BAB 4
4.1 Geomorfologi
topografi serta melihat morfogenesa yang ada di daerah penelitian, maka daerah
Desa Karang Talun, Desa Sriharjo, dan sekitar aliran Sungai Oyo. Berdasarkan
morfometri, satuan ini mempunyai sudut lereng rata-rata 1,76 % dan beda tinggi rata-
rata 12,5 m (lampiran terikat 1.2 sayatan morfometri hal 185) sehingga secara
morfometri dinamakan satuan geomorfologi dataran. Satuan ini tersusun oleh satuan
ini adalah pola pengaliran trellis dan rectanguler. Faktor pengontrol satuan ini adalah
48
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
dari proses sedimentasi dari Sungai Opak di sebelah barat daerah penelitian dan di
sebelah timur dipengaruhi oleh Sungai Oyo sehingga secara morfogenesa satuan ini
F1
daerah Desa Sriharjo, Karang Tengah, Karang Duwet, Kenteng, Gejayan dan
sekitarnya. Satuan ini mempunyai beda tinggi rata - rata 25 meter dan sudut
kelerengan rata - rata 15,6 % (lampiran terikat 1.2 sayatan morfometri hal 189)
adalah pola pengaliran trellis. Secara morfogenesa yang sangat mengontrol satuan ini
adalah proses erosi dan pelapukan yang cukup intensif sehingga secara morfogenesa
49
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
dinamakan denudasional. Satuan ini memiliki pelamparan dari utara ke selatan dan ke
arah tenggara dari lokasi penelitian. Satuan batuan yang menyusun adalah satuan
breksi basal kemas terbuka. Satuan geomorfologi ini dimanfaatkan penduduk sebagai
D5
1.2 sayatan morfometri hal 186), satuan geomorfologi ini mempunyai beda tinggi ±
50,73 meter dari permukaan laut dan kemiringan lereng ± 25,83 % sehingga secara
morfometri satuan ini dinamakan satuan geomorfologi bergelombang kuat. Satuan ini
50
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
satuan ini adalah proses erosi dan pelapukan sehingga secara morfogenesa dinamakan
% dari seluruh daerah penelitian dan memiliki pelamparan dari utara ke selatan dan
Satuan geomorfologi ini disusun oleh satuan batuan breksi basal kemas
tertutup. Litologi ini sebagian besar sudah mengalami proses pelapukan lanjut dan
D1
51
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
daerah Lemahrubuh, Wates, Jetis dan Wunut. Satuan Geomorfologi ini membentuk
seperti gawir dan berada di utara dan selatan dari Sungai Oyo yang memanjang dari
barat ke timur sebelum akhirnya belok ke arah selatan. Pola pengaliran yang
Zuidam dan Cancelado (1979), satuan geomorfologi ini memiliki beda tinggi ±
213,95 meter dengan kelerengan ± 51,59 % (lampiran terikat 1.2 sayatan morfometri
tersayat kuat. Satuan geomorfologi ini tidak dimanfaatkan oleh penduduk setempat
Faktor utama pengontrol satuan ini adalah proses endogen yang intensif,
yakni proses tektonik dan struktur berupa kekar dan sesar yang dapat terekam baik
pada batuan. Berdasarkan pada peta topografi, terlihat jelas adanya kelurusan kontur
rapat dan offset topografi yang mengindikasikan adanya gejala sesar. Berdasarkan
data di lapangan terlihat adanya gawir sesar yang memanjang lurus dengan arah timur
terlihat adanya gores garis dan kekar-kekar intensif yang terekam pada tuf.
52
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
S3
meliputi daerah Dusun Sumber, Dusun Dayaan. Satuan ini mempunyai sudut lereng
rata-rata 17,61 % dan beda tinggi rata-rata 45,31 m (lampiran terikat 1.2 sayatan
bergelombang lemah. Satuan ini tersusun oleh litologi berupa batugamping non
klastik, di lapangan terlihat topografi berupa bukit-bukit kerucut karst (conicle hill).
53
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
penduduk setempat. Faktor utama pengontrol satuan ini adalah proses karstifikasi
Gambar 4.5 Lubang vertikal (ponor) yang menjadi cikal bakal sungai bawah tanah
(endokarst) di LP 75 di daerah Sumber,
batugamping terumbu, adanya sungai-sungai bawah tanah, gua karst, kerucut karst
(Gambar 4.6), dan lubang vertikal (ponor) sehingga secara morfogenesis dinamakan
54
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
K1
penggabungan dari beberapa sungai yang saling berhubungan membentuk suatu pola
dalam kesatuan ruang. Perkembangan dari pola pengaliran dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: kemiringan lereng, perbedaan resistensi batuan, struktur geologi
Beberapa pola aliran dasar yang mengacu pada pola pengaliran dasar dan
ubahan (Howard ,1967 dalam Budiadi & Pandita, 1998) (Gambar 4.7) yaitu :
1. Dendritik, berbentuk serupa cabang - cabang pohon (pohon oak) dan cabang
55
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
sudut – sudut yang runcing. Biasanya terbentuk pada batuan yang homogen
dengan sedikit atau tanpa pengendalian struktur. Contoh pada batuan beku
2. Paralel, pola aliran yang mempunyai arah relatif sejajar, mengalir pada
daerah dengan kemiringan lereng sedang sampai curam, dapat pula pada
yang membentuk sudut siku – siku, lebih banyak dikontrol oleh faktor kekar –
5. Radial, pola ini dicirikan oleh suatu jaringan yang memancar keluar dari satu
tererosi puncaknya atau struktur basin dan mungkin intrusi stock, bertipe
56
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
danau – danau kecil, biasanya terbentuk pada daerah rawa atau karst
topografi.
bertekstur kasar, batuan beku atau pada batuan berlapis yang memiliki
b. Pinnate, bertekstur rapat dan pada daerah yang telah tererosi lanjut, tidak
ada kontrol struktur dan terdapat pada daerah landai dengan litologi
bertekstur halus.
c. Anastomatic, terdapat pada daerah dataran banjir, delta dan rawa – rawa
menyerupai kipas.
2. Ubahan dari pola Rectangular yaitu pola angulate. Pola ini terdapat pada
daerah – daerah dengan kondisi geologi berupa kekar dan atau sesar yang
57
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
bertemu pada sudut yang tidak tegak lurus. Pola gabungan rectangular-
Gambar 4.7. Pola aliran dasar (A) dan ubahan (B dan C) (Howard, 1967).
Budiadi & Pandita, 1998) maka daerah penelitian mempunyai 4 pola pengaliran
(Gambar 4.8). Hal itu berdasarkan dari pengamatan peta topografi maupun
pengamatan lapangan. Lima pola pengaliran tersebut terdiri dari atas pola pengaliran
58
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
59
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
yang termasuk ke pola pengaliran ini adalah Sungai Oyo beserta anak sungainya
di Dusun Jetis dan sekitarnya, Sungai Opak beserta anak sungainya di sekitar
sebelah selatan pertemuan Sungai Oyo dan Sungai Opak. Pola pengaliran ini
bagian barat daerah penelitian yaitu Desa Seloharjo dan perbukitan – tersayat
yang termasuk ke pola pengaliran ini adalah Sungai Lanteng, Sungai Kajor
Kulon, Sungai dan anak sungainya di Desa Selopamioro. Pola pengaliran ini
dan berkembang di satuan batuan breksi basal kemas tertutup Nglanggran. Pola
Girirejo, Desa Karang Tengah, Desa Lanteng Dua dan Desa Seloharjo. Pola
60
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Sedangkan secara genetik menurut Stahler (1945, dalam Budiadi dan Pandita,
3. Sungai resekuen, adalah cabang dari sungai subsekuen dan arah alirannya
batuan (strike dip) sungai-sungai di daerah penelitian termasuk sungai subsekuen dan
konsekuen. Sungai Subsekuen mengalir dari arah barat laut ke tenggara yaitu Sungai
Lanteng, Sungai Kajor, dan Sungai Nambangan. Sungai konsekuen mengalir dari
61
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
62
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Stadia sungai dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tingkat erosi (baik erosi
Menurut Thornbury (1969), tingkat stadia sungai dapat dibagi menjadi tiga
stadia, yaitu :
1. Stadia Muda, dicirikan dengan gradien sungai besar, arus sungai deras, lembah
huruf V, erosi vertikal lebih besar daripada erosi lateral, dijumpai air terjun dan
kadang danau,
2. Stadia Dewasa, dicirikan oleh gradien sungai sedang, aliran sungai berkelok-
kelok (meander), tidak dijumpai air terjun maupun danau, erosi vertikal
3. Stadia Tua, dicirikan oleh erosi lateral lebih kuat daripada erosi vertikal, lembah
lebar, tidak dijumpai meander lagi, terbentuk pulau-pulau tapal kuda, arus sungai
tidak kuat.
dapat digolongkan menjadi sungai berstadia muda hingga dewasa. Sungai berstadia
penampang sungai berbentuk „V‟, aliran sungai cepat, alur sungai sempit dan dalam
dan tidak dijumpai adanya dataran banjir (Foto 4.10). Sungai dengan stadia muda di
daerah penelitian dijumpai pada Kali Kedungjati, Kali Mangunan, Kali Tremalang,
63
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Kali Banyusemurup dan kali di daerah Nawungan dan sekitarnya. Sungai dengan
stadia muda di daerah penelitian ditunjukkan di bagian anak sungai yang mengalir
Gambar 4.10 Kenampakan aliran sungai dengan sifat erosional vertical yang
membentuk huruf “V”yang tidak terlalu runcing
Sedangkan sungai dengan stadia dewasa pada daerah penelitian dicirikan oleh
kecepatan aliran berkurang, gradien sungai sedang, dataran banjir mulai terbentuk,
mulai terbentuk meander sungai, erosi ke samping lebih kuat dibanding erosi vertikal,
terlihat lembah sungai berbentuk huruf “U”, pada tingkat ini sungai mencapai
kedalaman paling besar. Sungai stadia dewasa dapat terlihat pada Kali Opak (Gambar
64
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Gambar 4.11 Kenampakan aliran sungai dengan sifat erosional vertikal yang
membentuk huruf “U”
Stadia daerah penelitian dikontrol oleh litologi, struktur geologi, proses, dan
jauh morfologi daerah telah berubah dari morfologi aslinya. Menurut Lobeck (1939),
stadia daerah dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu muda, dewasa, tua dan
kenampakan lebih lapuk dibandingkan tuf dan lava. Begitu pula kenampakan
65
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
di lapangan, ditemukan beberapa gawir yang diakibatkan oleh proses endogen berupa
pensesaran terutama terlihat jelas di daerah selatan Mangunan yaitu di utara dan
selatan Kali Oyo (Gambar 4.12). Selain itu, banyak terdapat kelurusan topografi yang
Gambar 4.12 Kenampakan gawir sesar yang terdapat pada utara dan selatan
sungai Oyo di dusun Lemahrubuh
intensitas proses eksogenik dan bukti-bukti lain di lapangan yaitu adanya proses
daerah penelitian tersingkap dengan baik. Hal ini terjadi pada satuan batuan breksi,
satuan batuan breksi basal Nglanggran dan satuan batuan batugamping terumbu
66
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
A B
Lobeck (1939), maka dapat disimpulkan secara umum stadia daerah penelitian
termasuk dalam stadia dewasa (Gambar 4.14). Stadia dewasa ditunjukkan oleh
terjadi (erosi vertikal sama dengan erosi horizontal). Stadia ini juga menempati satuan
ditunjukkan oleh breksi basal yang selain mengalami pelapukan sangat intensif juga
67
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Morfogenenis adalah suatu urutan kejadian dan interaksi antara satuan bentang
alam yang ada pada suatu daerah serta proses-proses geologi yang mengontrolnya
proses yang bekerja pada masa lampau hingga sekarang ini dan sifat internal yang
dimiliki oleh litologi. Proses yang dimaksud proses endogen dan proses eksogen.
proses geologi seperti: proses tektonik, pelapukan, erosi dan sedimentasi. Proses
magma dari dalam bumi ke permukaan bumi melewati daerah dengan zona lemah,
68
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
berupa lava basal di sekitar Gunung Sudimoro dan karena adanya proses tektonik ini
sepanjang Kali Opak dan Kali Oyo dan perbukitan struktural di Selopamioro. Pada
adanya proses eksogen seperti: pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi pada
batuan yang mengacu pada azas-azas yang tercantum dalam Sandi Stratigrafi
Indonesia (Martodjojo dan Djuhaeni, 1996) yaitu dengan menggunakan tata nama
litologi yang dapat diamati di lapangan. Ciri-ciri litologi tersebut meliputi jenis
batuan, keseragaman gejala geologi, kombinasi jenis batuan dan gejala-gejala lain
tubuh batuan di lapangan. Sedangkan satuan litostratigrafi tak resmi adalah satuan
yang memenuhi persyaratan sandi yang dilakukan melalui cara-cara yang dinyatakan
secara terbuka dan tertulis. Penamaan satuan batuan berpedoman berdasarkan Sandi
Stratigrafi Indonesia (Martodjojo dan Djuhaeni, 1996) yaitu litostratigrafi tak resmi.
Penamaan satuan batuan berdasarkan pada litologi yang dominan pada penyusun
Penarikan batas satuan batuan berdasarkan ciri – ciri litologi yang khas dan
69
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
berbeda di lapangan berdasarkan perubahan litologi pada zona kontak maupun zona
transisi penarikan batas satuan batuannya tegas sedangkan pada satuan endapan
vulkanik Kwarter adanya cirri – ciri litologi yang hampir sama dengan batas litologi
yang tidak jelas dan tanah pelapukan yang tebal maka penarikan batas berdasarkan
perkiraan.
breksi polimik pada daerah penelitian dengan mengacu kepada zonasi kisaran hidup
yang dikemukakan oleh Blow (1969), sedangkan pada satuan yang tidak
aspek litologi yaitu jenis batuan, struktur dan tekstur sedimen, komposisi batuan serta
menjadi 5 satuan batuan dengan urutan dari tua ke muda (litostratigrafi) yaitu satuan
breksi basal kemas tertutup Nglanggran, satuan tuf Nglanggran, satuan breksi kemas
70
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Satuan batuan ini secara dominan disusun oleh breksi basal kemas tertutup
dan secara setempat dijumpai singkapan tuf dan lava basal Berdasarkan ciri fisik
memiliki kemiripan dengan Formasi Nglanggran yang tersusun oleh breksi gunung
api, aglomerat, tuf, dan aliran lava basal – andesit dan lava andesit sehingga satuan
batuan ini kemungkinan merupakan bagian dari Formasi Nglanggran. Karena satuan
ini diduga merupakan formasi Nglanggran maka diberi nama satuan breksi basal
Satuan breksi basal kemas tertutup Nglanggran ini menempati kurang lebih 63
% dari luas daerah penelitian dan tersebar dari bagian barat daya sampai ke timur laut
daerah penelitian yang meliputi Dusun Kalidadap Satu, Kalidadap Dua, Kajor Wetan,
Kajor Kulon, Kedungjati, Desa Mangunan, dan Desa Girirejo. Satuan breksi basal
kemas tertutup Nglanggran ini menempati satuan perbukitan – tersayat kuat struktural
Litologi penyusun dari satuan ini secara dominan disusun oleh breksi basal
kemas tertutup dan setempat dijumpai tuf, lava basal, dan lava andesit. (Tabel 4.1).
71
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
sortasi buruk, struktur masif, komposisi fragmen basal (grain supported) dan
Gambar 4.15 Singkapan breksi basal kemas tertutup di LP 62, dusun Wates
(45%), piroksen (13%), mineral opak (5%) dan masa dasar gelas gunungapi (16%).
Berdasarkan komposisi di atas, maka nama petrografi batuan ini adalah basal
(Williams, 1982).
petrografi hal 195) berwarna abu - abu kecoklatan, tekstur klastik dengan butiran
berukuran 0,05 mm - 1,5 mm, terdiri dari lithic, feldspar, piroksen, gelas gunungapi
72
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
dan mineral opak, bentuk menyudut tanggung, terdiri dari mineral lithic (70%),
felspar (5%), piroksin (3%), mineral opak (2%), dan gelas gunungapi (20%), bentuk
menyudut tanggung. Berdasarkan komposisi di atas, maka nama petrografi batuan ini
2. Tuf
kemas tertutup, sortasi baik, struktur berlapis, agak kompak, permeable, komposisi
dominan gelas vulkanik. Singkapan tuf pada daerah penelitian tersingkap pada LP
198), berwarna kuning kecoklatan, tekstur afanitik, dengan butiran berukuran 0,05
mm – 1 mm, bentuk butir membulat tanggung, terdiri dari lithik (65%), felspar
(10%), mineral opak (8%) dan gelas gunungapi (20%). Berdasarkan komposisi diatas
maka nama petrografi batuan ini adalah Lithic Tuff ( Schmid, 1981).
TUF
73
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
3. Lava basal
membentuk aliran terlihat memanjang agak membulat, dan pada permukaan batuan
LAVA
199), berwarna abu – abu gelap kecoklatan, tekstur afanitik, komposisi terdiri dari
plagioklas (44%), olivin (18%), piroksen (12%), felspar (4%), mineral opak (22%)
dan gelas vulkanik (22%), dengan butiran berukuran 0,08 mm – 0,6 mm. Berdasarkan
komposisi diatas maka nama petrografi batuan ini adalah basal (Williams, 1982).
4. Lava andesit
74
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
,dan pada permukaan batuan terdapat kulit kaca (glassy skin) (Gambar 4.24)
202), sayatan batuan beku volkanik, warna abu-abu kehijauan, tekstur vitrophyre
(fenokris tertanam dalam masa dasar gelas, sedikit fine grain plagioklas, dan min
piroksen, mineral opak dan gelas. Berdasarkan komposisi diatas maka nama
Pada satuan breksi basal kemas tertutup Nglanggran penentuan umur dengan
ini tidak dijumpai adanya fosil yang hadir secara insitu atau ideal. Oleh karena itu,
75
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
peneliti terdahulu yang membahas Formasi Nglanggran yang mencakup daerah ini.
basal kemas tertutup Nglanggran berada di bawah breksi basal kemas terbuka
Nglanggran maupun tuf Nglanggran sehingga memiliki umur yang paling tua di
daerah penelitian.
basal kemas tertutup Nglanggran, maka satuan ini dapat disebandingkan dengan
macam batuan yang terdapat dalam Formasi Nglanggran yang mewakili secara tepat
untuk satuan breksi basal kemas tertutup Nglanggran. Berdasarkan Peta Geologi
Regional Lembar Yogyakarta (Rahardjo, dkk, 1995), diterbitkan oleh P3G Bandung,
menggambarkan bahwa satuan breksi basal kemas tertutup Nglanggran tersusun oleh
breksi gunung api, breksi aliran, aglomerat, lava dan tuf. Berdasarkan kesebandingan
dengan stratigrafi regional Rahardjo dkk (1995) tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa umur untuk satuan breksi basal kemas tertutup Nglanggran ini adalah awal
Nglanggran ini dilakukan berdasarkan data lapangan, hal ini dikarenakan satuan
batuan ini miskin akan kehadiran fosil foraminifera bentonik untuk penentuan
lapangan dengan indikasi tidak adanya fosil foraminifera kecil dan tidak
76
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
ditemukannya adanya struktur bantal pada aliran lavanya serta matrik breksi yang
tidak mengandung bahan karbonat (tidak bereaksi dengan HCl), maka lingkungan
pengendapan pada satuan breksi basal kemas tertutup Nglanggran ini berada di
lingkungan darat. Keberadaan lava ini menunjukkan fasies gunungapi yang masih
Satuan breksi basal kemas tertutup Nglanggran ini merupakan satuan batuan
adanya kontak dengan satuan batuan yang berada dibawahnya. Hubungan stratigrafi
antara satuan breksi basal kemas tertutup Nglanggran dengan satuan breksi basal
kemas terbuka Nglanggran dan satuan tuf Nglanggran adalah selaras menjari karena
masih dalam satu umur pengendapan berdasarkan stratigrafi regional (N5 – N9).
satuan batugamping terumbu Wonosari adalah tidak selaras karena adanya gap umur
batuan sehingga pada umur ini diyakini terjadi ketidakselarasan (Tabel 4.1).
77
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Tabel 4.1 Kolom litologi satuan breksi basal kemas tertutup Nglanggran di daerah
penelitian (tidak dalam skala sebenarnya)
Satuan batuan ini secara dominan disusun secara keseluruhan oleh breksi
Basal kemas terbuka, setempat juga dijumpai singkapan tuf. Berdasarkan ciri fisik
dan umurnya dapat dikorelasikan dengan Formasi Nglanggran yang tersusun oleh
breksi gunung api, aglomerat, tuf, dan aliran lava andesit – basal dan lava andesit
Satuan breksi basal kemas terbuka Nglanggran ini menempati kurang lebih 17
% dari luas daerah penelitian dan tersebar dari bagian barat daya sampai ke timur laut
daerah penelitian yang meliputi Desa Karangtengah dan Desa Sriharjo. Satuan breksi
78
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Litologi penyusun dari satuan ini secara dominan disusun oleh breksi basal
abu-abu, warna lapuk abu-abu kehitaman, tekstur epiklastika, kemas terbuka, sortasi
buruk, struktur masif, komposisi fragmen basal dan matriks bahan piroklastika
Gambar 4.19 Singkapan breksi basal kemas terbuka di LP 15, daerah Jati
sayatan petrografi hal 204), Sayatan batuan beku vulkanik, warna abu - abu
79
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
terbuka, sortasi buruk, bentuk subhedral - anhedral, komposisi mineral terdiri dari
mineral plagioklas (65%), piroksen (10%), mineral opak (5%), dan gelas (20%).
Berdasarkan komposisi diatas maka nama petrografi batuan ini adalah Basal
(Williams,1962).
berukuran (0,08 -0.6) mm, bentuk anhedral-subhedral, terdiri dari mineral lithic
(70%), felspar (10%), mineral opak (5%), dan gelas vulkanik (15%), bentuk
menyudut tanggung. Berdasarkan komposisi di atas, maka nama petrografi batuan ini
2. Tuf
tanggung, kemas tertutup, sortasi baik, struktur berlapis, agak kompak, permeable,
komposisi dominan gelas vulkanik. Singkapan tuf pada daerah penelitian tersingkap
208), berwarna kuning kecoklatan, tekstur piroklastik, dengan butiran berukuran 0,05
mm – 1 mm, bentuk butir membulat tanggung, terdiri dari plagioklas (23%), olivin
(9%), piroksen (6%), kuarsa (2%), mineral opak (8%) dan gelas vulkanik (51%).
80
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Berdasarkan komposisi diatas maka nama petrografi batuan ini adalah Crystal Vitric
TUF
Pada satuan breksi basal kemas terbuka Nglanggran penentuan umur dengan
ini tidak dijumpai adanya fosil yang hadir secara insitu atau ideal. Oleh karena itu,
mengacu pada peneliti terdahulu yang membahas formasi yang mencakup daerah ini.
basal kemas terbuka Nglanggran berada di atas breksi basal kemas tertutup
Nglanggran sehingga memiliki umur lebih muda dibandingkan dengan breksi basal
dalam satuan breksi basal kemas terbuka Nglanggran, maka satuan ini dapat
81
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
yang mewakili secara tepat untuk satuan breksi basal kemas terbuka Nglanggran,
diterbitkan oleh P3G Bandung, menggambarkan bahwa satuan breksi basal kemas
terbuka Nglanggran tersusun oleh breksi gunung api, breksi aliran, aglomerat, lava
dan tuf. Berdasarkan kesebandingan dengan stratigrafi regional Rahardjo dkk (1995)
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa umur untuk satuan breksi basal kemas
terbuka Nglanggran ini adalah awal Miosen Awal – awal Miosen Tengah (N5 – N9).
Nglanggran ini dilakukan berdasarkan data lapangan, hal ini dikarenakan satuan
batuan ini miskin akan kehadiran fosil foraminifera bentonik untuk penentuan
matrik breksi tidak mengandung bahan karbonat (tidak bereaksi dengan HCl), maka
lingkungan pengendapan pada Satuan breksi basal kemas terbuka Nglanggran ini
dengan satuan batugamping terumbu Wonosari yang ada di atasnya adalah tidak
selaras. Hal ini dibuktikan dengan adanya bidang erosional sebagai indikasi adanya
terumbu Wonosari di LP 88 (Gambar 4.21) sehingga terjadi gap umur satuan breksi
82
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
batugamping terumbu
bidang erosional
Tabel 4.2 Kolom litologi satuan breksi basal kemas terbuka Nglanggran di daerah
penelitian (tidak dalam skala sebenarnya)
83
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Satuan batuan ini secara dominan oleh tuf, secara setempat juga dijumpai
singkapan breksi polimik, breksi pumis, dan lava andesit. Berdasarkan ciri fisik dan
umurnya dapat dikorelasikan dengan Formasi Nglanggran yang tersusun oleh breksi
gunung api, aglomerat, tuf, dan aliran lava basal – basal dan lava basal satuan batuan
Satuan tuf Nglanggran ini menempati kurang lebih 7 % dari luas daerah
penelitian dan tersebar di tengah daerah penelitian yang meliputi Desa Kajor Kulon.
250 m.
Litologi penyusun dari satuan ini secara dominan disusun oleh tuf dan
1. Tuf
Tuf secara megaskopis menunjukkan warna segar putih kekuningan, warna lapuk
kemas tertutup, sortasi baik, struktur berlapis, agak kompak, permeable, komposisi
dominan gelas gunungapi. Singkapan tuf pada daerah penelitian tersingkap di daerah
84
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
hal 210), berwarna kuning kecoklatan, tekstur piroklastik, dengan butiran berukuran
0,05 mm – 1 mm, bentuk butir membulat tanggung, terdiri dari lithik (50%), felspar
(15%), piroksen (6%), kuarsa (4%), mineral opak (4%), glaukonit (1%) dan abu
gunungapi (20%). Berdasarkan komposisi di atas maka nama petrografi batuan ini
2. Breksi pumis
warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu kehitaman, tekstur piroklastika, kemas
terbuka, sortasi buruk, struktur masif, komposisi fragmen pumis dan matrik bahan
85
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
petrografi hal 212) berwarna abu-abu kecoklatan, tekstur klastik dengan butiran
berukuran 0,05 mm – 5,5mm, terdiri dari lithik (55%) , feldspar (5%), dan mineral
opak (5%) serta ash (35%) , bentuk menyudut tanggung. Berdasarkan komposisi di
atas, maka nama petrografi batuan ini adalah Pumis Lithic Tuff (Klasifikasi Williams,
1982).
berukuran (0,08 -0.6) mm, bentuk anhedral-subhedral, terdiri dari mineral lithic
(65%), felspar (10%), piroksen (3%), mineral opak (2%), dan gelas vulkanik (20%),
86
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
batuan ini Tuffaceous Lithic Arenite (Klasifikasi Dott 1964 Vide Gilbert, 1982
(modifikasi)).
3. Breksi polimik
warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu kehitaman, tekstur epiklastika, kemas
terbuka, sortasi buruk, struktur masif, komposisi fragmen basal, fragmen cangkang
Basalt
Fragmen
cangkang
petrografi hal 216) berwarna abu-abu kehitaman (fragmen basal), berwarna putih
subhedral, terdiri dari mineral felspar (50%), lithik (15%), piroksen (3%), fosil
87
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
(10%), semen karbonat (20 %), mineral opak (1%) dan glukonit (1%). Berdasarkan
komposisi di atas, maka nama petrografi batuan ini adalah Basal (Williams, 1982)
petrografi hal 218), berwarna abu-abu kecoklatan, tekstur klastik, semen karbonat,
butiran terdiri dari lithik (60%), feldspar (15%), mineral opak (5%) dan semen
karbonat (20%) dengan ukuran butir 0,1 - 8,5 mm.Berdasarkan komposisi di atas,
maka nama petrografi batuan ini adalah Calcareous Feldsphatic Arenite (Klasifikasi
fosil foraminifera plangtonik yang terdapat pada contoh batuan yang dianalisis pada
matriks breksi polimik. Contoh batuan yang dianalisis yaitu LP 120 (Tabel 4.3).
Tabel 4.3 Kisaran umur foraminifera plangtonik pada satuan tuf Nglanggran
berdasarkan Zonasi Blow (1969)
88
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Dari hasil analisis fosil plangtonik dari lokasi pengamatan tersebut, maka
A B
89
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
lingkungan neritik tepi – tengah ( 20 – 100 meter ) yang didasarkan atas hadirnya
90
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
batugamping terumbu Wonosari yang berada di atasnya adalah tidak selaras (Tabel
4.5). Hal ini disebabkan tuf Nglanggran memiliki umur berdasarkan stratigrafi
regional (Rahardjo, 1995) yaitu Miosen Awal (N5 – N9), sedangkan batugamping
Tabel 4.5 Kolom litologi Satuan Tuf Nglanggran di daerah penelitian (tidak dalam
skala sebenarnya)
Hubungan satuan tuf Nglanggran dengan satuan breksi basal kemas terbuka
Nglanggran adalah selaras melensa karena dilihat dari pola penyebaran dari satuan
batuan yang dapat dilihat pada peta geologi dan masih satu umur pengendapan hanya
berbeda fasies dan di lapangan dibuktikan dengan adanya tuf Nglanggran dan breksi
91
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
basal kemas terbuka yang dijumpai pada strike yang relatif masih sama. Satuan tuf
Nglanggran juga memiliki hubungan selaras dengan breksi basal kemas tertutup
Nglanggran hanya berbeda fasies dari batuan fragmental gunung api berubah menjadi
batuan bertekstur halus dari debu gunung api yang pada Miosen Awal.
Berdasarkan ciri fisik dan umurnya dapat dikorelasikan dengan Formasi Wonosari
yang tersusun oleh batugamping terumbu dan batugamping berlapis sehingga satuan
luas daerah penelitian dan tersebar dari bagian barat daya sampai ke timur laut daerah
penelitian yang meliputi Dusun Nawungan Dua, Sumber, Dayaan, dan Geger. Satuan
200 m.
92
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Litologi penyusun dari satuan ini secara dominan disusun oleh batugamping
4.6)
1. Batugamping terumbu
keabuan, warna lapuk abu kehitaman, tekstur non klastik, struktur masif, komposisi
oleh pelarutan yaitu berupa kerucut karst (Gambar 4.15). Satuan ini dijumpai di
daerah Nawungan, Dayaan, Sumber di sebelah timur dan di sebelah barat dijumpai di
93
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
hal 220), warna abu-abu keruh, tekstur non klastik, didukung oleh kerangka organik
yang saling mengikat (organic framework) berukuran pasir halus (0,1 - 2) mm,
pemilihan sedang, komposisi karbonat, terdiri dari fosil (90 %) terdiri dari foram
besar, coral, algae, kalsit (8%), dan lumpur karbonat (2%) dan dinamai Boundstone
(Dunham,1962).
lapuk abu kehitaman, tekstur non klastik, struktur masif, komposisi karbonat.
94
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
hal 224), Sayatan tipis batugamping non klastik, berwarna putih kecoklatan-krem,
komposisi berupa fosil ganggang dan koral dengan ukuran 0,5–8,5mm, mikrit hadir
2. Batugamping berlapis
kecoklatan, warna segar putih abu-abu kekuningan, tekstur klastik, kemas tertutup,
sortasi baik, ukuran butir pasir sedang sampai kasar, bentuk butir membulat tanggung
95
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
terdiri dari fosil (50%), felspar (10%), dengan sedikit detritus glaukonit (4%) dan
mineral opak (1%), berukuran 0,05–1,5 mm, berdasarkan komposisi tersebut maka
fosil foraminifera plangtonik yang terdapat pada contoh batuan yang dianalisis.
4.6).
96
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Dari hasil analisis fosil plangtonik dari lokasi pengamatan tersebut, maka
4.30 b), Globorotalia pramenardi BLEW (Gambar 4.30 c)., Globigerina bulbosa LE
ROY (Gambar 4.30 d), Globigerinoides immaturus LE ROY (Gambar 4.30 e),
97
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
A B
C D
E F
98
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
pada contoh batuan LP 74, LP 71, dan LP 70. Berdasarkan hasil analisis diketahui
bahwa satuan ini terendapkan pada lingkungan neritik tepi – tengah ( 30 – 100 meter)
didasarkan dari kehadiran fosil dan Nodosaria affinis LAMMARCK (Gambar 4.31
BRADY.
A B
99
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
memiliki umur N11 – N13 dengan satuan endapan lempung - kerakal yang ada di
(breksi basal kemas tertutup Nglanggran dan satuan breksi basal kemas terbuka
Awal untuk umur satuan tuf Nglanggran, breksi basal kemas tertutup Nglanggran,
dan breksi basal kemas tertutup Nglanggran sedangkan umur satuan batugamping
Tabel 4.8 Kolom litologi satuan batugamping terumbu Wonosari di daerah penelitian
(tidak dalam skala sebenarnya)
100
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Satuan berupa endapan sedimen kuarter yang belum terlithifikasi. Satuan ini
merupakan satuan paling muda yang dijumpai di daerah penelitian, tersusun oleh
endapan berukuran lempung sampai kerakal. Satuan ini memiliki ciri – ciri di
lapangan berupa endapan material - material lepas dengan ukuran butir lempung, pasir,
kerikil hingga kerakal, berwarna abu - abu kehitaman, bentuk butir membundar -
Satuan endapan lempung - kerakal ini menempati kurang lebih 21 % dari luas
daerah penelitian dan tersebar dari bagian barat sampai ke timur daerah penelitian
yang meliputi Desa Canden, Desa Srihardono, Desa Sriharjo. Satuan endapan
5-10 m.
Litologi penyusun dari satuan ini secara dominan disusun oleh endapan yang
berukuran lempung – kerakal. Satuan ini merupakan satuan paling muda yang
dijumpai di daerah penelitian berupa endapan material - material lepas dengan ukuran
butir lempung, pasir, kerikil hingga kerakal, berwarna abu - abu kehitaman, bentuk
ini dijumpai di desa Sriharjo dan memiliki penyebaran di sekitar Kali Oyo
101
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
memanjang, di sekitar Kali Opak , dan terdapat pada morfologi dataran di Desa
satuan ini yang berupa material lepas yang belum terkonsolidasi dengan baik, dapat
dipastikan bahwa satuan ini berupa satuan endapan. Berdasarkan pada pemikiran
kesebandingan dengan stratigrafi regional, maka umur dari satuan ini adalah Kuarter.
102
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
pengendapan dapat dilihat dari material lepas penyusun satuan endapan ini.
berdensitas tinggi (high density flow deposits) yang terendapkan dengan mekanisme
aliran kuat pada lingkungan darat. Pada satuan ini juga tidak dijumpai kandungan
fosil maupun bahan karbonat. Dan juga dapat dilihat dari material penyusun satuan
ini berupa material yang belum terkonsolidasi yang merupakan produk hasil dari
tidak selaras dengan satuan yang berada di bawahnya yaitu satuan batugamping
Tabel 4.9 Kolom litologi satuan endapan lempung - kerakal di daerah penelitian
(tidak dalam skala sebenarnya)
103
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Dari hasil analisis secara keseluruhan pada satuan batuan yang terdapat di
daerah penelitian dan dikorelasikan dengan stratigrafi regional menurut Rahardjo dkk
(1995), maka dapat diketahui bahwa satuan breksi basal kemas tertutup Nglanggran
dan satuan breksi basal kemas terbuka Nglanggran masuk ke dalam Formasi
Wonosari, serta satuan endapan lempung – kerakal masuk ke dalam Formasi Kuarter
Aluvium.
dengan satuan tuf Nglanggran dan satuan breksi basal kemas terbuka Nglanggran.
Satuan tuf Nglanggran memiliki hubungan selaras dengan satuan breksi basal kemas
selaras dengan satuan Nglanggran dan satuan breksi basal kemas terbuka Nglanggran.
104
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Tabel 4.10 Kolom korelasi stratigrafi regional dengan stratigrafi daerah penelitian
(tidak dalam skala sebenarnya).
berdasarkan pada pengamatan dan pengkajian data SRTM dan yang paling utama
struktur tersebut, peneliti merasa terdapat beberapa kesamaan dari data citra SRTM,
struktur geologi daerah penelitian. Dalam pemberian nama struktur didasarkan pada
nama geografis, baik berupa nama desa maupun nama sungai yang dilewati oleh
105
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
ditemukan beberapa struktur geologi yang ada pada daerah penelitian yaitu : sesar
turun Kali Opak, sesar sinistral Kedungjati, sesar dextral Srunggo, sesar dextral
Selopamioro ,sesar turun Kali Oyo, dan struktur kekar (kekar tarik dan kekar gerus).
pergeseran, merupakan hal yang umum bila terdapat pada batuan dan bisa terbentuk
setiap waktu (Ayub, 2013). Pada batuan sedimen, kekar bisa terbentuk mulai saat
pengendapan atau terbentuk setelah pengendapan. Pada batuan beku dan gunung api
Dalam proses deformasi, kekar bisa terjadi saat mendekati proses akhir atau
bersamaan dengan terbentuknya struktur lain seperti sesar dan lipatan. Selain itu,
kekar bisa terbentuk sebagai struktur penyerta dari struktur sesar maupun lipatan yang
diakibatkan oleh tektonik Pada daerah penelitian banyak dijumpai struktur kekar yang
diakibatkan oleh tektonik yakni berupa kekar gerus (shear joint) (Gambar 4.33) dan
juga kekar non tektonik (sheeting joint). Struktur kekar ini dominan ditemukan pada
106
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Gambar 4.33 Kekar gerus yang dijumpai pada litologi breksi basal di daerah
Kedungjati, Desa Selopamioro
Nama sesar Kali Opak dipakai karena sesar ini melewati Kali Opak di daerah
tempuran Sungai Opak – Sungai Oyo. Sesar ini terdapat pada timur laut – timur
daerah penelitian menempati satuan breksi basal kemas tertutup Nglanggran dan
breksi basal kemas terbuka Nglanggran. Adapun data pendukung yang terdapat pada
bidang kekar tarik (Gambar 4.34) dan kekar gerus (Gambar 4.35)
107
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Gambar 4.34. Kenampakan kekar tarik di LP 129, daerah Tempuran Sungai Opak
– Sungai Oyo (lensa menghadap ke barat daya)
108
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Gambar 4.36 Kenampakan bidang sesar di LP 129, daerah Tempuran Sungai Opak –
Sungai Oyo (lensa menghadap ke barat daya)
: bidang sesar Kali Opak
sungai pemisah antara daerah Pegunungan Selatan dengan dataran rendah Bantul -
yang dikontrol oleh sesar normal (van Bemmelen, 1949; Untung dkk, 1973). Sesar
terbentuknya berhubungan dengan struktur pola Meratus dan Sungai Opak terbentuk
Berdasarkan data-data tersebut di atas dan hasil analisa pada bidang sesar,
disimpulkan bahwa sesar Kali Opak adalah sesar turun yang berarah relatif timurlaut
- baratdaya. Bidang sesar N 235°E/85º, net slip 40°, N166°E berdasarkan klasifikasi
Rickard (1972 dalam Ragan, 1973), sesar Kali Opak ini bernama Left Normal Slip
109
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Sesar ini diperkirakan terjadi pada Miosen Tengah – Plistosen setelah satuan
breksi basal kemas tertutup Nglanggran dan satuan batugamping terumbu Wonosari
terbentuk. Sesar Opak merupakan orde 1 dengan arah gaya utama utara-selatan sesuai
Nama sesar Kedungjati dipakai karena sesar ini melewati daerah Kedungjati.
Sesar ini terdapat pada timur daerah penelitian mengenai satuan breksi basal kemas
Adanya breksisasi dengan arah breksiasi : N 30o E (Gambar 4.38) dan mata air
(Gambar 4.39).
110
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Adanya gores garis dengan pengukuran strike / dip bidang sesar N 30o E / 90o,
rake / pitch : 38o dan plunge : 25o, dengan mengikuti arah menghalus
111
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Gambar 4.40 Kenampakan bidang sesar dan gores garis di LP 65, kedungjati
(lensa menghadap ke utara)
Berdasarkan data tersebut di atas dan dari hasil analisis kekar (gash fracture
dan shear fracture) (lampiran terikat, analisa struktur geologi hal 227) maka
disimpulkan bahwa sesar Kedungjati adalah sesar mendatar mengkiri dengan arah
pergeseran sesar relatif berarah timur laut – barat daya (pola Meratus).
ini bernama Left slip fault (Gambar 4.41). Sesar ini diperkirakan terjadi pada Miosen
ini terjadi bersamaan dengan pembentukkan sesar turun Opak terbentuk yang
merupakan orde 1 dengan arah gaya utama utara-selatan sesuai dengan konsep
112
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Gambar 4.41 Hasil analisis sesar pada diagram klasifikasi sesar translasi
menurut Rickard, 1972 (dalam Ragan, 1973)
Pada daerah penelitian sesar ini menempati satuan breksi basal kemas
Nama sesar Srunggo dipakai karena sesar ini melewati daerah Srunggo. Sesar ini
memiliki arah relatif barat laut - tenggara (pola Sumatra). Pada daerah penelitian,
sesar ini mengenai satuan breksi basal kemas terbuka Nglanggran, tuf Nglanggran,
Adapun data pendukung yang terdapat pada jalur dari sesar Srunggo adalah
kontrol geomorfologi yaitu adanya kelurusan kontur pada pola topografi (lampiran
lepas 3, Peta Geologi), pengukuran bidang kekar (gerus dan tarik) (Gambar 4.42),
113
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
A B
Gambar 4.42 a. Kekar gerus yang terdapat di LP 116 di dusun Srunggo Dua
Berdasarkan data-data tersebut di atas dan hasil analisa gash fracture dan
shear fracture (lampiran terikat, analisa struktur geologi hal 228), diperoleh bidang
114
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
sesar N 155°E/83º, breksiasi N 155oE, dan rake 37o. Berdasarkan Klasifikasi Rickard
(1972 dalam Ragan, 1973), sesar geser mengkanan Srunggo ini dinamakan Reverse
Right Slip Fault. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sesar yang
Sesar ini diperkirakan terjadi pada Miosen akhir - Pliosen terjadi setelah
pengendapan satuan batugamping terumbu Wonosari. Gaya yang bekerja pada sesar
ini berasal dari utara – selatan yang merupakan kompresi penunjaman Lempeng Indo-
Australia di akhir Neogen. Sesar ini merupakan sesar mendatar orde pertama dengan
arah gaya yang berbeda, sesar ini terbentuk bersamaan dengan sesar turun Kali Opak
breksi basal kemas terbuka Nglanggran dan satuan breksi basal kemas tertutp
Adapun data pendukung yang terdapat pada jalur dari sesar Selopamioro
adalah bidang sesar yang dijumpai di tempuran Sungai Opak-Oyo (Gambar 4.44)
115
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Gambar 4.44 Kenampakan bidang sesar di LP 129, daerah tempuran Sungai Opak –
Sungai Oyo (lensa menghadap ke barat daya)
: bidang sesar Selopamioro
Berdasarkan data-data tersebut di atas dan hasil analisa bidang sesar (lampiran
terikat, analisa struktur geologi hal 229), diperoleh bidang sesar N 238°E/85º, net slip
15o, N 57 o
E dan rake 16o. Berdasarkan Klasifikasi Rickard (1972 dalam Ragan,
1973), sesar geser mengkanan Selopamioro ini dinamakan Normal Right Slip Fault.
diinterpretasikan sebagai sesar mendatar mengkanan yang merupakan orde kedua dari
Pada daerah penelitian sesar ini mengenai satuan breksi basal kemas tertutup
116
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Nglanggran dan satuan endapan lempung – kerakal, tepatnya di bagian barat daerah
penelitian. Nama sesar Kali Oyo dipakai karena sesar ini melewati sepanjang Sungai
Oyo.
Data-data yang mendukung keberadaan sesar ini antara lain: pada peta
topografi terlihat sebagai pola kelurusan garis kontur yang diinterpretasikan sebagai
gawir yang berarah timur - barat dan data di lapangan ditunjukkan dengan ekspresi
topografi gawir sesar, adanya kelurusan sungai dan offset morfologi / kontur, adanya
sesar minor / offset lapisan batuan (Gambar 4.45), dan adanya kelurusan sungai
Gambar 4.45 Offset lapisan batuan di LP 103, tempuran Kali Oyo dan Kali Opak
117
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Gambar 4.46 Kenampakan kelurusan sungai Oyo, daerah Sriharjo sebelah selatan
sungai Oyo
(lampiran terikat, analisa struktur geologi hal 230), diperoleh bidang sesar N
238°E/85º, kelurusan sungai N 85º E, net slip 14o, N 87 o E dan rake 16o. Berdasarkan
Klasifikasi Rickard (1972 dalam Ragan, 1973), sesar Turun Kali Oyo ini dinamakan
Right Normal Slip Fault. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sesar
Kali Oyo ini diinterpretasikan sebagai sesar turun yang merupakan fase tektonik
Sesar ini diperkirakan terjadi pada Zaman Tersier (Miosen Awal), terjadi
breksi basal kemas tertutup yang termasuk trend gaya (barat-timur) yang hadir
sebagai sesar turun akibat gaya regangan yang disebabkan oleh pengangkatan
beberapa sesar geser tua menjadi sesar turun seperti yang dialami sesar Oyo.
118
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Struktur geologi pada daerah penelitian dimulai dari zaman Tersier (Miosen
Awal) kemudian berlanjut hingga zaman Kuarter dan masih aktif sampai sekarang.
Pada zaman Tersier daerah penelitian mempunyai bentuk awal (initial form) berupa
tinggian dengan batuan penyusun breksi basal di sebelah utara dan timur daerah
penelitian. Selanjutnya karena arah gaya yang saling berlawanan dari timur dan barat
semakin membesar (Pola Jawa), maka struktur tinggian tersebut tergeser ke arah
timur dan membentuk patahan berupa sesar-sesar mendatar dan sesar turun, termasuk
sesar turun pada daerah penelitian yang menempati satuan breksi basal kemas terbuka
Nglanggran dan endapan lempung - kerakal, yaitu sesar turun Kali Opak. Sesar turun
Kali Opak adalah sesar yang pertama kali terbentuk pada daerah penelitian, yaitu
pada Kala Miosen Tengah setelah breksi basal kemas tertutup Nglanggran
terendapkan. Sesar ini menempati satuan breksi basal kemas tertutup Nglanggran dan
kompresi yang disertai tegasan regangan di Pulau Jawa, selain membentuk deretan
gunungapi Kuarter di sepanjang Pulau Jawa juga telah membentuk sesar-sesar geser,
termasuk di daerah penelitian. Adapun sesar tersebut dari yang pertama kali
terbentuk adalah: sesar turun Opak. Sesar turun Opak pada daerah penelitian
merupakan sesar turun dengan tegasan gaya utama yang berada di bagian barat laut -
tenggara, sesar ini menempati satuan endapan lempung – kerakal, arahnya barat daya
119
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
– timur laut. Sesar Opak awalnya sesar mendatar mengkiri yang kemudian berubah
jadi sesar turun. Tegasan regangan berarah utara barat laut – tenggara menghasilkan
sesar turun Opak dan menggerakan (mengaktifkan) sesar geser mendatar di sekitar
mendatar mengkiri Opak karena merupakan satu fase dan satu orde (memiliki arah
Kelurusan sesar Opak ini menerus dari utara timurlaut daerah penelitian dan
dengan tegasan gaya pertama dengan arah barat laut – tenggara, Sesar mendatar
mengkanan Srunggo juga terbentuk bersamaan dengan sesar turun Opak karena
merupakan satu fase dan satu orde. Sesar ini mengenai satuan breksi basal kemas
batugamping terumbu Wonosari. Sesar mendatar mengkanan Srunggo ini pada bagian
utaranya dipotong sesar turun Kali Oyo sehingga kenampakan morfologi tampak
terpisahkan (offset) antara kelurusan bidang sesar Kali Oyo di bagian utaranya. (Peta
Sesar turun Kali Oyo dan sesar mendatar mengkanan Selopamioro adalah sesar
yang terakhir kali terbentuk pada daerah penelitian, yaitu pada Kala Pleistosen
setelah breksi basal kemas tertutup Nglanggran terendapkan. Sesar ini mengenai
120
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
satuan breksi basal kemas tertutup Nglanggran, breksi basal kemas terbuka
penelitian, arahnya timur – barat dan membentuk ekspresi topografi gawir sesar
Di daerah penelitian memiliki 3 arah gaya (trend), yaitu trend utara - selatan
(sebagai gaya utama) dan trend timur laut – barat daya serta barat laut-tenggara
(sebagai gaya kedua). Dari interpretasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
kompresi lateral yang berada di utara – selatan Pulau Jawa selain membentuk deratan
Berdasarkan data- data geologi yang meliputi data lapangan, antara lain yang
terdiri dari ciri litologi, umur, dan lingkungan pengendapan, serta ditambah dengan
hasil intepretasi dan penafsiran, pada akhirnya dapat dibuat suatu sintesis geologi
daerah penelitian yang menggambarkan sejarah geologi pada suatu kerangka ruang
dan waktu. Penentuan sejarah geologi daerah penelitian juga mengacu pada sejarah –
sejarah geologi regional peneliti – peneliti terdahulu. Model sejarah geologi daerah
penelitian dimulai sejak kala Miosen Awal dimana batuan tertua di daerah penelitian
pertama kali diendapkan, hingga batuan yang terendapkan saat ini (Kuarter).
Pada zaman Tersier, jalur subduksi berada di arah selatan Pulau Jawa, sehingga
121
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Gugusan gunung api yang dijumpai di daerah penelitian telah membentuk cekungan
antar gunung api (intra-arc) dalam lingkungan laut dangkal – neritik. Di dalam
dan bahan asal laut secara bersamaan. Telah diketahui bahwa batuan gunung api
primer yang mengalami litifikasi menjadi breksi basal kemas tertutup Nglanggran di
daerah penelitian. Sebaran batuan gunung api primer terdapat di sebelah utara, timur
dan selatan daerah penelitian yang diendapkan pada kala Miosen Awal hingga
Miosen Tengah (N5- N9) akibat meningkatnya aktivitas di daerah sumber, yang
Dengkeng di sebelah utara daerah penelitian dan atau pusat gunung api di daerah
dari satuan breksi basal kemas tertutup Nglanggran adalah lingkungan darat dengan
fasies proksimal dicirikan dengan ditemukannya lava andesit dan lava basal dengan
Batuan api sekunder (breksi basal kemas terbuka Nglanggran) yang merupakan
hasil longsoran material gunung api dengan mekanisme debris (dengan media gaya
gravitasi), akibat adanya perubahan tektonik yang terjadi daerah penelitian (Gambar
4.47). Sebaran batuan epiklastika (breksi Basal kemas terbuka Nglanggran) yang
122
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
diendapkan pada kala Miosen Awal hingga Miosen Tengah (N6- N9) di lingkungan
darat. Satuan ini terletak di sebelah utara dan barat daya daerah penelitian.
Satuan tuf Nglanggran yang merupakan salah satu produk dari fase destruktif
Nglanggran dan satuan breksi basal kemas tertutup Nglanggran. Umur satuan ini
berdasarkan analisis fosil yang ditemukan dalam matriks breksi polimik adalah N4 –
N9 (Miosen Awal) diendapkan di laut dangkal sehingga masih selaras dengan satuan
breksi basal kemas tertutup Nglanggran dan satuan breksi basal kemas terbuka
Nglanggran.
membentuk Sesar Opak, Sesar Kedungjati, Sesar Srunggo, dan Sesar Selopamioro.
Deformasi tersebut juga diikuti oleh longsoran (debris) bawah laut (dangkal) yang
123
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Dengan berjalannya waktu, mulai terjadi adanya pergeseran arah subduksi yang
dimulai pada Oligosen hingga Miosen Tengah. Pergeseran jalur subduksi ini
Selatan, di sisi lain pergeseran subduksi ini mengakibatkan pengangkatan pada daerah
sekitar laut dangkal di bagian selatan Pulau Jawa. Hal ini diikuti dengan perubahan
muka air laut yang mengalami kenaikan yang tinggi sehingga material sedimentasi
laut dapat berkembang dan terendapkan pada daerah telitiian yang pada saat itu
berupa tinggian hingga terbentuklah Formasi Wonosari pada akhir Miosen Tengah.
(N11 – N13). Akibat tidak adanya sedimentasi dari aktivitas vulkanik dan adanya
gaya pengangkatan maka fase tektonik pertama terjadi yaitu berupa adanya bidang
kemas tertutup Nglanggran maupun satuan breksi basal kemas terbuka Nglanggran
(N5 –N 9).
tektonisme telah berlangsung pasca aktivitas gunung api pada Miosen Akhir dan
berarah barat – timur sepanjang sungai Oyo. Adanya sesar turun ini didukung oleh
data kerusakan saat gempabumi yang berlangsung pada 27 Mei 2006, dengan tingkat
124
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Satuan Endapan
lempung-kerakal
Satuan Batugamping
terumbu Wonosari
Satuan tuf
Nglanggran
Nglanggran
Satuan Breksi
basalt kemas tertutup
Nglanggran
Awal tidak terjadi lagi aktivitas pengendapan material sedimen pada daerah
penelitian, tetapi yang terjadi adalah proses tektonik fase kedua berupa pengangkatan
hingga akhirnya semua satuan batuan tersingkap di daratan dan akibat proses tektonik
kekar dan sesar yang kenampakan morfologi berupa gawir sesar dan pembelokkan
sungai masih nampak hingga sekarang membentuk satuan perbukitan – tersayat kuat
125
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
struktural. Selain itu proses erosional juga cukup tinggi di daerah penelitian, yang
yang menghasilkan sedimen dalam volume yang cukup besar juga dipengaruhi oleh
aktivitas perairan (fluvatil), membentuk material lepas hasil erosi dan terendapkan
sebagai aluvial pada daerah penelitian di sebelah barat. Perbedaan umur yang sangat
jauh antara satuan batugamping terumbu Wonosari dengan satuan endapan lempung –
Geologi tata lingkungan adalah salah satu cabang geologi terpadu mengenai
pemanfaatan bumi oleh manusia dan hubungannya dengan sumberdaya bumi serta
tertentu yang merupakan bagian dari ekosistem yaitu tatanan kesatuan secara utuh
Pengaruh ini dapat berupa pengaruh positif maupun negatif bagi manusia sehingga
126
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
sedangkan untuk pengaruh yang bersifat negatif perlu diambil suatu tindakan
aspek geologi sebagai akibat dari adanya ketergantungan dan interaksi antara manusia
dan ekosistem. Studi geologi sangat diperlukan, baik sebagai perencanaan fisik dalam
geologi.
Dua aspek potensi geologi yang perlu diperhatikan dalam pembahasan geologi
tata lingkungan adalah sumberdaya dan bencana. Sumberdaya geologi adalah potensi
geologi yang bersifat positif yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, sedangkan
bencana adalah potensi geologi yang bersifat negatif yang berhubungan dengan faktor
suatu daerah bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia, maka sesumber daya alam
(natural resource) dan bencana alam (natural hazard) harus diantisipasi sedini
mungkin sehingga sesumber alam dan bencana alam yang timbul dapat ditangani
sedini mungkin. Menurut Sampurno (1979), banyak aspek yang perlu diperhatikan
untuk pengembangan potensi geologi suatu wilayah yaitu bentuk lahan, kondisi air
tanah, dan air permukaan, jenis-jenis bahan galian, kemantapan lereng, pengetahuan
127
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
aspek positif maupun negatif yang perlu diperhatikan terutama dalam penataan dan
serta dapat menekan sekecil mungkin dampak negatifnya, maka perlu dukungan dari
dibagi menjadi tiga, yaitu : sumber daya alam, bencana alam dan pengembangan
lapangan, dapat disimpulkan bahwa sumber daya alam yang terdapat pada daerah
litologi serta struktur geologinya maka sesumber lahan pada daerah penelitian
sebagian besar dapat digunakan menjadi lahan persawahan. Daerah dengan bentuk
topografi yang sebagian besar dataran dengan litologi penyusun endapan vulkanik
gunungapi yang telah mengalami pelapukan dan membentuk soil maka dapat
128
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
letusan gunung api umumnya memiliki tingkat kesuburan tanah yang baik, karena
mengandung unsur hara yang cukup hasil dari abu letusan gunung api.
Adapun lahan yang dijadikan kawasan pertanian yaitu sekitar 42% dari luas
tanah yang ada di daerah penelitian, menempati daerah barat dari daerah penelitian,
129
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Air merupakan sumber kehidupan dan komponen yang penting bagi semua
makhluk hidup. Bagi masyarakat, air merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam
seperti minum, mandi, mencuci dan lain-lain. Selain itu air juga dimanfaatkan untuk
kebutuhan pertanian dan juga industri yang sangat bergantung kepada keberadaan air.
Secara umum sesumber air yang terdapat di daerah penelitian berupa air permukaan,
sungai besar seperti Sungai Opak dan Sungai Oyo. Sungai-sungai tersebut pada
umumnya digunakan untuk saluran irigasi yang airnya sangat dipengaruhi oleh
musim sehingga pemanfaatan air secara optimal hanya dapat dilakukan pada musim
berasal dari batuan breksi vulkanik yang melewati bidang rekahan dan pori-pori
batuan. Oleh warga sekitar mataair ini ditampung dan digunakan untuk kebutuhan air
Sebagian airtanah berasal dari air permukaan yang telah meresap masuk ke
dalam tanah. Airtanah di daerah penelitian dapat dijumpai dari sumur yang digali oleh
kebutuhan air masyarakat sekitar daerah penelitian (Foto 4.53). Secara fisik kualitas
130
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
air di daerah penelitian cukup baik. Air tersebut tidak berwarna, tidak berbau, dan
Foto 4.51 Aliran sungai Kali Oyo sebagai sumber daya air (foto diambil di LP 19
daerah Bandarjo).
Foto 4.52 Mataair di daerah Geger yang digunakan oleh warga sekitar untuk
kebutuhan sehari-hari di LP 107, lensa menghadap timur.
131
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Foto 4.53. Pemanfaatan airtanah yang dimanfaatkan oleh warga berupa sumur untuk
kebutuhan air sehari-hari di LP 110 daerah Geger lensa menghadap barat
laut.
Bencana alam merupakan suatu gejala alam yang disebabkan oleh alam,
manusia atau keduanya (Sampurno, 1979). Jika batas kesetimbangan ekosistem telah
dilampaui, dapat menimbulkan suatu kerugian bagi mahluk hidup di alam tersebut
terutama bagi manusia, seperti korban jiwa, harta benda, kerusakan sarana dan
terhadap tataan kehidupan dan penghidupan baik hewan, tumbuhan maupun manusia
itu sendiri. Seperti terjadi kekeringan dimusim kemarau dan terjadi erosi pada jalan
dan tebing dimusim hujan, gempa bumi, letusan gunungapi dan banjir. Bencana alam
yang dapat diamati di daerah penelitian berupa: tanah longsor, banjir, gempabumi.
132
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa
geologi yang terjadi karena pergerakkan massa batuan atau tanah,berbagai tipe dan
jenis seperti jatuhan, runtuhan dan longsoran. Bencana alam tanah longsor sering
terjadi pada saat musim hujan dengan curah hujan yang tinggi. Bencana alam ini
terjadi pada lereng yang terjal dengan tingkat kestabilan batuan yang rendah dan
beberapa faktor lain seperti: tingkat kejenuhan air pada tanah dan batuan, faktor
pelapukan dan erosi yang cukup tinggi, sehingga tanah dan batuan rentan akan
Tanah longsor yang mungkin terjadi pada daerah penelitian yaitu jenis
runtuhan pada musim hujan, terutama pada batuan yang mempunyai resistensi kurang
baik dan lereng yang terjal seperti daerah Mangunan di sepanjang lembah sungai Oyo
(Gambar 4.54), daerah Siluk Dua (Gambar 4.55) yang morfologinya berupa
Foto 4.54 Gerakan tanah pada daerah penelitian merupakan penciri daerah ini
rawan akan bencana tanah longsor pada LP 23 daerah Tremalang
133
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Foto 4.55 Gerakan tanah pada LP 92, daerah Siluk Dua lensa
menghadap ke barat daya
4.5.2.2. Gempabumi
dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak
bumi.
Tengah bagian selatan termasuk kota Yogyakarta dan sekitarnya telah di tetapkan
sebagai wilayah rawan bencana gempabumi. Aktifnya beberapa sesar yang membelah
Kota Yogyakarta (daerah penelitian), menjadikan daerah ini rawan akan bencana
gempabumi tektonik, salah satu sesar ini adalah sesar Opak yang arahnya timur laut –
134
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
Gambar 4.57 Peta Lokasi gempabumi 27 Mei 2006 dan pusat gempa berada di
daerah lokasi penelitian (kotak merah)
2006 yang telah memporak – porandakan daerah penelitian dan sekitarnya. Hal ini
menunjukkan bahwa aktifitas tektonik di wilayah ini tetap berlangsung terus hingga
sekarang. Dari laporan seorang Pak Daryono ini salah seorang staf BMKG yang
menuliskan pendapatnya tentang Sesar Opak. Beliau terketuk setelah terjadi gempa
menjelang Shalat Taraweh pada hari Sabtu August 21, 2010 pukul 18:41:38. Pak
Daryono mensitir tulisan ilmiah Tsuji, et al, 2009, di Earth Planets Space, 61, e29–
e32, 2009)
Sabtu petang itupun semakin mengokohkan keberadaan sesar aktif yang lokasinya di
sebelah timur Sesar Opak (Gambar 4.58). Jika melihat lokasi episenter menurut
BMKG yang terletak di zona sesar, bisa jadi Gempabumi Bantul ini merupakan
135
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
seluruhnya saat terjadi gempabumi 27 Mei 2006. Walaupun rupture faultnya sendiri
belum terlihat dari data permukaan namun Pak Daryono meyakini berdasarkan data-
estimasi menyimpulkan bahwa sesar penyebab gempa Yogyakarta 2006 adalah sesar
sinistral (left-lateral) dengan sudut strike sekitar 480 dan sudut kemiringan (dip
angle) sekitar 890. Sesar penyebab gempa Yogyakarta 2006 yang diestimasi dari
hasil survei GPS ini, berlokasi sekitar 5 – 10 km di sebelah timur lokasi Sesar Opak
Sesar Opak digambarkan sebagai sesar geser kiri yang meliuk sesuai dengan
data yang diperolehnya (Gambar 4.58). Dari uraian tersebut dan data-data struktur
136
Tugas Akhir Tipe I BAB IV. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Al-Hussein Flowers Rizqi / 410009047
137