Anda di halaman 1dari 15

Kekar Tektonik, terbentuk karena proses tektonik atau gaya-gaya akibat pergerakan permukaan bumi.

. Gaya Pembentukannya Berdasarkan gaya pembentukannya kekar tektonik dibedakan menjadi: a) Gaya Tekan (kompresi), dimana gaya-gaya yang bekerja menuju ke satu titik, yaitu gaya menekan daerah tersebut akan menghasilkan shear joint(kekar gerus). Kekar gerus ini memiliki ciri-ciri berpasangan dapat memotong fragmen seperti breksi dan arah tidak berubah. b) Gaya Tarik (tension), dimana gaya-gaya yang bekerja meninggalkan satu titik ,yaitu gaya merenggang daerah tersebut akan menghasilkan tension joint (kekar tarik). Kekar ini memiliki ciri-ciri tidak lurus , terbuka, menghindari fragmen seperti breksi dan berubah arah
Dari geologi struktur km bisa menganalisa arah STRIKE dari singkapan bahan galian.... Kemiringan DIP dari bahan galian... Penyebarannya.... Tingkat kestabilan lereng berdasarkan kekar dan sesar

Manfaat / Fungsi belajar Kekar: a. Untuk mengetahui kemana sumber dari Fine (urat mineral) b. Sebagai reservoir minyak. c. Sebagai cebakan mineral-mineral bernilai ekonomis. d. Dalam Geologi Teknik dapat dijadikan sebagai acuan membuat terowongan, bendungan dan bangunan teknik lainnya. e. Sebagai jalan migrasi Minyak. f. Bila ada struktur geologi lainnya berupa sesar, kekar bisa dijadikan sebagai data penting untuk mencari arak Sesar dan pola tegasan yang terjadi pada daerah tersebut.

B. Analisis Kekar Penganalisisan data kekar sangat penting dilakukan dalam hubungannya dengan menentukan sumbu lipatan dan gaya gaya yang bekerja pada batuan daerah tersebut. Hubungan antara kekar, sesar ,lipatan dikemukakan oleh moody dan Hill (1956).

Dalam menganalisis kekar dapat dikerjakan dengan menggunakan tiga metode,yaitu: a. Histogram

b. Diagram kipas c. Stereografis

Dalam analisis kekar dengan histogram dan diagram kipas yang dianalisis hanyalah jurus dan kekar dengan mengabaikan besar dan analisis arah kemiringan , sehingga analsis ini akan mendekati kebenaran apabila kekar-kekar yang dianalisis mempunyai dip yang cukup besar atau mendekati 90 .Gaya yang bekerja dianggap lateral, karena arah kemiringan kekar diabaikan, maka dalam perhitungan kekar yang mempunyai arah N180 E dihitung sama dengan N65 W . Jadi semua pengukuran dihitung ke dalam interval N 0 E- N 90 E Dan N 0 W N 90 W.

Untuk analisis statistik , data yang diperkenankan umumnya 50 data , tetapi 30 data masih diperkenankan . Dalam analisis ini kekar gerus dan kekar tarik dipisahkan , karena gaya yang bekerja untuk kedua jenis kekar tersebut berbeda.

1. Buat tabulasi fata dari hasil pengukuran kekar berdasarkan jurus kekar ke dalam tabel , kemudian buat interval misalnya 5 derajat . Hitung frekuensi dan prosentase masing-masing pengukuran. interval. Prosentase dihitung masing-masing interval terhadap

2. Membuat histogram a. Buat sumbu datar untuk jurus kekar dan sumbu tegak lurus sebagai prosentase b. Sumbu datar terdiri dari interval N 0 E- N 90 E Dan N 0 w N 90 W. Buat skala sesuai interval. c. Buat balok masing-masing interval sesuai dengan besar prosentase msing-masing interval.

3. Membuat diagram kipas

Buat setengah lingkaran bagian atas dengan jari-jari menunjukan besar prosentase terbesar dari interval yang ada, misal 24%.

Busur dibagi menurut interval (jika interval 5 derajat maka dibagi menjadi 18 segmen). Plot jurus kekar sesuai interval. Buat busur lingkaran dengan jari-jari sama dengan prosentase masing-masing interval mulai dari batas bawah interval , hingga atas interval . Misal N 0E N 5 W prosentase 20%, maka buat busur lingkaran dari sumbu dekat (N 0E) hingga sama N 5W dengan jari-jari skala 20%.

c 4. Interpretasi Arah gaya membentuk kekar membagi dua sudut lancip yang dibentuk oleh kedua kekar. a. Pada diagram kipas arah gaya pembentuk kekar adalah besarnya sudut (jenis kekar) yang terbaca pada busur lingkungan , yang diperoleh dengan membeagi dua dari dua maksima (interval dengan prosentase terbesar) yang berjarak kurang dari 90 derajat.

b. Pada Hsitogram, arah gaya sama dengan sudut yang terbaca pada sumbu datar yang merupakan titik tengah antara dua maksima yang berjarak kurang dari 90 derajat. c. Bila ingin mencari arah sumbu lipatan , tambahkan 90 derajat dari arah gaya , searah atau berlawanan jarum jam.

Pemetaan geologi struktur bertujuan untuk mendapatkan gambaran struktur/tektonik di suatu daerah/wilayah, sehingga penyebaran, jenis serta genetik pembentukannya dapat diketahui. Dalam pemetaan geologi struktur, kegiatan yang perlu dilakukan adalah mengamati, mengukur dan menganalisis gejala-gejala struktur yang tersingkap di lapangan. Gejala struktur di lapangan dapat berupa struktur bidang maupun garis (bidang sesar, bidang kekar, gores-garis, bidang lapisan, gores-garis, cleavage, dsb) dan dapat pula merupakan jejakjejak struktural lainnya (breksi sesar, milonit dsb). Disamping adanya bentuk geometri, juga dikenal adanya bentuk morfologis topografi misalnya kelurusan topografi, kelurusan dan kelokan sungai, bergesernya punggungan bukit dsb. Pengetahuan geologi struktur wajib dipahami oleh seseorang yang akan melakukan pemetaan geologi, terlebih lagi bagi yang khusus meneliti tektonik suatu daerah. Kualitas hasil penelitian geologi struktur salah satunya tergantung pada tingkat kemampuan seseorang dalam menguasai ilmu geologi struktur. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal dari kegiatan pemetaan struktur ini, dilakukan beberapa tahapan, yaitu :

a. Pendahuluan : - Studi Pustaka - Interpretasi foto udara, citra landsat (citra indraja) dan topografi. b. Penelitian Lapangan - Pengamatan, pengukuran, pencatatan data, pembuatan sketsa, analisis sementara dan plotting data struktur ke dalam peta dasar. c. Penelitian Laboratorium/studio - Pengolahan data - Pembuatan penampang struktur dan peta struktur d. Analisis data secara menyeluruh - Melakukan analisis tektonik daerah penelitian yang bersesuaian dengan konsep/teori struktur geologi dan membandingkannya dengan tektonik regional yang berkaitan dengan daerah penelitian. e. Laporan hasil penelitian - Seluruh hasil analisis tersebut dituangkan ke dalam buku laporan yang didalamnya disertai peta struktur beserta penampang strukturnya. Langkah Penelitian Struktur Geologi Dalam penelitian Struktur Geologi, terdapat langkah langkah yang harus di lalui: A. Studi Pustaka Pada tahapan ini dipelajari teori/konsep yang berkaitan dengan struktur geologi, mencakup geometri dan proses pembentukannya (dinamika dan kinematika). Selanjutnya perlu dipelajari pula kondisi geologi daerah yang akan diteliti beserta geologi regionalnya. Hal ini perlu dilakukan sebagai bahan informasi yang nantinya diperlukan dalam analisis selanjutnya. Tahapan ini memegang peranan penting, tanpa mengerti dan mengetahui struktur struktur geologi, akan sangat sulit untuk melanjutkan ke tahapan selanjutnya B. Interpretasi Foto Udara, Citra ladsat, dan Topograsi Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum pola struktur yang berkembang di daerah penelitian berdasarkan analisis morfologinya. Ada beberapa cara untuk mendapatkan gambaran struktur suatu daerah, yaitu dengan mengamati adanya liniament yang mungin disebabkan oleh proses pensesaran. Cara ini dilakukan melalui penafsiran peta topografi, foto udara dan citra indraja. Penjelasan rinci dari point ini adalah sebagai berikut : a. Interpretasi struktur melalui topografi

Menafsirkan jalur struktur berdasarkan ada/tidaknya lineament (dapat berupa garis lurus atau lengkung) dan menggambarkannya secara tegas atau terputus-putus. Pola lineament tersebut selanjutnya ditampilkan dalam bentuk diagram roset dan yang terpenting dibuat peta linieamentnya. Mengamati kerapatan kontur. Apabila dijumpai adanya perbedaan kerapatan kontur yang mencolok maka dapat ditafsirkan pada batas-batas perbedaannya merupakan akibat pensesaran dan umumnya fenomena ini diakibatkan oleh sesar normal. Perlu pula diperhatikan fenomena tersebut dapat saja terjadi akibat perubahan sifat fisik batuan. Mengamati bentuk morfologi, misalnya : - Apabila bentuk punggungan bukit memanjang barat-timur, dan apabila daerah tersebut disusun oleh batuan sedimen klastika (dari literatur), maka dapat ditafsirkan bahwa jurus perlapisan batuannya adalah barat-timur sesuai dengan arah punggungannya.. - Apabila ada suatu bentuk morfologi perbukitan dimana pada salah satu lereng bukitnya landai (kerapatan kontur jarang) dan dibagian sisi lereng lainnya terjal, maka ditafsirkan kemiringan (arah dip) lapisan tersebut ke arah bermorfologi lereng yang landai, morfologi yang demikian dikenal sebagai Hog back. - Apabila ada suatu punggungan perbukitan dengan arah dan jalur yang sama, namun pada bagian tertentu terpisahkan oleh suatu lembah (biasanya juga berkembang aliran sungai) atau posisi jalur punggungannya nampak bergeser, maka dapat ditafsirkan di daerah tersebut telah mengalami pensesaran dan fenomena tersebut umumnya terjadi akibat sesar mendatar, sesar normal atau kombinasi keduannya. - Apabila suatu daerah bermorfologi perbukitan, dimana punggungan bukitnya saling sejajar dan dipisahkan oleh lembah sungai, maka kemungkinan daerah tersebut merupakan perbukitan struktural lipatan-anjakan. - Apabila suatu daerah bermorfologi pedataran, maka batuan penyusunnya dapat berupa aluvium atau sedimen lainnya yang mempunyai kemiringan bidang lapisan relatif horizontal. Kondisi ini umumnya menunjukan bahwa umur batuan masih muda dan relatif belum mengalami derformasi akibat tektonik (lipatan dan sesar belum berkembang). Mengamati pola pengaliran sungainya. Dengan cara ini dapat membantu dalam menafsirkan batuan penyusun serta struktur geologinya, misalnya : - Pola pengaliran trelis dan paralel, mencerminkan bahwa batuan di daerah tersebut sudah mengalami pelipatan. - Pola pengaliran sejajar ditafsirkan bahwa daerah tersebut telah mengalami proses pensesaran. - Pola pengaliran rektangular mencerminkan bahwa daerah tersebut banyak berkembang kekar. - Pola pengaliran dendritik mencerminkan batuan penyusun yang relatif seragam. Dsb. b. Interpretasi struktur melalui foto udara dan citra landsat.

Pada dasarnya interpretasi struktur dengan cara ini, tidak berbeda dengan cara di atas. Perbedaanya terletak pada kualitas dan kejelasan bentuk permukaan morfologinya. Misalnya lineament yang tidak nampak peta topografi mungkin akan nampak jelas terlihat pada foto udara atau landsat. C. Penelitian Lapangan Pemetaan struktur tidak lain adalah melakukan kegiatan lapangan untuk mendapatkan data-data struktur yang selanjutnya direkam ke dalam peta dasar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan/dikerjakan dalam pemetaan struktur, adalah : a. Penelitian lapangan diprioritaskan pada daerah yang diduga dilalui oleh zona sesar berdasarkan hasil interpretasi foto udara, citra landsat dan topgrafi. Hal ini perlu dilakukan dengan maksud agar penelitian lapangan berlangsung relatif cepat, sistematis dan mengenai sasaran. b. Mengamati, mengukur, mencatat, membuat sketsa singkapan, ploting data dan menganalisis (analisis sementara) seluruh unsur-unsur struktur yang nampak pada singkapan tersebut. Beberapa penjelasan point b ini adalah sebagai berikut : - Mengamati, dalam tahapan ini objek singkapan yang diamati dapat berupa bentuk/geometri suatu struktur geologi baik yang utuh maupun tersingkap sebagian. Ada dua tahapan dalam mengamati suatu singkapan, yaitu dari pengamatan dari jarak jauh dan pengamatan dari jarak dekat. Prosedur pengamatan singkapan yang baik diawali dengan memperhatikan singkapan dari jarak jauh sehingga seluruh singkapan dapat teramati dengan pandangan luas, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran struktur secara lebih utuh dan yang terpenting adalah untuk menentukan pada singkapan bagian mana yang perlu mendapatkan perlakuan khusus. Langkah pengamatan yang kedua adalah mengamati singkapan dari jarak dekat. Pengamatan singkapan dari jarak dekat ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran struktur yang lebih detail. Pengamatan struktur tidak hanya ditujukan pada bentuk geometrinya, namun perlu pula diamati jejak-jejak yang diakibatkan oleh aktifitas pensesaran, misalnya milonit, breksi sesar, lipatan seret dsb. Beberapa contoh kasus ini, misalnya : a). Pengamatan jarak jauh : Tersingkap suatu bentuk lapisan batuan yang terlipat utuh . Dalam hal ini yang perlu diamati adalah bagaimana bentuk lipatannya, apakah antiklin atau sinklin, simetri atau tidak, bagaimana ukuran lipatannya besar atau kecil, bagaimana batas akhir dari struktur lipatan yang tersingkap tersebut berakhir oleh batas sesar ataukah hilang karena ditutupi oleh batuan penutup/vegetasi atau menerus ke bawah permukaan. Lebih jauh lagi apakah lipatan tersebut disertai dengan gejala pensesaran atau tidak, selanjutnya perlu pula diamati sifat fisik batuan penyusunnya, apakah bersifat ductile (lentur), brittle (keras) atau kombinasi antara keduanya. Pengamatan jarak dekat : Apabila batas singkapan tersebut dikontrol oleh sesar, maka perlu diperhatikan apakah ada jejak-jejak pensesaran, jika ada bagaimana sifat pergeserannya, apabila dijumpai breksi sesar bagaimana arah liniasinya, dsb.

b). Dijumpai suatu singkapan batuan di tebing sungai dengan bentuk geometri strukturnya tidak utuh. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bagaimana gambaran umum posisi dan kedudukan lapisan batuannya, apakah kemiringan lapisannya landai atau relatif horizontal, sedang atau besar. Faktor ini dapat menunjukan tingkat deformasi dan selanjutnya dapat memperkirakan apakah sipemeta berada pada zona sesar atau tidak. - Mengukur, artinya kita mengukur seluruh unsur-unsur struktur yang tersingkap di lapangan. Misalnya mengukur jurus dan kemiringan bidang lapisan, bidang kekar, bidang sesar; Mengukur besarnya sudut pitch, plunge, bearing dsb. Untuk kepentingan analisis sistem tegasan, data yang diperlukan adalah data bidang lapisan, kekar dan sesar. Data bidang lapisan dan kekar berupa jurus dan kemiringan (dalam hal ini untuk data kekar, harus diketahui jenisnya : tension joint atau shear joint), sedangkan data cermin sesar yang diperlukan adalah jurus dan kemirinan bidang sesar, pitch, arah pitch, plunge dan sifat pergeserannya. Perlu pula diberi penjelasan apakah cermin sesar tersebut merupakan sesar minor atau atau sesar major. - Sketsa/foto, untuk memudahkan dalam analisis perlu kiranya kita membuat sketsa singkapan dan beberapa penampang. Kelebihan dari membuat sketsa ini adalah dapat menggambarkan sesuatu yang sifatnya detail dan secara langsung memberikan keterangan gambarnya. Foto diperlukan sebagai bahan analisis (sama dengan sketsa) dan untuk dokumentasi dalam pembuatan laporan. - Analisis sementara, Setelah dilakukan observasi singkapan dan membuat sketsa singkapan, selanjutnya dilakukan analisis sementara khusus di lokasi tersebut. Analisis ini perlu dilakukan untuk memecahkan permasalahan dan menyimpulkan pembentukannya, sehingga memudahkan dalam analisis selanjutnya. - Plotting Data, Posisi singkapan selanjutnya diplot ke dalam peta dasar, dengan memberikan nomor lokasi dan apabila perlu diberikan simbol struktur yang diamati. Memplot data struktur ke dalam peta harus tepat pada posisi sebenarnya, karena data dasar ini akan digunakan dalam tahap penafsiran dan analisis selanjutnya. D. Gejala Umum Setelah Proses Pensesaran Ada beberapa gejala struktur yang dapat diamati baik melalui penafsiran foto udara, citra indraja dan foto udara (sudah dibahas di atas), maupun melihat langsung gejala pensesaran di lapangan baik berupa bentuk morfologi maupun jejak-jejak pensesaran. Beberapa gejala umum yang dapat digunakan dalam menafsirkan adanya gejala pensesaran, adalah : 1. Adanya gawir sesar, dapat diketahui dari analisis morfologi baik melalui peta topografi, foto udara atau citra landsat serta pengamatan langsung di lapangan. Contoh kasus yang terakhir adalah Sesar Lembang, yang dicirikan dengan adanya tebing bukit yang memanjang relatif barattimur (gawir sesar) dilihat dari Lembang ke arah selatan. Gawir sesar umumnya terbentuk akibat sesar normal. 2. Adanya jejak-jejak pensesaran berupa breksi sesar dan milonit. Jalur sesar dapat diketahui dengan menarik jalur kelurusan yang melalui beberapa gejala tersebut.

3. Adanya kemiringan bidang lapisan yang cukup besar (>70), mencirikan bahwa di daerah tersebut telah mengalami deformasi yang kuat. Apabila sifat batuannya Brittle, maka kemungkinan besar batuannya telah terpatahkan. Dalam hal ini perlu dicari bukti lainnya misal ada/tidaknya sesar minor atau inidikasi lainnya yang menunjang (drag fault, dsb). 4. Adanya cermin sesar merupakan indikasi yang paling penting, karena secara langsung menunjukan adanya proses pensesaran. Namun dalam hal ini harus hati-hati dalam menentukan jenis serta jalur sesarnya 5. Adanya struktur kekar baik yang sifatnya kekar gerus (shear joint) atau tarikan (tension joint). Dalam hal ini perlu dikompilasi dengan data struktur lainnya 6. Adanya drag fault dan drag fold merupakan salah satu indikasi adanya proses pensesaran. 7. Adanya pembentukan sesar, selain gejala pensesarannya dapat diamati langsung di lapangan, juga dapat diketahui dari posisi stratigrafi. Dalam hal ini perlu dibuat penampang geologi. 8. Adanya perbedaan pola lipatan yang mencolok satu dengan lainnya. 9. Adanya pergeseran batas satuan dan atau pergeseran sumbu lipatan. 10. Dijumpai adanya deretan mata air panas 11.Adanya pembelokan sungai yang tiba-tiba (harus hati-hati karena pembelokan sungai ini dapat terjadi karena adanya perubahan sifat fisik batuan). E. Pengolahan Data Data yang didapatkan dari hasil penelitian lapangan, selanjutnya diolah baik secara manual maupun secara komputasi. Pengolahan data berasal dari hasil pengamatan dan pengukuran bidang lapisan batuan, bidang sesar, liniasi dsb. Penjelasan rinci dari point E ini adalah sebagai berikut : 1. Pengolahan Data Jurus dan Kemiringan Lapisan Batuan a). Metoda Pola Jurus Perlapisan Batuan Data jurus dan kemiringan lapisan batuan, ditampilkan dalam bentuk simbol pada peta topografi. Selanjutnya berdasarkan jurus perlapisan, ditarik garis kelurusannya (setelah dilakukan koreksi topografi). Dengan cara ini akan diketahui beberapa hal, yaitu : - Bagaimana pola lapisan batuannya (pola lipatan), apakah ada perbedaan antara 1 (satu) pola lipatan dengan pola lipatan lainnya. - Ada/tidaknya sumbu lipatan, jika ada apakah lipatan tersebut antiklin atau sinklin (tandai dengan simbol sumbu lipatan), bagaimana penyebaran dan arah sumbu lipatannya, apakah lipatannya normal atau rebah (sudah ada pembalikan).

- Jika dikompilasikan dengan data jenis batuan (dominansi batuan) dan umur batuannya, akan diketahui penyebaran satuan batuannya. b). Metoda Diagram Kontur Data jurus dan kemiringan lapisan batuan ditampilkan dalam bentuk diagram kontur. - Diagram kontur, yaitu pengolahan data jurus dan kemiringan lapisan batuan dengan memproyeksikan data tersebut secara stereografi. Proyeksi ini digunakan untuk memecahkan masalah hubungan sudut baik garis dan bidang di dalam ruang. Dengan cara ini selanjutnya akan diketahui gambaran dari suatu geometri lipatan dan selanjutnya digunakan untuk mengetahui jenis lipatannya (klasifikasi lipatan). Pengolahan data dilakukan secara komputasi dengan mempergunakan program dip. 2. Data Kekar - Data kekar digunakan untuk mengetahui sistem tegasan yang mempengaruhi pembentukannya. Caranya dengan mengolah data kekar (jurus dan kemiringan) ke dalam bentuk diagram roset dan kontur. Kepentingan pengolahan data dengan tampilan Diagram Roset adalah untuk mendapatkan arah dominan bidang kekarnya. Hasil pengolahan data ini ditampilkan dalam bentuk diagram kipas. Pengolahan data dilakukan secara komputasi dengan mempergunakan program Dip. Diagram kontur dimaksudkan untuk mengetahui posisi maksima dari seluruh data kekar yang selanjutnya digunakan untuk mengetahui posisi tegasan utama (1), tegasan menengah (2) dan tegasan minimum (3). Dengan diketahuinya kedudukan masing-masing sistem tegasan tersebut akhirnya dapat menunjukan sifat tegasan pembentuk sesarnya. Harus diperhatikan bahwa pengukuran data kekar ini dilakukan pada daerah-daerah yang berada di dalam zona pensesaran. 3. Data Cermin Sesar (slicken side) Data cermin sesar diperlukan untuk mengetahui sistem tegasan pembentuk sesar. Pengolahan data ini ditampilkan dalam bentuk diagram roset dan stereogram sistem tegasan. Diagram roset diperlukan untuk mengetahui arah dominan cermin sesarnya, sedangkan stereogram untuk mengetahui sistem tegasannya. Sistem tegasan pembentuk sesar diketahui dari gambaran stereogram, yang didalamnya menggambarkan posisi tegasan utama (1), tegasan menengah (2) dan tegasan minimum (3); arah tegasan, sifat tegasan dan gambaran streogram masing-masing cermin sesarnya. Pengolahan data dilakukan secara komputasi dengan mempergunakan program dip dan stress. F. Analisis Data Analisis data dilakukan untuk memecahkan persoalan geologi, khususnya mengenai jenis struktur geologi (Geometri) serta tektonik yang melatarbelakangi pembentukannya (Kinematika dan dinamika). Sasaran penelitian ini pada akhirnya dapat menjelaskan kondisi struktur geologi baik lipatan dan sesar, yang didalamnya mencakup penjelasan mengenai : jenis, bentuk, pola dan genetik pembentukan struktur geologinya.

Analisis struktur geologi dilakukan setelah peta dan penampang struktur selesai dikerjakan. Dalam tahap analisis ini perlu diperhatikan pula aspek sedimentologi, stratigrafi, paleontologi, umur batuan dan morfologinya. Kualitas analisis data tergantung pada beberapa faktor, antara lain keakuratan dalam mengukur unsur-unsur struktur geologi, ketepatan dalam memploting data geologi ke dalam peta topografi, tingkat pemahaman mengenai konsep/teori/model pembentukan struktur geologi, pengetahuan geologi lainnya (stratigrafi, sedimentologi, petrografi dsb) serta pengetahuan mengenai kondisi geologi yang akan diteliti baik secara lokal maupun regional. G. Pembuatan Laporan Hasil analisis geologi daerah penelitian selanjutnya ditampilkan dalam bentuk buku laporan yang di dalamnya dilengkapi dengan peta struktur, penampang struktur, sketsa singkapan, gambar model genetik pembentukan struktur, lampiran hasil pengukuran data dsb. Hingga saat ini kriteria batasan pembuatan laporan sub-bab struktur geologi di dalam pemetaan pendahuluan, pemetaan lanjut dan skripsi, masih belum jelas. Contoh kasus ini, terutama sering dijumpai di dalam laporan pemetaan geologi pendahuluan dan geologi lanjut, dimana pembahasan sub bab geologi struktur tidak ada bedanya. Sebenarnya pemetaan geologi pendahuluan dimaksudkan untuk melatih mahasiswa dalam melakukan pemetaan geologi, yang nantinya sebagai bekal dalam melakukan pemetaan geologi lanjut. Oleh karenanya sistimatika pembahasan di dalam laporan pemetaan geologi pendahuluan dan pemetaan geologi lanjut relatif tidak berbeda, yang membedakan diantara keduanya adalah dalam hal ketajaman analisisnya. Hal ini sangat relevan mengingat dalam pemetaan geologi lanjut, setiap mahasiswa sudah mendapatkan mata kuliah lanjut (mata kuliah wajib), seperti petrografi, geodinamik dan struktur Indonesia. G.1. Pembahasan Sub Bab Geologi Struktur Dalam Pemetaan Pendahuluan Materi yang diberikan dalam perkuliahan/praktikum geologi struktur yang menunjang untuk kegiatan pemetaan geologi , antara lain : A. Teori : 1. Struktur lipatan, yang didalamnya membahas mengenai geometri lipatan (Hinge line, hinge point, axial plane, inflextion point, limb, trough, crest dsb), klasifikasi lipatan (Rickard, hobs, timothy), dan genetik pembentukannya yang dibahas secara umum. 2. Struktur Sesar, yang didalamnya membahas mengenai geometri sesar, sistem tegasan, klasifikasi sesar, gejala sesar di lapangan. 3. Struktur Kekar, yang didalamnya membahas mengenai geometri, klasifikasi kekar dan genetik pembentukannya yang dibahas secara umum. B. Praktikum 1. Latihan mengeplot dan menggambarkan unsur-unsur struktur secara manual dan komputasi dengan mempergunakan program Stereograph.

2. Pembuatan penampang struktur dengan menggunakan metoda Bush dan Kink 3. Menghitung ketebalan lapisan 4. Membuat batas satuan/formasi pada peta geologi dengan menggunakan Hukum V. 5. Membuat diagram roset secara manual dan komputasi dengan mempergunakan program Dip. 6. Proyeksi bidang/garis ke dalam stereografi berupa diagram titik, kontur dan busur (Wulf net, Smid net, diagram polar dsb) secara manual dan komputasi dengan mempergunakam program Dip 7. Menentukan sistem tegasan secara manual dan komputasi dengan mempergunakan program Stress. 8. Menganalisi kelurusan topografi berdasarkan penafsiran citra landsat, foto udara dan peta topografi. Dengan cara ini mahasiswa dapat mengetahui gambaran struktur geologi secara umum. 9. Latihan membuat peta pola jurus Dengan materi perkuliahan tersebut di atas, maka pembahasan mengenai sub bab geologi struktur di dalam laporan pemetaan geologi pendahuluan adalah : 1. Membahas hasil penafsiran citra landsat, foto udara atau peta topografi daerah penelitian. Di dalamnya mencakup bahasan mengenai arah umum jalur sesar, intensitas sesar dsb. (Hasil penafsiran struktur tersebut ditampilkan dalam peta struktur dan diagram roset). 2. Membahas mengenai macam/jenis struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berdasarkan point 1, data lapangan dan hasil rekontruksi pola jurus. Pembahasan mencakup geometri, klasifikasi dan jalur struktur geologi baik lipatan maupun sesar. Pembahasan struktur lipatan dilengkapi dengan menampilkan diagram kontur, sebagai dasar menentukan jenis lipatan (klasifikasi dari Hobs, rickard, timothy dsb). Pembahasan struktur sesar dilengkapi dengan gambar stereogram sistem tegasan. 3. Analisis struktur geologi mencakup genetik dan waktu kejadiannya. Dalam hal ini perlu dipahami teori/konsep struktur geologi serta menguasai tentang geologi regional yang berkaitan dengan daerah penelitian. Beberapa contoh laporan sub bab geologi struktur, adalah sebagai berikut : a. Berdasarkan hasil interpretasi foto udara yang ditampilkan dalam peta penafsiran struktur (Gambar 4.1) diketahui ada beberapa arah umum kelurusan yang diperkirakan sebagai akibat proses pensesaran, yaitu kelurusan berarah barat-timur, timurlaut-baratdaya dan baratlauttenggara (Gambar 4.2). Kelurusan berarah barat-timur umumnya sejajar dengan arah punggungan perbukitan sedangkan kelurusan berarah baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya umumnya memotong jalur punggungan perbukitan. Kelurusan berarah baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya diperkirakan merupakan pasangan sesar yang terjadi pada periode tektonik yang sama. .dst, selanjutnya : dengan berkembangnya pola kelurusan demikian dapat ditafsirkan bahwa daerah penelitian telah mengalami tektonik yang cukup kuat, hal ini ditunjukan dengan intensitas kehadiran struktur sesar yang cukup rapat. Dst.

b. Struktur geologi daerah penelitian terdiri atas struktur lipatan dan struktur sesar (bahas secara umum kondisi struktur geologi daerah penelitian). Dst , selanjutnya (bahas struktur lipatannya) : berdasarkan hasil rekontruksi pola jurus diketahui ada 3 sumbu lipatan, yaitu Antiklin Dago, Sinklin Jatinangor dan Antiklin Cibiru (Tabel 4.1). Selanjutnya : .. Antiklin Dago relatif berarah barat-timur, membentang mulai dari sekitar Kampung Cileunyi hingga Gunung Geulis. Di beberapa tempat jalur lipatan ini dipotong oleh Sesar Cicaheum dan Sesar Cipadung. Selanjutnya : berdasarkan geometri lipatannya, Antiklin Dago termasuk ke dalam jenis upright inclined fold (Rickard, 1975). dst. Selanjutnya (bahas struktur sesar) : Sesar Cicaheum terletak di bagian barat daerah penelitian berarah baratlaut-tenggara, membentang mulai sekitar Kampung Padasuka dibagian selatan hingga Kampung Kiarapayung di bagian utara. Sesar ini diketahui berdasarkan hasil interpretasi foto udara berupa adanya kelurusan Sungai Buahbatu dan data lapangan berupa : - Ditemukan sejumlah cermin sesar di lokasi BB-1 (BB-1 = lokasi pengukuran berada pada lintasan pengamatan Buahbatu pada nomor lokasi 1). Apabila data pengukurannya banyak lebih baik ditampilkan ke dalam bentuk tabel dan apabila datanya sedikit dapat langsung ditulis hasil pengukurannya secara lengkap. - Ditemukannya beberapa lokasi singkapan breksi sesar di BB-1, BB-5 dan CSR-7. - Ditemukannnya sejumlah drag fault di lokasi Csr-2 dan Ckd-4. - Ditemukannya sejumlah pengukuran jurus dan kemiringan lapisan yang tidak beraturan, dst. (Catatan : Identifikasi adanya struktur sesar dapat pula disimpulkan berdasarkan hasil rekontruksi pola jurus, misalnya ada sumbu lipatan yang bergeser atau dapat pula berdasarkan posisi stratigrafinya). Selanjutnya : Berdasarkan geometri sesarnya , disimpulkan bahwa Sesar Cicaheum termasuk ke dalam jenis left handed reverse slip fault (Rickard, 1975). c. Selanjutnya harus dibahas mengenai analisis struktur geologi daerah penelitian ke dalam subbab tersendiri. Di dalam sub bab ini yang dibahas mengenai : kapan terjadinya proses pembentukan struktur lipatan dan sesar dikaitkan dengan umur batuan yang disesarkannya (stratigrafi). Selanjutnya harus dibahas pula mengenai mekanisme pembentukannya, apakah akibat tektonik kompresi atau ekstensional dan bagaimana kaitannya dengan struktur geologi regional daerah penelitian. G.2. Pembahasan Sub Bab Geologi Struktur Dalam Pemetaan Lanjut Pembahasan sub-bab geologi struktur di dalam laporan pemetaan geologi lanjut harus lebih mendalam, karena mahasiswa yang bersangkutan telah mendapatkan mata kuliah Geodinamik dan Struktur Indonesia, disamping ilmu lainnya yang menunjang (Petrografi dsb). Di dalam mata kuliah Geodinamik dan Struktur Indonesia, materi yang diajarkan, antara lain : 1. Mempelajari teori tektonik lempeng (Sejarah perkembangan teori tektonik lempeng, genetik serta lingkungan tektoniknya). 2. Mempelajari mekanisme dan dinamika pergeseran antar lempeng (Bertumbukan, berpapasan atau bergerak saling menjauh). Selanjutnya apa produk struktur yang dihasilkan dari masing-

masing kejadian tersebut. 3. Mempelajari pola struktur yang dihasilkan pada masing-masing lingkungan tektonik. Misalnya pola struktur lipatan anjakan akan berkembang di lingkungan tektonik Back arc dan Fore Arc, selanjutnya membahas persamaan dan perbedaan genetik kedua pola tersebut. 4. Mempelajari pembentukan sesar naik (Thrust) regional baik geometri (Imbricate atau duplex) maupun genetiknya (Diapirik, Gravity sliding atau underthusting). 5. Mempelajari pembentukan sesar mendatar regional (Wrench fault) baik geometri, genetik. Disamping itu dipelajari secara khusus mengenai Riedel shear, Imbricate/duplexe , Flower structure dan sebagainya. 6. Mempelajari pembentukan sesar normal regional baik geometri dan genetiknya. Secara khusus dipelajari mengenai Sesar Domino, Listric fault, dsb. 7. Mempelajari pengaruh tumbukan lempeng Asia, Hindia Australia dan Pasifik sebagai pembentuk struktur regional di Indonesia. Dengan asumsi bahwa setiap mahasiswa sudah mendapatkan kedua mata kuliah tersebut di atas maka perbedaan pembahasan sub bab geologi struktur di dalam laporan pemetaan geologi pendahuluan dan pemetaan lanjut adalah pada ketajaman analisisnya. Contoh pembahasan tersebut, misalnya : Struktur sesar di daerah penelitian secara regional diakibatkan oleh terjadinya tumbukan Lempeng Asia dengan Lempeng Indo-Ausatralia yang berlangsung sejak Miosen hingga sekarang. Bukti-bukti yang menunjukan hal tersebut antara lain dengan berkembangnya struktur lipatan yang intensif, serta adanya dominasi sesar naik dan sesar mendatar. Berdasarkan pada jenis struktur geologinya, maka disimpulkan bahwa tektonik yang mempengaruhi pembentukannya bersifat kompresi. Dst Contoh lainnya : walaupun di daerah penelitian ini berkembang beberapa sesar normal, namun secara regional, tektonik yang mempengaruhi pembentukannya struktur sesar di daerah penelitian ini bersifat kompresi. Adanya tektonik kompresi ini ditunjukan dengan berkembangnya beberapa sesar mendatar yang ukurannya relatif panjang (sesar regional), sedemikian rupa pada daerah di antara kedua sesar mendatar tersebut berkembang sesar normal, yang lazim dikenal sebagai Pull apart (Park, 1982). G.3. Pembahasan Struktur Geologi Di Dalam Laporan Kajian Khusus (Skripsi) Bidang Geologi Struktur. Skripsi merupakan tugas akhir yang wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa, dengan maksud untuk menguji kemampuan mahasiswa pada bidang yang lebih khusus. Oleh karenanya materi utama yang dibahas di dalam laporan skripsi harus lebih mendalam dibandingkan dengan materi lainnya. Berkaitan dengan masalah ini, apabila mahasiswa tertarik untuk mempelajari geologi struktur sebagai bahan skripsinya, maka pembahasan materi geologi struktur harus lebih detail dan mendalam dibandingkan dengan pembahasan struktur geologi di dalam laporan pemetaan geologi.

Berkaitan dengan masalah tersebut di atas, maka laporan skripsi dengan kajian khusus bidang geologi struktur geologi, di dalamnya harus mengerjakan : 1. Membuat peta kelurusan berdasarkan citra landsat, foto udara dan peta topografi. Hal ini perlu dilakukan sebagai dasar observasi di lapangan dan sebagai bahan analisis selanjutnya. Data kelurusan tersebut perlu ditampilkan juga dalam bentuk diagram mawar, dengan maksud untuk mengetahui arah umum jalur sesarnya. 2. Membuat peta lokasi ditemukannya gejala struktur, misalnya lokasi ditemukannya cermin sesar, lipatan seret, breksi sesar, milonit, bidang lapisan serta unsur pendukungnya berupa lokasi gawir sesar, mata air dsb. 3. Membuat tabel hasil pengukuran cermin sesar, bidang lapisan, bidang kekar dsb, di setiap lokasi pengukuran. 4. Membuat penampang struktur sesar di beberapa lintasan, dengan maksud untuk mengetahui gambaran struktur geologi secara lebih jelas lagi pada masing-masing lintasan yang akhirnya dapat memudahkan dalam menganalisis tektonik daerah penelitian secara menyeluruh. Misalnya apabila di dalam penampang struktur sesar tersebut di dominasi oleh sesar naik, maka pola struktur sesar tersebut termasuk ke dalam kelompok thrust system. Selanjutnya diidentifikasi apakah sistem sesar naik tersebut berjenis Imbricate atau Duplexes. Selanjutnya dengan penampang struktur sesar ini dapat ditentukan transport tektoniknya. Akhirnya dapat menjelaskan kedudukan masing-masing sesar naiknya, apakah sebagai Fore thrust atau back trhust, lebih detail lagi apakah sesar naik tersebut berjenis backlimb thrust atau forelimb thrust. Dengan cara ini akan lebih mudah menganalisis tektonik daerah penelitian secara lebih terpadu. 5. Menganalisis pembentukan struktur geologi berdasarkan konsep/teori yang sudah diakui (Dipublikasikan baik dari teks book maupun makalah), serta mengkaitkannya dengan lingkungan tektoniknya (Tektonik lempeng). H. Pembuatan Peta Data hasil pengamatan dan pengukuran unsur-unsur struktur geologi ditampilkan dalam peta kerangka geologi (untuk pemetaan geologi pendahuluan dan lanjut) atau peta lokasi pengukuran unsur struktur (untuk skrispsi dengan kajian khusus bidang struktur). Di dalam peta kerangka geologi yang lazim ditampilkan adalah hasil pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan, indikasi gejala pensesaran, simbol litologi dsb. Oleh karenanya peta ini sangat penting karena berisi informasi segala gejala geologi hasil penelitian lapangan. Ploting data unsur struktur seluruhnya harus ditampilkan dalam peta kerangka. Dalam hal ini apabila di dalam suatu lintasan pengamatan dijumpai singkapan yang rapat dan menerus maka sedapat mungkin data tersebut diplot ke dalam peta kerangka. Pada saat ini ada kendala untuk memplot data pengukuran unsur struktur sebanyak mungkin ke dalam peta kerangka, karena di dalam peta ini tidak hanya data struktur yang diplot namun simbol litologinyapun harus dicantumkan. Oleh karenanya perlu dibuat satu peta lagi yang khusus menggambarkan hasil pengukuran unsur struktur, yang dinamakan sebagai Peta Lokasi Unsur Struktur.

Peta lokasi unsur struktur ini menunjukan lokasi hasil pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan, data cermin sesar, gejala pensesaran berupa breksi sesar, milonit, mata air panas dsb. Peta lokasi struktur digunakan untuk merekontruksi pola jurus, dengan cara ini akan diketahui posisi dan jalur sumbu lipatan (jika ada) maupun jalur sesarnya. Lebih jauh lagi apabila dikompilasi dengan data stratigrafi dan paleontologi akan diketahui penyebaran batuannnya secara lateral. Pada saat ini hasil rekontruksi pola jurus ditampilkan dalam peta tersendiri yang dinamakan sebagai Peta Pola Jurus Perlapisan Batuan. Selama ini rekontruksi pola jurus yang dilakukan oleh mahasiswa tidak memperhatikan elevasi (topografi) sebagai dasar dalam koreksi topografi (ingat hukum V). Oleh karenanya hasil rekontruksi pola jurus hanya bersifat semu (karena ploting data jurus dan kemiringan lapisan batuan tidak pada tempat sebenarnya). Prosedur sebenarnya dalam merekontruksi pola jurus adalah dengan menyamakan kedudukan data pengukuran pada elevasi yang sama (Hal ini berlaku pula dalam pembuatan penampang geologi). Untuk kepentingan ini setiap data harus diproyeksikan pada level yang sudah ditentukan, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama (ingat waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas ini maksimal 3 semester). Oleh karenanya laboratorium geodinamik yang berkepentingan dalam masalah ini memutuskan untuk mengganti Peta Pola Jurus Perlapisan Batuan menjadi Peta Struktur. Peta struktur ini dibuat berdasarkan Peta Kerangka, Penampang struktur, stratigrafi dan umur batuan. Semua data pengukuran umsur struktur seluruhnya ditampilkan di dalam Peta Struktur (lihat contoh peta struktur pada lampiran). Peta Geologi merupakan tujuan utama dalam pemetaan geologi. Peta geologi ini merupakan hasil analisis data dari peta kerangka, peta struktur, penampang geologi, rekontruksi pola jurus, stratigrafi dan umur batuan. (Semua data pengukuran Peta Struktur ditampilkan dalam Peta geologi).

Diagram Roset Tujuan dari diagram ini adalah untuk mengetahui arah kelurusan umum dari data dengan satu parameter, misalkan bearing. Tabulasi data : data yang ada di masukkan dalam tabel dengan tujuan untuk mempermudah akan tetapi tabelnya berbeda dengan tabel diagram kipas. Gamb. Diagram Roset Histogram Tujuan diagram ini adalah untuk mengetahui kelurusan umum dari unsur struktur. Tabulasi data : sama dengan diagram kipas yaitu di masukkan dalam suatu tabel seperti diagram kipas.

Anda mungkin juga menyukai