Anda di halaman 1dari 2

Kasus Anak Sekolah

Kasus 1
An. D berusia 7 tahun dengan BB 32 kg dan TB 120 cm. An.D bersekolah jauh dari
rumahnya sehingga dia diantar dan di jemput oleh sopir di keluarganya. An. D jarang sarapan
karena harus berangkat pagi dan Ibunya tidak sempat membuat sarapan untuknya. Sebagai
kompensasi dia diberi uang saku sebesar Rp 20.000 per hari dengan harapan uang tersebut dapat
digunakan untuk membeli sarapan di sekolah. Siang hari, An.D makan di sekolah sebagai salah
satu program di sekolahnya untuk mengadakan makan siang bersama. Karena keduua orang
tuanya bekerja, sepulang sekolah An. D ditemani oleh 1 orang ART sampai salah satu dari kedua
orang tuanya pulang. Kegiatannya di rumah adalah menonton TV dan bermain play station
hingga orang tuanya pulang. An. D gemar makan makanan ringan dan minuman bersoda sambil
menonton TV. Untuk makanan utama dia menyukai nasi ayam dan tidak menyukai sayur
sehingga sepulang kerja ibunya selalu memasak dengan bahan ayam dan daging dan jarang
menyediakan sayur. Ibu An. D memiliki berat badan yang berlebihan tetapi ayahnya normal.
Kasus 2
Yayasan Indonesia Membangun mendirikan SD Merdeka untuk anak-anak yang tidak
mampu. Orang tua murid rata-rata berpendidikan rendah (lulusan SD) dan bekerja sebagai buruh
serabutan. Para murid bias bersekolah disana dengan bebas biaya dan mendapatkan bantuan
fasilitas penunjang, seperti seragam dan perlengkapan sekolah. Untuk membiayai
operasionalnya, Yayasan Indonesia Membangun mendapatkan bantuan dari para donator, baik
donator perorangan maupun perusahaan yang berada di wilayah itu.
Anak-anak SD Merdeka sering tidak sarapan pagi. Beberapa dari mereka juga
mengeluhkan sakit perut karena merasa lapar di pagi hari. Berdasarkan penjelasan para murid,
mereka jarang sarapan pagi karena tidak ada kebiasaan sarapan pagi di rumah dan alas an
keterbatasan ekonomi keluarga. Beberapa anak tidak mendapatkan uang saku, tapi sebagian
besar murid mendapatkan uang saku yang berkisar dari Rp 500 Rp 2.000. Anak anak biasa
membeli jajanan di pedagang keliling dan warung yang ada di luar sekolah pada jam istirahat.
Jajanan yang biasa mereka beli antara lain es yang beraneka warna, cilok, macaroni, biting,
permen, chiki dll. Di antara pemilik warung dan pedagang keliling yang berjualan, beberapa
adalah orang tua murid.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh Yayasan Indonesia Sehat
sebagai mitra dari Yayasan Indonesia Membangu, masalah kesehatan yang banyak terjadi pada
murid SD Merdeka adalah karies gigi, ISPA, maag, penyakit kulit dan personal hygiene yang
buruk. Beberapa anak juga mengalami gizi kurang. Dari 150 murid, 31 anak mengalami gizi
kurang.
Yayasan Indonesia Membangun menyadari bahwa ada beberapa perbaikan yang perlu
dilakukan untuk SD Merdeka. Mereka pernah menyelenggarakan program pemberian sarapan
dan makan siang untuk para murid, tetapi penyelenggaraannya tidak bias dilakukan secara rutin
karena keterbatasan dana. Yayasan Indonesia Membangun juga berencana untuk mendirikan
kantin sekolah yang lebih sehat, tapi belum ada guru yang sanggup mengelolanya. Yayasan
Indonesia Membangun juga sudah menyelenggarakan parenting class untuk orang tua murid
setiap satu bulan sekali . Materi yang pernah diberikan bervariasi , misalnya tentang pendidikan
agama, pola asuh anak, pengembangan ekonomi keluarga, bahaya merokok (karena sebagian
besar orang tua murid perokok), dll. Untuk pelaksanaan parenting class, selain penyampaian
materi oleh guru, kadang mereka juga mengajak pihak lain yang lebih berkompeten untuk
memberikan materi.

Berdasarkan Ilustrasi tersebut, analisis :
1. Identifikasi Masalah !
2. Jelaskan analisis kemungkinan penyebab masalah (tinjauan teoritis) !
3. Buat diagram penyebab masalah !
4. Perencanaan intervensi
5. Monitoring evaluasi

Anda mungkin juga menyukai