LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
ACARA FIELDTRIP: PROSPEKTIFITAS EKSPLORASI HIDROKARBON DI
CEKUNGAN JAWA TIMUR UTARA
DISUSUN OLEH :
KEVIN ARYA BRAMASTA
(18/425080/TK/46775)
ASISTEN KELOMPOK:
FEBIOLLA MAHARANI YUNUS
YOGYAKARTA
DESEMBER
2020
Geologi Cekungan Jawa Timur Utara
Cekungan Jawa Timur Utara atau North East Java Basin merupakan salah satu
cekungan penghasil hidrokarbon terbesar di Pulau Jawa. Cekungan sedimen sendiri
berarti suatu daerah dari kerak bumi berupa rendahan yang terdapat endapan
mineral tertentu atau akumulasi lapisan-lapisan seperti batuan sedimen dan karena
konfigurasinya diperkirakan merupakan tempat penampungan minyak bumi
atau.Berikut merupakan zona fisiografis pada daerah Jawa Timur Utara.
Karena konfigurasi dan proses yang membentuk dan mengisi cekungan Jawa Timur
Utara ini maka, cekungan ini menjadi salah satu cekungan penghasil minyak bumi.
Karena faktor geologi, geomorfologi, sedimentologi serta tektonik dapat terpenuhi
suatu petroleum system yang baik (syarat suatu daerah penghasil hidrokarbon).
Bahkan cekungan ini mampu menghasilkan sebanyak 52.290 barrel dan kondesat
326 barrel atau total sebanyak 52.616 barrel per hari dengan daerah penghasil
minyak di Provinsi Jawa Timur ini meliputi Kangean, Tuban, Cepu, Brantas,
Madura Barat, Gresik, dan Bawean. Dimana pertambangan di daerah ini di kelola
oleh berbagai perusahaan seperti Pertamina, Hess, Kodeco Energy, Total,
Pertamina, Kangean Energy dan Petrochina (Republika, 2014)
• Konfigurasi cekungan
Cekungan Jawa Timur Utara terbentuk dari proses secara regional berupa
pengangkatan (uplift), proses sedimentasi, adanya ketidakselarasan, serta
fluktuasi muka air laut pembawa sedimen yang membentuk struktur
maupun muka dari batuan pada cekungan ini (lithofasies).
Secara lebih detail cekungan ini berupa cekungan berumur Tersier yang
termasuk kedalam cekungan belakang busur atau (back arc basin) yang
terletak dibagian tenggara dari lempeng mikro Sunda dan dibatasi oleh
rangkaian pegunungan (volkanik arc) serta tunjaman dari Tersier Indo-
Australia.
Secara konfigurasinya terdapat tiga jalur dalam atau tiga bagian besar
menurut Pringgoprawiro, 1982. Bagian tersebut diantaranya :
o Jalur Kendeng
Jalur ini terletak di utara deretan gunung api, yang terdiri dari
endapan kenozoikum muda yang didominasi oleh sesar-sesar
sungkup dengan kemiringan keselatan. Memiliki Panjang sekitar
250 km dan lebar 40 km.
o Jalur Randublatung
Jalur ini berupa daerah depresi fisiografi yang disebabkan oleh
proses tektonik antara Jalur Kendeng dan Jalur Rembang, daerah ini
terbentuk pada kala Pleistosen dengan arah barat-timur yang disebut
dengan Jalur Randublatung. Beberapa antiklin pendek dan kubah
terdapat pada depresi ini. Terdapat sungai Bengawan Solo yang
mengalir sepanjang daerah ini.
o Jalur Rembang-Madura
Merupakan suatu anticlinorium berarah barat-timur sebagai hasil
gejala tektonik Tersier Akhir yang membentuk perbukitan dengan
elevasi yang tidak terlalu tinggi (kurang lebih 500 m). Arah
memanjang dari perbukitan ini mengikuti sumbu-sumbu lipatan
yang dibeberapa tempat memiliki pola enchelon yang menandakan
adanya sesar geser lateral.
Zona Rembang sendiri merupakan zona patahan yang bersifat brittle
antara paparan karbonat di utara dengan cekungan yang lebih dalam
di Selatan. Memiliki litologi penyusun berupa campuran karbonat
laut dangkal dengan klastika, serta lempung dan napal laut dalam.
• Formasi Ngimbang
• Formasi Kujung
• Formasi Tuban
• Formasi Ngrayong
• Formasi Wonocolo
• Formasi Ledok
• Formasi Mundu
• Formasi Lidah
• Formasi Paciran
Khusus untuk dua formasi yaitu formasi Ngimbang dan Kujung yang memegang
peranan cukup penting bagi petroleum system dapat diperoleh :
- Formasi Ngimbang
Batuan dasar dari formasi ini berasal dari umur tersier dimana didominasi oleh
intrusi batuan beku diantaranya adalah gabro, basal andesitik, dan tuff yang
termetamorfisme. Formasi ini sendiri terdiri dari 4 bagian dari tua ke muda. Yang
pertama adalah Anggota formasi pra “CD” dimana terdiri dari batugamping, serpih,
batupasir, batulempung, batulanau, dan konglomerat dengan sedikit lapisan tipis
batubara. Ketebalan dari anggota ini pada umumnya tipis dan menebal kearah
daerah rendahan dan pada umumnya menghilang pada daerah paleo-high. Lalu ada
anggota “CD” dimana anggota ini terdiri dari batugamping dengan perselingan
serpih dan batupasir. Setelah itu terdapat anggota Ngimbang Clastic yang terdiri
dari serpih, batugamping, batupasir dan batulempung. Pada anggota ini di bagian
paleo-highs terdapat proses yang menjadi tempat sedimentasi dari platform
karbonat. Anggota yang terakhir adalah anggota Ngimbang limestone yang berisi
batugamping dan perselingan dengan batuserpih. Terdapat pola khusus pada
pengendapan berupa transgresi-regresi yang berumur Oligosen Awal hingga
Oligosen Tengah.
- Formasi Kujung
Formasi ini terdiri dari dua anggota yaitu Kujung 1 dan Kujung 2. Dari kedua
anggota ini terdapat ciri khas terkait analisis dari stratigrafi formasi ini. Formasi ini
didominasi oleh serpih dan diendapkan selaras dengan formasi Ngimbang. Formasi
ini didominasi oleh Batugamping dan batuserpih dengan fitur atau cirikhas berupa
patch reef dengan kondisi yang cenderung transgresi dengan pola menebal ke arah
cekungan.
Struktur mayor dari daerah Jawa Timur Utara Sendiri dipengaruhi oleh dinamika
subduksi Lempeng Samudera Hindia dimana dimuali dari penunjaman
Kenozoikum di selatan Sundaland yang dianggap dianggap memicu pembentukan
Cekungan Jawa Timur Utara.
Dimasa kini Jawa Timur merupakan salah satu penghasil hidrokarbon terbesar di
Indonesia, Daerah di Jawa Timur ini mampu menghasilkan minyak mentah
sebanyak 52.290 barrel dan kondesat 326 barrel atau total sebanyak 52.616 barrel
per hari. Daerah penghasil minyak di Provinsi Jawa Timur diantaranya Kangean,
Tuban, Cepu, Brantas, Madura Barat, Gresik, dan Bawean. Dimana pertambangan
di daerah ini di kelola oleh berbagai perusahaan seperti Pertamina, Hess, Kodeco
Energy, Total, Pertamina, Kangean Energy dan Petrochina (Republika, 2014).
Sejarah eksplorasi dari daerah Jawa Timur Utara sendiri sudah dimulai cukup lama
dimana dimulai dari abad 18 sudah dimulai eksplorasi mengenai hidrokarbon di
Indonesia sendiri. Secara detail terdapat beberapa proses eksplorasi dari daerah
cekungan Jawa Timur Utara :
Cekungan Jawa Timur Utara ini berupa cekungan berumur Tersier yang
termasuk kedalam cekungan belakang busur atau (back arc basin) yang terletak
dibagian tenggara dari lempeng mikro Sunda dan dibatasi oleh rangkaian
pegunungan (volkanik arc) serta tunjaman dari Tersier Indo-Australia.
Dapat dihasilkan suatu Petroleum System pada cekungan ini dimana terdapat
masing-masing formasi yang menyusun petroleum system tersebut, terdapat
batuan tertua yang tersingkap berumur Miosen Akhir dimana batuan ini
teridentifikasi banyak mengandung minyak.
Atau sering disebut source rock akan diindikasikan matang (kitchen area),
dengan memiliki syarat yaitu harga Temperatur Time Index (TTI) 15-500.
Batuan ini memiliki banyak kandungan material (TOC 0.1 % - 4.0 %). Batuan
induk akan terawetkan atau terpreservasi dengan baik jika didukung oleh kondisi
yang tepat (suhu). Batulempung atau batuan yang memang mengandung banyak
material organik seperti batu gamping menjadi ciri atau batuan yang biasa
menjadi batuan induk.
Proses pematangan secara termal sangat mempengaruhi tingkat atau kualitas dari
potensi adanya hidrokarbon. Berdasarkan penelitian oleh Indah Fitriana (2011)
didapatkan data berupa nilai TOC batuan induk di Cekungan Jawa Timur Utara
menunjukan fair to good (~1- 2.3 %), Kerogen tipe II dan III, kedalaman
kematangan dimulai dari 1500-2600 m dimana hidrokarbon ini dihasilkan sejak
Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan berupa fluvio-deltaic.
Menurut Doust (2007) batuan induk pada cekungan ini berasal dari Formasi
Ngimbang berumur Eosen. Dan khusus lapangan Kawengan kitchen area
untuk minyak ini diasumsikan pada daerah Kening Through yang memiliki
formasi sama sebagai source rock.
Menurut data Pertamina Trend Team Jatim (1999), formasi ini berkembang
cukup tebal di rendahan Kening Through dan Ngimbang Basin. Sedangkan di
atas tinggian Cepu, Formasi Ngimbang hanya berkembang tipis bahkan
cenderung tidak berkembang untuk ketebalan dan pelamparannya. Selain itu
terdapat source rock lain pada cekungan Jawa Timur Utara berupa lapisan
serpih dari Formasi Ngimbang dan lapisan serpih dari Formasi Tawun.
Batuan dengan porositas dan permeabilitas yang baik mampu untuk menjadi
tempat akumulasi hidrokarbon. Batuan ini lah yang disebut sebagai batuan
reservoir. Suatu reservoar dikategorikan klasifikasi yang baik, jika batuan
tersebut memiliki porositas (10 – 30 %) dan permeabilitas (5 – 500 milidarcy).
Tapi secara general, reservoir utama pada cekungan Jawa Timur Utara ini berada
pada daerah Rembang berupa batupasir dari Formasi Ngrayong yang berumur
Miosen Tengah.
Salah satu unsur penting dalam petroleum system adalah adanya batuan
penyekat, penyumbat atau sering disebut seal dimana batuan ini memiliki sifat
yang impermeable atau tidak bisa ditembus oleh fluida. Biasanya memiliki
ukuran butir yang sangat halus dimana jarak anatr butir yang sangat rapat
sehingga hidrokarbon yang sudah sampai di batuan reservoir dapat terakumulasi.
Pada Cekungan Jawa Timur batuan yang berfungsi sebagai seal atau batuan
penyumbat berupa :
Migrasi atau perpindahan dari hidrokarbon merupakan salah satu unsur penting
dalam petroleum system dimana hidrokarbon yang sudah matang akan
dipindahakan melalui bidang lemah atau struktur menujur batuan reservoir.
Batuan reservoir yang sudah terakumulasi hidrokarbon memiliki nilai ekonomis
untuk dieksplorasi. Jalur migrasi ini biasanya terjadi pada bidang lemah atau
pada batuan yang memiliki tingkat porositas tinggi dimana kecenderungan
migrasi ini terbagi menjadi dua yaitu migrasi primer dan sekunder. Migrasi
primer sendiri merupakan migrasi dari batuan induk menuju batuan reservoir
dimana terjadi pergerakan kearag manapun yang didukung oleh jalur atau bidang
lemah, sedangkan migrasi sekunder terjadi apabila hidrokarbon berpindah dari
reservoir ke reservoir lainnya tapi hanya mengarah keatas atau melalui batuan
samping. Migrasi hanya akan berhenti jika terdapat seal atau batuan penyekat
sehingga terjadi akumulasi yang tetap pada jalur tersebut.
Untuk darah Cekungan Jawa Timur Utara terdapat beberapa model migrasi yang
sudah diteliti oleh G&G yang dilakukan oleh DOH-JBT PERTAMINA :
- Migrasi Model-1
Dimana terjadi migrasi primer yang memungkinkan terjadi pada waktu
Miosen Tengah – Miosen Atas. Proses ini terjadi saat hidrokarbon dari
Formasi Ngimbang bermigrasi melalui carrier-bed yang memiliki
konfigurasi vertikal-lateral kemudian masuk ke perangkap reservoir berupa
sembulan karbonat atau reef build-up pada Formasi Kujung-Tuban yang
tumbuh langsung diatas Basement. Terdapat beberapa jebakan yang
memiliki model ini diantaranya Mudi, Sukowati, Banyu Urip, Cendana,
Jambaran dll.
- Migrasi Model-2
Merupakan migrasi primer dimana migrasi ini terjadi pada rentang umur
Pliosen – Recent. Hidrokarbon yang awalnya berasal dari Formasi Ngimbang
akibat tektonik Plio-Pleistocene (Ngrayong-Wonocolo-Ledok) masuk
kedalam struktur yang menjadi trap dari suatu hidrokarbon. Lapangan Gabus,
Tungkul, Trembul, Metes, Banyuasin, Semanggi, Ledok, Nglobo, dan Banyubang
merupakan lapangan yang menjadi wadah terjadinya migrasi ini.
- Migrasi Model-3
Merupakan migrasi sekunder dimana migrasi ini terjadi setelah aktivitas
tektonik Plio-Pleistosen. Proses ini diawali dengan hidrokarbon yang berasal
dari lapisan reservoir sembulan karbonat Kujung-Tuban, karena perubahan
konfigurasi dan aktivitas tektonik maka hidrokarbon bermigrasi lagi masuk
ke perangkap batupasir Ngrayong, Wonocolo, Ledok dan Lidah.
Saat itu dibarengi dengan sedimentasi atau pengisian lapangan Kewengan
sehingga terjadi perubahan lapisan batuan Formasi Ngrayong miring down-
dip ke arah selatan dan timur.
Akibatnya migrasi terjadi lagi menuju struktur pada lapangan Kawengan,
oleh sebab itu jumlah akumulasi hidrokarbonnya lebih banyak dibandingkan
lapangan lain.