BAB I
PENDAHULUAN
Stratigrafi adalah cabang ilmu Geoogi yang mempelajari tentang strata suatu
lapisan batuan dengan meninjau aspek kerangka ruang dan waktu. Matakuliah
Stratigrafi ini adalah salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh pada proses
fieltrip ke Daerah Desa Anduna Kec. Laeya Kab. Konawe Selatan Provinsi
Sulawesi Tenggara ini adalah salah satu kegiatan untuk menambah wawasan Ilmu
Geologi.
Stratigrafi dalam arti luas adalah ilmu yang membahas aturan, hubungan dan
berbagai cara, untuk mempermudah pemerian, aturan dan hubungan batuan yang
satu terhadap lainnya. Kelompok bersistem tersebut di atas dikenal sebagai Satuan
Stratigrafi.
Batuan tersebut terbentuk secara proses fisika, kimia, dan biologi yang
Alat dan bahan yang digunakan pada fieldtrip Stratigrafi ini adalah sebagai
berikut
arah penggambaran
batuan
diambil
1.4 Metode
Metode yang digunakan pada Fieldtrip stratigrfi ini adalah sebagai berikut
4
Waktu keberangkatan fieldtrip Stratigrafi yaitu Jumat sore pukul 16.00 WITA
dimulai dari kendari tepatnya di jurusan teknik geologi menuju Balai Desa Anduna
kec. Laeya , kab. Konawe Selatan dengan jarak tempuh ± 40 KM dengan lama
perjalana sekitar ±1 jam sampai pada balai desa anduna sekitar 18.00 WITA.
Sekitar jam 8 pagi dari camp menuju stasiun lokasi pengamatan yang terletak
di daerah sungai di Desa Anduna, menempuh waktu sekitar 10 menit dari Camp
lama waktu pengamata selama ± 8 jam dan kembali ke Camp pada pukul 16.00
WITA
Dari Camp balai desa Anduna kec. Laeya. Kab. Konawe selatan pada pukul
±15.00 Wita pulang menuju Kendari tepatnya di Jurusan Teknik Geologi sampai
1.6 Manfaat
Manfaat dari diadakannya field trip stratigrafi ini yaitu praktikan mampu
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
bagian ujung utara , bagian tengah, dan ujung selatan. Ada lima satuan morfologi
pada bagian tengah dan ujung selatan lengan tenggara sulawesi, yaitu morfologi
a. Morfologi perbukitan
mendoke dan pegunungan rumbia yang terpisah di ujung selatan lengan tenggara.
puncak gunung dengan ketinggian 1500 mdpl. Satuan morfologi ini mempunyai
dalam satuan ini mempunyai pola yang hampir sejajar berarah satuan ini
mempunyai pola yang hampir sejajar berarah barat laut tenggara. Arah ini sejajar
oleh batuan ofiolit. Ada perbedaan khas di antara kedua penyusun batuan ini.
Pegunungan yang disusun oleh batuan ofiolit mempunyai punggung gunung dan
lurus dengan lereng relatif lebih rata, serta kemiringan yang tajam. Sementara itu,
7
pegunungan yang dibentuk oleh batuan malihan, punggung gunung yang terputus
terutama diselatan kendari, satuan ini terdiri atas bukit-bukit yang mencapai
ketinggian 500 mdpl dengan morfologi kasar. Batuan penyusun morfologi ini
selatan lengan tenggara sulawesi. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan rendah
dengan morfologi yang begelombang. Batuan penyusun satuan ini terutama batuan
d.Morfologi pedataran
tenggara sulawesi. Tepi selatan dataran wawotobi dan daratan sampara berbatasan
dipengaruhi oleh sesar geser mengiri. Kedua sistem ini diduga masih aktif, yang
ditujukan adanya torehan pada endapan aluvial dalam kedua dataran tersebut.
Sehingga sangat mungkin kedua daratan itu terus mengalami penurunan. Akibat
dari penurunan ini tertu berdampak buruk pada dataran tersebut, di antaranya
pemukiman dan pertanian dikedua daratan itu akan mengalami banjir yang makin
merupakan dataran rendah. Batuan penyusunnya terdiri atas batupasir kuarsa dan
8
yang pada musim hujan berair melimpah sedang musim kemarau kering. Hal ini
disebabkan oleh batupasir dan konglomerat sebagai dasar sungai masih lepas,
sehingga air mudah merembes masuk ke dalam tanah. Sungai tersebut di antarannya
sungai langkowala dan sungai tinanggea. Batas selatan antara dataran langkowala
dan pegunungan rumbiah merupakan tebing terjal yang dibentuk oleh sesar berarah
e. Morfologi Karst
dicirikan perbukitan kecil dengan sungai dibawah permukaan tanah. Sebagian besar
bagian dari formasi laonti, formai buara dan bagian atas formasi meluhu. Sebagian
dari batugamping penyusun satuan morfologi ini sudah berubah menjadi marmer
a. Aluvium ( Qa ) terdiri atas lumpur, lempung, pasir kerikil, dan kerakal. Satuan ini
merupakan endapan sungai, rawa dan endapan pantai. Umur satuan ini adalah
holosen.
b.Formasi alangga ( Qpa ) terdiri atas konglomerat dan batupasir. Umur dari
formasi ini adalah plistosen dan lingkungan pengendapannya pada daerah darat-
payau. Formasi ini menindih tak selaras formasi yang lebih tua yang masuk
9
d.Formasi buara ( Qi ) terdiri atas terumbu koral, konglomerat dan batupasir. Umur
dari deformasi ini adalah plistosen-holosen dan terendapkan pada lingkungan laut
dangkal.
f. Formasi meluhu ( TRJm ) terdiri atas batupasir kuarsa, serpih merah, batulanau,
dan batulumpur. Dibagian bawah dan persilangan serpih hitam, batupasir, dan
batugamping dibagian atas. Formasi ini mengalami tektonik kuat yang ditandai oleh
kemiringan perlapisan batuan hingga 80 derajat dan adanya puncak antiklin yang
memanjang utara barat daya-tenggara. Umur dari formasi ini diperkirakan trias.
g.Formasi laonti ( TRJt ) terdiri atas batugamping malih, pualam dan kuarsit.
Kuarsit, putih sampai coklat muda, pejal dan keras, berbutir ( granular ), terdiri atas
mineral granoblas, senoblas, dengan butiran dan halus sampai sedang. Batuan
sebagaian besar terdiri dari kuarsa, jumlahnya sekitar 97 %. Oksida besi bercela di
antara kuarsa, jumlahnya sekitar 3 %. Umur dari formasi ini adalah trias.
h.Kompleks mekongga ( Pzm ) terdir atas sekis, gneiss dan kuarsit. Gneiss
butiran, terdiri dari mineral granoblas berbutir halus sampai sedang. Jenis batuan ini
terdiri atas gneiss kuarsa biotit dan gneiss muskovit kurang padat sampai padat.
i. Formasi boepinang (Tmb) terdir atas lempung pasiran, napal pasiaran serta
batupasir. Batuan ini berlapis dengan kemiringan perlapisa <150 yang dijumpai
membentuk antiklin dengan sumbu antiklin berarah barat daya timur laut. Umur
tumbukan adalah sesar geser mengiri, termasuk sesar matarombeo, sistem sesar
lawanopo, sistem sesar konaweha, sesar kolaka, dan banyak sesar lainnya serta
laniasi. Sesar dan laniasi menunjukkan sepasang arah utama tenggara- barat laut (
332 derajat ) dan timur laut barat daya ( 42 derajat ). Arah tenggara barat laut
merupakan arah umum dari sesar geser mengiri dilengan tenggra sulawesi.
tenggara yang memanjang sekitar 260 Km dari utara malili sampai tanjung
toronipa. Ujung barat laut sesar ini menyambung dengan sesar matano, sementara
ujung tenggarannya bersambung dengan sesar hamilton yang memotong sesar naik
tolo. Sistem sesar ini diberi nama sesar lawanopo oleh hamilton ( 1979 )
berdasarkan
lawanopo yang ditorehnya. Analisis stereogarfis orientasi bodin, yang diukur pada
Molasa sulawesi yang terdiri atas batuan sedimen klastik dan karbonat terendapkan
selama akhir dan sesudah tumbukan, sehingga molasa ini menindih tak selaras
mintakat benua sulawesi tenggara dan kompleks ofiolit tersebut. Pada akhir
kenozoikum lengan ini di koyak oleh sesar lawanopo dan beberapa pasangannya
BAB II
GEOLOGI LOKAL
landai denudasional terhampar secara terpisah di arah utara dan barat daya yang
luas dari timur laut sampai bagian barat yang terdiri dari batu pasir dan lempung.
bagian timur tenggara terhampar sampai barat, terdiri darilitologi batuan ultramafik,
Stratigrafi lokal daerah penelitian terdiri dari formasi Meluhu yang terdiri
dari batupasir lumpur dan lempung, umur dari formasi ini diperkirakan trias.
batupasir Umur formasi diperkirakan pliosen dan terendapkan pada lingkungan laut
dangkal.
Formasi alangga terdiri atas konglomerat dan batupasir. Umur dari formasi
Formasi ini menindih tak selaras formasi yang lebih tua yang masuk kedalam
wherlit, serpentinit, gabro, basalt, dolerit Satuan ini diperkirakan berumur kapur
13
Struktur geologi lokal daerah penelitian terduri dari sesar utama lawanopo
yang ditandai dengan kekar berpasangan pada stasiun 1 dan 2 dengan arah tegasan
utama N 650 E dan N 450 E dan juga ditemuka kekar relase dengan arah N3270E/65
14
BAB IV
STUDI KHUSUS
Stasiun 10”
Stasiun 10 pada studi stratigrafi dan geologi desa Anduna, Kecamatan Laeya,
serpih dengan arah penyebaran (strike) S 44° E/87° dan kemiringan lapisan 87°.
Menurut hukum stratigrafi yang di kemukakan oleh Steno bahwa “dalam suatu
horizontal. Namun, pada stasiun 10 kemiringan lapisannya sudah mendekati 90°. Hal
ini di sebabkan oleh pengaruh struktur yang terjadi pada perlapisan tersebut.struktur
yang bekerja secara berulang dan di control oleh sesar mayor antara lain sesar
mengiri Lawanopo dan sesar geser Palukoro. Dan sesar minor antara lain sesar
BAB V
PENUTUPP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan studi stratigrafi dan geologi daerah anduna adalah
sebagai berikut:
1. perbedaan fisik tiap lapisan ditandai dengan perubahan tekstur dari tiap batuan
terkhusus ukuran butir seperti yang terdapat pada stasiun 7 yang terjadi perselingan
antara batupasir dan lempung. Perbedaan ini juga dapat dibedakan berdasarkan sifat
fisiklainnya.
Plistosen.
5.2 Saran
pengumpulan laporan ini agar asisten tidak lepas mengajarkan kami ilmu geologi
yang kami tidak ketahui, dan semoga asisten bisa memberikan masukan jika kami
keliru dalam proses perkuliahan baik dalam materi kelas maupun dalam lapangan.
16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN