Anda di halaman 1dari 9

OBSERVASI GEOLOGI

PATAHAN LEMBANG DAN GOA PAWON BANDUNG

Disusun Oleh:
Nama : Ana Mariana Ulfah Rahayu
NIM/Kelas

: 1112015000057/3.C

AZKA WIDADI MULYA


270110150134
KELAS C

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG

2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geologi berasal dari Yunani: ge-, "bumi" dan logos, "kata", "alasan", adalah Ilmu (sains)
yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses
pembentukannya.
Definisi; Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari
segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok
ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur,
proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di
Alam Semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga
sekarang. Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek,
mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang
ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari benda-benda
sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan rangkaian pegunungan.
Patahan adalah gejala retaknya kulit bumi yang tidak plastis akibat pengaruh tenaga
horizontal dan tenaga vertikal. Tenaga pembentuk daerah yang berstruktur patahan, adalah
tenaga endogen yang mengakibatkan kulit bumi bergerak mendatar dengan berlawanan arah
atau bergerak ke bawah atau ke atas, yang sering disebut dengan kekar, rekahan atau retakan
yang cukup besar.
Patahan Lembang terjadi karena adanya ledakan gunung api Sunda pada zaman Kuarter
kala Pleistosen (sekitar 500.000 tahun yang lalu) dimana ledakan tersebut menghasilkan
kekosongan penampung magmatis yang mengakibatkan batuan dari erupsi gunung api Sunda
patah atau sesar. Patahan Lembang membentang dari timur ke barat di kawasan sebelah Utara
Bandung. Jalur patahan ini jelas terlihat di sepanjang 25 km, yang dicirikan oleh kelurusan
untaian bukit-bukit, mulai dari daerah sebelah timur tempat pariwisata Maribaya sampai ke
daerah Cisarua-Cimahi di baratnya.
Gua atau goa merupakan satu lorong yang terdapat di perut bumi yang disebabkan oleh
faktor atau kekuatan alam. Goa memiliki sistem atmosfer yang selalu basah, lingkungan
dengan simplitas extern, serta suhu yang konstan, dan kesemuanya berlangsung dalam
kegelapan yang abadi.
Gua Pawon adalah sebuah tempat yang penting bagi orang Sunda karena di sana pernah
ditemukan kerangka manusia purba yang konon adalah nenek moyang orang Sunda (masih

diteliti di balai Arkeolog Bandung). Gua ini sebenarnya adalah sebuah situs purbakala yang
terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat,
atau sekitar 25 km arah barat Kota Bandung.
Namun, keberadaan Patahan Lembang dan Gua Pawon ini masih dianggap asing dan
kurang istimewa bagi warga Bandung dan para wisatawan. Patahan Lembang dianggap hanya
sebuah deretan bukit-bukit yang berbatu dan Gua Pawon bagi masyarakat itu hanya tempat
bernaung disela penambangan batu atau tempat bermain anak-anak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, penyusun merumuskan masalah pada Geologi Patahan
Lembang dan Gua Pawon tersebut, seperti sejarah dan proses pembentukannya serta struktur
di wilayah Patahan Lembang dan Gua Pawon tersebut.
C. Waktu dan Tempat
Observasi lapangan dilakukan pada:
Waktu
: Jumat, 20 Desember 2013
Tempat : Patahan Lembang dan Gua Pawon, Padalarang, Bandung.
D. Tujuan
Adapun tujuannya, yaitu:
a) Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dalam memahami karakteristik patahan dan
b)

Gua.
Memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam mendeskripsikan patahan dan sebuah
Gua di keadaan sebenarnya.

E. Kegunaan
Adapun kegunaannya, yaitu:
Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam penguasaan Bidang Geografi, khususnya
mengenai mata kuliah Geologi secara teori dan praktik lapangan dan data yang dihasilkan
menjadi data dasar, bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak terkait yang
membutuhkan informasi mengenai hal tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Patahan
Patahan adalah gejala retaknya kulit bumi yang tidak plastis akibat pengaruh tenaga
horizontal dan tenaga vertikal. Daerah retakan seringkali mempunyai bagian-bagian yang
terangkat atau tenggelam. Jadi, selalu mengalami perubahan dari keadaan semula, kadang

bergeser dengan arah mendatar, bahkan mungkin setelah terjadi retakan, bagian-bagiannya
tetap berada di tempatnya.
1. Horst (tanah naik) adalah lapisan tanah yang terletak lebih tinggi dari daerah sekelilingnya,
akibat patahnya lapisan-lapisan tanah sekitarnya.
2. Graben/slenk (tanah turun) adalah lapisan tanah yang terletak lebih rendah dari daerah
3.

sekelilingnya akibat patahnya lapisan sekitarnya.


Dekstral terjadi jika kita berdiri potongan yang berada di depan kita bergeser ke kanan.
Sinistral, jika kita berdiri di potongan sesar yang satu dan potongan di depan kita bergeser ke

4.

arah kiri.
Block mountain terjadi akibat tenaga endogen yang membentuk retakan-retakan di suatu
daerah, ada yang naik, ada yang turun, dan ada pula yang bergerak miring sehingga terjadilah
satu kompleks pegunungan patahan yang terdiri atas balok-balok litosfer.

B. Tenaga Pembentuk Patahan


Tenaga pembentuk daerah yang berstruktur patahan, adalah tenaga endogen yang
mengakibatkan kulit bumi bergerak mendatar dengan berlawanan arah atau bergerak ke
bawah atau ke atas, yang sering disebut dengan kekar, rekahan atau retakan yang cukup besar.
Kulit bumi mengalami sesar dimana patahan yang disertai dengan pergeseran kedudukan
lapisan yang terputus hubungannya (fault). Berdasarkan gerakan atau pergeseran kulit bumi
terdapat tiga macam sesar.
1. Dip slip fault, yaitu sesar yang tergeser arahnya vertikal (sesar vertikal), sehingga salah satu
dari blok terangkat dan membentuk bidang patahan.
2. Strike slip fault, yaitu sesar yang pergeserannya ke arah horisontal (sesar mendatar), sehingga
hasil dari aktivitas ini kadangkala dicirikan oleh kenampakan aliran air sungai yang
3.

membelok patah-patah.
Oblique slip fault, yaitu sesar yang pergeseran vertikal sama dengan pergeseran mendatar,
yang sering disebut sesar miring (oblique). Pergeseran kulit bumi pada tipe ini membentuk
celah yang memanjang, kalau terjadi di dasar laut/samudera terbentuk palung laut, dan bila di
daratan bias berupa ngarai.

C. Hubungan Gerakan Tektonik dan Patahan Lembang


Gempa bumi tektonik merupakan salah satu fenomena geologi yang sudah populer karena
sering terjadi di Indonesia. Salah satu sebab yang dapat menimbulkan gempa bumi tektonik
adalah adanya gerakan oleh litosfer bumi. Teori yang menyebutkan peristiwa ini adalah teori
tektonik lempeng, yang menjelaskan pergerakan skala besar yang dilakukan litosfer bumi
dengan bukti-bukti. Lapisan litosfer tersebut terdiri dari dua lapisan, yaitu kerak bumi dan
mantel bumi. Di bumi terdapat 7 lempeng tektonik utama dan banyak lempeng yang lebih
kecil. Lempeng-lempeng ini terdapat di atas astenosfer. Lempeng tersebut memiliki gerak

relatif, yaitu saling bertumbukan (konvergen), saling menjauh (divergen) dan menyamping
(transform). Indonesia banyak mengalami gempa bumi, tsunami, aktivitas vulkanik,
pembentukan palung samudra, banyaknya gunung dan pegunungan, dan sesar atau patahan.
Alfred Weegner pada tahun 1912 mengembangkan hipotesis Pergeseran Benua, yang
mengemukakan bahwa benua-benua yang ada saat ini merupakan pelepasan dari benua yang
dulunya hanya satu bentangan benua yang disebut Pangea. Teori ini semakin diperkuat oleh
Arthur Holmes, geolog Inggris, yang membuktikan teorinya bahwa arus konveksi di dalam
mantel bumi adalah kekuatan penggerak yang menyebabkan terlepasnya benua yang disebut
Pangea menjadi benua-benua yang ada saat ini. Lalu semakin diperkuat dengan penelitianpenelitian selanjutnya yang dilakukan para ilmuwan dari waktu ke waktu, seperti Harry
Hammond Hess dan Ron G. Mason.
Lempeng yang terdapat dalam bumi memiliki 2 jenis, yaitu lempeng benua dan lempeng
samudra. Lempeng samudra dapat disebut dengan sima, dari kata silikat-magnesium, bahan
yang dikandungnya. Sedangkan lempeng benua disebut dengan sial, yang mengandung silikat
dan aluminium.
Pegunungan yang terjadi akibat gerakan kerak bumi (litosfer) dapat berupa pelipatan atau
patahan. Lipatan dan patahan termasuk dalam gerak orogenesa, yang termasuk dalam proses
diastropisme. Proses diastropisme tersebut dapat menyebabkan kerak bumi retak, terlipat
bahkan patah. Sehingga gerak orogenesa dapat mengakibatakan tanah runtuh atau terpisah
dengan lainnya. Selain itu, gerak orogenesa juga menjadi faktor terbentuknya lembah.
Pegunungan dan lembah merupakan hasil dari proses lipatan kerak bumi yang melahirkan
bagian sinklinal (lembah) dan antiklinal (pegunungan). Sedangkan patahan akan
menimbulkan horst dan graben.
Ditemukan banyak gunung, pegunungan dan palung samudra yang tedapat di Indonesia
karena ditemukannya 3 lempeng utama yang melewati wilayah Indonesia, yaitu lempeng
Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Oleh sebab itu, di Indonesia sering
terjadi gempa, tsunami dan gejala alam lainnya yang disebabkan oleh pergeseran lempeng
benua dan lempeng samudra tersebut. Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia telah
membentuk deretan gunung berapi di Indonesia, antara lain adalah Bukit Barisan, Gununggunung api di Pulau Jawa, Bali dan Lombok serta parit samudra Jawa (Sunda).
Seperti yang terjadi di Bandung pada 24 September 2000, terjadi gempa dengan kekuatan
kurang dari 5 skala richter, diduga karena adanya gerakan patahan di daerah tersebut, yaitu
patahan Lembang. Patahan tersebut dikatakan aktif bergerak karena adanya gerak tektonik
oleh lempeng samudra dari selatan berjalan ke utara.
Proses pergeseran lempeng bumi tersebut yang mengakibakan lahirnya patahan Lembang
dan gunung baru di Bandung terbentuk sekitar zaman kuarter kala pleistosen awal sampai

tengah, yaitu 500.000 sampai 125.000 tahun yang lalu. Sejarahnya, dahulu tempat ini
merupakan sebuah danau yang kemudian terjadi proses sedimentasi menyebabkan kawasan
tersebut menjadi daerah cekungan. Lalu, terjadilah pergerakan lempeng tektonik yang
menyebabkan naiknya sebagian permukaan bumi tersebut sehingga menyebabkan tempat itu
mengalami sesar atau patahan yang dinamakan patahan Lembang. Ketinggian Patahan
Lembang adalah 1.340 mdpl. Titik lintangnya adalah 6 049,821 menit dan titik bujur
107038,161 menit.
Adanya pergerakan lempeng tektonik tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan bentuk
muka bumi, terutama di daerah Bandung. Jika dilihat melalui foto udara, maka Bandung akan
terlihat seperi cekungan yang dapat dinamakan Cekungan Bandung. Sedangkan akibat
lainnya adalah, subsduksi lempeng tektonik bumi, antara lempeng Samudra Hindia dan
lempeng Kontinen Asia menghasilkan bentuk muka bumi di Lembang menjadi patahan.
Patahan Lembang membagi aliran sungai yang mengalir di daerah tersebut menjadi dua
aliran. Dua daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut
Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia.
Sebenarnya, jenis pergerakan patahan ini pun masih menjadi perdebatan. Sebagian orang
berpendapat bahwa patahan ini adalah adalah patahan geser atau setidaknya memiliki
komponen geser yang lebih dominan. Pendapat ini didasarkan pada offset alur-alur sungai
yang terpotong oleh patahan ini. Namun ketidakkonsistenan arah offset, yang mana beberapa
alur sungai terlihat tertarik ke kanan sementara sebagian yang lain ke kiri memunculkan
silang pendapat. Tjia (1968) berpendapat bahwa Patahan Lembang adalah patahan geser
menganan (right-lateral). Menurutnya, alur-alur sungai yang terlihat tergeser mengiri (left
lateral strike slip) disebabkan oleh peristiwa pembajakan sungai (river piracy).
Natawidjaja & Setyowidarto (komunikasi lisan) belum dapat menyimpulkan secara pasti
tentang jenis pergerakan Patahan Lembang (apakah mengalami pergeseran mengiri atau
menganan) dan hanya memberikan alternatif panjang offset jika patahan ini dianggap
bergeser mengiri dan jika diangap bergeser menganan. Sebagian lagi berpendapat bahwa
Patahan Lembang memiliki komponen pergerakan vertikal yang lebih dominan (dip-slip)
dimana blok di utara garis patahan relatif turun terhadap blok selatannya.
D. Gua
Gua atau Goa merupakan satu lorong yang terdapat di perut bumi yang disebabkan oleh
faktor atau kekuatan alam. Goa memiliki sistem atmosfer yang selalu basah, lingkungan
dengan simplitas extern, serta suhu yang konstan, dan kesemuanya berlangsung dalam
kegelapan yang abadi.

Goa Pawon terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Kabupaten
Bandung, atau sekitar 25 km arah barat Kota Bandung. Lokasi penemuan terletak tidak jauh
dari sisi jalan raya yang menghubungkan Bandung-Cianjur dan kota-kota lainnya di sebelah
barat.
Disebut Goa Pawon karena lokasi temuan berada di dalam goa kars yang terletak di sisi
tebing bukit kars Gunung Masigit yang oleh penduduk setempat dinamakan Goa Pawon.
Dalam bahasa Sunda, pawon artinya sama dengan dapur. Jika diukur dengan permukaan
tanah terendah di daerah itu yang diperkirakan merupakan dasar danau.
Goa ini merupakan satu-satunya goa gamping yang letaknya paling dekat dengan kawasan
yang sebelumnya merupakan sisi barat Situ Hyang. Keberadaannya, sebelumnya pernah
dilaporkan Kusumadinata dalam Riwayat Geologi Dataran Tinggi Bandung (1969). Di dalam
goa, ia menemukan banyak batuan dengan bentuk-bentuk yang aneh-aneh, seperti busurbusur besar dan blok-blok raksasa yang menggantung. Tetapi sebegitu jauh tidak ditemukan
bukti keberadaan manusia yang pernah tinggal di sana. Kecuali timbunan sedimen dan
timbunan kotoran kelelawar yang sejak lama menjadi penghuni tetap goa tersebut.
Goa pawon berada pada salah satu sisi tebing curam Pasir Pawon. Tingginya sekitar
720 meter di atas permukaan laut. Tempat itu bisa dicapai malalui jalan setapak sejauh kurang
lebih 300 meter. Puncak Pasir Pawon merupakan taman batu dan sekaligus tempat paling
indah di kawasan kars Padalarang. Dinamakan taman batu karena tegakan-tegakan batu
dengan relief kasar yang bertebaran, mirip dengan puing-puing yang menghias puncak bukit
itu. Melihat bentuk dan ukurannya tidak sama, pasti akan membangkitan rasa penasaran siapa
pun yang ingin memahami kawasan itu sebagai bagian dari sejarah Geologi Dataran Tinggi
Bandung.
Dugaan goa tersebut pernah dihuni manusia prasejarah pertama kali disampaikan
Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRBC). Ketika itu, sekitar dua tahun lalu, sekelompok
geolog muda yang terdiri dari Eko Yulianto, Budi Brahmantyo, Johan Arief, T. Bachtiar, dan
dibantu oleh Sujatmiko melakukan penelitian endapan danau Bandung Purba.
Pada mulanya mereka hanya meneliti endapan Danau Bandung Purba di Sungai Cibukur.
Namun temuannya yang dianggap menarik telah mendorong penelitian dilanjutkan ke Goa
Pawon yang letaknya berdekatn. Ternyata pada sedimen goa tersebut, ditemukan artefakartefak berupa kepingan tulan vertebrata dan beberapa jenis moluska darat. Berdasarakan
temuan dalam panggalian yang dilakukan Balai Arkeologi (Balar) Bandung pada bulan
Oktober 2003, arkeolog Drs. Lutfi Youndri M. Hum. menyimpulkan, Goa Pawon memiliki
multi fungsi. Selain sebagai tempat hunian, goa tersebut dijadikan tempat penguburan. Hal ini

dibuktikan berdasarkan penggalian yang dilakukan pada kedalaman dua meter dari
permukaan tanah, ditemukan berbagai peralatan yang terbuat dari bahan obsidian, jasper dan
kelsedon, alat tulang dan taring berupa lancipan dan spatula, perkutor, sisa-sisa moluska,
jejak perhiasan dari gigi ikan (hiu), dan taring hewan yang meliputi sekitar 20.250 serpihan
tulang belulang dan 4.050 serpihan batu.
Akan tetapi, luar biasa, pada kedalaman 80 sentimeter ditemukan fosil tengkorak manusia.
Selanjutnya pada kedalaman 1.20 meter ditemukan fosil tulang kerung dan telapak kaki
manusia. Temuan kerangka manusia ini memiliki nilai informasi arkeologi yang bisa dipakai
untuk menafsirkan keberadaan manusia prasejarah yang diduga pernah tinggal di sekitar
Dataran Tinggi Bandung.
Goa Pawon yang terletak pada kawasan kars Padalarang, menurut geolog Hanang
Samodra, merupakan kompleks goa fosil yang bertingkat dengan gejala peruntuhan dan
pelarutan yang membentuk beberapa lubang atau sumuran tegak (shaft) sedalam belasan
meter. Sedimen di dalam goa yang tebalnya lebih dari tiga meter bercampur dengan endapan
fosfat quano.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.

Observasi
Dalam bab Lempeng Tektonik yang terdapat pada mata kuliah Geologi, penyusun
melakukan penelitian yang bersifat observasi lapangan ke Patahan Lembang dan Goa Pawon
di Padalarang Kabupaten Bandung. Pada penelitian kali ini penyusun mengkaji mengenai
bentuk atau struktur, sejarah dan proses pembentukan Patahan Lembang dan Goa Pawon.

B. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan

pada hari Jumat tanggal 20 Desember 2017. Jalan

Lembang dan Desa Cipatat Kecamatan Padalarang, Bandung. Dimulai pukul 14.00 18.00
WIB.
2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Patahan Lembang dan Goa Pawon Padalarang Bandung.


3. Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah struktur patahan Lembang dan bentukan-bentukan
Goa Pawon serta vegetasinya.
C.

Teknik Pengumpulan Data


Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh penyusun yang didampingi oleh dosen
pembimbing. Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu penelitian dan
mengamati secara langsung, kemudian mencatat kejadian dan proses pembetukannya yang
terjadi pada keadaan sebenarnya pada saat itu.
Observasi dilakukan selama proses penelitian dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir.
Setiba di Jalan Raya Lembang pukul 14.00 WIB, peneliti menelusuri jalan menanjak dan
bebatuan menuju puncak Patahan Lembang. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah materi
yang diberikan oleh dosen pembimbing sambil mengamati struktur patahan Lembang dan
tahap akhir adalah dokumentasi. Begitupun saat pengamatan di Goa Pawon, peneliti tiba
disana pukul 17.00 WIB. Kegiatan pertama adalah materi dari dosen pembimbing dan juru
bicara (kuncen) Goa Pawon lalu dilanjutkan dokumentasi. Dalam observasi ini lebih banyak
mengamati struktur atau bentukan-bentukan dari Patahan dan Goa. Observasi ini memiliki
keterbatasan dalam mencari data karena waktu sangat terbatas. Untuk itu diharapkan untuk
observasi berikutnya waktu yang digunakan akan lebih panjang lagi.

Anda mungkin juga menyukai