GEOTHERMAL
Oleh:
MUHAMMAD NOERMAN KHALID
26020212140037
KOORDINATOR MATA KULIAH GEOTHERMAL
Ir. Sugeng Widada, MSi
NIP. 19630116 199103 1 001
I. PENDAHULUAN
Peningkatan kebutuhan energi di dunia akan minyak dan gas bumi sebagai sumber
energi yang utama terus meningkat seiring pertambahan waktu. Seiring peningkatan
kebutuhan energi dan terbatasnya jumlah produksi minyak dan gas bumi menjadi masalah
yang harus dicari solusinya. salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah
dengan memanfaatkan energi panas bumi sebagai energi alternatif pengganti. Energi panas
bumi sendiri merupakan energi panas yang terbentuk di bawah permukaan bumi secara alami,
dimana energi panas alami yang berasal dari bumi terjebak cukup dekat dengan permukaan
dan dapat dengan mudah untuk dimanfaatkan secara ekonomis.
Daerah prospek panas bumi G. Ungaran terletak kira-kira 30 km sebelah barat daya
ibukota Jawa Tengah, Semarang. Daerah tersebut secara fisiografis terletak pada Pegunungan
Serayu Utara yang terbentuk oleh pengangkatan pada kala Miosen. Menurut Claproth (1989),
G. Ungaran merupakan bagian dari siklus vulkanisme yang kedua di P. Jawa, yang aktif
antara kala Pliosen Akhir hingga Pleistosen Akhir.
Produk-produk G. Ungaran dapat dikelompokkan menjadi empat unit, yaitu produkproduk Ungaran Tertua, Ungaran Tua, Kerucut Parasitik, dan Ungaran Muda. Pada daerah
tersebut terdapat prospek panas bumi yang terletak pada lereng selatan G. Ungaran, yaitu di
daerah Gedongsongo. Beberapa manifestasi panas bumi yang ada di sekitar G. Ungaran,
antara lain: fumarola di daerah Gedongsongo, mata air panas di daerah-daerah Banaran,
Diwak, Kaliulo, dan Nglimut (Budihardjo dkk, 1997), serta batuan teralterasi terdapat di
Gedongsongo dan Kendalisodo.
sungai, danau, dan laut, terkondensasi dan turun lagi menjadi air hujan dan seterusnya
Gambar 2.
2.3 Geologi Regional Gunung Ungaran
Gunung Ungaran memiliki bentuk stratovulkan yang telah mengalami evolusi
sejak Plio-Pleistosen hingga Holosen dan lebih jauh Van Bemmelen (1970)
memasukkan ke dalam depresi volcano-tektonik. Bentuk dan perkembangan dari
Gunung Ungaran sangat dipengaruhi oleh adanya curah hujan dan tingkat erosi yang
tinggi. Slope atau kelerengan dapat mengalami perubahan akibat adanya aliran lava.
Aliran lava tersebut dapat menyebabkan lereng menjadi curam atau lebih landai
dibandingkan sebelumnya (Verstappen, 2000).
Geologi regional (Thanden dkk., 1996) Gunung Ungaran tersusun terutama
oleh batuan beku ataupun hasil letusan gunung api dan batuan sedimen, yang tertua
berumur Miosen Tengah (11,8 16 juta tahun) sampai dengan yang termuda berumur
Kuarter (kurang dari 1,8 juta tahun). Secara setempat, di sebelah selatan sampai
tenggara, di sekitar Ambarawa, dan di sebelah utara, di sekitar Ungaran, tersingkap
batuan beku andesit (Tma) yang membentuk gunung-gunung kecil, seperti pada
Gunung Turun, Gunung Kendalisodo, Gunung Siwakul, Gunung Mabang, dan
Gunung Pertapan yang berumur Miosen Tengah (lihat gambar 1, Thanden dkk.,
1996). Di samping itu juga tersingkap secara setempat pula batuan beku basal (Tmb)
yang berumur Miosen Tengah di Gunung Sitapel, Gunung Klesem dan Gunung Mergi
di sebelah timur. Di sekitar Gunung Ungaran, pada lereng, juga tersingkap Formasi
Kerek (Tmk) yang tersusun oleh perselingan batulempung, napal, batupasir tufan,
konglomerat, breksi volkanik dan batugamping. Secara tidak selaras batuan beku dan
formasi berumur Miosen Tengah tersebut ditumpangi oleh formasi dan hasil aktivitas
gunungapi Pliosen, yaitu: Formasi Penyatan (QTp) yang terdiri dari batupasir tufan,
breksi volkanik, tuf, batulempung dan aliran-aliran lava; Formasi Kaligetas (Qpkg)
yang tersusun oleh breksi volkanik, tuf, aliran lava, batupasir tufan dan batulempung;
Formasi Jongkong (Qpj) yang tersusun oleh breksi andesit hornblende-augite; Batuan
Gunungapi Kaligesik (Qpk) yang tersusun oleh aliran basal olivin augite; Batuan
Gunungapi Gajahmungkur (Qhg) yang terdiri dari lava andesit hornblende-augite,
berumur Holosen.
Aliran lava Gunung Sumbing (Qls) yang pada Gunung Ungaran tersusun oleh
aliran puncak andesit hornblende augit dan pada aliran lereng terdiri dari lahar dan
endapan gunungapi muda. Endapan lahar terdiri dari bongkah-bongkah tak
terpisahkan menyudut tanggung membulat tanggung dengan diameter sampai
dengan 2 m; dan pada kaki gunungapi sebelah timur diendapkan Endapan Aluvium
(Qa) yang terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau.
Gambar 3. Keadaan geologi daerah penelitian (Sumber: Thanden et al., 1996). Garis putusputus merah adalah kemungkinan sesar
hornblende, yaitu berwarna hijau panjang dan bentuknya tabular. Komposisi mineral
lain
adalah
biotit
(tipis)
dan
plageoklas
(berwarna
putih).
Dilihat
dari
Model konseptual dari manifestasi derah Diwak yaitu air meteoric berasal dari
arah barat. Fluida panas ini berupa air permukaan yang meresap ke dalam batuan
berpori. Fluida panas yang berada dalam batuan berpori akan terpanasi oleh batuan
panas yang ada di bawahnya sehingga fluida tersebut akan mengalami kenaikan
temperatur dan massa jenisnya lebih kecil. Keadaan ini akan menyebabkan fluida
panas naik ke atas (Nikmah, 2013).
Sumber panas bumi daerah Diwak diperkirakan berasal dari tubuh intrusi yang
berasosiasi dengan kubah lava andesitik. Intrusi ini merupakan batuan andesit yang
berada di baratdaya. Letak sumber panas tersebut bertepatan dengan lokasi
Kendalisodo . Sumber panas ini kemudian menghantarkan panas secara konduktif ke
batuan permeable di sekitarnya. Selain itu juga mengakibatkan aliran konveksi pada
fluida hydrothermal di dalam pori-pori batuan. Selanjutnya fluida hydrothermal ini
bergerak ke atas namun tidak sampai ke permukaan karena tertahan oleh lapisan
batuan yang bersifat impermeabel (cap rock). Lokasi tempat terakumulasinya fluida
hydrothermal disebut reservoir, atau lebih tepatnya reservoir panasbumi. Dari daerah
reservoir ini, fluida panasbumi akan mencari zona permeabel yang dapat melewatkan
fluida tersebut sampai ke permukaan. Zona tersebut merupakan zona sesar. Melalui
zona sesar, fluida akan mengalir ke permukaan berupa mata air panas (hot spring) di
Diwak dan Derekan (Aba, 2014).
B. Laporan Geologi Daerah Panas Bumi Gedong Songo
Salah satu daerah prospek panas bumi di Jawa Tengah ditemukan di Ungaran.
Manifestasi panas bumi tersebut adalah dijumpai di Gedong Songo. Gedong Songo yang
merupakan wilayah desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, terletak di
lereng selatan Gunung Ungaran pada ketinggian 1300an m di atas permukaan laut.
Menurut Claproth (1989), G. Ungaran merupakan bagian dari siklus vulkanisme yang
kedua di P. Jawa, yang aktif antara kala Pliosen Akhir hingga Pleistosen Akhir. Produkproduk G. Ungaran dapat dikelompokkan menjadi empat unit, yaitu produk-produk Ungaran
Tertua, Ungaran Tua, Kerucut Parasitik, dan Ungaran Muda. Pada daerah tersebut terdapat
prospek panas bumi yang terletak pada lereng selatan G. Ungaran, yaitu di daerah
Gedongsongo.
Potensi panas bumi di daerah Gedong Songo didukung oleh akifer yang cukup bagus,
yang terdiri dari zona akifer breksi lava Ungaran Tua serta akifer breksi vulkanik Ungaran
Muda. Kedua zona akifer ini bersifat permeable, dimana air tanah disimpan dalam celahan
maupun ruang antar butir (Listiyani, 2013).
I. Geologi Daerah Panas Bumi
1. Geomorfologi
Menurut Syabaruddin, 2004, wilayah Candi Gedong Songo termasuk di dalam
wilayah Satuan Lereng Ungaran Muda bagian selatan dan sebagian dari Satuan Kaki
Ungaran Muda di bagian selatannya. Wilayah ini memiliki kelerengan antara 10 o32o pada satuan lereng dan sampai dengan 10o pada Satuan Kaki Ungaran Muda.
Pada Satuan Lereng Ungaran Muda juga tersusun oleh Fasies Sentral Ungaran Muda
dan pada umumnya ditanami dengan hutan pinus, sedangkan pada Satuan Kaki
Ungaran Muda tersusun oleh Fasies Proksimal Ungaran Muda yang pada umumnya
ditanami dengan tanaman palawija ataupun daerah pemukiman.
Lithologi di lokasi Gedong Songo sekitar sumber air panas memiliki warna
batuan putih - abu-abu gelap. Jenis batuannya adlah sedimen dengan ukuran fragmen
2-3 cm. Ukuran butirnya adalah halus dan yang tertanam dalam matriks berupa pasir
halus.
Stratigrafi wilayah Candi Gedong Songo diawali dengan pengendapan Fasies
Proksimal Ungaran Muda, yaitu endapan gunung api yang penyebarannya agak jauh
dari pusat letusan dan ditandai dengan kelerengan yang lebih landai dari pada
kelerengan Fasies Sentral yang berada di atasnya, dan kemudian ditumpangi Fasies
Sentral Ungaran Muda, yaitu endapan Gunung Ungaran Muda yang dionggokkan di
dekat/sekitar pusat letusan. Di samping itu masih ada endapan longsoran ke satu dan
endapan longsoran kedua. Fasies Proksimal tersusun oleh endapan piroklastik aliran
yang diselingi dengan endapan piroklastik surge, jatuhan dan endapan sungai
(Syabaruddin, 2004). Di daerah Candi Gedong Songo, endapan aliran/jatuhan terdapat
di daerah tenggara, keadaan lapuk dengan warna coklat kekuning-kuningan, yang
terkadang disisipi dengan endapan berwarna hitam (paleosoil) yang terdiri dari
endapan pasir halus sampai sedang, terkadang dijumpai jejak aktivitas organisme.
Umur fasies proksimal adalah Pleistosen Bawah.
Fasies Sentral tersusun oleh endapan piroklastik aliran yang berselingan
dengan endapan piroklastik surge. Endapan piroklastik aliran menunjukkan tekstur
porfiroafanitik, struktur kekar kolom, berupa andesit hornblende yang terdiri dari
plagioklas, hornblende, piroksen, mineral opak dan gelas, semakin ke bawah berupa
endapan piroklastik lahar yang tersusun oleh material yang berukuran butir sampai
dengan 2 m-an, butir mengambang pada masa dasar, bentuk butir meruncing sedang,
terdiri dari andesit hornblende. Warna segar abu-abu gelap dan warna lapuk coklat
kekuning-kiningan, dengan warna setempat-setempat putih. Warna keputih-putihan
tersebut akibat alterasi hidrotermal pada batuan induk dan akibat alterasi sebagian
batuan telah berubah menjadi mineral lempung. Umur dari fasies sentral ini adalah
Pleistosen Atas Holosen.
3. Struktur Geologi
Struktur geologi tidak tampak di daerah Candi Gedong Songo, mungkin
karena telah mengalami alterasi hidrotermal, namun bisa dilacak dari kehadiran
suatu kelurusan yang berarah barat laut tenggara, barat daya timur laut, utara
barat laut selatan tenggara dan utara timur laut selatan barat daya yang tampak
jelas mengkontrol posisi longsoran-longsoran. Pada kelurusan yang berarah utara
timur laut selatan barat daya, yang melalui lembah sempit jalur longsoran kedua
dinyatakan sebagai rekahan karena kandungan gas Radon pada soil sepanjang lembah
tersebut mencapai 250 ppm, jauh lebih tinggi dibanding kandungan gas radon dari
wilayah sekitar lembah (Nguyen, 2005).
E. Menurut
bersistem dominanasi air, yang secara struktural dikontrol oleh struktur kaldera
Ungaran. Sumber panas diperkirakan berupa intrusi dioritik.
timur lembah longsoran pertama. Di ujung utara tebing barat dijumpai batuan andesit
hornblede yang berada pada masa dasar mineral mafik berukuran halus dan lempung
yang telah teralterasi, demikian juga di sebelah selatannya, di bagian tengah tebing
barat, dijumpai batuan yang sama, yang telah mengalami alterasi.
LAMPIRAN
Pengukuran kelerengan
Contoh batuan
Alterasi
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, B., Nugroho and Budihardi, M., 1997, Resource Characteristics of the
Ungaran Field, Central Java, Indonesia, Proceeding of National Seminar of Human
Resources Indonesian Geologist, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran, Yogyakarta
Nguyen Kim Phuong, 2005, Hydrogeochemical Study of the Ungaran Geothermal
System, Central Java, Indonesia, Thesis pada Jurusan Teknik Geologi, FT. UGM, Yogyakarta
Syabaruddin, 2004, Pemetaan Fasies Vulkanik Pada Daerah Prospek Panasbumi
Gunung Ungaran dan Sekitarnya, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, Jawa Tengah, Skripsi
pada Jurusan Teknik Geologi, FT. UGM, Yogyakarta
Thanden, R. E., Sumadirdja, H., dan Richards, P. W., 1996, Peta Geologi Lembar
Magelang dan Semarang, Jawa, Direktorat Geologi, Bandung.
Van Bemmelen, R. W., 1970, The Geology of Indonesia Vol. IA, General Geology of
Indonesia and Adjacent Archipelagoes, 2nd edition, Martinus Nilhoff, The Haque Netherlands.
Verstappen, H. Th., 2000, Outline of the Geomorphology of Indonesia: A Case Study
on Tropical Geomorphology of a Tectogene Region (with a Geomorphological Map
1:5000000), International Institute for Aerospace Survey and Earth Science, Netherlands.
Yoga Aribowo, 2004, Karakteristik Kehilangan panas Alamiah dan Alterasi
Hidrotermal permukaan pada Area Manifestasi Gedong Songo dan Sekitarnya, Daerah
Prospek Panasbumi Ungaran, Jawa Tengah, Skripsi pada Jurusan Teknik Geologi, FT.
UGM, Yogyakarta