Anda di halaman 1dari 11

i-ISSN: 2597-4033

Vol. 5, No. 4, Agustus 2021

FASIES DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUGAMPING


BAGIAN ATAS FORMASI BATURAJA DI LAPANGAN “VE”,
CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA
Verrent Hervania Anwar 1*, Reza Mohammad Ganjar Gani 1*, Yusi Firmansyah
1*
, Asep Ginanjar1*
1
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran
*Korespondensi : verrent17001@mail.unpad.ac.id
ABSTRAK
Daerah penelitian terletak di Lapangan ‘VE’ yang berada pada Bagian Atas Formasi
Baturaja Cekungan Sunda. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan fasies dan
lingkungan pengendapan yang berkembang di daerah penelitian. Analisis fasies dan
lingkungan pengendapan dilakukan dengan mengintegrasikan data batuan inti,
wireline log dan completion log. Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapatkan
9 litofasies yang dikelompokkan menjadi 2 fasies yang terendapkan pada 1
lingkungan pengendapan yaitu fasies wackestone to floatstone dan fasies
wackestone to packstone yang terendapkan di lingkungan back reef lagoon. Kedua
fasies dan lingkungan pengendapan ini memiliki persebaran yang merata pada
lapangan penelitian yang digambarkan pada penampang fasies dan lingkungan
pengendapan pada sumur-sumur penelitian yang merupakan hasil akhir dari
penelitian ini.

Kata kunci: Fasies dan Lingkungan Pengendapan, Distribusi Fasies, Bagian Atas
Formasi Baturaja, Cekungan Jawa Barat Utara.

ABSTRACT

Research area located in ‘ve’ Field on Upper part of Baturaja Formation, North
west Java Basin. This study was conducted to determine the facies and depositional
environment that developed in the study area. the facies and depositional
environment analysis is carried out by integrating core data, wireline log and
completion log. From the combined result of several methods of analysis, it is
identified that 9 facies were deposited in 1 type of depositional environment in the
research area, which is wackestone to floatstone and wackestone to packstone in
back reef lagoon environment. These two facies and depositional environment have
an even distribution in the research field which is depicted in the cross section of

405
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 4, Agustus 2021: 405-415

the facies and depositional environment in research wells which are the final results
of this study.
Keyword: Facies and Depositional Environment Analysis, Facies Distribution, Top
of Baturaja Formation, , North west Java Basin.

1. PENDAHULUAN basin system). Secara fisiografi


Cekungan Jawa Barat Utara berada di
Lapangan VE merupakan lapangan
sebelah selatan Paparan Sunda yang
produksi minyak milik Pertamina Hulu
berbatasan dengan Karimun Jawa di
Energi Offshore Northwest Java yang
sebelah timur, Cekungan Bogor di
terletak pada sub-cekungan Jatibarang
sebelah selatan, dan Cekungan Sumatera
(Gambar 1). Salah satu yang menarik
Selatan di sebelah barat. Cekungan Jawa
dari daerah penelitian yaitu menjadi
Barat Utara terdapat tujuh Sub-
tempat terbentuknya batuan karbonat
Cekungan utama, yaitu: Jatibarang,
yang terdapat reservoir penghasil
Cipunegara/E15 Graben, Kepuh, Pasir
minyak. Daerah penelitian didominasi
Bungur, Ciputat, Ardjuna Selatan, dan
oleh batugamping yang memiliki
Ardjuna Tengah. Menurut Daly, (1987)
karakteristik yang unik dan menjadi
terdapat 7 fase tektonik yang terjadi pada
tantangan dalam eksplorasi. Tulisan ini
Cekungan Jawa Barat Utara yang
dimaksudkan sebagai bahan kajian
dimulai sejak masa kapur akhir hingga
untuk:
kala pliosen. Terjadinya rifting dengan
a. Litofasies dan elektrofasies pada
dua arah patahan dengan dip yang
batugamping lapngan VE.
hampir sama mengakibatkan
b. Fasies dan persebarannya pada
terbentuknya system half graben yang
lapangan VE.
sangat mempengaruhi sistem cekungan
c. Lingkungan pengendapan pada
hingga saat ini. Adapun stratigrafi
lapangan VE.
regional Cekungan Jawa Barat Utara
2. TINJAUAN PUSTAKA
terdiri dari beberapa formasi (dari tua ke
A. Geologi Regional
muda), yaitu :
Cekungan Jawa Barat Utara secara
1. Basement
regional termasuk ke dalam sistem
2. Formasi Jatibarang
cekungan busur belakang (back arc

406
Fasies dan Lingkungan Pengendapan Batugamping Bagian Atas Formasi Baturaja di Lapangan “VE”, Cekungan
Jawa Barat Utara (Verrent).

3. Formasi Talang Akar 95%. Sehingga tidak semua batuan


4. Formasi Baturaja karbonat adalah batugamping (Reijers &
5. Formasi Cibulakan Atas Hsu,1986).
6. Formasi Parigi Walker dkk (1992), fasies adalah
7. Formasi Cisubuh sebuah tubuh batuan yang dicirikan oleh
B. Klasifikasi Batuan Karbonat kombinasi litologi, struktur biologi atau
Klasifikasi Dunham (1962) dan fisika yang membedakan tubuh batuan
Embry & Klovan (1970). Kedua tersebut dengan batuan yang ada di
klasifikasi ini mengklasifikasikan atasnya, di bawahnya atau di bagian lain
batugamping berdasarkan komposisi yang lateral. Suatu fasies dapat
butiran dan matriks. Klasifikasi batuan mencerminkan suatu mekanisme
karbonat menurut Dunham (1962) pengendapan tertentu atau berbagai
dikelompokkan berdasarkan tekstur mekanisme yang bekerja serentak pada
pengendapannya. Unsur penyusun yang saat yang bersamaan.
memengaruhi klasifikasi adalah lumpur, Faktor penting yang berpengaruh
butiran dan organisme digambarkan dalam pembentukan karbonat yaitu
pada (Gambar 2). Sedangkan klasifikasi posisi daerah terhadap garis lintang
batugamping menurut Embry & Klovan (latitude), iklim, temperatur, penetrasi
(1970) (Tabel 2.4) yang menambahkan sinar matahari dan salinitas.
klasifikasi Dunham (1962) digambarkan
Fasies umumnya dikelompokkan
pada (Gambar 3).
ke dalam asosiasi fasies. Fasies-fasies
C. Fasies Batuan Karbonat tersebut berhubungan secara genetis
Batuan Karbonat adalah batuan sehingga memiliki arti lingkungan dari
dengan kandungan material karbonat batuan itu sendiri. Dalam skala lebih luas
lebih dari 50% yang tersusun atas asosiasi fasies bisa disebut atau
partikel karbonat klastik yang dipandang sebagai basic architectural
tersemenkan atau karbonat kristalin hasil element dari suatu lingkungan
presipitasi langsung, sedangkan pengendapan yang khas sehingga akan
batugamping adalah batuan yang diketahui bentuk tiga dimensi tubuhnya
mengandung kalsium karbonat hingga (Walker dan James, 1992).

407
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 4, Agustus 2021: 405-415

Pola fasies yang digunakan dalam litofasies dibedakan berdasarkan besar


penelitian ini adalah berdasarkan butir dan kelimpahan biota. Sehingga,
klasifikasi James & Bourque (1992) dan setiap tekstur dengan karakteristik besar
Luis Pomar (2004). Pembagian zona butir dan kelimpahan biota akan
terumbu menurut James & Bourque digolongkan menjadi litofasies.
(1992) dapat membantu dalam Selanjutnya analisis litofasies
penentuan tekstur batuan karbonat serta didukung oleh analisis dan interpretasi
kaitannya terhadap energi pembentukan elektrofasies berdasarkan kesamaan pola
batuan, hal ini membantu dalam log gamma ray. Hasil analisa
penentuan asosiasi fasies batuan elektrofasies kemudian diaplikasikan ke
karbonat nantinya pada (Gambar 4). sumur lainnya sehingga fasies pada
Selain menggunakan klasifikasi James & sumur lain dapat diketahui.
Bourqe (1992), penentuan asosiasi fasies
Lalu, dilanjutkan dengan penentuan
pada penelitian ini juga menggunakan
fasies yaitu berdasarkan sejumlah
klasifikasi Luis Pomar (2004).
litofasies yang dikelompokkan menjadi
Klasifikasi Luis Pomar (2004)
satu berdasarkan kesamaan karakteristik
menyertakan tekstur batuan karbonat dan
litofasies nya. Litofasies ini pun di
juga biota yang menjadi penciri dari
kelompokkan lagi menjadi asosiasi fasies
suatu fasies tertentu yang digambarkan
dan dibuat penampang korelasi pada
posisinya pada (Gambar 5).
sumur-sumur penelitian.
3. METODE
Kemudian, suatu fasies dapat
Pada penelitian ini, dilakukan mencerminkan suatu mekanisme
beberapa analisis dan interpretasi data. pengendapan tertentu atau berbagai
Analisis yang dilakukan pertama kali mekanisme yang bekerja serentak pada
yaitu analisis litofasies berdasarkan data saat yang bersamaan. Setiap kumpulan
batuan inti (core conventional). Hasil litofasies atau yang sering disebut
dari analisis ini berupa kondisi tekstur dengan asosiasi fasies dapat mencirikan
batuan dan keterdapatan dan kelimpahan suatu lingkungan pengendapan atau
organisme pada batuan yang menjadi zona pembagian terumbu tertentu.
karakteristik tiap litologi. Setiap

408
Fasies dan Lingkungan Pengendapan Batugamping Bagian Atas Formasi Baturaja di Lapangan “VE”, Cekungan
Jawa Barat Utara (Verrent).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN material karbonat. Sedangkan litofasies


4.1 Analisis Litofasies floatstone dicirikan dengan warna lapuk
cokelat kekuningan dan warna segar
Analisis Litofasies dilakukan dengan
putih kekuningan. Tekstur pengendapan
menggunakan data batuan inti
terlihat, komponen tidak terikat
konvensional (Conventional Core) dari
(allochthonous), Matrix Supported,
sumur VEB-1 kedalaman 4167ft sampai
komponen terdiri dari foraminifera besar
4184ft (MD) dan 4219ft sampai 4253ft
yaitu pelecypoda (1-3cm), pecahan
(MD) yang berfungsi untuk menentukan
cangkang moluska, Terdapat struktur
karakteristik suatu batuan dalam sebuah
crystal vein.
interval batuan berdasarkan deskripsi
yang didapatkan. Penamaan litofasies 4.2 Analisis Elektrofasies
berdasarkan Klasifikasi Dunham tahun
Analisis elektrofasies dilakukan
1962 modifikasi embry & Clovan tahun
untuk mengetahui lingkungan
1971. Dari hasil pengamatan dan
pengendapan berdasarkan rekaman pola
deskripsi didapatkan 9 Litofasies terdiri
log gamma ray.
dari 5 litofasies Wackestone, 2 litofasies
Packstone dan 2 litofasies Floatsone Dalam melakukan interpretasi

ditunjukan pada (Tabel 1). elektrofasies merujuk pada respon pola


log gamma ray yang merujuk pada
Litofasies Wackestone dicirikan
klasifikasi Kendall (2003). Berdasarkan
dengan warna lapuk kuning kecokelatan
hasil analisis terdapat 2 pola yang
dan warna segar putih kekuningan. mud
berkembang pada daerah penelitian yaitu
supported, komponen terdiri dari pecahan
cylindrical shape dan serrated shape.
cangkang Moluska (0,5-1cm) dan
foraminifera besar (<1cm). Litofasies Berdasarkan analisis ini, dapat di

Packstone dicirikan dengan warna lapuk interpretasikan bahwa Fase pertama

kuning keabu-abuan dan warna segar pertumbuhan karbonat pada lapangan VE

putih kekuningan. Grain supported. berupa keep-up carbonate yang ditandai

Komponen terdiri dari foraminifera dengan pola serrated menunjukkan

(<1cm-2cm), pecahan cangkang moluska adanya perubahan energi dari energi

dan pecahan koral (<2-5cm), mud rendah ke energi tinggi ataupun

409
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 4, Agustus 2021: 405-415

sebaliknya secara terus menerus. yaitu Wackestone to Floatstone dan


Perubahan energi seperti ini Wackestone to Packestone kemudian
menghasilkan endapan perlapisan dibuat persebarannya pada penampang
berulang antara batuan karbonat klastik korelasi sumur-sumur lapangan VE pada
dan batuan silisiklastik karena terus (Gambar 7). Dalam melakukan
terkotori oleh influks silisiklastik yang interpretasi pembagian asosiasi fasies ini
pada umumnya memiliki ukuran halus merujuk pada pembagian zona terumbu
berdasarkan pola log gamma ray yang berdasarkan James & Bourque (1992)
cukup tinggi. Perubahan energi ini dan Luis Pomar (2004).
menghasilkan pola aggradasi.
Asosiasi Fasies wackestone to
Kemudian Fase berikutnya pola floatstone ini didominasi oleh litofasies
cylindrical ini menunjukkan energi wackestone dan floatstone. Wackestone
pengendapan yang cenderung sama dari to Floatstone ini banyak dijumpai pada
tiap waktu serta litologi tebal yang sumur VEB-1 tepatnya di bagian bawah
bersifat non-radioaktif. Fase ini dengan kenampakan berwarna cokelat
memasuki masa transgresi. Pada fase ini kekuningan hingga putih kekuningan.
karbonat tumbuh sesuai dengan baik, Secara umum, tekstur bersifat mud
asosiasi fasies batuan karbonat yang di supported dan mengandung fosil
temukan akan relatif seragam akibat pola foraminifera besar dan pecahan cangkang
cylindrical ini memiliki energi moluska.
pengendapan yang cenderung sama dari
Kemudian, asosiasi fasies
tiap waktu.
Wackestone to Packestone memiliki
Hasil analisis elektrofasies pada karakteristik warna lapuk kuning keabuan
penampang sumur penelitian ditunjukan dan warna segar putih kekuningan.
pada (Gambar 6). didominasi oleh matrix dengan butiran
>10%, selain itu ada bagian grain
4.3 Analisis Fasies
supported dan mengandung mud,
Dari hasil analisis litofasies yang mengandung pecahan - pecahan fosil
dilakukan, ke-9 litofasies tersebut dibagi berupa foraminifera, pelecypoda (<1cm-
menjadi dua kelompok asosiasi fasies 1cm) dan pecahan koral (1cm-2cm).

410
Fasies dan Lingkungan Pengendapan Batugamping Bagian Atas Formasi Baturaja di Lapangan “VE”, Cekungan
Jawa Barat Utara (Verrent).

4.4 Analisis Lingkungan Pengendapan diinterpretasikan juga sebagai fase


agradasi atau keep-up carbonates. Pada
Hasil analisis fasies berdasarkan
waktu ini terjadi kenaikan muka air laut
klasifikasi pembagian zona terumbu
dan pertumbuhan terumbu seimbang,
James & Bourque (1992) dan Luis Pomar
ditandai dengan adanya keseragaman
(2004) Asosoiasi fasies wackestone to
organisme yang tumbuh pada bagian
floatstone dan Asosiasi fasies wackestone
barat hingga timur lapangan penelitian,
to packstone secara umum memilki
sehingga mencirikan lingkungan
lingkungan pengendapan back reef
pengendapan back reef lagoon.
lagoon. Pada umumnya, material dengan
fasies ini mengandung banyak material KESIMPULAN
halus seperti mud dan mengandung
a. Litofasies pada lapangan VE terdapat
beberapa fosil seperti pecahan cangkang
9 litofasies, yaitu terdiri dari : 5
moluska, foraminifera besar dan pecahan
Wackestone, 2 Floatstone dan 2
coral. Persebaran lingkungan
Packstone dan Hasil analisis
pengendapan Back Reef Lagoon ini
elektrofasies didapatkan pola
tersebar merata disemua sumur pada
penumpukan Serrated dan
lapangan VE ditunjukan pada (Gambar
Cylindrical.
8). Pola elektrofasies pada interval ini
b. Hasil analisis data yang dilakukan,
ialah pola serrated dan cylindrical. Pola
pada Lapangan VE terbagi menjadi 2
Serrated diinterpretasikan sebagai fase
Asosiasi yaitu:
agradasi atau keep-up carbonate, terjadi
- Asosiasi Fasies Wackestone to
perubahan energi dari energi rendah ke
Floatstone, tersusun atas 4
energi tinggi ataupun sebaliknya secara
litofasies yaitu 2 Wackestone dan 2
terus menerus. Perubahan energi seperti
Floatstone. Memiliki pola
ini menghasilkan endapan perlapisan
elektrofasies yang dominan
berulang antara batuan karbonat klastik
Serrated shape.
dan batuan silisiklastik karena terus
- Asosiasi Fasies Wackestone to
terkotori oleh influks silisiklastik yang
Packstone, tersusun atas 5
pada umumnya memiliki ukuran halus
litofasies yaitu 3 Wackestone dan 2
berdasarkan pola log gamma ray yang
Packstone. Memiliki pola
cukup tinggi. Sedangkan pola cylindrical
411
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 4, Agustus 2021: 405-415

elektrofasies yang dominan Amril, A., Sukowitono., dan


Cylindrical shape.. Supriyanto., 1991, Jatibarang
c. Lingkungan pengendapan pada Sub Basin – a half Grabben
Lapangan VE merupakan lingkungan Model in the Onshore of North
pengendapan Back Reef Lagoon. West Java. IPA Proceedings,
20th Annual Convetion,
UCAPAN TERIMAKASIH
Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih yang Baker Hughes. 2002. Atlas of Log
sebesar-besarnya kepada Bapak Reza Responses. Baker Hughes
Mohammad Ganjar Gani, ST., MT dan Incorporated.
Bapak Yusi Firmansyah S.Si., MT selaku Bishop, 2000, Petroleum Systems
dosen pembimbing penulis yang telah of The Northwest Java
membimbing penulis sehingga dapat Province, Java and Offshore
menyelasaikan penelitian ini. Tak lupa Southeast Sumatra, Indonesia,
penulis ucapkan terimakasih pula kepada USGS.
Bapak Asep Ginanjar, S.T., M.T. selaku Boggs, Sam. 2006. Principles of
pembimbing teknis yang telah Sedimentology and
memberikan kesempatan kepada penulis Stratigraphy. New Jersey :
untuk melaksanakan penelitian di PT. Pearson Prentice Hall.
Pertamina Hulu Energi Offshore Daly, M.C., BGD. Hooper dan
Northwest Java. Selain itu, Penulis D.G. Smith, 1987, Tertiary
ucapkan terima kasih kepada Fakultas Plate Tectonics and Basin
Teknik Geologi, Universitas Padjajdran Evolution in Indonesia,
beserta jajarannya. Proceedings of Indonesia

DAFTAR PUSTAKA Petroleum Association, 16th


Annual Convention.
Allen, P.A. & Allen, J.R., 1990, Basin
Dunham, Robert J. 1962.
Analysis :Principles &
Classification of Carbonate
Applications, Blackwell Scientific
Rocks According to
Publications, Oxford London.
Depositional Textures. AAPG
Memoir 1

412
Fasies dan Lingkungan Pengendapan Batugamping Bagian Atas Formasi Baturaja di Lapangan “VE”, Cekungan
Jawa Barat Utara (Verrent).

Embry A. F. and Klovan J.E. 1971. (Jilid 1 Ed). Bandung: Institut


A Late Devonian Reef Tract on Teknologi Bandung
North-eastern Banks Island. Noble, Ron .A, 1997, Petroleum
Bulletin of Canadian Petroleum Systems Of Onshore and
Geology vol. 19. Offshore NW. Java, Indonesia,
Flugel, E. 2004. Microfacies of Atlantic Richfield Indonesia,
Carbonate Rocks: Analysis, Inc, Pertamina
Interpretation and Application. Pertamina, 1996. Petroleum
Berlin, Heidelberg, New York: Geology of Indonesian Basin
Springer-Verlag. Volume III: West Java Sea
Hamilton, W., 1979, Tectonics of Basin, Pertamina BPPKA
Indonesia Region, US Pomar, L., Brandano, M., dan
Geological Survey Professional Westphal, H., 2004,
Paper. Environmental factors
James, N. P., Bourque, P. A. 1992. influencing skeletal grain
Reefs and mounds. In Walker, sediment associations: A
R. G., James, N.P. (eds.): critical review of Miocene
Facies models. Response to sea examples from the western
level change, h. 323-348, Mediterranean: Sedimentology,
Ottawa (Geol. Ass. Canada). v. 51, p. 627–651
Katili, J.A., 1974, Volcanism and Reminton. C.H. Nasir. H., 1986,
Plate Tectonics in The Potensi Hidrokarbon pada
Indonesian Island Arcs, Batuan Karbonat Miosen Jawa
Tectonophsics, Elsevier Barat Utara. PIT IAGI XV,
Scientific Publishing Company, Yogyakarta.
Amsterdam. Widodo,Robet,Wahyu (2018). E
Kendall. 2003. Carbonate and volution of the Early Miocene
Relatives Change in Sea Level. Carbonate: Baturaja
Mar. Geol. 44. Formation in Northwest Java
Koesoemadinata, R, P. (1980). Basin, Indonesia. Doctoral
Geologi Minyak dan Gas Bumi

413
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 4, Agustus 2021: 405-415

dissertation, Texas A&M


University.
Tucker and Maurice. 1990.
Carbonate Sedimentology.
Oxford : Blackwell Science
Ltd.
Walker, R. G., & James, N. P.
(1992). Fasies Model: Gambar 2. Klasifikasi Batuan
Response to Sea Level Change. Karbonat (Dunham, 1962)

Geological Association of
Canada.
Wayne M.AHR. 2008. Geology of
Carbonate Reservoirs : The
Identification, Description and
Characterization of
Hydrocarbon reservoirs in
Carbonate Rocks. Texas A&M
University
Gambar 3. Klasifikasi Batuan
LAMPIRAN Karbonat (Embry & Klovan, 1971)

Gambar 1. Lokasi Penelitian (Noble,


2000) Gambar 4. Klasifikasi Pembagian
Zona Terumbu (James & Bourque,
1992)

414
Fasies dan Lingkungan Pengendapan Batugamping Bagian Atas Formasi Baturaja di Lapangan “VE”, Cekungan
Jawa Barat Utara (Verrent).

Gambar 5. Klasifikasi Pembagian


Zona Terumbu (Pomar, L. 2004)

Gambar 8. Penampang Lingkungan


Pengendapan Lapangan 'VE' Arah
Barat – Timur
Gambar 6. Analisis Elektrofasies
pada Log Sumur Lapangan VE.

Gambar 7. Penampang Fasies


Pengendapan Lapangan 'VE' Arah
Barat – Timur
415

Anda mungkin juga menyukai