi LIPI sejak tahun 1990-an menyelenggarakan kerja sama penelitian di
bidang radiolaria dengan institusi riset dan perguruan tinggi di Jepang. Dari hasil
penelitian radiolaria tersebut dilaporkan keberadaan radiolaria berumur
Mesozoikum di sejumlah lokasi di Indonesia. Temuan radiolaria ini ikut memberi
sumbangsih dalam menginterpretasi status tatanan geologi meliputi aspek
paleontologi, biostratigrafi, lingkungan pengendapan, paleogeografi, dan sintesa
tektonik. Dari kajian kepustakaan geologi, diperoleh pengetahuan bahwa masih
banyak lagi satuan geologi yang diduga mengandung radiolaria. Pada satuan
geologi bersangkutan pada umumnya menyimpan persoalan geologi yang perlu
diselidiki seperti umur, mulajadi, hubungan stratigrafi dan paleogeografi. Dalam
rangka menyebarluaskan pengetahuan tentang radiolaria sebagai pendukung
pemecahan persoalan geologi, makalah ini menyampaikan wacana dimasukkannya
pengetahuan radiolaria dalam matakuliah mikropaleontologi. Kerjasama antara
perguruan tinggi yang memiliki jurusan ilmu geologi, industri migas, LIPI dan
institusi terkait perlu dilakukan, khususnya untuk berbagi informasi tentang metoda
penelitian radiolaria dan cara pembelajarannya di perguruan tinggi.

80
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

P5O-03
GEOLOGI MILITER DI KAWASAN NUSANTARA SUATU TANTANGAN
BAGI MILITER DAN PENDIDIKAN SAINS KEBUMIAN DI INDONESIA

Zakaria, Z.1
1
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjajaran
1
E-mail: zufialdi_z@unpad.ac.id

Abstrak
Geologi berperan dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang militer, keamanan
dan pertahanan negara, yaitu melalui Geologi Militer. Sejak era Cina kuno hingga
Perang Modern, ilmu pengetahuan kebumian memainkan peranan penting dalam
militer. Analisis terhadap potensi dan kendala wilayah diperlukan dalam militer,
yaitu untuk: 1) mengevaluasi pergerakan pasukan dan peralatan perang, 2)
menentukan akses rute ke medan perang, 3) membuat peta geologi permukaan dan
hidrologi bawah permukaan, 4) membangun struktur pertahanan bagi personil
militer, serta 5) merancang penyerangan. Di kawasan Nusantara, terutama
Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam, Indonesia dan Timor Leste, belum
dibentuk unit yang khusus menangani geologi militer. Di Indonesia sendiri, Ikatan
Ahli Geologi Indonesia dan Pusat Survey Geologi belum mempunyai Unit Geologi
Militer khusus. Berbeda dengan di Amerika Serikat, unit tersebut dibentuk sejak
1942. Pendidikan geologi militer juga belum terdapat dalam kurikulum Perguruan
Tinggi penyelenggara pendidikan ilmu kebumian di Indonesia. Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Geologi pun belum mempunyai silabus untuk geologi militer. Kondisi
tersebut merupakan suatu tantangan agar terselenggara suatu pendidikan geologi
militer bagi personil militer, atau bagi ahli geologi yang akan berkecimpung di
dunia militer, sehingga kemampuan militernya dapat meningkat. Tugas militer akan
lebih profesional dalam menjaga wilayah negara demi kesejahteraan rakyat.

Kata kunci: geologi, militer, analisis wilayah, pendidikan dan pelatihan

81
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M5O-01
OPTIMALISASI WISATA BERBASIS EDUKASI KEBUMIAN DAERAH
GUNUNGKIDUL DAN SEKITARNYA SEBAGAI GEOPARK CITY
BERKUALITAS INTERNASIONAL

Stefano, A.D.1, Nurdiana, D.E.1, Wardani, K.A.2, dan Dewi, M.K.3


1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
2
Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
3
Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
1
E-mail: alfredodstefano@yahoo.com

Abstrak
Geopark (taman bumi) adalah konsep manajemen pengembangan kawasan wisata
secara berkelanjutan yang memadukan tiga keragaman alam, yaitu geologi dan
geomorfologi (Geodiversity), keragaman geologi nilai ilmiah (Geoheritage), serta
konservasi Geodiversity (Geoconservation). Gunungkidul termasuk dalam
Pegunungan Sewu yang telah dinyatakan sebagai taman bumi nasional (Badan
Geologi, 2013). Geologi daerah Gunungkidul berupa proses-proses deposisi dan
tektonik, proses permukaan, fenomena batuan vulkanik dan keunikan hidrogeologi.
Sejauh ini, pengembangan wisata berbasis edukasi masih terbatas, sehingga
pertumbuhan wisata yang diharapkan belum terlalu signifikan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menambah dan memberikan inovasi dalam pengemasan
wisata yang berbasis edukasi sehingga informasi pengetahuan tentang kebumian
dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat. Metode yang digunakan adalah
peintegrasian antara pengetahuan kebumian yang disesuaikan dengan bahasa awam,
pemberian contoh secara langsung kondisi teori dengan lapangan, membuat
permainan yang berbasis pengetahuan, mengomunikasikan kepada pemerintah, dan
mengajak masyarakat sekitar untuk ikut belajar dan mengembangkan wisata
berbasis edukasi. Sosialisasi dan pemberian pengetahuan kepada masyarakat sekitar
lokasi geopark diberikan secara komprehensif serta diberikan pendampingan. Objek
geopark yang dapat dimaksimalkan adalah Gunung Api Nglanggeran, Goa Pindul,
Air Terjun Srigethuk, Inflow Kali Suci, Outflow di Pantai Baron dan lainnya.
Kedepannya, diharapkan daerah Gunungkidul benar-benar menjadi kawasan
Geopark City berkualitas internasional.

Kata kunci: geopark, Gunungkidul, wisata edukasi, kualitas internasional

82
KUMPULAN ABSTRAK
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Memperkuat Jejaring Pendidikan dan Penelitian Kebumian
30 - 31 Oktober 2014

M5O-02
IKATAN ALUMNI TOIKI DAN PERANNYA DALAM PENDIDIKAN ILMU
KEBUMIAN DI INDONESIA

Ismail.K.1, dan Widyaningrum, A.1


1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
1
E-mail: kamilismail93@yahoo.com

Abstrak
Tim Olimpiade Ilmu Kebumian Indonesia merupakan tim yang terdiri dari
pembimbing dan siswa-siswi yang ikut serta dalam kegiatan pelatihan nasional
(pelatnas) dalam rangka mempersiapkan tim Indonesia untuk ajang International
Earth Science Olympiad (IESO). Ikatan alumni TOIKI merupakan organisasi yang
mewadahi alumni dari peserta pelatihan nasional bidang ilmu kebumian yang
didalamnya memiliki struktur kepengurusan yang sistematis dan dalam bimbingan
dosen-dosen dari bidang ilmu kebumian. Organisasi ini dibentuk pada tanggal 10
November 2013 di Kampus Bayat, Klaten. Tujuan dari didirikanya organisasi ini
adalah untuk meningkatkan minat pelajar Indonesia dalam bidang ilmu kebumian
sehingga mampu bersaing dan memperoleh prestasi yang membanggakan di tingkat
Internasional. Selain itu, organisasi ini juga bertujuan untuk memeratakan
pendidikan ilmu kebumian di seluruh Indonesia. Hal itu dikarenakan pelajar yang
menang di kompetisi yang berkaitan dengan ilmu kebumian didominasi dari Pulau
Jawa. Karya tulis ini dibuat berdasarkan pengalaman aktivitas yang telah dijalankan
organisasi ini setelah satu tahun pendiriannya. Aktivitas yang telah dijalankan
adalah first TOIKI camp untuk mengumpulkan para alumni TOIKI yang sudah
tersebar di berbagai perguruan tinggi. Kegiatan tersebut menghasilkan
kepengurusan pertama dari ikatan alumni TOIKI. Organisasi ini juga telah
mengadakan pelatihan di Sumatera Barat pada bulan Agustus 2014. Dari kegiatan
tersebut didapatkan bahwa perolehan medali provinsi Sumatera Barat di tingkat
nasional jauh lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya, bahkan mendominasi
perolehan medali untuk bidang ilmu kebumian (2 medali emas, 1 medali perak dan
3 medali perunggu). Hal itu menunjukkan keberadaan organisasi alumni TOIKI
dapat berperan dalam meningkatkan pendidikan ilmu kebumian di Indonesia dan
aktivitas pelatihan yang diselenggarakan TOIKI dapat dikembangkan untuk daerah
lain di seluruh Indonesia.

83
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES
NOTES

Anda mungkin juga menyukai