Anda di halaman 1dari 12

KONDISI GEOLOGI GUNUNG DEMPO BERDASARKAN ANALISA

MORFOSTRUKTUR DAN MORFOSTRATIGRAFI MENGGUNAKAN CITRA SRTM


DAN GOOGLE EARTH

M. Alhafiq Wahyu Nabillah (111.150.014)*1)


1)
Mahasiswa Kelas A Volkanologi, Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta
Jalan SWK 104 (Lingkar Utara), Condongcatur, Depok, Sleman, DIY
*alhafiqmuhammad@gmail.com

ABSTRAK
Gunung Dempo merupakan salah satu gunung api Kuarter aktif di Pulau Sumatera. Gunung
yang secara administrasi terletak di perbatasan Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu ini
secara geologi menarik dan layak untuk diteliti. Posisi Gunung-gunung Api Sumatera
termasuk Dempo yang berada dekat Zona Sesar Sumatera Segmen Musi dan Segmen Manna
serta memiliki pola penyebaran yang paralel dengan Sesar tersebut menjadikan pertanyaan
apakah kedua objek geologi ini berhubungan satu sama lain dan apakah ada keterkaitan
antara proses pensesaran tersebut dengan aktivitas vulkanisme Gunung Dempo. Data
Geologi Gunung Dempo yang sangat minim, menjadikan pengkajian dan penelitian geologi
Gunung Dempo dirasakan perlu dilakukan lebih intensif. Pada penelitian ini dilakukan
analisa morfostruktur dan morfostratigrafi menggunakan citra SRTM dan Google Earth
untuk mendapatkan gambaran mengenai kontrol struktur baik secara regional maupun lokal
dan tatanan stratigrafi Gunung Dempo.

Kata Kunci : Gunung Dempo, Morfostruktur, Morfostratigrafi, Sesar Sumatera

1. Pendahuluan
1.1. Gunung Dempo
Gunung Dempo terletak di perbatasan provinsi Sumatera Selatan dan
provinsi Bengkulu tepatnya di Kota Pagaralam. Gunung Dempo terletak di kota
Pagaralam, dengan jarak tempuh darat sekitar 7 jam dari Palembang, ibukota
provinsi Sumatera Selatan. Gunung Dempo merupakan gunungapi tertinggi di
Sumatera Selatan yang terletak di antara pegunungan bukit barisan dan Gumai.
Puncak tertinggi disebut Puncak Merapi dengan ketinggian 3173 m dpl ataun 2900 m
di atas dataran tinggi Pasumah.

Gunung Dempo merupakan gunung bertipe stratovolcano dengan tipe letusan freatik
yaitu letusan yang terjadi akibat magma yang mengalami kontak dengan air tanah
sehingga menghasilkan uap bertekanan tinggi yang memicu erupsi dengan diiringi
banjir lumpur atau lahar dan hujan abu. Secara tektonik, merupakan hasil proses
subduksi di Barat Sumatera dan terletak dekat dengan Zona Sesar Sumatra seperti
gunung-gunung di Sumatera lainnya.

G. Dempo

Gambar 1. Peta Tektonovolkanik Sumatera (Hennings et al, 2012)


G. Dempo

Gambar 2. Ilustrasi Gunung Api dan Jalur Sesar Sumatera (Mashuri, 2013)

G. Dempo

Gambar 3. Peta Kelurusan Struktur Geologi Sumatera Selatan (Pulunggono, 1992)

1.2. Morfostratigrafi
Satuan morfostratigrafi merupakan penggolongan stratigrafi dengan cara
mengelompokkan batuan dan endapan berdasarkan kenampakan morfologinya, bentang
alam dari endapan maupun batuan gunung api dari berbagai fase erupsi secara berturut –
turut yang akan saling tindih menindih, sehingga mempunyai nilai stratigrafi (hubungan
lapisan satu terhadap lapisan lain). Dibagi menjadi 3 satuan yaitu :
 Morfonit (morphonit : morphological unit) merupakan bagian dari morfoset, yaitu
suatu bentang alam yang mencirikan suatu batuan tertentu dan biasanya dibedakan
satu dengan yang lainya seperti lava, breksi atau tuff.
 Morfoset (morphochet : morphological and facet) adalah suatu bentang alam yang
tersusun dari suatu endapan atau komplek endapan gunungapi hasil dari erupsi atu
fase erupsi, yang mempunyai ciri-ciri bentang alam tertentu, yang dapat dibedakan
dengan bentang alam yang tersusun dari suatu endapan atau komplek endapan
gunungapi hasil erupsi atau fase erupsi sebelumnya, sesudahnya atau sistem
gunungapi lainnya.
 Morfotem (morphotem : morphological system) adalah suatu bentang alam yang
dihasilkan oleh suatu rangkaian proses atau sistem gunungapi. Merupakan gabungan
dari beberapa morfoset yang membentuk bentang alam tertentu.

1.3. Morfostruktur
Morfostruktur adalah analisa struktur geologi berdasarkan kenampakan morfologi.
Cerminan dari adanya struktur geologi adalah kelurusan geologi. Kelurusan geologi
(lineaments) adalah cerminan morfologi yang teramati dipermukaan bumi sebagai hasil
dari aktifitas gaya geologi dari dalam bumi. Batasan kelurusan geologi disini adalah
sebuah bentukan alamiah yang direpresentasikan oleh keunikan geomorfologi seperti
kelurusan punggungan, kelurusan lembah, kelurusan sungai, kelurusan yang disebabkan
oleh sesar – sesar baik itu sesar normal, naik, maupun mendatar.

Analisa kelurusan gunungapi bertujuan untuk menentukan pola penyebaran gunungapi,


berdasarkan kelurusan-kelurusan yang dibentuknya. Pola-pola ini terjadi akibat adanya
celah-celah atau rekahan-rekahan yang ada didalam kerak bumi yang berhubungan erat
dengan struktur geologi daerah, baik secara lokal maupun regional. Celah - celah ini
merupakan bidang lemah yang mudah diterobos magma
Kuenen (1945) yang banyak meneliti pola kelurusan gunungapi di Indonesia mempunyai
anggapan bahwa :
 Susunan lurus gunungapi tersebut berhubungan erat dengan rekahan-rekahan tektonik
atau disloksi lainnya.
 Pada tubuh suatu gunungapi, tekanan magmatis yang naik melalui lubang kepundan
akan berkembang memencar.
 Gunungapi mungkin saja akan menempati perpotongan dua atau lebih rekahan yang
ada, sehingga gunungapi tersebut relatif lebih aktif dibanding dengan lainnya yang
berada dalam satu kelurusan.
 Pusat-pusat letusan kelompok gunungapi di dunia memperlihatkan jarak (spacing)
yang sistematik.
Kuenen (1945) juga mengelompokkan rekahan atau celah yang menyebabkan terjadinya
aktifitas gunungapi menjadi 2, yaitu :
 Rekahan sayap yang terjadi pada tubuh gunungapi itu sendiri.
1. Rekahan radial (radial fissures), diartikan sebagai hasil injeks magma berbentuk
siil yang menerobos tubuh gunungapi atau lapisan batuan di sekitarnya dan diikuti
oleh “pencungkilan” kerak bumi dan berakhir dengan pembentukan rekahan.
2. Rekahan tangensial (tangensial fissure), merupakan perkembangan suatu sesar
atau rekahan tension yang melalui suatu daerah pra-gunungapi.
3. Rekahan konsentris (concentric fissure), merupakan pencerminan suatu aktivitas
dalam bentuk dyke dari suatu pelepasan tekanan waduk magma.
 Rekahan pada batuan dasar (basement) tempat gunungapi tersebut berada.
Kear (1964) menggolongkan kelurusan gunungapi menjadi 3 jenis, yaitu :
 Garis memencar dari lubang kepundan, yang lebih kurang mencerminkan adanya
tegangan dari dalam bumi.
 Garis yang melalui pusat gunungapi, ditafsir berhubungan dengan pensesaran di
bagian dalam bumi yang kemudian berkembang menjadi suatu celah.
 Garis yang melalui pusat gunungapi secara regional, mencerminkan adanya rekahan
besar di dalam bumi, yang berfungsi sebagai saluran magma,yang kemudian
berkembang menjadi sistem pensesaran di dekat permukaan.

2. Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah dengan melakukan kajian pustaka dari berbagai sumber
meliputi penelitian sebelumya dan peta geologi regional dan kemudian melakukan
analisa morfologi pada citra SRTM dan Google Earth. Analisa meliputi morfostruktur
dengan menarik kelurusan morfologi berupa lembah, puncak, punggungan, lereng dll,
serta analisa morfostratigrafi dengan mengamati perbedaan rona dan pola penyebaran
serta tumpang tindih morfologi
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Morfostruktur
3.1.1. Kelurusan Makro

Gambar 4. Hasil Interpretasi Kelurusan Makro Gunung Dempo

Secara regional, posisi Gunung Dempo berada pada pola kelurusan umum gunung api
di Pulau Sumatra yaitu relatif Barat Laut-Tenggara dan paralel terhadap arah Sesar
Sumatera. Di bagian Tengah-Selatan Pulau Sumatera terdapat beberapa gunung api
yang mengikuti pola kelurusan ini yaitu Gunung Kaba, Masurai, Kerinci, Marapi dan
Singgalang. Perbedaannya adalah tidak semua gunung api berada tepat di jalur Sesar
Sumatra, termasuk Dempo, posisinya relatif berada di sebelah Timur Laut dari
pertemuan Segmen Musi dan Segmen Manna. Sedangkan di tempat lain, terdapat
gunung api yang berada di jalur Sesar Sumatra, misalnya Gunung Kaba yang berada di
pertemuan Segmen Ketahun dan Musi serta Marapi-Singgalang yang dilewati oleh
Segmen Sianok.
Menurut K. Kusumadinata (1979), Gunungapi Dempo tumbuh didalam suatu zona
depresi yang diakibatkan oleh kegiatan tektonik regional Pulau Sumatra pada Kala Plio-
Plistosen, yaitu zona lemah tempat pertemuan antara sesar mendatar Semangko, yang
berarah barat laut – tenggara dengan sesar yang bearah timur laut – barat daya. Diduga
dari titik perpotongan sesar ini terbentuk zona lemah yang memungkinkan naiknya
magma ke permukaan bumi dan tumbuhlah Gunungapi Dempo. Sedangkan Westerveld
(1994) menduga kehadiran gunung api strato andesit basaltis di Sumatra berhubungan
dengan patahan memotong sumbu geantiklin, seperti halnya diusulkan Taverne (1926)
untuk pulau Jawa. Namun hubungan ini tidak jelas. Gunung api strato berkomposisi
basaltis sampai intermediate biasanya berada di puncak geantiklin dengan distribusi
tidak beraturan. Di Pulau Sumatra, beberapa Gunung api terletak di sebelah Barat atau
Timur Zona Sesar Sumatra sehingga pembentukannya tidak bisa digeneralisasi
berhubungan dengan Sesar Sumatra. Kemungkinan di tempat-tempat tersebutlah lokasi
paling sesuai untuk terbentuknya gunung api (berkaitan dengan posisinya terhadap jalur
subduksi) atau mungkin juga pengaruh struktur geologi lokal yang terpisah dari Sesar
Sumatra. Menurut penulis, untuk Gunung Dempo, dua kemungkinan terakhir menjadi
lebih relevan.

3.1.2. Kelurusan Meso

Gambar 5. Hasil Interpretasi Kelurusan Meso Gunung Dempo


 Kelurusan Barat-Timur dengan Bukit Mandiangin di sebelah Barat. Pada Peta
Geologi Lembar Manna-Enggano (T.C. Amin dkk, 1993), bukit ini dulunya adalah
gunung api aktif yang berkomposisi mirip dengan Dempo sekarang yaitu Andesit-
Basaltik, keduanya berumur Holosen namun pada kolom stratigrafi Bukit Mandiangin
berada di bawah (lebih tua) dari Gunung Dempo. Dengan kawah-kawah di Gunung
Dempo juga memiliki kelurusan Barat-Timur (dibahas di kelurusan mikro), ada
kemungkinan bahwa dulunya bukit ini merupakan pusat erupsi yang lebih awal,
sebelum aktivitasnya berhenti dan pusat erupsi berpindah lebih ke Timur dan bergerak
terus hingga ke posisi pusat erupsi sekarang (Gunung Dempo).
 Kelurusan Utara-Selatan yang memotong Bukit Mandiangin dan Utara Barat Laut-
Selatan Tenggara yang memotong Gunung Dempo. Perlu diselidiki lebih lanjut
apakah kedua kelurusan ini merupakan ekspresi dari tektonik regional atau regangan
akibat proses vulkanisme gunung itu sendiri.
 Kelurusan Barat Laut-Tenggara di sebelah Barat yang merupakan Sesar Sumatra
Segmen Musi, dapat dilihat bahwa Gunung Dempo tidak berada pada zona sesarnya,
namun kelurusan yang berada di sekitar gunung ataupun yang memotong tubuh
gunung dimungkinkan terbentuk karena pengaruh shearing stress yang ditimbulkan
oleh pergerakan menganan sesar tersebut.

3.1.3. Kelurusan Mikro

Gambar 6. Hasil Interpretasi Kelurusan Mikro Gunung Dempo


 Kelurusan Barat-Timur pusat-pusat erupsi. Menurut Kuenen (1945) pusat-pusat
letusan kelompok gunungapi di dunia memperlihatkan jarak (spacing) yang
sistematik, dapat dilihat bahwa pusat erupsi di Gunug Dempo juga berpindah dengan
jarak yang relatif hampir sama (sistematik). Pusat erupsi sekarang berada pada bagian
paling Timur, sehingga diinterpretasikan bahwa pusat erupsi telah berpindah dari
awalnya di bagian paling Barat menuju ke pusat erupsi sekarang di bagian paling
Timur, hal ini mirip dengan perpindahan pusat erupsi di Gunung Kaba yang juga
Barat-Timur. Seperti telah dibahas sebelumnya, hubungan dengan pusat erupsi di
Bukit Mandiangin bersifat sangat interpretatif dan membutuhkan data pendukung
yang lebih banyak. Perpindahan pusat erupsi ini dapat dihubungkan dengan
kemungkinan adanya sesar berarah Barat-Timur yang berpotongan dengan sesar
berarah Utara-Selatan, dimana pola ini merupakan pola umum di Cekungan Sumatra
Selatan, yaitu pola Lematang, Musi dan Kepayang (Barat-Timur) dan Benakat,
Palembang (Utara-Selatan), menurut Pulunggono (1992). Namun pengkaitan ini lagi-
lagi kurang kuat mengingat dari beberapa literatur tidak ditemukan pola-pola
kelurusan yang berpotongan tepat di posisi Gunung Dempo sekarang.
 Kelurusan yang melingkari tubuh gunung api. Menurut Kear (1964) garis memencar
dari lubang kepundan mencerminkan adanya tegangan dari dalam bumi. Kelurusan ini
diinterpretasikan merupakan hasil tegangan dari aktivitas vulkanisme Gunung Dempo
karena bersifat tidak menerus, berhenti di bagian mulut kawah dan tidak memotong
kawah.
 Kelurusan yang membentuk morfologi gawir di bagian Barat Laut. Morfologi ini
tidak memotong Kawah sekarang sehingga diinterpretasikan terbentuk lebih dahulu.
Morfologi yang melingkar di bagian Selatan mengindikasikan bahwa struktur ini
merupakan bekas dinding kawah lama.
 Kelurusan berarah Barat Laut-Tenggara yang melewati kawah. Menurut Kear (1964)
garis yang melalui pusat gunungapi, ditafsir berhubungan dengan pensesaran di
bagian dalam bumi yang kemudian berkembang menjadi suatu celah. Menurut
Kuenen (1945), kelurusan ini dapat digolongkan sebagai rekahan sayap dengan jenis
rekahan tangensial karena terjadi pada tubuh gunung api dan kemungkinan
merupakan perkembangan sesar atau rekahan tensional.
3.1.4. Arah Tegasan
Penentuan arah tegasan dan jenis kekar yang terbentuk harus dengan prinsip bahwa
tidak semua kelurusan baik sesar ataupun sesar terbentuk oleh regime tektonik yang
sama, sehingga tidak bisa digeneralisasi semua kelurusan diakibatkan oleh tegasan
yang sama. Kelurusan Barat-Timur pusat-pusat erupsi diinterpretasikan sebagai
Release Joint karena sifat rekahan yang terbuka sehingga diasumsikan bisa menjadi
jalan untuk magma naik ke permukaan. Dengan demikian dapat diasumsikan juga
bahwa kelurusan yang berarah Utara-Selatan merupakan perkembangan dari
Extension Joint dan yang berarah Timur Laut-Barat Daya serta Barat Laut-Tenggara
sebagai Shear Joint. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tegasan utamnya berarah
Utara-Selatan

3.1.5. Posisi dan Jenis Pusat Erupsi


Posisi pusat erupsi berada pada bagian puncak Gunung Dempo sehingga pusat erupsi
yang serakang termasuk jenis Terminal. Pusat erupsi lama yang sekarang berada pada
bagian lereng Utara diinterpretasikan juga berjenis Terminal karena adanya morfologi
gawir yang mengelilingi pusat erupsi ini sehingga diduga duylua pusat erupsi berada
di bagian puncak juga. Sedangkan pusat erupsi lama yang berada paling Barat diduga
merupakan jenis Subterminal karena tidak ditemukan indikasi bekas kawah yang
menandakan bahwa dulunya pusat erupsi ini adalah puncak gunung.

3.2. Morfostratigrafi

6 3
2

5 1

4
1

Gambar 7. Hasil Interpretasi Morfostratigrafi Gunung Dempo


3.2.1. Morfotem Gunung Dempo
 Morfoset Lereng Utara
o Morfonit Endapan Abu-Lapili 2
o Morfonit Aliran Piroklastik
o Morfonit Jatuhan Piroklastik
o Morfonit Endapan Abu-Lapili 1
 Morfoset Gawir Utara
o Morfonit Batuan Piroklastik
o Morfonit Jatuhan Piroklastik
 Morfoset Gawir Barat Laut
o Morfonit Lava
o Morfonit Batuan Piroklastik
o Morfonit Jatuhan Piroklastik

3.2.2. Urutan Stratigrafi (dari tua ke muda)


1. Batuan Piroklastik
2. Lava
3. Endapan Abu-Lapili 1
4. Jatuhan Piroklastik
5. Aliran Piroklastik
6. Endapan Abu-Lapili 2

4. Kesimpulan
 Morfostruktur Gunung Dempo terdiri atas kelurusan makro yaitu Gunung Dempo
berada pada pola kelurusan umum gunung api di Pulau Sumatra yaitu relatif Barat
Laut-Tenggara dan paralel terhadap arah Sesar Sumatera. Di bagian Tengah-
Selatan Pulau Sumatera terdapat beberapa gunung api yang mengikuti pola
kelurusan ini yaitu Gunung Kaba, Masurai, Kerinci, Marapi dan Singgalang.
Kelurusan meso yaitu kelurusan dengan Bukit Mandiangin, dan kelurusan mikro
dengan adanya beberapa pola kelurusan (Utara-Selatan, Barat-Timur dan Barat
Laut Tenggara).
 Tegasan Utama berarah Utara-Selatan
 Jenis pusat erupsi adalah Terminal dan Subterminal
 Morfostratigrafi terdiri atas Morfoset Lereng Utara, Gawir Utara dan Gawir Barat
Laut dengan urutan stratigrafi Morfonit dari tua ke muda : Batuan Piroklastik,
Lava, Endapan Abu-Lapili 1, Jatuhan Piroklastik, Aliran Piroklastik dan Endapan
Abu-Lapili 2.
 Meskipun menurut beberapa peneliti Gunung Dempo terbentuk akibat
perpotongan dari dua pola sesar dengan arah berlainan, namun berdasarkan
analisa yang dilakukan, argumen ini masih perlu dibuktikan lagi dengan analisa
struktur geologi yang lebih komperhensif.

Ucapan Terima Kasih


Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Eko Teguh Paripurno, MT sebagai
dosen pengampu mata kuliah Volkanologi, Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta
sebagai sumber ide dan inspirasi serta pengetahuan dalam pembuatan paper ini.

Daftar Pustaka
Alzwar, Muzil dan Jonathan Tarigan. 1981. Vulkanologi Umum. Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta
Hardjono, Imam. 2015. Vulkanologi dan Mineralogi Petrografi. MUP UMS.
Kadarsetia dkk. 1989. Laporan Pemetaan Geologi G.Dempo, Kabupaten Lahat - Sumatera
Selatan. Direktorat Vulkanologi.
K. Kusumadinata. 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Direktorat Vulkanologi.
Pulunggono dkk. 1992. Pre-Tertiary and Tertiary Fault systems as a framework of the South
Sumatera Basin. IPA 13th Annual Convention, 121-143.

Anda mungkin juga menyukai