Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

GEOTHERMAL

Oleh:
MUHAMMAD NOERMAN KHALID
26020212140037
KOORDINATOR MATA KULIAH GEOTHERMAL
Ir. Sugeng Widada, MSi
NIP. 19630116 199103 1 001

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

I. PENDAHULUAN

Peningkatan kebutuhan energi di dunia akan minyak dan gas bumi sebagai sumber
energi yang utama terus meningkat seiring pertambahan waktu. Seiring peningkatan
kebutuhan energi dan terbatasnya jumlah produksi minyak dan gas bumi menjadi masalah
yang harus dicari solusinya. salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah
dengan memanfaatkan energi panas bumi sebagai energi alternatif pengganti. Energi panas
bumi sendiri merupakan energi panas yang terbentuk di bawah permukaan bumi secara alami,
dimana energi panas alami yang berasal dari bumi terjebak cukup dekat dengan permukaan
dan dapat dengan mudah untuk dimanfaatkan secara ekonomis.
Daerah prospek panas bumi G. Ungaran terletak kira-kira 30 km sebelah barat daya
ibukota Jawa Tengah, Semarang. Daerah tersebut secara fisiografis terletak pada Pegunungan
Serayu Utara yang terbentuk oleh pengangkatan pada kala Miosen. Menurut Claproth (1989),
G. Ungaran merupakan bagian dari siklus vulkanisme yang kedua di P. Jawa, yang aktif
antara kala Pliosen Akhir hingga Pleistosen Akhir.
Produk-produk G. Ungaran dapat dikelompokkan menjadi empat unit, yaitu produkproduk Ungaran Tertua, Ungaran Tua, Kerucut Parasitik, dan Ungaran Muda. Pada daerah
tersebut terdapat prospek panas bumi yang terletak pada lereng selatan G. Ungaran, yaitu di
daerah Gedongsongo. Beberapa manifestasi panas bumi yang ada di sekitar G. Ungaran,
antara lain: fumarola di daerah Gedongsongo, mata air panas di daerah-daerah Banaran,
Diwak, Kaliulo, dan Nglimut (Budihardjo dkk, 1997), serta batuan teralterasi terdapat di
Gedongsongo dan Kendalisodo.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Panas Bumi
Panas bumi adalah energi yang tersimpan dalam bentuk air panas atau uap
pada kondisi geologi tertentu pada kedalaman beberapa kilometer di bawah kerak
bumi. Sistem panas bumi ini merupakan gabungan dari beberapa unsur, yaitu: sumber
panas (heat sources), reservoir, batuan penudung (cap rock), dan fluida panas. Sistem
panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari sumber panas di
sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas
secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi
terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas.
Reservoir merupakan batuan yang memiliki permeabilitas tinggi sehingga bisa
menjadi tempat terakumulasinya fluida. Fluida panas ini tidak keluar atau bocor
dikarenakan ditutupi oleh batuan penudung yang merupakan batuan yang kedap air
(impermeable). Adanya struktur geologi berupa patahan yang memotong reservoir,
menyebabkan fluida panas ini dapat keluar. Keberadaan sistem panas bumi pada
umumnya berkaitan dengan magmatisme yang terbentuk di suatu daerah. Posisi
geografis Indonesia yang terletak pada jalur gunung api (ring of fire) merupakan
wilayah yang memiliki suatu potensi panas bumi.
Fluida panas bumi yang terkandung dalam reservoir hidrotermal berasal dari
air permukaan, antara lain air hujan (air meteorik) yang meresap masuk ke bawah
permukaan dan terpanaskan oleh suatu sumber panas (Gambar 1). Air tersebut akan
masuk melalui rekahan-rekahan kedalam batuan permeabel. Apabila disekitar batuan
tersebut terdapat sumber panas, maka panas akan dirambatkan melalui batuan (secara
konduksi) dan melalui fluida (secara konveksi). Perpindahan panas secara konveksi
pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy).

Gambar 1. Model Sitem Geotermal


Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak
kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka
akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air
menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas
dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau
arus konveksi.
2.2 Kriteria Sumber Panas Bumi dan Daur Hidrologi

Gambar 2. Pola aliran fluida di lapangan panas bumi


Daur ini dimulai dari uap yang dikeluarkan dari cadangan uap sebagai uap
yang disemburkan (fumarol, geiser), yang kemudian naik ke atas hingga mencapai
titik kondensasi dan turun berupa titik-titik hujan. Air hujan yang jatuh sebagian akan
mengalir ke permukaan dan sebagian meresap ke dalam tanah. Air permukaan berupa
sungai, danau atau laut akan mengalami penguapan membentuk aliran sungai bawah
tanah atau akuifer, jika melewati tubuh batuan panas akan terpanasi dan terubah ke
fraksi uap. Uap ini akan naik ke permukaan, bercampur dengan penguapan dari air

sungai, danau, dan laut, terkondensasi dan turun lagi menjadi air hujan dan seterusnya
Gambar 2.
2.3 Geologi Regional Gunung Ungaran
Gunung Ungaran memiliki bentuk stratovulkan yang telah mengalami evolusi
sejak Plio-Pleistosen hingga Holosen dan lebih jauh Van Bemmelen (1970)
memasukkan ke dalam depresi volcano-tektonik. Bentuk dan perkembangan dari
Gunung Ungaran sangat dipengaruhi oleh adanya curah hujan dan tingkat erosi yang
tinggi. Slope atau kelerengan dapat mengalami perubahan akibat adanya aliran lava.
Aliran lava tersebut dapat menyebabkan lereng menjadi curam atau lebih landai
dibandingkan sebelumnya (Verstappen, 2000).
Geologi regional (Thanden dkk., 1996) Gunung Ungaran tersusun terutama
oleh batuan beku ataupun hasil letusan gunung api dan batuan sedimen, yang tertua
berumur Miosen Tengah (11,8 16 juta tahun) sampai dengan yang termuda berumur
Kuarter (kurang dari 1,8 juta tahun). Secara setempat, di sebelah selatan sampai
tenggara, di sekitar Ambarawa, dan di sebelah utara, di sekitar Ungaran, tersingkap
batuan beku andesit (Tma) yang membentuk gunung-gunung kecil, seperti pada
Gunung Turun, Gunung Kendalisodo, Gunung Siwakul, Gunung Mabang, dan
Gunung Pertapan yang berumur Miosen Tengah (lihat gambar 1, Thanden dkk.,
1996). Di samping itu juga tersingkap secara setempat pula batuan beku basal (Tmb)
yang berumur Miosen Tengah di Gunung Sitapel, Gunung Klesem dan Gunung Mergi
di sebelah timur. Di sekitar Gunung Ungaran, pada lereng, juga tersingkap Formasi
Kerek (Tmk) yang tersusun oleh perselingan batulempung, napal, batupasir tufan,
konglomerat, breksi volkanik dan batugamping. Secara tidak selaras batuan beku dan
formasi berumur Miosen Tengah tersebut ditumpangi oleh formasi dan hasil aktivitas
gunungapi Pliosen, yaitu: Formasi Penyatan (QTp) yang terdiri dari batupasir tufan,
breksi volkanik, tuf, batulempung dan aliran-aliran lava; Formasi Kaligetas (Qpkg)
yang tersusun oleh breksi volkanik, tuf, aliran lava, batupasir tufan dan batulempung;
Formasi Jongkong (Qpj) yang tersusun oleh breksi andesit hornblende-augite; Batuan
Gunungapi Kaligesik (Qpk) yang tersusun oleh aliran basal olivin augite; Batuan
Gunungapi Gajahmungkur (Qhg) yang terdiri dari lava andesit hornblende-augite,
berumur Holosen.

Aliran lava Gunung Sumbing (Qls) yang pada Gunung Ungaran tersusun oleh
aliran puncak andesit hornblende augit dan pada aliran lereng terdiri dari lahar dan
endapan gunungapi muda. Endapan lahar terdiri dari bongkah-bongkah tak
terpisahkan menyudut tanggung membulat tanggung dengan diameter sampai
dengan 2 m; dan pada kaki gunungapi sebelah timur diendapkan Endapan Aluvium
(Qa) yang terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Prospek Panas Bumi Daerah Diwak
Area panas bumi Diwak merupakan salah satu bagian dari manifestasi panasbumi di
daerah pegunungan Ungaran. Beberapa manifestasi yang muncul di daerah ini antara lain
fumarole di daerah Gedongsongo, mata air panas di daerah Banaran, Kaliulo, dan Nglimut
(Wahyudi, 2006; Budiardjo et al., 1997). Adanya manifestasi panasbumi tersebut
menunjukkan bahwa lokasi ini sesuai untuk penyelidikan eksplorasi panasbumi selanjutnya.
Keadaan geologi daerah penelitian terbentuk dari Formasi Kaligetas yaitu breksi
vulkanik, aliran lava, tuf, batupasir tufan, dan batu lempung (Gambar 1). Terdapat breksi
aliran dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus sampai kasar. Setempat di bagian bawahnya
ditemukan batu lempung mengandung moluska dan batu pasir tufan. Batuan gunung api yang
melapuk berwarna coklat kemerahan dan sering membentuk bongkah-bongkah besar dengan
ketebalan berkisar antara 50 m sampai dengan 200 m (Thanden et al.,1996).

Gambar 3. Keadaan geologi daerah penelitian (Sumber: Thanden et al., 1996). Garis putusputus merah adalah kemungkinan sesar

I. Geologi Daerah Panas Bumi


1. Geomorfologi
Elevasi di Pemandian Air Panas Desa Diwak adalah sebesar 453 meter. Lokasi
pengamatan di titik 1 memiliki sudut kemiringan lereng () sebesar 10 , beda
tinggi 1,32 meter serta jarak dari A ke B adalah 7,5 meter (25 langkah kaki). Lokasi
pengamatan di titik 2 memiliki sudut kemiringan lereng () sebesar 15 , beda
tinggi 2,33 meter dan jarak A ke B adalah 8,7 meter (29 langkah kaki). Lokasi
pengamatan di titik 3 memiliki sudut kemiringan lereng () sebesar 12 , beda
tinggi 7,46 meter dan jarak dari A ke B adalah 7,46 meter (117 langkah kaki).

Gambar 4. Lokasi Pengukuran Kelerengan


Kondisi sungai utama di lokasi Diwak mempunyai aliran yang deras saat
terjadi hujan. Jenis erosi yang terjadi di sungai utama adalah erosi vertikal, namun di
beberapa tempat lokasinya horizontal karena tidak lurus.

Gambar 5. Sungai utama di lokasi Diwak


Lokasi Diwak juga memiliki sungai lain yang ukurannya lebih kecil dan pola
alirannya tegak lurus dengan sungai utama. Sungai ini berada di sebelah timur sungai
utama. Jenis erosi yang terjadi di sungai ini adalah erosi vertikal.

Gambar 6. Sungai kecil di lokasi Diwak


2. Lithologi (batuan)
Kondisi lithologi di lokasi Diwak sekitar sungai utama memiliki warna batuan
abu-abu gelap. Jenis batuannya adlah sedimen berfragmen dengan ukuran fragmen 230 cm. Pasir halus adalah jenis yang tertanam dalam matrik. Ukuran butir batuan
adalah halus dan hubungan fragmennya terbuka. Jenis fragmen batuan adalah afanitik
dan bentuk butir fragmennya adalah breksi. Komposisi mineral batuan adalah

hornblende, yaitu berwarna hijau panjang dan bentuknya tabular. Komposisi mineral
lain

adalah

biotit

(tipis)

dan

plageoklas

(berwarna

putih).

Dilihat

dari

kekompakannya, batuan di lokasi Diwak adalah kurang kompak. Berdasarkan


diskripsi yang telah disebutkan, dapat diketahui nama batuan di sungai utama lokasi
Diwak adalah Diorit.

Gambar 6. Batuan di dekat sungai utama


Lithologi di lokasi Diwak sekitar sungai kecil memiliki warna batuan abu-abu
gelap. Jenis batuannya adlah sedimen dan matriknya pasir halus. Ukuran fragmen
batuan berkisar antara 2-3cm. Jenis fragmen batuan adalah fragmen beku serta ukuran
butir fragmennya adalah pasir halus. Bentuk fragmen batuan adalah runcing atau
breksi. Hubungan butir batuan adalah terbuka dengan memiliki tekstur kasar.
Kekompakan batuan adalah kompak dan matriknya adalah pasir halus. Berdasarkan
diskripsi, dapat diketahui nama batuan di dekat sungai kecil adalah Diorit.

Gambar7. Batuan di dekat sungai kecil


3. Struktur geologi
Pada lokasi Diwak telah diidentifikasi terdapat patahan yaitu sesar turun.
Menurut Darmawan (2014), sesar terlihat mulai dari lapisan ketiga yaitu pada lapisan
batu pasir. Sesar turun tersebut merupakan zona lemah yang mengontrol sistem panas
bumi Diwak. Penelitian Ilmi (2014), yang telah dilakukan sebelumnya. Struktur
geologi Diwak terdapat bidang sesar yaitu sesar turun berada di sebelah utara.
Struktur bawah permukaan di wilayah Diwak berada pada zona sesar yang merupakan
media jalan keluar fluida ke permukaan pada sistem panas bumi daerah tersebut dan
letak heat source diinterpretasikan di bagian selatan daerah Diwak.
II. Interpretasi Model Panas Bumi
1. Manifestasi
Manifestasi panas bumi di daerah Diwak Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang berupa mata air panas yang diolah oleh warga sebagai tempat pemandian
air panas. Temperatur di mata air panas daerah Diwak adalah sebesar 30,77 .
2. Model geologi bawah permukaan panas bumi
Menurut Nikmah (2013), model aliran fluida mengalir dari tempat yang
mempunyai nilai hydraulic yang tinggi ke tempat yang mempunyai nilai hydraulic
yang rendah . Pergerakan aliran air tanah mengalir dari arah barat menuju timur
tempat manifestasi air panas Diwak yang kemudian bercampur dengan fluida
hydrothermal dan muncul ke permukaan sebagai mata air panas. Pergerakan aliran air
tanah yang secara vertikal ini dipengaruhi oleh gerak gravitasi.

Model konseptual dari manifestasi derah Diwak yaitu air meteoric berasal dari
arah barat. Fluida panas ini berupa air permukaan yang meresap ke dalam batuan
berpori. Fluida panas yang berada dalam batuan berpori akan terpanasi oleh batuan
panas yang ada di bawahnya sehingga fluida tersebut akan mengalami kenaikan
temperatur dan massa jenisnya lebih kecil. Keadaan ini akan menyebabkan fluida
panas naik ke atas (Nikmah, 2013).
Sumber panas bumi daerah Diwak diperkirakan berasal dari tubuh intrusi yang
berasosiasi dengan kubah lava andesitik. Intrusi ini merupakan batuan andesit yang
berada di baratdaya. Letak sumber panas tersebut bertepatan dengan lokasi
Kendalisodo . Sumber panas ini kemudian menghantarkan panas secara konduktif ke
batuan permeable di sekitarnya. Selain itu juga mengakibatkan aliran konveksi pada
fluida hydrothermal di dalam pori-pori batuan. Selanjutnya fluida hydrothermal ini
bergerak ke atas namun tidak sampai ke permukaan karena tertahan oleh lapisan
batuan yang bersifat impermeabel (cap rock). Lokasi tempat terakumulasinya fluida
hydrothermal disebut reservoir, atau lebih tepatnya reservoir panasbumi. Dari daerah
reservoir ini, fluida panasbumi akan mencari zona permeabel yang dapat melewatkan
fluida tersebut sampai ke permukaan. Zona tersebut merupakan zona sesar. Melalui
zona sesar, fluida akan mengalir ke permukaan berupa mata air panas (hot spring) di
Diwak dan Derekan (Aba, 2014).
B. Laporan Geologi Daerah Panas Bumi Gedong Songo
Salah satu daerah prospek panas bumi di Jawa Tengah ditemukan di Ungaran.
Manifestasi panas bumi tersebut adalah dijumpai di Gedong Songo. Gedong Songo yang
merupakan wilayah desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, terletak di
lereng selatan Gunung Ungaran pada ketinggian 1300an m di atas permukaan laut.
Menurut Claproth (1989), G. Ungaran merupakan bagian dari siklus vulkanisme yang
kedua di P. Jawa, yang aktif antara kala Pliosen Akhir hingga Pleistosen Akhir. Produkproduk G. Ungaran dapat dikelompokkan menjadi empat unit, yaitu produk-produk Ungaran
Tertua, Ungaran Tua, Kerucut Parasitik, dan Ungaran Muda. Pada daerah tersebut terdapat
prospek panas bumi yang terletak pada lereng selatan G. Ungaran, yaitu di daerah
Gedongsongo.
Potensi panas bumi di daerah Gedong Songo didukung oleh akifer yang cukup bagus,
yang terdiri dari zona akifer breksi lava Ungaran Tua serta akifer breksi vulkanik Ungaran
Muda. Kedua zona akifer ini bersifat permeable, dimana air tanah disimpan dalam celahan
maupun ruang antar butir (Listiyani, 2013).
I. Geologi Daerah Panas Bumi

1. Geomorfologi
Menurut Syabaruddin, 2004, wilayah Candi Gedong Songo termasuk di dalam
wilayah Satuan Lereng Ungaran Muda bagian selatan dan sebagian dari Satuan Kaki
Ungaran Muda di bagian selatannya. Wilayah ini memiliki kelerengan antara 10 o32o pada satuan lereng dan sampai dengan 10o pada Satuan Kaki Ungaran Muda.
Pada Satuan Lereng Ungaran Muda juga tersusun oleh Fasies Sentral Ungaran Muda
dan pada umumnya ditanami dengan hutan pinus, sedangkan pada Satuan Kaki
Ungaran Muda tersusun oleh Fasies Proksimal Ungaran Muda yang pada umumnya
ditanami dengan tanaman palawija ataupun daerah pemukiman.

Gambar 8. Geomorfologi lokasi Gedongsongo


Jika diamati lebih rinci tampak bahwa pada Satuan Lereng Ungaran Muda,
pada anak cabang sungai Panjang, terdapat endapan hasil longsoran pertama (wilayah
dengan batas garis putus-putus merah tua pada gambar 3) dan endapan longsoran
kedua (wilyah dengan batas garis merah) dengan ciri kelerengannya lebih landai dari
pada kelerengan di sekitarnya.
Bentuk lembah sungai pada umumnya berbentuk V menandakan erosi vertikal
berjalan dengan intensif. Pada dinding timur wilayah endapan longsor ke dua yang
dibatasi garis merah pada daerah penelitian, tampak beberapa bekas longsoran yang
akibatnya menggeser ke barat aliran anak cabang Sungai Panjang, sehingga
membuka lapisan alterasi atau batuan induk, di dasar lembah bagian timur. Hal ini
bisa dilihat dari gardu pandang ke arah utara.
2. Lithologi (batuan)
Kondisi lithologi di lokasi Gedong Songo sekitar Candi ke-5 memiliki warna
batuan putih coklat creme. Fragmen ukuran dalam matriknya adalah lempung halus
dengan kemas terbuka. Bentuk fragmen batuan adalah bulat (konglomerat).
Kekompakan batuan adalah tidak kompak.

Lithologi di lokasi Gedong Songo sekitar sumber air panas memiliki warna
batuan putih - abu-abu gelap. Jenis batuannya adlah sedimen dengan ukuran fragmen
2-3 cm. Ukuran butirnya adalah halus dan yang tertanam dalam matriks berupa pasir
halus.
Stratigrafi wilayah Candi Gedong Songo diawali dengan pengendapan Fasies
Proksimal Ungaran Muda, yaitu endapan gunung api yang penyebarannya agak jauh
dari pusat letusan dan ditandai dengan kelerengan yang lebih landai dari pada
kelerengan Fasies Sentral yang berada di atasnya, dan kemudian ditumpangi Fasies
Sentral Ungaran Muda, yaitu endapan Gunung Ungaran Muda yang dionggokkan di
dekat/sekitar pusat letusan. Di samping itu masih ada endapan longsoran ke satu dan
endapan longsoran kedua. Fasies Proksimal tersusun oleh endapan piroklastik aliran
yang diselingi dengan endapan piroklastik surge, jatuhan dan endapan sungai
(Syabaruddin, 2004). Di daerah Candi Gedong Songo, endapan aliran/jatuhan terdapat
di daerah tenggara, keadaan lapuk dengan warna coklat kekuning-kuningan, yang
terkadang disisipi dengan endapan berwarna hitam (paleosoil) yang terdiri dari
endapan pasir halus sampai sedang, terkadang dijumpai jejak aktivitas organisme.
Umur fasies proksimal adalah Pleistosen Bawah.
Fasies Sentral tersusun oleh endapan piroklastik aliran yang berselingan
dengan endapan piroklastik surge. Endapan piroklastik aliran menunjukkan tekstur
porfiroafanitik, struktur kekar kolom, berupa andesit hornblende yang terdiri dari
plagioklas, hornblende, piroksen, mineral opak dan gelas, semakin ke bawah berupa
endapan piroklastik lahar yang tersusun oleh material yang berukuran butir sampai
dengan 2 m-an, butir mengambang pada masa dasar, bentuk butir meruncing sedang,
terdiri dari andesit hornblende. Warna segar abu-abu gelap dan warna lapuk coklat
kekuning-kiningan, dengan warna setempat-setempat putih. Warna keputih-putihan
tersebut akibat alterasi hidrotermal pada batuan induk dan akibat alterasi sebagian
batuan telah berubah menjadi mineral lempung. Umur dari fasies sentral ini adalah
Pleistosen Atas Holosen.
3. Struktur Geologi
Struktur geologi tidak tampak di daerah Candi Gedong Songo, mungkin
karena telah mengalami alterasi hidrotermal, namun bisa dilacak dari kehadiran
suatu kelurusan yang berarah barat laut tenggara, barat daya timur laut, utara
barat laut selatan tenggara dan utara timur laut selatan barat daya yang tampak
jelas mengkontrol posisi longsoran-longsoran. Pada kelurusan yang berarah utara
timur laut selatan barat daya, yang melalui lembah sempit jalur longsoran kedua

dinyatakan sebagai rekahan karena kandungan gas Radon pada soil sepanjang lembah
tersebut mencapai 250 ppm, jauh lebih tinggi dibanding kandungan gas radon dari
wilayah sekitar lembah (Nguyen, 2005).

II. Interpretasi Model Panas Bumi


1. Manifestasi
Manifestasi panas bumi yang terdapat di daerah Gedong Songo adalah sumber
air panas, fumarol, sulfatara dan altrasi. Suhu di daerah ini berkisar anatara 25 C.
Manifestasi tersebut terletak di sepanjang sungai yang relative lurus dengan arah N 5

E. Menurut

Wahyudi (2006), perkiraan prospek panas bumi di daerah ini

bersistem dominanasi air, yang secara struktural dikontrol oleh struktur kaldera
Ungaran. Sumber panas diperkirakan berupa intrusi dioritik.

Gambar 9. Sumber air panas


Berdasarkan distribusi nilai resistivitas batuan di daerah Gedongsongo, dapat
diperkirakan keberadaan sumber panas berada pada kedalaman 500 m hingga 2000 m.
Fumarol terbentuk karena aktifitas uap dan beberapa steaming ground. Manifestasi ini
terletak pada dua jalur lembah yang saling berdekatan dan sejajar.
Dengan adanya beberapa manifestasi sepanjang jalur lembah tersebut, maka lembah
tersebut diduga sebagai suatu jalur patahan, sehingga fluida hydrothermal lebih
mudah untuk naik ke permukaan (Wahyudi, 2006).
Dengan adanya fumarola dan mata air panas yang airnya diinterpretasikan
sebagai hasil dari pemanasan uap (steam heated water), maka diperkirakan bahwa di
bawah fumarola tersebut terdapat suatu pemisahan fase dari cair ke uap. Implikasinya,
dapat diperkirakan bahwa di bawah fumarola Gedongsongo terdapat suatu aliran air
panas bumi dalam kondisi saturasi. Akan tetapi adanya air panas bumi yang saturasi
ini, masih belum cukup untuk mengatakan bahwa aliran tersebut merupakan up flow.
Pada daerah Candi Gedong Songo juga telah mengalami alterasi, sehingga
batuan yang pada mulanya bersifat solid (andesit) kemudian mengalami alterasi,
korosi, sehingga batuan menjadi lunak, bahkan berubah menjadi mineral lempung
Altrasi terjadi di bagian selatan anak cabang sungai Panjang, tepatnya di sebelah

timur lembah longsoran pertama. Di ujung utara tebing barat dijumpai batuan andesit
hornblede yang berada pada masa dasar mineral mafik berukuran halus dan lempung
yang telah teralterasi, demikian juga di sebelah selatannya, di bagian tengah tebing
barat, dijumpai batuan yang sama, yang telah mengalami alterasi.

Gambar 10. Alterasi


Tipe alterasi yang ditemukan saat pengamatan yaitu berwarna coklat-coklat
mude dengan tipe pelapukan rapuk dan hasil altrasi eksogenik. Batuan berwarna abuabu hitam dengan tipe pelapukan keras. Serta batuan berwarna coklat-kuning dan
tipe pelapukannya rapuh.
2. Model Geologi Bawah Permukaan Panas Bumi
Fluida dari Gedongsongo adalah air sulfat dengan pH yang sangat rendah (0.2
4.0). Air jenis ini dapat diinterpretasikan sebagai air hasil pemanasan oleh uap
(steam heated water). Dengan posisinya yang berada di dekat fumarola, maka
kemungkinan terjadinya steam heated water sangatlah besar. Air jenis ini dicirikan
dengan pH yang sangat asam, sehingga sangat reaktif dan bisa melarutkan batuan
samping. Tingginya kandungan alumina (Al) dan besi (Fe) dalam empat sample air
dari Gedongsongo memperkuat dugaan bahwa ke-empat sample air tersebut adalah
steam heated water. Suhu reservoir tidak bisa diinterpretasikan dengan menggunakan
geothermometri kimia air, karena jenis air yang ada tidak mewakili kondisi reservoir.
Suhu reservoir diinterpretasikan dengan menggunakan geothermometri gas dari
DAmore & Panichi (1980), yaitu sebesar 230C.

LAMPIRAN

Lokasi Pengukuran Kelerengan

Pengukuran kelerengan

Sungai utama lokasi Diwak

Sungai Kecil lokasi Diwak

Contoh batuan

Geomorfologi lokasi Gedong Songo

Manifestasi sumber air panas

Alterasi

DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, B., Nugroho and Budihardi, M., 1997, Resource Characteristics of the
Ungaran Field, Central Java, Indonesia, Proceeding of National Seminar of Human
Resources Indonesian Geologist, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran, Yogyakarta
Nguyen Kim Phuong, 2005, Hydrogeochemical Study of the Ungaran Geothermal
System, Central Java, Indonesia, Thesis pada Jurusan Teknik Geologi, FT. UGM, Yogyakarta
Syabaruddin, 2004, Pemetaan Fasies Vulkanik Pada Daerah Prospek Panasbumi
Gunung Ungaran dan Sekitarnya, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, Jawa Tengah, Skripsi
pada Jurusan Teknik Geologi, FT. UGM, Yogyakarta
Thanden, R. E., Sumadirdja, H., dan Richards, P. W., 1996, Peta Geologi Lembar
Magelang dan Semarang, Jawa, Direktorat Geologi, Bandung.
Van Bemmelen, R. W., 1970, The Geology of Indonesia Vol. IA, General Geology of
Indonesia and Adjacent Archipelagoes, 2nd edition, Martinus Nilhoff, The Haque Netherlands.
Verstappen, H. Th., 2000, Outline of the Geomorphology of Indonesia: A Case Study
on Tropical Geomorphology of a Tectogene Region (with a Geomorphological Map
1:5000000), International Institute for Aerospace Survey and Earth Science, Netherlands.
Yoga Aribowo, 2004, Karakteristik Kehilangan panas Alamiah dan Alterasi
Hidrotermal permukaan pada Area Manifestasi Gedong Songo dan Sekitarnya, Daerah
Prospek Panasbumi Ungaran, Jawa Tengah, Skripsi pada Jurusan Teknik Geologi, FT.
UGM, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai