Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS ELEKTROFASIES BERDASARKAN DATA LOG SUMUR

DI BLOK “X” FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

Anugrah Ismahesa1, Vijaya Isnaniawardhani1, Ahmad Helman Hamdani1


1
Universitas Padjadjaran
*Corresponding Author: anugrahismahesa@gmail.com

Sari
Blok “X” yang merupakan daerah penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan
merupakan salah satu cekungan penghasil hidrokarbon dalam jumlah besar di Indonesia.
Reservoar carbonate Formasi Baturaja pada Blok “X” menjadi target didalam penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik (fasies) batuan tersebut melalui analisis
elektrofasies. Analisis elektofasies merupakan salah satu studi yang diperlukan dalam
pengembangan lapangan migas. Analisis elektrofasies dapat digunakan untuk analisis kualitatif
zona menarik, korelasi antar sumur dan pembagian interval zona reservoar. Data yang digunakan
berupa data terintegrasi log sumur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
elektrofasies.
Fasies yang didapat dari analisis elektrofasies pada Blok “X” yang dilihat dari kurva log
litologi, porositas dan resistivitas terdiri dari Fasies Reef dan Fasies Platform dimana kandidat
reservoar yang menarik atau potensial dimiliki oleh fasies Reef dengan ciri pola kurva log
gamma ray yang kecil/kiri, resistivity yang relatif tinggi, serta memiliki separasi kurva log
densitas dan neutron. Dari analisis elektrofasies ini didapatkan pula 5 interval zona reservoar
pada sumur AA, AD dan AS. Dari ke-5 interval masing masing sumur, yang termasuk kedalam
fasies reef adalah fasies interval sumur AA-1, AA-2 dan AD-1. Sedangkan yang termasuk
kedalam fasies platform adalah fasies interval sumur AA-3, AA-4, AA-5, AD-2, AD-3, AD-4,
AD-5, dan keseluruhan zona reservoar interval sumur AS.

Kata kunci: elektrofasies, reservoar carbonate, zona reservoar.


Abstract
Block "X" which is an area of research is in South Sumatra Basin is one of the
hydrocarbon-producing basins in large quantities in Indonesia. Baturaja Formation carbonate
reservoir in Block "X" being targeted in this study. This research was conducted to determine the
characteristics (facies) rocks through elektrofacies analysis. Elektofacies analysis is one of the
necessary studies in the development of oil and gas fields. Elektrofacies analysis can be used for
qualitative analysis of the zone of interest, the correlation between wells and the distribution of
reservoir zone interval. Data used in the form of integrated data log of the well. The method used
in this research is the analysis elektrofasies.
Facies derived from analysis elektrofacies in Block "X" as seen from the curve log
lithology, porosity and resistivity consists of facies Reef and facies Platform where candidates
reservoir of interest or potential possessed by facies Reef with a characteristic pattern of curves
log gamma ray small / left , a relatively high resistivity, and has separation and neutron density
log curves. From this elektrofacies analysis found also five reservoir intervals in the well zones
AA, AD and AS. 5th interval of each well, which is included into the reef facies is the facies of
the well interval AA-1, AA-2 and AD-1. While the platform is included into facies facies wells
interval AA-3, AA 4, AA-5, AD-2, AD-3, AD 4, AD-5, and the entire zone of the reservoir interval
AS wells.
Key words: electrofacies, carbonate reservoir, reservoir zone.

Pendahuluan seringkali muncul setelah dilakukannya


studi baru yang lebih mendetail. Salah satu
Sejak dulu sampai saat ini eksplorasi studi yang dapat dilakukan adalah analisis
hidrokarbon di Indonesia terus berlanjut, elektrofasies. Analisis elektrofasies dapat
begitu juga dengan pengembangan beberapa digunakan untuk analisis kualitatif zona
lapangan yang telah berproduksi. menarik, korelasi antar sumur dan
pembagian interval zona reservoar.
Pembahasan yang dilakukan lebih dititik
beratkan pada batuan reservoar sebagai Tinjauan Pustaka
penyimpan minyak dan gas bumi, khususnya
batuan karbonat. Reservoar karbonat hingga Cekungan Sumatera (Utara, Tengah,
Selatan) berkembang sebagai akibat
saat ini masih menjadi target eksplorasi pada
bertumbukannya lempeng Hindia dan
beberapa cekungan. Cekungan Sumatera lempeng Asia. Pertumbukan ini telah
Selatan salah satu cekungan yang produktif menyebabkan ekstrusi blok benua ke arah
dalam menghasilkan minyak dan gas bumi tenggara dan ekstensi di Sumatera sebagai
dimana posisinya sebagai back-arc basin hasil dari perubahan regangan yang jauh.
(cekungan belakang busur) yang dapat men- Interpretasi ini didukung oleh fakta bahwa
generate hidrokarbon sebagai penghasil ekstensi cekungan pada Tersier Awal
merambat menghasilkan busur pegunungan
minyak dan gas bumi.
dan depan busur pegunungan di bagian barat
Konsep-konsep baru dalam Sumatera (Hall, 2002).
pengembangan sebuah lapangan minyak
Cekungan Sumatera Selatan ada pada Formasi ini terdiri dari batupasir
terbentuk selama ekstensi barat-timur pada tuffan, konglomerat, breksi, dan lempung.
PraTersier akhir hingga awal Tersier (Daly Batuan-batuan tersebut kemungkinan
et al, 1987). Blok “X” berada di sebuah merupakan bagian dari siklus sedimentasi
lapangan minyak yang terletak di Cekungan yang berasal dari Continental, akibat
Sumatera Selatan (Gambar 1). aktivitas vulkanik, dan proses erosi dan
disertai aktivitas tektonik pada akhir kapur-
STRATIGRAFI CEKUNGAN awal Tersier di Cekungan Sumatera Selatan.
SUMATERA SELATAN
3. Formasi Lahat Muda
Stratigrafi daerah cekungan Sumatra
Selatan secara umum dapat dikenal satu Formasi Lemat tersusun atas klastika
megacycle (daur besar) yang terdiri dari kasar berupa batupasir, batulempung,
suatu transgresi dan diikuti regresi. Formasi fragmen batuan, breksi, “Granit Wash”,
yang terbentuk selama fase transgresi terdapat lapisan tipis batubara, dan tuf.
dikelompokkan menjadi Kelompok Telisa Semuanya diendapkan pada lingkungan
(Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, kontinen. Sedangkan anggota Benakat dari
dan Formasi Gumai). Kelompok Palembang Formasi Lemat terbentuk pada bagian
diendapkan selama fase regresi (Formasi Air tengah cekungan dan tersusun atas serpih
Benakat, Formasi Muara Enim, dan Formasi berwarna coklat abu-abu yang berlapis
Kasai), sedangkan Formasi Lemat dan older dengan serpih tuffaan (tuffaceous shales),
Lemat diendapkan sebelum fase transgresi batulanau, batupasir, terdapat lapisan tipis
utama. Stratigrafi Cekungan Sumatra batubara dan batugamping (stringer),
Selatan menurut (De Coster, 1974) adalah Glauconit, diendapkan pada lingkungan
sebagai berikut (Gambar 2): fresh-brackish. Formasi Lemat secara
normal dibatasi oleh bidang ketidakselarasan
1.Kelompok Pra Tersier (unconformity) pada bagian atas dan bawah
formasi. Kontak antara Formasi Lemat
Formasi ini merupakan batuan dasar
dengan Formasi Talang Akar yang
(basement rock) dari Cekungan Sumatra
diintepretasikan sebagai paraconformable.
Selatan. Tersusun atas batuan beku
Formasi Lemat berumur Paleosen-Oligosen,
Mesozoikum, batuan metamorf
dan anggota Benakat berumur Eosen Akhir-
Paleozoikum, Mesozoikum, dan batuan
Oligosen, yang ditentukan dari spora dan
karbonat yang termetamorfosa. Hasil dating
pollen, juga dengan dating K-Ar. Ketebalan
di beberapa tempat menunjukkan bahwa
formasi ini bervariasi, lebih dari 2500 kaki
beberapa batuan berumur Kapur Akhir
(± 760 m). Pada Cekungan Sumatra Selatan
sampai Eosen Awal. Batuan metamorf
dan lebih dari 3500 kaki (1070 m) pada zona
Paleozoikum-Mesozoikum dan batuan
depresi sesar di bagian tengah cekungan
sedimen mengalami perlipatan dan
(didapat dari data seismik).
pensesaran akibat intrusi batuan beku
selama episode orogenesa Mesozoikum 4. Formasi Talang Akar
Tengah (Mid-Mesozoikum).
Formasi Talang Akar terdapat di
2. Formasi Lahat Cekungan Sumatra Selatan, formasi ini
terletak di atas Formasi Lemat dan di bawah
7 Batuan tertua yang ditemukan pada
Formasi Telisa atau anggota Basal
Cekungan Sumatera Selatan adalah batuan
Batugamping Telisa. Formasi Talang Akar
yang berumur akhir Mesozoik. Batuan yang
terdiri dari batupasir yang berasal dari delta
plain, serpih, lanau, batupasir kuarsa, 6. Formasi Telisa (Gumai)
dengan sisipan batulempung karbonat,
batubara dan di beberapa tempat Formasi Gumai tersebar secara luas
konglomerat. Kontak antara Formasi Talang dan terjadi pada zaman Tersier, formasi ini
Akar dengan Formasi Lemat tidak selaras terendapkan selama fase transgresif laut
pada bagian tengah dan pada bagian pinggir maksimum, (maximum marine
dari cekungan kemungkinan transgressive) ke dalam 2 cekungan. Batuan
paraconformable, sedangkan kontak antara yang ada di formasi ini terdiri dari napal
Formasi Talang Akar dengan Telisa dan yang mempunyai karakteristik fossiliferous,
anggota Basal Batugamping Telisa adalah banyak mengandung foram plankton.
conformable. Kontak antara Talang Akar Sisipan batugamping dijumpai pada bagian
dan Telisa sulit di pick dari sumur di daerah bawah. Formasi Gumai beda fasies dengan
palung disebabkan litologi dari dua formasi Formasi Talang Akar dan sebagian berada di
ini secara umum sama. Ketebalan dari atas Formasi Baturaja. Ketebalan dari
Formasi Talang Akar bervariasi 1500-2000 formasi ini bervariasi tergantung pada posisi
feet (sekitar 460- 610 m). Umur dari dari cekungan, namun variasi ketebalan
Formasi Talang Akar ini adalah Oligosen untuk Formasi Gumai ini berkisar dari
Atas-Miosen Bawah dan kemungkinan 6000–9000 feet (1800- 2700 m). Penentuan
meliputi N3 (P22), N7 dan bagian N5 umur Formasi Gumai dapat ditentukan dari
berdasarkan zona Foraminifera plangtonik dating dengan menggunakan foraminifera
yang ada pada sumur yang dibor pada planktonik. Pemeriksaan mikropaleontologi
formasi ini berhubungan dengan delta plain terhadap contoh batuan dari beberapa sumur
dan daerah shelf. menunjukkan bahwa fosil foraminifera
planktonik yang dijumpai dapat digolongkan
5. Formasi Baturaja ke dalam zona Globigerinoides sicanus,
Globogerinotella insueta, dan bagian bawah
Anggota ini dikenal dengan Formasi zona Orbulina Satiralis Globorotalia
Baturaja. Diendapkan pada bagian peripheroranda, umurnya disimpulkan
intermediate-shelfal dari Cekungan Miosen Awal-Miosen Tengah. Lingkungan
Sumatera Selatan, di atas dan di sekitar pengendapan Laut Terbuka, Neritik.
platform dan tinggian. Kontak pada bagian
bawah dengan Formasi Talang Akar atau 7. Formasi Lower Palembang (Air Benakat)
dengan batuan Pra-Tersier. Komposisi dari
Formasi Baturaja ini terdiri dari Formasi Lower Palembang
Batugamping Bank (Bank Limestone) atau diendapkan selama awal fase siklus regresi.
platform dan reefal. Ketebalan bagian bawah Komposisi dari formasi ini terdiri dari
dari formasi ini bervariasi, namun rata-rata batupasir glaukonitan, batulempung,
200-250 feet (sekitar 60-75 m). Singkapan batulanau, dan batupasir yang mengandung
dari Formasi Baturaja di Pegunungan Garba unsur karbonatan. Pada bagian bawah dari
tebalnya sekitar 1700 feet (sekitar 520 m). Formasi Lower Palembang kontak dengan
Formasi ini sangat fossiliferous dan dari Formasi Telisa. Ketebalan dari formasi ini
analisis umur anggota ini berumur Miosen. bervariasi dari 3300 – 5000 kaki (sekitar
Fauna yang ada pada Formasi Baturaja 1000 – 1500 m). Fauna-fauna yang dijumpai
umurnya N6- N7. pada Formasi Lower Palembang ini antara
lain Orbulina Universa d’Orbigny, Orbulina
Suturalis Bronimann, Globigerinoides
Subquadratus Bronimann, Globigerina
Venezuelana Hedberg, Globorotalia dalam prakteknya terutama batugamping
Peripronda Blow & Banner, Globorotalia dan dolomit yang berpotensi sebagai
Venezuelana Hedberg, Globorotalia reservoar. Jenis-jenis mineral karbonat yaitu
Peripronda Blow & Banner, Globorotalia aragonit(CaCO3), kalsit (CaCO3),
mayeri Cushman & Ellisor, yang dolomit(CaMg (CO3)2), magnesit (MgCO3),
menunjukkan umur Miosen Tengah N12- dan siderit(FeCO3).
N13. Formasi ini diendapkan di lingkungan
laut dangkal. Mineral penting yang menyusun
batuan karbonat dengan persentase besar,
8. Formasi Middle Palembang (Muara diantaranya adalah :
Enim)
- Aragonit (CaCO3) : Kristal orthorombik,
Batuan penyusun yang ada pada bersifat tidak stabil, berbentuk jarum atau
formasi ini berupa batupasir, batulempung, serabut yang diendapkan langsung secara
dan lapisan batubara. Batas bawah dari kimiawi langsung dari presipitasi air laut.
Formasi Middle Palembnag di bagian
selatan cekungan berupa lapisan batubara - Kalsit (CaCO3) : Kristal hexagonal,
yang biasanya digunakan sebagai marker. bersifat cukup stabil, merupakan hablur
Jumlah serta ketebalan lapisan-lapisan Kristal yang bagus dan jelas. Dijumpai
batubara menurun dari selatan ke utara pada sebagai hasil rekristalisasi aragonite, serta
cekungan ini. Ketebalan formasi berkisar sebagai semen pengisi ruang antarbutir dan
antara 1500–2500 kaki (sekitar 450-750 m). rekahan.
De Coster (1974) menafsirkan formasi ini
- Dolomit (CaMg(CO3)2) : Kristal
berumur Miosen Akhir sampai Pliosen,
hexagonal, hampir sama dengan kalsit
berdasarkan kedudukan stratigrafinya.
namun secara petrografis dapat dibedakan
Formasi ini diendapkan pada lingkungan
dari indeks refraksinya. Dapat terbentuk
laut dangkal sampai brackist (pada bagian
sebagai presipitasi langsung air laut namun
dasar), delta plain dan lingkungan non
lebih sering sebagai akibat dari penggantian
marine.
mineral kalsit.
9. Formasi Upper Palembang (Kasai) - Magnesit (MgCO3) : Kristal hexagonal,
Formasi ini merupakan formasi yang terbentuk sebagai akibat penggantian dari
paling muda di Cekungan Sumatra Selatan. kalsit dan dolomit, namun sering terjadi
Formasi ini diendapkan selama orogenesa sebagai akibat dari rombakan batuan yang
pada Plio-Pleistosen dan dihasilkan dari mengandung magnesium silikat.
proses erosi Pegunungan Barisan dan Tiga
ELEKTROFASIES
puluh. Komposisi dari formasi ini terdiri
dari batupasir tuffan, lempung, dan kerakal Konsep motif log adalah suatu
dan lapisan tipis batubara. Umur dari metode yang mengkorelasikan bentuk pola
formasi ini tidak dapat dipastikan, tetapi log yang sama. Menurut Walker dan James
diduga Plio-Pleistosen. Lingkungan (1992), pola-pola log menunjukkan energi
pengendapannya darat. pengendapan yang berubah, yakni berkisar
dari energi tingkat tinggi sampai rendah.
BATUAN KARBONAT
Dalam interpretasi geologi, suatu lompatan
Batuan karbonat adalah semua (looping) dilakukan dari energi pengendapan
batuan yang tersusun oleh mineral karbonat, sampai lingkungan pengendapan, pola-pola
log selalu diamati pada kurva gamma ray Bentuk funnel merupakan kebalikan
atau spontaneous potential, tetapi dari bentuk bell dengan dampak
kesimpulan yang sama juga dapat didukung ketidaksesuaian batas geologi dan tata
dari log Neutron-Density. waktu/runtunannya, dan selalu
diasosiasikan sebagai coarsening-
Log sumur memiliki bentuk dasar upward. Bentuk dari log gamma ray
yang bias mencirikan karakteristik suatu memperlihatkan peningkatan rekaman
lingkungan pengendapan. Bentuk – bentuk kadar sinar gamma ray ke arah atas
dasar tersebut dapat berupa cylindrical, dalam suatu paket batuan. Bentuk funnel
irregular, bell, funnel, symmetrical, dan merupakan hasil dari shoreline,
asymmetrical ( Kendal, 2003). perubahan berkembanganya dari
endapan clastic ke carbonates. Kondisi
Beberapa bentuk dasar Log sumur
respon pertumbuhan reef terhadap
yang bisa mencirikan karakteristik suatu
kenaikan muka air laut relatif yaitu
lingkungan pengendapan yaitu: cylindrical,
catch-up carbonates shelf.
irregular, bell, funnel, symmetrical, dan
asymmetrical (Gambar 3). e) Symmetrical shaped
a) Cylindrical Bentuk symmetrical merupakan
Bentuk cylindrical diasosiasikan keserasian kombinasi bentuk bell-funnel
dengan akumulasi facies yang heterogen yaitu merupakan kombinasi coarsening-
pada lingkungan shallow water. Kondisi fining upward. Bentuk symmetrical
respon pertumbuhan reef terhadap merupakan hasil dari reworked offshore
kenaikan muka air laut relatif yaitu keep- buildup, dari regresif ke transgresif
up carbonates shelf. shoreface.
b) Serrated Dalam melakukan interpretasi untuk
Bentuk serrated di asosiasikan mengetahui zona hidrokarbon dibutuhkan
dengan endapan strom dominated shelf, beberepa tools sesuai dengan sistem cara
dan distal deep-marine slopeyang kerjanya. Jenis log ini dibagi menjadi dua:
umumnya mengindikasikan lapisan tipis
silang siur (thin interbedded) dengan 1. Log Radioaktif
shale. a. Log Gamma Ray
Log Gamma Ray adalah suatu
c) Bell shaped
pengukuran terhadap kandungan
Trend menghalus kearah atas
radioaktivitas alam dari suatu formasi, yang
memperlihatkan penurunan nilai
radioaktivnya berasal dari tiga unsur
rekaman kadar sinar gamma ke arah atas
radioaktif yang ada di dalam bumi yaitu
suatu paket batuan. Bentuk bell ini
Uranium-U, Thorium-Th, dan Potasium-K.
selalu diasosiasikan sebagai fining
Sinar gamma sangat efektif untuk
upward. Bentuk bell merupakan
membedakan lapisan permeabel dan yang
rekaman dari endapan tidal-channel fill,
tidak permeabel karena radioaktif cenderung
tidal flat, transgressive shelf. Kondisi
berpusat dalam serpih yang tidak permeabel
respon pertumbuhan reef terhadap
(kurva log GR defleksi ke kanan), sedangkan
kenaikan muka air laut relatif yaitu give-
untuk lapisan permeabel unsur radioaktif
up carbonates shel.f
jumlahnya sedikit (kurva log GR defleksi ke
d) Funnel shaped
kiri). Log GR diskala dalam satuan API Secara kuantitatif log densitas
(American Petroleum Institute). digunakan untuk menghitung porositas dan
secara tidak langsung untuk menentukan
Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa densitas hidrokarbon. Dapat pula membantu
kegunaan dari log GR adalah untuk evaluasi perhitungan acoustic impedance dalam
lapisan yang berpotensi banyak radioaktif kalibrasi pada seismik. Secara kualitatif log
sehingga disimpulkan sebagai lapisan shale, ini berguna sebagai indikator penentuan
untuk korelasi log antar sumur, penentuan litologi, yang dapat digunakan untuk
lapisan permeable dan tidak permeabel mengindentifikasi densitas mineral-mineral,
dengan pencocokan dengan karakteristik lebih jauh lagi dapat memperkirakan
log-log lainnya, dan evaluasi kandungan kandungan organik dari source rock dan
serpih dapat mengidentifikasi overpressure dan
fracture porosity. (Gambar 4)
b. Log Neutron
Log Neutron memberikan suatu 2. Log Elektrik
perekaman reaksi formasi terhadap Digunakan untuk mengukur sifat
penambahan neutron ditentukan dalam kelistrikan batuan, yaitu resistivity atau
neutron porosity unit. Log ini mencerminkan tahanan jenis.
banyaknya atom hidrogen (hydrogen index)
dalam formasi. Biasanya makin banyak Log Resistivitas
fluida dalam formasi akan memberikan
pembacaan porositas yang tinggi sebab Resistivitas adalah kemampuan batuan
fluida menunjukkan pori-pori batuannya untuk menghambat jalannya arus listrik yang
besar hingga harga porositas neutronnya bergantung kepada sifat atau karakter fisik
tinggi. batuan diantaranya porositas, salinitas dan
jenis batuan. Jadi log resistivitas merupakan
Secara kuantitatif log neutron pengukuran dari sifat resistivitas formasi.
digunakan untuk mengukur porositas dan Beberapa hal yang dapat dianalisis dalam log
juga pembeda yang sangat baik antara resistivitas adalah sebagai berikut:
minyak dan gas. Jika dikombinasikan dengan
log densitas pada skala tertentu, merupakan  Lapisan permeabel yang mengandung
indikator litologi yang terbaik. air tawar, harga resistivitas akan tinggi,
karena air tawar bersifat isolator.
c. Log Densitas  Lapisan permeabel yang mengandung
Prinsip kerja Log Densitas ini adalah air asin, harga resistivitas akan rendah,
sumber radioaktif yang ada pada alat akan karena salinitas air asin lebih tinggi serta
memancarkan gamma rays ke dalam formasi bersifat konduktif.
dengan energi sebesar (0.2 – 2.0 Mev) dan  Lapisan yang mengandung hidrokarbon
memperhitungkan pengurangan harga resistivitas akan tinggi karena
radioaktivitas antara sumber dan detektor. hidrokarbon bersifat resistif.
Pada formasi yang densitasnya tinggi  Pada lapisan dengan sisipan shale, harga
pengurangan elektron sangat signifikan dan resistivitas akan tergantung kepada
hanya sedikit sinar gamma yang mampu presentase sisipan, ketebalan tiap lapisan
mencapai detektor menunjukkan kehilangan dalam sistem perselang – seling tersebut,
energi yang besar, sedangkan pada formasi dan resolusi vertikal dari log nya.
yang densitasnya rendah, energi yang dapat
atau sinar gamma yang mencapai detektor
tinggi.
Cara yang dilakukan untuk dapat fasies dengan melihat defleksi pola log
menghasilkan kurva ini adalah dengan sumur. Dalam menganalisis elektrofasies ini,
megalirkan arus listrik ke dalam formasi dapat dilihat dari defleksi pola kurva
kemudian mengukur kemampuan formasi Gamma Ray. Kurva log GR yang
tersebut untuk menghantarkan arus listrik. memberikan defleksi relatif kesebelah
Selain itu juga, kurva log ini dapat diperoleh kiri/rendah, dapat disimpulkan bahwa
dengan menginduksikan arus listrik ke dalam litologi pada interval tersebut ialah
formasi dan mengukur besarnya induksi batugamping, batupasir atau batubara. Untuk
tersebut. memastikannya dikombinasikan dengan
kurva densitas, dan neutron. Log densitas
Metodologi memperhitungkan pengurangan
radioaktivitas antara sumber dan detektor
Daerah yang menjadi objek semakin padat suatu batuan maka pada
penelitian adalah Blok “X” yang berada formasi yang densitasnya tinggi
pada Cekungan Sumatera Selatan. Pada pengurangan elektron sangat signifikan dan
Blok “X” terdapat 5 sumur,akan tetapi hanya sedikit sinar gamma yang mampu
hanya digunakan data dari 3 sumur yang mencapai detektor menunjukkan kehilangan
digunakan dikarenakan tidak tersedianya energi yang besar, sedangkan pada formasi
data formasi target pada 2 sumur tersebut yang densitasnya rendah, energi yang dapat
dengan luas daerah penelitian sekitar 4,333 atau sinar gamma yang mencapai detektor
km2 (Gambar 5). tinggi.. Pada penelitian ini difokuskan pada
Penelitian ini dilakukan dengan reservoar batugamping, yang memberikan
melakukan pengolahan data kualitatif secara kenampakan kurva GR dengan defleksi ke
manual dan dengan bantuan perangkat lunak kiri, dan log densitas yang cukup tinggi,
pendukung. Adapun tahapan analisis yang juga adanya separasi kurva densitas dan
dilakukan pada penelitian ini adalah : neutron.

ANALISIS DATA LOG SUMUR Jenis batu gamping,contohnya batu


gamping kerangka/terumbu (reef facies)
Log yang digunakan untuk penelitian biasa nya akan menunjukan pola log gamma
dalam analisis ini adalah log gamma ray ray yang teratur atau konstan dikarenakan
(GR), resistivitas (ILD, LLD, MSFL), litologinya tidak bercampur dengan shale
densitas bulk (RHOB), dan porositas dan merupakan build up carbonat dan juga
neutron (NPHI)). Analisis tahap awal biasanya akan memiliki nilai permeabilitas
bertujuan untuk menentukan top dan bottom dan porositas yang baik dengan kenampakan
Formasi Baturaja, tahap selanjutnya pada log sumur berupa separasi kurva
dilakukan untuk interpretasi zona menarik densitas dan neutron. Dibandingkan dengan
atau potensial, korelasi sumur, dan zonasi jenis batu gamping klastik/paparan (platform
interval reservoar. facies) biasanya akan menunjukan pola log
gamma ray yang tidak teratur atau tidak
konstan dikarenakan litologinya bercampur
Hasil Penelitian dengan dengan shale sehingga terjadi
perbedaan ukuran butir dan biasanya akan
Analisis elektrofasies merupakan memiliki nilai permeabilitas dan porositas
analisis kualitatif yang dilakukan pada log yang relatif lebih kecil dengan kenampakan
sumur dengan melihat pola interval fasies- separasi kurva log densitas dan neutron yang
kecil atau tidak sama sekali. Penentuan
litologi dengan analisis elektrofasies ini terhenti) yang terbentuk saat
masih memiliki tingkat ketidakpastian yang Transgressive Tracts. Dengan nilai
tinggi sehingga nantinya harus resistivity yang relatif tinggi dan
dikalibrasikan dengan data batuan inti agar memiliki separasi kurva densitas dan
mendapat hasil yang lebih akurat. neutron, diintepretasikan termasuk
kedalam fasies reef.
ELEKTROFASIES SUMUR AA  Fasies AA-2
Fasies ini berada pada interval 1635-
Top formasi Baturaja pada sumur 1664 dengan tebal 29 m, dicirikan kurva
AA ditemukan pada kedalaman 1610 mdpl , gamma ray berbentuk cylindrical dan
dengan ketebalan mencapai 120 m (1610- pola clean GR, memiliki variasi nilai
1730) . Secara umum, sumur AA terdiri 5 GR 28-104 gAPI, terdapat nilai gamma
fasies interval dimana menurut Well ray yang besar dikarenakan adanya
Eksploration Report Sumur AA terbagi sisipan litologi shale pada litologi
menjadi 2 zona besar dengan zona reef batugamping, di interpretasikan sebagai
berada pada kedalaman 1610-1664 (54 m) Keep Up Carbonate. Keep-up terjadi
dan zona dolomit pada kedalaman 1664- saat puncak karbonat yang hidup terjaga
1730 (66 m). Dapat dilihat pada log sumur, didekat permukaan air laut yang
zona reef dengan pola kurva log gamma ray dangkal (Walker,1992). Memiliki nilai
yang kecil/kiri, resistivity yang relatif tinggi, resistivity yang relatif tinggi dan ada
serta memiliki separasi kurva log densitas separasi kurva densitas dan nutron,
dan neutron mengindikasikan zona yang maka diinterpretasikan termasuk dalam
memiliki reservoar yang potensial. fasies reef.
Sebaliknya, zona dolomit dengan pola log  Fasies AA-3
gamma ray yang kecil/kiri, resistivity yang Fasies ini berada pada interval 1664-
menengah dan tidak adanya separasi kurva 1692 dengan tebal 28 m, dicirikan kurva
densitas dan neutron mengindikasikan gamma ray berbentuk cylindrical,
reservoar yang kurang potensial. Fasies memiliki variasi nilai GR 26-46 gAPI,
interval ini dijadikan juga sebagai zona di interpretasikan sebagai Keep Up
reservoar yang dapat dikorelasi nantinya. Carbonate. Akan tetapi ,dilihat dari
nilai resistivity yang menengah dan
Berikut ini merupakan hasil hanya sebagian kecil/sesekali terdapat
interpretasi elektrofasies sumur AA separasi kurva neutron dan density,
(Gambar 6). maka diinterpretasikan termasuk fasies
platform.
 Fasies AA-1  Fasies AA-4
Fasies ini berada pada interval 1610- Fasies ini berada pada interval 1692-
1635 dengan tebal 25 m, memiliki pola 1724 dengan tebal 32 m, dicirikan kurva
kurva gamma ray berbentuk bell dan gamma ray berbentuk serrated dan dirty
clean GR, memiliki variasi nilai GR 34- GR, memiliki variasi nilai GR 23-85
165 gAPI, nilai gamma ray yang besar gAPI, pola ini biasanya terdapat pada
dikarenakan litologi shale yang berada lingkungan storm dominated shelf,
pada top formasi dan relatif memiliki terlihat perselingan litologi
tekstur yang menghalus ke atas, batugamping dan shale. Dengan nilai
diinterpretasikan sebagai Give Up resitivity yang menengah sampai relatif
Carbonate (pengendapan karbonat rendah, dan tidak adanya separasi kurva
density dan neutron , maka memiliki pola kurva gamma ray
dinterpretasikan fasies ini termasuk berbentuk bell dan variasi litologi
fasies platform. realatif clean GR, memiliki variasi nilai
 Fasies AA-5 GR 37-75 gAPI, nilai gamma ray yang
Fasies ini berada pada interval 1724- besar dikarenakan litologi shale yang
1730 dengan tebal 6 m, dicirikan kurva berada pada top formasi dan relatif
gamma ray berbentuk symetrical dan memiliki tekstur yang menghalus ke
dirty GR, memiliki variasi nilai GR 54- atas, diinterpretasikan sebagai Give Up
124 gAPI. Dengan nilai resistivity yang Carbonate (pengendapan karbonat
menengah sampai relatif rendah, dan terhenti) yang terbentuk saat
tidak adanya separasi kurva density dan Transgressive Tracts. Dengan nilai
neutron, maka diinterpretasikan fasies resistivity yang relatif tinggi dan
ini termasuk fasies platform. memiliki separasi kurva densitas dan
neutron, diintepretasikan termasuk
ELEKTROFASIES SUMUR AD kedalam fasies reef.
 Fasies AD-2
Top formasi Baturaja pada sumur
Fasies ini berada pada interval 2013-
AD ditemukan pada kedalaman 2001,5 mdpl
2038 dengan tebal 27 m, memiliki pola
, dengan ketebalan mencapai 99 m (2001,5-
kurva gamma ray berbentuk cylindrical
2100,5) . Secara umum, sumur AD terdiri 5
dan dirty GR, memiliki variasi nilai GR
fasies interval dimana menurut Well
44-96 gAPI, di interpretasikan sebagai
Eksploration Report Sumur AD terbagi
keep up carbonate. Akan tetapi, dengan
menjadi 2 zona besar yang mana pada
nilai resistivity yang menengah dan
kedalaman 2001,5-2013 dengan tebal hanya
tidak adanya separasi kurva density dan
12 m merupakan zona interest (fasies reef)
neutron, diiterpretasikan termasuk
dengan pola clean GR dan kedalaman 2013-
kedalam fasies platform.
2100,5 dengan tebal 87 m merupakan zona
yang not interest (platform fasies) dengan  Fasies AD-3
pola dirty GR. Dapat dilihat pada log sumur, Fasies ini berada pada interval 2038-
zona reservoar yang interest dicirikan 2072 dengan tebal 34 m, dicirikan kurva
dengan pola kurva log gamma ray yang gamma ray berbentuk serrated dan dirty
kecil/kiri, resistivity yang relatif tinggi, serta GR, memiliki variasi nilai GR 36-119
memiliki separasi kurva log densitas dan gAPI, pola ini biasanya terdapat pada
neutron mengindikasikan zona yang lingkungan storm dominated shelf,
memiliki reservoar yang potensial. terlihat perselingan litologi
Sebaliknya, zona yang not interest dengan batugamping dan shale. Dengan nilai
pola log gamma ray yang kecil/kiri, resitivity yang menengah sampai relatif
resistivity yang menengah dan tidak adanya rendah, dan tidak adanya separasi kurva
separasi kurva densitas dan neutron density dan neutron , maka
mengindikasikan reservoar yang kurang dinterpretasikan fasies ini termasuk
potensial. Berikut ini merupakan hasil fasies platform.
interpretasi elektrofasies sumur AD  Fasies AD-4
(Gambar 7). Fasies ini berada pada interval 2072-
2091 dengan tebal 19 m, dicirikan kurva
 Fasies AD-1 gamma ray berbentuk cylindrical dan
Fasies ini berada pada interval dirty GR, memiliki variasi nilai GR 70-
2001,5-2013 dengan tebal 12 m, 108 gAPI. Di interpretasikan sebagai
keep up carbonate. Akan tetapi, dengan litologi shale yang berada pada top
nilai resistivity yang menengah sampai formasi dan relatif memiliki tekstur
relatif rendah, dan tidak adanya separasi yang menghalus ke atas,
kurva density dan neutron, maka diinterpretasikan sebagai Give Up
diinterpretasikan fasies ini termasuk Carbonate (pengendapan karbonat
fasies platform. terhenti) yang terbentuk saat
 Fasies AD-5 Transgressive Tracts. Dengan nilai
Fasies ini berada pada interval 2091- resistivity yang relatif rendah dan tidak
2100,5 dengan tebal 9 m, dicirikan adanya separasi kurva densitas dan
kurva gamma ray berbentuk symetrical neutron, diintepretasikan termasuk
dan dirty GR, memiliki variasi nilai GR kedalam fasies platform.
50-116 gAPI. Dengan nilai resistivity  Fasies AS-2
yang menengah sampai relatif rendah, Fasies ini berada pada interval 1644-
dan tidak adanya separasi kurva density 1655 dengan tebal 11 m, memiliki pola
dan neutron, maka diinterpretasikan kurva gamma ray berbentuk funnel dan
fasies ini termasuk fasies platform. variasi litologi dirty GR, memiliki
variasi nilai GR 49-94 gAPI,
ELEKTROFASIES SUMUR AS diinterpretasikan sebagai Catch Up
Carbonate (semakin keatas,klastik
Top formasi Baturaja pada sumur AS
menuju karbonat). Dengan nilai
ditemukan pada kedalaman 1629 mdpl ,
resistivity yang relatif rendah dan tidak
dengan ketebalan mencapai 100 m (1629-
adanya separasi kurva densitas dan
1729) . Secara umum, sumur AS terdiri 5
neutron, diinterpretasikan termasuk
fasies interval, akan tetapi dilihat dari log
kedalam fasies platform.
sumur dan Well Eksploration Report sumur
AS pada formasi Baturaja tidak adanya zona  Fasies AS-3
yang interest (platform facies) . Secara Fasies ini berada pada interval 1655-
keseluruhan, dapat dilihat pada log sumur 1689 dengan tebal 34 m, dicirikan kurva
AS menunjukkan pola log gamma ray yang gamma ray berbentuk serrated dan dirty
kecil/kiri, memiliki variasi litologi dirty GR, GR, memiliki variasi nilai GR 52-97
resistivity yang menengah dan tidak adanya gAPI, pola ini biasanya terdapat pada
separasi kurva densitas dan neutron lingkungan storm dominated shelf,
mengindikasikan reservoar yang kurang terlihat perselingan litologi
potensial. Walaupun ketersedian data yang batugamping dan shale. Dengan nilai
sedikit dan tidak adanya zona yang interest, resitivity yang relatif rendah, dan tidak
sumur AS nantinya akan digunakan untuk adanya separasi kurva density dan
membantu korelasi antar sumur. Berikut ini neutron , maka dinterpretasikan fasies
merupakan hasil interpretasi elektrofasies ini termasuk fasies platform.
sumur AS (Gambar 8).  Fasies AS-4
Fasies ini berada pada interval 1689-
 Fasies AS-1 1708 dengan tebal 19 m, dicirikan kurva
Fasies ini berada pada interval 1629- gamma ray berbentuk serrated dan dirty
1644 dengan tebal 15 m, memiliki pola GR, memiliki variasi nilai GR 67-128
kurva gamma ray berbentuk bell dan gAPI, pola ini biasanya terdapat pada
variasi litologi dirty GR, memiliki lingkungan storm dominated shelf,
variasi nilai GR 57-91 gAPI, nilai terlihat perselingan litologi
gamma ray yang besar dikarenakan batugamping dan shale. Dengan nilai
resitivity yang relatif rendah, dan tidak Kesimpulan
adanya separasi kurva density dan
neutron , maka dinterpretasikan fasies Berdasarkan hasil penelitian, maka
ini termasuk fasies platform.
dapat disimpulkan bahwa Fasies yang
 Fasies AS-5
didapat dari analisis elektrofasies pada Blok
Fasies ini berada pada interval 1708-
1729 dengan tebal 21 m, dicirikan kurva “X” terdiri dari Fasies Reef dan Fasies
gamma ray berbentuk symetrical dan Platform dimana kandidat reservoar yang
dirty GR, memiliki variasi nilai GR 68- potensial dimilki oleh fasies Reef dengan ciri
123 gAPI. Dengan nilai resistivity yang pola kurva log gamma ray yang kecil/kiri,
menengah sampai relatif rendah, dan resistivity yang relatif tinggi, serta memiliki
tidak adanya separasi kurva density dan
separasi kurva log densitas dan neutron.
neutron, maka diinterpretasikan fasies
ini termasuk fasies platform. fasies reef hanya terdapat pada 2 sumur
yaitu sumur AA dan AD. Sumur AA yang
KORELASI SUMUR berada lebih utara dari kedua sumur
Korelasi antar sumur dilakukan dengan memiliki fasies reef yang cukup tebal,
lintasan utara-selatan pada 3 sumur, yaitu: berbeda dengan fasies reef pada sumur AD
sumur AA, sumur AD, dan sumur AS. yang tipis lalu tidak ditemukan pada sumur
Keterbatasan data seperti biostratigrafi, AS. Hal ini menunjukkan bahwa
ataupun data core yang tidak lengkap, pengendapan fasies reef dari utara ke selatan
sehingga membuat korelasi pada 3 sumur semakin berkurang/hilangDari analisis
tersebut hanya korelasi litostratigrafi dengan
elektrofasies ini didapatkan pula 5 interval
melihat bentuk kurva GR, resitivitas,
densitas, dan neutron lalu kesamaan fasies zona reservoar pada sumur AA, AD dan AS.
yang memiliki kemiripan di 3 sumur Dari ke-5 interval masing masing sumur,
tersebut. Korelasi dibagi menjadi 2 zona yang termasuk kedalam fasies reef adalah
besar yaitu zona dengan reservoar yang fasies interval sumur AA-1, AA-2 dan AD-
potensial (facies reef) dengan ciri variasi 1. Sedangkan yang termasuk kedalam fasies
litologi clean GR, resistivitas relatif tinggi platform adalah fasies interval sumur AA-3,
dan adanya separasi kurva densitas dan
AA-4, AA-5, AD-2, AD-3, AD-4, AD-5,
neutron, lalu zona dengan reservoar yang
tidak potensial (facies platform) dengan ciri dan keseluruhan zona reservoar interval
variasi litologi dirty GR, resistivitas sumur AS.
menengah-relatif rendah, dan tidak adanya
separasi kurva log densitas dan neutron. Daftar Pustaka
Datum yang digunakan untuk korelasi ke 3
sumur tersebut yaitu datum berdasarkan
Daly, et al. 1987. Cenozoic Plate Tectonics
Kelly Bushing (KB)(Gambar 9). Korelasi
datum berdasarkan KB ini dilakukan untuk and Basin Evolution in Indonesia. Marine
memberikan gambaran pengendapan yang
and Petroleum Geology vol. 8
terjadi pada saat ini.
De Coster, G. L., 1974, The Geology of The
Central and South Sumatra Basins,
Proceedings Indonesian Petroleum Sedimentary Record Be Dated From A Sea-Level
Association, Third Annual Convention, June Chart? Examples from the Aptian of the UAE and
1974, 77-110. Alaska"

Hall, R., 2002. Cenozoic geological and Rider, Malcolm. 2000. The Geological
plate tectonic evolution of SE Asia and the Intepretation of Well Logs. Whittless
SW Pacific: Computer based Publishing, Scotland
reconstructions, model and animations.
Walker, R.G and James, P. Noel. 1992.
Journal of Asian East Sciences. Volume 20,
Facies Models : Response to Sea Level
No. 4, April 2002.
Change, 2nd ed., Canada : Geological
Kendall, C G. St. C., Abdulrahman. S. Alsharhan, Assosiation of Canada
Kurt Johnston and Sean R. Ryan; 2004; "Can The
Lampiran

Gambar 1 Pembagian cekungan-cekungan Tersier di Pulau Sumatera dan posisi blok “X”,
dimodifikasi dari (Bishop, 2000)

Gambar 2 Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan


Gambar 3 Model elektrofasies karbonat ( Kendal, 2003)

Gambar 4 Contoh Log Densitas dan Log Neutron (Rider, 1996)

Gambar 5 Blok “X” daerah penelitian


Gambar 6 Elektrofasies Sumur AA

Gambar 7 Elektrofasies Sumur AD


Gambar 8 Elektrofasies Sumur AS

AS
AA

AD

Gambar 9 Korelasi Sumur Blok “X”

Anda mungkin juga menyukai