Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Cekungan Jawa Barat Utara merupakan cekungan sedimen Tersier yang terletak
tepat di bagian barat laut Pulau Jawa. Cekungan ini memiliki penyebaran dari wilayah
daratan dan lepas pantai Serang di sebelah barat membentang ke arah timur mencapai
Cirebon, terdiri atas beberapa tinggian dan rendahan yang membentuk beberapa sub-
cekungan. Meliputi daerah seluas kurang lebih 40.000 km2, dimana 25.000 km2
diantaranya terletak di daerah lepas pantai.

Gambar 1. Peta Lokasi Cekungan Jawa Barat Utara


(Indonesia Basin summaries 2006)

TEKTONIK CEKUNGAN
Terdapat empat pola struktur yang dominan bekerja di Pulau Jawa, yaitu Pola
Meratus, Pola Sunda, Pola Sumatera dan Pola Jawa. Pola Sunda ini merupakan faktor
yang dominan di Jawa Barat bagian Utara hingga laut Jawa terutama pada batas
cekungan-cekungan di Jawa Barat Utara.
Gambar 2. Peta elemen struktur cekungan Northwest Java (Martodjojo, 2003)

Cekungan Jawa Barat Utara berada pada posisi Barat Laut dari Pulau Jawa yang
secara geografis merupakan jenis cekungan Back – Arc Basin, yang merupakan hasil
dari subduksi lempeng Indo-Australia diselatan terhadap terhadap Lempeng Eurasia
(Paparan Sunda) di Selatan.
Paparan Sunda dibatasi oleh kerak samudera di selatan, dibatasi oleh batas
pertemuan kerak samudera dan benua berumur kapur yang tersingkap sejak umur
tersier. Pada awal tersier kerak samudera umumnya telah miring ke arah utara yang
tereletak dibawah dataran sunda karena dipengaruhi oleh subduksi. Pusat pemekaran
kerak samudera berada di Timur, pada bagian barat dibatasi oleh kerak benua
(Hamilton, 1979)
Pergerakan Lempeng Indo-Australia dan putaran Kalimantan ke Utara,
membentuk rift atau half-graben sepanjang batas lempeng paparan sunda. Karakter
struktur kenampakan pada dataran terdir atas perulangan struktur cekungan dan
ketinggian.
Cekungan Jawa Barat Utara dipengaruhi oleh Sesar-Sesar utama atau sistem
block Faulting berpola utara-selatan yang berumur pratersier hal ini menyebabkan
Cekungan Jawa Barat Utara terpisah menjadi 3 Sub Cekungan, yaitu : Sub Cekungan
Ciputat, Sub Cekungan Pasir Putih, dan Sub Cekungan Jatibarang yang merupakan
blo yang turun dari sesar utama yang dibatasi oleh tinggian atau blok naik dari sesar-
sesar utama tersebut, yaitu : Tinggian Tangerang, Tinggian Rengasdengklok dan
tinggian Kendanghaur Gantar (Soejitno dan Yahya, 1984)
Tektonik Jawa Barat Utara dibagi menjadi 3 fase tektonik, yang dimulai dari
Pra teriser hingga Plio-Pleistosen. Tektonik Pertama Periode Paleogen (Eosen -
Oligosen) yang dikenal sebagai Paleogence Extensional Rifting atau sesar geser yang
memiliki arah utama berarah timurlaut-barat daya hingga barat timur yang
membentuk Cekungan Jawa Barat Utara sebagai Pull-Apart Basin. Arah ekstensi
cekungan hampir tegak lurus denga zona subduksi dan kerak benua terlibat dalam
pembentukan struktur rift cekungan tersebut.

Gambar 3. Model pull-apart basin pola struktur Cekungan Jawa Barat Utara

Fase Tektonik kedua terjadi pada pada awal Neogen (Oligosen-Miosen) yang
dikenal sebagai Neogen Compressional Wrenching. Jalur Subduksi Baru terbentuk di
Selatan Jawa, deretan gunung api menghasilkan endapan volkanik yaitu old andesite.
Pola tektonik pun berubah yang bermula berorientasi timurlaut-barat daya menjadi
berarah Barat-Timur yang menghasilkan sesar naik yang bermula dari selatan
bergerak kearah utara dan disusul oleh pengendapan Formasi Cibulakan atas yang
mencirikan lingkungan kaut dangkal dan diakhir oleh diendapkannya Formasi Parigi.
Fase Tektonik ketiga atau fase akhir ini terjadi pada Pliosen-Pleistosen, dimana
pada fase ini terjadi proses kompresi kembali dan membentuk sesar naik pada jalur
Cekungan Jawa Barat Utara.
Dari ketiga fase tektonik tersebut dapat disimpulkan tinggian atau rendahan
berturut-turut yang menyusun Cekungan Jawa Barat Utara, dari arah barat : tinggian
Jatinegara - Rengasdengklok, Rendahan Ciputat, Tinggian Cilamaya, Rendahan
Pasirbungur, Tinggian Pamanukan, Rendahan Cipunegara. Tinggian Kadanghaur -
Gantar, Rendahan Jatibarang dan Tinggian Arjawirangun. Dan pola struktur yang
mempengaruhi yaitu dengan orientasi Timurlaut-Baratdaya (Pola Meratus), Barat-
Timur (Pola Jawa), dan Utara-Selatan (Pola Sunda).
Gambar 4. Penampang Regional Barat-Timur

Anda mungkin juga menyukai