Anda di halaman 1dari 10

i-ISSN: 2597-4033

Vol. 5, No. 2, April 2021

ANALISIS DAN PEMODELAN GEOSTATISTIK FASIES SANDRIDGE PADA


INTERVAL 22 LAPANGAN ARA CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA
Dias Maharani Hastomo1*, Ildrem Syafri1, Reza Moh. Ganjar Gani1, Yusi Firmansyah1, Amrizal2
1
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Bandung
2
Pertamina Hulu Energi

*Korespondensi : dias17001@mail.unpad.ac.id

ABSTRAK
Lapangan Ara merupakan salah satu lapangan pada Cekungan Jawa Barat Utara. Interval penelitian terletak pada
interval 22 Formasi Cibulakan Atas, Cekungan Jawa Barat Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
fasies, geometri reservoir, dan distribusi reservoir pada lapangan Ara. Dalam penelitan terdapat dua jenis data
yang digunakan. Data primer berupa korelasi kronostratigrafi, peta rasio ketebalan batupasir dan shale, peta
netsand, dan model struktur tiga dimensi. Data sekunder berupa deskripsi batuan inti, atribut seismik, dan peta
struktur kedalaman. Metode yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas korelasi sumur, identifikasi fasies,
pemetaan fasies, dan pemodelan fasies tiga dimensi. Pemodelan fasies dilakukan dengan metode Truncated
Gaussian Simulation (TGS) Hasil analisis batuan inti menunjukkan bahwa terdapat 7 litofasies penyusun daerah
penelitian yang terdiri atas 6 litofasies batupasir dan 1 litofasies batugamping yang dikelompokkan menjadi 3
asosiasi fasies, yaitu AF1 (Tidal Dominated Lower Shoreface), AF2 (Tidal Dominated Upper Shoreface), AF3
(Transgressive Lower Shoreface). Berdasarkan analisis elektrofasies, daerah penelitian merupakan endapan
sandridge yang tersusun atas fase embrionik, fase accretion, dan fase abandonment. Endapan ini memiliki
geometri berupa leading dan trailing edge. Sandridge pada daerah penelitian terendapkan pada lingkungan
transgressive tidal sandridges dengan arah pengendapan regional timur laut – barat daya, dan struktur geologi
utama adalah sesar normal berarah utara – selatan

Kata Kunci : Cibulakan Atas, Sandridge, Pemodelan Geostatistik, Truncated Gaussian Simulation

ABSTRACT
Ara Field is one of the oil and gas production field located in the North West Java Basin. The research interval
spotted in 22nd interval, Cibulakan Atas Formation, North West Java Basin. This study aims to determine facies,
reservoir geometry, and reservoir distribution at intervals of the study area. In research, there are two types of
data used. The primary data is in the form of chronostratigraphic correlation, sandstone and shale thickness ratio
maps, netsand maps, and three-dimensional structural models. Secondary data consist of core rock descriptions,
seismic attributes, and depth structure maps. The method used in this study consisted of well correlation, facies
identification, facies mapping, and three-dimensional facies modeling. Facies modeling was carried out using the
Truncated Gaussian Simulation (TGS) method. The results of the core analysis showed that there are seven
lithofacies that arranged of study area, consist of six sandstone lithofacies, and one limestone lithofacies. Then
grouped into three facies association, there are AF1 (Tidal Dominated Lower Shoreface), AF2 (Tidal Dominated
Upper Shoreface), AF3 (Transgressive Lower Shoreface). Based on the electrofacies analysis, the 22 Upper
Cibulakan Formation intervals of Main members are sandridge deposits which are composed of an embryonic
phase, an accretion phase and an abandonment phase. These deposits have a geometry of a leading and trailing
edge. The sandridge in the study area is deposited in the Tidal Transgressive Sandridges environment with the
northeast-southwest regional deposition direction, and the main geological structure is a normal north-south
trending fault.

Keyword : Upper Cibulakan, Sandridge, Geostatistic modelling, Truncated Gaussian Simulation

107
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 2, April 2021: 107-116

PENDAHULUAN yang terletak diantara lempeng mikro


Sunda dan tunjaman Tersier lempeng
Cekungan Jawa Barat Utara Hindia – Australia. Cekungan Jawa Barat
merupakan salah satu cekungan penghasil Utara memiliki empat belas sub cekungan
hidrokarbon terbesar di Indonesia. dan beberapa diantaranya terbukti memiliki
Cekungan ini dipengaruhi oleh sistem block hidrokarbon aktif dan sisanya diduga
– faulting yang berarah utara – selatan dan menjadi “kantong” minyak dan gas.
dapat dibagi atas tujuh sub cekungan Terdapat 7 (tujuh) event tektonik di
utama, yaitu Jatibarang, South Arjuna,
Asia Tenggara yang memengaruhi
Central Arjuna, Ciputat, Kepuh, perkembangan struktur dan juga stratigrafi
Pasirbungur, Cipunegara E15 Graben. di Cekungan Jawa Barat Utara (Daly et al,
Lokasi penelitian berada pada 1987):
Lapangan Ara, Formasi Cibulakan Atas, 1. Kapur Akhir – Awal Paleosen
Cekungan Jawa Barat Utara. Pada Pada masa ini disebut sebagai fase
Lapangan Ara diindikasikan terdapat Pre-Rift, busur magmatisme berada pada
endapan laut kompleks atau dikenal dengan busur Meratus yang saat ini berada pada
istilah Sandridge yang memiliki utara Pulau Jawa dan busur Luk Ulo,
karakteristik yang cukup istimewa aktivitas ini menghasilkan metamorfisme
dibandingkan dengan endapan laut lain. regional yang memacu terbentuknya batuan
Untuk itu penelitian kali ini difokuskan dasar di area Cekungan Jawa Barat Utara.
pada permodelan fasies 3D secara 2. Eosen
geostatistik pada Lapangan Ara, Cekungan Pada kala ini disebut sebagai Syn-
Jawa Barat Utara. Permodelan fasies secara Rift I, terjadi fase tektonik renggangan
geostatistik ini digunakan untuk membentuk sistem half graben yang
mengetahui kondisi dari lingkungan
merupakan episode ekstensional yang
pengendapan dan nilai persebaran fasiesnya mengawali terjadinya rifting. Endapan pada
pada daerah penelitian secara kuantitatif. fase ini adalah Formasi Jatibarang yang
Penelitian ini dilakukan dengan terdiri dari sedimen asal darat dan
mempelajari, menginterpretasi, serta terendapkan diatas basement dengan
mengidentifikasi keadaan geologi dan kontak tidak selaras pada umur Awal
stratigrafi pada daerah penelitian. Hasil dari Oligosen (Van de Weer dan Armin, 1992).
model fasies yang telah dibuat digunakan Selain itu terendapkan juga endapan
sebagai penunjang dalam pencarian lakustrin dan vulkaniklastik yang terisolasi
lapangan migas baru ataupun pada sistem half graben (Gresko, 1993).
pengembangan lapangan migas yang sudah 3. Awal Oligosen
ada agar produksinya dapat meningkat Pada fase Syn-Rift II, aktivitas
untuk memenuhi kebutuhan minyak dan vulkanisme dan rifting 1 berhenti. Periode
gas bumi nasional ini berlainan dengan event tumbukan yang
terjadi didepan busur Jawa dan Sumatra
TINJAUAN PUSTAKA
(Daly, 1987) yang menghasilkan
Geologi Regional ketidakselarasan bersudut pada batas
Secara regional, Cekungan Jawa Formasi Jatibarang. Erosi ini kemudian
Barat Utara merupakan sistem cekungan menghasilkan endapan sedimen klastik
belakang busur (back arc basin system) yang cukup tebal yaitu Formasi Talang
108
Analisis Dan Pemodelan Geostatistik Fasies Sandridge Pada Interval 22 Lapangan Ara Cekungan
Jawa Barat Utara (Dias)

Akar Bagian Bawah yang terdiri dari Endapan Sandridge


konglomerat masif dan batupasir sedang Karakteristik dari pengendapan
hingga kasar, batulempung lakustrin dan pada shelf dengan suplai sedimen klastik
paleosoil (Ponto, 1988). banyak dipengaruhi oleh proses ombak,
4. Oligosen Akhir badai, dan pasang surut. Shelf dibagi
Pada kala ini disebut sebagai fase menjadi dua tipe utama, yaitu Storm
Post-Rift, dimana Formasi Talang Akar dominated shelf dan Tidal dominated shelf
Bagian Atas diendapkan di atas Formasi yang dapat diamati pada lingkungan
Talang Akar Bagian Bawah. Formasi sekarang dan fasies purba.
Talang Akar Bagian Atas yang terdiri dari Endapan sandridge terbentuk
perselingan batupasir halus-sedang, sebagai hasil erosi dan pembentukan ulang
batulempung, batulanau, batubara dan dari endapan lowstand (endapan deltaic dan
batugamping yang terendapkan pada endapan pantai) oleh arus pasang surut
kondisi umum transgresif. Pada Awal yang secra tiba-tiba aktif dalam fase
Miosen aktivitas tektonik di Cekungan transgresi. Endapan sandridge diendapkan
Jawa Barat Utara mengalami penurunan di atas ravinement surface dan memiliki
yang menyebabkan pertumbuhan batuan karakteristik bentuk yang asimetris dengan
karbonat yang luas pada Formasi Baturaja salah satu bagian bersudut tajam dan tebal
(Gresko dkk., 1995). atau disebut sebagai leading edge,
5. Miosen Tengah sedangkan pada bagian lain bergradasi
Pada kala ini terdapat reaktivasi menipis dengan sudut yang lebih landai
struktur yang telah ada sebelumnya, karena atau disebut sebagai trailing edge.
adanya tektonik inversi di Jawa akibat
subduksi barat – timur dan kemudian
membentuk endapan sedimen klastik tebal
yang dikenal dengan Formasi Cibulakan
Gambar 1. Rekonstruksi morfologi secara
Atas (Gresko dkk., 1995). horizontal endapan sandridge (Setiawan, 2019)
6. Miosen Akhir
Akibat terjadi penurunan aktivitas Selain itu, berdasarkan teori Leva
tektonik pada Miosen Akhir, terjadi Lopez (2016) endapan ini memiliki 3
pengendapan sekuen batuan karbonat yang tahapan yang terdiri dari embryonic stage
luas di seluruh cekungan yang dikenal yang menunjukkan hasil sedimen laut,
dengan Formasi Parigi (Adnan dkk, 1991). biasanya memiliki karakteristik ukuran
7. Plio – Pleistosen butir halus seperti lanau, lempung, atau
Pengaruh material vulkanik batupasir halus kaya fosil. Selanjutnya
kembali terjadi pada masa ini yang acretion stage, biasanya tersusun atas
disebabkan oleh majunya busur vulkanik batupasir masif dengan ukuran butir yang
Jawa yang bergerak ke arah utara. Selain lebih besar. Lalu abandonment stage,
itu, tektonik kompresi mempengaruhi dicirikan dengan endapan hemipelagic dan
sistem half graben dan menyebabkan tingkat bioturbasi yang tinggi.
sistem thrust fault aktif sehingga
keseluruhan cekungan miring ke arah
selatan (Adnan dkk., 1991).

109
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 2, April 2021: 107-116

METODE litologi, struktur sedimen, dan bioturbasi.


Kemudian data tersebut digunakan untuk
Pada penelitian ini, dilakukan
mengelompokkan fasies, asosiasi fasies,
beberapa analisis dan interpretasi data
serta menentukan lingkungan pengendapan
untuk mengetahui lingkungan pengendapan
pada interval daerah penelitian. Terdapat 7
dan persebaran fasies pada Lapangan Ara,
litofasies pada daerah penelitian yang
Formasi Cibulakan Atas, Cekungan Jawa
selanjutnya dikelompokkan menjadi 3
Barat Utara. Analisis dan interpretasi data
asosiasi fasies, yaitu
yang dilakukan diantaranya adalah analisis
litofasies dari data batuan inti. Dalam
1. Tidal Dominated Lower Shoreface
penelitian ini, yang menjadi fokus
(AF1)
pengamatan yaitu sifat-sifat fisik batuan
Asosiasi fasies ini terdiri dari 2
yang berguna untuk mengidentifikasi
litofasies. Litofasies yang pertama yaitu
lingkungan pengendapan daerah penelitian.
Wavy Lamination Veryfine Sandstone (F1)
Selanjutnya analisis elektrofasies dilakukan
merupakan Batupasir, warna abu-abu gelap,
melalui pengamatan pola log gamma ray
ukuran butir pasir sangat halus, bentuk butir
untuk mengetahui lingkungan pengendapan
menyudut hingga menyudut tanggung,
dan tahapan-tahapan sandridge pada pada
sortasi menengah, kemas tertutup,
suatu interval penelitian yang tidak terdapat
kekerasan lunak, mengandung beberapa
data serbuk bor. Selanjutnya adalah
cangkang fosil, terdapat struktur laminasi
korelasi kronostratigrafi yang dilakukan
bergelombang dengan batulempung,
dengan mengamati litologi penciri masing-
intensitas bioturbasi 1. Selanjutnya yaitu
masing batuan dengan membaca pola log
Lenticular Lamination Fine Sandstone (F2)
sinar gamma dan log-log lain dikalibrasi
merupakan perselingan batupasir dan
dengan informasi dari data batuan inti.
batulanau. Batupasir warna abu terang,
Kemudian pembuatan peta netsand map
ukuran butir pasir halus, bentuk butir
untuk mengetahui geometri dan distribusi
memebundar tanggung hingga menyudut
fasies sandridge. Pembuatan netsand map
tanggung, kemas tertutup, sortasi cukup
ini berdasarkan interpretasi seismik dan
baik, kekerasan lunak, ditemukan mineral
juga pie chart yang berisikan rasio
kuarsa, pirit, dan calcareous pada beberapa
ketebalan antara batupasir dan shale pada
bagian, terdapat struktur laminasi lentikular
daerah penelitian. Dan yang terakhir adalah
dengan batulanau. Kedua litofasies ini
pembuatan model fasies 3D untuk
dikelompokkan menjadi sebuah asosiasi
mengetahui sebaran fasies pada daerah
fasies, dan dinamakan “AF1”. Ukuran butir
penelitian.
halus serta struktur laminasi bergelombang
HASIL DAN PEMBAHASAN dan lentikular menandakan pada daerah ini
memiliki energi yang rendah dengan energi
Analisis Litofasies dan Asosiasi Fasies yang mendominasi adalah energi pasang
Analisis litofasies dilakukan surut. Ditemukan juga beberapa pecahan
menggunakan data batuan inti. Hal ini cangkang foraminifera yang menandakan
dilakukan karena data batuan inti bahwa endapan ini terbentuk pada
merupakan data yang paling mewakili lingkungan laut. Asosiasi fasies ini dapat
kondisi bawah permukaan secara pasti. disebut sebagai tahap embrionik dari
Data batuan inti yang dideskripsi berupa endapan sandridge yang terendapkan di laut
110
Analisis Dan Pemodelan Geostatistik Fasies Sandridge Pada Interval 22 Lapangan Ara Cekungan
Jawa Barat Utara (Dias)

terbuka dan didominasi oleh energi pasang 3. Transgressive Lower Shoreface (AF3)
surut pada fase awal transgresi (Gilang dkk, Asosiasi fasies ini terdiri dari 2
2019 dan Lopez, 2016). litofasies. Litofasies yang pertama yaitu
Limestone (F6) merupakan batugamping,
2. Tidal Dominated Upper Shoreface warna abu-abu terang, wackestone, fragmen
(AF2) berukuran kerikil hingga kerakal yang
Asosiasi fasies ini terdiri dari 3 tersusun atas koral, foraminifera, alga, dan
litofasies. Yang pertama yaitu Structurless lain-lain. Litologi ini memiliki tingkat
Fine Sandstone (F3) merupakan batupasir bioturbasi yang tinggi yaitu 5. Kemudian
warna kecoklatan, ukuran butir halus, Flaser Lamination Veryfine Sandstone (F7)
bentuk butir menyudut tanggung hingga merupakan batupasir, warna abu-abu gelap,
membundar tanggung, sortasi cukup buruk, ukuran butir pasir halus hingga sangat
kemas tertutup, kekerasan lunak, bersifat halus, bentuk butir menyudut hingga
karbonatan dan glaukonitan. Ditemukan menyudut tanggung, sortasi menengah,
beberapa mineral kuarsa dan feldspar. kekerasan lunak, kemas tertutup, pemilahan
Selanjutnya adalah Structurless Veryfine baik, ditemukan struktur berupa laminasi
Sandstone (F4) merupakan batupasir, warna flaser di beberapa tempat, Litofasies ini
abu-abu terang, ukuran butir sangat halus, banyak sekali mengandung fosil berupa
bentuk butir membundar tanggung, sortasi cangkang-cangkang foraminifera.
baik, kemas tertutup, kekerasan agak keras, Intensitas bioturbasi 3. Ukuran butir yang
ditemukan kandungan mineral kuarsa dan lebih halus pada litofasies F7 menandakan
pirit pada beberapa tempat. Kemudian yang adanya pengurangan atau penurunan energi
terakhir adalah Flame Fine Sandstone (F5) pengendapan serta meningkatnya
merupakan batupasir, warna abu-abu kedalaman laut. Sedangkan batugamping
terang, ukuran butir halus, bentuk butir pada F6 mengindikasikan lingkungan laut
membundar tanggung hingga menyudut dengan energi yang cukup rendah serta
tanggung, sortasi cukup baik, kemas tidak adanya pengendapan dan substrat
tertutup, kekerasan keras, terdapat struktur yang belum terkonsolidasi. Asosiasi fasies
flame dengan batulempung. Pada asosiasi ini dapat disebut sebagai tahap
fasies ini memiliki ukuran butir yang lebih abandonment dari endapan sandridge
kasar dibandingkan dengan asosiasi fasies (Gilang dkk, 2019 dan Lopez, 2016).
1. Hal ini menandakan bahwa, asosiasi
Korelasi Fasies
fasies ini terbentuk pada lingkungan yang
Korelasi sumur pada studi ini
lebih dangkal dibandingkan dengan asosiasi
dilakukan pada Formasi Cibulakan Atas
fasies pertama, yaitu upper shoreface.
interval Main yang merupakan objek utama
Selain itu, ketiadaan struktur pada beberapa
penelitian. Korelasi kronostratigrafi
litofasies yang ditemukan menandakan
menggunakan marker geologi berupa FS
bahwa endapan ini terbentuk pada arus dan
atau Flooding Surface yang merupakan
energi yang cukup tinggi. asosiasi fasies ini
bidang yang mencerminkan suatu kondisi
dapat disebut sebagai tahap akresi dari
kenaikan muka air laut. Alasan
endapan sandridge (Gilang dkk, 2019 dan
digunakannya marker geologi berupa FS
Lopez, 2016).
adalah karena semua tahap pengendapan
sandridge terekam dalam satu sistem

111
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 2, April 2021: 107-116

transgressive shelf yang dibatasi oleh penelitian terdapat 3 badan sandridge


flooding surface. Terdapat 3 interval Dalam satu badan sandridge terlihat
reservoir pada daerah penelitian yang distribusi sandridge semakin menipis ke
selanjutnya disebut sebagai 22A, 22B, dan arah tenggara. Pada interval 22C terdapat
22C. Korelasi dilakukan dengan mem- endapan channel yang dicirikan dengan
flattening base reservoir pada setiap pola gamma ray yang berbentuk blocky.
intervalnya dengan tujuan untuk Dan endapan channel ini mengerosi badan
mengetahui geometri dan distribusi dari sandridge. Sehingga menyebabkan adanya
sandridge. Dari korelasi stratigrafi yang ketidakselarasan (disconformity) antara
berarah barat laut - tenggara pada ketiga sandridge dengan endapan channel.
interval, dapat diketahui bahwa pada daerah

AQ-1 AD-1 ASB-1 AZ-3 AB-3 AA-3

AQ-1 AD-3 ASB-4 AE-3 AC-1

AQ-1 AD-1 AS-1 ARA-2 AE-1 A-14 A-10

Gambar 2. Korelasi fasies berturut-turut dari atas ke bawah interval 22A, 22B, 22C

112
Analisis Dan Pemodelan Geostatistik Fasies Sandridge Pada Interval 22 Lapangan Ara Cekungan
Jawa Barat Utara (Dias)

eta Netsand Dari ilustrasi netsand map yang telah


Setelah dilakukan korelasi antar dibuat, daerah dengan kontur yang lebih
sumur, marker yang diperoleh dari hasil rapat menandakan geometri yang lebih
korelasi fasies dapat diekstrak menjadi peta curam atau disebut sebagai Leading edge,
distribusi fasies dalam suatu peta geometri dan kontur yang lebih renggang
ketebalan reservoir atau disebut dengan menandakan geometri yang lebih landai
peta netsand. Netsand map merupakan peta
atau sebagai Trailing edge. Dari ilustrasi
yang berisikan ketebalan dari batupasir
netsand yang telah dibuat, dapat dilihat
bersih (cleansand) yang porous dan
permeabel dalam ketebalan stratigrafi bahwa pada daerah penelitian terdapat 3
sebenarnya yang disajikan dalam peta badan sandridge dengan geometri yang
kontur. Dalam pembuatannya, peta memanjang berarah Timur laut-Barat Daya.
netsand juga mengombinasikan data Dan dapat terlihat bahwa distribusi leading
seismik berupa amplitude map dan peta dan trailing edge dari setiap badan
struktur kedalaman serta peta rasio sandridge berarah Barat-Laut Tenggara.
ketebalan antara batupasir dan shale. Pada interval 22A sandridge ketiga
merupakan badan sandrige yang paling
tebal. Kemudian pada interval 22B
sandridge kedua merupakan badan
sandridge yang paling tebal dibandingkan
dengan 2 sandridge lainnya. Selanjutnya
pada interval 22C terdapat endapan channel
yang berarah Barat Laut-Tenggara dimana
22A endapan ini terlihat seperti memotong
endapan sandrdige.
Pemodelan
Pemodelan tiga dimensi merupakan proses
pembuatan kerangka geometri model
geologi bawah permukaan pada interval
reservoir penelitian secara tiga dimensi.
Proses pemodelan dilakukan dalam
beberapa tahap yang diawali dengan
pembuatan model sesar. Pemodelan sesar
22B merupakan proses memodelkan sesar hasil
interpretasi ke dalam model tiga dimensi.
Pemodelan sesar dilakukan karena
kehadiran sesar dapat memengaruhi bentuk
geometri model. Selanjutnya yaitu Pillar
Gridding merupakan proses pembuatan
grid (kotak) secara lateral pada model yang
dibut dengan batas lateral poligon daerah
penelitian dan batas vertikal interval
permukaan sesar. Grid yang dibuat
disesuaikan dengan luas daerah penelitian.
22C Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan
horizon. Hasil dari pembuatan horizon ini
adalah bentuk tiga dimensi dari peta
Gambar 3. Peta Netsand interval 22A, struktur kedalaman yang sudah dipengaruhi
22B, dan 22C oleh sesar-sesar daerah penelitian.
113
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 2, April 2021: 107-116

Selanjutnya yaitu proses layering yang dengan bertambahnya jarak (lag). Semakin
merupakan proses pembuatan sel secara naik nilai variansi, hubungan data semakin
vertikal pada interval reservoir yang telah jauh satu dengan yang lain.
dibatasi oleh horizon. Jumlah layer Metode yang digunakan pada
dipengaruhi oleh variasi properti distribusi fasies berupa Truncated
petrofisika terhadap kedalaman pada log Gaussian Simulation (TGS). Metode ini
hasil analisis petrofisik. Kemudian merupakan sebuah metode pemodelan
diakukan upscalled log. Proses Up scalling dengan menggunakan pembobotan
well data dimaksudkan untuk mengubah berdasarkan interpretasi elektrofasies pada
data yang diperoleh dari hasil analisa sumur well log untuk memperkirakan distribusi
berupa data discrete ke dalam model grid fasies. Hal ini sangat tergantung pada
sehingga masing-masing grid pada arah simulasi sikuensial ini menggunakan
vertikal di setiap sumur memiliki harga pembobotan berdasarkan geostatistik
properti reservoir. Dan yang terakhir dimana nilai yang dihasilkan akan sangat
adalah tahap analisis geostatistik. Analisis bergantung dari data hasil upscaled well log
ini adalah tahap untuk melakukan quality dan penentuan variogram. Dari analisis
control terhadap data dan memahami data geostatistik yang telah dibuat, dapat
secara statistik menggunakan variogram diketahui bahwa pada interval 22A
yang merupakan merupakan metode memiliki persebaran fasies batupasir pada
analisis untuk mengetahui keterkaitan suatu interval 22A sebesar 90,4%, interval 22B
data dengan data lainnya dalam suatu jarak sebesar 89,7%, dan pada interval 22C
tertentu. Nilai variogram akan naik seiring sebesar 67,76%.

22A 22B

22C

Gambar 4. Hasil pemodelan fasies dengan metode TGS pada interval daerah penelitian

114
Analisis Dan Pemodelan Geostatistik Fasies Sandridge Pada Interval 22 Lapangan Ara Cekungan
Jawa Barat Utara (Dias)

KESIMPULAN ketersediaan data dan mengarahkan penulis


pada pengerjaan penelitian ini. Terimakasih
Berdasarkan analisis litofasies pada kepada seluruh pihak yang terlibat atas
sumur batuan inti, analisis elektrofasies, bantuan serta dorongan dalam penelitian
korelasi kronostratigrafi, interpretasi peta ini.
netsand serta pembuatan model 3D dengan
metode Truncated Gaussian Simulation
(TGS) pada daerah penelitian, maka
diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu : DAFTAR PUSTAKA
1. Interval daerah penelitian diendapkan
Bohling, G. 2005. Introduction to
pada lingkungan pengendapan
geostatistics and variogram
Transgressive Tidal dengan asosiasi
analysis. Kansas geological survey,
fasies berupa Tidal Dominated Lower
1, 1-20.
Shoreface sebagai fase embrionik dari
Jeng, Y., Li, Y. W., Chen, C. S., & Chien,
endapan sandridge, kemudian Tidal
H. Y. (2009). Adaptive filtering of
Dominated Upper Shoreface sebagai
random noise in near-surface
fase akresi dari endapan sandridge, dan
seismic and ground-penetrating
yang terakhir adalah Transgressive
radar data. Journal of Applied
Lower Shoreface sebagai fase
Geophysics, 68(1), 36-46.
abandonment dari endapan sandridge.
Dalrymple, R. W., & Choi, K. 2007.
2. Terdapat tiga interval flooding surface
Morphologic and facies trends
pada daerah penelitian yang selanjutnya
through the fluvial–marine
disebut sebagai interval 22A, 22B, dan
transition in tide-dominated
22C. Dari korelasi flooding surface
depositional systems: a schematic
pada tiap interval, daerah penelitian
framework for environmental and
memiliki tiga badan sandridge dengan
sequence-stratigraphic
distribusi fasies sandridge berupa
interpretation. Earth-Science
leading dan trailing edge yang berarah
Reviews, 81(3-4), 135-174.
Barat Laut-Tenggara
Fercanza, F., Gani, R M G., Abdurrokhim.,
3. Berdasarkan pie chart sand-shale ratio
Muljana, B., Budiana, R., 2017.
dan amplitude seismik mengalami
Sikuen Stratigrafi dan
penipisan ke arah Tenggarara yang
Paleogeografi Formasi Talang
menunjukkan arah pengendapan
Akar pada Area “Fercanza”
semakin ke arah laut.
Cekungan Jawa Barat Utara.
4. Daerah penelitian memiliki geometri
Bulletin of Scientific Contribution,
sandridge yang berarah Timur Laut-
Volume 15, Nomer 1, April 2017:
Barat Daya yang didominasi oleh
53-54.
persebaran dari fasies batupasir disetiap
Ghifarry,M. F., Syafri, I., Mohamad F.,
intervalnya yang didapatkan dari hasil Mualimin. 2017. Fasies Dan
analisis geostatistik dengan metode
Lingkungan Pengendapan Formasi
Truncated Gaussian Simulation dengan Talang Akar, Cekungan Jawa Barat
nilai persebaran fasies batupasir sebesar
Utara. Padjajaran Geoscience
90.94% pada interval 22A, kemudian Journal Vol. 1, No. 3
89.70% pada interval 22B, dan 67.76
Ginanjar, A., Setiawan. P.K.D., Wasonoaji,
pada interval 22C. A., dan Syuhada, P. 2019.
Designing New Workflow for Sand
UCAPAN TERIMA KASIH
Ridge Geocellular Model, Case
Penulis mengucapkan terimakasih Study from DXE Structure, Upper
kepada beberapa praktisi PT Pertamina Cibulakan Formation, Offshore
Hulu Energi yang telah memfasilitasi Northwest Java. Joint Convention
115
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 2, April 2021: 107-116

Yogyakarta 2019, Hagi – Iagi – Description in The Main Interval of


Iafmi- Iatmi (Jcy 2019) The Upper Cibulakan Formation,
Gresko, Mark, Suria, C., dan Sinclair .1995. Cipunegara Sub-Basin, Offshore
Basin Evolution of the Ardjuna Rift. North West Java. Joint Convention
Systems and Its Implications for Yogyakarta 2019, Hagi – Iagi –
Hydrocarbon Exploration, Iafmi- Iatmi (Jcy 2019)
Offshore, Northwest Java. Reynaud, J. Y., & Dalrymple, R. W. 2012.
Proceedings of Indonesian Shallow-marine tidal deposits. In
Petroleum Association, 24th Principles of Tidal Sedimentology
Annual Convention (pp. 335-369). Springer, Dordrecht.
Leva López, J., Rossi, V. M., Olariu, C., & Salsabila, Jauhar. 2019. Studi Fasies dan
Steel, R. J. 2016. Architecture and Pemodelan Reservoir Statis
recognition criteria of ancient shelf Interval FS2-FS10 Formasi
ridges; an example from Cibulakan Atas, Lapangan Sekip,
Campanian Almond Formation in Cekungan Cipunegara, Jawa Barat.
Hanna Basin, USA. Sedimentology, Skripsi. FITB. Teknik Geologi.
63(6), 1651-1676. Institut Teknologi Bandung.
Noble, R., Pratomo, K, Ibrahim, A., Bandung
Prasetya, I., Mujahidin, N.1997. Setiawan. P.K.D., Amrizal., Syuhada, P.,
Petroleum Systems of Onshore and dan Noeradi, D. 2019. Depositional
Onshore Northwest Java, Stages of Tidal Shelf Sand Ridge
Indonesia. Atlantic Richfield Deposit and Its Implication for
Indonesia, Pertamina, BPPKA., Upper Cibulakan Sandstone
June 1997 Reservoir Geometry and
Paulus, J. H. O., & Firmansyah, Y. A. S. Y. Characteristic at Echo Field, North
2018. Potensi Hidrokarbon Bagian West Java Basin. Joint Convention
Barat Lapangan Jola Untuk Usulan Yogyakarta 2019, Hagi – Iagi –
Sumur Baru Formasi Talang Akar. Iafmi- Iatmi (JCY 2019).
Geoscience Journal, 2(6), 473-479. Van de Weerd, A., A dan Armin, R.,A.
Permana, Salma D. 2019. Geologi dan 1992. Origin and evolution of
Pemodelan Statis Reservoir Tertiary hydrocarbon bearing
Karbonat Formasi Baturaja, basins in Kalimantan (Borneo),
Lapangan Saffron, Cekungan Jawa Indonesia. AAPG Bulletin
Barat Utara. Skripsi. FITB. Teknik Widiana, A., & Abdurrokhim, Y. A. S.
Geologi. Institut Teknologi 2019. Analisis Litofasies Dan
Bandung. Bandung Lingkungan Pengendapan Formasi
Posamentier, H. W. 2000. 3D Seismic Pemali Di Daerah Ciniru
Visualization of Shelf Ridges: Case Kabupaten Kuningan. Geoscience
Study From Offshore Northwest Journal, 3(2), 113-117.
Java. Winarno, Tri. 2009. Lingkungan
Posamentier, H. W. 2002. Ancient shelf Pengendapan Transisi (Marginal
ridges—a potentially significant Marine). Bahan Ajar Kuliah
component of the transgressive Sedimentologi dan Stratigrafi.
systems tract: case study from Yusuf, Abdul C. 2018. Analisis Sekatan
offshore northwest Java. AAPG Sesar Diantara Lapangan "Ac"
bulletin, 86(1), 75-106. Dan "Yh" Cekungan Kutai,
Ramadhan, R., Akbar, M. R. R., & Rasyid, Kalimantan Timur. Skripsi.
F. N. 2019. Identification of The FMIPA. Geofisika. Universitas
Internal Detail of The Tidal Sand Hassanudin. Makassar
Ridge Reservoir Using Core
116

Anda mungkin juga menyukai