ABSTRAK
Lapangan Raksadipa merupakan salah satu lapangan minyak dan gas bumi yang berada di Blok ONWJ,
Cekungan Jawa Barat Utara. Penelitian dilakukan pada interval reservoir “X” yang merupakan salah
satu penghasil minyak terbesar dari Formasi Cibulakan Bawah Bagian Bawah. Penelitian dilakukan
untuk menganalisis fasies pada interval reservoir dengan menentukan stratigrafi sikuen, jenis , distribusi
dan geometri fasies. Hasil analisis batuan inti menunjukkan bahwa litofasies penyusun Reservoir “X”
adalah 11 litofasies yaitu: batu pasir halus gelembur, batu pasir halus serpih karbon, batu pasir halus
flaser , batu pasir halus massif, batu pasir halus laminasi, breksi , batubara, batu lanau lentikuler, batu
lanau massif, batu lanau silang siur, batu lanau laminasi. Berdasarkan analisis batuan inti, dan
elektrofasies, Asosiasi fasies pada interval reservoir “X” berupa Distributary channel dan
Interdistributary channel dan diinterpretasikan berada pada lingkungan pengendapan Distributary
channel pada sistem delta yang terserbar secara vertikal dari SB.3 – TS.1 dan secara lateral fasies
Distributary Channel terdapat pada Reservoir CH1, Reservoir CH2, Reservoir CH3 dan Reservoir CH4.
Geometri Fasies pada interval Reservoir “X” adalah Distributary channel dan menunjukkan arah umum
pengendapan Timur Laut – Barat Daya.
Kata kunci: Cekungan Jawa Barat Utara, Asosiasi Fasies, Distributary channel, Analisis Fasies.
ABSTRACT
Raksadipa field is one of the oil and gas fields located in the ONWJ Block, North West Java Basin.
Research was conducted on the "X" reservoir interval which is one of the largest oil producers from
the Lower Part of Cibulakan Formation. The research was carried out to analyze the facies in the
reservoir interval by determining the sequence stratigraphy, types, distribution, and geometry of the
facies. The results of the core rock analysis showed that the lithofacies comprising the "X" reservoir
are 11 lithofacies, namely: fine-grained sandstone, carbonaceous shale, flaser sandstone, massive
sandstone, laminated sandstone, breccia, coal, lenticular mudstone, massive mudstone, variegated
mudstone, and laminated mudstone. Based on core rock analysis and electrofacies, the facies
association in the "X" reservoir interval consists of Distributary channel and Interdistributary channel
and is interpreted to be in the Distributary channel depositional environment in a vertically spread
delta system from SB.3 - TS.1 and laterally Distributary Channel facies are found in Reservoir CH1,
1117
Analisis Fasies pada Interval Reservoir “X” pada Lapangan Raksadipa, Formasi Cibulakan Bawah (Talangakar), Cekungan Jawa
Barat Utara Menggunakan Metode Batuan Inti dan Log Sumur
Reservoir CH2, Reservoir CH3, and Reservoir CH4. The facies geometry in the "X" reservoir interval
is Distributary channel and shows the general depositional direction of Northeast - Southwest.
Keywords: North West Java Basin, Facies Association, Distributary channel, Facies Analysis.
1118
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 7, No. 1, Februari 2023: 1117-1135
1119
Analisis Fasies pada Interval Reservoir “X” pada Lapangan Raksadipa, Formasi Cibulakan Bawah (Talangakar), Cekungan Jawa
Barat Utara Menggunakan Metode Batuan Inti dan Log Sumur
Kondisi ini bertepatan dengan kenaikan migrasi lateral adalah endapan pasir sungai
muka air laut pada fase highstand dan yang berarah Utara-Selatan dari Formasi
terendapkan batugamping dari Formasi Cibulakan Bawah, dan sistem batupasir
Cibulakan Bawah. yang orientasinya mirip pada Formasi
d. Miosen Tengah (17 – 10 Mya) Cibulakan Atas / Massive (Cibulakan Atas).
Terjadinya tumbukan antara Selanjutnya, endapan yang menjadi
Gondwana (Australia Timur/Papua) batuan reservoir utama adalah Endapan
dengan bagian timur Paparan Sunda yang Batupasir dan Batugamping Cibulakan
menyebabkan berhentinya pemekaran Laut Atas (Massive), Batupasir Cibulakan
Cina. Bawah, endapan Volkanoclastic Formasi
e. Miosen Akhir (7 – 10 Mya) Jatibarang, dan Carbonate build-up
Terjadi tumbukan antara barat laut Formasi Parigi.
Australia dengan Palung Sunda, sehingga Perangkap utama yang berperan
Cekungan Jawa Barat Utara mengalami dalam petroleum system di cekungan ini
kompresi. Terjadinya pengendapan adalah perangkap struktur berupa kubah
Formasi Parigi dan Formasi Cisubuh pada antiklin yang meluas dan blok sesar yang
fase ini. miring. Carbonate build-up di interval
Baturaja, Mid- Cibulakan Atas, dan Parigi
Stratigrafi Regional juga menjadi trap yang baik. Trap
stratigrafi juga ditemukan ketika unit
Menurut Gresko dkk, (1995) formasi-
batupasir mengalami onlap dengan tinggian
formasi pembentuk tatanan stratigrafi pada
batuan dasar. Hanya saja, trap jenis ini
Cekungan Jawa Barat Utara dari tua ke
hanya terbatas pada interval Cibulakan
muda (Gambar 2), yaitu: Formasi
Bawah.
Jatibarang, Formasi Cibulakan Bawah,
Formasi Cibulakan Atas, Formasi Parigi,
TINJAUAN PUSTAKA
Formasi Cisubuh.
Fasies sedimen
Petroleum System Cekungan Jawa
Timur Utara Fasies sedimen adalah massa dari
batuan sedimen yang dapat dibedakan dari
Menurut Noble dkk, (1997) kunci batuan yang lainnya berdasarkan geometri,
dari semua sistem petroleum adalah batuan litologi, struktur sedimen, pola arus purba
sumber yang efektif. Di Jawa barat utara dan kandungan fosilnya (Selley, 1985).
terdapat tiga tipe batuan sumber utama, Geometri fasies dapat dicirikan oleh
yaitu shale lakustrin yang cenderung respon log sinar gamma ray. Geometri
menghasilkan minyak; batubara dan shale secara vertikal ini dapat juga diandalkan
yang bersifat fluvio-deltaic cenderung dalam menentukan fasies pengendapan dari
menghasilkan minyak gas; dan batuan sedimen. Pola log ini dibagi menjadi
batulempung marine yang cenderung 5 tipe pola menurut Kendal dkk, (2003) :
menghasilkan gas yang berasal dari Cylindrical, funnel shape, bell shape,
aktivitas bakteri. symmetrical shape dan serraated shape.
Selanjutnya pada Cekungan Jawa
Barat Utara, jalur migrasi utama untuk Lingkungan Pengendapan Delta
1120
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 7, No. 1, Februari 2023: 1117-1135
Delta merupakan garis pantai yang Lower delta plain terletak pada
menjorok ke laut, terbentuk oleh adanya daerah dimana terjadi interaksi antara
sedimentasi sungai yang memasuki laut, sungai dengan laut, yaitu dari low tidemark
danau atau laguna dan pasokan sedimen sampai batas kehadiran yang dipengaruhi
lebih besar daripada kemampuan pasang-surut.
pendistribusian kembali oleh proses yang b. Delta Front
ada pada cekungan pengendapan (Elliot, Delta front merupakan
1986 dalam Allen, 1997). Morfologi delta sublingkungan dengan energi yang tinggi
secara umum terdiri dari tiga, yaitu : delta dan sedimen secara tetap dipengaruhi oleh
plain, delta front dan prodelta. adanya proses pasang-surut, arus laut
a. Delta Plain sepanjang pantai dan aksi gelombang.
Delta plain merupakan bagian delta c. Prodelta
yang bersifat subaerial yang terdiri dari Prodelta merupakan sublingkungan
Channel yang sudah ditinggalkan. Delta transisi antara delta front dan endapan
plain merupakan baigan daratan dari delta normal marine shelf yang berada di luar
dan terdiri atas endapan sungai yang lebih delta front.
dominan daripada endapan laut dan
membentuk suatu daratan rawa-rawa yang Stratigrafi Sikuen
didominasi oleh material sedimen berbutir
halus, seperti serpih organik dan batubara. Stratigrafi sikuen merupakan analisis
Sublingkungan delta plain dibagi dari hubungan batuan di dalam kerangka
menjadi: waktu yang berulang dari stratum yang
1. Upper Delta Plain secara genetik berhubungan dan dibatasi
Pada bagian ini terletak diatas area oleh permukaan erosi atau tidak adanya
tidal atau laut dan endapannya secara suatu pengendapan, dan keselarasan yang
umum terdiri dari: sepadan dengannya (Posamentier & Allen,
2. Distributary channel: 1999). Stratigrafi sikuen mempunyai
Endapan Distributary channel penyusun penting yang dibagi atas
ditandai dengan adanya bidang erosi pada hubungan stratigrafi,batimetri,umur dan
bagian dasar urutan fasies dan juga fasiesnya, yang terdiri atas: sequence
menunjukkan kecenderungan menghalus boundary (SB), marine flooding surface
ke atas. (FS), dan maximum flooding surface (MFS)
3. Interdistributary channel dan transgressive surface (TS).
Endapan Interdistributary channel - Sequence Boundaries (SB) adalah
merupakan endapan yang terdapat diantara bidang ketidakselarasan dan
Distributary channel. Lingkungan ini keselarasan yang sebanding dengan
mempunyai kecepatan arus paling kecil, ketidakselarasan tersebut, yang
dangkal, tidak berelief dan proses terbentuk karena terjadinya
akumulasi sedimen lambat. Pada penurunan muka air laut relatif.
Interdistributary channel dan flood plain - Marine Flooding Surface (FS)
area terbentuk suatu endapan yang adalah komponen stratigrafi berupa
berukuran lanau sampai lempung yang bidang yang memisahkan unit
sangat dominan. stratigrafi diatas dan dibawahnya
4. Lower Delta Plain
1121
Analisis Fasies pada Interval Reservoir “X” pada Lapangan Raksadipa, Formasi Cibulakan Bawah (Talangakar), Cekungan Jawa
Barat Utara Menggunakan Metode Batuan Inti dan Log Sumur
1123
Analisis Fasies pada Interval Reservoir “X” pada Lapangan Raksadipa, Formasi Cibulakan Bawah (Talangakar), Cekungan Jawa
Barat Utara Menggunakan Metode Batuan Inti dan Log Sumur
dan RRA-9. Interpretasi elektrofasies ini lapisannya atau semakin mendekati nilai
juga didasarkan pada model respon pola minimum yakni 0 ft, sedangkan semakin
sinar log gamma terhadap variasi ukuran ungu atau semakin gelap warna yang ada
butir yang mencirikan lingkungan pada peta, maka akan semakin tinggi
pengendapan tertentu dan asosiasi endapan ketebalan lapisannya mendekati nilai
sedimen dari sub lingkungan tertentu oleh maksimum yaitu 180ft.
Kendal, dkk., (2003). Setelah pengolahan data dilakukan,
Hasil analisis elektrofasies maka disimpulan bahwa arah suplai
menunjukan bahwa pada fasies distributary sedimen berlangsung pada pola rendahan
channel respon log gamma ray menunjukan yaitu berarah timur laut - barat daya sekitar
pola bell shape atau menghalus keatas yang 15-30°.
mencirikan adanya penurunan tingkat
energi pengendapan, sedangkan pada fasies Analisis Stratigrafi Sikuen
interdistributary channel, respon log
gamma ray menunjukan pola serrated shape Analisis ini diawali dengan
atau pola yang tidak beraturan, yang penentuan komponen stratigrafi sikuen dan
mencirikan bahwa pengendapan selalu system tract yang menyusun interval
berubah dalam waktu yang singkat. reservoir “X” dan korelasi parasikuen antar
Analisis elektrofasies ini dapat dilihat pada sumur daerah penelitian.
(Tabel 5) a. Penentuan Komponen Stratigrafi
Sikuen
Analisis Peta Isochore Pada interval penelitian, terdapat 3
markah kronostratigrafi yang mencirikan
Pada penelitian ini untuk membuat batas dari parasikuen (Gambar 6), yaitu :
peta Isochore dibantu dengan SB 3 yang menjadi basement atau dasar dari
menggunakan peta struktur kedalaman dari interval reservoir “X” dan menjadi batas
dua markah yaitu SB.3 – SB.2.4, yang dimulainya fase LST atau lowstand system
didapatkan dari data sekunder dari PT. tract, sedangkan markah TS.1 yang
Pertamina Hulu Energi ONWJ , setelah itu menjadi top atau puncak dari reservoir “X”
dilakukan pengurangan dari dua markah dan menjadi batas transgresi yang menjadi
dalam bentuk permukaan untuk selanjutnya batas dimulai nya fase TST atau
menghasilkan peta Isochore. Hal ini transgressive system tract. SB.2.4 menjadi
dilakukan dengan tujuan untuk melihat arah batas basement dari reservoir diatas dari
suplai sedimen pada daerah penelitian, interval reservoir “X” dan dimulainya fase
dengan cara melihat pola tinggian dan regresi kembali (HST).
rendahan yang diwakilkan oleh indeks b. Korelasi Parasikuen Antar Sumur
warna. Daerah Penelitian
Terlihat pada (Gambar 5), peta Pada penelitian ini, korelasi sikuen
isochore yang menunjukan arah suplai stratigrafi dibatasi hanya pada interval
sedimen yang ditunjukan oleh pola tinggian penelitian yaitu interval Reservoir “X” atau
dan rendahan dengan indeks warna yang pada SB.3 (Base Reservoir “X”) sampai
dimulai dari 0 ft sampai dengan 180ft, dengan TS.1 (Top Reservoir “X”) dan
semakin merah warna yang ada pada peta interval SB.3 sampai dengan SB.2.4
isochore maka semakin rendah ketebalan
1124
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 7, No. 1, Februari 2023: 1117-1135
1125
Analisis Fasies pada Interval Reservoir “X” pada Lapangan Raksadipa, Formasi Cibulakan Bawah (Talangakar), Cekungan Jawa
Barat Utara Menggunakan Metode Batuan Inti dan Log Sumur
1126
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 7, No. 1, Februari 2023: 1117-1135
Petroleum Geologists.
https://doi.org/10.1306/Mth7510
1127
Analisis Fasies pada Interval Reservoir “X” pada Lapangan Raksadipa, Formasi Cibulakan Bawah (Talangakar), Cekungan Jawa
Barat Utara Menggunakan Metode Batuan Inti dan Log Sumur
Gambar 3. Pengikatan fasies distributary channel terhadap log gamma ray pada sumur RRA-8
1128
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 7, No. 1, Februari 2023: 1117-1135
Gambar 4. Pengikatan fasies interdistributary channel terhadap log gamma ray pada sumur RRA-9
1129
Analisis Fasies pada Interval Reservoir “X” pada Lapangan Raksadipa, Formasi Cibulakan Bawah (Talangakar), Cekungan Jawa
Barat Utara Menggunakan Metode Batuan Inti dan Log Sumur
Gambar 6. Korelasi parasikuen dan System Tract pada interval reservoir “X”
Gambar 7. Korelasi Parasikuen dan Interpretasi fasies arah Timur Laut – Barat Daya (Dip Section) A-B.
Gambar 8. Korelasi Parasikuen dan Interpretasi fasies arah Timur Laut – Barat Daya (Dip Section) C-D.
1130
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 7, No. 1, Februari 2023: 1117-1135
Gambar 9. Korelasi Parasikuen dan Interpretasi fasies arah Barat-Timur (Strike Section) A-B.
Gambar 10. Korelasi Parasikuen dan Interpretasi fasies arah Barat-Timur (Strike Section) C-D.
Gambar 11. Korelasi Parasikuen dan Interpretasi fasies arah Barat-Timur (Strike Section) E-F.
1131
Analisis Fasies pada Interval Reservoir “X” pada Lapangan Raksadipa, Formasi Cibulakan Bawah (Talangakar), Cekungan Jawa
Barat Utara Menggunakan Metode Batuan Inti dan Log Sumur
Gambar 12. Korelasi Parasikuen dan Interpretasi fasies arah Barat-Timur (Strike Section) G-H.
Gambar 13. Korelasi Parasikuen dan Interpretasi fasies arah Barat-Timur (Strike Section) I-J.
Gambar 14. Crossplot W/T ratio pada endapan Distributary Channel (Gibling,2006).
1132
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 7, No. 1, Februari 2023: 1117-1135
Gambar 15. Peta Isopach, geometri distributary channel pada interval reservoir “X” (SB.3 – TS.1).
1133
Analisis Fasies pada Interval Reservoir “X” pada Lapangan Raksadipa, Formasi Cibulakan Bawah (Talangakar), Cekungan Jawa
Barat Utara Menggunakan Metode Batuan Inti dan Log Sumur
1134
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 7, No. 1, Februari 2023: 1117-1135
Tabel 4. Pembagian Asosiasi Fasies berdasarkan data batuan inti pada sumur RRA-8 dan RRA-9
Tabel 5. Pengelompokan respon pola log gamma ray berdasarkan asosiasi fasies..
1135